LP Diabetes Melitus.doc

32
LAPORAN INDIVIDU LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Emergency di Instalasi Gawat Darurat RS Tk.II dr.Soepraoen Malang Oleh : Yosi Dwi Saputro NIM. 130070300011011 JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

Transcript of LP Diabetes Melitus.doc

Page 1: LP Diabetes Melitus.doc

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Emergency di Instalasi Gawat Darurat RS Tk.II dr.Soepraoen Malang

Oleh :

Yosi Dwi Saputro

NIM. 130070300011011

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2014

Page 2: LP Diabetes Melitus.doc

Diabetes Melitus

1. Definisi

Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang

mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan

berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan

neurologis. (Barbara C. Long).

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan

gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang

disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. (Brunner

dan Suddarth)

Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang

disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama,

mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi

dapat dikontrol (WHO).

Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang

akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan

insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).

2. Etiologi

1) Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)

a. Faktor genetic :

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi

mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah

terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada

individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)

tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas

antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.

b. Faktor imunologi :

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.

Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan

Page 3: LP Diabetes Melitus.doc

normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang

dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

c. Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,

sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin

tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan

destuksi sel β pancreas.

2) Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor

genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya

resistensi insulin.

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,

diantaranya adalah:

a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)

b. Obesitas

c. Riwayat keluarga

d. Kelompok etnis

3. Klasifikasi

Klasifikasi

Sekarang

Klasifikasi

Sebelumnya

Ciri-ciri klinik

Tipe I: Diabetes

Mellitus

tergantung insulin

(IDDM), 5 -10%

dari seluruh

penderita

diabetes

Diabetes

Juvennilis

1. Awitan terjadi pada segala usia,

tetapi biasanya usia muda (< 30

tahun)

2. Biasanya bertubuh kurus pada

saat didiagnosis, dengan

penurunan berat badan yang

baru saja terjadi

3. Etiologi mencakup faktor

genetik, imunologi, dan

Page 4: LP Diabetes Melitus.doc

lingkungan

4. Sering memiliki Ab sel pulau

Langerhans

5. Sedikit atau tidak memilki

insulin endogen

6. Memerlukan insulin untuk

mempertahankan kelangsungan

hidup

7. Cenderung mengalami ketosis

bila tidak memiliki insulin

8. Komplikasi akut hiperglikemia

Tipe II: Diabetes

mellitus tidak

tergantung insulin

(NIDDM)

Diabetes awitan

dewasa (maturity

onset diabetes/

diabetes resisten –

ketosis)

1. Awitan terjadi di segala usia ,

biasanya di atas 30 tahun

2. Biasanya bertubuh gemuk saat

di diagnosis

3. Etiologi mencakup faktor

obesitas, genetika, dan

lingkungan

4. Tidak ada Ab sel pulau

langerhans

5. Penurunan produksi insulin

endogen atau peningkatan

resistensi insulin

6. Mayoritas penderita obesitas

dapat mengendalikan kadar

glukosa darahnya melalui

penurunan berat badan

7. Agens hipoglikemia oral dapat

memperbaiki kadar glukosa

darah bila modifikasi diet dan

latihan tidak berhasil

Page 5: LP Diabetes Melitus.doc

8. Mungkin memerlikan insulin

dalam waktu yang pendek atau

panjang untuk mencegah

hiperglikemia

Diabetes mellitus

yang berkaitan

dengan keadaan

atau sindrom lain

Diabetes sekunder 1. Disertai dengan keadaan

yang diketahui atau dicurigai

dapat menyebabkan

penyakit: pankreatitis,

kelainan hormon

2. Bergantung pada

kemampuan pankreas untuk

menghasilkan insulin, pasien

mungkin memerlukan terapi

dengan obat oral atau insulin

Diabetes

gestasional

Diabetes

gestasional

1. Awitan selama kehamilan ,

biasanya terjadi pada

trimester kedua atau ketiga

2. Disebabkan oleh hormon

yang disekresikan plasenta

dan menghambat kerja

insulin

3. Diatasi dengan diet, dan

insulin (jika diperlukan )

