DHF SGD 7 Kelas B A10

32
BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) atau Dengue Hemorragik Fever (DHF) merupakan penyakit endemis di Indonesia dan sampai saat ini masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Penyakit Demam Berdarah disebabkan oleh infeksi virus Dengue yang akut dan ditandai dengan panas mendadak selama 2 – 7 hari tanpa sebab yang jelas disertai dengan manifestasi perdarahan, seperti petekie, epistaxis kadang disertai muntah darah, berak darah, kesadaran menurun, dan syock (Soegijanto, 2006). “Indonesia menempati peringkat tertinggi kedua di dunia untuk kasus demam berdarah yang dilaporkan, setelah Brasil,” ungkap Jean –Louis Grunwald, Vice President Asia Pacific & Japan Sanofi Pasteur. Dan kata Prof. Dr. dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro SpA.K, direktur Department of Child Health, Medical School of Indonesia University , “Dulu Thailand adalah negara dengan kasus DHF tertinggi di ASEAN. Tapi entah kenapa, Indonesia malah menyusul dan sekarang menduduki peringkat pertama,”. pada acara Sosialisasi Kemitraan Penelitian Dengue di Indonesia, di Lembaga Eijkmen, Jakarta, 1

Transcript of DHF SGD 7 Kelas B A10

Page 1: DHF SGD 7 Kelas B A10

BAB 1

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) atau Dengue Hemorragik

Fever (DHF) merupakan penyakit endemis di Indonesia dan sampai saat ini

masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Penyakit Demam

Berdarah disebabkan oleh infeksi virus Dengue yang akut dan ditandai dengan

panas mendadak selama 2 – 7 hari tanpa sebab yang jelas disertai dengan

manifestasi perdarahan, seperti petekie, epistaxis kadang disertai muntah darah,

berak darah, kesadaran menurun, dan syock (Soegijanto, 2006).

“Indonesia menempati peringkat tertinggi kedua di dunia untuk kasus

demam berdarah yang dilaporkan, setelah Brasil,” ungkap Jean –Louis

Grunwald, Vice President Asia Pacific & Japan Sanofi Pasteur. Dan kata Prof.

Dr. dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro SpA.K, direktur Department of Child Health,

Medical School of Indonesia University, “Dulu Thailand adalah negara dengan

kasus DHF tertinggi di ASEAN. Tapi entah kenapa, Indonesia malah menyusul

dan sekarang menduduki peringkat pertama,”. pada acara Sosialisasi Kemitraan

Penelitian Dengue di Indonesia, di Lembaga Eijkmen, Jakarta, Rabu

(24/10/2012). Dan pada saat acara tersebut Ondri Dwi Sampurno dari

Kementerian Kesehatan mengingatkan bahwa dengue pernah menjadi sebuah

kejadian luar biasa di Indonesia. Dari tahun 2009 hingga 2011, jumlah rata-rata

kasus akibat virus dengue adalah 126.908. Sedangkan rata-rata kematian

mencapai angka 1.125 kasus.Memasuki awal tahun 2004 di Indonesia, jumlah

kasus DHF mengalami peningkatan yang cukup bermakna. Sejak tanggal 1

Januari 2004 sampai dengan 5 Maret 2005 secara kumulatif, jumlah kasus DHF

yang dilaporkan dan telah ditangani sebanyak 26.015 kasus, dengan kematian

mencapai 389 (CFR = 1,53%). Sedangkan KLB DHF pada tahun 1998 jumlah

penderita 71.776 orang dengan kematian 2.441 jiwa (CFR = 3,4%). Pada tahun

1998 perhatian masyarakat tertuju pada euforia reformasi sehingga perhatian

1

Page 2: DHF SGD 7 Kelas B A10

terhadap KLB DHF kurang. Diharapkan dengan upaya penanggulangan yang

dilakukan, angka kumulatif penderita DHF sampai bulan Desember 2004 tidak

melebihi kumulatif penderita DHF tahun 1998.

Surabaya merupakan daerah yang endemis penyakit DHF karena setiap

tahun pasti terjadi kasus dan kasus yang terjadi juga tinggi. Pada tahun 2000

sampai 2001 mengalami peningkatan kasus yaitu dari 1741 kasus menjadi 2143

kasus. Dan pada setiap tahunnya memiliki kejadian KLB pada DHF

ini.Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit

tersebut. Diantaranya program 3M ( Menguras, Menutup, dan Mengubur ),

pengasapan ( fogging ) pada setiap daerah yang merupakan endemis DHF.

