DIFTERI

9
DIFTERI Definisi Difteri adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae yang berasal dari membran mukosa hidung dan nasofaring, kulit dan lesi lain dari orang yang terinfeksi. Etiologi Conybacterium diphteriae, bakteri yang berbentuk batang gram negatif. Manifestasi Klinis Masa inkubasi bakteri umumnya antara 2 sampai 5 hari, walaupun dapat singkat hanya satu hari dan lama 8 hari bahkan sampai 4 minggu. Biasanya serangan penyakit agak terselubung, misalnya hanya sakit tenggorok yang ringan, panas yang tidak tinggi berkisar antara 37,8 0 C sampai 38,9 0 C. Pada mulanya tenggorok hanya hiperemis saja tetapi kebanyakan sudah terjadi membran putih/keabu-abuan. Dalam 24 jam membran dapat menjalar dan menutupi tonsil, palatum molle, uvula. Mula-mula membran tipis, putih dan berselaput yang segera menjadi tebal, abu- abu/hitam tergantung jumlah kapiler yang berdilatasi dan masuknya darah ke dalam eksudat. Membran mempunyai batas-batas jelas dan melekat dengan jaringan dibawahnya sehingga sukar untuk diangkat, sehingga bila

description

cucok

Transcript of DIFTERI

DIFTERI

DIFTERI

Definisi

Difteri adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae yang berasal dari membran mukosa hidung dan nasofaring, kulit dan lesi lain dari orang yang terinfeksi.

Etiologi

Conybacterium diphteriae, bakteri yang berbentuk batang gram negatif.

Manifestasi Klinis

Masa inkubasi bakteri umumnya antara 2 sampai 5 hari, walaupun dapat singkat hanya satu hari dan lama 8 hari bahkan sampai 4 minggu. Biasanya serangan penyakit agak terselubung, misalnya hanya sakit tenggorok yang ringan, panas yang tidak tinggi berkisar antara 37,8 0C sampai 38,9 0C. Pada mulanya tenggorok hanya hiperemis saja tetapi kebanyakan sudah terjadi membran putih/keabu-abuan.

Dalam 24 jam membran dapat menjalar dan menutupi tonsil, palatum molle, uvula. Mula-mula membran tipis, putih dan berselaput yang segera menjadi tebal, abu-abu/hitam tergantung jumlah kapiler yang berdilatasi dan masuknya darah ke dalam eksudat. Membran mempunyai batas-batas jelas dan melekat dengan jaringan dibawahnya sehingga sukar untuk diangkat, sehingga bila diangkat secara paksa menimbulkan perdarahan. Jaringan yang tidak ada membran biasanya tidak membengkak.

Pada difteri sedang biasanya proses yang terjadi akan menurun pada hari-hari 5 sampai 6, walaupun antitoksin tidak diberikan.

Gejala local dan sistemik secara bertahap menghilang dan membran akan menghilang. Dan perubahan ini akan lebih cepat bila diberikan antitoksin.

Difteri berat akan lebih berat pada anak yang lebih muda. Bentuk difteri antara lain bentuk Bullneck atau mallingnan difteri. Bentuk ini timbul dengan gejala-gejala yang lebih berat dan membran menyebar secara cepat menutupi faring dan dapat menjalar ke hidung. Udema tonsil dan uvula dapat pula timbul. Kadang-kadang udema disertai nekrose.

Pembengkakan kelenjar leher, infiltrat kedalam jaringan se-sel leher, dari telinga satu ke telinga yang lain dan mengisi dibawah mandibula sehingga memberi gambaran Bullneck.

Patofisiologi

Kontak langsung Cornybacterium diphteriae denagn orang yang terinfeksi atau barang yang terkontaminasi.

Masuk malalui saluran pancernaan/pernafasan

Aliran sistemik

Mengeluarkan toksin (eksotoksin)

Nasal Laring Tonsil

Inflamasi mukosa Reaksi inflamasi Reaksi inflamasi

Sekret batuk Obs. Saluran nafas batuk Tenggorokan sakit

Sesak anoreksia

Sianosis

O2 tidak adekuat

Komplikasi

Miokarditis

Neuritis

Bronkopneumonia

Nefritis

Paralysis

Penatalaksanaan terapiutik

Pemberian oksigen Terapi cairan Perawatan isolasi Pemberian antibiotik sesuai programPenatalaksanaan Perawatan

Pengkajian

Riwayat keperawatan, riwayat terkena penyakit infeksi, status iminisasi.

