Diabetes Millitus 4 (LP)

18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi pula perubahan perilaku masyarakat di Indonesia, salah satu perubahan tersebut adalah perubahan pola makan masyarakat Indonesia menjadi pola makan cepat saji atau instant yang banyak mengandung kolesterol dan tinggi gula. Hal tersebut berdampak pada kesehatan masyarakat yang dapat menimbulkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pola makan seperti diabetes mellitus, gagal ginjal, gagal jantung dan sebagainya. Dari beberapa penyakit yang paling sering ditimbulkan dari perubahan pola makan tersebut salah satunya adalah diabetes mellitus. Diabetes mellitus adalah sindroma yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara tuntutan dan suplai insulin yang ditandai oleh hiperglikemia dan berkaitan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Diabetes mellitus terdiri dari beberapa macam subklas diantaranya yaitu diabetes mellitus tipe I (IDDM), diabetes mellitus tipe II (NIDDM), diabetes mellitus sekunder, diabetes mellitus yang berhubungan dengan 1

description

lp

Transcript of Diabetes Millitus 4 (LP)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi pula

perubahan perilaku masyarakat di Indonesia, salah satu perubahan tersebut

adalah perubahan pola makan masyarakat Indonesia menjadi pola makan cepat

saji atau instant yang banyak mengandung kolesterol dan tinggi gula. Hal

tersebut berdampak pada kesehatan masyarakat yang dapat menimbulkan

penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pola makan seperti diabetes

mellitus, gagal ginjal, gagal jantung dan sebagainya. Dari beberapa penyakit

yang paling sering ditimbulkan dari perubahan pola makan tersebut salah

satunya adalah diabetes mellitus.

Diabetes mellitus adalah sindroma yang disebabkan oleh

ketidakseimbangan antara tuntutan dan suplai insulin yang ditandai oleh

hiperglikemia dan berkaitan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,

lemak dan protein. Diabetes mellitus terdiri dari beberapa macam subklas

diantaranya yaitu diabetes mellitus tipe I (IDDM), diabetes mellitus tipe II

(NIDDM), diabetes mellitus sekunder, diabetes mellitus yang berhubungan

dengan malnutrisi, diabetes mellitus yang disebabkan oleh kerusakan toleransi

glukosa dan diabetes mellitus gestasional.

Sulitnya proses penyembuhan luka akibat cedera bisa menyebabkan

terjadinya perluasan luka yang disebut ulkus. Ulkus yang disebabkan oleh

penyakit diabetes mellitus bisa terjadi di berbagai bagian tubuh terutama pada

daerah ekstrimitas bawah bagian distal.

Kompleksnya komplikasi yang diakibatkan oleh DM ini melatarbelakangi

penulis untuk membuat makalah ini dengan judul “Pencegahan Terhadap

Penyakit Diabetes Melitus Sejak Dini”

1

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang

pencegahan penyakit diabetes melitus.

2. Tujuan Khusus

Untuk memenuhi salah tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Tingkat I

Semester I di Akademi Keperawatan Rumah Sakit Dustira Cimahi.

C. Metoda Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam menyusun makalah adalah metode

deskriptif, yaitu dengan menjelaskan bahasan yang dikaji secara sistematis

sehingga pada akhirnya didapat suatu kesimpulan.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi

kepustakaan, yaitu penulis mengumpulkan data dan mempelajari beberapa

sumber yang berkaitan dengan kasus yang dibahas.

D. Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari 3 Bab yaitu :

Bab I : Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan,

metode dan teknik penulisan serta sistematika penulisan.

Bab II : Isi, meliputi definisi, anatomi dan fisiologi, gejala klinik secara

umum, pengobatan dan upaya pencegahan penyakit diabetes millitus.

Bab III : Penutup.

2

BAB II

PENCEGAHAN TERHADAP PENYAKIT

DIABETES MILITUS SEJAK DINI

A. Pengertian

Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan

klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi

karbohidrat (Sylvia A. Price, 1995).

Diabetes Melitus adalah sindrom yang disebabkan oleh

ketidakseimbangan antara tuntutan suplai insulin yang ditandai oleh

hiperglikemia dan berkaitan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,

lemak dan protein (Hotma Rumahorbo, 1999).

