Diagnosa Keperawatan.docx

44
Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan mobilisasi b.d penurunan kekuatan dan ketahanan otot Definisi: Keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik, tetapi bukan imobilisasi. Kriteria hasil: Individu menunjukkan peningkatan kekuatan dan fungsi sendi serta tungkai yang sakit. Memperlihatkan penggunaam alat-alat yang adaptif untuk meningkatkan mobilitas. Kriteria Mayor: 1. Penurunan kemampuan untuk bergerak dengan sengaja dalam lingkungan (misal: mobilitas di tempat tidur, berpindah, ambulasi). 2. Keterbatasan rentang gerak. Kriteria Minor: 1. Pembatasan pergerakan yang dipaksakan. 2. Enggan untuk bergerak. No . Intervensi Rasional 1. Ajarkan untuk melakukan latihan rentang gerak aktif pada anggota gerak yang sehat sedikitnya empat kali sehari. 1. Lakukan latihan rentang gerak pasif pada anggota gerak yang sakit. Lakukan dengan perlahan, sangga 1. Latihan rentang gerak sangat membantu lansia untuk mandiri dan meminimalkan risiko cidera.

description

keperawatan

Transcript of Diagnosa Keperawatan.docx

Page 1: Diagnosa Keperawatan.docx

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan mobilisasi b.d penurunan kekuatan dan ketahanan otot

Definisi: Keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik, tetapi bukan imobilisasi.

Kriteria hasil: Individu menunjukkan peningkatan kekuatan dan fungsi sendi serta tungkai yang sakit. Memperlihatkan penggunaam alat-alat yang adaptif untuk meningkatkan mobilitas.

Kriteria Mayor:

1. Penurunan kemampuan untuk bergerak dengan sengaja dalam lingkungan (misal: mobilitas di tempat tidur, berpindah, ambulasi).

2. Keterbatasan rentang gerak.

Kriteria Minor:

1. Pembatasan pergerakan yang dipaksakan.2. Enggan untuk bergerak.

 

No.

Intervensi Rasional

1.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajarkan untuk melakukan latihan rentang gerak aktif pada anggota gerak yang sehat sedikitnya empat kali sehari.

1. Lakukan latihan rentang gerak pasif pada anggota gerak yang sakit. Lakukan dengan perlahan, sangga ekstremitas di bagian atas dan bawah sendi.

2. Secara bertahap lakukan latihan rentang gerak aktif untuk aktivitas fungsional.

 

Amati dan ajarkan penggunaan alat bantu mobilisasi misal: kruk, walker, kursi roda, dsb.

 

1. Latihan rentang gerak sangat membantu lansia untuk mandiri dan meminimalkan risiko cidera.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 2: Diagnosa Keperawatan.docx

 

 

 

 

 

2.

 

 

 

 

3.

 

Dorong partisipasi aktivitas sehari-hari.

 

 

 

1. Penggunaan alat bantu yang tepat dapat memaksimalkan mobilisasi untuk aktivitas fungsional.

 

1. Meningkatkan harga diri, meningkatkan rasa kontrol dan kemandirian.

 

1. Intoleran aktivitas b.d nyeri sendi

Definisi: Penurunan dalam kapasitas fisiologis seseorang untuk melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau yang dibutuhkan.

Kriteria hasil: Berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari sesuai tingkat kemampuan. TTV dalam batas normal.

Kriteria Mayor:

1. Selama aktifitas: kelemahan, pusing, dispnea.2. 3 menit setelah aktivitas: pusing, dispnea, keletihan akibat aktivitas, RR ≥ 24, Nadi ≥

95

Kriteria Minor:

1. Pucat/cyanosis2. Konfusi3. Vertigo

 

No.

Intervensi Rasional

Page 3: Diagnosa Keperawatan.docx

1.

 

 

 

 

2.

 

 

 

 

3.

 

 

Observasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipai dalam aktivitas sehari-hari.

 

Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan. Dorong istirahat sebelum makan.

 

Implementasikan teknik penghematan energi, contoh: lebih baik duduk daripada berdiri, penggunaan kursi untuk mandi. Bantu aktivitas lain sesuai indikasi.

1. Nyeri yang dirasakan dapat membatasi aktivitas sehari-hari.

 

 

1. Menghemat energi untuk aktivitas dan regenerasi selular.

 

 

1. Memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri.

 

1. Resiko cedera fisik b.d penurunan fungsi tubuh

Definisi: Keadaan dimana seorang individu beresiko untuk mendapat bahaya karena defisit perceptual atau fisiologis, kurangnya kesadaran tentang bahaya, atau usia lanjut.

Kriteria hasil: Individu dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terhadap cidera. Mengungkapkan suatu keinginan untuk melakukan tindakan pengamanan sehingga mencegah cidera.

 

No.

Intervensi Rasional

1.

 

 

 

Orientasikan klien dengan ruangan yang baru disekelilingnya.

 

Gunakan lampu dimalam hari, anjurkan individu  untuk meminta

1. Menghindari terjadinya disorientasi tempat.

 

 

1. Penerangan yang efektif

Page 4: Diagnosa Keperawatan.docx

2.

 

 

 

 

3.

 

 

4.

 

 

bantuan dimalam hari.

 

 

Pertahankan tempat tidur pada. posisi terendah dimalam hari.

 

Ajarkan penggunaan kruk, tongkat, walker prostese dengan tepat.

membantu lansia mengenali benda disekitarnya sehingga mengurangi risiko cidera.

 

1. Menghindari risiko jatuh dari tempat tidur.

 

1. Mengurangi cidera iatrogenic.

 

1. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas usus sekunder terhadap tirah baring yang lama

Definisi: Keadaan dimana individu mengalami stasis usus besar, yang mengakibatkan eliminasi jarang dan/keras, feses kering.

