DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - dpr.go.id · dan binaan kepada para warga binaan, antara lain kerajinan...
Transcript of DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - dpr.go.id · dan binaan kepada para warga binaan, antara lain kerajinan...
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
--------------------------------------------
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI III DPR-RI KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU
PADA MASA RESES PERSIDANGAN IV TAHUN SIDANG 2011-2012
--------------------------------------------------------------------------------------------
I. PENDAHULUAN
A. Dasar Kunjungan Kerja Berdasarkan Keputusan Pimpinan DPR-RI No.107/PIPM/II/2009-2010 tanggal 18 Februari 2010 Tentang Penugasan anggota Komisi I s/d Komisi XI, Baleg, Badan Anggaran dan BAKN DPR RI untuk melakukan kunjungan kerja.
B. Ruang Lingkup
Sasaran Kunjungan Kerja meliputi bidang-bidang yang termasuk dalam ruang lingkup
tugas Komisi III DPR RI, yaitu Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Perundang-
undangan, Keamanan, serta kebutuhan anggaran mitra kerja Komisi III untuk Tahun
Anggaran 2013.
C. Susunan Tim
1. H.M. Nasir Djamil Ketua Tim/Pimpinan Komisi III/F-PKS
2. Edi Ramli Sitanggang, SH. Anggota Komisi III / F-PD
3. Ruhut Poltak Sitompul, SH. Anggota Komisi III / F-PD
4. Drs. Edy Sadeli, SH. Anggota Komisi III / F-PD
5. Hj. Himmatul Alyah Setiawaty,SH.MH. Anggota Komisi III / F-PD
6. Didi Irawadi Samsudin, SH.LLm. Anggota Komisi III / F-PD
7. Drs. Setya Novanto Anggota Komisi III / F-PG
8. Dodi Reza Alex Noerdin Lic Econ, MBA. Anggota Komisi III / F-PG
9. Herman Hery Anggota Komisi III / F-PDIP
10. H. Aboe Bakar Al-Habsy, SE. Anggota Komisi III / F-PKS
11. Yahdil Abdi Harahap, SH.MH. Anggota Komisi III / F-PAN
12. Ahmad Yani, SH.MH. Anggota Komisi III / F-PPP
13. Drs. H. Otong Abdurahman Anggota Komisi III / F-PKB
14. H. Sarifuddin Sudding, SH.MH. Anggota Komisi III / F-P Hanura
Tim kunjungan kerja Komisi III DPR RI didampingi oleh Staf dari Sekretariat Komisi III
DPR RI, Penghubung dari Kepolisian, Penghubung dari Kejaksaan Agung, Penghubung
dari Kementerian Hukum dan HAM, dan Penghubung dari Mahkamah Agung.
-2-
D. Pelaksanaan Kunjungan Kerja
Kunjungan Kerja dilaksanakan selama 4 (empat) hari, yaitu dari tanggal 17 Juli 2012 sampai dengan 20 Juli 2012.
E. Objek Kunjungan Kerja
Tim Komisi III DPR RI dalam Kunjungan Kerja di Provinsi Kepulauan Riau melakukan serangkaian agenda kegiatan sebagai
berikut:
1. Pertemuan dengan Gubernur beserta jajarannya dan para Muspida Provinsi
Kepulauan Riau,
2. Pertemuan dengan Kapolda Kepulauan Riau beserta jajarannya
3. Pertemuan dengan Kepala Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau beserta jajarannya
4. Pertemuan dengan Ketua Pengadilan Tinggi, Ketua Pengadilan Tinggi Agama,
Ketua Pengadilan Tinggi Militer dan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Provinsi
Kepulauan Riau.
5. Pertemuan dengan Kakanwil Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Kepulauan
Riau beserta jajarannya.
6. Peninjauan lapangan ke Lapas Klas II Tanjungpinang dan Rumah Pusat Detensi
Imigrasi Tanjungpinang.
II. HASIL KUNJUNGAN KERJA
PERTEMUAN DENGAN GUBERNUR PROVINSI KEPULAUAN RIAU BESERTA PARA
MUSPIDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU.
Provinsi Kepulauan Riau adalah provinsi baru di Indonesia dengan ibu kota Provinsi
yaitu Tanjung Pinang, yang merupakan hasil pemekaran dari Provinsi Riau.
Penyelenggaraan pemerintahan provinsi kepulauan Riau secara resmi pada tanggal 1 Juli
200.
Secara keseluruhan awalnya Wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 4 Kabupaten dan 2
Kota, yaitu mencakup Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna,
Kabupaten Lingga,Kota Tanjungpinang, dan Kota Batam, serta terdiri dari 59 Kecamatan,
133 Kelurahan dan 218 Desa, dengan jumlah 2.408 pulau besar dan kecil dimana 30%
belum bernama dan berpenduduk. Pada tahun 2008 Provinsi Kepulauan Riau bertambah
1 kabupaten yaitu Kabupaten Kepulauan Anambas, sebagai kabupaten termuda sehingga
Provinsi Kepulauan Riau sekarang memiliki 5 (lima) kabupaten dan 2 (dua) kota. Adapun
luas wilayah Provinsi Kepulauan Riau sebesar 251.810 Km2, di mana luas lautannya
yaitu sebesar 241.215 km² (96%) dan luas daratan hanya sebesar 10.595 km² (4%).
Provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja di sebelah Utara;
Malaysia dan Provinsi Kalimantan Barat di Timur; Provinsi Bangka Belitung dan Jambi di
Selatan; Singapura, Malaysia, dan Provinsi Riau di sebelah Barat.
Selama periode 2008-2012 perekonomian Provinsi Kepulauan Riau setiap tahun
mengalami kenaikan dan selalu berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Ini
mengisyaratkan bahwa perkembangan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau lebih pesat
dari pada rata-rata nasional. PDRB AHB Provinsi Kepulauan Riau meningkat cukup
signifikan.
Pertumbuhan ekonomi masyarakat yang cukup pesat, ternyata berdampak juga terhadap
peningkatan tindak kriminal di masyarakat. Dalam pertemuan dibicarakan mengenai
-3-
beberapa hal terkait permasalahan yang sering terjadi di Provinsi Kepulauan Riau,
antara lain :
a. Perihal Permasalahan maraknya “Pelabuhan Tikus” di
Wilayah Kepulauan Riau
Provinsi Kepulauan Riau, sebagai negara kepulauan yang terdiri dari 96% wilayah
laut, serta wilayah NKRI yang berbatasan langsung dengan negara-negara lain,
menjadi suatu wilayah yang rentang dengan masuknya kejahatan-kejahatan
transnasional (Trans national Crime) melalui wilayah perairan laut. Pelabuhan-
pelabuhan tikus sering digunakan untuk melakukan tindakan-tindakan kriminal, baik
itu perdagangan orang (Trafficking), perdagangan narkoba, penyelundupan barang
(illegal trading), dan kejahatan-kejahatan transnasional lainnya.
b. Permasalahan Pengamanan Perbatasan
Pintu masuk-keluar perbatasan secara nyata tidak ada karena perbatasan antara
wilayah Kepulauan Riau dengan negara luar adalah perbatasan laut. Pintu masuk-
keluar ke dan dari Kepulauan Riau ke negara luar menggunakan sarana pelabuhan dan
bandara. Adapun yang menjadi Kendala dari Aspek peraturan perundang-undangan
yaitu masih belum jelas batas ranah keamanan dan ranah pertahanan di perbatasan
laut sehingga terkadang menjadi dilematis bagi petugas keamanan di lapangan.