untuk mempertahankan

kadar glukosa darah yang

normal

4. Terjadi pada 2-5% dari

seluruh kehamilan

Page 6: LP Diabetes Melitus.doc

5. Faktor risiko mencakup:

obesitas, usia di atas 30

tahun, riwayat diabetes

dalam keluarga, pernah

melahirkan bayi yang berat

badannya lebih dari 4,5 kg

6. Pemeriksaan skrining harus

dilakuakn pada semua

wanita hamil dengan usia

kehamilan antara 24 hingga

28 minggu

Toleransi glukosa

terganggu

1. Diabetes

border line

2. Diabetes

Laten

3. Diabetes

Kimia

4. Diabetes

Subkimia

5. Diabetes

asimtomatis

1. Kadar glokosa berada di

antara kadar normal dan

kadar diabetes

2. Pada akhirnya 25% individu

akan menderita diabetes

3. Kerentanan terhadap

penyakit ateoslerosis di atas

normal

4. Komplikasi renal dan retinal

biasanya tidak signifikan

5. Dapat obesitas dan non –

obesitas: penderita harus

menurunkanberat badannya

6. Harus menjalani skrining

untuk diabetes secara

berkala

Kelainan

toleransiglukosa

yang terjadi

sebelumnya

Diabetes laten

pradiabetes

1. Metabolisme glukosa yang

terakhir normal

2. Ada riwayat hiperglikemia,

misalnya selama hamil atau

Page 7: LP Diabetes Melitus.doc

(PreAGT;

previous

abnormality sof

glucose

tolerance)

sakit

3. Pemeriksaan glukosa darah

secara periodik sesudah usia

40 tahun jika terdapat riwayat

diabetes adalam keluarga

atau jika asimptomatik

4. Menganjurkan berat badan

yang ideal karena penurunan

5-7,5 kg dapat memperbaiki

pengendalian glikemik

Kelainan toleransi

glukosa yang

potensial

(PoAGT;

potencial

abnormality of

glocose

tolerance)

Pradiabetes 1. Tidak ada riwayat intoleransi

glokosa

2. Risiko terkena diabetes

meningkat jika:

- Riwayat dalam keluarga

positif

- Obesitas

- Ibu dengan berat bayi di

atas 4,5 kg saat dilahirkan

- Anggota suku asli indian

amerika, misalnya siku

pima

3. Nasihat untuk pemeriksaan

skrining dan berat badan

seperti PreAGT

Page 8: LP Diabetes Melitus.doc

4. Manifestasi Klinis

Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :

Pada tahap awal sering ditemukan :

a. Poliuri (banyak kencing)

Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai

melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic

diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga

klien mengeluh banyak kencing.

b.Polidipsi (banyak minum)

Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan

banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak

minum.

c. Polifagi (banyak makan)

Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami

starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.

Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya

akan berada sampai pada pembuluh darah.

d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.

Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka

tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain

yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh

selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh

termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan

DM walaupun banyak makan akan tetap kurus

e. Mata kabur

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)

yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan

sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

Page 9: LP Diabetes Melitus.doc

5. Patofisiologi

Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan

dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:

1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang

mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200

mg/dl.

2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang

menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai

dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.

3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.

Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat

mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi

sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang

ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ),

akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap

kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik

yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan

pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat

glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami

keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung

terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi

sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh

berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya

penggunaan karbohidrat untuk energi.

Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis,

penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan

memudahkan terjadinya gangren.

b. Gangren Kaki Diabetik

Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat

hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.

1. Teori Sorbitol

Page 10: LP Diabetes Melitus.doc

Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada

sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin.

Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara

normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan enzim

aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk

dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan

fungsi.