Namun tetap saja masih ada korban, bahkan terus meningkat dari tahun – tahun.

Dari permasalahan tersebut diperlukan pula sistem yang mampu memberikan

pertolongan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana definisi dari penyakit DHF?

1.2.2 Bagaimana etiologi dari penyakit DHF ?

1.2.3 Bagaimana kalsifikasi dari penyakit DHF ?

1.2.4 Bagiamana manifestasi klinis dari penyakit DHF ?

1.2.5 Bagaimana upaya pencegahan dan pengawasan dari penyakit DHF?

1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit DHF ?

1.2.7 Bagaimana peran pemerintah dalam menanggulangi penyakit DHF?

1.2.8 Bagaimana Asuhan Keperawatan Komunitas dari penyakit DHF ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui masalah DHF yang ada di Indonesia dan program apa saja

yang dijalankan oleh pemerintah untuk menanggulanginya.

1.3.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan penanggulangan penyakit

DHF, serta asuhan keperawatan komunitasnya.

2

Page 3: DHF SGD 7 Kelas B A10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh

virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh

penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (Christantie Efendy,1995 ).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada

anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi

yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo

virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes

aegepty betina (Seoparman , 1990).

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan

beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan

cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang

disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman,

1996).

2.2. Etiologi

Penyebab DHF adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) grup B yang di

Indonesia telah diisolasi menjadi 4 tipe virus dengue yaitu tipe DEN-1,DEN-

2,DEN-3, dan DEN-4 melalui gigitan nyamuk Aedes. Keempat tipe virus

Dengue tersebut terdapat di Indonesia dan virus tersebut dikenal sebagai genus

flavivirus, famili flaviviridae. Di Indonesia yang paling banyak menyebabkan

DHF yaitu dengue tipe DEN-2 dan DEN-3 oleh nyamuk Aedes Albopictus dan

Aedes Aegepty

Aedes aegypti : paling sering ditemukan, nyamuk hidup di daerah tropis

terutapa hidup dan berkembang biak dalam rumah (tempat penampungan air

3

Page 4: DHF SGD 7 Kelas B A10

jernih), nyamuk berbintik putih, biasanya menggigit pada pagi hari dan sore

hari, dan jarak terbang 100 meter.

Aedes Albopictus : tempat habitatnya di tempat air jernih, menggigit

diwaktu siang hari, berwarna hitam dan jarak terbangnya 50 meter.

2.3Manifestasi Klinis

Secara umum, tanda-tanda terkena demam berdarah selalu diawali dengan

demam tinggi mendadak, sakit kepala hebat, rasa sakit di belakang mata, otot

dan sendi, hilangnya napsu makan, mual-mual dan terlihat ruam di kulit. Gejala

pada anak-anak biasanya juga berupa demam ringan yang disertai ruam, namun

ini tidak selalu muncul.

Karena gejalanya yang sangat umum, penderita demam berdarah biasanya

tidak menyadari dirinya terkena DB dan mengira hanya terkena flu biasa atau

malah demam tifoid/tifus. Pembeda demam berdarah yang paling mudah dilihat

adalah demam tinggi hingga mencapai suhu 40-41◦C selama dua sampai tujuh

hari, dengan pola pelana kuda (naik-turun dengan dua puncak). Pada penderita

tifus, demam biasanya meningkat pada malam hari dan akan turun di pagi hari.

Pada penderita demam berdarah, wajah juga terlihat kemerahan. Setelah

itu, muncul kecenderungan pendarahan, seperti memar, mimisan, gusi berdarah,

dan juga pendarahan dalam tubuh lainnya. Pada kasus yang sangat parah, bisa

berlanjut pada kegagalan saluran pernapasan, syok dan kematian. Setelah

terinfeksi oleh salah satu dari empat jenis virus, tubuh akan memiliki kekebalan

terhadap virus, namun itu tidak menjamin kekebalan terhadap tiga jenis virus

lainnya(Buletin Jendela Epidemiologi Vol.2, 2010).