Upaya dalam mengatasi permasalahan ini dengan memanfaatkan Badan kordinasi
kemanan laut sebagai forum untuk menyamakan arah dan pandangan sehingga
terjadinya ekses-ekses di lapangan dapat dieleminir sekecil mungkin. Faktor
pengamanan dan personil serta dukungan keamanan di wilayah perbatasan
merupakan salah satu perhatian anggota Komisi III dalam Kunjungan Kerja Ke
Provinsi Kepulauan Riau pada MS. IV tahun 2011-2012.
c. Hal-hal lain yang disampaikan di dalam pertemuan adalah terkait telah
disahkannnya oleh DPR RI RUU Sistem Peradilan Pidana Anak menjadi Undang-
undang, sehingga diharapkan peran serta Pemda dalam pelaksanaan UU tersebut
termasuk upaya penyediaan lahan bagi pembentukan Peradilan khusus anak.
PENINJAUAN KE LEMBAGA PERMASYARAKATAN KLAS IIA TANJUNGPINANG SERTA
PERTEMUAN DENGAN KEPALA KANTOR WILAYAH HUKUM DAN HAM BESERTA
JAJARANNYA DI RUMAH DETENSI IMIGRASI PUSAT TANJUNGPINANG
Dalam agenda kunjungan kerja Komisi III DPR RI di Provinsi Kepulauan Riau selain
melakukan pertemuan dengan mitra Komisi III, dijadwalkan juga untuk melakukan
peninjauan lokasi keLembaga Pemasyarakatan Kelas II A Tanjungpinang dan Rumah
Detensi Imigrasi Pusat Tanjungpinang.
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Tanjungpinang
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Tanjungpinang mulai beroperasi pada 15 Juli 2005
yang berlokasi di Jalan DR. Sahardjo SH. Km 18 Bintan. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II
A Tanjungpinangmemiliki luas bangunan 20.358 m2 di atas lahan seluas175.044 M2
dengan dengan fasilitas antara lain : 7 Blok Hunian, Poliklinik, Masjid, Gereja, Vihara,
Lapangan Olahraga, Bengkel Kerja, Aula, Dapur serta fasilitas lainnya. Selain itu ruang
besukan narapidana dibuat terpisah dengan pengunjung dan selalu diawasi petugas agar
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Setiap keluarga Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP) yang ingin membesuk keluarganya yang berada di Lapas tidak
-4-
dikenakan biaya apapun, dan harus selalu diperiksa seluruh barang bawaannya guna
menghindari masuknya barang-barang terlarang kedalam Lapas, untuk menghindari
pungutan liar kepada para pembesuk,
Kapasitas ideal Lapas Kelas II A Tanjungpinang adalah 411 Orang, dan saat dilakukan
peninjauan jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan per 14 Juli 2012 adalah 343 orang
(312 orang pria dan 11 orang wanita), sehingga tidak terjadi over kapasitas.
Adapun rincian kasus WBP sebagai berikut :
1. Pidana Umum : 159 orang
2. Pidana Khusus : 184 orang
a. Narkotika : 157 orang (termasuk narapidana
asing asal Singapura 2
orang dan Malaysia 4 orang)
b. Korupsi : 10 orang
c. Illegal Loging : 3 orang
d. Illegal Fishing : 14 orang (merupakan warga asal
Thailand 8 orang dan
Vietnam 6 orang)
e. Traficking : 2 orang
Pihak Lapas Kelas II A Tanjungpinangdalam menjalankan tugasnya memberikan
pendidikan dan binaan kepada seluruh warga binaan. Berbagai macam kegiatan kerja
Warga Binaan di Lapas Kelas II A Tanjungpinang, dalam rangka memberikan pendidikan
dan binaan kepada para warga binaan, antara lain kerajinan pembuatan miniatur perahu
pinisi, kerajinan membuat pot bunga, peternakan ikan lele, kerajinan sulaman oleh
Warga Binaan Wanita, kerajinan Aksesoris, dan kegiatan-kegiatan positif lainnya.
Lapas Kelas II A Tanjungpinang menyadari bahwa sebuah lembaga pemasyarakatan
sangat rentan dengan peredaran narkoba di dalamnya, oleh karena itu untuk mencegah
dan menanggulangi peredaran narkoba di dalam Lapas, pihak Lapas mengambil
beberapa langkah kebijakan, sebagai berikut :
a. Melakukan penggeladahan secara manual baik rutin maupun insidentil dalam rangka
pemberantasan narkoba dan penggunaan handphone serta pemberantasan
KKN/pungli.
b. Bekerjasama dengan Pemda Bintan , Kepolisian Resort Bintan, BNNK, Satgas Kanwil
Kumham, Kanwil Agama dan RSU Tanjungpinang.
Dalam laporan tertulis Ka Lapas Kelas II A Tanjungpinang menyampaikan kendala yang
ada di lapangan yaitu :
a. Masih kurangnya petugas dibandingkan dengan jumlah penghuni dan luasnya areal
lapas yang perlu diawasi.
b. Belum adanya alat deteksi narkoba dan
c. Belum adanya strap sel dan blok pengasingan.
Secara keseluruhan kondisi Lapas Klas II Tanjungkarang dinilai anggota Komisi III
sebagai lapas dengan nilai baik. Kondisi lapas yang bersih, ketersedianya berbagai
fasilitas, lingkungan yang tertata dan asri, jumlah warga binaan yang sesuai dengan
-5-
kapasitas lapas. Kondisi lapas seperti ini layak untuk mendapatkan penghargaan dan
dapat dijadikan contoh bagi lapas-lapas lain di Indonesia.
Pertemuan dengan Kepala Kantor Wilayah Hukum dan HAM Provinsi Kepulauan
Riau
Sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M-01.PR.07.10 Tahun
2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
RI pada Bab I Pasal 2 menyebutkan ”Kantor Wilayah mempunyai tugas melaksanakan
tugas pokok dan fungsi Hukum dan Hak Asasi Manusia RI dalam wilayah Propinsi
berdasarkan kebijakan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku”. Sedangkan tugas pokok Divisi Imigrasi diatur dalam
Pasal 28 yang berbunyi ” Divisi Imigrasi mempunyai tugas membantu Kepala Kantor
Wilayah dibidang Keimigrasian berdasarkan kebijakan teknis yang menyangkut
pembinaan, pengendalian, pengawasan teknis keimigrasian yang telah ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Imigrasi.” Apabila dikaitkan dengan tugas pokok dan fungsi Kanwil
maka terdapat kendala yang mendasar yaitu dari segi faktor geografis dimana fungsi-
fungsi pengkoordinasian, pengawasan dan pembinaan kurang optimal.
Lembaga Pemasyarakatan
Upaya yang dilakukan oleh Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Kep.Riau dalam
mengatasi over kapasitas dengan cara :
a. Memindahkan narapidana ke Lapas dan Rutan yang masih penghuninya masih di
bawah kapasitas hunian.
b. Meningkatkan program pembinaan luar Lapas bagi warga binaan yang telah
memenuhi syarat substantif dan adminstratif dengan cara Pembebasan Bersyarat
(PB), Cuti Menjelang Bebas (CMB) dan Cuti Bersyarat (CB).
c. Mengusulkan narapidana Lanjut Usia, Narapidana Pengidap penyakit permanen dan
Anak Pidana berusia dibawah 18 tahun untuk mendapat permohonan Grasi dari
Bapak Presiden berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pemasyarakatan tanggal 20
Januari 2010 Nomor : PAS.PK.01.01.02-07 tentang Data Narapidana Lanjut Usia,
Narapidana Pengidap Penyakit Permanen dan Anak Pidana Berusia Dibawah 18
Tahun.
