DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - dpr.go.id · dan binaan kepada para warga binaan, antara lain kerajinan...

24
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA -------------------------------------------- LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI III DPR-RI KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU PADA MASA RESES PERSIDANGAN IV TAHUN SIDANG 2011-2012 -------------------------------------------------------------------------------------------- I. PENDAHULUAN A. Dasar Kunjungan Kerja Berdasarkan Keputusan Pimpinan DPR-RI No.107/PIPM/II/2009-2010 tanggal 18 Februari 2010 Tentang Penugasan anggota Komisi I s/d Komisi XI, Baleg, Badan Anggaran dan BAKN DPR RI untuk melakukan kunjungan kerja. B. Ruang Lingkup Sasaran Kunjungan Kerja meliputi bidang-bidang yang termasuk dalam ruang lingkup tugas Komisi III DPR RI, yaitu Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Perundang- undangan, Keamanan, serta kebutuhan anggaran mitra kerja Komisi III untuk Tahun Anggaran 2013. C. Susunan Tim 1. H.M. Nasir Djamil Ketua Tim/Pimpinan Komisi III/F-PKS 2. Edi Ramli Sitanggang, SH. Anggota Komisi III / F-PD 3. Ruhut Poltak Sitompul, SH. Anggota Komisi III / F-PD 4. Drs. Edy Sadeli, SH. Anggota Komisi III / F-PD 5. Hj. Himmatul Alyah Setiawaty,SH.MH. Anggota Komisi III / F-PD 6. Didi Irawadi Samsudin, SH.LLm. Anggota Komisi III / F-PD 7. Drs. Setya Novanto Anggota Komisi III / F-PG 8. Dodi Reza Alex Noerdin Lic Econ, MBA. Anggota Komisi III / F-PG 9. Herman Hery Anggota Komisi III / F-PDIP 10. H. Aboe Bakar Al-Habsy, SE. Anggota Komisi III / F-PKS 11. Yahdil Abdi Harahap, SH.MH. Anggota Komisi III / F-PAN 12. Ahmad Yani, SH.MH. Anggota Komisi III / F-PPP 13. Drs. H. Otong Abdurahman Anggota Komisi III / F-PKB 14. H. Sarifuddin Sudding, SH.MH. Anggota Komisi III / F-P Hanura Tim kunjungan kerja Komisi III DPR RI didampingi oleh Staf dari Sekretariat Komisi III DPR RI, Penghubung dari Kepolisian, Penghubung dari Kejaksaan Agung, Penghubung dari Kementerian Hukum dan HAM, dan Penghubung dari Mahkamah Agung.

Transcript of DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - dpr.go.id · dan binaan kepada para warga binaan, antara lain kerajinan...

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

--------------------------------------------

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI III DPR-RI KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PADA MASA RESES PERSIDANGAN IV TAHUN SIDANG 2011-2012

--------------------------------------------------------------------------------------------

I. PENDAHULUAN

A. Dasar Kunjungan Kerja Berdasarkan Keputusan Pimpinan DPR-RI No.107/PIPM/II/2009-2010 tanggal 18 Februari 2010 Tentang Penugasan anggota Komisi I s/d Komisi XI, Baleg, Badan Anggaran dan BAKN DPR RI untuk melakukan kunjungan kerja.

B. Ruang Lingkup

Sasaran Kunjungan Kerja meliputi bidang-bidang yang termasuk dalam ruang lingkup

tugas Komisi III DPR RI, yaitu Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Perundang-

undangan, Keamanan, serta kebutuhan anggaran mitra kerja Komisi III untuk Tahun

Anggaran 2013.

C. Susunan Tim

1. H.M. Nasir Djamil Ketua Tim/Pimpinan Komisi III/F-PKS

2. Edi Ramli Sitanggang, SH. Anggota Komisi III / F-PD

3. Ruhut Poltak Sitompul, SH. Anggota Komisi III / F-PD

4. Drs. Edy Sadeli, SH. Anggota Komisi III / F-PD

5. Hj. Himmatul Alyah Setiawaty,SH.MH. Anggota Komisi III / F-PD

6. Didi Irawadi Samsudin, SH.LLm. Anggota Komisi III / F-PD

7. Drs. Setya Novanto Anggota Komisi III / F-PG

8. Dodi Reza Alex Noerdin Lic Econ, MBA. Anggota Komisi III / F-PG

9. Herman Hery Anggota Komisi III / F-PDIP

10. H. Aboe Bakar Al-Habsy, SE. Anggota Komisi III / F-PKS

11. Yahdil Abdi Harahap, SH.MH. Anggota Komisi III / F-PAN

12. Ahmad Yani, SH.MH. Anggota Komisi III / F-PPP

13. Drs. H. Otong Abdurahman Anggota Komisi III / F-PKB

14. H. Sarifuddin Sudding, SH.MH. Anggota Komisi III / F-P Hanura

Tim kunjungan kerja Komisi III DPR RI didampingi oleh Staf dari Sekretariat Komisi III

DPR RI, Penghubung dari Kepolisian, Penghubung dari Kejaksaan Agung, Penghubung

dari Kementerian Hukum dan HAM, dan Penghubung dari Mahkamah Agung.

-2-

D. Pelaksanaan Kunjungan Kerja

Kunjungan Kerja dilaksanakan selama 4 (empat) hari, yaitu dari tanggal 17 Juli 2012 sampai dengan 20 Juli 2012.

E. Objek Kunjungan Kerja

Tim Komisi III DPR RI dalam Kunjungan Kerja di Provinsi Kepulauan Riau melakukan serangkaian agenda kegiatan sebagai

berikut:

1. Pertemuan dengan Gubernur beserta jajarannya dan para Muspida Provinsi

Kepulauan Riau,

2. Pertemuan dengan Kapolda Kepulauan Riau beserta jajarannya

3. Pertemuan dengan Kepala Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau beserta jajarannya

4. Pertemuan dengan Ketua Pengadilan Tinggi, Ketua Pengadilan Tinggi Agama,

Ketua Pengadilan Tinggi Militer dan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Provinsi

Kepulauan Riau.

5. Pertemuan dengan Kakanwil Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Kepulauan

Riau beserta jajarannya.

6. Peninjauan lapangan ke Lapas Klas II Tanjungpinang dan Rumah Pusat Detensi

Imigrasi Tanjungpinang.

II. HASIL KUNJUNGAN KERJA

PERTEMUAN DENGAN GUBERNUR PROVINSI KEPULAUAN RIAU BESERTA PARA

MUSPIDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU.

Provinsi Kepulauan Riau adalah provinsi baru di Indonesia dengan ibu kota Provinsi

yaitu Tanjung Pinang, yang merupakan hasil pemekaran dari Provinsi Riau.

Penyelenggaraan pemerintahan provinsi kepulauan Riau secara resmi pada tanggal 1 Juli

200.

Secara keseluruhan awalnya Wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 4 Kabupaten dan 2

Kota, yaitu mencakup Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna,

Kabupaten Lingga,Kota Tanjungpinang, dan Kota Batam, serta terdiri dari 59 Kecamatan,

133 Kelurahan dan 218 Desa, dengan jumlah 2.408 pulau besar dan kecil dimana 30%

belum bernama dan berpenduduk. Pada tahun 2008 Provinsi Kepulauan Riau bertambah

1 kabupaten yaitu Kabupaten Kepulauan Anambas, sebagai kabupaten termuda sehingga

Provinsi Kepulauan Riau sekarang memiliki 5 (lima) kabupaten dan 2 (dua) kota. Adapun

luas wilayah Provinsi Kepulauan Riau sebesar 251.810 Km2, di mana luas lautannya

yaitu sebesar 241.215 km² (96%) dan luas daratan hanya sebesar 10.595 km² (4%).

Provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja di sebelah Utara;

Malaysia dan Provinsi Kalimantan Barat di Timur; Provinsi Bangka Belitung dan Jambi di

Selatan; Singapura, Malaysia, dan Provinsi Riau di sebelah Barat.

