Digest Pa Referat
-
Upload
sofyan-hardi -
Category
Documents
-
view
216 -
download
5
description
Transcript of Digest Pa Referat
1. Definisi
Kanker Lambung adalah munculnya sel-sel kanker pada lambung
sebagai akibat konsumsi alkohol yang berlebihan, merokok, dan sering
mengkonsumsi makanan awetan (Susilowarno, 2009).
Adenokarsinoma gaster adalah keganasan tersering di lambung,
merupakan lebih dari 90% dari semua kanker lambung (Kumar et al, 2013).
Kanker lambung merupakan bentuk neoplasma maligna
gastrointestinal. Karsinoma lambung merupakan bentuk neoplasma lambung
yang paling sering terjadi dan menyebabkan sekitar 2,6% dari semua kematian
akibat kanker (American Cancer Society, 2012).
Kanker lambung adalah tumor ganas epitel mukosa lambung dengan
diferensiasi kelenjar. Tumor jinak di lambung umumnya tidak menimbulkan
gejala atau masalah medis. Tetapi kadang-kadang, beberapa tumor mengalami
perdarahan atau berkembang menjadi kanker. Sekitar 90-95% keganasan
lambung merupakan adenokarsioma (Sudoyo, 2009).
2. Etiologi
Hubungan antara pola diet dengan perkembangan karsinoma lambung
adalah penelanan nitrat berkadar tinggi dan jangka waktu lama yang
terkandung dalam makanan yang dikeringkan, diasap, dan diasinkan. Nitrat
yang masuk akan diubah menjadi nitrit yang karsinogen oleh bakteri. Bakteri
tersebut dapat masuk melalui makan yang ditelan, terutama pada masyarakat
dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah dan dengan tingkat kesadaran
akan pentingnya kebersihan lingkungan dan diri yang masih rendah pula.
Bakteri yang dapat menginfeksi lambung dengan keasaman yang tinggi adalah
bakteri helicobacter pylori (Wijayakusuma, 2008).
Beberapa faktor risiko lainnya adalah adanya ulkus lambung, polip
adenomatosa. Selain itu golongan darah juga mempunyai peran, pasien
dengan golongan darah A memiliki kemungkinan tinggi untuk terserang
kanker lambung dari pada pasien yang memiliki golongan darah selain A
(Wijayakusuma, 2008).
3. Faktor Risiko
a. Faktor predisposisi
i. Faktor genetik
Sekitar 10% pasien yang mengalami kanker lambung
memiliki hubungan genetik. Walaupun masih belum
sepenuhnya dipahami, tetapi adanya mutasi dari gen E-
cadherin terdeteksi pada 50% tipe kanker lambung. Adanya
riwayat keluarga anemia pernisiosa dan polip adenomatus juga
dihubungkan dengan kondisi genetik pada kanker lambung
(Fucio, 2007).
ii. Faktor umur
Pada kasus ini ditemukan lebih umum terjadi pada usia
50-70 tahun, tetapi sekitar 5 % pasien kanker lambung berusia
kurang dari 35 tahun dan 1 % kurang dari 30 tahun (Fucio,
2007).
b. Faktor presipitasi
i. Diet
Konsumsi makanan yang diasinkan, diasap atau yang
diawetkan. Beberapa studi menjelaskan intake diet dari
makanan yang diasinkan menjadi faktor utama peningkatan
kanker lambung. Kandungan garam yang masuk kedalam
lambung akan memperlambat pengosongan lambung sehingga
memfasilitasi konversi golongan nitrat menjadi carcinogenic
nitrosamines di dalam lambung. Gabungan kondisi
terlambatnya pengosongan asam lambung dan peningkatan
komposisi nitrosamines didalam lambung memberi kontribusi
terbentuknya kanker lambung (Yabro, 2005).
ii. Infeksi Helicobacter Pylori
Helicobacter pylori adalah bakteri penyebab lebih dari
90% ulkus duodenum dan 80% tukak lambung (Fuccio, 2007).
