Dinamika Keluarga Setelah Anak Lahir Fix
Click here to load reader
-
Upload
fijanataliadin15a -
Category
Documents
-
view
346 -
download
4
Transcript of Dinamika Keluarga Setelah Anak Lahir Fix
DINAMIKA KELUARGA SETELAH ANAK LAHIR
Kelahiran seorang anak menyebabkan timbulnya suatu tantanga mendasar terhadap
strukut interaksi keluarga yang sudah terbentuk. Menjadi orang tua menciptakan periode
ketidakstabilan yang menuntut prilaku yang meningkatkan transisi untuk menjadi orang
tua.orangtua harus menggali hubungan mereka dengan bayi dan mengatur hubungan di
antara mereka. Apabila ada anak lain, orang tua harus menyesuaikan diri mereka untuk
juga melibatkan anak ang lain dan anak – anak yang lebih tua harus menyesuaikan diri
terhadap tuntutan bayi akan kasih dan waktu orangtua (Walz,Rich, 1983). Perawat yang
memahami proses menjadi tua, termasuk penyesuaian orang tua,saudara, dan kakek –
nenek di persiapkan untuk membantu anggota keluarga pada transisi untuk menjadi
orangtua.
A. PROSES MENJADI TUA
Selama periode prenatal, ibu ialah satu – satunya pihak yang membentuk
lingkungan tempat janin berkembang dan bertumbuh. Persatuan sibiosis tertutup
antara ibu dan anak berahir pada saat bayi lahir. Kemudian orang lain mulai terlibat
dalam perawatan bayi, secara penuh ataupun sewaktu – waktu. Siapa pun baik
orangtua pengganti maupun orangtua biologis, wanita atau pria yang melakukan
peran orang tua memasuki suatu hubungan penting dengan anak tersebut seumur
hidupnya. Wanita dan pria tentunya dapat hidup tanpa seorang anak sehingga pada
hakikatnya menjadi orang tua adalah suatu pilihan.menjadi orang tua bisa merupakan
factor pematangan dalam diri seorang wanita atau pria tanpa memperhatikan apakah
anak yang di asuh memiliki hubungan biologis atau tidak. Untuk anak – anak peran
orang tua sangat penting. Keadaan mereka selanjutnya tergantung pada kecukupan
asuhan yang di terima.
Tugas, tanggung jawab dan sikap yang membentuk peran menjadi orang tua
dirumuskan oleh Steele dan Pollack (1968) sebagai fungsi menjadi ibu (mothering
function) . ini merupakan proses orang dewasa (pribadi yang matang, penyayang,
mampu dan mandiri ).mulai mengasuh seorang bayi (pribadi yang tidak matang,
tidak berdaya, dependen).seorang orangtua bisa memperlihatkan sifat
keibuannya.kemampuan untuk menunjukan kelembutan, kasih, dan pengertian serta
meletakkan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri tidak hanya
terbatas pada wanita ini adalah cirri karakteristik seorang individu.
Steele dan Pollack (1968) menyatakan bahwa menjadi orang tua merupakan
suatu proses yang terdiri dari dua komponen. Komponen pertama bersifat praktis
atau mekanis, melibatkan keterampilan kognitif dan motorik; komponen kedua,
bersifat emosional, melibatkan keterampilan afektif dan kognitif. Kedua komponen
ini penting untuk perkembangan dan keberadaan bayi.
1. Keterampilan kognitif – motorik
Komponen pertama dalam proses menjadi orang tua melibatkan aktifitas
perawatan anak, seperti memberi, makan, menggendong, mengenakan pakaian, dan
membersihkan bayi, menjaganya dari bahaya, dan memungkinkannya untuk bisa
bergerak (steele, polack,1968). Aktifitas yang berorientasi pada tugas ini atau
keterampilan kognitif – motorik tidak terlihat otomatis pada saat bayi lahir.
Kemampuan orang tua pada hal ini di pengaruhi oleh pengalaman pribadinya dan
budaya nya. Banyak orang tua harus belajar dalam melakukan tugas ini dan proses
belajar ini mungkin sukar bagi mereka, tapi hampir semua orang tua yang memiliki
keinginan untuk belajar dan di bantu dukungan orang lain menjadi terbiasa dengan
aktifitas merawat anak.
2. Keterampilan Kognitif-Afektif
Keterampilan kognitif afektif-afektif menjadi orangtua ini meliputi sikap
yang lembut, waspada, dan memberi perhatian terhadap kebutuhan dan
keinginan anak. Komponen menjadi oranguta ini memiliki efek yang mendasar
pada cara perawatan anak yang dilakukan dengan praktis dan pada respon
emosional anak terhadap asuhan yang di terimanya.suatu hubungan orangtua-
anak yang positif ialah saling memberi satu sama lain.