Selama periode 2008-2012 perekonomian Provinsi Kepulauan Riau setiap tahun

mengalami kenaikan dan selalu berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Ini

mengisyaratkan bahwa perkembangan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau lebih pesat

dari pada rata-rata nasional. PDRB AHB Provinsi Kepulauan Riau meningkat cukup

signifikan.

Pertumbuhan ekonomi masyarakat yang cukup pesat, ternyata berdampak juga terhadap

peningkatan tindak kriminal di masyarakat. Dalam pertemuan dibicarakan mengenai

-3-

beberapa hal terkait permasalahan yang sering terjadi di Provinsi Kepulauan Riau,

antara lain :

a. Perihal Permasalahan maraknya “Pelabuhan Tikus” di

Wilayah Kepulauan Riau

Provinsi Kepulauan Riau, sebagai negara kepulauan yang terdiri dari 96% wilayah

laut, serta wilayah NKRI yang berbatasan langsung dengan negara-negara lain,

menjadi suatu wilayah yang rentang dengan masuknya kejahatan-kejahatan

transnasional (Trans national Crime) melalui wilayah perairan laut. Pelabuhan-

pelabuhan tikus sering digunakan untuk melakukan tindakan-tindakan kriminal, baik

itu perdagangan orang (Trafficking), perdagangan narkoba, penyelundupan barang

(illegal trading), dan kejahatan-kejahatan transnasional lainnya.

b. Permasalahan Pengamanan Perbatasan

Pintu masuk-keluar perbatasan secara nyata tidak ada karena perbatasan antara

wilayah Kepulauan Riau dengan negara luar adalah perbatasan laut. Pintu masuk-

keluar ke dan dari Kepulauan Riau ke negara luar menggunakan sarana pelabuhan dan

bandara. Adapun yang menjadi Kendala dari Aspek peraturan perundang-undangan

yaitu masih belum jelas batas ranah keamanan dan ranah pertahanan di perbatasan

laut sehingga terkadang menjadi dilematis bagi petugas keamanan di lapangan.

Upaya dalam mengatasi permasalahan ini dengan memanfaatkan Badan kordinasi

kemanan laut sebagai forum untuk menyamakan arah dan pandangan sehingga

terjadinya ekses-ekses di lapangan dapat dieleminir sekecil mungkin. Faktor

pengamanan dan personil serta dukungan keamanan di wilayah perbatasan

merupakan salah satu perhatian anggota Komisi III dalam Kunjungan Kerja Ke

Provinsi Kepulauan Riau pada MS. IV tahun 2011-2012.

c. Hal-hal lain yang disampaikan di dalam pertemuan adalah terkait telah

disahkannnya oleh DPR RI RUU Sistem Peradilan Pidana Anak menjadi Undang-

undang, sehingga diharapkan peran serta Pemda dalam pelaksanaan UU tersebut

termasuk upaya penyediaan lahan bagi pembentukan Peradilan khusus anak.

PENINJAUAN KE LEMBAGA PERMASYARAKATAN KLAS IIA TANJUNGPINANG SERTA

PERTEMUAN DENGAN KEPALA KANTOR WILAYAH HUKUM DAN HAM BESERTA

JAJARANNYA DI RUMAH DETENSI IMIGRASI PUSAT TANJUNGPINANG

Dalam agenda kunjungan kerja Komisi III DPR RI di Provinsi Kepulauan Riau selain

melakukan pertemuan dengan mitra Komisi III, dijadwalkan juga untuk melakukan

peninjauan lokasi keLembaga Pemasyarakatan Kelas II A Tanjungpinang dan Rumah

Detensi Imigrasi Pusat Tanjungpinang.

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Tanjungpinang

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Tanjungpinang mulai beroperasi pada 15 Juli 2005

yang berlokasi di Jalan DR. Sahardjo SH. Km 18 Bintan. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II

A Tanjungpinangmemiliki luas bangunan 20.358 m2 di atas lahan seluas175.044 M2

dengan dengan fasilitas antara lain : 7 Blok Hunian, Poliklinik, Masjid, Gereja, Vihara,

Lapangan Olahraga, Bengkel Kerja, Aula, Dapur serta fasilitas lainnya. Selain itu ruang

besukan narapidana dibuat terpisah dengan pengunjung dan selalu diawasi petugas agar

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Setiap keluarga Warga Binaan

Pemasyarakatan (WBP) yang ingin membesuk keluarganya yang berada di Lapas tidak

-4-

dikenakan biaya apapun, dan harus selalu diperiksa seluruh barang bawaannya guna

menghindari masuknya barang-barang terlarang kedalam Lapas, untuk menghindari

pungutan liar kepada para pembesuk,

Kapasitas ideal Lapas Kelas II A Tanjungpinang adalah 411 Orang, dan saat dilakukan

peninjauan jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan per 14 Juli 2012 adalah 343 orang

(312 orang pria dan 11 orang wanita), sehingga tidak terjadi over kapasitas.

Adapun rincian kasus WBP sebagai berikut :

1. Pidana Umum : 159 orang

2. Pidana Khusus : 184 orang

a. Narkotika : 157 orang (termasuk narapidana

asing asal Singapura 2

orang dan Malaysia 4 orang)

b. Korupsi : 10 orang

c. Illegal Loging : 3 orang

d. Illegal Fishing : 14 orang (merupakan warga asal

Thailand 8 orang dan

Vietnam 6 orang)

e. Traficking : 2 orang

Pihak Lapas Kelas II A Tanjungpinangdalam menjalankan tugasnya memberikan

pendidikan dan binaan kepada seluruh warga binaan. Berbagai macam kegiatan kerja

Warga Binaan di Lapas Kelas II A Tanjungpinang, dalam rangka memberikan pendidikan

dan binaan kepada para warga binaan, antara lain kerajinan pembuatan miniatur perahu

pinisi, kerajinan membuat pot bunga, peternakan ikan lele, kerajinan sulaman oleh

Warga Binaan Wanita, kerajinan Aksesoris, dan kegiatan-kegiatan positif lainnya.

Lapas Kelas II A Tanjungpinang menyadari bahwa sebuah lembaga pemasyarakatan

sangat rentan dengan peredaran narkoba di dalamnya, oleh karena itu untuk mencegah

dan menanggulangi peredaran narkoba di dalam Lapas, pihak Lapas mengambil

beberapa langkah kebijakan, sebagai berikut :

a. Melakukan penggeladahan secara manual baik rutin maupun insidentil dalam rangka

pemberantasan narkoba dan penggunaan handphone serta pemberantasan

KKN/pungli.

b. Bekerjasama dengan Pemda Bintan , Kepolisian Resort Bintan, BNNK, Satgas Kanwil

Kumham, Kanwil Agama dan RSU Tanjungpinang.

Dalam laporan tertulis Ka Lapas Kelas II A Tanjungpinang menyampaikan kendala yang

ada di lapangan yaitu :

a. Masih kurangnya petugas dibandingkan dengan jumlah penghuni dan luasnya areal

lapas yang perlu diawasi.

b. Belum adanya alat deteksi narkoba dan

c. Belum adanya strap sel dan blok pengasingan.

Secara keseluruhan kondisi Lapas Klas II Tanjungkarang dinilai anggota Komisi III

sebagai lapas dengan nilai baik. Kondisi lapas yang bersih, ketersedianya berbagai

fasilitas, lingkungan yang tertata dan asri, jumlah warga binaan yang sesuai dengan

-5-

kapasitas lapas. Kondisi lapas seperti ini layak untuk mendapatkan penghargaan dan

dapat dijadikan contoh bagi lapas-lapas lain di Indonesia.