Tanda dan gejala penyakit DHF adalah :

- Demam tinggi yang mendadak 2 - 7 hari (39 - 40°C)

- Uji tourniquet positif puspura pendarahan, konjungtiva, epitaksis, melena

- Hepatomegali

- Syok, tekanan nadi menurun

4

Page 5: DHF SGD 7 Kelas B A10

- Trombositopeni pada hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit sampai

100.000/mm3

- Hemokonsentrasi , meningkatnya nilai hematokrit

- Anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare, kejang, dan Muntah

darah

- Pendarahan pada hidung dan gusi

- Rasa sakit pada otot dan persendian

- Timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah,

Ptekie, Ekimosis

-      Nyeri pada otot seluruh tubuh

-      Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbita

-      Suara serak, Batuk

-       Disuria

2.4 Klasifikasi

Klasifikasi kasus demam berdarah yang disepakati kini terbagi 3:

1. Dengue tanpa tanda bahaya (dengue without warning signs),

2. Dengue dengan tanda bahaya (dengue with warning signs), dan

3. Dengue berat (severe dengue)

Kriteria dengue tanpa/dengan tanda bahaya :

Seseorang memiliki kemungkinan terjangkit demam berdarah apabila:

1. Bertempat tinggal di/bepergian ke daerah endemik dengue

2. Demam disertai 2 dari hal berikut: mual, muntah, ruam, sakit dan nyeri, uji

torniket positif (pengujian dengan menjepit pembuluh darah di lengan

seperti hendak memeriksa tekanan darah, dan dianggap positif jika terlihat

bintik-bintik merah), lekopenia (jumlah sel darah merah rendah atau di

bawah 5000/mmᶟ)

3. Adanya tanda bahaya seperti nyeri pada perut, muntah berkepanjangan,

terdapat akumulasi cairan, perdarahan mukosa (perdarahan pada lendir), 

5

Page 6: DHF SGD 7 Kelas B A10

letargi (kondisi tubuh melemah), ada pembesaran hati > 2 cm, ada kenaikan

hematocrit (konsentrasi sel darah merah) bersamaan dengan penurunan

jumlah trombosit dengan cepat hingga berada di bawah 100.000/mmᶟ

(trombositopeni).

4. Dengue dengan konfirmasi laboratorium (penting dilakukan bila ada bukti

kebocoran plasma yang tidak jelas)

Kriteria dengue berat :

Dengue berat harus dicurigai apabila pasien mengalami hal-hal berikut:

1. Kebocoran plasma berat (keluarnya cairan darah dari tubuh), yang dapat

menyebabkan syok (Dengue Shock Syndrome/DSS)

2. Akumulasi cairan dengan gangguan pernapasan yang berat.

3. Perdarahan hebat, sesuai pertimbangan klinis.

4. Gangguan gastrointestinal berat (muntah berkelanjutan, nyeri perut

bertambah hebat).

5. Gangguan kesadaran, nadi melemah bahkan tekanan darah tidak terdeteksi.

6. Gangguan organ berat, gangguan organ hati akut (tes fungsi liver

AST/SGOT atau ALT/SGPT ≥ 1000), gagal ginjal akut, gangguan jantung

dan organ lain.

Klasifikasi derajat DHF berdasarkan patokan WHO:

a. Derajat I : Demam dengan test rumple leed positif.

b. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit

atau perdarahan lain.

c. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat

dan lemah, tekanan nadi menurun/ hipotensi disertai dengan kulit

dingin lembab dan pasien menjadi gelisah.

d. Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak teraba dan

tekanan darah tidak dapat diukur.

6

Page 7: DHF SGD 7 Kelas B A10

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

Program pengendalian DHF membutuhkan suatu tes yang cepat, praktis,

dan dapat dipercaya untuk penentuan infeksi dengue primer dan sekunder. Saat

ini telah dikenal Rapid Diagnosis Test (RDT) untuk mendeteksi infeksi dengue.

Ada beberapa macam RDT DHF, antara lain RDT untuk mendeteksi NS1, IgG

dan IgM.

NS1 adalah suatu glycoprotein yang muncul dengan konsentrasi tinggi

pada pasien terinfeksi dengue pada tahap awal penyakit. Antigen NS1

ditemukan pada hari pertama hingga hari kesembilan sejak awal demam pada

pasien-pasien dengan infeksi dengue primer maupun infeksi dengue sekunder.

Respon kekebalan dengan memproduksi antibodi IgM muncul pada hari

ketiga hingga kelima sejak gejala dan bertahan untuk jangka waktu 30-60 hari.

Antibodi IgG muncul sekitar hari ke-14 dan bertahan seumur hidup.