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit kronik yang kompleks yang

meliputi kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protei serta

menimbulkan komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis

(Barbara C. Long, 1996).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diabetes mellitus

merupakan penyakit kronis yang secara generatif dan klinis ditandai oleh

hiperglikemia yang meliputi kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan

protein sebagai akibat ketidakseimbangan insulin yang dapat menimbulkan

komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis.

B. Etiologi

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan

sekresi insulin pada diabetes mellitus masih belum diketahui. Faktor genetik

diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko tertentu yang seperti :

1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun).

2. Obesitas.

3. Riwayat keluarga.

4. Kelompok etnik.

3

C. Tanda dan Gejala

1. Polifagia.

2. Poliuria.

3. Polidipsia.

4. Lemas.

5. Berat badan turun.

6. Mengantuk (somnolen), terjadi beberapa hari atau beberapa minggu.

7. Kesemutan.

8. Gatal.

9. Mata kabur.

10. Impotensi pada laki-laki.

11. Pruritus vulva pada perempuan.

D. Patofisiologi

Diabetes mellitus dibagi kedalam beberapa klasifikasi atau tipe-tipe

tertentu, diantaranya adalag sebagai berikut :

1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin atau IDDM (Insulin

Independent Diabetes Melitus)

Tipe-tipe diabetes mellitus yang paling sering terjadi adalah diabetes

mellitus tipe I (IDDM) dan diabetes mellitus tipe II (NIDDM).

2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin atau NIDDM (Non

Insulin Dependent Diabetes Melitus)

Diabetes mellitus tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes

yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa

yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka

awitan diabetes mellitus tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika

gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat

mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang

lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar

glukosanya sangat tinggi).

4

Penanganan primer diabetes tipe II adalah dengan menurunkan berat

badan, karena resistensi insulin berkaitan dengan obesitas. Latihan

merupakan unsur yang penting pula untuk meningkatkan efektivitas

insulin. Obat hipoglikemia oral dapat ditambahkan jika diet dan latihan

tidak berhasil mengendalikan kadar glukosa darah. Jika penggunaan obat

oral dengan dosis maksimal tidak berhasil menurunkan kadar glukosa

hingga tingkat yang memuaskan maka insulin dapat digunakan. Sebagian

pasien memerlukan insulin untuk sementara waktu selama periode stress

fisiologis yang akut, seperti selama sakit atau pembedahan.

3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan sindrom tertentu,

seperti :

a. Penyakit pancreas.

b. Kelainan hormonal.

c. Obat/ bahan kimia.

d. Kelainan reseptor dan kelainan genital.

4. Diabetes mellitus gestasional atau GDM (Gestasional Diabetes Melitus).

5. Diabetes karena kerusakan toleransi glukosa.

E. Komplikasi Diabetes Melitus

1. Komplikasi akut

a. Hipoglikemia

Hipoglikemia (kadar gula darah yang abnormal rendah) terjadi

apabila kadar glukosa darah turun dibawah 50 mg/dl. Keadaan ini

dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang

berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena

aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemia dapat terjadi setiap saat pada

siang atau malam hari. Kejadian ini dapat terjadi sebelum makan,

khususnya jika makan tertunda atau bila pasien lupa makan cemilan.

Gejala hipoglikemia dapat dikelompokkan menjadi dua kategori :

gejala adrenergik dan gejala sistem saraf pusat.

1) Hipoglikemia ringan.

2) Hipoglikemia Sedang.

3) Hipoglikemia Berat.

5

b. Diabetes Ketoasidosis

Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau

tidak cukup jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan

gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Ada tiga

gambaran klinik yang penting pada diabetes ketoasidosis :

1) Dehidrasi.

2) Kehilangan elektrolit.

3) Asidosis.

c. Syndrom Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik (SHHNK)

Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan

hipergklikemia yang disertai perubahan tingkat kesadaran (Sense of

Awareness). Keadaan hiperglikemia persisten menyebabkan diuresis

osmotik sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Untuk

mempertahankan keseimbangan osmotik, cairan akan berpindah dari

intrasel keruang ekstrasel. Dengan adanya glukosuria dan dehidrasi,

maka akan dijumpai keadaan hipernatremia dan peningkatan

osmolaritas.