Pertemuan dengan Kepala Kantor Wilayah Hukum dan HAM Provinsi Kepulauan

Riau

Sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M-01.PR.07.10 Tahun

2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

RI pada Bab I Pasal 2 menyebutkan ”Kantor Wilayah mempunyai tugas melaksanakan

tugas pokok dan fungsi Hukum dan Hak Asasi Manusia RI dalam wilayah Propinsi

berdasarkan kebijakan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku”. Sedangkan tugas pokok Divisi Imigrasi diatur dalam

Pasal 28 yang berbunyi ” Divisi Imigrasi mempunyai tugas membantu Kepala Kantor

Wilayah dibidang Keimigrasian berdasarkan kebijakan teknis yang menyangkut

pembinaan, pengendalian, pengawasan teknis keimigrasian yang telah ditetapkan oleh

Direktur Jenderal Imigrasi.” Apabila dikaitkan dengan tugas pokok dan fungsi Kanwil

maka terdapat kendala yang mendasar yaitu dari segi faktor geografis dimana fungsi-

fungsi pengkoordinasian, pengawasan dan pembinaan kurang optimal.

Lembaga Pemasyarakatan

Upaya yang dilakukan oleh Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Kep.Riau dalam

mengatasi over kapasitas dengan cara :

a. Memindahkan narapidana ke Lapas dan Rutan yang masih penghuninya masih di

bawah kapasitas hunian.

b. Meningkatkan program pembinaan luar Lapas bagi warga binaan yang telah

memenuhi syarat substantif dan adminstratif dengan cara Pembebasan Bersyarat

(PB), Cuti Menjelang Bebas (CMB) dan Cuti Bersyarat (CB).

c. Mengusulkan narapidana Lanjut Usia, Narapidana Pengidap penyakit permanen dan

Anak Pidana berusia dibawah 18 tahun untuk mendapat permohonan Grasi dari

Bapak Presiden berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pemasyarakatan tanggal 20

Januari 2010 Nomor : PAS.PK.01.01.02-07 tentang Data Narapidana Lanjut Usia,

Narapidana Pengidap Penyakit Permanen dan Anak Pidana Berusia Dibawah 18

Tahun.

Bahwa dalam Lapas dan Rutan di seluruh wilayah Kanwil Hukum dan HAM Kepulauan

Riau tidak ada penggolongan/ pembedaan jenis tahanan, hanya penempatan tahanan

yang baru masuk tanpa kecuali ditempatkan di blok Admisi Orientasi (AO) yaitu masa

pengamatan, pengenalan dan penelitian lingkungan paling lama 1 (satu) bulan. Untuk

tahanan dewasa, anak dan orang sakit permanen dipisahkan. Selain itu, penempatan

tahanan wanita juga dalam blok tersendiri. Untuk tahanan khusus narkoba

penempatannya juga dipisahkan, hal tersebut untuk memudahkan pengawasan.

Penggolongan-penggolongan tersebut tidak berhubungan dengan adanya fasilitas

tertentu, tetapi hanya pemisahan kamar/ blok.

Adapun kondisi bangunan LP dan Rutan di Kepulauan Riau sebagai berikut :

a. Secara umum over kapasitas pada Lapas dan Rutan di Kepulauan Riau tidak terjadi.

Kapasitas untuk 2.425 orang dengan penghuni per 30 Juni 2012 dihuni sebanyak

2.229 orang. Terkecuali pada Rutan Klas IIB Tanjung Balai Karimun dan Rutan Klas

-6-

IIA Batam, namun karena hanya mengalami kelebihan sekitar 23 orang maka hal ini

tidak menimbulkan masalah.

b. Jumlah Lapas/Rutan 7 UPT terdiri dari :

3 UPT Lapas yaitu Lapas Klas IIA Tanjungpinang, Lapas Klas IIA Batam dan satu

Lapas dalam tahap penyelesaian yaitu Lapas Narkotika Tanjungpinang.

4 (empat) Rutan yaitu Rutan Klas I Tanjungpinang, Rutan Klas IIA Batam, T=Rutan

Klas IIB Tanjung Balai Karimun serta cabang Rutan Tanjungpinang di Dabo Singkep.

Perihal penananggulangan permasalahan peredaran narkoba di dalam lingkungan LP

dan Rutan yang ada di Provinsi Kepulauan Riau, maka pihak LP/ Rutan mengambil

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengetatan pemeriksaan pengunjung oleh P2U.

b. Penggeledahan secara rutin, dan juga dengan menggunakan anjing pelacak

bekerjasama dengan jajaran Polda/Polres setempat.

c. Koordinasi dengan BNN dan BNP untuk melakukan penggeledahan dan tes urine

baik kepada petugas, maupun kepada warga binaan.

d. Peningkatan kegiatan yang bersifat keagamaan bagi warga binaan

pemasyarakatan.

e. Peningkatan kegiatan pembinaan keterampilan.

Keimigrasiaan

Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan-kejahatan Transnasional (Trans national Crime) Kepulauan Riau sebagai salah satu wilayah NKRI yang berbatasan dengan negara-negara lain, sangat rentan dengan masuknya kejahatan-kejahatan trans nasional (Trans national Crime), seperti perdagangan orang (Trafficking), perdagangan narkoba, terorisme, kejahatan Cyber, dll. Oleh karena itu, Kantor Imigrasi yang bertugas menjaga garis depan dari wilayah NKRI, pada tempat-tempat pemeriksaan imigrasi yang ada di wilayah Kepulauan Riau, mengambil langkah-langkah untuk mengantisipasi dan menanggulangi masuknya kejahatan-kejahatan transnasional tersebut, dengan cara : a. Hal yang dilakukan secara kontinuitas yaitu melakukan koordinasi dengan

instansi terkait di tingkat daerah serta melakukan kerjasama regional untuk langkah-langkah pencegahan dan penanggulangannya.

b. Melakukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat tentang human trafficking. c. Mengikut sertakan staf dalam pelatihan seperti Rencana Aksi Nasional

Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak yang dilaksanakan ditingkat Daerah atau Pusat.

d. Menghadiri rapat dan mengikut sertakan pegawai dalam seminar-seminar yang dengan kejahatan trans nasional, kejahatan cyber, narkoba dan terorisme.

e. Melalui peraturan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor : F-IZ.03.10.801 Tahun 2006 tentang pelayanan paspor RI khususnya bagi anak yang berumur dibawah 16 (enambelas) dilakukan pengawasan secara ketat seperti : 1. Selain melengkapi persyaratan formal pemohon juga harus melampirkan

KTP, paspor , surat pernyataan kedua orangtua serta melampirkan paspor orang yang akan membawa anak tersebut.

2. Melakukan penelitian dalam rangka meyakinkan maksud dan tujuan permohonan.

3. Bila perlu menghadirkan orangtua dan anaknya serta orang yang akan membawa anak tersebut dan apabila tidak disertai oleh orangtuanya maka melakukan wawancara secara mendalam.

-7-

Perihal Permasalahan Penyelundupan Warga Negara Asing di Kepulauan Riau Wilayah provinsi kepulauan riau yang terdiri dari banyak pulau dan banyaknya pelabuhan tikus memberikan peluang terjadinya penyelendupan WNA yang masuk secara illegal. Selain itu, letak geografis provinsi Kepulauan Riau yang strategis karena berbatasan langsung dengan Malaysia dan Singapura menjadikan sebagai tempat yang rawan terjadinya penyelundupan warga Negara asing. Penindakan di bidang keimigrasian terhadap Warga Negara Asing yang masuk secara illegal ke Indonesia dan ditemukan keberadaannya di wilayah Kepulauan Riau, yaitu dilakukan pendetensian di Rumah Detensi Imigrasi Pusat Tanjungpinang. Sejak penangkapan para ilegal imigran selalu dilakukan koordinasi dengan pihak perwakilan UNHCR (United Nation High Commission on Refugees) dan IOM (International Organization on Migration) yang berada di Indonesia untuk dilakukan verifikasi atas status mereka. Keberadaan deteni (penghuni rumah detensi Imigrasi) dan bersifat sementara sampai para deteni di resettlement ke Negara penerima atau atas keinginan mereka sendiri sendiri dipulangkan ke Negara asal. Upaya pencegahan berupa peningkatan pemeriksaan terhadap arus penumpang alat angkut yang masuk melalui TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi), disamping itu meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait seperti : Angkatan Laut, KPLP dalam mengawasi pergerakan angkutan laut ditempat yang dicurigai (pelabuhan tikus) diperbatasan. Sesuai Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor. M-HH.11.OT.01.01 Tahun 2009 tanggal 3 September 2009 secara de jure Rumah Detensi Imigrasi Pusat Tanjungpinang telah ditetapkan dan sekaligus menutup Rumah Detensi Imigrasi yang berada di Batam. Gedung berikut dan fasilitas perkantortan `yang ada saat ini merupakan realisasi kerjasama pemerintah Indonesia dan IOM dalam rangka penanganan irregular immigrant yaitu dengan proyek yang diberinama “Management and Care of IrregularImmigrant’s Project” (MCIP).

