diagnosis dan dd.docx

4
KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL Pemeriksaan Laboratorium Sebagian besar diagnosis dapat ditegakkan dengan tanda dan gejala.Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium dilakukan apabila konjungtivitis tidak responsif terhadap antibitotik.Adapun pemeriksaan yang dilakukan adalah pewarnaan Gram untuk mengidentifikasi mikroorganisme penyebab.Pewarnaan Giemsa bertujuan untuk mengidentifikasi tipe sel dan morfologi. Kerokan konjungtiva dan kultur dianjurkan apabila terdapat sekret purulen, membranosa, atau pseudomembranosa. KONJUNGTIVITIS VIRAL Pemeriksaan Pada prinsipnya, diagnosis konjungtivitis viral ini dapat ditegakkan melalui anamnesa dan pemeriksaan oftalmologi, tanpa harus menggunakan pemeriksaan penunjang.Pada anamnesa, penting ditanyakan riwayat kontak dengan penderita konjungtivitis akut. Namun, bila meragukan etiologinya, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang dengan scrap konjungtiva dilanjutkan dengan pewarnaan giemsa. Pada infeksi adenovirus akan banyak ditemukan sel mononuklear. Sementara pada infeksi herpes akan ditemukan sel raksasa multinuklear. Badan inklusi intranuklear dari HSV dapat ditemukan pada sel konjungtiva dan kornea menggunakan metode fiksasi Bouin dan pewarnaan Papanicolau. Adapaun pemeriksaan yang lebih spesifik lagi antara lain amplifikasi DNA menggunakan PCR, kultur virus, serta imunokromatografi. KONJUNGTIVITIS ALLERGIKA Pemeriksaan Pemeriksaan diarahkan pada anamnesis riwayat alergi dan tampilan klinis.Penggunaan metode scrapping dan melihat sel imun dibawah mikroskop dapat dilakukan, namun kurang efektif.Hanya pada konjungtivitis sicca, diagnosis

Transcript of diagnosis dan dd.docx

Page 1: diagnosis dan dd.docx

KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL

Pemeriksaan LaboratoriumSebagian besar diagnosis dapat ditegakkan dengan tanda dan gejala.Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium dilakukan apabila konjungtivitis tidak responsif terhadap antibitotik.Adapun pemeriksaan yang dilakukan adalah pewarnaan Gram untuk mengidentifikasi mikroorganisme penyebab.Pewarnaan Giemsa bertujuan untuk mengidentifikasi tipe sel dan morfologi. Kerokan konjungtiva dan kultur dianjurkan apabila terdapat sekret purulen, membranosa, atau pseudomembranosa.

KONJUNGTIVITIS VIRAL

Pemeriksaan

Pada prinsipnya, diagnosis konjungtivitis viral ini dapat ditegakkan melalui anamnesa dan pemeriksaan oftalmologi, tanpa harus menggunakan pemeriksaan penunjang.Pada anamnesa, penting ditanyakan riwayat kontak dengan penderita konjungtivitis akut.

Namun, bila meragukan etiologinya, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang dengan scrap konjungtiva dilanjutkan dengan pewarnaan giemsa. Pada infeksi adenovirus akan banyak ditemukan sel mononuklear. Sementara pada infeksi herpes akan ditemukan sel raksasa multinuklear. Badan inklusi intranuklear dari HSV dapat ditemukan pada sel konjungtiva dan kornea menggunakan metode fiksasi Bouin dan pewarnaan Papanicolau. Adapaun pemeriksaan yang lebih spesifik lagi antara lain amplifikasi DNA menggunakan PCR, kultur virus, serta imunokromatografi.

KONJUNGTIVITIS ALLERGIKA

Pemeriksaan

Pemeriksaan diarahkan pada anamnesis riwayat alergi dan tampilan klinis.Penggunaan metode scrapping dan melihat sel imun dibawah mikroskop dapat dilakukan, namun kurang efektif.Hanya pada konjungtivitis sicca, diagnosis dilakukan menggunakan biopsi dan menemukan infiltrasi sel limfositik dan plasma pada kelenjar saliva

DIAGNOSIS1. Konjungtivitis Bakteri

Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkin saja penyakit berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang lebih tua. Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit menular seksual dan riwayat penyakit pada pasangan seksual. Perlu juga ditanyakan durasi lamanya penyakit, riwayat penyakit yang sama sebelumnya, riwayat penyakit sistemik, obat-obatan, penggunaan obat-obat kemoterapi, riwayat pekerjaan yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit, riwayat alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan riwayat penggunaan lensa-kontak (Marlin, 2009).

2. Konjungtivitis VirusDiagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung etiologinya, karena itu diagnosisnya difokuskan pada gejala-gejala yang membedakan tipe-tipe menurut penyebabnya. Dibutuhkan informasi mengenai, durasi dan gejala-gejala sistemik

Page 2: diagnosis dan dd.docx

maupun ocular, keparahan dan frekuensi gejala, faktor-faktor resiko dan keadaan lingkungan sekitar untuk menetapkan diagnosis konjungtivitis virus (AOA, 2010).Pada anamnesis penting juga untuk ditanyakan onset, dan juga apakah hanya sebelah mata atau kedua mata yang terinfeksi (Gleadle, 2007).Konjungtivitis virus sulit untuk dibedakan dengan konjungtivitis bakteri berdasarkan gejala klinisnya dan untuk itu harus dilakukan pemeriksaan lanjutan, tetapi pemeriksaan lanjutan jarang dilakukan karena menghabiskan waktu dan biaya (Hurwitz, 2009).

3. Konjungtivitis AlergiDiperlukan riwayat alergi baik pada pasien maupun keluarga pasien serta observasi pada gejala klinis untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis alergi. Gejala yang paling penting untuk mendiagnosis penyakit ini adalah rasa gatal pada mata, yang mungkin saja disertai mata berair, kemerahan dan fotofobia (Weissman, 2010).

DIAGNOSIS BANDING

Tabel 2. Diagnosis Banding Konjungtivitis

Konjungtivitis Keratitis/ Tukak Kornea

Iritis akut Glaukoma akut

Kornea Jernih Fluoresein +++/-

Presipitat Edema

Penglihatan N <N <N <NSekret (+) (-) (-) (-)Fler - -/+ ++ -/+Pupil N <N <N >NTekanan N N <N> N+++Vaskularisasi a.konjungtiva

posteriorSiliar Pleksus

SiliarEpiskleral

Page 3: diagnosis dan dd.docx

Injeksi Konjungtival Siliar Siliar EpiskleralPengobatan Antibiotic Antibiotika

sikloplegikbedah

Steroid sikloplegik

Miotika diamox +

Uji Bakteri Sensibilitas Infeksi local TonometriTabel 3. Diagnosis Banding Konjungtivits Dengan Penyakit Lain