Modul Digest Obat Laksatif Dan Obat Saluran Cerna Lain

25
I. LAKSATIF A. Pendahuluan Laksatif adalah obat yang digunakan untuk membantu pengosongan bahan feses yang telah terbentuk sebelumnya dari rectum. Istilah yang hampir bersinggungan ialah katartik. Katartik merupakan obat yang membantu pengosongan bahan feses yang belum terbentuk sebelumnya dan biasanya mengandung air dari seluruh kolon). Sebagian besar obat konstipasi yang digunakan menyebabkan laksasi, dan beberapa bersifat katartik. Mekanisme kerja umum obat untuk konstipasi : 1. Retensi cairan intralumen 2. Menurunkan absorpsi cairan 3. Efek terhadap motilitas Indikasi dan kontraindikasi laksatif secara umum : Indikasi Kontraindikasi 1. Konstipasi 2. Pembersihan untuk radiologi, operasi, endoskopi 3. Sudah tidak bisa ditangani dengan tx alami 4. Penyakit yang tidak boleh mengejan keras 5. Keracunan 1. Apendisitis 2. Obstruksi usus 3. Sakit perut tidak diketahui sebabnya 4. Mual muntah 5. Kolik 6. Insufisiensi ginjal 7. Penyakit jantung 8. Abn. elektrolit

description

dfbdfb

Transcript of Modul Digest Obat Laksatif Dan Obat Saluran Cerna Lain

Page 1: Modul Digest Obat Laksatif Dan Obat Saluran Cerna Lain

I. LAKSATIF

A. Pendahuluan

Laksatif adalah obat yang digunakan untuk membantu pengosongan bahan feses yang

telah terbentuk sebelumnya dari rectum. Istilah yang hampir bersinggungan ialah

katartik. Katartik merupakan obat yang membantu pengosongan bahan feses yang

belum terbentuk sebelumnya dan biasanya mengandung air dari seluruh kolon).

Sebagian besar obat konstipasi yang digunakan menyebabkan laksasi, dan beberapa

bersifat katartik.

Mekanisme kerja umum obat untuk konstipasi :

1. Retensi cairan intralumen

2. Menurunkan absorpsi cairan

3. Efek terhadap motilitas

Indikasi dan kontraindikasi laksatif secara umum :

Indikasi Kontraindikasi

1. Konstipasi

2. Pembersihan untuk radiologi, operasi,

endoskopi

3. Sudah tidak bisa ditangani dengan tx

alami

4. Penyakit yang tidak boleh mengejan

keras

5. Keracunan

1. Apendisitis

2. Obstruksi usus

3. Sakit perut tidak diketahui

sebabnya

4. Mual muntah

5. Kolik

6. Insufisiensi ginjal

7. Penyakit jantung

8. Abn. elektrolit

9. Phenylkketonuria

Penyalahgunaan laksatif :

1. Anggapan laksatif untuk kosmetik, diet dan obat kurus

2. Ketergantungan terhadap laksatif (laksatif dependensi) :

a. merangsang pengeluaran seluruh kolon, waktu jeda untuk defekasi selanjutnya

bertambah memakai laksatif kembali

Page 2: Modul Digest Obat Laksatif Dan Obat Saluran Cerna Lain

b. keluar feses premature NaCl, KCl, air keluar rangsang aldosteron

retensi Na dan pengeluaran KCl hipokalemia peristaltik menurun

semakin konstipasi memakai laksatif lagi

Efek samping laksatif :

1. Diare 5. Alergi

2. Dehidrasi 6. Gagal ginjal

3. Gangguan keseimbangan elektrolit 7. Asidosis metabolik

4. Bloating 8. Kematian

5. Alergi 9. Distensi abdomen

6. Gagal ginjal 10. Dependensi

B. Penggolongan obat

Tabel 1. Golongan obat untuk konstipasi

Golongan Contoh obat

1. Aktif lumen a. Koloid hidrofilik /pembentuk massa

b. Senyawa osmotic

c. Surfaktan dan emolien

2. Stimulant /

iritan nonspesifik

a. Difenilmetan

b. Antrakuinon

c. Asam risinoleat

3. Senyawa

prokinetik

a. Agonis reseptor 5-HT4

b. Antagonis reseptor opiod

1. Obat aktif lumen

a. Koloid hidrofilik/ pembentuk massa

Dalam keadaan normal, massa, konsistensi, dan hidrasi feses sangat

tergantung pada serat dalam kandungan makanan. Kolid hidrofilik/pembentuk

massa ini terdiri dari serat makanan dan suplemen, yaitu:

Senyawa alamiah (non sintesis) : Bran (kulit ari padi-padian) yang

mengandung lignin (paling efektif), pectin dan hemiselulosa, psyllium husk

dari biji plantago.