PERTEMUAN DENGAN KEPOLISIAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Tugas pokok dan Fungsi Polda Kepulauan Riau terutama pada bidang pengamanan

perbatasan sesuai dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 (Undang-Undang Kepolisian

Negara RI) yaitu Kepolisian Republik Indonesia bertanggung jawab atas keamanan dalam

negeri bersama unsur-unsur keamanan lainnya bertugas mengamankan perbatasan,

pulau-pulau perbatasan termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Sebagai

kelanjutan dari pada tugas dan tanggung jawab dalam pengamanan perbatasan tersebut

Polda Kepulauan Riau telah mencanangkan sebagai prioritas program dan kebijakan pada

Rencana Strategi (Renstra) tahun 2010-2014 yaitu melaksanakan pengamanan pulau-

pulau perbatasan dengan lapis-lapis kekuatan dan kemampuan dengan menempatkan

Kepolisian Sektor (Polsek) dan Pos Polisi (Pospol) sebagai garis terdepan pelayanan

keamanan dan pelaksanan Polisi Masyarakat Perairan pulau dan pantai sehingga

diperoleh sinergitas antara Kepolisian RI dan masyarakat dalam kebersamaan

pengamanan pulau-pulau perbatasan termasuk pulau-pulau kecil terpencil.

-8-

Anggaran

Dari sisi anggaran, Kepolisian Daerah Kepulauan Riau menghadapi beberapa kendala

dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, antara lain:

1. Bidang Sumber Daya Manusia (SDM)

a. Belum terpenuhinya DSPPoldaKepri (DSPPolri 9.170, dan PNS 859, rill Polri

3.757/41 %, dan PNS 195/23 %) berdampak pada belum terwujudnya

kebijakan institusi Polda Cukup, Polres Besar dan Polsek Kuat.

b. Masih terbatasnya kekuatan serta kemampuan personel Intelkam PoldaKepri

dalam memantau pulau terkecil dan terluar terutama pulau-pulau yang

berpenduduk.

2. Bidang Sarpras

a. Masih kurangnya berbagai sarana prasarana pendukung tugas Polri. Antara lain

pendukung transportasi darat dan laut, alat komunikasi dan perangkat IT yang

sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan jaman.

b. Hingga saat ini Polda Kepri belum memiliki rumah sakit serta masih sangat

terbatasnya ketersediaan rumah dinas baik untuk perwira, brigadir dan pns

Polri.

3. Bidang Anggaran

Anggaran yang teralokasi belum mendekati kebutuhan ideal terutama alokasi

dukungan anggran program lidik sidik tindak pidana yang kurang sesuai dengan

jumlah kasus yang harus ditangani.

Dalam menghadapi berbagai kendala anggaran tersebut, Kepolisian Daerah Kepulauan

Riau mengambil langkah-langkah solusi, sebagai berikut:

1. Mengajukan kembali usulan pengadaan peralatan khusus: audio video surveilance,

celebrite mobile dat secure, mobil lidik tindak pidana narkoba, alat pengolah data.

2. Berupaya untuk memeproleh dukungan anggaran dalam pembangunan sejumlah

Polsek di kecamatan-kecamatan yang berbatasan langsung dengan negara tetangga

(Singapura, Malaysia, Vietnam dan Kamboja).

3. Mengoptimalkan pelatihan dalam upaya meningkatkan kualitas SDMPolda Kepri di

bidang operasional maupun di bidang pembinaan.

Pengawasan

Secara keseluruhan pada tahun2012jumlah tindak pidana di wilayah hukum Polda Kepri

berjumlah 609 kasus dengan perincian sebagai berikut :

1. Curat 127 kasus diselesaikan 57 kasus (45%)

2. Curanmor 224 kasus diselesaikan 35 kasus (16%)

3. Curas 89 kasus diselesaikan 25 kasus (28%)

4. Anirat 25 kasus diselesaikan 10 kasus (40%)

5. Kebakaran 15 kasus diselesaikan 3 kasus (20%)

6. Pembunuhan 3 kasus diselesaikan 5 kasus (167%)

7. Perkosaan 8 kasus diselesaikan 4 kasus (50%)

8. Penadahan 6 kasus diselesaikan 8 kasus (133%)

9. Narkoba 112 kasus diselesaikan 107 kasus (95%)

Sedangkan kejahatan yang menonjol (Crime Indeks) meliputi : curat 127 kasus

diselesaikan 57 kasus (45%), curanmor 224 kasus diselesaikan 35 kasus (16%) dan

kasus narkoba 112 kasus diselesaikan 107 kasus (95%).

-9-

Faktor penyebab terjadinya kejahatan antara lain :

1. Terbatasnya lapangan pekerjaan yang berdampak pada tingginya angka

pengangguran, sehingga mendorong seseorang untuk mengambil jalan pintas dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan cara melakukan tindak kejahatan berupa

pencurian (curat, curas, curanmor), dan premanisme/ pemerasan.

2. Letak geografis Provinsi Kepri yang terdiri dari pulau-pulau menjadi primadona dalam

peredaran gelap narkoba, people smuggling/ human trafficking, perompakan dan

kejahatan lainnya dibidang ekonomi.

Adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh Polda Kepulauan Riau dalam melakukan

penanggulangan kejahatan yang terjadi di wilayah Kepulauan Riau, yaitu dengan

mengembangkan jaringan informasi dalam rangka deteksi dini, menyelenggarakan

tindakan preventif, pre-emtif serta penegakkan hukum secara proposional dan

profesional, mengajak peran serta/ partisipasi masyarakat dalam pemecahan masalah

Kamtibmas terkait kejahatan konvensional dalam penyelenggaraan Polisi Masyarakat,

membina dan memberdayakan kring serse guna, mengoptimalkan koordinasi dengan

Instansi terkait, Pemda dan aparat keamanan lainnya dalam pencegahan dan

penanggulangan kejahatan yang terjadi, Menjalin hubungan dan kerjasama keamanan

regional dengan negara tetangga dalam rangka menanggulangi kejahatan transnasional,

serta melakukan tindakan hukum secara tegas, proposional, profesional atas peristiwa

kejahatan yang terjadi.

Kendala Polda Kep.Riau dalam pelaksanaan tugas sebagai pelindung, penjaga keamanan

dan ketertiban masyarakat meliputi :

1. Terbatasnya jumlah personel dalam melakukan deteksi dini dan penggalangan

sehingga dapat menghambat dalam mengantisipasi gejolak sosial yang akan timbul,

salah satu penyebabnya dikarenakan belum adanya dukungan anggaran yang

memadai dalam membangun jaringan intelijen

2. Masih rendahnya kesadaran hukum masyarakat terutama dibidang lalu lintas jalan,

hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas

serta adanya keengganan dari masyarakat untuk menjadi saksi dan melaporkan

peristiwa yang didengar, dilihat maupun dialami .

3. Sarana dan prasarana yang belum memadai akan memperlambat pada pelaksanaan

tugas kepolisian: Babinkamtibmas yang ditempatkan di setiap desa belum memiliki

sarana transportasi dan komunikasi serta belum didukung oleh anggaran untuk

sarana kontak dengan masyarakat.

4. Belum terpenuhinya alat penyadapan, alat transportasi air/kapal dan BBMyang cukup

untuk melakukan patroli perairan dalam rangka mencegah terjadinya tindak pidana di

perairan Selat Malaka. Jumlah rill kapal saat ini 9 unit, yang seharusnya dipenuhi.