Konsep Erikson (1959, 1964) tentang kepercayaan juga hamper sama. Ia
mengatakan bahwa rasa percaya ini akan menentukan respon bayi seumur
hidupnya. Orang-orang mengalami hubungan orangtua-anak yang cendrung
lebih mudah bersosialisasi dan terbuka serta mampu meminta bantuan dan
menerima bantuan dari orang lain.
Secara umum sebagian besar wanita mengalami gangguan emosional setelah
melahirkan, menurut clydde regina dkk.(2001), bentuk gangguan postpartum yang umum
adalah depresi, mudah marah dan terutama mudah frustasi, serta emosional. Sebagian
perempuan menganggap bahwa masa-masa setelah melahirkan adalah masa-masa sulit
yang akan menyebabkan mereka mengalami tekanan secara emosional. Gangguan
gangguan psikologis yang muncul akan mengurangi kebahagiaan yang dirasakan, dan
sedikit banyak memengaruhi hubungan anak dan ibu di kemudian hari, khususnya
pengaruh penerimaan (respons) ibu terhadap bayi baru lahir.
Pada saat proses pelahiran selesai, proses yang baru dimulai sama pentingnya untuk
masa depan keluarga. Sebagai awalan ketika ibu mulai merasa bias terbuka terhadap bayi
baru lahirnya dan bayi berada dalam periode reaktivitas pertamanya, hal ini merupakan
pengalaman baru yang paling berharga untuk proses bonding. Klaus dan kennel
menekankan pentingnya periode sensitive setelah proses kelahiran. Gagasan mengenai
periode sensitif dapat dilihat pada perilaku awal orang tua yang menemui bayi baru lahir
mereka, ketika tiba-tiba atau dengan lembut orang tua mengeksplorasi tubuh bayi baru
lahir, mengubah intonasi dan ritme suara mereka menjadi lembut, serta mengambil posisi
muka dengan muka yang berhadapan dengan anak mereka. Bonding attachment terjadi
pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah-anak dan berada dalam ikatan
kasih.
Perkenalan, Ikatan, dan Kasih sayang dalam menjadi orangtua
Walau sudah banyak riset dilakukan untuk membuka tabir proses orangtua bisa
mengasihi dan menerima seorang anak dan seorang anak bisa mengasishi dan
menerima orangtuanya, para ahli masih tidak mengetahui apa motivasi dan komitment
orangutan dan anak-anaknya selama bertahun-tahun dalam mendukung dan merawat
satu dengan lain. Proses ini sering disebut attachment (kasih sayang) atau bonding
(ikatan).
Bounding attachment
Bounding merupakan suatu langkah awal untuk mengungkapkan perasaan afeksi
(kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir.
Attachment merupakan interaksi antara ibu dan bayi secara specifik sepanjang
waktu. (Saxton. N and Pelikan. 1996)
Interaksi orang tua dan bayi secara nyata baik fisik, emosi dan sensori pada menit-
menit dan jam-jam pertama segera setelah bayi lahir (Klause dan Kennel, 1983).
Jadi Bounding Attachment adalah kontak awal antara ibu dan bayi setelah kelahiran,
untuk memberikan kasih sayang yang merupakan dasar interaksi antara keduanya scara
terus menerus.
Dengan kasih sayang yang diberikan terhadap bayinya maka akan terbentuk ikatan
batin antara orang tua dan bayinya.
Respon antara ibu dan bayi sejak kontak awal hingga tahap perkembangannya.
a. Touch ( Sentuhan )
Ibu memulai dengan sebuah ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala dan
ektremitas bayinya. Dalam waktu singkat secara terbuka perabaan digunakan untuk
membelai tubuh, dan mungkin bayi akan di peluk di lengan ibu, gerakan dilanjutkan
sebagai usapan lembut untuk menenangkan bayi, bayi akan merapat pada payudara ibu,
menggenggam satu jari atau seuntai rambut dan terjadilah ikatan antara keduanya.
b. Eye to Eye Contact ( Kontak Mata )
Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan segera. Kontak
mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa
percaya sebagai faktor yang penting dalam hubungan manusia pada umumnya. Bayi baru
lahir dapat memusatkan perhatian kepada suatu obyek, satu jam setelah kelahiran pada
jarak sekitar 20 – 25 cm, dan dapat memusatkan pandangan sebaik orang dewasa pada
usia kira – kira 4 bulan.
