Difusivitas Integral
-
Upload
yogi-tampubolon -
Category
Engineering
-
view
376 -
download
34
Transcript of Difusivitas Integral
SEMINAR PDTK “DIFUSIVITAS INTEGRAL’’
MARIA BONITA (121141001)ELSA JUNITA Br GINTING (121141002)
YOGI T TAMPUBOLON (121141003)
Latar BelakangDalam industri kimia koefisien difusi berperan dalam perhitungan waktu proses, yang selanjutnya digunakan dalam perancangan kapasitas alat. Dengan mengetahui difusivitas (koefisien difusi) suatu zat, maka akan dapat mengetahui kemampuan penyebaran massa zat tersebut ke dalam fase yang lain.
Tujuan percobaan
Menentukan koefisien difusivitas integral (DAB) yang merupakan perbandingan luas dengan waktu dalam satuan cm2/detik dari larutan asam oksalat, pada konsentrasi asam oksalat yang berbeda.
Tinjauan Pustaka
Difusi adalah bentuk transfer massa yang terjadi karena adanya gaya dorong (driving force) berupa perbedaan konsentrasi, yang timbul karena gesekan- gesekan molekul atau elemen fluida.
Difusivitas adalah suatu faktor perbandingan yaitu difusivitas massa atau komponen yang mendifusi melalui komponen pendifusi.
Dinamika sistem sangat berpengaruh terhadap kecepatan transfer massa,yang dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Difusi molekuler
2. Difusi Olakan(Hardjono, 1989)
Zat yang terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya rendah. Kecenderungan suatu zat untuk mendifusi dinyatakan dengan koefisien difusi.
Difusivitas cairan tergantung dari sifat- sifat komponen, temperatur serta konsentrasi dari cairan tersebut. Tapi dalam pelaksanaan percobaan ini faktor temperatur diabaikan, karena perbedaan temperatur yang kecil sehingga menyebabkan perbedaan densitas yang kecil.
Dalam Hukum Ficks dijumpai koefisien difusivitas dalam persamaan :
Dengan :
JAX = Flux molar A dalam arah X, gmol/ cm2 detik
DAB = Difusivitas massa A melalui B, cm2/detik
dCA/dX = Gradien konsentrasi, gmol/ cm2
dX
dCDJ A
ABAX
Alat dan Bahan
Alat :
1. Alat suntik
2. Buret
3. Erlenmeyer
4. Corong
5. Stopwatch
6. Penggaris
7. Termometer
8. Piknometer
9. Statif
10. Timbangan digital
Bahan :
1. Air dalam bak difusi
2. Larutan asam oksalat (H2C2O4)
3. Aquadest
4. Larutan NaOH
5. Larutan asam standar
6. Indikator PP
Keterangan:1. Bak penampung air 5. Bak difusi2. Kran 6. Outlet3. Bak penampung air4. Pipa kapiler
Gambar Alat
11
31
43
2
2
65
1. Menentukan volume pipa kapiler.2. Mengukur tinggi masing- masing pipa kapiler
dari ujung atas hingga dasar pipa kapiler.3. Standarisasi larutan NaOH.4. Standarisasi asam oksalat.5. Percobaan Difusi.
Cara Kerja :
1. Menghitung volume pipa kapiler2. Menentukan normalitas NaOH3. Menentukan normalitas asam oksalat sebelum dan
sesudah difusi4. Menentukan persentase asam oksalat
dimana :E = % sisa asam oksalatN = Normalitas asam oksalat setelah difusiN0 = Normalitas asam oksalat sebelum difusi
Analisis perhitungan
100%N
NE
0
5. Menentukan difusivitasdapat ditentukan dengan rumus :
Dijabarkan menjadi :
Dengan :E = perbandingan asam oksalat sisat = waktuL = panjang pipa kapiler
DAB = koefisien difusivitas
2AB
L
.t.D200-100E
)D.200log(2L
tlogE)-2log(100 AB2
1. Menentukan Volume Pipa Kapiler
- Suhu aquadest : 29 0C
- Densitas aquadest : 0,995945 g/ml
Tabel 1. Menentukan volume pipa kapiler
Hasil Percobaan
No
Panjang
Pipa
(cm)
Berat Pipa
Kosong
(gr)
Berat
pipa+aquadest
(gr)
Berat
aquadest
(gr)
Volume
pipa
(ml)
1
2
3
4
5
10.6
10.4
10.3
10
9.9
8.4135
5.1107
8.2417
4.8218
4.8168
11.0391
7.9451
10.7748
7.5292
7.4797
2.6256
2.8344
2.5331
2.7074
2.6629
2.6362
2.8459
2.5434
2.7184
2.6737
2. Standarisasi Larutan NaOH
- Normalitas asam standard = 0.1 N
Tabel 2. Volume NaOH dan Normalitas NaOH
Volume NaOH rata-rata = 11.2 ml
Normalitas NaOH rata-rata = 0.0893 N
NoVolume
NaOH (ml)
Volume Asam
Standard (ml)
Normalitas NaOH (N)
1
2
11
11.4
10
10
0.0909
0.0877
3. Standarisasi Asam Oksalat
- Normalitas NaOH = 0.0893 N
Tabel 3. Volume NaOH dengan Normalitas asam oksalat X1 sebelum difusi
No
Volume
Asam
Oksalat
(ml)
Volume
NaOH (ml)
Normalit
as Asam
Oksalat
(N)
1 10 13.5 0.120555
2 10 13.2 0.06165
Tabel 4. Volume NaOH dengan Normalitas asam oksalat X2 sebelum difusi
No
Volume
Asam
Oksalat
(ml)
Volume
NaOH
(ml)
Normalitas
Asam Oksalat
(N)
1 10 7.1 0.0636403
2 10 7.2 0.06429
4. Menentukan normalitas asam oksalat sesudah difusi
Normalitas NaOH rata-rata = 0.0893 NVolume asam oksalat = 10 ml
Tabel 5. Normalitas asam oksalat sesudah difusi (X1)
No
Volume NaOH
sesudah difusi (ml)
Volume Asam
Oksalat (ml)
Normalitas Asam Oksalat setelah difusi
(N)
1 3.2 10 0.028576
2 3 10 0.02679
3 2.9 10 0.025897
4 2.8 10 0.025004
5 2.6 10 0.023296
Tabel 6. Normalitas asam oksalat sesudah difusi (X2)
NoVolume NaOH (ml) sesudah
difusi
Volum Asam Oksalat
(ml)
Normalitas Asam Oksalat setelah
difusi
1 2.45 10 0.0218785
2 2.3 10 0.020539
3 2.2 10 0.019646
4 2.2 10 0.019646
5 2.1 10 0.018753
1. Harga normalitas dan harga koefisien difusivitas asam oksalat X1
Harga normalitas asam oksalat X1 sebelum dan setelah difusi dan harga koefisien difusivitas asam oksalat X1 dapat diperoleh berdasarkan tabel 4.1.