 

Kriteria hasil:

1. Individu akan menunjukkan eliminasi yang membaik1. Dapat menjelaskan rasional dari intervensi

Kriteria Mayor:

1. Feses keras dan berbentuk2. Defekasi < 3 kali seminggu

Kriteria Minor:

1. Penurunan bising usus2. Mengeluh rektal penuh3. Merasakan tekanan pada rectum4. Nyeri saat defekasi

Page 5: Diagnosa Keperawatan.docx

 

No.

Intervensi Rasional

1.

 

 

 

2.

 

 

 

3.

 

 

 

4.

 

 

 

 

5.

Ajarkan pentingnya diet seimbang.

 

 

Dorong masukan harian sedikitnya 2 liter cairan (8-10 gelas) kec.dikontraindikasikan.

 

Anjurkan minum air hangat 30 menit sebelum sarapan pagi.

 

 

Bantu individu untuk posisi semi jongkok.

 

 

 

Berikan health education untuk mencegah tekanan rektal yang menyebabkan hemoroid.

1. Diet yang tinggi serat dapat mempermudah pengeluaran feses.

 

1. Memperlancar BAB.

 

 

 

1. Cairan ini dapat bertindak sebagai stimulus untuk evakuasi usus.

 

1. Posisi ini memungkinkan penggunaan optimal otot abdomen dan efek gravitasi kuat.

 

1. Memberikan informasi yang adekuat, mencegah komplikasi lebih lanjut.

 

1. Sindrom defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilisasi sekunder terhadap IMA.

Definisi: Keadaan dimana individu mengalami kerusakan fungsi motorik atau fungsi kognitif, yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan masing-masing dari kelima aktivitas perawatan diri.

Page 6: Diagnosa Keperawatan.docx

Kriteria hasil:

1. Individu dapat mengidentifikasi kesukaan akan aktivitas perawatan diri. (mis: waktu, lokasi, produk)

2. Berpartisipasi secara fisik dan/atau verbal dalam aktivitas pemberian makanan, mengenakan pakaian, ke kamar mandi, mandi.

Kriteria Mayor:

1. Kurangnya kemampuan untuk makan sendiri.1. Tidak dapat memotong makanan2. Tidak dapat membawa makanan ke mulut3. Kurangnya kemampuan untuk mandi sendiri (termasuk membasuh seluruh

anggota tubuh, menyisir rambut, menggosok gigi, melakukan perawatan terhadap kulit, dan kuku serta menggunkan rias wajah).

 

No. Intervensi Rasional1.

 

 

 

2.

 

 

3.

 

 

 

 

 

4.

 

Kaji faktor penyebab sindrom defisit perawatan diri.

 

 

Tingkatkan partisipasi optimal.

 

 

Tingkatkan harga diri dan kemampuan diri.

 

 

 

 

Beri dorongan untuk mengekspresikan perasaan tentang kurang perawatan diri.

 

1. Dengan mengetahui penyebab dari sindrom maka masalah lebih mudah di atasi.

 

1. Mengjarkan klien untuk mandiri.

 

1. Agar klien memiliki rasa percaya diri untuk bersosialisasi dengan lingkungannya.

 

 

1. Agar klien dapat termotivasi.

 

 

 

1. Untuk mengetahui perkembangan kemampuan

Page 7: Diagnosa Keperawatan.docx

 

 

5.

Evaluasi kemampuan untuk berpartisipasi dalam setiap tindakan perawatan diri.

klien.

 

 

1. Resiko infeksi saluran kemih berhubungan dengan stagnasi urine dan batu saluran empedu.

Definisi: Keadaan dimana seorang individu beresiko terserang oleh agen patogenik atau oportunistik (bakteri, jamur, protozoa, parasit lain) dari sumber-sumber eksternal, sumber-sumber endogen/eksogen.

Kriteria Hasil:

1. Memperlihatkan pengetahuan tentang faktor resiko yang berkaitan dengan infeksi.2. Melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk mencegah infeksi.

 

No. Intervensi Rasional1.

 

 

 

 

2.

 

 

3.

 

 

 

Evaluasi semua hasil pemeriksaan laboratorium yang abnormal, khususnya kultur/sensitifitas, JDL.

 

Kaji tanda/gejala abnormal pada klien sesuai prosedur urologis.

 

Pantau suhu klien paling sedikit setiap 24 untuk mengetahui peningkatan dan laporkan pada dokter jika lebih dari 37,8° C.

 

Berikan cairan bila diperlukan.

 

 

1. Mengetahui tingkat infeksi klien.

 

 

 

1. Sebagai tanda peringatan dini terjadinya infeksi.

 

1. Mengetahui perubahan suhu klien, apabila suhu klien tinggi maka infeksinya sudah parah.

 

 

1. Mengganti cairan yg kluar melalui kringat dan urine.

Page 8: Diagnosa Keperawatan.docx

 

4.

 

 

5.

 

 

 

 

6.

Kaji kembali kebutuhan kateter urine indwelling setiap hari.

 

 

 

Berikan antibiotik.

 

1. Menyesuaikan dengan kondisi klien, apabila terjadi infeksi maka sebaiknya penggunaan kateter di ganti setiap hari.

 

1. Mengurangi inflamasi.

 

 

7. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d penurunan absorbsi vitamin dan mineral sekunder akibat imobilitas

            Definisi: Suatu keadaan dimana individu yang tidak puasa mengalami atau yang beresiko mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan masukan yang tidak adekuat atau metabolisme nutrient yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik.

            Kriteria hasil: Individu akan

1. Meningkatkan masukan oral seperti yang ditunjukkan oleh perawat.2. Menjelaskan faktor-faktor penyebab apabila diketahui.3. Menjelaskan rasional dan prosedur pengobatan.

Kriteria Mayor:

Individu yang tidak puasa melaporkan atau mengalami masukan makanan tidak adekuat, kurang dari yang dianjurkan dengan atau tanpa penurunan berat badan atau kebutuhan-kebutuhan metabolik aktual atau potensial dalam masukan yang berlebihan.