Infeksi dengue sekunder sering menghasilkan demam tinggi dan pada

banyak kasus disertai dengan terjadinya pendarahan dan gangguan sirkulasi.

Infeksi dengue sekunder ditunjukkan dengan tingkat antibodi IgG meningkat

dalam 1-2 hari setelah gejala muncul dan merangsang respon antibodi IgM

setelah 20 hari infeksi.

Penggunaan RDT mempercepat dalam mendiagnosa kasus infeksi dengue

sehingga membuat pasien segera mendapatkan penanganan yang tepat, dan

tindakan pengendalian penyakit seperti penyelidikan epidemiologi,

penanggulangan fokus dapat segera dilakukan. Yang diharapkan dapat

membantu tercapainya sasaran program pengendalian DHF yaitu angka

kesakitan penderita DHF sebesar 51 per 100.000 penduduk dan mengurangi

angka kematian <1%. Sayangnya RDT DHF ini harganya cukup mahal.

Pemeriksaan lainnya adalah:

- Darah Lengkap = Hemokonsentrasi ( Hemaokrit meningkat 20 % atau lebih )

- Thrombocitopeni ( 100. 000/ mm3 atau kurang )

- Serologi = Uji HI ( hemaaglutinaion Inhibition Test )

7

Page 8: DHF SGD 7 Kelas B A10

-        Rontgen Thorac = Effusi Pleura

2.6 Penatalaksanaan

2.6.1 Medik

A.    DHF tanpa Renjatan

- Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 Liter / hari )

- Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan

kompres

- Jika kejang maka dapat diberi luminal  ( antionvulsan ) untuk anak

<1th dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit

kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB

( anak <1th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB.

- Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat

B.     DHF dengan Renjatan

- Pasang infus RL

- Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20

– 30 ml/ kg BB )

- Tranfusi jika Hb dan Ht turun

2.6.2 Keperawatan

- Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam

- Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam

- Observasi intik output

- Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap

3   jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter

per hari, beri kompres

- Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,

Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan

darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.

8

Page 9: DHF SGD 7 Kelas B A10

- Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2

pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi

productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.

- Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena

- Catat banyak, warna dari perdarahan

- Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal

- Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik

- Beri minum banyak

-  Berikan kompres

2.7Pencegahan DHF

Menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegepty dengan

cara:

- Rumah selalu terang

- Tidak menggantung pakaian

- Tempat penampungan air sering dibersihkan dan diganti airnya minimal 4

hari sekali

- Kubur barang – barang bekas yang memungkinkan sebagai tempat

terkumpulnya air hujan

- Tutup tempat penampungan air

Perencanaan pemulangan dan pendidikan kesehatan:

- Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktifitas sesuai dengan

tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak

-  Jelaskan terapi yang diberikan, dosis efek samping

- Menjelaskan gejala – gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus

dilakukan untuk mengatasi gejala

- Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan.

9

Page 10: DHF SGD 7 Kelas B A10

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Masalah yang Terjadi di Indonesia

Penyakit DHF pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun

1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu

penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh

propinsi di Indonesia kecuali Timor-Timur telah terjangkit penyakit. Sejak pertama

kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam

jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB

setiap tahun.

Letak negara Indonesia yang berada di kawasan tropis, mendukung siklus

hidup virus DHF pada inangnya sehingga virus tersebut cepat berkembang biak.

Virus DHF yang berkembang secara cepat di Indonesia memiliki empat serotype

virus, dan setiap serotype memiliki banyak genotype yang tidak ditemui di negara

lain.

Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes

(terutama A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya

berhubungan dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi

nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan

tempat penampungan air). Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan

transmisi virus dengue yaitu vektor (nyamuk), terutama berhubungan dengan sanitasi

lingkungan, penjamu (manusia) terdapatnya penderita dilingkungan, dan lingkungan

(curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk).

Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit,

disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya

pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang

10

Page 11: DHF SGD 7 Kelas B A10

nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya

empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun.

3.2 Program Pemerintah

Menurut situ resmi web IDAI tahun 2011, Dewasa ini penanganan pasien

DHF di Indonesia sudah membaik, tetapi angka kematiannya tetap tinggi yaitu sekitar

satu persen. Tingginya angka kematian ini menjadikan DHF sebagai salah satu

masalah kesehatan paling serius di Indonesia karena sampai saat ini belum ada obat

antiviral untuk DHF. Dalam penanganannya, belum ada obat spesifik yang tersedia,

namun sudah ada beberapa vaksin yang sedang dikembangkan. Sampai saat ini

penanganan DHF hanya bersifat mengatasi gejala-gejala yang muncul pada penderita.