Bahwa dalam Lapas dan Rutan di seluruh wilayah Kanwil Hukum dan HAM Kepulauan
Riau tidak ada penggolongan/ pembedaan jenis tahanan, hanya penempatan tahanan
yang baru masuk tanpa kecuali ditempatkan di blok Admisi Orientasi (AO) yaitu masa
pengamatan, pengenalan dan penelitian lingkungan paling lama 1 (satu) bulan. Untuk
tahanan dewasa, anak dan orang sakit permanen dipisahkan. Selain itu, penempatan
tahanan wanita juga dalam blok tersendiri. Untuk tahanan khusus narkoba
penempatannya juga dipisahkan, hal tersebut untuk memudahkan pengawasan.
Penggolongan-penggolongan tersebut tidak berhubungan dengan adanya fasilitas
tertentu, tetapi hanya pemisahan kamar/ blok.
Adapun kondisi bangunan LP dan Rutan di Kepulauan Riau sebagai berikut :
a. Secara umum over kapasitas pada Lapas dan Rutan di Kepulauan Riau tidak terjadi.
Kapasitas untuk 2.425 orang dengan penghuni per 30 Juni 2012 dihuni sebanyak
2.229 orang. Terkecuali pada Rutan Klas IIB Tanjung Balai Karimun dan Rutan Klas
-6-
IIA Batam, namun karena hanya mengalami kelebihan sekitar 23 orang maka hal ini
tidak menimbulkan masalah.
b. Jumlah Lapas/Rutan 7 UPT terdiri dari :
3 UPT Lapas yaitu Lapas Klas IIA Tanjungpinang, Lapas Klas IIA Batam dan satu
Lapas dalam tahap penyelesaian yaitu Lapas Narkotika Tanjungpinang.
4 (empat) Rutan yaitu Rutan Klas I Tanjungpinang, Rutan Klas IIA Batam, T=Rutan
Klas IIB Tanjung Balai Karimun serta cabang Rutan Tanjungpinang di Dabo Singkep.
Perihal penananggulangan permasalahan peredaran narkoba di dalam lingkungan LP
dan Rutan yang ada di Provinsi Kepulauan Riau, maka pihak LP/ Rutan mengambil
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pengetatan pemeriksaan pengunjung oleh P2U.
b. Penggeledahan secara rutin, dan juga dengan menggunakan anjing pelacak
bekerjasama dengan jajaran Polda/Polres setempat.
c. Koordinasi dengan BNN dan BNP untuk melakukan penggeledahan dan tes urine
baik kepada petugas, maupun kepada warga binaan.
d. Peningkatan kegiatan yang bersifat keagamaan bagi warga binaan
pemasyarakatan.
e. Peningkatan kegiatan pembinaan keterampilan.
Keimigrasiaan
Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan-kejahatan Transnasional (Trans national Crime) Kepulauan Riau sebagai salah satu wilayah NKRI yang berbatasan dengan negara-negara lain, sangat rentan dengan masuknya kejahatan-kejahatan trans nasional (Trans national Crime), seperti perdagangan orang (Trafficking), perdagangan narkoba, terorisme, kejahatan Cyber, dll. Oleh karena itu, Kantor Imigrasi yang bertugas menjaga garis depan dari wilayah NKRI, pada tempat-tempat pemeriksaan imigrasi yang ada di wilayah Kepulauan Riau, mengambil langkah-langkah untuk mengantisipasi dan menanggulangi masuknya kejahatan-kejahatan transnasional tersebut, dengan cara : a. Hal yang dilakukan secara kontinuitas yaitu melakukan koordinasi dengan
instansi terkait di tingkat daerah serta melakukan kerjasama regional untuk langkah-langkah pencegahan dan penanggulangannya.
b. Melakukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat tentang human trafficking. c. Mengikut sertakan staf dalam pelatihan seperti Rencana Aksi Nasional
Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak yang dilaksanakan ditingkat Daerah atau Pusat.
d. Menghadiri rapat dan mengikut sertakan pegawai dalam seminar-seminar yang dengan kejahatan trans nasional, kejahatan cyber, narkoba dan terorisme.
e. Melalui peraturan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor : F-IZ.03.10.801 Tahun 2006 tentang pelayanan paspor RI khususnya bagi anak yang berumur dibawah 16 (enambelas) dilakukan pengawasan secara ketat seperti : 1. Selain melengkapi persyaratan formal pemohon juga harus melampirkan
KTP, paspor , surat pernyataan kedua orangtua serta melampirkan paspor orang yang akan membawa anak tersebut.
2. Melakukan penelitian dalam rangka meyakinkan maksud dan tujuan permohonan.
3. Bila perlu menghadirkan orangtua dan anaknya serta orang yang akan membawa anak tersebut dan apabila tidak disertai oleh orangtuanya maka melakukan wawancara secara mendalam.
-7-
Perihal Permasalahan Penyelundupan Warga Negara Asing di Kepulauan Riau Wilayah provinsi kepulauan riau yang terdiri dari banyak pulau dan banyaknya pelabuhan tikus memberikan peluang terjadinya penyelendupan WNA yang masuk secara illegal. Selain itu, letak geografis provinsi Kepulauan Riau yang strategis karena berbatasan langsung dengan Malaysia dan Singapura menjadikan sebagai tempat yang rawan terjadinya penyelundupan warga Negara asing. Penindakan di bidang keimigrasian terhadap Warga Negara Asing yang masuk secara illegal ke Indonesia dan ditemukan keberadaannya di wilayah Kepulauan Riau, yaitu dilakukan pendetensian di Rumah Detensi Imigrasi Pusat Tanjungpinang. Sejak penangkapan para ilegal imigran selalu dilakukan koordinasi dengan pihak perwakilan UNHCR (United Nation High Commission on Refugees) dan IOM (International Organization on Migration) yang berada di Indonesia untuk dilakukan verifikasi atas status mereka. Keberadaan deteni (penghuni rumah detensi Imigrasi) dan bersifat sementara sampai para deteni di resettlement ke Negara penerima atau atas keinginan mereka sendiri sendiri dipulangkan ke Negara asal. Upaya pencegahan berupa peningkatan pemeriksaan terhadap arus penumpang alat angkut yang masuk melalui TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi), disamping itu meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait seperti : Angkatan Laut, KPLP dalam mengawasi pergerakan angkutan laut ditempat yang dicurigai (pelabuhan tikus) diperbatasan. Sesuai Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor. M-HH.11.OT.01.01 Tahun 2009 tanggal 3 September 2009 secara de jure Rumah Detensi Imigrasi Pusat Tanjungpinang telah ditetapkan dan sekaligus menutup Rumah Detensi Imigrasi yang berada di Batam. Gedung berikut dan fasilitas perkantortan `yang ada saat ini merupakan realisasi kerjasama pemerintah Indonesia dan IOM dalam rangka penanganan irregular immigrant yaitu dengan proyek yang diberinama “Management and Care of IrregularImmigrant’s Project” (MCIP).
PERTEMUAN DENGAN KEPOLISIAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Tugas pokok dan Fungsi Polda Kepulauan Riau terutama pada bidang pengamanan
perbatasan sesuai dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 (Undang-Undang Kepolisian
Negara RI) yaitu Kepolisian Republik Indonesia bertanggung jawab atas keamanan dalam
negeri bersama unsur-unsur keamanan lainnya bertugas mengamankan perbatasan,
pulau-pulau perbatasan termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Sebagai
kelanjutan dari pada tugas dan tanggung jawab dalam pengamanan perbatasan tersebut
Polda Kepulauan Riau telah mencanangkan sebagai prioritas program dan kebijakan pada
Rencana Strategi (Renstra) tahun 2010-2014 yaitu melaksanakan pengamanan pulau-
pulau perbatasan dengan lapis-lapis kekuatan dan kemampuan dengan menempatkan
Kepolisian Sektor (Polsek) dan Pos Polisi (Pospol) sebagai garis terdepan pelayanan
keamanan dan pelaksanan Polisi Masyarakat Perairan pulau dan pantai sehingga
diperoleh sinergitas antara Kepolisian RI dan masyarakat dalam kebersamaan
pengamanan pulau-pulau perbatasan termasuk pulau-pulau kecil terpencil.