Semisintetik : metilselulosa, polikarbofil.

Page 3: Modul Digest Obat Laksatif Dan Obat Saluran Cerna Lain

Mekanisme kerja

Sebagian komponen serat akan difermentasi oleh bakteri memproduksi

asam lemak pendek (untuk nutrisi epitel kolon) dan meningkatkan massa

bakteri >> volume feses merangsang motilitas usus. Serat yang tidak

terfermentasi menarik air ke intralumen >> massa feses dan konsistensi

feses <<.

Kontraindikasi : pasien gejala obstruksif, phenylketonuria, megakolon atau

megarektum.

ESO : kembung dan nyeri abdomen

b. Senyawa osmotic

Mekanisme kerja : senyawa2 osmotik menarik dan retensi air ke

intralumen stimulasi motilitas/peristaltic kolon dan << konsistensi feses.

1) Laksatif garam

Terdiri dari : magnesium sulfat, magnesium hidroksida, magnesium sitrat,

natrium fosfat.

Laksatif yang mengandung Mg rangsang pelepasan kolesistokinin

(mediator inflamasi) akumulasi elektrolit dan cairan intralumen

rangsang motilitas

KI : penderita insufisiensi ginjal, penyakit jantung, gangguan elektrolit,

dan pasien dalam terapi diuretic.

ESO : Gangguan elektrolit, dehidrasi, hipotensi, kegagalan fungsi ginjal

dll.

2) Senyawa alkohol dan gula yang tidak dapat dicerna

Terdiri dari : Gliserin, laktulosa, sorbitol dan manitol.

Mekanisme kerja : Laktulosa, sorbitol dan manitol adalah gula yang tidak

bisa diabsorpsi terhidrolis di usus asam organic mengasamkan isi

lumen dan secara osmosis menarik air ke intralumen stimulasi motilitas

kolon.

ESO : iritasi lokal (rectum), distensi dan tidak nyaman pada abdomen,

flatulens yang relatif sering

Page 4: Modul Digest Obat Laksatif Dan Obat Saluran Cerna Lain

Indikasi : konstipasi pada : lansia, idiopatik kronik, karena opioid, dan

enselohepatika

3) Larutan elektrolit – polietilen Glikol (PEG)

Terdiri dari : colyte, golytely,dll

PEG ini sulit diabsorpsi dan memiliki sifat osmotik yang tinggi sehingga

dapat menahan air.

c. Surfaktan dan emolien

Mekanisme kerja :

Garam dioktil/docusate untuk menurunkan tegangan permukaan feses

terjadinya pencampuran antara air dan bahan-bahan berlemak konsistensi

feses<< dan halus memudahkan defekasi.

Terdiri dari : dioktil kalsium sulfosuksinat, dioktil natrium sulfosuksina,

paraffin, minyak zaitun.

ESO : ganggu absorpsi substansi larut lemak (vitamin), pneumonitis, elisitasi

dari reaksi asing dalam mukosa usus dan jaringan lain.

2. Stimulant/iritan nonspesifik

Mekanisme kerja :

Aktivasi jalur prostaglandin/AMP siklik dan GMP siklik serta menghambat Na+¿¿,

K+¿ ¿- ATPase berefek langsung pada enterosit, neuron enteric, otot polos

pencernaan menginduksi radang pada usus halus dan usus besar secara terbatas

akumulasi air dan elektrolit intralumen menstimulasi motilitas usus.

Terdiri dari : turunan difenilmetan, antrakuinon, asam risinoleat

a. Turunan difenilmetan (bisakodil, sodium picosulfate, oskifenisatin asetat dan

fenolftalein)

ESO :

Fenolftalein : Aman digunakan untuk jangka pendek

ESO : gangguan eletrolit, reaksi alergi, sindrom steven Johnson, urtikaria, dll.