Oleh karena itu, tindakan pencegahan sangat penting. Pencegahan-pencegahan yang

dapat dilakukan antara lain:

a. Penyuluhan Bagi Masyarakat

Seperti diuraikan di atas bahwa sampai sekarang belum ada obat yang

dapat membunuh virus dengue ataupun vaksin demam berdarah, maka upaya

untuk pencegahan demam berdarah ditujukan pada pemberantasan nyamuk

beserta tempat perindukannya. Oleh karena itu, dasar pencegahan demam

berdarah adalah memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat

bagaimana cara memberantasan nyamuk dewasa dan sarang nyamuk yang

dikenal sebagai pembasmian sarang nyamuk atau PSN. Demi keberhasilan

pencegahan demam berdarah, PSN harus dilakukan secara bersama-sama oleh

seluruh lapisan masyarakat, baik di rumah, di sekolah, rumah sakit, dan

tempat-tempat umum seperti tempat ibadah, makam, dan lain-lain. Dengan

demikian masyarakat harus dapat mengubah perilaku hidup sehat terutama

meningkatkan kebersihan lingkungan. Kebiasaan-kebiasaan seperti mengganti

dan bersihkan tempat minum burung setiap hari atau mengganti dan bersihkan

vas bunga, seringkali dilupakan. Kebersihan di luar rumah seperti

membersihkan tanaman yang berpelepah dari tampungan air hujan secara

11

Page 12: DHF SGD 7 Kelas B A10

teratur atau menanam ikan pada kolam yang sulit dikuras, dapat mengurangi

sarang nyamuk.

b. Memberantas jentik

Dilakukan dengan cara 3 M yaitu menguras, menutup, dan mengubur,

yang artinya kuras bak mandi seminggu sekali (menguras), tutup

penyimpanan air rapat-rapat (menutup), mengubur kaleng, ban bekas, dan

barang-barang yang dapat dijadikan sarang nyamuk. (mengubur)

c. Penggunaan bubuk abate

Pada kolam atau tempat penampungan air yang sulit dikuras dapat

diraburkan bubuk abate yang dapat ditaburkan bubuk abate yang dapat

membunuh jentik. Bubuk abate ini dapat dibeli di apotek.

d. Fogging

Pengasapan hanya dilakukan bila dijumpai penderita yang dirawat atau

menginggal. Untuk pengasapan diperlukan laporan dari rumah sakit yang

merawat. Karena Fogging merupakan kegiatan pemerintah yang memiliki

efek negatif terhadap pkesehatan masyarakat. Fogging sendiri hanya mampu

membunuh nyamuk dewasa. Sedangkan untuk jentik nyamuk dapat diberantas

dengan cara membersihkan tempat-tempat penampungan air atau genangan air

yang dapat menjadi sarang nyamuk.

Pendapat masyarakat bahwa fogging merupakan cara yang paling tepat

untuk mencegah penyebaran penyakit demam berdarah sebenarnya kurang

tepat, karena cara ini sesungguhnya hanya bertujuan untuk memberantas

nyamuk Aedes aegypti dewasa. Fogging sangat mencemari lingkungan dan

akhirnya mencemari manusia, disamping itu tindakan fogging harganya mahal

dan hasilnya tidak begitu signifikan, karena setiap fogging hanya focus dengan

radius 100 meter dan membutuhkan 3 liter Pestisida dan 60 liter solar dan

akhirnya dengan fogging masyarakat menjadi terlena dan nyamuknya

menjadi resisten.

Bahaya dari pestisida dapat menimbulkan dampak kronis, yaitu pada :

12

Page 13: DHF SGD 7 Kelas B A10

1.   Sistem syaraf, Neurotoksin: masalah ingatan yang gawat, sulit

berkonsentrasi, perubahan kepribadian, kelumpuhan, kehilangan

kesadaran dan koma;

2.    Perut; Muntah-muntah, sakit perut dan diare adalah gejala umum

dari keracunan;

3.    Sistem kekebalan dan Keseimbangan hormon.

Dampak pestisida terhadap kesehatan, pest=hama, sida=caedo=pembunuh

atau pestisida juga dapat mematikan manusia. Adapun gejala yang sering

timbul dimulai dengan sakit kepala, pusing, mual, sakit dada, muntah-muntah,

kudis, sakit otot, keringat berlebihan, kram, diare, sulit bernafas, pandangan

kabur dan akhirnya dapat menyebabkan kematian.

