Diabetes Millitus 4 (LP)
-
Upload
aisahnugraha -
Category
Documents
-
view
10 -
download
1
description
Transcript of Diabetes Millitus 4 (LP)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi pula
perubahan perilaku masyarakat di Indonesia, salah satu perubahan tersebut
adalah perubahan pola makan masyarakat Indonesia menjadi pola makan cepat
saji atau instant yang banyak mengandung kolesterol dan tinggi gula. Hal
tersebut berdampak pada kesehatan masyarakat yang dapat menimbulkan
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pola makan seperti diabetes
mellitus, gagal ginjal, gagal jantung dan sebagainya. Dari beberapa penyakit
yang paling sering ditimbulkan dari perubahan pola makan tersebut salah
satunya adalah diabetes mellitus.
Diabetes mellitus adalah sindroma yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara tuntutan dan suplai insulin yang ditandai oleh
hiperglikemia dan berkaitan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein. Diabetes mellitus terdiri dari beberapa macam subklas
diantaranya yaitu diabetes mellitus tipe I (IDDM), diabetes mellitus tipe II
(NIDDM), diabetes mellitus sekunder, diabetes mellitus yang berhubungan
dengan malnutrisi, diabetes mellitus yang disebabkan oleh kerusakan toleransi
glukosa dan diabetes mellitus gestasional.
Sulitnya proses penyembuhan luka akibat cedera bisa menyebabkan
terjadinya perluasan luka yang disebut ulkus. Ulkus yang disebabkan oleh
penyakit diabetes mellitus bisa terjadi di berbagai bagian tubuh terutama pada
daerah ekstrimitas bawah bagian distal.
Kompleksnya komplikasi yang diakibatkan oleh DM ini melatarbelakangi
penulis untuk membuat makalah ini dengan judul “Pencegahan Terhadap
Penyakit Diabetes Melitus Sejak Dini”
1
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang
pencegahan penyakit diabetes melitus.
2. Tujuan Khusus
Untuk memenuhi salah tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Tingkat I
Semester I di Akademi Keperawatan Rumah Sakit Dustira Cimahi.
C. Metoda Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam menyusun makalah adalah metode
deskriptif, yaitu dengan menjelaskan bahasan yang dikaji secara sistematis
sehingga pada akhirnya didapat suatu kesimpulan.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi
kepustakaan, yaitu penulis mengumpulkan data dan mempelajari beberapa
sumber yang berkaitan dengan kasus yang dibahas.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 3 Bab yaitu :
Bab I : Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan,
metode dan teknik penulisan serta sistematika penulisan.
Bab II : Isi, meliputi definisi, anatomi dan fisiologi, gejala klinik secara
umum, pengobatan dan upaya pencegahan penyakit diabetes millitus.
Bab III : Penutup.
2
BAB II
PENCEGAHAN TERHADAP PENYAKIT
DIABETES MILITUS SEJAK DINI
A. Pengertian
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat (Sylvia A. Price, 1995).
Diabetes Melitus adalah sindrom yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara tuntutan suplai insulin yang ditandai oleh
hiperglikemia dan berkaitan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein (Hotma Rumahorbo, 1999).
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit kronik yang kompleks yang
meliputi kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protei serta
menimbulkan komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis
(Barbara C. Long, 1996).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diabetes mellitus
merupakan penyakit kronis yang secara generatif dan klinis ditandai oleh
hiperglikemia yang meliputi kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein sebagai akibat ketidakseimbangan insulin yang dapat menimbulkan
komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis.
B. Etiologi
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes mellitus masih belum diketahui. Faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko tertentu yang seperti :
1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun).