5. Kondisi geografis wilayah hukum Polda Kepri yang terdiri dari pulau-pulau dan

berbatasan dengan negara tetangga serta penyebaran penduduk yang tidak merata

dapat menghambat dalam memberikan pelayanan, perlindungan dan pengayoman

kepada masyarakat.

6. Terbatasnya anggaran pendidikan dan latihan dalam rangka peningkatan SDM Polda

Kepri.

Data perkara Tindak Pidana Korupsi

-10-

Tindak pidana korupsi yang ditangani oleh Polda Kepri dalam periode 2011-2012

(semester I 2012) sejumlah : 6 perkara, dengan jumlah tersangka 12 orang dan total

kerugian negara sebesar Rp. 4.552.000.000,-

Dengan perincian data perkara sebagaimana tersebut dibawah ini:

- Penggunaan dana hibah yang tidak sesuai dengan proposal sebesar Rp 360.000.000,-

- Penggelapan dana kantor pos ranai Kab.Natuna, Mark up dana pinjaman masyarakat,

Bansos fiktif sebesar Rp 3.598.000.000,-

- Mark up dana pinjaman masyarakat sebesar Rp 568.000.000,-

Kendala dan hambatan dalam melakukan pemberantasan Tindak Pidana Korupsi antara lain: 1. Letak geografis Provinsi Kepri yang terdiri dari pulau-pulau membutuhkan biaya

besar dan waktu yang lama dalam proses penyelidikan/penyidikan sedangkan

anggaran untuk satu perkara hanya berkisar Rp. 12.000.000,-.

2. Terbatasnya sarana prasarana untuk penyelidikan/ penyidikan tipikor seperti belum

tersedianya alat penyadap/ intercept.

3. Kemampuan penyidik dalam mengungkap kasus korupsi masih terbatas.

4. Rendahnya kepedulian masyarakat untuk melaporkan kepada pihak yang berwenang

berkaitan dengan tipikor.

Permasalahan bentrok massa antara kelompok Basri dan kelompok Tony di hotel

Planet Holiday kota Batam

1. Terjadinya bentrok 2 kelompok massa berawal dari adanya sengketa lahan seluas 3,7

ha yang berlokasi di Batu Ampar Batam, antara PT. Hyundai Metal Indonesia dengan

PT. Lordway Acomodation Engineering, pada tanggal 14 Juni 2012, putusan

Pengadilan Negeri Batam telah memenangkan PT. Lordway Acomodation Engineering

dalam kasus sengketa lahan dimaksud.

2. Berdasarkan atas keputusan pengadilan negeri batam tersebut, kelompok massa dari

PT. Lordway Acomodation Engineering mendatangi lokasi lahan yang yang telah

dikuasai oleh kelompok Tony sehingga terjadi perdebatan dan dapat dicegah oleh 15

orang anggota Polsek Batu Ampar.

3. Kelompok Tony yang berjumlah lebih kurang 40 orang meninggalkan lokasi menuju

Hotel Planet karena sudah mengetahui bahwa pemenang sengketa perdata tanah

adalah dari PT. Lordway Acomodation Engineering yang merupakan pemilik hotel

Planet Holiday sehingga terjadi pengrusakan terhadap lobi hotel, pos sekuriti dan

kaca ATM BNI.

4. Atas kejadian pengrusakan terhadap hotel dimaksud, kelompok basri berjumlah lebih

kurang 30 orang dengan senjata tajam dan batu melakukan penyerangan terhadap

kelompok Tony sehingga mengakibatkan jatuhnya 1 (satu) korban meninggal dunia, 2

(dua) luka berat dan 8 (delapan) luka ringan.

Langkah-langkah penanganan yang dilakukan Polda adalah dengan :

a) Melakukan pengamanan lokasi kerusuhan (hotel planet holiday) serta pengamanan

yang merupakan basis etnis Batak dan NTT.

b) Melakukan patroli di lokasi lain, dan mengamankan 28 orang dari kelompok Basri cs

dan 4 (empat) orang dari kelompok Tony cs ke Mapolresta guna dimintai keterangan.

Dari lokasi diperoleh juga barang bukti yang digunakan pada saat kejadian antara lain:

kayu broti, 3 buah busur kayu, 3 buah busur bambu, 3 bilah parang, 6 buah tameng

-11-

kayu, 42 busur anak panah ujung runcing, 5 buah anak panah ujung pipih, palang

tanda parkir, pentungan, 3 buah tombak dan 2 buah tongkat baseball.

c) Melakukan pertemuan dengan Walikota Batam,Ketua DPRDKota Batam, Kapolresta

Barelang, Dandim 0316 Batam, dan seluruh ormas kota Batam, guna membahas

langkah-langkah antisipasi supaya peristiwa tersebut tidak meluas.

d) Dari pertemuan tersebut, menghasilkan kesepakatan yang berisi:

1. Bahwa kejadian tersebut bukan merupakan perselisihan antar etnis/ suku akan

tetapi murni bentrokan antara kelompok massa.

2. Bahwa kami prihatin dan sangat menyesal atas terjadinya peristiwa tersebut.

3. Bahwa kejadian tersebut murni dilatarbelakangi oleh kepentingan hukum antara

PT. Hyundai Metal Indonesia dengan PT. Lordway Engineering.

4. Bahwa demi terwujudnya situasi dan kondisi kotaBatam yang aman dan kondusif,

dihimbau kepada seluruh masyarakat kota Batam agar tidak

terpengaruh/terprovokasi dan mempercayai isu – isu yang berkembang bahwa di

Batam telah terjadi konflik antar etnis/suku.

5. Bahwa masyarakat Batam adalah masyarakat yang heterogen saling menghargai

antara satu dengan yang lain dan dapat bekerja sama dalam hidup berbangsa dan

bernegara.

Permasalahan unjuk rasa anarkis yang dilakukan oleh buruh yang tergabung dalam serikat pekerja DPCSPLEM,SPSI, FSPMI dan KBSI di Kantor Walikota Batam Kejadian tersebut dilatarbelakangi kejadian :

Adanya tuntutan para buruh untuk segera mensahkan Raperda Naker dan Kenaikan UMK

tahun 2012 kenaikan upah minimum yang semula sebesar Rp 1.302.992,- dinaikkan

menjadi Rp 1.760.400,-. Akan tetapi setelah dilakukan pertemuan dengan Walikota belum

memperoleh kesepakatan sehingga para pengunjuk rasa merasa keinginannya tidak

terakomidir. Sehingga massa mulai melakukan tindakan pengrusakan.

Upaya yang dilakukan Polda untuk mengatasi kondisi tersebut adalah dengan

menurunkan personel Polda Kepri dan Brimob dan segera mengamankan lokasi serta

melakukan pengolahan TKP.Dari TKP diamankan 27 (dua puluh tujuh) orang untuk

dilakukan pemeriksaan terkait kerusuhan tersebut.

Melakukan pengamanan secara tertutup oleh personel intelijen, yang difokuskan untuk

melakukan penggalangan terhadap buruh melalui Serikat Pekerja Metal Indonesia (SPMI),

Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI), Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) untuk

mencegah tindakan lebih anarkis; serta mengoptimalkan peran personel direktorat

binmas untuk melakukan kegiatan polmas dengan memediasi antara buruh, pengusaha

dan pemerintah

Perihal Permasalahan maraknya “Pelabuhan Tikus” di Wilayah Kepulauan Riau

Provinsi Kepulauan Riau, sebagai negara kepulauan yang terdiri dari 96% wilayah laut,

serta wilayah NKRI yang berbatasan langsung dengan negara-negara lain, menjadi suatu

wilayah yang rentang dengan masuknya kejahatan-kejahatan transnasional (Trans

National Crime) melalui wilayah perairan laut. Pelabuhan-pelabuhan tikus sering

digunakan untuk melakukan tindakan-tindakan kriminal, baik itu perdagangan orang

(Trafficking), perdagangan narkoba, penyelundupan barang (illegal trading), dan

kejahatan-kejahatan transnasional lainnya.