Kriteria Minor:

1. Berat badan 10% sampai 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh.

2. Lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah, dan lingkar otot pertengahan tengah kurang dari 60% standart pengukuran.

3. Kelemahan otot dan nyeri tekan.4. Peka rangsang mental dan kekacauan mental.

Page 9: Diagnosa Keperawatan.docx

 

1. Penurunan albumin serum.2. Penurunan transferin serum atau penurunan kapasitas ikatan besi.

 

No.

Intervensi Rasional

1.

 

 

 

 

 

2.

 

 

 

3.

 

 

 

 

4.

Buat pilihan menu yang ada dan ijinkan klien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin.

 

 

 

Berikan makan sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat.

 

Berikan makanan yang mudah dicerna misal: bubur, jus buah-buahan, sereal.

 

 

Sadari pilihan-pilihan makanan rendah kalori/minuman, menimbun makanan, membuang makanan dalam berbagai tempat seperti saku atau kantung pembuangan.

1. Klien yang meningkat rasa percaya dirinya dan merasa mengontrol lingkungan lebih suka mnyediakan makanan untuk makan.

 

1. Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makanan terlalu cepat setelah periode puasa.

 

1. Makanan yang lembut memudahkan lansia untuk menelan dan menurunkan kerja usus.

 

1. Klien akan mencoba menghindari mengambil makanan bila tampak mengandung banyak kalori dan mau makan lama untuk menghindari makan.

 

8.  Keletihan b.d defisit nutrisional dan penurunan metabolisme nutrient sekunder akibat mual muntah

Definisi: Keadaan pengenalan diri dimana seorang individu mengalami perasaan kecapaian yang berlebihan terus-menerus dan penurunan kapasitas kerja fisik dan kerja mental yang tidak dapat dihilangkan dengan istirahat.

Page 10: Diagnosa Keperawatan.docx

 

 

Kriteria hasil: individu akan

1. Mendiskusikan sebab-sebab kelelahan.2. Mengungkapkan perasaan mengenai efek dari keletihan.3. Menetapkan prioritas untuk aktifitas sehari-hari.4. Ikut serta dalam aktifitas disekitarnya.

Kriteria Mayor:

1. Mengungkapkan tentang kekurangan energy yang tak kunjung habis dan berlebihan.2. Ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas biasa.

Kriteria Minor:

1. Meningkatnya keluhan fisik.2. Secara emosional labil dan mudah tersinggung.3. Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi.4. Penurunan kinerja.5. Letargi atau tidak bergairah.

 

No.

Intervensi Rasional

1.

 

 

 

 

2.

 

 

 

3.

Evaluasi laporan kelelahan, kesulitan menyelesaikan tugas, perhatikan kemampuan tidur/istirahat dengan tepat.

 

Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan/dibutuhkan.

 

Rencanakan periode istirahat yang lebih adekuat.

 

 

1. Menentukan derajat (berlanjut/perbaikan) dari efek ketidak mampuan.

 

 

1. Mengkaji kebutuhan individual dan menentukan intervensi.

 

 

1. Mencegah kelelahan berlebihan dan menyimpan energi untuk penyembuhan, regenerasi jaringan.

Page 11: Diagnosa Keperawatan.docx

 

 

 

 

4.

 

 

 

 

5.

 

Identifikasi faktor stress/psikologis yang dapat memperberat.

 

 

Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan tingkatkan tingkat partisipasi klien sesuai kemampuannya.

 

1. Mungkin memiliki efek akumulatif (sepanjang faktor psikologis) yang dapat diatasi bila masalah diketahui.

 

1. Meningkatkan rasa aman, meningkatkan percaya diri dan membatasi frustasi akibat ketidakmampuan.

 

9.  Resiko aspirasi b.d refluk isi lambung sekunder akibat pengosongan lambung yang tidak sempurna.

Definisi: Keadaan dimana individu beresiko terhadap pemasukan sekresi, benda padat, atau cairan ke dalam saluran trakeobronkial. 

Kriteria hasil: Individu tidak mengalami aspirasi, mengungkapkan tindakan untuk mencegah aspirasi.

 

No. Intervensi Rasional1.

 

 

 

 

 

2.

Minimalkan posisi tidur terlentang, ubah posisi miring kanan/kiri atau tengkurap dalam jangka waktu tertentu.

 

Hindari makan/minum dengan posisi tidur terlentang, berikan posisi semi fowler.

 

1. Posisi terlentang sangat rentan terjadi tersedak.

 

 

 

 

1. Posisi terlentang sangat rentan terjadi tersedak.

Page 12: Diagnosa Keperawatan.docx

 

 

 

 

3.

 

Batasi makan/minum sebelum tidur, minimal 2  jam sebelum tidur.

 

 

 

1. Makan banyak sebelum tidur memungkinkan terjadinya refluks makanan dari lambung.

Page 13: Diagnosa Keperawatan.docx

  PENGERTIAN

  Mobilitas atau Mobilisasi adalah kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah,

dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan

kesehatannya.

Page 14: Diagnosa Keperawatan.docx

  Imobilitas atau Imobilisasi adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas

karena kondisi yang menggangu pergerakan (aktivitas).

A.    JENIS MOBILITAS DAN IMOBILITAS

         Jenis Mobilitas :

1.      Mobilitas penuh,

merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas, sehingga dapat

melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.

2.      Mobilitas Sebagian,

 merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu

bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada

area tubuhnya, mobilitas sebagian dibagi dua jenis :

a.       Mobilitas sebagian temporer,

merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara.

b.      Mobilitas sebagian permanen,

 merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap.

         Jenis Imobilitas :

1.      Imobilisasi fisik,

merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah terjadinya

gangguan komplikasi pergerakan.

2.      Imobilisasi intelektual,

 merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya pikir.