Bisakodil : Efek pencahar timbul 6-12 jam setelah pemberian oral (sebaiknya

dikonsumsi sebelum tidur), dan seperempat sampai 1 jam setelah pemberian

rectal.

Page 5: Modul Digest Obat Laksatif Dan Obat Saluran Cerna Lain

Jangan diisap atau dikunyah (langsung ditelan) dan jangan diminum bersama

susu atau antasid menghindari iritasi

ESO : kekurangan cairan dan elektrolit, merusak mukosa dan picu peradangan

pada sal. cerna

Oksifenisatin asetat : jarang digunakan karena memicu hepatitis dan ikterus

b. Antrakuinolon

Diperoleh dari tanaman seperti Aloe, kaskara, dantron dan sena. Setelah

pemberian oral sebagian akan diabsorpsi dalam bentuk glikosida

dihidrolisis oleh flora normal kolon menjadi antrakinon (zat aktif )yang

bersifat iritan terhadap mukosa rangsang pergerakan kontraksi kolon yang

kuat dan sekresi cairan/elektrolit dalam jumlah besar.

c. Asam risinoleat (minyak jarak)

Minyak jarak terdiri dari risin dan minyak yang kaya trigliserida. Trigliserida

dihirolisis di usus halus oleh lipase gliserol dan zat aktif (as.risinoleat)

stimulasi sekresi cairan dan elektrolit dan mempercepat waktu transit

ESO : kolik, dehidrasi dan gangguan eletrolit.

3. Senyawa prokinetik

Senyawa prokinetik adalah obat-obat yang dapat menghasilkan peningkatan

transit GI melalui interaksi dengan reseptor spesifik yang mengatur motilitas

secara langsung. Obat-obatan ini sudah jarang dipakai.

Terdiri dari : 5-HT 4 Reseptor Agonis, neurotropin-3 (NT3), misoprostol

Page 6: Modul Digest Obat Laksatif Dan Obat Saluran Cerna Lain

II. ANTIDIARE

A. Bulk-Forming

Biasanya digunakan untuk obat konstipasi tetapi bisa digunakan untuk mengobati

diare kronik ringan dengan irritable bowel syndrome. Mekanisme kerjanya masih

belum jelas, tetapi golongan ini mungkin bekerja sebagai gel untuk memodifikasi

tekstur dan viskositas feses sehingga menurunkan kadar air dalam feses. Beberapa

golongan ini juga dapat mengikat racun bakteri dan garam empedu. Kaolin dan silikat

lainnya seperti atapulgit kuat dalam mengikat air (atapulgit menyerap delapan kali

beratnya dalam air) dan juga dapat mengikat enterotoksin. Namun, efek ini tidak

selektif dan mungkin melibatkan obat lain dan nutrisi, sehingga agen ini sebaiknya

dihindari dalam waktu 2 sampai 3 jam untuk mengambil obat lain. Untuk mengobati

gejala diare ringan biasanya digunakan campuran kaolin dan pectin.

B. Pengikat Asam Empedu

Cholestyramine, colestipol, dan colesevalam efektif mengikat asam empedu dan

beberapa racun bakteri. Cholestyramine berguna dalam pengobatan diare karena

garam empedu, seperti pada pasien dengan reseksi ileum distal. Pada pasien ini, ada

gangguan parsial sirkulasi enterohepatik pada garam empedu, sehingga konsentrasi

yang berlebihan mencapai usus besar dan merangsang sekresi air dan elektrolit.

Golongan ini juga memiliki peran bersejarah dalam mengobati diare karena

antibiotik dan kolitis ringan karena Clostridium difficile. Namun, penggunaannya

dalam diare karena infeksi tidak disarankan karena bisa menurunkan pengeluaran

dari patogen penyebab diare.

C. Bismuth

Pepto-Bismol (bismuth subsalisilat) diperkirakan digunakan oleh 60% rumah tangga

di Amerika. Pada pH rendah perut, subsalisilat bereaksi dengan asam klorida untuk

membentuk oksiklorida bismutdan asamsalisilat. Sementara 99% dari bismuth yang

tidak bekerja akan tidak terserap ke dalam kotoran, dan salisilat tersebut akan diserap

di lambung dan usus kecil. Penggunaannya harus hati – hati jika ingin diberikan

dengan indikasi lain.