2. Teori Glikosilasi

Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada

semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya

proses glikosilasi pada protein membran basal dapat menjelaskan semua

komplikasi baik makro maupun mikro vaskular.

Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor – faktor

disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD

adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor

penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan

terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan

menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga

akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya

ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya

atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi

pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran

darah ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang

lebih besar maka penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia

berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang

lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari,

denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati

tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen

( zat asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh

( Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD

Page 11: LP Diabetes Melitus.doc

akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati

dan infeksi berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.

6. Pemeriksaan penunjang

a. Tes Toleransi Glukosa

Tes toleransi glukosa oral merupakan pemeriksaan yang lebih

sensitif daripada tes toleransi glukosa intravena yang hanya

digunakan dalam situasi tertentu. Tes toleransi glukosa oral

dilakukan dengan pemberian larutan karbohidrat sederhana.

Beberapa yang mempengaruhi tes toleransi glukosa oral, mencakup

metode analisis, sumber spesimen (darah utuh, plasma atau serum,

darah kapiler atau vena).

b. Pertimbangan Gerontologis

Kenaikan kadar glukosa darah tampak berhubungan dengan

usia dan terjadi pada laki- laki atau perempuan di seluruh dunia.

Kenaikan glukosa darah timbul pada dekade usia kelima dan

frekuensi meningkat bersamaan dengan pertambahan usia.

c. Pemeriksaan glukosa darah/hiperglikemia (puasa, 2 jam setelah

makan/post prandial/PP) dan setelah pemberian glukosa per-oral

(TTGO).

d. Untuk membedakan tipe 1 dengan tipe 2 digunakan pemeriksaan C-

peptide. Konsentrasi C-peptide merupakan indikator yang baik

untuk fungsi sel beta, juga bisa digunakan untuk memonitor respons

individual setelah operasi pankreas. Konsentrasi C-peptida akan

meningkat pada transplantasi pankreas atau transplantasi sel-sel

pulau pankreas.

e. Pemeriksaan HbA1C

HbA1C adalah komponen Hb yang terbentuk dari reaksi

non-enzimatik antara glukosa dengan N terminal valin rantai b Hb A

dengan ikatan Almidin. Produk yang dihasilkan ini diubah melalui

proses Amadori menjadi ketoamin yang stabil dan ireversibel.Metode

Page 12: LP Diabetes Melitus.doc

pemeriksaan HbA1C: ion-exchange chromatography, HPLC (high

performance liquid chromatography), Electroforesis, Immunoassay,

Affinity chromatography, dan analisis kimiawi dengan kolorimetri.

f. Metode Ion Exchange Chromatography : harus dikontrol perubahan

suhu reagen dan kolom, kekuatan ion, dan pH dari bufer. Interferens

yang mengganggu adalah adanya HbS dan HbC yang bisa

memberikan hasil negatif palsu.

g. Metode HPLC: prinsip sama dengan ion exchange chromatography,

bisa diotomatisasi, serta memiliki akurasi dan presisi yang baik sekali.

Metode ini juga direkomendasikan menjadi metode referensi.

h. Metode Immunoassay (EIA): hanya mengukur HbA1C, tidak

mengukur HbA1C yang labil maupun HbA1A dan HbA1B, mempunyai

presisi yang baik.

i. Metode Affinity Chromatography: non-glycated hemoglobin serta

bentuk labil dari HbA1C tidak mengganggu penentuan glycated

hemoglobin, tak dipengaruhi suhu. Presisi baik. HbF, HbS, ataupun

HbC hanya sedikit mempengaruhi metode ini, tetapi metode ini

mengukur keseluruhan glycated hemoglobin, sehingga hasil

pengukuran dengan metode ini lebih tinggi dari metode HPLC.

j. Metode Kolorimetri: waktu inkubasi lama (2 jam), lebih spesifik karena

tidak dipengaruhi non-glycosylated ataupun glycosylated labil.