Dengan demikian perlu diperhatikan dalam praktek kesehatan, adanya faktor –
faktor yang dapat menghambat proses tersebut, misalnya untuk pemberian salep/tetes
mata pada bayi dapat ditunda beberapa waktu sehingga tidak mengganggu adanya kontak
mata ibu dn bayi
c. Odor ( Bau Badan )
Indra penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik dan masih
memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Penelitian menunjukan
bahwa kegiatan seorang bayi, detak jantung dan pola bernapasnya berubah setiap kali
hadir bau yang baru, tetapi bersama dengan semakin dikenalnya bau itu, si bayi pun
berhenti bereaksi. Pada akhir minggu pertama, seorang bayi dapat mengenali ibunya dari
bau tubuh dan air susu ibunya. Indra penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu
dapat memberikan bayinya ASI pada waktu tertentu.
d. Body Warm ( Kehangatan Tubuh )
Jika tidak ada komplikasi yang serius, seorang ibu akan dapat langsung meletakkan
bayinya di atas perut ibu, baik setelah tahap kedua dari proses melahirkan atau sebelum
tali pusat dipotong. Kontak yang segera ini memberi banyak manfaat baik bagi ibu
maupun si bayi yaitu terjadinya kontak kulit yang membantu agar bayi tetap hangat.
e. Voice ( Suara )
Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing – masing. Orang tua akan
menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan tersebut, ibu menjadi tenang karena
merasa bayinya baik – baik saja (hidup). Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim, jadi
tidak mengherankan jika ia dapat mendengarkan suara – suara dan membedakan nada dan
kekuatan sejak lahir, meskipun suara – suara itu terhalang selama beberapa hari oleh
cairan amniotik dari rahim yang melekat pada telinga. Banyak penelitian memperlihatkan
bahwa bayi – bayi baru lahir bukan hanya mendengar secara pasif melainkan
mendengarkan dengan sengaja, dan mereka nampaknya lebih dapat menyesuaikan diri
dengan suara – suara tertentu daripada yang lain contoh suara detak jantung ibu.
f. Entrainment ( Gaya Bahasa )
Bayi yang baru lahir menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang
dewasa. Artinya perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi kultur, jauh sebelum ia
menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Dengan demikian terdapat salah satu yang
akan lebih banyak dibawanya dalam memulai berbicara (gaya bahasa). Selain itu juga
mengisyaratkan umpan balik positif bagi orang tua dan membentuk komunikasi yang
efektif.
g. Biorhythmicity ( Irama Kehidupan )
Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan irama alamiah ibunya
seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah lahir adalah menyesuaikan
irama dirinya sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberikan
perawatan penuh kasih sayang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda keadaan
bahaya bayi .untuk mengembangkan respon bayi dan interaksi sosial serta kesempatan
untuk belajar.
menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat
diperoleh dari kontak dini :
1. Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat
2. Reflek menghisap dilakukan dini
3. Pembentukkan kekebalan aktif dimulai
4. Mempercepat proses ikatan antara orang tua & anak
_ Body warmth (kehangatan tubuh)
_ Waktu pemberian kasih sayang
_ Stimulasi hormonal
Prinsip-Prinsip & Upaya Meningkatakan Bonding Attachment
a. Menit pertama jam pertama
b. Sentuhan orang tua pertama kali
c. Adanya ikatan yang baik & sistematisTerlibat proses persalinan
e. Persiapan PNC sebelumnya
f. Adaptasi
g. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada
bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.
h. Fasilitas untuk kontak lebih lama
i. Penekanan pada hal-hal positif
j. Perawat maternitas khusus (bidan)
k. Libatkan anggota keluarga lainnya
l. Informasi bertahap mengenai bonding attachment
Dampak positif yang dapat diperoleh dari boding attachment :
- Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap social
- Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi
Hambatan Bonding Atatchment
- Kurangnya support system
- Ibu dengan resiko
- Bayi dengan resiko
- Kehadiran bayi yang tidak diinginkan Perkembangan tingkah laku anak yang terhambat
- Tingkah laku stereotipe
- Sosial abnormal
- Kemunduran motorik, kognitif, verbal- Bersikap apatis
Peran orangtua setelah bayi lahir
Untuk orangtua biologis, peran orangtua dimulai selagi kehamilan membesar
dan semakin kuat saat bayi dilahirkan.
Selama periode pascapartum, ibu dan ayah memberi respon terhadap
perubahan peran orangtua melalui suatu perjanan waktu yang bisa diduga sebelumnya.