2. Obesitas.
3. Riwayat keluarga.
4. Kelompok etnik.
3
C. Tanda dan Gejala
1. Polifagia.
2. Poliuria.
3. Polidipsia.
4. Lemas.
5. Berat badan turun.
6. Mengantuk (somnolen), terjadi beberapa hari atau beberapa minggu.
7. Kesemutan.
8. Gatal.
9. Mata kabur.
10. Impotensi pada laki-laki.
11. Pruritus vulva pada perempuan.
D. Patofisiologi
Diabetes mellitus dibagi kedalam beberapa klasifikasi atau tipe-tipe
tertentu, diantaranya adalag sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin atau IDDM (Insulin
Independent Diabetes Melitus)
Tipe-tipe diabetes mellitus yang paling sering terjadi adalah diabetes
mellitus tipe I (IDDM) dan diabetes mellitus tipe II (NIDDM).
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin atau NIDDM (Non
Insulin Dependent Diabetes Melitus)
Diabetes mellitus tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes
yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa
yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka
awitan diabetes mellitus tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika
gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang
lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar
glukosanya sangat tinggi).
4
Penanganan primer diabetes tipe II adalah dengan menurunkan berat
badan, karena resistensi insulin berkaitan dengan obesitas. Latihan
merupakan unsur yang penting pula untuk meningkatkan efektivitas
insulin. Obat hipoglikemia oral dapat ditambahkan jika diet dan latihan
tidak berhasil mengendalikan kadar glukosa darah. Jika penggunaan obat
oral dengan dosis maksimal tidak berhasil menurunkan kadar glukosa
hingga tingkat yang memuaskan maka insulin dapat digunakan. Sebagian
pasien memerlukan insulin untuk sementara waktu selama periode stress
fisiologis yang akut, seperti selama sakit atau pembedahan.
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan sindrom tertentu,
seperti :
a. Penyakit pancreas.
b. Kelainan hormonal.
c. Obat/ bahan kimia.
d. Kelainan reseptor dan kelainan genital.
4. Diabetes mellitus gestasional atau GDM (Gestasional Diabetes Melitus).
5. Diabetes karena kerusakan toleransi glukosa.
E. Komplikasi Diabetes Melitus
1. Komplikasi akut
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia (kadar gula darah yang abnormal rendah) terjadi
apabila kadar glukosa darah turun dibawah 50 mg/dl. Keadaan ini
dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang
berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena
aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemia dapat terjadi setiap saat pada
siang atau malam hari. Kejadian ini dapat terjadi sebelum makan,
khususnya jika makan tertunda atau bila pasien lupa makan cemilan.
Gejala hipoglikemia dapat dikelompokkan menjadi dua kategori :
gejala adrenergik dan gejala sistem saraf pusat.
1) Hipoglikemia ringan.
2) Hipoglikemia Sedang.
3) Hipoglikemia Berat.
5
b. Diabetes Ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau
tidak cukup jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan
gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Ada tiga
gambaran klinik yang penting pada diabetes ketoasidosis :
1) Dehidrasi.
2) Kehilangan elektrolit.
3) Asidosis.
c. Syndrom Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik (SHHNK)
Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan
hipergklikemia yang disertai perubahan tingkat kesadaran (Sense of
Awareness). Keadaan hiperglikemia persisten menyebabkan diuresis
osmotik sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Untuk
mempertahankan keseimbangan osmotik, cairan akan berpindah dari
intrasel keruang ekstrasel. Dengan adanya glukosuria dan dehidrasi,
maka akan dijumpai keadaan hipernatremia dan peningkatan
osmolaritas.
2. Komplikasi Kronik
Komplikasi kronik dari diabetes mellitus dapat menyerang semua
sistem organ tubuh. Kategori komplikasi kronik diabetes yang lazim
digunakan adalah penyakit makrovaskuler, mikrovaskuler, dan neurologis.
a. Komplikasi Makrovaskuler
Berbagai tipe penyakit makrovaskuler dapat terjadi tergantung pada
lokasi lesi ateerosklerotik. Aterosklerotik yang terjadi pada pembuluh
darah arteri koroner dapat menyebabkan penyakit jantung koroner.