-8-
Anggaran
Dari sisi anggaran, Kepolisian Daerah Kepulauan Riau menghadapi beberapa kendala
dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, antara lain:
1. Bidang Sumber Daya Manusia (SDM)
a. Belum terpenuhinya DSPPoldaKepri (DSPPolri 9.170, dan PNS 859, rill Polri
3.757/41 %, dan PNS 195/23 %) berdampak pada belum terwujudnya
kebijakan institusi Polda Cukup, Polres Besar dan Polsek Kuat.
b. Masih terbatasnya kekuatan serta kemampuan personel Intelkam PoldaKepri
dalam memantau pulau terkecil dan terluar terutama pulau-pulau yang
berpenduduk.
2. Bidang Sarpras
a. Masih kurangnya berbagai sarana prasarana pendukung tugas Polri. Antara lain
pendukung transportasi darat dan laut, alat komunikasi dan perangkat IT yang
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan jaman.
b. Hingga saat ini Polda Kepri belum memiliki rumah sakit serta masih sangat
terbatasnya ketersediaan rumah dinas baik untuk perwira, brigadir dan pns
Polri.
3. Bidang Anggaran
Anggaran yang teralokasi belum mendekati kebutuhan ideal terutama alokasi
dukungan anggran program lidik sidik tindak pidana yang kurang sesuai dengan
jumlah kasus yang harus ditangani.
Dalam menghadapi berbagai kendala anggaran tersebut, Kepolisian Daerah Kepulauan
Riau mengambil langkah-langkah solusi, sebagai berikut:
1. Mengajukan kembali usulan pengadaan peralatan khusus: audio video surveilance,
celebrite mobile dat secure, mobil lidik tindak pidana narkoba, alat pengolah data.
2. Berupaya untuk memeproleh dukungan anggaran dalam pembangunan sejumlah
Polsek di kecamatan-kecamatan yang berbatasan langsung dengan negara tetangga
(Singapura, Malaysia, Vietnam dan Kamboja).
3. Mengoptimalkan pelatihan dalam upaya meningkatkan kualitas SDMPolda Kepri di
bidang operasional maupun di bidang pembinaan.
Pengawasan
Secara keseluruhan pada tahun2012jumlah tindak pidana di wilayah hukum Polda Kepri
berjumlah 609 kasus dengan perincian sebagai berikut :
1. Curat 127 kasus diselesaikan 57 kasus (45%)
2. Curanmor 224 kasus diselesaikan 35 kasus (16%)
3. Curas 89 kasus diselesaikan 25 kasus (28%)
4. Anirat 25 kasus diselesaikan 10 kasus (40%)
5. Kebakaran 15 kasus diselesaikan 3 kasus (20%)
6. Pembunuhan 3 kasus diselesaikan 5 kasus (167%)
7. Perkosaan 8 kasus diselesaikan 4 kasus (50%)
8. Penadahan 6 kasus diselesaikan 8 kasus (133%)
9. Narkoba 112 kasus diselesaikan 107 kasus (95%)
Sedangkan kejahatan yang menonjol (Crime Indeks) meliputi : curat 127 kasus
diselesaikan 57 kasus (45%), curanmor 224 kasus diselesaikan 35 kasus (16%) dan
kasus narkoba 112 kasus diselesaikan 107 kasus (95%).
-9-
Faktor penyebab terjadinya kejahatan antara lain :
1. Terbatasnya lapangan pekerjaan yang berdampak pada tingginya angka
pengangguran, sehingga mendorong seseorang untuk mengambil jalan pintas dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan cara melakukan tindak kejahatan berupa
pencurian (curat, curas, curanmor), dan premanisme/ pemerasan.
2. Letak geografis Provinsi Kepri yang terdiri dari pulau-pulau menjadi primadona dalam
peredaran gelap narkoba, people smuggling/ human trafficking, perompakan dan
kejahatan lainnya dibidang ekonomi.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh Polda Kepulauan Riau dalam melakukan
penanggulangan kejahatan yang terjadi di wilayah Kepulauan Riau, yaitu dengan
mengembangkan jaringan informasi dalam rangka deteksi dini, menyelenggarakan
tindakan preventif, pre-emtif serta penegakkan hukum secara proposional dan
profesional, mengajak peran serta/ partisipasi masyarakat dalam pemecahan masalah
Kamtibmas terkait kejahatan konvensional dalam penyelenggaraan Polisi Masyarakat,
membina dan memberdayakan kring serse guna, mengoptimalkan koordinasi dengan
Instansi terkait, Pemda dan aparat keamanan lainnya dalam pencegahan dan
penanggulangan kejahatan yang terjadi, Menjalin hubungan dan kerjasama keamanan
regional dengan negara tetangga dalam rangka menanggulangi kejahatan transnasional,
serta melakukan tindakan hukum secara tegas, proposional, profesional atas peristiwa
kejahatan yang terjadi.
Kendala Polda Kep.Riau dalam pelaksanaan tugas sebagai pelindung, penjaga keamanan
dan ketertiban masyarakat meliputi :
1. Terbatasnya jumlah personel dalam melakukan deteksi dini dan penggalangan
sehingga dapat menghambat dalam mengantisipasi gejolak sosial yang akan timbul,
salah satu penyebabnya dikarenakan belum adanya dukungan anggaran yang
memadai dalam membangun jaringan intelijen
2. Masih rendahnya kesadaran hukum masyarakat terutama dibidang lalu lintas jalan,
hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas
serta adanya keengganan dari masyarakat untuk menjadi saksi dan melaporkan
peristiwa yang didengar, dilihat maupun dialami .
3. Sarana dan prasarana yang belum memadai akan memperlambat pada pelaksanaan
tugas kepolisian: Babinkamtibmas yang ditempatkan di setiap desa belum memiliki
sarana transportasi dan komunikasi serta belum didukung oleh anggaran untuk
sarana kontak dengan masyarakat.
4. Belum terpenuhinya alat penyadapan, alat transportasi air/kapal dan BBMyang cukup
untuk melakukan patroli perairan dalam rangka mencegah terjadinya tindak pidana di
perairan Selat Malaka. Jumlah rill kapal saat ini 9 unit, yang seharusnya dipenuhi.
5. Kondisi geografis wilayah hukum Polda Kepri yang terdiri dari pulau-pulau dan
berbatasan dengan negara tetangga serta penyebaran penduduk yang tidak merata
dapat menghambat dalam memberikan pelayanan, perlindungan dan pengayoman
kepada masyarakat.
6. Terbatasnya anggaran pendidikan dan latihan dalam rangka peningkatan SDM Polda
Kepri.
Data perkara Tindak Pidana Korupsi
-10-
Tindak pidana korupsi yang ditangani oleh Polda Kepri dalam periode 2011-2012
(semester I 2012) sejumlah : 6 perkara, dengan jumlah tersangka 12 orang dan total
kerugian negara sebesar Rp. 4.552.000.000,-
Dengan perincian data perkara sebagaimana tersebut dibawah ini:
- Penggunaan dana hibah yang tidak sesuai dengan proposal sebesar Rp 360.000.000,-
- Penggelapan dana kantor pos ranai Kab.Natuna, Mark up dana pinjaman masyarakat,
Bansos fiktif sebesar Rp 3.598.000.000,-
- Mark up dana pinjaman masyarakat sebesar Rp 568.000.000,-
Kendala dan hambatan dalam melakukan pemberantasan Tindak Pidana Korupsi antara lain: 1. Letak geografis Provinsi Kepri yang terdiri dari pulau-pulau membutuhkan biaya
besar dan waktu yang lama dalam proses penyelidikan/penyidikan sedangkan
anggaran untuk satu perkara hanya berkisar Rp. 12.000.000,-.