3.      Imobilitas emosional,

merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara emosional karena

adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri.

4.      Imobilitas sosial,

merupakan keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial

karena keadaan penyakitnya, sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan

sosial.

B.     FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS

1.      Gaya Hidup

Page 15: Diagnosa Keperawatan.docx

 Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena gaya

hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari

2.      Proses Penyakit / Cedera

Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat mempengaruhi

fungsi sistem tubuh

3.      Kebudayaan

Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan.

4.      Tingkat Energi

Energi adalh sumber untuk mobilitas. Agar seseorang dapat melakukan mobilitas dengan

baik, dibutuhkan energi yang cukup.

5.      Usia dan Status Perkembangan

Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini

dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerka sejalan dengan perkembangan

usia.

C.     PERUBAHAN SISTEM TUBUH AKIBAT IMOBILITAS

(Tanda dan Gejala)

a.       Perubahan Metabolisme

Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal, mengingat

imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam tubuh.

b.      Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit

Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari imobilitas akan

mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsenstrasi protein serum berkurang

sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh. Berkurangnya perpindahan cairan dari

intravaskular ke interstitial dapat menyebabkan edema, sehingga terjadi ketidakseimbangan

cairan dan elektrolit.

c.       Gangguan Pengubahan Zat Gizi

Page 16: Diagnosa Keperawatan.docx

Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan protein dan

kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel menurun, dan tidak

bisa melaksanakan aktivitas metabolisme,

d.      Gangguan Fungsi Gastrointestinal

Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi  gastrointestinal, karena imobilitas dapat

menurunkan hasil makanan yang dicerna dan dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi.

e.       Perubahan Sistem Pernapasan

Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan. Akibat imobilitas, kadar

hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah otot,

f.       Perubahan Kardiovaskular

Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas, yaitu berupa hipotensi ortostatik,

meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan trombus.

g.      Perubahan Sistem Muskuloskeletal

-          Gangguan Muskular    : menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas,

  dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara

  langsung.

-          Gangguan Skeletal      : adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan

  skeletal, misalnya akan mudah terjadi kontraktur sendi

  dan osteoporosis.

h.      Perubahan Sistem Integumen

Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena

menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas.

i.        Perubahan Eliminasi

Perubahan dalam eliminasi misalnya dalam penurunan jumlah urine.

j.        Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya rasa bermusuhan,

bingung, cemas, dan sebagainya.

D.    PROSES KEPERAWATAN

1.      Pengkajian

a.       Riwayat Keperawatan Sekarang

Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi keluhan /

gangguan dalam mobilitas dan imobilitas.

b.      Riwayat Keperawatan Dahulu

Page 17: Diagnosa Keperawatan.docx

Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan

mobilitas

c.       Riwayat Keperawatan Keluarga

Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya riwayat alergi,

stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.

d.      Kemampuan Mobilitas

Tingkat Aktivitas/Mobilitas Kategori

Tingkat 0

Tingkat 1

Tingkat 2

Tingkat 3

Tingkat 4

Mampu merawat diri secara penuh

Memerlukan penggunaan alat

Memerlukan bantuan atau pengawasan orang

lain

Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,

dan peralatan

Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan

atau berpartisipasi dalam perawatan

e.       Kemampuan Rentang Gerak

Pengkajian rentang gerak (ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul,

dan kaki dengan derajat rentang gerak normal yang berbeda pada setiap gerakan (Abduksi,

adduksi, fleksi, ekstensi, hiperekstensi)

f.       Perubahan Intoleransi Aktivitas

Pengkajian intoleransi aktivitas dapat berhubungan dengan perubahan sistem pernapasan dan

sistem kardiovaskular.

g.      Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi

Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak.

Skal

a

Procentase Kekuatan

Normal

Karakteristik

0

1

2

0

10

25

Paralisis sempurna

Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat

dipalpasi atau dilihat

Gerakan otot penuh melawan gravitasi

Page 18: Diagnosa Keperawatan.docx

3

4

5

50

75

100

dengan topangan

Gerakan yang normal melawan gravitasi

Gerakan penuh yang normal melawan

gravitasi dan melawan tahan minimal

Kekuatan normal, gerakan penuh yang

normal melawan gravitasi dan tahanan

penuh

h.      Perubahan psikologis

Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas dan

imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, dan sebagainya.

2.      Diagnosis

-          Gangguan penurunan curah jantung berhubungan dengan imobilitas

-          Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya terus dan kekuatan otot

-          Tidak efektifnya pola napas berhubunagn dengan menurunnya ekspansi paru

-          Gannguan interaksi sosial berhubungan dengan imobilitas

-          Gangguan konsep diri berhubungan dengan imobilitas

3.      Perencanaan

Tujuan :

1.      Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi

2.      Meningkatkan fungsi kardiovaskular

3.      Meningkatkan fungsi respirasi

4.      Memperbaiki gangguan psikologis

Rencana Tindakan :

a.       Pengaturan posisi dengan cara mempertahankan posisi dalam postur tubuh yang benar

b.      Ambulasi dini

c.       Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri

d.      Latihan isotonik dan isometrik

e.       Latihan ROM

f.       Latihan napas dalam dan batuk efektif

g.      Melakukan postural drainage

Page 19: Diagnosa Keperawatan.docx

h.      Melakukan komunikasi terapeutik

4.      Pelaksanaan

a.       Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien

Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas, digunakan untuk

meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi. Posisi-posisi tersebut, yaitu :

1.      Posisi fowler

2.      Posisi sim

3.      Posisi trendelenburg

4.      Posisi Dorsal Recumbent

5.      Posisi lithotomi

6.      Posisi genu pectoral

b.      Ambulasi dini

Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot

serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.. Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara melatih

posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan lain-lain.

c.       Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk melatih kekuatan,

ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta meningkatkan fungsi

kardiovaskular.

d.      Latihan isotonik dan isometrik

Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan ketahanan otot dengan cara

mengangkat beban ringan, lalu beban yang berat. Latihan isotonik (dynamic exercise) dapat

dilakukan dengan rentang gerak (ROM) secara aktif, sedangkan latihan isometrik (static

exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan curah jantung dan denyut nadi.

e.       Latihan ROM Pasif dan Aktif

Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan untuk mengurangi

kekakuan pada sendi dan kelemahan otot.