Sedangkan aterosklerotik yang terjadi pada pembuluh darah serebral,
akan menyebabkan stroke infark dengan jenis TIA (Transiennt
Ischemic Attack). Selain itu aterosklerotik yang terjadi pada pembuluh
darah besar ekstremitas bawah, akan menyebabkan penyakit okluisif
arteri perifer atau penyakit vaskuler perifer.
6
b. Komplikasi Mikrovaskeler
1) Retinopati Diabetik
Disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil
pada retina mata, bagian ini mengandung banyak sekali pembuluh
darah dari berbagai jenis pembuluh darah arteri serta vena yang
kecil, arteriol, venula dan kapiler.
2) Nefropati Diabetik
Bila kadar gluoksa darah meninggi maka mekanisme filtrasi ginjal
ajkan mengalami stress yang mengakibatkan kebocoran protein
darah ke dalam urin. Sebagai akibatnya tekanan dalam pembuluh
darah ginjal meningkat.
3) Neuropati Diabetikum
Dua tipe neuropati diabetik yang paling sering dijumpai adalah:
a) Polineuropati Sensorik (neuropati perifer)
Gejala permulaanya adalah parastesia (rasa tertusuk-tusuk,
kesemutan dan peningkatan kepekaan) dan rasa terbakar
(khususnya pada malam hari). Dengan bertambah lanjutnya
neuropati ini kaki akan terasa baal.
Penurunan sensibilitas terhadap sentuhan ringan dan
penurunan sensibilitas nyeri dan suhu membuat penderita
neuropati beresiko untuk mengalami cedera dan infeksi pada
kaki tanpa diketahui.
b) Neuropati Otonom (Mononeuropati)
Neuropati pada system saraf otonom mengakibatkan
berbagai fungsi yang mengenai hampir seluruh system organ
tubuh. Ada lima akibat utama dari neuropati otonom, antara
lain :
(1) Kardiovaskuler
(2) Pencernaan
(3) Perkemihan
(4) Kelenjar Adrenal (Hypoglikemik Unawarenass)
(5) Disfungsi Seksual
7
F. Dampak Diabetes Melitus Terhadap Sistem Tubuh Lain
1. Sistem Pernapasan
2. Sistem kardiovaskuler
3. Sistem Pencernaan
4. Sistem Perkemihan
5. Sistem Reproduksi
6. Sistem Muskuloskeletal
7. Sistem Integumen
8. Sistem Persarafan
9. Sistem Penginderaan
G. Penatalaksanaan dan Pencegahan
1. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada
setiap tipe diabetes mellitus adalah mencapai kadar glukosa darah normal
(euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola
aktivitas pasien.
Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes mellitus :
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita
diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut :
1) Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin
dan mineral)
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
3) Memenuhi kebutuhan energi
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui
cara-cara yang aman dan praktis
5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
8
b. Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena
efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor
risiko kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah
dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga
diperbaiki dengan berolahraga.
Pedoman umum latihan pada diabetes :
1) Gunakan alas kaki yang tepat, dan bila perlu alat pelindung kaki
lainnya
2) Hindari latihan dalam udara yang sangat panas atau dingin
3) Periksa kaki setiap hari sesudah melakukan latihan
4) Hindari latihan pada saat pengendalian metabolik buruk
Meskipun demikian, penderita diabetes dengan kadar glukosadarah
lebih dari 250 mg/ dl (14 mmol/ L) dan menunjukkan adanya keton
dalam urin tidak boleh melakukan latihan sebelum pemeriksaan keton
urin menjadi negative dan kadar glukosa darah telah mendekati
normal. Latihan dengan kadar glukosa darah yang tinggi akan
meningkatkan sekresi glukagon, growth hormone dan katekolamin.