Page 7: Modul Digest Obat Laksatif Dan Obat Saluran Cerna Lain

D. Opioid

Opioid terus digunakan secara luas dalam pengobatan diare. Obat ini bertindak oleh

beberapa mekanisme yang berbeda, dimediasi terutama melalui reseptor μ- atau δ-

opioid pada saraf enterik, sel epitel, dan otot. Mekanisme ini termasuk efek pada

motilitas usus (reseptor μ), sekresi usus (reseptor δ), atau penyerapan (μ dan reseptor

δ). Obat yang umum digunakan pada golongan ini seperti diphenoxylate, difenoxin,

dan loperamide bekerja melalui reseptor perifer μ-opioid perifer dan lebih disukai

daripada opioid yang menembus SSP.

1. Loperamide

Obat ini 40 sampai 50 kali lebih kuat dari morfin sebagai agen antidiare dansulit

menembus SSP. Obat ini meningkatkan lama transit usus kecil dan waktu transit

dari mulut ke sekum. Loperamide juga meningkatkan tonus sfingter anus, efek

yang berguna pada beberapa pasien yang menderita inkontinensia anal. Selain

itu, loperamide memiliki aktivitas antisekretori terhadap toksin kolera dan

beberapa bentuk toksin E. coli toksin. Obat ini bertindak cepat setelah diberi

dosis oral. Biasanya dosis dewasa adalah 4 mg awalnya diikuti oleh 2 mg setelah

secara beratahap feses yang keluar berkurang, sampai 16 mg per hari. Jika

perbaikan klinis pada diare akut tidak terjadi dalam waktu 48 jam, loperamide

harus dihentikan.

Loperamide telah terbukti efektif terhadap diare, baik digunakan sendiri atau

dalam kombinasi dengan agen antimikroba (trimetoprim, trimethoprim -

sulfamethoxazole, atau fluorokuinolon). Loperamide juga telah digunakan

sebagai pengobatan tambahan di hampir semua bentuk penyakit diare kronis,

dengan sedikit efek samping. Bila terjadi overdosis, dapat mengakibatkan

depresi SSP dan paralisis ileus.

2. Diphenoxylate dan difenoxin

Sebagai agen antidiare, diphenoxylate dan difenoxin sedikit lebih kuat daripada

morfin. Kedua senyawa secara luas diserap setelah pemberian oral. Kedua obat

dapat menghasilkan efek pada SSP bila digunakan dalam dosis yang lebih tinggi

(40 sampai 60 mg per hari) sehingga bisa terjadi efek adiksi. Dalam obat ini

dapat diberikan atropin dalam dosis kecil untuk mencegah penyalahgunaan dan

Page 8: Modul Digest Obat Laksatif Dan Obat Saluran Cerna Lain

overdosis yang disengaja : 25 μg atropin sulfat per tablet dengan 2,5 mg

diphenoxylate hidroklorida atau dengan 1 mg difenoxin hidroklorida. Efek

samping yang mungkin terjadi bila diberikan dalam dosis berlebihan adalah

sembelit dan toxic megacolon (dalam kondisi peradangan usus besar). Dalam

dosis yang tinggi, obat ini menyebabkan efek CNS serta efek antikolinergik dari

atropin (mulutkering, penglihatan kabur, dll).

E. Octreotide

Octreotide adalah analog octapeptide dari somatostatin yang efektif dalam

menghambat diare sekretori parah yang disebabkan oleh tumor yang mensekresi

hormon dipankreas dan saluran pencernaan. Mekanisme kerjanya melibatkan

penghambatan sekresi hormon, termasuk serotonin dan berbagai peptida lainnya

(misalnya, gastrin, polipeptida vasoaktif usus, insulin, secretin, dll). Octreotide telah

digunakan, dengan berbagai keberhasilan, dalam bentuk lain diare sekretori seperti

diare yang diinduksi kemoterapi, diare yang disebabkan human immunodeficiency

virus (HIV), dan diare yang berhubungan dengan diabetes. Kegunaan terbesarnya

adalah dalam pengobatan "dumping syndrome" terlihat pada beberapa pasien setelah

operasi lambung dan pyloroplasty. Dalam kondisi ini, octreotide menghambat

pelepasan hormon (dipicu oleh makanan yang cepat masuk ke dalam usus halus) yang

menyebabkan efek lokal terkait.