Kerugiannya waktu lama, sampel besar, dan satuan pengukuran yang

kurang dikenal oleh klinisi, yaitu m mol/L.

7. Komplikasi

a. Komplikasi akut

1) Hipoglikemia

Hipoglikemia (kadar gula darah yang abnormal rendah) terjadi apabila

kadar glukosa darah turun dibawah 50 mg/ dl. Keadaan ini dapat terjadi

akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi

makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat.

Page 13: LP Diabetes Melitus.doc

Hipoglikemia dapat terjadi setiap saat pada siang atau malam hari.

Kejadian ini dapat terjadi sebeum makan, khususnya jika makan yang

tertunda atau bila pasien lupa makan camilan.

2) Diabetes Ketoasidosis

Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak

cukup jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan

metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Ada tiga gambaran klinik

yang penting pada diabetes ketoasidosis :

(1) Dehidrasi

(2) Kehilangan elektrolit

(3) Asidosis

3) Syndrom Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik (SHHNK)

Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan

hipergklikemia yang disertai perubahan tingkat kesadaran (Sense of

Awareness).

b. Komplikasi Kronik

1) Komplikasi Makrovaskuler

Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar sering terjadi pada

diabetes. Perubahan aterosklerotik ini serupa degan pasien-pasien non

diabetik, kecuali dalam hal bahwa perubahan tersebut cenderung terjadi

pada usia yang lebih muda dengan frekuensi yang lebih besar pada

pasien-pasien diabetes. Berbagai tipe penyakit makrovaskuler dapat terjadi

tergantung pada lokasi lesi ateerosklerotik.

Aterosklerotik yang terjadi pada pembuluh darah arteri koroner, maka akan

menyebabkan penyakit jantung koroner. Sedangkan aterosklerotik yang

terjadi pada pembuluh darah serebral, akan menyebabkan stroke infark

dengan jenis TIA (Transiennt Ischemic Attack). Selain itu ateerosklerotik

yang terjadi pada pembuluh darah besar ekstremitas bawah, akan

menyebabkan penyakit okluisif arteri perifer atau penyakit vaskuler perifer.

2) Komplikasi Mikrovaskeler

a) Retinopati Diabetik

Page 14: LP Diabetes Melitus.doc

Disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil pada

retina mata, bagian ini mengandung banyak sekali pembuluh darah dari

berbagai jenis pembuluh darah arteri serta vena yang kecil, arteriol, venula

dan kapiler.

b) Nefropati Diabetik

Bila kadar gluoksa darah meninggi maka mekanisme filtrasi ginjal ajkan

mengalami stress yang mengakibatkan kebocoran protein darah ke dalam

urin. Sebagai akibatnya tekanan dalam pembuluh darah ginjal meningkat.

Kenaikan tekanan tersebut diperkirakan berperan sebagai stimulus untuk

terjadinya nefropati

c) Neuropati Diabetikum

Dua tipe neuropati diabetik yang paling sering dijumpai adalah :

(1) Polineuropati Sensorik

Polineuropati sensorik disebut juga neuropati perifer. Neuropati perifer

sering mengenai bagian distal serabut saraf, khususnya saraf

extremitas bagian bawah. Kelainan ini mengenai kedua sisi tubuh

dengan distribusi yang simetris dan secara progresif dapat meluas ke

arah proksimal. Gejala permulaanya adalah parastesia (rasa tertusuk-

tusuk, kesemutan dan peningkatan kepekaan) dan rasa terbakar

(khususnya pada malam hari). Dengan bertambah lanjutnya neuropati

ini kaki akan terasa baal.

(2) Neuropati Otonom (Mononeuropati)

Neuropati pada system saraf otonom mengakibatkan berbagai fungsi

yang mengenai hampir seluruh system organ tubuh.