Dampak jangka panjang yang ditimbulkan pestisida yaitu:

karsinogenic(pembentukan jaringan kanker pada tubuh); mutagenic (kerusakan

genetik untuk generasi yang akan datang); teratogenic (kelahiran anak cacad

dari ibu yang keracunan) dan residu sisa berbahaya bagi konsumen.

Solar merupakan salah satu bahan bakar yang berasal dari fosil. Hasil

pembakaran berupa Emisi CO, NOx, Sox. CO-Hb (dalam darah) => HbCO,

seharusnya HbO2, CO 210x lebih kuat mengikat Hb dibanding O2. Dampaknya

kekurangan O2. NO2 bersifat racun, mengakibatkan radang paru-paru (sembuh

6-8 minggu), penyumbatan bronchioli (dapat meninggal 3-5 minggu). SO2

bersifat iritan, mudah diserap selaput lendir saluran nafas, produksi lendir

berlebihan, iritasi. Pemaparan berulang-ulang berisiko kanker saluran nafas.

Tingginya angka kematian penderita DHF dan belum adanya obat untuk DHF

mendorong pemerintah Indonesia untuk membuat program-program yang akan

mengurangi angka terjadinyakasus DHF. Program-program tersebut yaitu

a. Memerintahkan semua rumah sakit baik swasta maupun negeri untuk tidak

menolak pasien yang menderita DHF.

b. Meminta direktur/direktur utama rumah sakit untuk memberikan pertolongan

secepatnya kepada penderita DHF sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku

13

Page 14: DHF SGD 7 Kelas B A10

serta membebaskan seluruh biaya pengobatan dan perawatan penderita yang

tidak mampu sesuai program PKPS-BBM/ program kartu sehat.

c. Melakukan fogging secara massal di daerah yang banyak terkena DHF

(endemis DHF).

d. Membagikan bubuk Abate secara gratis pada daerah-daerah yang banyak

terkena DHF. Melakukan penggerakan masyarakat untuk melaksanakan

pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M dan merekrut juru pemantau

jentik.

e. Penyebaran pamflet lewat udara tentang pentingnya melakukan gerakan 3 M

(Menguras, Menutup, Mengubur).

f. Menurunkan tim bantuan teknis untuk membantu RS di daerah , yang terdiri

dari unsur-unsur :

i. Ikatan Dokter Anak Indonesia

ii. Persatuan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia

iii. Asosiasi Rumah Sakit Daerah

g. Membantu propinsi yang mengalami KLB dengan dana masing-masing di

luar bantuan gratis ke rumah sakit.

3.3 Peran perawat

1. Care Provider

Peran perawat sebagai care provider dilakukan dengan memberikan

pelayanan kesehatan kepada penderita DHF dalam bentuk promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif. Salah satu bentuk kegiatannya adalah

dengan mencegah terjadinya komplikasi akibat penyakit ini perawat dan

mengadakan penyuluhan-penyuluhan tentang cara pencegahan

menghentikannya penyebaran dari nyamuk penyebab penyakit DHF.

2. Penghubung

Perawat komunitas dapat menjadi penghubung untuk pasien DHF dengan

pihak yang memiliki hubungan untuk dapat mencegah terjadinya wabah

DHF seperti pemerintah setempat untuk menanggulangi tempat yang

14

Page 15: DHF SGD 7 Kelas B A10

dapat menjadi sarang dari naymuk dan dapat menghimbau juga agar ikut

serta dalam pelaksanaannya.

3. Kolaborator

Perawat komunitas harus dapat berkolaborasi dengan tim kesehatan

lainnya untuk memberikan perawatan kepada pasien. Serta dapat

berkolaborasi dengan pihak pemerintah setempat untuk bekerja sama

dalam program pencegahan yang telah diprogramkan oleh pemerintah.

4. Advokat

Peran perawat sebagai advokat adalah dengan memberikan perlindungan

kepada penderita. Perawat harus mengetahui asuhan keperawatan yang

tepat yang harus diberikan kepada pasien dan menjaga agar wabah DHF

tidak berkembang lebih luas lagi.