Peningkatan hormone ini membuat hati melepas lebih banyak glukosa
sehingga terjadi kenaikan kadar glukosa darah.
c. Pemantauan Kadar Glukosa Darah
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara
mandiri, penderita diabetes dapat mengatur terapinya untuk
mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal. Cara ini
memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia serta
hiperglikemia dan berperan dalam menentukan kadar glukosa darah
normal yang kemungkinan mengurangi komplikasi jangka panjang.
d. Terapi
1) Obat hipoglikemik oral (OHO) seperti sulfonylurea, biguanid,
inhibitor alfa glukosidase dan insulin sensitizing agen.
9
2) Pada diabetes tipe II, insulin diperlukan sebagai terapi jangka
panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan
obat hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya. Sebagian
pasien diabetes tipe II yang biasanya mengendalikan kadar glukosa
darah dengan diet atau dengan obat oral kadang membutuhkan
insulin secara temporer selama mengalami sakit, infeksi,
kehamilan, pembedahan atau beberapa kejadian stress lainnya.
Penyuntikan insulin dilakukan dua kali per hari atau lebih, untuk
mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan
pada malam hari.
e. Pendidikan Kesehatan
Diabetes mellitus merupakan sakit kronis yang memerlukan
perilaku penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Pasien bukan
hanya belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri guna
menghindari penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah yang
mendadak, tetapi juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya
hidup untuk menghindari komplikasi jangka panjang yang dapat
ditimbulkan dari penyakit diabetes mellitus.
Untuk mengurangi risiko kematian dan mengurangi biaya pengobatan
diabetes melitus, diperlukan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan secara
primer maupun sekunder.
Pencegahan primer adalah pencegahan terjadinya diabetes melitus pada
individu yang berisiko melalui modifikasi gaya hidup (pola makan sesuai,
aktivitas fisik, penurunan berat badan) dengan didukung program edukasi
yang berkelanjutan. Kendati program ini tidak mudah, tetapi sangat
menghemat biaya. Oleh karena itu dianjurkan untuk dilakukan di negara-
negara dengan sumber daya terbatas.
Sedangkan pencegahan sekunder, merupakan tindakan pencegahan
terjadinya komplikasi akut maupun jangka panjang. Programnya meliputi
pemeriksaan dan pengobatan tekanan darah, perawatan kaki diabetes,
pemeriksaan mata secara rutin, pemeriksaan protein dalam urine program
menurunkan atau menghentikan kebiasaan merokok.
10
BAB III
PENUTUP
Klien dengan diabetes mellitus memerlukan perawatan sedini mungkin untuk
mencegah timbulnya komplikasi baik akut maupun kronis seperti : neuropathy,
retinopathy, nefrophaty, aterosklerosis, mikard infark, koma hipoglikemia ataupun
koma hiperglikemia.
Salah satu komplikasi menahun yang dapat ditimbulkan dari penyakit diabetes
mellitus adalah terjadinya neurophaty perifer yang berisiko untuk mengalami
cedera, dimana cedera tersebut dapat terjadi tanpa diketahui oleh pasien karena
sudah hilangnya sensasi rasa pada daerah perifer.
Dengan mengetahui dan memahami definisi, anatomi dan fisiologi, gejala
klinik secara umum, pengobatan dan upaya pencegahan penyakit diabetes millitus,
diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada klien
dengan diabetes millitus secara profesional sesuai dengan standar asuhan
keperawatan yang telah ditentukan dari mulai perencanaan sampai dengan
pendokumentasian asuhan keperawatan.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito. L.J. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan. Alih Bahasa Ester. M. Jakarta : EGC.
2. Fakultas Kedokteran UI. 1999. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi 3. Jilid 1. Editor Mansjoer, dkk. Jakarta : Media Aesculapius.
3. Long. B.C. 1996. Perawatan Medikal Bedah Suatu
Pendekatan Proses Keperawatan. Jilid 3. Alih bahasa Yayasan Ikatan alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran : Bandung.
4. www.depkes.go.id
5. www.diabetes_millitus.com
12