Page 15: LP Diabetes Melitus.doc

8. Penatalaksanaan

Manajemen Monitoring Mandiri Pasien Diabetes Mellitus

1. Perencanaan pola makan dan diet yang tepat

Diet yang baik untuk para diabetisi adalah diet yang seimbang, jadwal

makan yang teratur serta jenis makanan yang dimakan bervariasi yang

kaya nutrisi dan rendah karbohidrat. Diet perlu dilakukan dengan

mengurangi asupan karbohidrat (berbagai jenis gula dan tepung termasuk

nasi, kentang, ubi, singkong dan lain sebagainya), mengurangi makanan

berlemak (daging berlemak, kuning telur, keju, dan susu tinggi lemak) serta

memperbanyak makan sayur dan buah sebagai sumber serat, vitamin dan

mineral. Sebagai sumber protein Anda dapat memanfaatkan ikan, ayam

(terutama daging dada), tahu dan tempe.

2. Monitoring kadar gula darah

Kadar gula darah harus dites secara berkala yaitu pada saat sebelum

sarapan pagi dan sebelum makan malam. Nilai yang diharapkan dari

pengukuran tersebut adalah berada pada rentang antara 70 s.d 120 mg/dl.

3. Olahraga dan latihan

Penderita diabetes disarankan untuk melakukan olahraga secara teratur

dengan cara bertahap sesuai dengan kemampuan. Olahraga yang ideal

adalah yang bersifat aerobik seperti jalan atau lari pagi, bersepeda,

berenang, dan lain sebagainya. Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan

selama 30-40 menit didahului dengan pemanasan 5-10 menit dan diakhiri

pendinginan antara 5-10 menit. Latihan ini bisa dilakukan sebanyak 3 kali

seminggu. Seiring dengan tingkat kebugaran tubuh Anda yang meningkat,

maka durasi latihan Anda bisa dinaikkan maksimal sampai dengan 3 jam.

Olah raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas

reseptor insulin dalam tubuh Anda. Selain itu juga para diabetisi bisa

melakukan olahraga dengan cara berjalan kaki selama 30 menit. Kegiatan

ini membantu untuk mengontrol kadar gula dan meningkatkan kadar

kolesterol baik (HDL) dalam darah

4. Pengobatan yang teratur

Page 16: LP Diabetes Melitus.doc

Diabetisi harus minum obat yang diberikan oleh dokter secara teratur, dan

jangan sampai terlewatkan. Selain itu, tidak diperkenankan untuk

menambah atau mengurangi dosis obat tanpa berkonsultasi terlebih

dahulu dengan dokter. Untuk para diabetisi yang mendapatkan terapi

insulin secara berlanjut, mereka diharapkan bisa melakukan penyuntikan

secara mandiri. Bila tidak bisa melakukannya, dapat minta pertolongan

kepada tenaga kesehatan atau kader kesehatan yang ada disekitar tempat

tinggalnya.

5. Pengukuran tekanan darah dan kadar kolesterol secara teratur

Diabetisi harus melakukan pengukuran tekanan darah secara teratur guna

untuk mengantisipasi terjadinya komplikasi stroke akibat hipertensi. Begitu

pula dengan kadar kolesterol yang tinggi merupakan resiko tinggi

terjadinya atherosklerosis.

6. Menghindari stress yang berlebihan

Stress dapat meningkatkan kadar gula darah dan tekanan darah. Stress ini

bisa berasal dari kondisi fisik, misalnya nyeri, kurang tidur, pekerjaan,

pengaruh obat-obatan steroids dan lainnya.

7. Mengurangi resiko

Penderita Diabetes rentan untuk mengalami komplikasi berupa luka atau

borok yang sukar sembuh. Seringnya mereka mendapati luka yang sukar

sembuh pada daerah kaki, untuk itu perawatan kaki yang teratur sangat

diperlukan. Jaga kelembaban kulit dengan menggunakan lotion yang tidak

menimbulkan alergi. Potong kuku secara teratur dan ratakan ujung kuku

dengan menggunakan kikir, jangan pernah memotong ujung kuku terlalu

dalam. Pilih alas kaki yang nyaman dan sesuai dengan bentuk serta

ukuran kaki. Pilih bahan sepatu yang lembut dan sol yang tidak keras.