5. Edukator

Perawat memainkan peran sebagai pemberi health education dalam

bentuk penyuluhan yang berisi tentang pemahaman instruksi cara

penanggulangan pertama pada penyakit dan caranya untuk mencegah

terjadinya penyakit. Karena selama ini fenomena yang ditemukan di

masyarakat adalah banyaknya penderita yang menyebar luas sampai

banyak korban yang terkena.

15

Page 16: DHF SGD 7 Kelas B A10

BAB 4

ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Kasus

Ditemukan 43 kasus DHF di RT. I RW.I Kelurahan A dari total penduduk

186 jiwa setelah 3 minggu sering turun hujan. Keadaan RT.I sangat kumuh dan

banyak sampah yang berserakan. Penderita DHF rata-rata adalah anak usia sekolah

dan remaja. Penduduk disana kebanyakan adalah nelayan, buruh dan kuli. Letak

geografis RT.I agak dekat dengan perairan dan jauh dari tempat pelayanan

kesehatan dan penduduk disana sebagian besar adalah lulusan Sekolah Dasar.

4.2 Pengkajian

Pengkajian komunitas yang dilakukan menggunakan model community as

partner (Betty Neuman) yang terdiri dari :

a. Data inti

Data demograf kelompok atau komunitas yang terdiri :

1) Umur : 0 – 5 th : 24

6 – 12 th : 32

13 – 20 th : 28

21 – 60 th : 76

> 60 th : 26

2) Pendidikan : Sebagian besar masyarakat RT.I menempuh

pendidikan terakhir di Sekolah Dasar.

3) Jenis kelamin : Perempuan : 102 orang

Laki-laki : 84 orang

4) Pekerjaan : Pemulung, buruh, dan kuli

5) Agama : Islam

6) Nilai – nilai : masyarakat RT.I sangat menjunjung tinggi nilai

menghormati orang yang lebih tua

7) Riwayat timbulnya kelompok atau komunitas :

16

Page 17: DHF SGD 7 Kelas B A10

Sebagian besar masyarakat RT.I adalah orang-orang pendatang dari

daerah lain.

b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas

1. Physical environment

Rumah yang dihuni oleh penduduk berada pada lingkungan kumuh dan

padat penduduk. Jarak antara rumah satu dengan rumah yang lain

berdempetan tidak tersedianya tempat utuk bermain anak, dan ventilitas

udara yang jelek. Sampah berserakan dan terlihat dengan jelas tempat kotor

dan bau.

2. Pelayanan kesehatan dan sosial

Keberadaan poskesdes dalam masyarakat tidak berfungsi secara optimal

sehingga belum ada upaya untuk melakukan deteksi dini, mencegah, dan

memantau adanya wabah penyakit demam berdarah.

3. Ekonomi

Status ekonomi warga RT.I jelek, karena tidak memiliki penghasilan yang

tetap oleh karena itu jikalau sakit hanya panas atau demam, warga banyak

yang memilih untuk tidak berobat.

4. Keamanan

Lingkungan RT.I dapat dikatakan cukup aman. Hal ini dikarenakan tingkat

kebersamaan antar warga juga erat, sarana dan prasarana kurang memadahi,

dan tingkat sanitasi limbah dan air minum cukup rendah.

5. Politik dan kebijakan pemerintah

Upaya pencegahan pemerintah terhadap masalah DHF yaitu melalui

program 3M (menguras, mengubur, menutup), PSN (Pemberantasan Sarang

Nyamuk), fogging berkala, pembagian abate secara gratis. Akan tetapi

program-program pemerintah tersebut belum berjalan maksimal.

6. Sistem komunikasi

Promosi kesehatan yang dilakukan pemerintah juga melaui media elektronik

berupa penanganan iklan layanan masyarakat seperti televisi, radio, koran,

17

Page 18: DHF SGD 7 Kelas B A10

atau leaflet yang diberikan kepada komunitas. Tetapi masyarakat RT.I tidak

terlalu mengindahkan iklan tersebut.

7. Pendidikan

Sebagian besar penderita DHF adalah anak usia sekolah dan remaja.

Masyarakat RT.I kebanyakan adalah lulusan Sekolah Dasar sehingga kurang

peduli terhadap kebersihan dan kesehatan.

8. Rekreasi

Tidak adanya tempat rekreasi di area pemukiman RT.I.

4.3 Diagnosa Keperawatan

a. Terjadinya kasus DHF pada komunitas anak dan remaja di RT.I RW.I

kelurahan A yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dari

masyarakat dan kurangnya sanitasi lingkungan.