2. Terbatasnya sarana prasarana untuk penyelidikan/ penyidikan tipikor seperti belum
tersedianya alat penyadap/ intercept.
3. Kemampuan penyidik dalam mengungkap kasus korupsi masih terbatas.
4. Rendahnya kepedulian masyarakat untuk melaporkan kepada pihak yang berwenang
berkaitan dengan tipikor.
Permasalahan bentrok massa antara kelompok Basri dan kelompok Tony di hotel
Planet Holiday kota Batam
1. Terjadinya bentrok 2 kelompok massa berawal dari adanya sengketa lahan seluas 3,7
ha yang berlokasi di Batu Ampar Batam, antara PT. Hyundai Metal Indonesia dengan
PT. Lordway Acomodation Engineering, pada tanggal 14 Juni 2012, putusan
Pengadilan Negeri Batam telah memenangkan PT. Lordway Acomodation Engineering
dalam kasus sengketa lahan dimaksud.
2. Berdasarkan atas keputusan pengadilan negeri batam tersebut, kelompok massa dari
PT. Lordway Acomodation Engineering mendatangi lokasi lahan yang yang telah
dikuasai oleh kelompok Tony sehingga terjadi perdebatan dan dapat dicegah oleh 15
orang anggota Polsek Batu Ampar.
3. Kelompok Tony yang berjumlah lebih kurang 40 orang meninggalkan lokasi menuju
Hotel Planet karena sudah mengetahui bahwa pemenang sengketa perdata tanah
adalah dari PT. Lordway Acomodation Engineering yang merupakan pemilik hotel
Planet Holiday sehingga terjadi pengrusakan terhadap lobi hotel, pos sekuriti dan
kaca ATM BNI.
4. Atas kejadian pengrusakan terhadap hotel dimaksud, kelompok basri berjumlah lebih
kurang 30 orang dengan senjata tajam dan batu melakukan penyerangan terhadap
kelompok Tony sehingga mengakibatkan jatuhnya 1 (satu) korban meninggal dunia, 2
(dua) luka berat dan 8 (delapan) luka ringan.
Langkah-langkah penanganan yang dilakukan Polda adalah dengan :
a) Melakukan pengamanan lokasi kerusuhan (hotel planet holiday) serta pengamanan
yang merupakan basis etnis Batak dan NTT.
b) Melakukan patroli di lokasi lain, dan mengamankan 28 orang dari kelompok Basri cs
dan 4 (empat) orang dari kelompok Tony cs ke Mapolresta guna dimintai keterangan.
Dari lokasi diperoleh juga barang bukti yang digunakan pada saat kejadian antara lain:
kayu broti, 3 buah busur kayu, 3 buah busur bambu, 3 bilah parang, 6 buah tameng
-11-
kayu, 42 busur anak panah ujung runcing, 5 buah anak panah ujung pipih, palang
tanda parkir, pentungan, 3 buah tombak dan 2 buah tongkat baseball.
c) Melakukan pertemuan dengan Walikota Batam,Ketua DPRDKota Batam, Kapolresta
Barelang, Dandim 0316 Batam, dan seluruh ormas kota Batam, guna membahas
langkah-langkah antisipasi supaya peristiwa tersebut tidak meluas.
d) Dari pertemuan tersebut, menghasilkan kesepakatan yang berisi:
1. Bahwa kejadian tersebut bukan merupakan perselisihan antar etnis/ suku akan
tetapi murni bentrokan antara kelompok massa.
2. Bahwa kami prihatin dan sangat menyesal atas terjadinya peristiwa tersebut.
3. Bahwa kejadian tersebut murni dilatarbelakangi oleh kepentingan hukum antara
PT. Hyundai Metal Indonesia dengan PT. Lordway Engineering.
4. Bahwa demi terwujudnya situasi dan kondisi kotaBatam yang aman dan kondusif,
dihimbau kepada seluruh masyarakat kota Batam agar tidak
terpengaruh/terprovokasi dan mempercayai isu – isu yang berkembang bahwa di
Batam telah terjadi konflik antar etnis/suku.
5. Bahwa masyarakat Batam adalah masyarakat yang heterogen saling menghargai
antara satu dengan yang lain dan dapat bekerja sama dalam hidup berbangsa dan
bernegara.
Permasalahan unjuk rasa anarkis yang dilakukan oleh buruh yang tergabung dalam serikat pekerja DPCSPLEM,SPSI, FSPMI dan KBSI di Kantor Walikota Batam Kejadian tersebut dilatarbelakangi kejadian :
Adanya tuntutan para buruh untuk segera mensahkan Raperda Naker dan Kenaikan UMK
tahun 2012 kenaikan upah minimum yang semula sebesar Rp 1.302.992,- dinaikkan
menjadi Rp 1.760.400,-. Akan tetapi setelah dilakukan pertemuan dengan Walikota belum
memperoleh kesepakatan sehingga para pengunjuk rasa merasa keinginannya tidak
terakomidir. Sehingga massa mulai melakukan tindakan pengrusakan.
Upaya yang dilakukan Polda untuk mengatasi kondisi tersebut adalah dengan
menurunkan personel Polda Kepri dan Brimob dan segera mengamankan lokasi serta
melakukan pengolahan TKP.Dari TKP diamankan 27 (dua puluh tujuh) orang untuk
dilakukan pemeriksaan terkait kerusuhan tersebut.
Melakukan pengamanan secara tertutup oleh personel intelijen, yang difokuskan untuk
melakukan penggalangan terhadap buruh melalui Serikat Pekerja Metal Indonesia (SPMI),
Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI), Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) untuk
mencegah tindakan lebih anarkis; serta mengoptimalkan peran personel direktorat
binmas untuk melakukan kegiatan polmas dengan memediasi antara buruh, pengusaha
dan pemerintah
Perihal Permasalahan maraknya “Pelabuhan Tikus” di Wilayah Kepulauan Riau
Provinsi Kepulauan Riau, sebagai negara kepulauan yang terdiri dari 96% wilayah laut,
serta wilayah NKRI yang berbatasan langsung dengan negara-negara lain, menjadi suatu
wilayah yang rentang dengan masuknya kejahatan-kejahatan transnasional (Trans
National Crime) melalui wilayah perairan laut. Pelabuhan-pelabuhan tikus sering
digunakan untuk melakukan tindakan-tindakan kriminal, baik itu perdagangan orang
(Trafficking), perdagangan narkoba, penyelundupan barang (illegal trading), dan
kejahatan-kejahatan transnasional lainnya.
-12-
Permasalahan adanya oknum Polda Kepri yang melakukan perbuatan melawan
hukum
1. Data anggota Polri yang melakukan pelanggaran disiplin tahun 2012 Semester I
(Januari - Juli 2012) sebanyak 97 personel dengan penyelesaian melalui sidang
disiplin yang terbukti sebanyak 39 personel, sebanyak 58 personel masih dalam
proses menunggu sidang disiplin.
2. Data anggota Polri yang melakukan pelanggaran kode etik profesi Polri tahun 2012
Semester I (Januari - Juli 2012) sebanyak 5 personel dengan penyelesaian melalui
sidang kode etik yang terbukti sebanyak 1 personel dan masih dalam proses
menunggu sidang kode etik profesi sebanyak 4 personel.