Page 9: Modul Digest Obat Laksatif Dan Obat Saluran Cerna Lain

III. ANTIEMETIK

Antiemetik bekerja dengan cara memblok CTZ (chemoreceptor triger zone) atau

mencegah stimulasi pada pusat muntah. Berikut golongan obat antiemetik:

A. Antihistamin-H1

Bekerja dengan memblok stimulasi perifer pada pusat muntah.

Contoh obat: Dimenhydrinate, diphenhydramine, dan Meclizine Hydrichloride

B. Antikolinergik

Bekreja dengan memblok area kolinergik pada nucleus vestibular dan reticular

formation. Digunakan pada motion sickness.

Contoh obat: scopolamine

C. Benzodiazepine

Meski memiliki efek antiemetik, benzodiazepine lebih sering digunakan untuk obat

insomnia, anxiety, status epilepticus, dan relaksan otot

Contoh obat: lorazepam dan diazepam

D. Cannabinoids

Hingga sekarang cara kerja dari Cannabinoids masih belum diketahui, akan tetapi

cannabinoids dipercaya memiliki efek pada central cerebral cortex axis

Contoh obat: tetrahydrocannabinol (THC) (marinol)

E. Antagonis Dopamin

Bekerja dengan menghambat stimulasi CTZ dengan cara meningkatkan motilitas GIT

sehingga terjadi peningkatan gastric emptying

Contoh obat: Metoclopramide

F. Derivat phenotiazine

Obat golongan ini bekerja dengan cara menghambat transmisi dopaminergic. Selain

itu obat golongan ini dapat mengurangi vomit yang disebabkan oleh iritasi gaster.

Contoh obat: prochloperazine dan promethazin

G. Antagonis reseptor 5-HT3

Pada bagian terminal nervus vagal dan bagian central CTZ ditemukan adanya

reseptor 5-HT3. Pada keadaan tertentu (ex: kemoterapi) sel mukosa pada GIT

melepaskan serotonin yang menstimulasi reseptor 5-HT3 untuk menginduksi muntah.

Page 10: Modul Digest Obat Laksatif Dan Obat Saluran Cerna Lain

Antagonis reseptor 5-HT3 akan memblok stimulasi serotonin sehingga tidak

terjadinya induksi.

Contoh obat: Ondansentron dan granisetron. Efek samping yang sering ditimbulkan

adalah sakit kepala.

IV. OBAT GANGGUAN LAMBUNG

A. Agen pereduksi asam lambung

1. Fisiologi Sekresi Asam Lambung

2. Antasid

a. Definisi

- Antasid adalah basa lemah yang bereaksi dengan asam hidroklorida

lambung untuk membentuk garam dan air

- Antasid masih banyak digunakan oleh pasien sebagai obat bebas untuk

mengobati nyeri ulu hati dan dispepsia intermiten

Page 11: Modul Digest Obat Laksatif Dan Obat Saluran Cerna Lain

b. Kegunaan

- Menurunkan keasaman lambung

- Meningkatkan pertahanan mukosal melalui perangsangan produksi

prostaglandin oleh mukosa

c. Yang mempengaruhi kemampuan antasid menetralisir asam lambung

- Laju disolusi (tablet vs cairan)

- Kelarutan dalam air

- Laju reaksi dengan asam

- Laju pengosongan lambung

d. Jenis

Jenis Reaksi dengan HCL

Menyebabkan Alkalosis Metabolik

Sendawa

Natrium bikarbonat Cepat + +Kalsium karbonat Lebih lambat + +Magnesium hidroksida