Bakteri ini menempel di permukaan dalam tukak lambung
melalui interaksi antara membran bakteri lektin dan
oligosakarida spesifik dari glikoprotein membran sel-sel epitel
lambung (Fucio, 2007).
iii. Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi yang rendah dilaporkan
meningkatkan risiko kanker lambung, namun tidak spesifik
(Yabro, 2005).
iv. Rokok dan Alkohol
Mengonsumsi rokok dan alkohol. Pasien dengan
konsumsi rokok lebih dari 30 batang sehari dan dikombinasi
dengan konsumsi alkohol kronik akan meningkat risiko kanker
lambung (Fucio, 2007).
v. NSAID
Inflamasi polip lambung bisa terjadi pada pasien yang
mengonsumsi NSAID dalam jangkan waktu yang lama dan hal
ini (polip lambung) dapat menjadi prekursor kanker lambung.
Kondisi polip lambung akan meningkatkan risiko kanker
lambung (Fucio, 2007).
vi. Anemia Pernisiosa
Kondisi ini merupakan penyakit kronis dengan
kegagalan absorpsi kobalamin (vitamin B12), disebabkan oleh
kurangnya faktor intrinsik sekresi lambung. Kombinasi anemia
pernisiosa dengan infeksi H.pylori memberikan kontribusi
penting terbentuknya tumorigenesis pada dinding lambung
(Fucio, 2007).
4. Patogenesis
Patogenesis karsioma lambung sangat erat hubungannya dengan faktor
lingkungan. Berdasarkan hasil studi retrospektif yang dilakukan ahli patologi
di Jepang, dijumpai adanya hubungan antara infeksi H.pylori terhadap kanker
lambung. Sebagian besar karsioma lambung berkembang dari gastritis atrofi,
Namun, berdasarkan data statistik perubahan epitel lambung, tingkatan
displasia epitel merupakan metode tampilan penting yang lebih akurat dan
berisiko tinggi menjadi kanker (Sudoyo, 2009).
Gastritis merupakan peradangan pada mukosa lambung yang dianggap
sebagai langkah awal perkembangan menjadi karsioma. Menurut penelitian
Ingrid S. Waspodo, perjalanan gastritis menjadi kanker lambung dapat
dijelaskan sebagai berikut : tukak lambung adalah luka pada lapisan lambung
atau usus dua belas jari, yang dikenal sebagai sakit maag (gastritis). Salah satu
penyebabnya adalah infeksi bakteri. Selain itu, tukak atau luka bisa
disebabkan penggunaan obat – obatan non-steroidal anti-inflammatory agents
(NSAIDs) seperti aspirin (Sudoyo, 2009).
Pada beberapa kasus, tumor yang berkembang menjadi kanker pada
lambung atau pankreas dapat menyebabkan tukak atau luka. H.pylori
merupakan bakteri yang tidak tahan asam, namun dapat melindungi dirinya
pada lapisan mukosa lambung. Keberadaan H.pylori dalam lapisan mukosa
lambung dapat melemahkan lapisan lambung sehingga asam dapat
menembusnya. Dengan demikian, baik asam lambung maupun bakteri dapat
melukai lapisan lambung sehingga terbentuk luka atau tukak (Sudoyo, 2009).
Sistem kekebalan tubuh akan merespons infeksi H.pylori dengan
mengirimkan butir darah putih, sel T killer, dan pelawan infeksi lainnya.
Namun demikian, semuanya tidak dapat melawan infeksi sebab tidak dapat
mencapai lapisan lambung, tetapi juga tidak dapat dibuang sehingga respons
kekebalan tumbuh dan tumbuh. Polymorph mati dan mengeluarkan senyawa
perusak radikal superoksida pada sel lapisan lambung. Nutrisi ekstra dikirim
untuk menguatkan sel butir darah putih dan merupakan sumber nutrisi juga
bagi H.pylori. Dalam beberapa hari, gastritis dan tukak lambung akan
terbentuk. Dengan demikian, tidak hanya H.pylori yang dapat menyebabkan
tukak lambung, tetapi inflamasi atau peradangan lapisan lambung juga terjadi
sebagai respons terhadap infeksi H.pylori (Sudoyo, 2009).