Pada periode awal, orangtua harus mengenali hubungan merekan denga
bayinya. Bayi perlu perlindungan, perawatan, dan sosialisasi. Periode ini ditandai oleh
masa pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk mengasuh.struktur dan fungsi
keluarga sebagai sistam telah diubaah untuk selama-lamanya. Lama ini bervariasi, tetapi
biasanya berlangsung salama kira-kira empat minggu.
Periode berikutnya mencerminkan suatu waktu untuk bersama-sama
membangun kasatuan keluarga. Periode waktu berkonsolidasi ini meliputi peran
negosiasi (suami-istri, ibu-ayah, orangtua-anak, saudara-saudara) juga meliputi
stabilisasi tugas-tugas seiring upaya untuk menetapkan komitment. Periode yang
berlangsung kira-kira selama dua bulan ini sekarang dikanal dengan istilah trimester
keempat.
Orangtua dan anak bertumbuh dalam peran mereka masing-masing sampai
kematian memisahkan mereka. Hal yang mengsankan pada proses interaksi orangtua-
anak, yang berlangsung seumur hidup ini, ialah perubahan yang konsisten sepanjang
perjalanan waktu.
Tugas dan Tanggung Jawab Orangtua
Orangtua harus menerima keadaan anak yang sebenarnya dan tidak terus
terbawa dengan impian dan khayalan yang dimilikinya tentang figure anak idealnya. Hal
ini berarti, orangutan harus menerima panampilan fisik, jenis kalamin, tempramen, dan
stetus fisik anak.
Orangtua harus meyakini bahwa bayiinya yang baru lahir adalah seorang pribadi
yang terpisah dari diri mereka. Artinya bayi itu adalah seseorang yang memiliki banyak
kebutuhan dan memerlukan perawatan.
Orangtua harus bisa menguasai cara merawat bayinya. Hal ini termasuk aktivitas
merawat bayi memperhatikan gerakan komunikasi yang dilakukan bayi dalam
mengatakan apa yang diperlukan, dan memberi respon yang tepat.
Orangtua harus menetapkan kriteria evaluasi yang baik dan dapat dipakai untuk
menilai kesuksesan atau kegagalan hal-hal yang dilakukan pada bayi. Orangtua biasanya
sangat sensitive terhadap respon bayi. Seorang ayah menceritakan pengalamannya saat
pertamakali berusaha mencium bayinya. Pada saat itu bayinya bayinya memalingkan
kepalanya. Ayah ini merasa hatinya terluka walaupun mereka mengerti bahwa bayinya
tidak mengerti gerakan itu sama sekali.
Orangtua harus menetapkan suatu tempat bagi bayi baru lahir didalam keluarga.
Baik bayi ini merupakan yang pertama atau yang terakhir, semua anggota keluarga harus
menyesuaikan peran mereka dalam menerima kedatangan si pendatang baru ini. Anak,
yang semula merupakan anak tunggal, perlu dukungan untuk menerima seorang dalam
memperoleh kasih saying orangtua.
Orangtua perlu menetapkan keunggulan hubungan dewasa mereka untuk
mempertahankan keluarga sebagai suatu kelompok. Karena ini meliputi pengaturan
banyak peran, misalnya, hubungan seksual, perawatan anak, karier, dan peran dalam
masyarakat, waktu dan energy dicurahkan untuk tugas penting ini.
Respon ayah dan keluarga
Reaksi orangtua dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir, berbeda-beda. Hal
ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya reaksi emosi maupun pengalaman.
Masalah lain juga dapat berpengaruh, misalnya masalah pada jumlah anak, keadaan
ekonomi, dan lain-lain. Respon yang mereka perlihatkan pada bayi baru lahir, ada yang
positif dan ada juga yang negatif.
a. Respon Positif
Respon positif dapat ditunjukkan dengan:
1. Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan bahagia.
2. Ayah bertambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi dengan baik.
3. Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.
4. Perasaan sayang terhadap ibu yang telah melahirkan bayi.
b. Respon Negatif
Respon negatif dapat ditunjukkan dengan:
1. Kelahiran bayi tidak dinginkan keluarga karena jenis kelamin yang tidak sesuai
keinginan.
2. Kurang berbahagia karena kegagalan KB.
3. Perhatian ibu pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan ayah merasa kurang
mendapat perhatian.
4. Faktor ekonomi mempengaruhi perasaan kurang senang atau kekhawatiran dalam
membina keluarga karena kecemasan dalam biaya hidupnya.
5. Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karena anak lahir cacat.
6. Anak yang dilahirkan merupakan hasil hubungan zina, sehingga menimbulkan rasa
malu dan aib bagi keluarga.