Latihan-latihan itu, yaitu :

1.      Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

2.      Fleksi dan ekstensi siku

Page 20: Diagnosa Keperawatan.docx

3.      Pronasi dan supinasi lengan bawah

4.      Pronasi fleksi bahu

5.      Abduksi dan adduksi

6.      Rotasi bahu

7.      Fleksi dan ekstensi jari-jari

8.      Infersi dan efersi  kaki

9.      Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki

10.  Fleksi dan ekstensi lutut

11.  Rotasi pangkal paha

12.  Abduksi dan adduksi pangkal paha

f.       Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif

Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai dampak terjadinya

imobilitas.

g.      Melakukan Postural Drainase

Postural drainase merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari paru dengan

menggunakan gaya berat (gravitasi) dari sekret itu sendiri. Postural drainase dilakukan untuk

mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran napas tetapi juga mempercepat pengeluaran

sekret sehingga tidak terjadi atelektasis, sehingga dapat meningkatkan fungsi respirasi. Pada

penderita dengan produksi sputum yang banyak, postural drainase lebih efektif bila diikuti

dengan perkusi dan vibrasi dada.

h.      Melakukan komunikasi terapeutik

Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis yaitu dengan cara berbagi

perasaan dengan pasien, membantu pasien untuk mengekspresikan kecemasannya,

memberikan dukungan moril, dan lain-lain.

5.      Evaluasi

Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan

mobilitas adalah :

a.       Peningkatan fungsi sistem tubuh

b.      Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot

c.       Peningkatan fleksibilitas sendi

Page 21: Diagnosa Keperawatan.docx

d.      Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi pasien menunjukkan

keceriaan

Tinjauan Medis

1.1.1 Pengertian

Imobilisasi adalah suatu keadaan dimana individu mangalami keterbatasan

gerakan fisik, tetapi tidak pada keadaan imobilisasi (Carpenito , 1998)

Mobilitation adalah perbuatan yang dapt digerakkan yang terfiksasi (Dorlan,

1990)

Mobilisai adalah salah satu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena

hal itu essensial untuk mempertahankan kemandirian (Miller, 1995)

Mobililis/ mobilisatio adalah usahagerak/ memgerakakn (Brooker Christine,

2001)

1.1.2 Etilogi

1) Alkoholisme

2) Ampulasi

3) Bedah Jantung

4) Koreksistektami

5) Bedah Diskur

6) Histerektomi

7) Mastektomi

8) Obesits

1.1.3 Fisiologi

Page 22: Diagnosa Keperawatan.docx

Kapasitas fungsional imobilisasi (Kotle, 1996)

Kapasitas fungsional, potensial maksimal fisiologi dan keadaan potensial untuk memahami

dampak negatif imobilisasi :

1) Kapasitas fungsional adalah angka metabolisme maksimal yang dicapai

seseorang pada saat mengerahkan tugasnya.

2) Potensial maksimal fisiologis adalah angka metabolisme maksimal pada

individu yang sama yang mampu dicapaisesudah melakukan latihan fisik

yang terncana.

3) Cadangan potensial adalah perbedaan kapasitas fungsi dan potensial

maksimal fisiologis.

1.1.4 Klasifikasi

Gerak diklasifikasikan menjadi 2 :

1) Rentang gerak aktif : menjaga kelenturan otot pada sendi.

2) Rentang gerak pasif : menjaga kelenturan otot dan persendian

3) Rentang gerak fungsional : memperkuat otot dan sendi sambil melakukan

aktivitas.

Imobilisasi dibagi manjadi 4 macam :

1) Imobilisasi Fisik

adalah suatu keterbasan dalam pergerakan fisik.

2) Imobilisasi intelektul

adalah imobilisasi yang dapat menyebabkan penurunan IQ akibat

keterbatasan fungsi

3) Imobilisasi social

Page 23: Diagnosa Keperawatan.docx

adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam interaksi social yang sering

disebabkan oleh penyakit.

4) Imobilisasi emosional

adalah imobilisasi yang terjadi pada orang yang mengalami stress dan

depresi berat.

1.1.5 Manifestasi Klinis

1) Kerusakan Imobilisasi

1) Tidak mampu bergerak atau beraktifitas sesuai kebutuhan.

2) Keterbatasan menggerakkan sendi.

3) Adanya kerusakan aktivitas.

4) Pennurunan ADL dibantu orang lain.

5) Malas untuk bergerak atau latihan mobilitas.

2) Kemungkinan dibuktikan oleh

1) Ketidakmampuan bergerak dengan tujuan dalam lingkungan fisik.

2) Kerusakan koordinasi.

3) Keterbatasan tentang gerak

4) Penurunan kekuatan atau kontrol otot.

1.1.6 Penatalaksana

1) Mengobservasi TTV .

2) Mengkaji tingkat kemampuan.

3) Mengajarkan latihan tantang gerak secara perlahan.

Page 24: Diagnosa Keperawatan.docx

4) Mengkaji skala tentang gerak (MMT)

5) Mengkoordinasi dengan ahli fisioterapi.

1.1 TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

1.1.1.1 Anamnesa

1) Keluhan nyeri pada gerakan.

2) Enggan berusaha atau kesulitan dalam gerakan yang diinginkan.

3) Kerusakan koordinasi keterbatasan tentang penurunan tentang kekuatan

otot.

1.1.1.2 pemeriksaan Fisik

Kaji Batasan Karakteristik

1) Tanda-tanda vital

Batas suhu normal suhu saat ini irama dan frekukensi jantung abnormal,

tekanan darah abnormal, pernafasan abnormal.