Para peneliti di Inggris telah menemukan hubungan antara infeksi
H.pylori dan berkembangnya kanker lambung. Seseorang yang memiliki usia
di atas 45 tahun dan terinfeksi bakteri ini rentan terkena kanker lambung.
Perdarahan di dubur, kehilangan berat badan, menderita anemia, sakit kuning,
berlatar belakang keluarga penderita kanker lambung, pernah menderita tukak
lambung, dan anoreksia merupakan beberapa gejala kanker lambung yang
patut diwaspadai (Sudoyo, 2009).
Pada tahun 1994, H pylori disebut sebagai grade 1 carcinogen
(karsinogen kelas I) oleh WHO. Selain itu, hasil riset juga menunjukkan
peranan H.pylori sebagai patogen bagi kanker lambung pada hewan
percobaan (Sudoyo, 2009).
5. Penegakan Diagnosis
a. Anamnesis
Anamnesis yang harus dilakukan adalah sebagai berikut (Hamsafir,
2010):
i. Nyeri
ii. Penurunan Berat badan
iii. Muntah
iv. Anoreksia
v. Disfagia
vi. Nausea
vii. Kelemahan
viii. Hematemasis
ix. Regurgitasi
x. Mudah kenyang
xi. Asites ( perut membesar)
xii. Keram abdomen
xiii. Darah yang nyata atau samar dalam tinja
xiv. Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis
makan.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan adalah sebagai berikut
(Hamsafir, 2010):
i. Status hemodinamik : tekanan darah, nadi, akral dan
pernafasan.
ii. Berat badan kurang, kaheksia, konjungtiva kadang–kadang
anemis.
iii. Pemeriksaan Abdomen daerah epigastrium dapat teraba massa,
nyeri epigastrium. Pada keganasan dapat ditemukan
hepatomegali, asites.
iv. Bila ada keluhan melena, lakukan pemeriksaan colok dubur.
v. Keganasan → cari pembesaran kelenjar supraklavikula
(Virchow’s node), kelenjar aksila kiri (Irish’s node), ke
umbilikus (Sister Mary Joseph’s node), teraba tumor daerah
pelvis cul-de-sac pada pemeriksaan colok dobur (Blumer’s
shelf), pembesaran ovarium (Krukenberg’s tumor).
c. Pemeriksaan Penunjang
i. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi yang sering digunakan jenis
penyakit ini adalah endoskopi, endoskopi merupakan
pemeriksaan yang paling sensitif dan spesifik untuk
mendiagnosa karsinoma gaster. Endoskopi dengan resolusi
tinggi dapat mendeteksi perubahan ringan pada warna, relief
arsitektur dan permukaan mukosa gaster yang mengarah pada
karsinoma dini gaster (Lumongga, 2008).
Pemeriksaan radiologi dengan menggunakan barium
enema masih digunakan di Jepang sebagai protokol untuk
skrinning, bila kemudian dijumpai kelainan selanjutnya
dilakukan pemeriksaan dengan endoskopi (Lumongga, 2008).
ii. Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan sitologi pada gaster dilakukan melalui
sitologi brushing. Pada keadaan normal, tampak kelompok sel-
sel epitel superfisial yang reguler membentuk gambaran seperti
honey comb. Sel-sel ini mempunyai inti yang bulat dengan
kromatin inti yang tersebar merata (Lumongga, 2008).
Pada keadaan gastritis, sel tampak lebih kuboidal
dengan sitoplasma yang sedikit dan inti sedikit membesar.
Pada karsinoma, sel-sel menjadi tersebar ataupun sedikit
berkelompok yang irreguler, inti sel membesar hiperkromatin
dan mempunyai anak inti yang multipel ataupun giant nukleus
(Lumongga, 2008).