Pakai sepatu tertutup jika hendak bepergian keluar rumah. Waspada jika

terdapat luka sekecil apapun, segera obati dengan antiseptik.

Pengobatan DM menurut Perkeni (1998) dikenal dengan empat pilar utama

pengelolaan DM, yang meliputi :

1. Penyuluhan

Page 17: LP Diabetes Melitus.doc

Penyuluhan untuk rencana pengelolaan sangat penting untuk

mendapatkan hasil yang maksimal. Edukasi diabetes adalah pendidikan

dan pelatihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien

diabetes, yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk

meningkatkan pemahaman pasien tentang penyakit DM, yang diperlukan

untuk mencapai keadaan sehat yang optimal (Perkeni,1998). Sukardji

(2002) mengatakan bahwa penyuluhan sangat diperlukan agar pasien

mematuhi diet.

2. Perencanaan makan

a. Tujuan diet DM menurut Pranadji (2000) adalah membantu diabetesi atau

penderita diabetes memperbaiki kebiasaan gizi dan olah raga untuk

mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik, serta beberapa tujuan

khusus yaitu:

1) Memperbaiki kesehatan umum penderita,

2) Memberikan jumlah energi yang cukup untuk memelihara berat badan

ideal atau normal.

3) Memberikan sejumlah zat gizi yang cukup untuk memelihara tingkat

kesehatan yang optimal dan aktivitas normal.

4) Menormalkan pertumbuhan anak yang menderita DM.

5) Mempertahankan kadar gula darah sekitar normal.

6) Menekan atau menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik.

7) Memberikan modifikasi diet sesuai dengan keadaan penderita,

misalnya sedang hamil, mempunyai penyakit hati, atau tuber kolosis

paru.

8) Menarik dan mudah diterima penderita.

b. Prinsip Diet

Prinsip pemberian makanan bagi penderita DM adalah mengurangi dan

mengatur konsumsi karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi

mekanisme pengaturan gula darah. (Pranadji, 2000)

c. Syarat Diet Menurut Pranadji (2000), syarat diet DM antara lain:

Page 18: LP Diabetes Melitus.doc

1) Jumlah energi ditentukan menurut umur, jenis kelamin, berat badan

dan tinggi badan, aktivitas, suhu tubuh dan kelainan metabolic

Untuk kepentingan klinik praktis, kebutuhan energi dihitung

berdasarkan status gizi penderita, dengan rumus Broca, yaitu :

BB idaman = (TB – 100) – 10%

Status gizi : Berat badan kurang = 120% BB idaman

Jumlah energi yang dibutuhkan =

- Laki-laki: BBI x (30 kkal/kg BB) + Aktivitas (10-30%) + koreksi status

gizi

- Perempuan: BBI x (25 kkal/kg BB) + Aktivitas (10-30%) + koreksi

status gizi

Koreksi status : gemuk dikurangi, kurus ditambah (Perkeni, 1998)

2) Hidrat arang diberikan 60-70% dari total energi, disesuaikan dengan

kesanggupan tubuh untuk menggunakannya.

3) Makanan cukup protein dianjurkan 12% dari total energi.

4) Cukup vitamin dan mineral.

5) Pemberian makanan disesuaikan dengan macam obat yang diberikan

(Persagi, 1999)

6) Lemak dianjurkan 20–25% dari total energi.

7) Asupan kolesterol hendaknya dibatasi, tidak lebih dari 300/mg perhari.