2) Status mental

Sadar, mengantuk, kebingungan, orientasi, atau koma.

3) Fungsi motorik

Tangan kanan , tangan kiri, kaki kanan dan kaki kiri dikaji dalam rengtang

berapa pergerakan bisa diklakukan MMT skala 0-5.

0 = Tidak ada kontraksi atau dipalpasi tidak ada tonus otot.

1 = Ada kontraksi, tidak ada gerakan.

2 = Ada kontraksi,mampu menggerakkan sendi tapi tidak mampu

melawan gravitasi

Page 25: Diagnosa Keperawatan.docx

3 = ada kontraksi otot,mampu melawan gravitasi , gerakan full room,

4 = ada kontraksi otot,mampu melawan gravitasidan tahanan

minimal,full room,

5 = dapat melakukan aktivitas seluruhnya

1.1.1.3 Rencana Asuhan Keperawatan

1.2.2.1 Diagnosa Keperawatan

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan sekunder akibat

tumor sistem saraf pusat

1.2.2.2 Batasan Karakteristik

Mayor

1) Mampu untuk bergerak dengan maksud tertentu dalam lingkungannya

seperti mobilisasi ditempat tidur dan ambulasi.

2) Keterbatasan menggerakkan sendi-sendi (rentang gerak)

Minor

3) Adanya keterbatasan aktivitas.

4) Malas untuk bergerak.

1.2.2.3 Tujuan

1) Pasien dapat memobilisasi secara maksimal tanpa dibantu.

2) Pasien mampu melakukan aktivitas fisiknya dengan baik dan

mempertahankan kualitas hidupnya.

1.2.2.4 Kriteria Hasil

Individu akan :

Page 26: Diagnosa Keperawatan.docx

1) Menceritakan kekuatan dan tahanan ekstremmitas bagian kanan.

2) Dapat melakukan ADL (Aktivity Daily Life) secara bertahap

3) Mendemontrasikan tindakan-tindakan untuk meningkatkan mobilitas.

4) Mampu menggunakan tindakan pengamanan yang meminimalkan

kemungkinan terhadap potensial luka-luka catau cidera.

1.2.2.5 Implementasi dan Rasional

1) Pantau TTV tiap 4 jam sekali

R : Tekanan darah merupakan parameter untuk mengetahui tingkat

kelumpuhan dari pasien.

2) Kaji dan laporkan tingkat kemampuan pasien dalam aktivitas.

R : Mengidentifikasi kekuatan ataas kelemahan dan dapat memberikan

informasi atau tindakan mengenai pemulihan.

3) Ajarakan latihan tentang gerak secara perlahan

R : Mempertahakan mobolisasi dan fungsi sesuai atau posisi normal

ekstremitas.

4) Ciptakan lingkungan terapeutik

R : Memberikan rasa nyaman pada pasien.

5) Kaji kekuatan otot (MMT)

R : Mengetahui dalam tentang berapa pergerakan yang bisa dilakukan

pasien.

6) Lakukan kolaborasi dengan ahli fisioterapi secara aktif.

R : Untuk menjaga keseimbangan koordinasi dan kekuatan otot, memberi

terapi fisik dapat melatih pasien untuk belajar mandiri.

Page 27: Diagnosa Keperawatan.docx

1.2.3 Evaluasi

1) Pasien menunjukkan kemampuan untuk melakukan mobilisasi diri misal ditempat

tidur.

2) Pasien mengikuti latihan fisioterapi dengan ketat.

3) Pasien dapat melakukan ADL (activity of dialing living)

Rencana keperawatan1.         Untuk diagnose keperawatan intoleransi aktivitas

Intervensi:o   Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitaso   Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendirio   Catat tanda vitalo   Kolaborasi dengan doktero   Lakukan aktivitas yang adekuat

Rasional:o   Merencanakan intervensi dengan tepato   Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendirio   Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitaso   Mempercepat proses penyembuhano   Untuk mengoptimalkan pergerakan

2.         Untuk diagnose keperawatan keletihanIntervensi:

o   Monitor keterbatasan aktivitaso   Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendirio   Catat tanda vital sebelum dan sesudah aktivitaso   Kolaborasi dengan dokter dalam latihan aktivitaso   Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli dieto   Berikan pendidikan kesehatan

Rasional:o   Merencanakan intervensi dengan tepato   Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendirio   Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitaso   Mempercepat proses penyembuhano   Diet adekuat dapat menambah energy untuk mencegah keletihano   Menambah pengetahuan pasien

3.         Untuk diagnose keperawatan gangguan mobilitas fisikIntervensi:

o   Pertahanan body aligment dan posisi yang nyaman

Page 28: Diagnosa Keperawatan.docx

o   Cegah pasien jatuho   Lakukan latihan aktif maupun pasifo   Lakukan fisiotheraphy dada dan posturalo   Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi

Rasional:o   Mencegah iritasi dan komplikasio   Mempertahankan keamanan pasieno   Meningkatkan sirkulasi dan mencegah kontrakturo   Meningkatkan fungsi paruo   Memaksimalkan mobilisasi

4.         Untuk diagnose keperawatan deficit perawatan diriIntervensi:

o   Lakukan kajian kemampuan pasien dalam perawatan diri terutama ADLo   Jadwalkan jam kegiatan tertentu untuk ADLo   Jaga privasi dan keamanan pasieno   Lakukan latihan aktif dan pasifo   Monitor tanda vital, tekanan darah, sebelum dan sesudah ADL

                   Rasional:o   Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatano   Perencanaan yang matang dalammelakukan kegiatan sehari-hario   Memberikan keamanano   Meningkatkan sirkulasi daraho   Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas

d.      Evaluasi Evaluasi asuhan keperawatan pada klien terganggu kesejajaran tubuh dan mobilisasi

berdasarkan criteria hasil setiap tujuan keperawatan, yaitu:-       Klien akan mempertahankan rentang gerak pada sendi ekstremitas atas-       Klien akan mengikuti program latihan teratur 3-4 kali sehari dengan perencanaan pulang-       Klien akan melakukan rentang gerak penuh pada sendi yang sakit-       Tidak ada kontraktur sendi