Pemeriksaan sitologi brushing ini jika dilakukan
dengan benar, mempunyai nilai keakuratan sampai 85% tetapi
bila pemeriksaan ini dilanjutkan dengan biopsi lambung maka
nilai keakuratannya dapat mencapai 96% (Lumongga, 2008).
iii. Pemeriksaan makroskopis
Secara makroskopis ukuran karsinoma dini pada
lambung ini terbagi atas dua golongan, yaitu tumor dengan
ukuran < 5 mm, disebut dengan minute dan tumor dengan
ukuran 6 – 10 mm disebut dengan small (Lumongga, 2008).
Lokasi tumor pada karsinoma lambung ini adalah
pylorus dan antrum (50-60%), curvatura minor (40%), cardia
(25%), curvatura mayor (12%). Paling banyak terjadi
karsinoma lambung pada daerah daerah curvatura minor bagian
antropyloric (Lumongga, 2008).
iv. Pemeriksaan laboratorium (Hamsafir, 2010)
Anemia (30%) dan tes darah positif pada feses dapat
ditemukan akibat perlukaan pada dinding lambung, LED
meningkat. Fractional test meal ada aklorhidria pada 2/3 kasus
kanker lambung. Elektrolit darah dan tes fungsi hati
kemungkinan metastase ke hati.
v. Radiologi (Hamsafir, 2010) :
1. Foto thorax : dipakai untuk melihat metastase Paru.
2. Barium Meal Double-contrast additional defect,
iregularitas mukosa → tumor primer atau penyebaran
tumor ke esofagus/ duodenum.
3. Ultrasonografi abdomen → untuk mendeteksi
metastase hati.
4. CT scan atau MRI pada thorax, abdomen, dan pelvis →
lihat ekstensi tumor transmural, invasi keorgan dan
jaringan sekitar, metastasis kelenjar, asites. Untuk
menilai proses penyebaran tumor seperti : menilai
keterlibatan serosa, pembesaran kelenjar getah bening
dan metastase ke hati dan ovarium.
vi. CT Staging pada karsinoma lambung (Hamsafir, 2010) :
1. Stage I : Massa intra luminal tanpa penebalan
dinding.
2. Stage II : Penebalan dinding lebih dari 1 cm.
3. Stage III : Invasi langsung ke struktur sekitarnya.
4. Stage IV : Penyakit telah bermetastase.
vii. Endoskopi dan Biopsi (Hamsafir, 2010) :
1. Sebagai Gold Standart pemeriksaan malignitas gaster.
2. Ultrasound Endoskopi → kedalaman infiltrasi tumor &
melihat pembesaran limfe selika dan perigastrik (>
5mm).
6. Komplikasi
Komplikasi kanker lambung menurut cabebe (2015):
a. Peritoneal patologis dan efusi pleura
b. Obstruksi outlet lambung, gastroesophageal junction, atau usus kecil
c. Pendarahan di perut dari varises esofagus atau anastomosis setelah
operasi
d. Jaundice intrahepatik disebabkan oleh hepatomegali
e. Ikterus ekstrahepatik
f. Kekosongan akibat kelaparan atau cachexia asal tumor
g. Komplikasi kanker lambung
h. Perforasi
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. 2012. Cancer Facts & Figures 2012. Atlanta, Ga:
American Cancer Society.
Fucio, L Zagari RM minardi, Bazzoli F. 2007. Systematic review education for the
prevention gastric cancer. Aliment pharmacol.
Hamsafir, Evan. (2010). Diagnosis dan Penatalaksanaan Pada Karsinoma Lambung.
[online]. Tersedia: http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-
penatalaksanaan-pada-karsinoma-lambung.html [28 Mei 2015].
Lumongga, Fitriani. 2008. Karsinoma Dini Lambung. Medan : USU.
Sudoyo, Aru W. dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
Susilowarno, R G. 2009. Siap Menghadapi Ujian Nasional 2010 Biologi. Jakarta : PT
Grasindo.
Wijayakusuma, M H. 2008. Atasi Kanker dengan Tanaman Obat. Jakarta : Puspa
Swara.
Yabro.(2005). Cancer Nursing Principle and process oncology nursing in the
ambulatory setting. Canada: Jones and Bartlet.