Kaji tanda-tanda yang terjadi pad nasal, tonsil/faring, dan laring.

Lihat dari manifestasi klinis berdasarkan alur patofisiologi.

Diagnosa Keperawatan

1. Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi pada jalan nafas.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi sekret di alveoli .

3. Perubahan pola nafas berhubungan dengan tidak adekuatmya kebutuhan oksigen akibat dari akumulasi secret.

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dampak sekunder reaksi inflamasi tonsil.

5. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan proses batuk dan virulensi organisme.

6. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tidak adekuatnya kebutuhan oksigen pada jaringan.

7. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia

8. Hipertermi berhubungan dengan dampak sekunder reaksi inflamasi.

9. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipertermia dan anoreksia.

Perencanaan

1) Anak akan menunjukkan tanda-tanda jalan nafas efektif

2) Anak menunjukkan pernafasan efektif

3) Anak menunjukkan pola nafas efektif

4) Nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang.

5) Penyebaran infeksi tidak terjadi

6) Anak menunjukkan kebutuhan oksigen jaringan adekuat.

7) Anak akan menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi

8) Suhu tubuh anak menurun secara bertahap.

9) Anak akan mempertahankan keseimbangan cairan.

Implementasi

1) Meningkatkan jalan nafas efektif

Kaji status pernafasan, observasi irama sdam bunyai pernafasan.

Atur posisi kepala dengan posisi ekstensi.

Suction jalan nafras bila terdapat sumbatan.

Berikan oksigen sebelum

Dan setelah dilakukan suction

Lakukan fisioterapi dada

Lakukan pemeriksaan analisa gas darah

Lakukan intubasi jika ada indikasi

2) Mempetahankan pernafasan efektif

Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot aksesori.

Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas.

Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa

Dorong pasien untuk mengeluarkan sputum.

Auskultasi bunyi nafas.

Palpasi fremitus.

Awasi tana vital dan irama jantung.

Awasi/gambarkan seri GDA dam nadi oksimetri.

3) Mempertahankan pola nafas efektif

Evaluasi fugsi pernafasan, kecepatan, sianosis.

Catat peruahan tanda-tanda vital.

Memberikan posisi semifowler

Membantu klien untuk melakuka aktivitas sesuai kemampuan.

Menganjurkan anak untuk minum banyak

Memberikan O2 esuai indikasi

Awasi kesesuaian pola nafas

Auskultasi bunyi nafas.

Catat engembangan dada dan trakhea.

Kaji fremitus.

4) Mengurangi rasa nyeri yang dirasakan

Tentukan karakteristik nyeri, misal tajam, konstan, ditusuk.

Selidiki perubahan karakteristik/lokasi/intensitas nyeri.

Pantau tanda-tanda vital

Berikan tindakan nyaman, misal pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang, relaksasi/latihan nafas.

Tawarkan pembersihan mulut dengan sering.

Kolaborasi : Analgesik dan Antitusif sesuai indikasi.

5) Perluasan infeksi tidak terjadi

Tempatkan anak pada ruangan khusus.

Pertahankan isolasi yang ketat di rumah sakit

Gunakan prosedur perlindumgan infeksi jika melakukan kontak dengan anak.

Berikan antibiotik sesuai order.

6). Akan menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kaji kemampuan anak untuk makan.

Memasang NGT untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak.

Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral.

Menilai indicator terpenuhinya kebutuhan nutrisi (berat badan, lingtkar lengan, membran mukosa) yang adekuat

7). Mempertahankan keseimbangan cairan

Catat keseimbanga input dan output pasien.

Pantau tekanandarah dan denyut jantung.

Kaji membran mukosa, turgor kulit, dan rasa haus.

Awasi edema.

Kolaborasi : cairan IV

8). Suhu tubuh anak dalam batas normal.

Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil/diaforesis.

Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.

Berikan kompres mandi hangat, hindari pengguanaan alkohol.

Kolaborasi : berikan antipiretik.

Perencanaan pemulangan

Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, efek samping.

Melakukan imunisasi jika imunisasi belum lengkap sesuai dengan prosedur.

Menekankan pentingnya kontrol ulang sesuai jadwal

Informasikan jika terdapat tanda-tanda terjadinya kekambuhan.

Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas

Resiko penyebaran infeksi

Nyeri

( Suhu

Nutrisi kurang dari kenutuhan

Resiko kekurangan volume cairan

Perubahan pola nafas

Kerusakan pertukaran gas

Gangguan perfusi jaringan