3. Data anggota Polri yang melakukan tindak pidana tahun 2012 Semester I (Januari -
Juli 2012) sebanyak 5 personel dengan penanganan sudah dilimpahkan ke Dir
Reskrimum sebanyak 2 personel, Polres Lingga 2 personel (1 personel sudah P21
dan 1 personel masih dalam proses) dan Polres Natuna 1 personel masih dalam
proses penyidikan.
4. Data anggota Polri yang melakukan tindak pidana narkoba tahun 2012 Semester I
(Januari - Juli 2012) sebanyak 2 personel dengan penanganan sudah dilimpahkan ke
Sat Narkoba Polres Tanjungpinang sebanyak 2 personel dan masih dalam proses
penyidikan
PERTEMUAN DENGAN KEJAKSAAN TINGGI PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Kejaksaan merupakan pintu terdepan masuknya perkara ke Pengadilan, untuk itu
dibutuhkan Jaksa yang berkualitas, profesional, ber- integritas moral yang tinggi :
Langkah-Langkah Kepala Kejaksaan Tinggi dalam peningkatan mutu, profesionalisme,
dan integritas moral para Jaksa di Kepulauan Riau :
1. Mengikutsertakan para Jaksa dalam Pendidikan dan Pelatihan Teknis yang diadakan
oleh PUSDIKLAT KEJAGUNG Republik Indonesia sesuai dengan bidang tugas masing–
masing.
2. Memberikan bimbingan teknis yuridis penanganan perkara secara berkala setidak-
tidaknya 1 kali dalam satu bulan dan setiap saat sesuai dengan kebutuhan.,
membentuk dinamika kelompok untuk membahas topik tertentu yang berkaitan
dengan penanganan perkara, selalu menekankan para Jaksa untuk mentaati SOP yang
sudah diterapkan dalam penanganan perkara, meningkatkan pengawasan terhadap
para Jaksa serta secara rutin 1 kali dalam satu bulan diadakan ceramah agama.
Terkait pengawasan internal :
Di lingkungan Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau selama kurun waktu tahun 2011 dan
tahun 2012, tidak ditemukan adanya oknum Jaksa yang melakukan perbuatan melawan
hukum maupun melakukan tindakan pelanggaran etik, namun terdapat 5 oknum Jaksa
yang melakukan pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil dan telah dikenakan sanksi
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil.
Perkara-perkara yang sedang ditangani Kejaksaan
Sejak Januari s/d Juni 2012 Kejaksaan sewilayah Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau telah
melakukan penuntutan sebanyak 556 perkara yang menonjol secara secara kuantitas
perkara pencurian sebanyak 174 perkara, narkotika 139 perkara,
-13-
Perbandingan perkara masuk dan diselesaikan yang ditangani Kejaksaan Tinggi
Kepulauan Riau termasuk Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri Se Kejaksaan
Tinggi Kepulauan Riau Periode Januari s/d Juni 2012 adalah sebagai berikut :
- Surat Pemberitahuan
Dimulainya Penyidikan (SPDP) : 826
- Ditindaklanjuti dengan
pengiriman Berkas Perkara Tahap I : 783
- Berkas Perkara yang
dikembalikan kepada Penyidik untuk
dilengkapi (P-18 / P-19) : 138
- Berkas Perkara
dinyatakan Lengkap (P-21) : 645
- Dilakukan penyerahan
Tahap II (Tersangka dan Barang Bukti) : 556
- Belum dilakukan
penyerahan Tahap II : 89
Sedangkan untuk perkara yang menonjol secara kualitas adalah :
a. Perkara Pembunuhan A.n Terdakwa AKBP Mindo Tampubolon, S.Ik
1. Perkara Pembunuhan berencana di dakwakan melanggar Psl 340 KUHP jo Psl 55 (1) KUHP A.n Terdakwa AKBP Mindo Tampubolon, S.Ik yang dituntut pidana penjara seumur hidup tapi diputus oleh Majelis Hakim PN Batam dengan membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan.
2. Terhadap perkara tersebut JPU telah menyatakan kasasi dan telah mengirimkan memori kasasi.
b. Perkara Pembunuhan Berencana An. Terdakwa Hendro Agus Prasetyo Als Aris
Bin Bambang Sugianto
1. Didakwa melanggar kesatu Psl 340 KUHP, kedua Psl 80 (3) UU RI No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak dan ketiga Psl 365 (3) KUHP
2. Terbukti telah melanggar dakwaan kesatu, kedua, dan ketiga, dan dituntut dengan
pidana penjara seumur hidup;
3. Putusan PN TBK telah terbukti sesuai tuntutan JPU dan dijatuhi hukuman pidana
mati
4. Terhadap putusan PN TBK tersebut baik terdakwa maupun JPU menyatakan
Banding
c. Kasus Kerusuhan di Hotel Planet Holiday Batam
Kejaksaan Negeri Batam telah menerima beberapa SPDP yaitu :
1. An. Tony Fernando Pakpahan dari Polresta Barelang dengan Nomor : SPDP/ 75/
VI/ 2012/ Reskrim tertanggal 26 Juni 2012 disangka melanggar pasal 160 KUHP
atau 170 KUHP
2. An. James Simanjuntak Als Leo dari Polresta Barelang dengan Nomor : SPDP/ 74/
VI/ 2012/ Reskrim tertanggal 22 Juni 2012 2012 disangka melanggar pasal 160
KUHP atau 170 KUHP
3. An. Roy Purba, Dkk dengan Nomor : SPDP/ 70/ VI/ 2012/ Reskrim tertanggal 20
Juni 2012 2012 disangka melanggar pasal 160 KUHP atau 170 KUHP
-14-
4. An. Ibnun Abdul Rahim Ansyar Als Ibas, Dkk dengan Nomor : SPDP/ 77/ VI/ 2012/
Reskrim tertanggal 29 Juni 2012 pasal 170 KUHP atau pasal 351 KUHP.
Perkara Korupsi yang ditangani oleh Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau
Perkara Yang Sedang Ditangani Se Wilayah Hukum Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau
Adalah 39 Perkara Dengan Rincian :
1. 11 Perkara Tahap Penyidikan ;
2. 28 Perkara Tahap Penuntutan ;
Jumlah Kerugian Dari 39 Perkara tersebut mencapai:
1. Tahap Penyidikan Rp 20.396.879.223,-
2. Tahap Penuntutan Rp 14.305.039.368,-
3. Total Kerugian Negara Rp 34.701.918.591,-
Jumlah yang diselamatkan Rp 3.683.150.966,- dengan perincian tahap penyidikan
Rp1.881.118.556, dan tahap penuntutan Rp 1.802.032.410,-
Dari 11 perkara dalam tahap penyidikan dan 28 dalam tahap penuntutan, dapat dirinci
sebagai berikut :
a. 6 Perkara yang terjadi di wilayah hukum Kejari Tanjungpinang;
b. 7 Perkara yang terjadi di wilayah hukum Kejari Batam;
c. 4 Perkara yang terjadi di wilayah hukum Kejari Tanjung Balai Karimun (termasuk dari
Cabang Kejaksaan Negeri Tanjung Batu);
d. 7 Perkara yang terjadi di wilayah hukum Kejari Daik Lingga;
e. 15 Perkara yang terjadi di wilayah hukum Kejari Ranai;
Hambatan Dalam Pelaksanaan Tugas Dan Fungsi Kejaksaan
Bahwa dalam pelaksanaan tugas penuntutan di Wilayah Hukum Kejaksaan Tinggi
Kepulauan Riau terdapat beberapa hambatan, antara lain :
1. Tidak adanya Rumah Tahanan Negara di Wilayah Hukum Ranai sehingga
mengakibatkan Kejaksaan Negeri Ranai kesulitan melakukan penahanan tersangka
khususnya penahanan terhadap tersangka setelah diserahkan oleh Penyidik ke Jaksa
Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Ranai (Tahap II) sehingga penahanan tersangka
dititipkan di Kantor Polres Natuna.