2. Komplikasi Kronik

Komplikasi kronik dari diabetes mellitus dapat menyerang semua

sistem organ tubuh. Kategori komplikasi kronik diabetes yang lazim

digunakan adalah penyakit makrovaskuler, mikrovaskuler, dan neurologis.

a. Komplikasi Makrovaskuler

Berbagai tipe penyakit makrovaskuler dapat terjadi tergantung pada

lokasi lesi ateerosklerotik. Aterosklerotik yang terjadi pada pembuluh

darah arteri koroner dapat menyebabkan penyakit jantung koroner.

Sedangkan aterosklerotik yang terjadi pada pembuluh darah serebral,

akan menyebabkan stroke infark dengan jenis TIA (Transiennt

Ischemic Attack). Selain itu aterosklerotik yang terjadi pada pembuluh

darah besar ekstremitas bawah, akan menyebabkan penyakit okluisif

arteri perifer atau penyakit vaskuler perifer.

6

b. Komplikasi Mikrovaskeler

1) Retinopati Diabetik

Disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil

pada retina mata, bagian ini mengandung banyak sekali pembuluh

darah dari berbagai jenis pembuluh darah arteri serta vena yang

kecil, arteriol, venula dan kapiler.

2) Nefropati Diabetik

Bila kadar gluoksa darah meninggi maka mekanisme filtrasi ginjal

ajkan mengalami stress yang mengakibatkan kebocoran protein

darah ke dalam urin. Sebagai akibatnya tekanan dalam pembuluh

darah ginjal meningkat.

3) Neuropati Diabetikum

Dua tipe neuropati diabetik yang paling sering dijumpai adalah:

a) Polineuropati Sensorik (neuropati perifer)

Gejala permulaanya adalah parastesia (rasa tertusuk-tusuk,

kesemutan dan peningkatan kepekaan) dan rasa terbakar

(khususnya pada malam hari). Dengan bertambah lanjutnya

neuropati ini kaki akan terasa baal.

Penurunan sensibilitas terhadap sentuhan ringan dan

penurunan sensibilitas nyeri dan suhu membuat penderita

neuropati beresiko untuk mengalami cedera dan infeksi pada

kaki tanpa diketahui.

b) Neuropati Otonom (Mononeuropati)

Neuropati pada system saraf otonom mengakibatkan

berbagai fungsi yang mengenai hampir seluruh system organ

tubuh. Ada lima akibat utama dari neuropati otonom, antara

lain :

(1) Kardiovaskuler

(2) Pencernaan

(3) Perkemihan

(4) Kelenjar Adrenal (Hypoglikemik Unawarenass)

(5) Disfungsi Seksual

7

F. Dampak Diabetes Melitus Terhadap Sistem Tubuh Lain

1. Sistem Pernapasan

2. Sistem kardiovaskuler

3. Sistem Pencernaan

4. Sistem Perkemihan

5. Sistem Reproduksi

6. Sistem Muskuloskeletal

7. Sistem Integumen

8. Sistem Persarafan

9. Sistem Penginderaan

G. Penatalaksanaan dan Pencegahan

1. Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan

aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi

terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada

setiap tipe diabetes mellitus adalah mencapai kadar glukosa darah normal

(euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola

aktivitas pasien.

Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes mellitus :

a. Diet

Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari

penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita

diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut :

1) Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin

dan mineral)

2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai

3) Memenuhi kebutuhan energi

4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan

mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui

cara-cara yang aman dan praktis

5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat

8

b. Latihan

Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena

efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor

risiko kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah

dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan

memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga

diperbaiki dengan berolahraga.

Pedoman umum latihan pada diabetes :

1) Gunakan alas kaki yang tepat, dan bila perlu alat pelindung kaki

lainnya

2) Hindari latihan dalam udara yang sangat panas atau dingin

3) Periksa kaki setiap hari sesudah melakukan latihan

4) Hindari latihan pada saat pengendalian metabolik buruk

Meskipun demikian, penderita diabetes dengan kadar glukosadarah

lebih dari 250 mg/ dl (14 mmol/ L) dan menunjukkan adanya keton

dalam urin tidak boleh melakukan latihan sebelum pemeriksaan keton

urin menjadi negative dan kadar glukosa darah telah mendekati

normal. Latihan dengan kadar glukosa darah yang tinggi akan

meningkatkan sekresi glukagon, growth hormone dan katekolamin.