Lambat Jarang -

Alumunium hidroksida

Lambat Jarang -

3. Antagonis reseptor H2

a. Jenis

1) Simetidin

2) Ranitidin

3) Famotidin

4) Nizatidin

b. Farmakokinetik

- Cepat diserap oleh usus

- Simetidin, ranitidin dan famitidin mengalami metabolisme lintas pertama

bioavailabilitasnya menjadi 50%

- Hanya sedikit nizatidin yang mengalami metabolisme lintas pertama

bioavailabilitasnya hampir 100%

- Waktu paruh 1-1,4 jam

- Durasi kerja bergantung dosis yang diberikan

Page 12: Modul Digest Obat Laksatif Dan Obat Saluran Cerna Lain

c. Farmakodinamik

- Merupakan inhibisi kompetitif di reseptor H2 sel parietal

- Sangat efektif tidak mempengaruhi reseptor H1 dan H3

- Mekanisme

1) Histamin yang dilepaskan dari sel ECL akibat perangsangan gastrin

atau vagus disekat agar tidak berikatan dengan reseptor H2 sel parietal

2) Perangsangan langsung sel parietal oleh gastrin atau asetilkolin

menyebabkan penurunan sekresi asam bila terjadi blokade reseptor H2.

d. Penggunaan klinis

1) GERD

2) Penyakit ulkus peptik

3) Dispepsia non-ulkus

4) Pencegahan perdarahan akibat gastritis yang ditimbulkan oleh stres

e. Efek samping

Antagonis H2 adalah obat yang sangat aman. Efek samping dialami kurang

dari 3% pasien, dan meliputi diare, nyeri kepala, mialgia dan konstipasi.

1) SSP

Perubahan status mental (kebingungan, halusinasi, agitasi) pada pemberian

IV, terutama pada lansia di ICU atau yang menderita disfungsi ginjal atau

hati. Lebih sering oleh simetidin.

2) Efek endokrin

Simetidin : Ginekomasti, impotensi, galaktorea

3) Kehamilan dan ibu menyusui

- Dapat melintasi plasenta, namun tidak diketahui adanya efek

berbahaya terhadap janin tidak boleh diberikan pada bumil, kecuali

sangat perlu.

- Antagonis H2 disekresi ke dalam ASI

Page 13: Modul Digest Obat Laksatif Dan Obat Saluran Cerna Lain

4) Efek lain

- Diskrasia darah (kadang)

- Blokade reseptor H2 jantung bradikardi dan hipotensi (pemberian

IV)

4. Proton Pump Inhibitor

a. Mekanisme

Sirkulasi sistemik difusi ke sel parietal dan terakumulasi pada kanalikuli

sekresi asam aktivasi obat oleh katalis proton dari sulfonamid tetrasiklik

hasil aktvasi ini berikatan dengan sistein yaitu sulfahidril pada H/K-ATPase

inaktivasi pompa molekul

b. Indikasi

1) GERD

2) Ulkus peptik

3) Penyembuhan gaster

4) Zoolinger-Elison Syndrome

c. ESO

1) Nause

2) Nyeri abdomen

3) Konstipasi

4) Flatulen

5) Diare

6) Atralgia

7) Nyeri kepala

8) Miopati akut

9) Skin rash

d. Jenis

1) Omeprazol

2) Esomeprazole

3) Lansoprazole

4) Rabeprazole

5) Pantoprazole

Page 14: Modul Digest Obat Laksatif Dan Obat Saluran Cerna Lain

B. Agen pelindung mukosa

Agen pelindung mukosa atau mokoprotektor merupakan terapi tambahan untuk

gangguan lambung. Secara umum, obat golongan ini memproteksi dinding lambung

dari produksi asam yang berlebih. Agen yang sering dipakai adalah :

1. sukralfat,

2. analog prostaglandin (misoprostol)

3. senyawa bismuth koloid.