-12-

Permasalahan adanya oknum Polda Kepri yang melakukan perbuatan melawan

hukum

1. Data anggota Polri yang melakukan pelanggaran disiplin tahun 2012 Semester I

(Januari - Juli 2012) sebanyak 97 personel dengan penyelesaian melalui sidang

disiplin yang terbukti sebanyak 39 personel, sebanyak 58 personel masih dalam

proses menunggu sidang disiplin.

2. Data anggota Polri yang melakukan pelanggaran kode etik profesi Polri tahun 2012

Semester I (Januari - Juli 2012) sebanyak 5 personel dengan penyelesaian melalui

sidang kode etik yang terbukti sebanyak 1 personel dan masih dalam proses

menunggu sidang kode etik profesi sebanyak 4 personel.

3. Data anggota Polri yang melakukan tindak pidana tahun 2012 Semester I (Januari -

Juli 2012) sebanyak 5 personel dengan penanganan sudah dilimpahkan ke Dir

Reskrimum sebanyak 2 personel, Polres Lingga 2 personel (1 personel sudah P21

dan 1 personel masih dalam proses) dan Polres Natuna 1 personel masih dalam

proses penyidikan.

4. Data anggota Polri yang melakukan tindak pidana narkoba tahun 2012 Semester I

(Januari - Juli 2012) sebanyak 2 personel dengan penanganan sudah dilimpahkan ke

Sat Narkoba Polres Tanjungpinang sebanyak 2 personel dan masih dalam proses

penyidikan

PERTEMUAN DENGAN KEJAKSAAN TINGGI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Kejaksaan merupakan pintu terdepan masuknya perkara ke Pengadilan, untuk itu

dibutuhkan Jaksa yang berkualitas, profesional, ber- integritas moral yang tinggi :

Langkah-Langkah Kepala Kejaksaan Tinggi dalam peningkatan mutu, profesionalisme,

dan integritas moral para Jaksa di Kepulauan Riau :

1. Mengikutsertakan para Jaksa dalam Pendidikan dan Pelatihan Teknis yang diadakan

oleh PUSDIKLAT KEJAGUNG Republik Indonesia sesuai dengan bidang tugas masing–

masing.

2. Memberikan bimbingan teknis yuridis penanganan perkara secara berkala setidak-

tidaknya 1 kali dalam satu bulan dan setiap saat sesuai dengan kebutuhan.,

membentuk dinamika kelompok untuk membahas topik tertentu yang berkaitan

dengan penanganan perkara, selalu menekankan para Jaksa untuk mentaati SOP yang

sudah diterapkan dalam penanganan perkara, meningkatkan pengawasan terhadap

para Jaksa serta secara rutin 1 kali dalam satu bulan diadakan ceramah agama.

Terkait pengawasan internal :

Di lingkungan Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau selama kurun waktu tahun 2011 dan

tahun 2012, tidak ditemukan adanya oknum Jaksa yang melakukan perbuatan melawan

hukum maupun melakukan tindakan pelanggaran etik, namun terdapat 5 oknum Jaksa

yang melakukan pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil dan telah dikenakan sanksi

sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai

Negeri Sipil.

Perkara-perkara yang sedang ditangani Kejaksaan

Sejak Januari s/d Juni 2012 Kejaksaan sewilayah Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau telah

melakukan penuntutan sebanyak 556 perkara yang menonjol secara secara kuantitas

perkara pencurian sebanyak 174 perkara, narkotika 139 perkara,

-13-

Perbandingan perkara masuk dan diselesaikan yang ditangani Kejaksaan Tinggi

Kepulauan Riau termasuk Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri Se Kejaksaan

Tinggi Kepulauan Riau Periode Januari s/d Juni 2012 adalah sebagai berikut :

- Surat Pemberitahuan

Dimulainya Penyidikan (SPDP) : 826

- Ditindaklanjuti dengan

pengiriman Berkas Perkara Tahap I : 783

- Berkas Perkara yang

dikembalikan kepada Penyidik untuk

dilengkapi (P-18 / P-19) : 138

- Berkas Perkara

dinyatakan Lengkap (P-21) : 645

- Dilakukan penyerahan

Tahap II (Tersangka dan Barang Bukti) : 556

- Belum dilakukan

penyerahan Tahap II : 89

Sedangkan untuk perkara yang menonjol secara kualitas adalah :

a. Perkara Pembunuhan A.n Terdakwa AKBP Mindo Tampubolon, S.Ik

1. Perkara Pembunuhan berencana di dakwakan melanggar Psl 340 KUHP jo Psl 55 (1) KUHP A.n Terdakwa AKBP Mindo Tampubolon, S.Ik yang dituntut pidana penjara seumur hidup tapi diputus oleh Majelis Hakim PN Batam dengan membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan.

2. Terhadap perkara tersebut JPU telah menyatakan kasasi dan telah mengirimkan memori kasasi.

b. Perkara Pembunuhan Berencana An. Terdakwa Hendro Agus Prasetyo Als Aris

Bin Bambang Sugianto

1. Didakwa melanggar kesatu Psl 340 KUHP, kedua Psl 80 (3) UU RI No. 23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak dan ketiga Psl 365 (3) KUHP

2. Terbukti telah melanggar dakwaan kesatu, kedua, dan ketiga, dan dituntut dengan

pidana penjara seumur hidup;

3. Putusan PN TBK telah terbukti sesuai tuntutan JPU dan dijatuhi hukuman pidana

mati

4. Terhadap putusan PN TBK tersebut baik terdakwa maupun JPU menyatakan

Banding

c. Kasus Kerusuhan di Hotel Planet Holiday Batam

Kejaksaan Negeri Batam telah menerima beberapa SPDP yaitu :

1. An. Tony Fernando Pakpahan dari Polresta Barelang dengan Nomor : SPDP/ 75/

VI/ 2012/ Reskrim tertanggal 26 Juni 2012 disangka melanggar pasal 160 KUHP

atau 170 KUHP

2. An. James Simanjuntak Als Leo dari Polresta Barelang dengan Nomor : SPDP/ 74/

VI/ 2012/ Reskrim tertanggal 22 Juni 2012 2012 disangka melanggar pasal 160

KUHP atau 170 KUHP

3. An. Roy Purba, Dkk dengan Nomor : SPDP/ 70/ VI/ 2012/ Reskrim tertanggal 20

Juni 2012 2012 disangka melanggar pasal 160 KUHP atau 170 KUHP

-14-

4. An. Ibnun Abdul Rahim Ansyar Als Ibas, Dkk dengan Nomor : SPDP/ 77/ VI/ 2012/

Reskrim tertanggal 29 Juni 2012 pasal 170 KUHP atau pasal 351 KUHP.

Perkara Korupsi yang ditangani oleh Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau

Perkara Yang Sedang Ditangani Se Wilayah Hukum Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau

Adalah 39 Perkara Dengan Rincian :

1. 11 Perkara Tahap Penyidikan ;

2. 28 Perkara Tahap Penuntutan ;

Jumlah Kerugian Dari 39 Perkara tersebut mencapai:

1. Tahap Penyidikan Rp 20.396.879.223,-

2. Tahap Penuntutan Rp 14.305.039.368,-

3. Total Kerugian Negara Rp 34.701.918.591,-

Jumlah yang diselamatkan Rp 3.683.150.966,- dengan perincian tahap penyidikan

Rp1.881.118.556, dan tahap penuntutan Rp 1.802.032.410,-

Dari 11 perkara dalam tahap penyidikan dan 28 dalam tahap penuntutan, dapat dirinci

sebagai berikut :

a. 6 Perkara yang terjadi di wilayah hukum Kejari Tanjungpinang;

b. 7 Perkara yang terjadi di wilayah hukum Kejari Batam;

c. 4 Perkara yang terjadi di wilayah hukum Kejari Tanjung Balai Karimun (termasuk dari

Cabang Kejaksaan Negeri Tanjung Batu);

d. 7 Perkara yang terjadi di wilayah hukum Kejari Daik Lingga;

e. 15 Perkara yang terjadi di wilayah hukum Kejari Ranai;

Hambatan Dalam Pelaksanaan Tugas Dan Fungsi Kejaksaan

Bahwa dalam pelaksanaan tugas penuntutan di Wilayah Hukum Kejaksaan Tinggi

Kepulauan Riau terdapat beberapa hambatan, antara lain :

1. Tidak adanya Rumah Tahanan Negara di Wilayah Hukum Ranai sehingga

mengakibatkan Kejaksaan Negeri Ranai kesulitan melakukan penahanan tersangka

khususnya penahanan terhadap tersangka setelah diserahkan oleh Penyidik ke Jaksa

Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Ranai (Tahap II) sehingga penahanan tersangka

dititipkan di Kantor Polres Natuna.