  LAPORAN KASUS

Tanggal Pengkajian: 28 Maret 2012

A.    DATA BIOGRAFINama                           : Ny. ATTL                             : Sampit, 13 juli 1949Jenis kelamin               : perempuanGol. Darah                  : BAgama                         : islamPendidikan                  : -Status perkawinan       : jandaTB/BB                         : 145 cm, 43 kg

Page 29: Diagnosa Keperawatan.docx

Penampilan                  : rapiCiri-ciri                       : rambut kelabu, kulit keriput, gigi bersih, warna kulit pucat, agak bungkukAlamat                        : kelurahan ketapang, kecamatan mentawa baru ketapang, RT 04,     RW 05, kabupaten

kotawaringin timurOrang yang dekat       : Ny. KHubungan                   : anak klienAlamat/telpon             : 0852459734xx

B.     RIWAYAT KEPERAWATAN1.      Genogram

 

Keterangan :                : Laki-laki                                            : Garis keturunan

                                    : Perempuan                                        : Tinggal serumah                                    : Garis hubungan                                 : Meninggal

2.      Riwayat keluargaKlien adalah anak kedua dari sepuluh bersaudara. Suami klien meninggal sepuluh tahun yang lalu. Dikeluarga klien tidak ada riwayat penyakit menurun maupun menular berbahaya lainnya. Saat muda klien bekerja sebagai petani dan suami klien bekerja sebagai tukang kayu. Kedua orang tua klien bekerja sebagai petani. Sejak kecil hingga menikah klien hidup serba kekurangan, tapi klien masih bisa membiayai anaknya sekolah. Saat semua anak klien sudah bekerja dan menikah hidup klien mulai berkecukupan, tetapi klien sering mengeluhkan nyeri sendi dan postur tulang punggung klien mulai bungkuk dan klien agak susah saat berjalan.

Page 30: Diagnosa Keperawatan.docx

Tapi klien masih bisa memenuhi kebutuhannya (makan) sendiri namun saat berjalan ataupun mandi, klien selalu dibantu keluarganya karena klien tidak kuat berdiri lama.

C.    RIWAYAT PEKERJAANSaat ini klien sudah tidak bekerja, sebelumnya klien adalah seorang petani, dan jarak tempat kerjanya dari rumah adalah 1km dan biasa ditempuh klien dengan jalan kaki. Saat ini pendapatan klien bersumber dari uang yang diberikan anak-anaknya tiap bulan dan semua kebutuhan klien terpenuhi.

D.    RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUPRumah klien terbuat dari kayu, jenis lantai rumah klien terbuat dari kayu dan kondisi lantainya kering. Tidak terdapat tangga dirumah klien, penerangan yang tersedia cukup, tempat tidur klien aman karena berada dibawah dan tidak terlalu tinggi. Alat dapur tertata rapi. Terdapat sebuah WC dirumah klien namun tidak ada pegangan dan lantainya licin. Lingkungan disekutar klien bersi dan tidak ada barang yang membahayakan. Klien tinggal dengan satu orang anak, satu orang menantu, dan kedua cucunya (5 orang dalam satu rumah), klien mendapatkan privasinya dirumah tersebut. Tetangga terdekat klien adalah Tn. A yang tinggal disebelah rumah klien.

E.     RIWAYAT REKREASIHobby/ minat klien adalah membuat kue kering. Klien tidak mengikuti kegiatan apapun dank lien jarang melakukan liburan atau perjalanan kecuali perjalanan pulang kampong tiap lebaran.

F.     SISTEM PENDUKUNGRumah klien dekat dengan puskesmas, kurang lebih 500m. jarak antara rumah sakit dengan rumah klien adalah 2km. Klien jarang mendapatkan pelayanan kesehatan dirumah dan perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga adalah membantunya berjalan dan mandi.

G.    DISKRIPSI KEKHUSUSANKlien selalu melaksanakan kebiasaan ritual sholat 5 waktu dirumah setiap harinya.

H.    STATUS KESEHATANSejak 5 tahun lalu hingga sekarang klien hanya sering mengeluh nyeri sendi dan pinggang setiap sebelum tidur, klien juga merasa sering lemah bila terlalu lama berdiri sehingga agak susah berjalan. Klien tidak memiliki keluhan lain selain hal tersebut.1. Provocative/palliative          : nyeri sendi dan nyeri punggung2. Quality/Quantity                 : nyut-nyutan seperti membawa batu3. Region                                 : di punggung dan seluruh persendian4. Severity scale                      : 45. Timing                                 : setiap sebelum tidur Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan : bila nyeri muncul klien hanya menggosok bagian tubuh yang sakit dengan minyak urut dan klien tidak pernah memeriksakan penyakit yang dideritanya ke dokter ataupun memeriksakan diri ketempat pelayanan kesehatan lainnya.Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan, makanan, maupun factor lingkungan.Penyakit yang diderita klien adalah reumatik.

I.       AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)

Page 31: Diagnosa Keperawatan.docx

Indeks kats klien adalah C, karena setiap klien mandi dan berpindah selalu di bantu keluarga. Oksigenasi, cairan & elektrolit, nutrisi, istirahat & tidur, dan personal hygine klien tercukupi. Tetapi aktivitas klien mengalami penurunan. Sejak 10 tahun semenjak kematian suaminya pun kebutuhan seksual klien tidak pernah terpenuhi. Klien juga jarang melakukan rekreasi karena agak susah berjalan.