Molekul sukralfat membentuk pasta yang akan melekat pada mukosa yang

mengalami defek. Efektivitas sukralfat dalam mengurangi pembentukan striktur pada

pasien esofagitis tahap lanjut telah dibuktikan dalam sebuah studi kohort di turki

(Gumurdulu et al¸ 2010). Tak jauh berbeda dengan sukralfat, misoprostol

meningkatkan produksi mukus pelindung asam dan mengurangi sekresi asam yang

berlebih dengan berikatan dengan reseptor prostaglandin di sel parietal. Sedangkan

selain meningkatkan produksi mukus, senyawa bismuth juga mengganggu integritas

dinding sel bakteri yang menyebabkan luka lambung. Efek samping yang cukup

berbahaya adalah penggunaan misoprostol pada ibu hamil yang dapat menginduksi

abortus, sehingga penggunaannya harus diawasi secara ketat. Efektivitas misoprostol

dalam pencegahan toksisitas lambung karena obat obat NSAID juga tidak lebih baik

dari golongan lain (Rostom et al, 2009). Sedangkan efek samping lain ialah senyawa

bismuth yang sering menghadirkan efek lidah, gigi dan feses yang menghitam

(Katzung, 2011; neal, 2005).

Page 15: Modul Digest Obat Laksatif Dan Obat Saluran Cerna Lain

Struktur Kimia dan efek protektif sukralfat ( Lullman et al, 2005)

Struktur dan Efek Protektif Misoprostol (Lullman et al, 2005)

C. Antasid

Berasal dari kata anti acid, antasid merupakan salah satu obat dispepsia tertua

sebelum ditemukan agen pelindung mukosa dan anti pompa proton. Fungsi utama

kerja antasid ialah menurunkan keasaman isi lambung dengan cara netralisasi dan

peningkatkan pH. Obat ini bekerja menurunkan aktivitas peptik, karena enzim pepsin

tidak aktif pada pH tinggi. Antasid juga diduga dapat mengabsorbsi enzim pepsin.

Page 16: Modul Digest Obat Laksatif Dan Obat Saluran Cerna Lain

Kebanyakan antasid mengandung magnesium hidroksida, alumunium hidroksida,

sodium bikarbonat dan kalsium karbonat. Karena fungsinya, obat ini disebut juga

agen penetral asam lambung (Katzung, 2011; Lullman et al, 2005; Vogel, 2002).

Mekanisme Kerja Antasid (Piscean, 2012)

Antasid dapat digunakan sebagai obat ulkus peptikum, gastroesophageal reflux

disease (GERD) dan kenaikan asam lambung. Efek samping yang mudah dijumpai

adalah diare oleh karena efek laksatif magnesium dan sodium, serta alumunium dan

kalsium yang menginduksi konstipasi. Antasid sebaiknya tidak diberikan pada pasien

dengan insufisiensi ginjal, gagal jantung dan hiperkalsemia (Ford et al, 2007;

Lullman, 2005).

Page 17: Modul Digest Obat Laksatif Dan Obat Saluran Cerna Lain

V. TATA CARA PRAKTIKUM

A. Tujuan Instruksional

1. Umum

Setelah menyelesaikan praktikum farmakologi obat laksatif dan obat saluran

cerna ini mahasiswa dapat menerapkan prinsip-prinsip farmakologi berbagai

macam obat dan memiliki ketrampilan dalam memberi dan mengaplikasikan

obat secara rasional untuk kepentingan klinik.

2. Khusus

Setelah menyelesaikan percobaan ini mahasiswa akan dapat :

a. Menjelaskan efek obat laksatif

b. Menjelaskan jenis-jenis obat laksatif

c. Menjelaskan bahan-bahan alami yang dapat bersifat laksatif

d. Memilih jenis laksatif yang paling tepat dalam praktek klinik

B. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Beakerglass

b. Sonde lambung

c. Spuit Injeksi 3 cc

d. Kertas saring

2. Bahan

a. Mgso4

b. Parafin

c. Bisacodyl tablet

C. Probandus

Tikus Putih (Rattus Norvegicus)

D. Cara Kerja

1. Ambil 10 ekor tikus putih. Masing-masing dimasukkan ke dalam beakerglass

yang sudah dilandasi dengan kertas saring.

2. Amati selama 30 menit bentuk fesesnya (padat, kental, cair). Feses yang baik

adalah feses yang padat dan tidak membasahi kertas saring.

Page 18: Modul Digest Obat Laksatif Dan Obat Saluran Cerna Lain

3. Berilah obat pada setiap 2 ekor tikus putih secara oral dengan sonde lambung.

a. MgSO4 50 g/kgBB

b. Bisakodil 10 mg.kgBB

c. Parafin 1 ml/tikus

4. Amati perubahan konsistensi fesesnya