2. Tidak adanya Pengadilan di Dabo Singkep meskipun sebenarnya telah disediakan

tempat sidang di Dabo Singkep namun Hakim yang menyidangkan perkara tidak

bersedia datang atau hadir ke Dabo Singkep dengan alasan jarak tempuh yang jauh

sehingga persidangan dilakukan di Tanjungpinang yang berakibat menyulitkan Jaksa

Penuntut Umum dalam menghadirkan saksi-saksi di persidangan.

3. Tidak tersedianya RUPBASAN di seluruh Wilayah Hukum masing-masing Kejaksaan

Negeri kecuali pada Kejaksaan Negeri Tanjungpinang dan Kejaksaan Negeri Batam

(letak RUBASAN di luar pulau) sehingga menyebabkan penyimpanan dan

pemeliharaan terhadap barang bukti tidak bisa dilakukan secara maksimal karena

terbatasnya ruang barang bukti di Kejaksaan Negeri, terutama terhadap barang bukti

yang jumlahnya banyak.

PERTEMUAN PENGADILAN TINGGI PEKANBARU DAN PENGADILAN TINGGI AGAMA PEKANBARU.

-15-

Pengadilan Tinggi Pekanbaru

Pada Provinsi Kepulauan Riau belum terdapat Pengadilan Tinggi. Provinsi Kepulauan

Riau masih merupakan yurisdiksi dari Pengadilan Tinggi Pekanbaru.Pengadilan Tinggi

Pekanbaru terletak di ibukota propinsi Riau mempunyai wilayah hukum sepropinsi Riau

sebanyak 14 (empat belas) Pengadilan Negeri, yang terletak di Riau daratan sebanyak 10

(sepuluh) Pengadilan Negeri yaitu Pengadilan Negeri Pekanbaru, Pengadilan Negeri

Dumai, Pengadilan Negeri Bangkinang, Pengadilan Negeri Pelalawan, Pengadilan Negeri

Siak Sri Indrapura, Pengadilan Negeri Rokan Hilir, Pengadilan Negeri Tembilahan,

Pengadilan Negeri Rengat, Pengadilan Negeri Bengkalis, dan Pengadilan Negeri Pasir

Pangaraian. Sedangkan di Kepulauan Riau sebanyak 4 (empat) Pengadilan Negeri yaitu

Pengadilan Negeri Tanjung Pinang, Pengadilan Negeri Batam, Pengadilan Negeri Tanjung

Balai Karimun, dan Pengadilan Negeri Ranai.

Dalam pelaksanaan tugas dan wewenang di lingkungan Pengadilan Tinggi Pekanbaru

beserta jajarannya, program yang menjadi prioritas Tahun 2012 adalah melaksanakan

penyelesaian dan pengiriman berkas-berkas perkara tepat waktu, terutama bagi yang

terdakwanya ditahan sehingga tidak ada lagi keterlambatan dalam penyelesaian perkara

tersebut. Untuk terwujudnya masalah tersebut diatas, tentunya harus didukung oleh

tenaga-tenaga atau personil yang mempunyai Sumber Daya Manusia handal, serta

penambahan sarana dan prasarana yang memadai menurut ketentuan yang ada.

Adapun kendala-kendala yang dihadapi adalah Pengadilan Tinggi Pekanbaru dan

Pengadilan Negeri di Prov. Kepulaun Riau, sebagai berikut :

a. Karena Pengadilan Tinggi Pekanbaru juga membawahi Pengadilan –pengadilan Negeri

Kepulauan Riau yang letaknya di pulau-pulau, dimana transportasi kadang-kadang

bermasalah, sehingga dalam pengiriman berkas sering terlambat sampai di Pengadilan

Tinggi Pekanbaru atau di Pengadilan Negeri tersebut, terutama Pengadilan Ranai.

b. Kota Anambas masuk wilayah Pengadilan Negeri Ranai yang sebenarnya lebih dekat

ke Tanjung Pinang, sehingga masyarakatnya mengeluh dan meminta agar Anambas

masuk wilayah Pengadilan Negeri Tanjung Pinang, masalah ini telah disebutkan dalam

rapat Muspida Kepulauan Riau.

c. Hampir semua Pengadilan Negeri di wilayah hukum Pengadilan masih kekurangan

personil baik Pegawai maupun Hakim.

d. Sarana Informasi Teknologi (IT) pada Pengadilan Negeri di wilayah hukum Pengadilan

Tinggi Pekanbaru pada umumnya masih kurang, karena kurangnya sumber daya

manusia tenaga ahli bidang IT, dan juga disebabkan masih sulitnya jaringan internet

pada beberapa wilayah.

e. Pengadilan Negeri Ranai (Kabupaten Natuna) saat ini belum memiliki gedung kantor

sendiri ( masih menumpang di rumah Camat) yang kondisinya kurang layak sebagai

kantor.

Perkara-perkara yang menonjol di lingkungan Pengadilan Tinggi Pekanbaru

Adapun perkara-perkara yang menonjol di lingkungan Pengadilan Tinggi Pekanbaru

antara lain: Tindak Pidana Pabean, dimana letak pulau Batam yang berbatasan langsung

dengan Negara tetangga sangat rawan dengan penyelundupannya, Tindak Pidana

pelanggaran untuk Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja di luar negeri, Tindak

Pidana Perdagangan Anak / Traficking, Tindak Pidana terkait Perlindungan Anak, Tindak

-16-

Pidana Kekerasan dalam Rumah Tangga, Tindak Pidana Perikanan, Tindak Pidana

Narkotika, Tindak Pidana Asusila, dan Tindak Pidana Kecelakaan Lalu Lintas.

Pengadilan Tinggi Agama Pekanbaru

Pengadilan Tinggi Agama Pekanbaru selaku pengadilan tingkat banding di lingkungan

peradilan Agama dibentuk dengan Keputusan Menteri Agama RI. Nomor 207 Tahun 1986

tanggal 22 Juli 1986 dan diresmikan pada tanggal 5 Nopember 1987. Dengan demikian

Pengadilan Tinggi Agama Pekanbaru baru akan berusia 25 tahun pada bulan Nopember

2012 yang akan datang. Namun sebelum itu di provinsi Riau dan beberapa

kabupaten/kota di Kepulauan Riau telah ada pengadilan agama tingkat pertama yang

masih bernaung di bawah Pengadilan Tinggi Agama Padang.

Wilayah hukum Pengadilan Tinggi Agama Pekanbaru saat ini meliputi 2 (dua) provinsi,

yakni Provinsi Riau dengan 12 (dua belas) Kabupaten/Kota dan Provinsi Kepulauan Riau

dengan 7 (tujuh) Kabupaten/Kota. Dengan demikian Pengadilan Tinggi Agama Pekanbaru

mewilayahi 19 Kabupaten/ Kota dari dua provinsi tersebut di atas.

Pelaksanaan tugas pokok dan kewenangan

Sebagai suatu lembaga peradilan dalam lingkungan peradilan agama, maka tugas pokok

dan wewenang pengadilan agama adalah memeriksa, mengadili dan memutuskan serta

menyelesaikan perkara tertentu yang menjadi kewenangannya sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Perkara-perkara dimaksud sering disebut dengan perkara perdata agama, meliputi

persengketaan dalam rumah tangga yang masuk dalam hukum keluarga seperti

perceraian, harta bersama, pengasuhan anak, perwalian, pengesahan nikah (berdasarkan

Undang-undang perkawinan), perkara kewarisan, hibah, wasiat, wakaf, sadaqah dan

ekonomi syari’ah.