J.      PSIKOLOGIKlien merupakan anak kedua dari sepuluh bersaudara yang berusia 62 tahun, klien menyukai semua bagian tubuhnya, klien ingin hidupnya tenang sampai akhir hayatnya, klien merasa dirinya berharga karena seluruh keluarganya menyayanginya. Emosi klien labil, klien gampang tersinggung. Klien dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya. Mekanisme pertahanan diri minimal.

Status mental                        :Tingkat kesadaran klien compos mentis, klien tidak mengalami dimensia, orientasi dan bicara klien normal. Bahasa yang digunakan bahasa banjar. Klien mampu membaca dan mampu berinteraksi dengan lawan bicaranya. Klien tidak memiliki vertigo.Short portable mental status questionnaire (SPMSQ) : 3Mini mental state exam (MMSE)                                : 3Geriatric depression scale                                            : 4APGAR                                                                      : 7

K.    TINJAUAN SISTEMKeadaan umum klien baik, tingkat kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital ; TD: 140/100 mmHg, RR: 20x/menit, Nadi: 82x/menit, suhu: 35,4˚C, TB: 145cm, BB: 43kg.

PENGKAJIAN PERSISTEM

PERNAFASAN (B1: BREATHING)Bentuk dada simetris, klien tidak ada batuk dan tidak mengeluarkan sputum, pola nafas regular dengan frekuensi 20x/menit, bunyi nafas normal.

CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)Nadi regular dengan frekuensi 82x/menit, bunyi jantung normal, tidak ada pembersaran jantung, tidak ada edema dan clubbing finger.

PERSARAFAN (B3: BRAIN)Tingkat kesadaran klien composmentis, GCS 15 (e4v5m6), reflex normal, klien mempunyai koordinasi gerak yang baik, tidak ada kejang.

PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI)Bentuk Mata klien normal, pupil isokor, gerak bola mata normal, medan penglihatan menyempit, klien tidak mengalami buta warna dan peningkatan tekanan intra okuler.Bentuk hidung klien normal dan tidak ada gangguan penciuman.Bentuk telinga klien normal, aurikel normal, membrane tympani terang, tidak ada otorrhoea, tidak ada tinnitus dan tidak ada gangguan pendengaran.Indera perasa dan peraba klien normal.

PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4: BLADDER)

Page 32: Diagnosa Keperawatan.docx

Tidak ada masalah pada kandung kemih klien, produksi urine 700ml/hari, freuensi 5-6x/hari, warna kuning terang, bau khas amoniak.

PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)Selaput lendir mulut lembab, lidah klien hiperemik, rongga mulut klien tidak berbau, tidak ada kesulitan maupun nyeri saat menelan, abdomen kenyal dan tidak ada benjolan, tidak ada pemesaran hepar, lien, dan asites.BAB 1x/hari, tidak ada masalah pada BAB, klien tidak menggunakan obat pencahar dan lavemen.

OTOT, TULANG DAN INTEGUMEN (B6: BONE)Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai terbatas, tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi, dan tidak ada hematom.Warna kulit pucat, akral dingin, turgor tidak elastic, tulang belakang klien kiposis.

REPRODUKSIBentuk payudara klien simetris, tidak ada benjolan, bentuk kelamin normal, tidak ada keputihan, siklus haid 7hari.

ENDOKRINTidak ada factor alergi dan kelainan endokrin pada klien.

PENGETAHUANKlien tidak mengetahui apa penyebab persendian dan punggungnya yang sering sakit, klien tidak tahu bagaimana cara menghilangkannya. Klien hanya tahu cara menguranginya yaitu dengan menggunakan minyak urut.

ANALISA DATANO DATA ETIOLOGI PROBLEM1. DS: “saya sering merasa

nyeri punggung dan nyeri sendi”

DO: -k/u lemah-kesadaran compos mentis-P: nyeri sendi dan punggung-Q: nyut-nyut seperti membawa batu-R: di persendian dan punggung-S: 4-T: setiap mau tidur-klien tidak bisa berdiri lama-berjalan ataupun mandi dibantu keluarga-TD: 140/100mmHg-RR: 20x/menit-N: 82x/menit

Kelemahan Gangguan mobilitas fisik

Page 33: Diagnosa Keperawatan.docx

-S: 35,4˚C

PRIORITAS MASALAH1. Gangguan mobilitas fisik

DIAGNOSA MASALAH1. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan 

RENCANA KEPERAWATAN

No.Dx. Kep.

Tujuan Intervensi Rasional

1.        1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan gangguan mobilitas fisik berkurang atau teratasi, dengan criteria hasil:- klien dapat melakukan aktivitas secara adekuat- k/u baik- tidak terjadi cidera- klien meningkatkan aktivitas sesuai batas toleransi

1.      Pertahanan body aligment dan posisi yang nyaman

2.      Cegah pasien jatuh

3.      Lakukan latihan aktif maupun pasif

4.      Lakukan fisiotheraphy dada dan postural

5.      Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi

1.      Mencegah iritasi dan komplikasi

2.      Mempertahankan keamanan pasien

3.      Meningkatkan sirkulasi dan mencegah kontraktur

4.      Meningkatkan fungsi paru

5.      Memaksimalkan mobilisasi

IMPLEMENTASI

No.Dx. Kep.

Implementasi Evaluasi

          

1. 1 1. mempertahanan body aligment dan

posisi yang nyamanHasil: klien mempertahankan body aligment.

2. mencegah pasien jatuhHasil: klien dibantu saat berpindah dan mandi sehingga mencegah terjadinya jatuh

3. melakukan latihan aktif maupun pasifHasil: klien melakukan latihan aktif dengan berjalan ditempat selama 1 menit

4. meningkatkan aktivitas sesuai batas toleransiHasil: klien mencoba mandi sendiri tetapi masih dalam pengawasan

S: “saya masih merasa lemah saat terlalu lama berdiri”

O: -k/u lemah-aktivitas klien meningkat-tidak terjadi cidera

A: masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi

Page 34: Diagnosa Keperawatan.docx