18

Page 19: DHF SGD 7 Kelas B A10

4.4 Intervensi Keperawatan

Dx kep Tujuan Rencana tindakan Sasaran Metode Media Waktu Tempat

Terjadinya kasus

DHF pada

komunitas anak

dan remaja di RT.I

RW.I kelurahan A

yang berhubungan

dengan kurangnya

pengetahuan dari

masyarakat dan

kurangnya sanitasi

lingkungan

Masyarakat RT I

RW I

memahami dan

mengaplikasikan

cara menjaga

kebersihan

lingkungan

1. Memberikan

pendidikan

kesehatan terkait

DHF

2. Demonstrasi

pemberantasan

sarang nyamuk

secara serentak

3. Pemberian bubuk

abate gratis

4. Penyuluhan tentang

pelaksanaan

program 3M

Masyarakat

RT I RW I

Ceramah

Demonstrasi

Kunjungan

rumah

Diskusi

1. LCD,

Leptop

2. Cangkul,

gayung,

timba, air.

3. Bubuk

abate

4. Proposal

Hari

minggu

Balai

kelurahan

RT I RW I,

rumah

masyarakat,

19

Page 20: DHF SGD 7 Kelas B A10

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) atau Dengue Hemorragik

Fever (DHF) merupakan penyakit endemis di Indonesia dan sampai saat ini

masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Penyakit Demam

Berdarah disebabkan oleh infeksi virus Dengue yang akut dan ditandai

dengan panas mendadak selama 2 – 7 hari tanpa sebab yang jelas disertai

dengan manifestasi perdarahan, seperti petekie, epistaxis kadang disertai

muntah darah, berak darah, kesadaran menurun, dan syock (Soegijanto,

2006). Oleh sebab itu diperlukan penanganan yang serius dari pemerintah

dan pihak berkait untuk memberantas penyebab dari penyakit ini. Hal ini

disebabkan karena Indonesia tetap menjadi wilayah endemik DHF. Pola

asuhan keperawatan yang telah ada di komunitas harus lebih ditingkatkan

agar pencegahan terhadap DHF ini dapat segera teratasi.

4.2 Saran

1. Makalah ini dapat digunakan sebagai masukan untuk mengetahui apa

saja faktor-faktor yang menyebabkan sulitnya pemberantasan penyakit

DHF.

2. Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu masukan dalam rangka

meningkatkan program pemerintah dalam usaha pemberantasan penderita

DHF sehingga penyakit ini dapat dibasmi secara tuntas.

3. Perawat semakin memaksimalkan perannya untuk membantu upaya

pemberantasan penyakit DHF.

20

Page 21: DHF SGD 7 Kelas B A10

DAFTAR PUSTAKA

______. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi Vol.2. Terbitan Pusat Data dan

Surveilans Epidemiologi Kementerian Kesehatan RI

Sumarmo, S Purwo Sudomo.2002. Buku ajar IKA infeksi dan penyakit tropis

IDAI Edisi I. Editor :, Harry Gama, Sri rejeki. Jakarta: IKA FKUI

Christantie, Effendy. SKp. 1995. Perawatan Pasien DHF. Jakarta:EGC.

Nancy Roper. 2001. Prinsip – Prinsip Keperawatan. Jakarta: EGC

www.idai.or.id pada tanggal 29 oktober 2012 jam 19.30

http://dithayantikomuna-makalahdbd.blogspot.com/2011/09/makalah-dbd.html

pada tanggal 01-10-2012 jam 15.00

______. 2003. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Bagian Infeksi dan Penyakit

Tropis, Jakarta: IDAI

Ambarwati, Sri Darnoto, dan Dwi Astuti.2003. Fogging Sebagai Upaya Untuk

Memberantas Nyamuk Penyebar Demam Berdarah Di Dukuh Tuwak Desa

Gonilan, Kartasura, Sukoharjo, Surakarta : Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas

Muhammadiyah

http://www.lensaindonesia.com/2012/10/29/indonesia-peringkat-kedua-dunia-

kasus-demam-berdarah.html diakses pada tanggal 01-11-2012 jam 19.00

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/info-umum-kesehatan/772-kasus-

demam-berdarah-dengue-di-indonesia.html diakses pada tanggal 01-11-2012 jam

19.00

http://doc-alfarisi.blogspot.com/2011/04/gejala-demam-berdarah-dengue-dbd-

dan.html diakses pada tanggal 11-11-2012 jam 20.00

21