Jumlah perkara yang ditangani oleh 16 Pengadilan Agama tingkat pertama di wilayah

hukum Pengadilan Tinggi Agama Pekanbaru terus meningkat dari tahun ke tahun.

- Tahun 2010 = 9.191 buah perkara, meliputi :

a. Perkara cerai = 8.351 buah (90,86 %);

b. Perkara non cerai = 840 buah ( 9,14 % );

- Tahun 2011 = 9.778 buah perkara, meliputi :

a. Perkara cerai = 8.744 buah (89,42 %)

b. Perkara non cerai = 1.034 buah (10,58 %)

- Tahun 2012 = 5.743 buah perkara (Januari – Juni)

a. Perkara cerai = 5.152 buah (89,71 %)

b. Perkara non cerai = 591 buah (10,29 %)

Dari jumlah keseluruhan perkara yang masuk tersebut, yang paling menonjol adalah perkara perceraian, yakni : - Tahun 2010 = 8.351 buah (90,86 %), terdiri dari : 2.525 buah perkara cerai talak dan

5.826 buah perkara cerai gugat.

- Tahun 2011 = 8.744 buah (89,42 %) terdiri dari 2.641 buah perkara cerai talak

dan 6.103 buah perkara cerai gugat.

- Tahun 2012 (Januari s/d Juni) 5.152 buah perkara ( 89,71 %), terdiri dari cerai talak:

1.450 buah dan cerai gugat : 3.702 buah.

Adapun keadaan perkara banding yang ditangani Pengadilan Tinggi Agama Pekanbaru dalam 3 (tiga) tahun terakhir adalah sebagai berikut : a. Tahun 2010 :

- Sisa tahun lalu = 8 buah

-17-

- Diterima tahun 2010 = 74 buah

- Diputus tahun 2010 = 73 buah

- Sisa akhir tahun = 9 buah

b. Tahun 2011 :

- Sisa tahun lalu = 9 buah

- Diterima tahun 2011 = 80 buah

- Diputus tahun 2011 = 85 buah

- Sisa akhir tahun = 4 buah

c. Tahun 2012 ( Januari – Juni ):

- Sisa tahun lalu = 4 buah

- Diterima tahun 2012 = 60 buah

- Diputus tahun 2012 = 41 buah

- Sisa akhir Juni 2012 = 23 buah

Hambatan Yang Dihadapi

A. Di Bidang Pelaksanaan Tugas Pokok :

Pelaksanaan tugas pokok penyelesaian perkara oleh Pengadilan Agama tingkat

pertama masih menghadapi kendala-kendala yang menghambat kelancarannya. Di

antara kendala-kendala yang dihadapi yang paling menonjol adalah sebagai berikut :

1. Fasilitas gedung kantor yang sempit yang hanya memiliki 1 (satu) ruang sidang,

tanpa ruang mediasi sehingga pelaksanaan sidang terhambat, seperti PA Batam,

PA Tarempa, PA Dabo Singkep dan PA Natuna di Provinsi Kepulauan Riau.

2. Letak geografis wilayah hukum Pengadilan Agama di Kepulauan Riau dimana

harus menyewa boat khusus dan sering kali harus menginap sehingga

memerlukan biaya besar yang memberatkan pada pencari keadilan.

3. Pada beberapa Pengadilan Agama di Kepulauan Riau seperti PA Tarempa, PA

Natuna dan PA Dabo Singkep masih sangat kurang tenaga pegawai mulai dari

hakim, panitera/panitera pengganti serta pegawai administrasi.

B. Di bidang Pembinaan dan Pengawasan:

Pelaksanaan tugas pembinaan dan pengawasan ke Pengadilan Agama dilakukan oleh

Pengadilan Tinggi Agama sebagai kawal depan Mahkamah Agung. Untuk ini telah

ditetapkan Hakim Tinggi Pengawas Daerah. Namun kendala-kendala yang dihadapi

dalam hal pembinaan dan pengawasan yang paling menonjol adalah :

1. Kurangnya anggaran yang tersedia pada PTA Pekanbaru untuk melakukan

pembinaan ke Pengadilan Agama tingkat pertama. Padahal PA yang harus dibina

dan diawasi secara langsung mencapai 16 unit kerja dan jauh dari tempat

kedudukan PTA terutama yang ada di Provinsi Kepulauan Riau.

2. Tidak tersedianya dana yang memadai untuk peningkatan keterampilan para

hakim dan tenaga tehnis kepaniteraan. Padahal seharusnya setiap hakim dan

pejabat kepaniteraan serta tenaga sekretariatan mendapat pembekalan /

bimbingan tehnis setiap tahun.

C. Di Bidang Pelayanan Publik:

1. Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung terpenuhinya pelayanan

public yang prima, seperti gedung kantor pada beberapa PA belum memadai

sesuai dengan kebutuhan. Sehingga beberapa ruang yang dibutuhkan untuk

-18-

pelayanan public tidak tersedia, seperti ruang mediasi, ruang tunggu sidang,

ruang meja informasi dan pengaduan, ruang penerimaan perkara yang

representative.

2. Kurangnya tenaga pegawai pada beberapa PA, sehingga banyak pegawai

dikepaniteraan yang juga merangkap jabatan/pekerjaan di sekretariatan.

Akibatnya hasil kerja tidak dapat diselesaikan dengan segera.

D. Di Bidang Pembangunan Sarana dan Prasarana:

Sarana gedung kantor, rumah dinas dan prasarana lainnya untuk Pengadilan Agama

tingkat pertama masih jauh dari memadai sesuai dengan standar yang dibutuhkan.

Membangun gedung baru, rumah dinas ataupun sarana lainnya terkendala dengan

beberapa hal :

1. Sarana gedung kantor untuk beberapa PA di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau

yang belum memadai sesuai dengan kebutuhan.

2. PA Dabo Singkep hanya memiliki gedung kantor seluas 150 m2, PA Natuna hanya

memiliki gedung kantor seluas 400 m2 dan PA Tarempa hanya memiliki gedung

kantor seluas 250 m2 yang terletak di atas tanah wakaf mesjid.

3. Rumah dinas untuk Hakim Tinggi di PTA Pekanbaru baru tersedia sebanyak 3

(tiga) buah, padahal jumlah Hakim Tinggi yang ada sebanyak 20 orang sehingga

banyak para hakim tidak mendapat fasilitas rumah jabatan.

4. Rumah dinas untuk Pimpinan dan hakim di Pengadilan Agama tingkat pertama

juga belum memadai, sehingga banyak pimpinan dan hakim yang harus

menyewa sendiri rumah untuk tempat tinggalnya.

5. Kenderaan yang tersedia di Pengadilan Agama hanyalah kenderaan darat yakni

kenderaan bermotor roda empat dan roda dua. Padahal untuk wilayah

Kepulauan Riau, bagi PA seharusnya juga disediakan kenderaan air seperti speed

boat.

III. PENUTUP Demikian laporan kunjungan kerja Komisi III DPR RI yang dapat kami sampaikan dengan harapan dapat bermanfaat bagi semua pihak dan kepada yang membantu terselenggaranya Kunjungan Kerja ini kami ucapkan terima kasih. Hasil dari pertemuan dan kunjungan Kerja Komisi III DPR-RI, diperoleh berbagai masukan yang sangat penting bagi tugas Dewan yang nantinya akan dibicarakan lebih lanjut dengan pasangan kerja pada Masa Persidangan yang akan datang.

Jakarta, Agustus 2012

KETUA TIM KUNJUNGAN KERJA/

PIMPINAN KOMISI III DPR-RI

H.M. NASIR DJAMIL

-19-

KUNJUNGAN KERJA KOMISI III DPR RI KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU

-20-

-21-

-22-

-23-

-24-