Bila kehamilan dan kelahiran diingginkan dan diharapkan oleh orangtua maka
orangtua terutama ayah akan memperlihatkan prilaku yang dapat menfasilitasi terjalinnya
ikatan batin yang baik begitu juga sebaliknya bila kehamilan dan kelahiran tersebut bila
tidak diingini maka orangtua cenderung berperilaku yang menghambat sehingga ikatan
kasih sayang tersebut tidak akan terjadi
Perilaku orang tua yang dapat mempengaruhi ikatan kasih sayang antara orang tua
terhadap bayi baru lahir, terbagi menjadi:
1. Perilaku memfasilitasi.
2. Perilaku penghambat.
a) Perilaku Memfasilitasi
1. Menatap, mencari ciri khas anak.
2. Kontak mata.
3. Memberikan perhatian.
4. Menganggap anak sebagai individu yang unik.
5. Menganggap anak sebagai anggota keluarga.
6. Memberikan senyuman.
7. Berbicara/bernyanyi.
8. Menunjukkan kebanggaan pada anak.
9. Mengajak anak pada acara keluarga.
10. Memahami perilaku anak dan memenuhi kebutuhan anak.
11. Bereaksi positif terhadap perilaku anak.
b) Perilaku Penghambat
1. Menjauh dari anak, tidak memperdulikan kehadirannya, menghindar, menolak untuk
menyentuh anak.
2. Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga yang lain, tidak memberikan
nama pada anak.
3. Menganggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukai.
4. Tidak menggenggam jarinya.
5. Terburu-buru dalam menyusui.
6. Menunjukkan kekecewaan pada anak dan tidak memenuhi kebutuhannya.
Respon orang tua terhadap bayinya dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu:
1. Faktor internal.
2. Faktor eksternal.
a. Faktor Internal
Yang termasuk faktor internal antara lain genetika, kebudayaan yang mereka
praktekkan dan menginternalisasikan dalam diri mereka, moral dan nilai, kehamilan
sebelumnya, pengalaman yang terkait, pengidentifikasian yang telah mereka lakukan
selama kehamilan (mengidentifikasikan diri mereka sendiri sebagai orang tua, keinginan
menjadi orang tua yang telah diimpikan dan efek pelatihan selama kehamilan.
b. Faktor Eksternal
Yang termasuk faktor eksternal antara lain perhatian yang diterima selama
kehamilan, melahirkan dan postpartum, sikap dan perilaku pengunjung dan apakah
bayinya terpisah dari orang tua selama satu jam pertama dan hari-hari dalam
kehidupannya.
Kondisi yang Mempengaruhi Sikap Orang Tua Terhadap Bayi
1. Kurang kasih sayang.
2. Persaingan tugas orang tua.
3. Pengalaman melahirkan.
4. Kondisi fisik ibu setelah melahirkan.
5. Cemas tentang biaya.
6. Kelainan pada bayi.
7. Penyesuaian diri bayi pascanatal.
8. Tangisan bayi.
9. Kebencian orang tua pada perawatan, privasi dan biaya pengeluaran.
10. Gelisah tentang kenormalan bayi.
11. Gelisah tentang kelangsungan hidup bayi.
12. Penyakit psikologis atau penyalahgunaan alkohol dan kekerasan pada anak.
PENYESUAIAN BAYI ORANG TUA
Bayi baru lahir berpartisipasi aktif dalam membentuk reaksi orangtuanya
terhadap mereka (brazelton, Cramer, 1990). Interaksi orangtua – bayi di tandai oleh “
suatu rangkaian irama, repertoar prilaku, dan pola tanggung jawab (field, 1978). Hal ini
unik pada setiap pasangan. Interaksi dapat di perbaiki dengan cara berikut : modulasi
ritme, 2 modifikasi repertoar prilaku, dan 3 respon yang mutual.
1. Ritme
Untuk mengatur ritme, baik orangtua maupun bayi harus mampu untuk saling
berinteraksi. Karena itu bayi harus bayi harus dalam keadaan sadar penuh, suatu keadaan
tidur-bangun yang paling sulit di pertahankan. Keadaan sadar penuh ini lebih sering
muncul pada saat makan atau saat saling memandang. Ibu multipara menunjukan rasa
sensitive dan mampu memberi respon dengan sangat baik terhadap ritme makan
bayinya.ibu yang sensitive terhadap ritme makan member kesempatan pada bayinya
untuk berhenti mengisap. Misalnya, ibu belajar untuk tidak bicara atau tersenyum terlalu
banyak saat bayinya sedang mengisap karena bayi akan berhenti makan akibat gangguan
tersebut (field, 1978). Semakin lama, bayi dapat melakukan interaksi yang lebih lama
dengan menyesuaikan ritme aktifitas,yaitu gerakkan anggota gerak, menghisap,
mengubah arah pandangan, dan habituasi. Untuk sementara orang dewasabelajar
memahami ritme ini, mengatur ritmenya sendiri, dan dengan demikian mempermudah
interaksi yang ritmis (field, 1978).