2. Tidak adanya Pengadilan di Dabo Singkep meskipun sebenarnya telah disediakan
tempat sidang di Dabo Singkep namun Hakim yang menyidangkan perkara tidak
bersedia datang atau hadir ke Dabo Singkep dengan alasan jarak tempuh yang jauh
sehingga persidangan dilakukan di Tanjungpinang yang berakibat menyulitkan Jaksa
Penuntut Umum dalam menghadirkan saksi-saksi di persidangan.
3. Tidak tersedianya RUPBASAN di seluruh Wilayah Hukum masing-masing Kejaksaan
Negeri kecuali pada Kejaksaan Negeri Tanjungpinang dan Kejaksaan Negeri Batam
(letak RUBASAN di luar pulau) sehingga menyebabkan penyimpanan dan
pemeliharaan terhadap barang bukti tidak bisa dilakukan secara maksimal karena
terbatasnya ruang barang bukti di Kejaksaan Negeri, terutama terhadap barang bukti
yang jumlahnya banyak.
PERTEMUAN PENGADILAN TINGGI PEKANBARU DAN PENGADILAN TINGGI AGAMA PEKANBARU.
-15-
Pengadilan Tinggi Pekanbaru
Pada Provinsi Kepulauan Riau belum terdapat Pengadilan Tinggi. Provinsi Kepulauan
Riau masih merupakan yurisdiksi dari Pengadilan Tinggi Pekanbaru.Pengadilan Tinggi
Pekanbaru terletak di ibukota propinsi Riau mempunyai wilayah hukum sepropinsi Riau
sebanyak 14 (empat belas) Pengadilan Negeri, yang terletak di Riau daratan sebanyak 10
(sepuluh) Pengadilan Negeri yaitu Pengadilan Negeri Pekanbaru, Pengadilan Negeri
Dumai, Pengadilan Negeri Bangkinang, Pengadilan Negeri Pelalawan, Pengadilan Negeri
Siak Sri Indrapura, Pengadilan Negeri Rokan Hilir, Pengadilan Negeri Tembilahan,
Pengadilan Negeri Rengat, Pengadilan Negeri Bengkalis, dan Pengadilan Negeri Pasir
Pangaraian. Sedangkan di Kepulauan Riau sebanyak 4 (empat) Pengadilan Negeri yaitu
Pengadilan Negeri Tanjung Pinang, Pengadilan Negeri Batam, Pengadilan Negeri Tanjung
Balai Karimun, dan Pengadilan Negeri Ranai.
Dalam pelaksanaan tugas dan wewenang di lingkungan Pengadilan Tinggi Pekanbaru
beserta jajarannya, program yang menjadi prioritas Tahun 2012 adalah melaksanakan
penyelesaian dan pengiriman berkas-berkas perkara tepat waktu, terutama bagi yang
terdakwanya ditahan sehingga tidak ada lagi keterlambatan dalam penyelesaian perkara
tersebut. Untuk terwujudnya masalah tersebut diatas, tentunya harus didukung oleh
tenaga-tenaga atau personil yang mempunyai Sumber Daya Manusia handal, serta
penambahan sarana dan prasarana yang memadai menurut ketentuan yang ada.
Adapun kendala-kendala yang dihadapi adalah Pengadilan Tinggi Pekanbaru dan
Pengadilan Negeri di Prov. Kepulaun Riau, sebagai berikut :
a. Karena Pengadilan Tinggi Pekanbaru juga membawahi Pengadilan –pengadilan Negeri
Kepulauan Riau yang letaknya di pulau-pulau, dimana transportasi kadang-kadang
bermasalah, sehingga dalam pengiriman berkas sering terlambat sampai di Pengadilan
Tinggi Pekanbaru atau di Pengadilan Negeri tersebut, terutama Pengadilan Ranai.
b. Kota Anambas masuk wilayah Pengadilan Negeri Ranai yang sebenarnya lebih dekat
ke Tanjung Pinang, sehingga masyarakatnya mengeluh dan meminta agar Anambas
masuk wilayah Pengadilan Negeri Tanjung Pinang, masalah ini telah disebutkan dalam
rapat Muspida Kepulauan Riau.
c. Hampir semua Pengadilan Negeri di wilayah hukum Pengadilan masih kekurangan
personil baik Pegawai maupun Hakim.
d. Sarana Informasi Teknologi (IT) pada Pengadilan Negeri di wilayah hukum Pengadilan
Tinggi Pekanbaru pada umumnya masih kurang, karena kurangnya sumber daya
manusia tenaga ahli bidang IT, dan juga disebabkan masih sulitnya jaringan internet
pada beberapa wilayah.
e. Pengadilan Negeri Ranai (Kabupaten Natuna) saat ini belum memiliki gedung kantor
sendiri ( masih menumpang di rumah Camat) yang kondisinya kurang layak sebagai
kantor.
Perkara-perkara yang menonjol di lingkungan Pengadilan Tinggi Pekanbaru
Adapun perkara-perkara yang menonjol di lingkungan Pengadilan Tinggi Pekanbaru
antara lain: Tindak Pidana Pabean, dimana letak pulau Batam yang berbatasan langsung
dengan Negara tetangga sangat rawan dengan penyelundupannya, Tindak Pidana
pelanggaran untuk Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja di luar negeri, Tindak
Pidana Perdagangan Anak / Traficking, Tindak Pidana terkait Perlindungan Anak, Tindak
-16-
Pidana Kekerasan dalam Rumah Tangga, Tindak Pidana Perikanan, Tindak Pidana
Narkotika, Tindak Pidana Asusila, dan Tindak Pidana Kecelakaan Lalu Lintas.
Pengadilan Tinggi Agama Pekanbaru
Pengadilan Tinggi Agama Pekanbaru selaku pengadilan tingkat banding di lingkungan
peradilan Agama dibentuk dengan Keputusan Menteri Agama RI. Nomor 207 Tahun 1986
tanggal 22 Juli 1986 dan diresmikan pada tanggal 5 Nopember 1987. Dengan demikian
Pengadilan Tinggi Agama Pekanbaru baru akan berusia 25 tahun pada bulan Nopember
2012 yang akan datang. Namun sebelum itu di provinsi Riau dan beberapa
kabupaten/kota di Kepulauan Riau telah ada pengadilan agama tingkat pertama yang
masih bernaung di bawah Pengadilan Tinggi Agama Padang.
Wilayah hukum Pengadilan Tinggi Agama Pekanbaru saat ini meliputi 2 (dua) provinsi,
yakni Provinsi Riau dengan 12 (dua belas) Kabupaten/Kota dan Provinsi Kepulauan Riau
dengan 7 (tujuh) Kabupaten/Kota. Dengan demikian Pengadilan Tinggi Agama Pekanbaru
mewilayahi 19 Kabupaten/ Kota dari dua provinsi tersebut di atas.
Pelaksanaan tugas pokok dan kewenangan
Sebagai suatu lembaga peradilan dalam lingkungan peradilan agama, maka tugas pokok
dan wewenang pengadilan agama adalah memeriksa, mengadili dan memutuskan serta
menyelesaikan perkara tertentu yang menjadi kewenangannya sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Perkara-perkara dimaksud sering disebut dengan perkara perdata agama, meliputi
persengketaan dalam rumah tangga yang masuk dalam hukum keluarga seperti
perceraian, harta bersama, pengasuhan anak, perwalian, pengesahan nikah (berdasarkan
Undang-undang perkawinan), perkara kewarisan, hibah, wasiat, wakaf, sadaqah dan
ekonomi syari’ah.