Peningkatan hormone ini membuat hati melepas lebih banyak glukosa

sehingga terjadi kenaikan kadar glukosa darah.

c. Pemantauan Kadar Glukosa Darah

Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara

mandiri, penderita diabetes dapat mengatur terapinya untuk

mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal. Cara ini

memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia serta

hiperglikemia dan berperan dalam menentukan kadar glukosa darah

normal yang kemungkinan mengurangi komplikasi jangka panjang.

d. Terapi

1) Obat hipoglikemik oral (OHO) seperti sulfonylurea, biguanid,

inhibitor alfa glukosidase dan insulin sensitizing agen.

9

2) Pada diabetes tipe II, insulin diperlukan sebagai terapi jangka

panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan

obat hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya. Sebagian

pasien diabetes tipe II yang biasanya mengendalikan kadar glukosa

darah dengan diet atau dengan obat oral kadang membutuhkan

insulin secara temporer selama mengalami sakit, infeksi,

kehamilan, pembedahan atau beberapa kejadian stress lainnya.

Penyuntikan insulin dilakukan dua kali per hari atau lebih, untuk

mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan

pada malam hari.

e. Pendidikan Kesehatan

Diabetes mellitus merupakan sakit kronis yang memerlukan

perilaku penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Pasien bukan

hanya belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri guna

menghindari penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah yang

mendadak, tetapi juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya

hidup untuk menghindari komplikasi jangka panjang yang dapat

ditimbulkan dari penyakit diabetes mellitus.

Untuk mengurangi risiko kematian dan mengurangi biaya pengobatan

diabetes melitus, diperlukan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan secara

primer maupun sekunder.

Pencegahan primer adalah pencegahan terjadinya diabetes melitus pada

individu yang berisiko melalui modifikasi gaya hidup (pola makan sesuai,

aktivitas fisik, penurunan berat badan) dengan didukung program edukasi

yang berkelanjutan. Kendati program ini tidak mudah, tetapi sangat

menghemat biaya. Oleh karena itu dianjurkan untuk dilakukan di negara-

negara dengan sumber daya terbatas.

Sedangkan pencegahan sekunder, merupakan tindakan pencegahan

terjadinya komplikasi akut maupun jangka panjang. Programnya meliputi

pemeriksaan dan pengobatan tekanan darah, perawatan kaki diabetes,

pemeriksaan mata secara rutin, pemeriksaan protein dalam urine program

menurunkan atau menghentikan kebiasaan merokok.

10

BAB III

PENUTUP

Klien dengan diabetes mellitus memerlukan perawatan sedini mungkin untuk

mencegah timbulnya komplikasi baik akut maupun kronis seperti : neuropathy,

retinopathy, nefrophaty, aterosklerosis, mikard infark, koma hipoglikemia ataupun

koma hiperglikemia.

Salah satu komplikasi menahun yang dapat ditimbulkan dari penyakit diabetes

mellitus adalah terjadinya neurophaty perifer yang berisiko untuk mengalami

cedera, dimana cedera tersebut dapat terjadi tanpa diketahui oleh pasien karena

sudah hilangnya sensasi rasa pada daerah perifer.

Dengan mengetahui dan memahami definisi, anatomi dan fisiologi, gejala

klinik secara umum, pengobatan dan upaya pencegahan penyakit diabetes millitus,

diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada klien

dengan diabetes millitus secara profesional sesuai dengan standar asuhan

keperawatan yang telah ditentukan dari mulai perencanaan sampai dengan

pendokumentasian asuhan keperawatan.

11

DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito. L.J. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi

Keperawatan. Alih Bahasa Ester. M. Jakarta : EGC.

2. Fakultas Kedokteran UI. 1999. Kapita Selekta Kedokteran.

Edisi 3. Jilid 1. Editor Mansjoer, dkk. Jakarta : Media Aesculapius.

3. Long. B.C. 1996. Perawatan Medikal Bedah Suatu

Pendekatan Proses Keperawatan. Jilid 3. Alih bahasa Yayasan Ikatan alumni

Pendidikan Keperawatan Pajajaran : Bandung.

4. www.depkes.go.id

5. www.diabetes_millitus.com

12