2. Repertoar
Meliputi prilaku memandang, bersuara, dan ekspresi wajah. bayi mampu focus
focus dan mengikuti wajah manusia sejak lahir. Bayi juga mampu mengubah arah
pandangannya. Kemampuan ini di control secara volunter.
3. Respon
Respon ini memunculkan suatu perasaan pada individu yang memiliki prilaku itu
sehingga mereka turut dalam interaksi berikut. Dengan kata lain, respon tersebut
berfungsi sebagai umpan balik .positif
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON ORANGTUA
Cara orangtua berespon terhadap kelahiran anaknya di pengaruhi berbagai factor,
meliputi usia, jaringan social, budaya, keadaan sosialekonomi,dan aspirasi pribadi tentang
masa depan.
1. Usia maternal lebih dari 35 tahun
Usia ibu sangat mempengaruhi hasil akhir kehamilan. Ibu dan bayi umumnya
dianggap beresiko tinggi jika ibu berusia remaja atau berusia lebih dari 35 tahun.
2. Jaringan social
Jaringan social meningkatkan potensi pertumbuhan anak dan mencegah dalam
kekeliruan memperlakukan anak. Mercer (1982) dan Crawford (1985)menemukan bahwa
jaringan social member dukungan dan juga menjadi sumber persoalan
3. Budaya
Menjadi determinant penting dalam prilaku orang tua . karena mempengaruhi reaksi
orang tua dan bayi, demikian juga orang tua atau keluarga yang mengasuh bayi
4. Kondisi sosialekonomi
Keluarga yang menemukan kelahiran seorang bayi suatu beban financial dapat
mengalami peningkatan stress, stes ini dapat menggangu prilaku orang tua sehingga
membuat masa transisi untuk memasuki masa menjadi orang tua menjadi lebih sulit.
5. Aspirasi personal
Bagi beberapa wanita, menjado orangtua menggagu kebebasan pribadi atau
kemajuan karier mereka.
Adapatasi saudara kandung
Memperhatikan bayi kepada suatu keluarga dengan satu anak atau lebih bisa menjadi
persoalan bagi orangtua. Merekan dihadapkan pada tugas untuk merawat anaknya yang
baru tanpa menelantarhan anak yang lain. Orangtua perlu membagi perhatian mereka
dengan adil.
Orangtua, terutama ibu, menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk bisa
membuat saudara kandung ini menerima bayi yang baru. Anak-anak yang lebih tua
terlibat aktif dalam persiapan kedatangan bayi dan keterlibatan ini meningkat setelah
bayi lahir. Ibu dan ayah menghadapi sejumlah tugas yang terkait dengan penyesuaian
dan permusuhan antar saudara.
Tugas-tugas tersebut meliputi hal-hal brikut.
1. Membuat anak yang lebih tua merasa dikasihi dan diinginkan.
2. Mengatasi rasa berslah yang timbul dari pemikiran bahwa anak yang lebih tua
mendapat perhatian dan waktu aygn lebih sedikit.
3. Mengembangkan rasa percaya diri dalam kemampuan meremengasuh lebih dari
satu anak.
4. Menyesuaikan waktu dan ruang untuk menampung bayi baru tersebut.
5. Membantu perlakuan anak yang lebih tua terhadap bayi yang lebih lemah dan
mengalihkan prilaku yang agresif.
Kelas persiapan untuk saudara kandung talah terbukti efektif dalam membantu
mengurangi permusuhan antar saudara sewaktu anak kedua bergabung ke dalam
keluarga (Fortier, dkk, 1991)
Masalah antar saudara kandung
Sibling rivalry
Kehadiran anggota keluarga baru (bayi) dalam keluarga dapat menimbulkan suatu
krisis situasional yang sebaiknya perlu dipersiapkan pada anak usia toddler (1-3 tahun)
terutama pada anak pertama dimana ia mempunyai pengalaman dengan posisi yang
menyenangkan menjadi nomor satu.
a. Pengertian
1) Kamus kedokteran Dorland (Suherni, 2008): sibling (anglo-saxon sib dan ling
bentuk kecil) anak-anak dari orang tua yang sama, seorang saudara laki-laki atau
perempuan. Disebut juga sib. Rivalry keadaan kompetisi atau antagonisme. Sibling
rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih,
afeksi dan perhatian dari satu kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan
pengakuan atau suatu yang lebih.
2) Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara
laki-laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua orang tua yang
mempunyai dua anak atau lebih.
Sibling rivalry menunjuk pada kecemburuan dan kemarahan yang lazim terjadi pada
anak sehubungan dengan kehadiran anggota keluarga baru dalam keluarga yang dalam
hal ini adalah saudara sekandung.
Sibling rivalry atau perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut adalah hal
yang biasa bagi anak-anak usia antara 5-11 tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun sudah
sangat mudah terjadi sibling rivalry itu. Istilah ahli psikologi hubungan antar anak-anak
seusia seperti itu bersifat ambivalent dengan love hate relationship.
b. Perubahan sikap dan perilaku dengan kehadiran sibling rivalry Respon yang dapat
ditunjukkan oleh anak, antara lain:
- Memukul bayi
- Mendorong bayi dari pangkuan ibu
- Menjauhkan puting susu dari mulut bayi
- Secara verbal menginginkan bayi kembali ke perut ibu
- Ngompol lagi
- Kembali tergantung pada susu botol
- Bertingkah agresif
c. Antisipasi terhadap perubahan sikap dan perilaku Siapkan secara dini untuk
kelahiran bayi :
Mulai kenalkan dengan organ reproduksi dan seksual
Beri penjelasan yang konkret tentang pertumbuhan bayi dalam rahim dengan
menunjukkan gambar sederhana tentang uterus dan perkembangan fetus
Beri kesempatan anak untuk ikut gerakan janin
Libatkan anak dalam perawatan bayi
Beri pengertian mendasar tentang perubahan suasana rumah seperti alasan pindah
kamar.
Lakukan aktifitas yang biasa dan lakukan dengan anak seperti mendongeng
sebelum tidur atau piknikbersama.
d. Penyebab Sibling Rivalry
Banyak faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara lain:
1 Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka, sehingga ingin
menunjukkan pada saudara mereka.
2 Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau mendengarkan
dari orang tua mereka.
3 Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh
kedatangan anggota keluarga baru/ bayi.
4 Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat mempengaruhi
proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama lain.
5 Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai
pertengkaran.
6 Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau memulai
permainan dengan saudara mereka.
7 Dinamika keluarga dalam memainkan peran.
8 Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang berlebihan
dalam keluarga adalah normal.
9 Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan anggota
keluarga.
10 Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.
11 Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.
12 Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang terjadi pada
mereka.
e. Segi Positif Sibling Rivalry
Meskipun sibling rivalry mempunyai pengertian yang negatif tetapi ada segi
positifnya, antara lain:
1. Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan mengembangkan beberapa
keterampilan penting.
2. Cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi.
3. Mengontrol dorongan untuk bertindak agresif.
Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat dicapai, maka orang tua harus
menjadi fasilitator.
f. Mengatasi Sibling Rivalry
Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk mengatasi sibling rivalry,
sehingga anak dapat bergaul dengan baik, antara lain:
1. Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.
2. Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.
3. Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.
4. Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada bersaing antara satu sama
lain.
5. Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa terjadi.
6. Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif untuk mendapatkan perhatian
dari satu sama lain.
7. Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak.
Sehingga adil bagi anak satu dengan yang lain berbeda.
8. Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi semua orang.
9. Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan kebebasan mereka
sendiri.
10. Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-tanda akan
kekerasan fisik.
11. Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-anak, bukan
untuk anak-anak.
12. Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak menyalahkan satu
sama lain.
13. Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.
14. Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku orang tua
sehari-hari adalah cara pendidikan anak-anak untuk menghindari sibling rivalry
yang paling bagus.
g. Adaptasi Kakak Sesuai Tahapan Perkembangan
Respon kanak-kanak atas kelahiran seorang bayi laki-laki atau perempuan
bergantung kepada umur dan tingkat perkembangan. Biasanya anak-anak kurang sadar
akan adanya kehadiran anggota baru, sehingga menimbulkan persaingan dan perasaan
takut kehilangan kasih sayang orang tua. Tingkah laku negatif dapat muncul dan
merupakan petunjuk derajat stres pada anak-anak ini.