Jumlah perkara yang ditangani oleh 16 Pengadilan Agama tingkat pertama di wilayah
hukum Pengadilan Tinggi Agama Pekanbaru terus meningkat dari tahun ke tahun.
- Tahun 2010 = 9.191 buah perkara, meliputi :
a. Perkara cerai = 8.351 buah (90,86 %);
b. Perkara non cerai = 840 buah ( 9,14 % );
- Tahun 2011 = 9.778 buah perkara, meliputi :
a. Perkara cerai = 8.744 buah (89,42 %)
b. Perkara non cerai = 1.034 buah (10,58 %)
- Tahun 2012 = 5.743 buah perkara (Januari – Juni)
a. Perkara cerai = 5.152 buah (89,71 %)
b. Perkara non cerai = 591 buah (10,29 %)
Dari jumlah keseluruhan perkara yang masuk tersebut, yang paling menonjol adalah perkara perceraian, yakni : - Tahun 2010 = 8.351 buah (90,86 %), terdiri dari : 2.525 buah perkara cerai talak dan
5.826 buah perkara cerai gugat.
- Tahun 2011 = 8.744 buah (89,42 %) terdiri dari 2.641 buah perkara cerai talak
dan 6.103 buah perkara cerai gugat.
- Tahun 2012 (Januari s/d Juni) 5.152 buah perkara ( 89,71 %), terdiri dari cerai talak:
1.450 buah dan cerai gugat : 3.702 buah.
Adapun keadaan perkara banding yang ditangani Pengadilan Tinggi Agama Pekanbaru dalam 3 (tiga) tahun terakhir adalah sebagai berikut : a. Tahun 2010 :
- Sisa tahun lalu = 8 buah
-17-
- Diterima tahun 2010 = 74 buah
- Diputus tahun 2010 = 73 buah
- Sisa akhir tahun = 9 buah
b. Tahun 2011 :
- Sisa tahun lalu = 9 buah
- Diterima tahun 2011 = 80 buah
- Diputus tahun 2011 = 85 buah
- Sisa akhir tahun = 4 buah
c. Tahun 2012 ( Januari – Juni ):
- Sisa tahun lalu = 4 buah
- Diterima tahun 2012 = 60 buah
- Diputus tahun 2012 = 41 buah
- Sisa akhir Juni 2012 = 23 buah
Hambatan Yang Dihadapi
A. Di Bidang Pelaksanaan Tugas Pokok :
Pelaksanaan tugas pokok penyelesaian perkara oleh Pengadilan Agama tingkat
pertama masih menghadapi kendala-kendala yang menghambat kelancarannya. Di
antara kendala-kendala yang dihadapi yang paling menonjol adalah sebagai berikut :
1. Fasilitas gedung kantor yang sempit yang hanya memiliki 1 (satu) ruang sidang,
tanpa ruang mediasi sehingga pelaksanaan sidang terhambat, seperti PA Batam,
PA Tarempa, PA Dabo Singkep dan PA Natuna di Provinsi Kepulauan Riau.
2. Letak geografis wilayah hukum Pengadilan Agama di Kepulauan Riau dimana
harus menyewa boat khusus dan sering kali harus menginap sehingga
memerlukan biaya besar yang memberatkan pada pencari keadilan.
3. Pada beberapa Pengadilan Agama di Kepulauan Riau seperti PA Tarempa, PA
Natuna dan PA Dabo Singkep masih sangat kurang tenaga pegawai mulai dari
hakim, panitera/panitera pengganti serta pegawai administrasi.
B. Di bidang Pembinaan dan Pengawasan:
Pelaksanaan tugas pembinaan dan pengawasan ke Pengadilan Agama dilakukan oleh
Pengadilan Tinggi Agama sebagai kawal depan Mahkamah Agung. Untuk ini telah
ditetapkan Hakim Tinggi Pengawas Daerah. Namun kendala-kendala yang dihadapi
dalam hal pembinaan dan pengawasan yang paling menonjol adalah :
1. Kurangnya anggaran yang tersedia pada PTA Pekanbaru untuk melakukan
pembinaan ke Pengadilan Agama tingkat pertama. Padahal PA yang harus dibina
dan diawasi secara langsung mencapai 16 unit kerja dan jauh dari tempat
kedudukan PTA terutama yang ada di Provinsi Kepulauan Riau.
2. Tidak tersedianya dana yang memadai untuk peningkatan keterampilan para
hakim dan tenaga tehnis kepaniteraan. Padahal seharusnya setiap hakim dan
pejabat kepaniteraan serta tenaga sekretariatan mendapat pembekalan /
bimbingan tehnis setiap tahun.
C. Di Bidang Pelayanan Publik:
1. Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung terpenuhinya pelayanan
public yang prima, seperti gedung kantor pada beberapa PA belum memadai
sesuai dengan kebutuhan. Sehingga beberapa ruang yang dibutuhkan untuk
-18-
pelayanan public tidak tersedia, seperti ruang mediasi, ruang tunggu sidang,
ruang meja informasi dan pengaduan, ruang penerimaan perkara yang
representative.
2. Kurangnya tenaga pegawai pada beberapa PA, sehingga banyak pegawai
dikepaniteraan yang juga merangkap jabatan/pekerjaan di sekretariatan.
Akibatnya hasil kerja tidak dapat diselesaikan dengan segera.
D. Di Bidang Pembangunan Sarana dan Prasarana:
Sarana gedung kantor, rumah dinas dan prasarana lainnya untuk Pengadilan Agama
tingkat pertama masih jauh dari memadai sesuai dengan standar yang dibutuhkan.
Membangun gedung baru, rumah dinas ataupun sarana lainnya terkendala dengan
beberapa hal :
1. Sarana gedung kantor untuk beberapa PA di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau
yang belum memadai sesuai dengan kebutuhan.
2. PA Dabo Singkep hanya memiliki gedung kantor seluas 150 m2, PA Natuna hanya
memiliki gedung kantor seluas 400 m2 dan PA Tarempa hanya memiliki gedung
kantor seluas 250 m2 yang terletak di atas tanah wakaf mesjid.
3. Rumah dinas untuk Hakim Tinggi di PTA Pekanbaru baru tersedia sebanyak 3
(tiga) buah, padahal jumlah Hakim Tinggi yang ada sebanyak 20 orang sehingga
banyak para hakim tidak mendapat fasilitas rumah jabatan.
4. Rumah dinas untuk Pimpinan dan hakim di Pengadilan Agama tingkat pertama
juga belum memadai, sehingga banyak pimpinan dan hakim yang harus
menyewa sendiri rumah untuk tempat tinggalnya.
5. Kenderaan yang tersedia di Pengadilan Agama hanyalah kenderaan darat yakni
kenderaan bermotor roda empat dan roda dua. Padahal untuk wilayah
Kepulauan Riau, bagi PA seharusnya juga disediakan kenderaan air seperti speed
boat.
III. PENUTUP Demikian laporan kunjungan kerja Komisi III DPR RI yang dapat kami sampaikan dengan harapan dapat bermanfaat bagi semua pihak dan kepada yang membantu terselenggaranya Kunjungan Kerja ini kami ucapkan terima kasih. Hasil dari pertemuan dan kunjungan Kerja Komisi III DPR-RI, diperoleh berbagai masukan yang sangat penting bagi tugas Dewan yang nantinya akan dibicarakan lebih lanjut dengan pasangan kerja pada Masa Persidangan yang akan datang.
Jakarta, Agustus 2012
KETUA TIM KUNJUNGAN KERJA/
PIMPINAN KOMISI III DPR-RI
H.M. NASIR DJAMIL