Maka diperoleh:
Tabel 7. Hubungan Normalitas asam oksalat X1 sebelum dan setelah difusi dengan % sisa asam oksalat
Pembahasan
NoWaktu
(menit)
Normalitas asam
oksalat
(N)Persentase
sisa asam
oksalat
(E%)Sebelum
difusi
Sesudah
difusi
1
2
3
4
5
5
10
15
20
25
0.119215
0.119215
0.119215
0.119215
0.119215
0.028576
0.02679
0.025897
0.025004
0.023296
23.97
22.47
21.72
20.973
19.54
Dan dapat dibuat grafik seperti gambar 1
Hubungan antara Log (t/L2) dengan 2 Log (100-E) pada gambar menghasilkan persamaan dengan metode least square Y = 0.05998x+3.841. Dari persamaan yang diperoleh dapat diketahui persen kesalahan sebesar 0.077604%, , dan DAB
sebesar 0.0552458 cm2/menit.
3.835003.840003.845003.850003.855003.860003.86500
-1.60000
-1.40000
-1.20000
-1.00000
-0.80000
-0.60000
-0.40000
-0.20000
0.00000
f(x) = 30.7578304595645 x − 119.361920290991R² = 0.964254440080134
y datay hitungLinear (y data)
log (t/L²)
2 l
og
(1
00
-E)
2. Harga normalitas dan harga koefisien difusivitas asam oksalat X2
Harga normalitas asam oksalat X2 sebelum dan setelah difusi dan harga koefisien difusivitas asam oksalat X2 dapat diperoleh berdasarkan data Tabel 4.2.
Maka diperoleh:
Tabel 8. Hubungan Normalitas asam oksalat X2 sebelum dan setelah difusi dengan persentase sisa asam oksalat
NoWaktu
(menit)
Normalitas asam
oksalat
(N)Persentase
sisa asam
oksalat
(E%)Sebelum
difusi
Sesudah
difusi
1
2
3
4
5
5
10
15
20
25
0.127699
0.127699
0.127699
0.127699
0.127699
0.0218785
0.020539
0.019646
0.019646
0.018753
17.13
16.08
15.38
15.38
14.68
Dan dapat dibuat grafik seperti gambar 2.
Hubungan antara Log (t/L2) dengan 2 Log (100-E) pada gambar 4,
menghasilkan persamaan dengan metode least square Y = 0.03134x+3.8796.
Dari persamaan yang diperoleh dapat diketahui persen kesalahan sebesar
0.197073322%, dan DAB sebesar 0.06034 cm2/menit.
3.83500 3.84000 3.84500 3.85000 3.85500 3.86000 3.86500
-1.60000
-1.40000
-1.20000
-1.00000
-0.80000
-0.60000
-0.40000
-0.20000
0.00000
f(x) = 30.7578304595645 x − 119.361920290991R² = 0.964254440080134
y datay hitungLinear (y data)
log (t/L²)
2 l
og (
100
-E)
Larutan asam oksalat X1 diperoleh harga koefisien difusivitas sebesar 0.0552458 cm2/menit dengan metode Least Square : Y = 0.05998842x+3.841289 dengan persen kesalahan rata – rata sebesar 0.076043 %.
Larutan asam oksalat X2 diperoleh harga koefisien difusivitas sebesar 0.06034Cm2/menit dengan metode Least Square : Y = 0.031349885x+3.879648dengan persen kesalahan rata – rata sebesar 0.197073222%.
Persamaan yang didapat merupakan fungsi linier dari 2 Log (100 – E) dengan Log (t/L2) yang menunjukkan semakin lama waktu operasi difusi maka akan semakin banyak asam oksalat yang terdifusi ke dalam air.
Pada percobaan kami semakin kecil normalitas suatu larutan atau senyawa
maka koefisien difusivitasnya semakin kecil.
Kesimpulan