Tingkah laku ini antara lain berupa:
1 Masalah tidur.
2 Peningkatan upaya menarik perhatian orang tua maupun anggota keluarga lain.
3 Kembali ke pola tingkah laku kekanak-kanakan seperti: ngompol dan
menghisap jempol.
h. Batita (Bawah Tiga Tahun)
Pada tahapan perkembangan ini, yang termasuk batita (bawah tiga tahun) ini adalah
usia 1-2 tahun. Cara beradaptasi pada tahap perkembangan ini antara lain:
1. Merubah pola tidur bersama dengan anak-anak pada beberapa minggu sebelum
kelahiran.
2. Mempersiapkan keluarga dan kawan-kawan anak batitanya dengan menanyakan
perasaannya terhadap kehadiran anggota baru.
3. Mengajarkan pada orang tua untuk menerima perasaan yang ditunjukkan oleh
anaknya.
4. Memperkuat kasih sayang terhadap anaknnya.
i. Anak yang Lebih Tua
Tahap perkembangan pada anak yang lebih tua, dikategorikan pada umur 3-12
tahun. Pada anak seusia ini jauh lebih sadar akan perubahan-perubahan tubuh ibunya dan
mungkin menyadari akan kelahiran bayi. Anak akan memberikan perhatian terhadap
perkembangan adiknya. Terdapat pula, kelas-kelas yang mempersiapkan mereka sebagai
kakak sehingga dapat mengasuh adiknya.
j. Remaja
Respon para remaja juga bergantung kepada tingkat perkembangan mereka. Ada
remaja yang merasa senang dengan kehadiran angggota baru, tetapi ada juga yang larut
dalam perkembangan mereka sendiri. Adaptasi yang ditunjukkan para remaja yang
menghadapi kehadiran anggota baru dalam keluarganya, misalnya:
1 Berkurangnya ikatan kepada orang tua.
2 Remaja menghadapi perkembangan seks mereka sendiri.
3 Ketidakpedulian terhadap kehamilan kecuali bila mengganggu kegiatan mereka
sendiri.
4 Keterlibatan dan ingin membantu dengan persiapan untuk bayi.
Adaptasi kakek-nenek
Jumlah keterlibatan kakek-nenek dalam merawat bayi baru lahir tergantung
pada banyak faktor, misalnya, keinginan kakek-nenek untuk terlibat, kedekatan
hubungan kakek-nenek, dan peran kakek-nenek dalam konteks budaya dan etnik yang
bersangkutan. (Grosso, dkk;1981)
Nenek dari ibu ialah model yang penting dalam praktik perawatan bayi (Rubin,
1975). Ia bertindak sebagai sumber pengetahuan dan sebagai individu pndukung. Cucu
ialah bukti nyata kontinuitas dan keabadian. Seringkali kakek dan nenek mengatakan
bahwa kehadiran cucu membantu mereka mengatasi rasa sepi dan kebosanan.
Orangtua dapat diberi semangat untuk melibatkan kakek dan nenek mereka,
keterlibatan ini akan memperkaya kehidupan mereka dan kehidupan anak-anak mereka.
Dengan dibantunya orangtua mengatasi opini yang berbeda-beda dan konflik yang
belum di selesaikan (misalnya: ketergantungan dan pengontrolan) di antara mereka
sendiri dan dengan orangtua mereka, mereka dapat terus maju untuk mengatasi tugas-
tugas perkembangan masa dewasanyadengan semakin baik.
Salah satu cara untuk membantu kakek-nenek menjembatani perbedaan
generasi dan membantu mereka dalam memahami konsep menjadi orangtua, yang
digunakan oleh anak mereka, ialah dengan menawarkan mereka untuk mengikuti kelas-
kelas persiapan (Maloni, McIndue, Rubenstein, 1987). Kelas yang dimaksud meliputi
pemberian informasi tentang praktik kehamilan yang baru terutama cara merawat yang
berpusat pada keluarga, perawatan bayi, pemberian makan, dan tindakan keselamatan
(tempat duduk khusus di dalam mobil), dan penggalian peran yang dimaiknkan orangtua
dalam unit keluarga. Hal ini dapat membatu diskusi terbuka antar generasi tentang
perasaan dan kebutuhan orangtua serta kakek-nenek.
k. Peran Perawat
Peran perawat dalam mengatasi sibling rivalry, antara lain:
1. Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam
pertama pasca kelahiran.
2. Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif
tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.
Bobak, dkk.2004.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.EGC:jakarta
http://widyapusy.blogspot.com/2011/10/respon-orangtua-terhadap-bayi-baru.html
http://novitasarisobri.blogspot.com/2012/02/respon-orang-tua-terhadap-bayi-
baru.html
http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2010/09/respon-ayah-dan-keluarga-terhadap-
bayi.html