8) Mengkonsumsi makanan yang berserat,anjuranya adalah kira-kira

25g/hari dengan mengutamakan serat larut.

d. Makanan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan

Semua bahan makanan boleh diberikan dalam jumlah yang telah

ditentukan kecuali gula murni seperti terdapat pada: gula pasir, gula jawa,

gula batu, sirop, jam, jelly, buah-buahan yang diawet dengan gula, susu

kental manis, minuman botol ringan, es krim, kue-kue manis, dodol, cake,

tarcis, abon, dendeng, sarden dan semua produk makanan yang diolah

dengan gula murni.

e. Macam diet

Page 19: LP Diabetes Melitus.doc

Menurut Persagi (1999), pedoman diet bagi penderita DM dapat dilihat

seperti

MACAM DIET UNTUK PENDERITA DM

Macam Diet I II III IV V VI VII VIII

Energi (kal) 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500

Protein (gr) 50 55 60 65 70 80 85 90

Lemak (gr) 30 35 40 45 50 55 65 65

Hidrataran (gr) 160 195 225 260 300 325 350 390

Sumber : Persagi, 1999

- Diet I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk

- Diet IV s/d V : diberikan kepada penderita yang mempunyai berat

badan normal

- Diet VI s/d VIII : diberikan kepada penderita yang kurus, diabetes

remaja atau juvenille diabetes serta diabetes dengan komplikasi.

f. Standar diet

Untuk perencanaan pola makan sehari, pasien diberi petunjuk berupa

kebutuhan bahan makanan setiap kali makan dalam sehari dalam bentuk

penukar. Makanan sehari-hari pasien dapat disusun berdasarkan pola

makan pasien dan daftar bahan makanan penukar (Sukardji, 2002).

g. Daftar Bahan Makanan Penukar

DBMP adalah suatu daftar yang memuat nama bahan makanan dengan

ukuran tertentu dan dikelompokan berdasarkan kandungan energi,

protein, lemak dan hidrat arang. Setiap kelompok bahan makanan

dianggap mempunyai nilai gizi yang kurang lebih sama (Sukardji, 2002).

h. Pedoman diet

Dalam melaksanakan diet diabetes sehari-hari, hendaknya pasien

mengikuti pedoman “3J” yaitu tepat jumlah, jadwal dan jenis, artinya J1:

energi yang diberikan harus habis, J2: Jadwal diet harus diikuti sesuai

dengan interval yaitu 3jam, J3: Jenis makanan yang manis harus

dihindari, termasuk pantang buah golongan A. (Tjokroprawiro, 1998).

3. Latihan Jasmani

Page 20: LP Diabetes Melitus.doc

Latihan jasmani dianjurkan secara teratur yaitu 3-4 kali dalam seminggu

selama kurang lebih 30 menit yang sifatnya CRIPE (Continuous,

rhytmical, interval, progresife, endurance training) (Perkeni, 1998).

Menurut Haznam (1991) olahraga dianjurkan karena bertambahnya

kegiatan fisik menambah reseptor insulin dalam sel target. Dengan

demikian insulin dalam tubuh bekerja lebih efektif, sehingga lebih sedikit

obat anti diabetik (OAD) diperlukan, baik yang berupa insulin maupun

OHO (Obat Hipoglikemik Oral).

4. Obat berkhasiat hipoglikemik

Pada prinsipnya, pengendalian DM melalui obat ada 2 yaitu:

a. Obat Anti Diabetes (OAD) atau Obat Hipoglikemik Oral (OHO) yang

berfungsi untuk merangsang kerja pankreas untuk mensekresi insulin.

b. Suntikan insulin. Pasien yang mendapat pengobatan insulin waktu

makanannya harus teratur dan disesuaikan dengan waktu pemberian

insulinnya. Makan selingan diberikan untuk mencegah hipoglikemia

(Perkeni, 1998).

Page 21: LP Diabetes Melitus.doc

Referensi

Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta

Price.Sylvia A.2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit.Jakarta: EGC

Smeltzer.Suzanne C.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8.Vol

2.Jakarta:EGC