kkn kk binaan

download kkn kk binaan

of 24

Transcript of kkn kk binaan

BAGIAN PERTAMA - HASIL PEMBINAAN KELUARGA

BAB ILATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN

1.1 Data Demografi Keluarga BinaanTabel 1. Susunan Keluarga I Wayan KusumaNo.NamaJenis KelaminStatusUmur(tahun)Tanggal lahirPendidikanPekerjaan

1I wayan KusumaLKepala Keluarga3801-07-1980Tamat SDBuruh Tani

2Ni Made Rita PIstri2901-07-1989Tamat SMPBuruh

3Ni Wayan Lendra LAnak KK141-04-2001SMPPelajar

4Ni Made SeriasihPAnak KK920-07-2006SDPelajar

Keluarga I Wayan Kusuma terdiri dari empat orang yaitu KK sendiri, istri KK I made Rita, dan 2 anak anak KK. Bapak I Wayan Kusuma merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya bernama I Made Sami, berjenis kelamin laki-laki, dan saat ini sudah menikah dan memiliki 2 orang anak. Sebagai kepala keluarga, segala keputusan bagi dirinya, istrinya, dan anaknya akan diputuskan olehnya. Seluruh anggota keluarga yang berada di dalam keluarga ini asli berasal dari desa Langgahan beragama Hindu

Tabel 2. Susunan Keluarga I Made SamiNo.NamaJenis KelaminStatusUmur(tahun)PendidikanPekerjaan

1I Made SamiLKepala Keluarga35Berhenti saat SDBuruh Tani

2I Wayan MitriPIstri34Tamat SDBuruh Tani

3I Wayan BurniatiPAnak KK15Berhenti saat SMPTidak bekerja

4I Kadek Rastika PAnak KK13SMP Kelas 3Tidak bekerja

5I Komang DadiLAnak KK8SD Kelas 4Tidak bekerja

6I Ketut RadityaLAnak KK4Belum sekolahTidak bekerja

Keluarga I Made Sami terdiri dari enam orang, yaitu KK sendiri, istri KK Wayan Mitri dan empat orang anaknya. Bapak I Made Sami merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya, I Wayan Kusuma tinggal satu pekarangan dengan KK, namun di bangunan yang terpisah. Sebagai kepala keluarga, segala keputusan bagi dirinya, istrinya, dan anaknya akan diputuskan olehnya. Seluruh anggota keluarga yang berada di dalam keluarga ini asli berasal dari desa Langgahan beragama Hindu.Tabel 3. Susunan Keluarga I Wayan aman

NoNamaJKUmurPendidikanPekerjaanKeterangan

1.Wayan Aman L38 TahunSMAPetani Kepala Keluarga

2.Ni Wayan DarmasiP31 TahunSMAPetaniIstri

Keluarga ini merupakan sebuah keluarga kecil yang terdiri dari KK beserta istri dan tidak memiliki anak. Bapak Wayan aman merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Adik -adiknyanya semuanya berkelamin laki dan sudah menikah. KK saat ini tinggal bersama dengan keluarga adiknya yang ketiga dan orang tuanya, hanya saja bangunan rumah yang mereka tempati terpisah satu sama lain. Sebagai kepala keluarga, segala keputusan bagi dirinya, istrinya, dan anaknya akan diputuskan olehnya. Seluruh anggota keluarga yang berada di dalam keluarga ini asli berasal dari desa Langgahan dan beragama Hindu.1.2 Status Sosial Ekonomi Keluarga Binaan

Keluarga I Wayan Kusuma

Keluarga Bapak I wayan Kusuma termasuk keluarga dengan ekonomi sederhana. Bapak I wayan Kusuma bekerja sebagai buruh tani di ladang milik orang. Pendapatan Bapak I wayan Kusuma tidak menentu setiap harinya iaitu kurang lebih Rp.60.000. Ibu Ni Wayan Riita bekerja sebagai buruh tani juga iaitu dengan pendapatan sehari kurang lebih Rp. 50.000 per hari. Jadi pendapatan keluarga bapak I Wayan Kusuma adalah dari bapak sama ibunya. Disamping tidak bekerja tambahan , bapak Wayan Kusuma juga ngades ternak sapi sebanyak dua ekor. Jadi hasil pendapatan keluarga bapak I Wayan Kusuma adalah kurang lebih Rp.3.300 000.Untuk keperluan makan sehari-hari, keluarga Bapak I wayan Kusuma menghabiskan uang sebesar Rp 50.000,00 yang digunakan untuk membeli bahan makanan yang akan dimasak untuk makan keluarga. Setiap bulan Bapak I wayan Kusuma perlu mengeluarkan biaya sebesar Rp 150.000,00 untuk membeli 15 kg beras. Selain biaya makan untuk dirinya dan sang istri, Bapak I wayan Kusuma juga harus mengeluarkan biaya untuk keperluan bulanannya seperti listrik, deterjen, sabun, dan rokok. Biaya yang harus dikeluarkan Bapak I wayan Kusuma untuk listrik adalah sebesar Rp 50.000,00 setiap bulan. Untuk kebutuhan lain, seperti deterjen, sabun mandi, sabun cuci, dan sebagainya, Bapak I wayan Kusuma menghabiskan biaya sebesar kurang lebih Rp 40.000,00. Selain itu juga keluarga ini memiliki pengeluaran untuk biaya sekolah kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMP dan SD, antara lain biaya SPP, alat tulis, seragam dan uang saku dengan rata-rata menghabiskan sebanyak Rp. 100.000,-. Bapak I wayan Kusuma juga adalah seorang perokok namun tidak terlalu berat, satu bungkus rokok yang seharga Rp. 13.000,- dihabiskan dalam waktu 2-3 hari. Dia juga butuhkan 2 liter bensin tiga hari sekali.Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa biaya yang harus dikeluarkan Bapak I wayan Kusuma untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya nyaris menghabiskan seluruh pendapatan keluarga. Belum lagi ditambah dengan iuran dari banjar dan juga sumber air sejumlah total Rp. 51.000, - setiap bulannya. Untuk biaya-biaya di bidang sosial biasanya keluarga ini tidak menganggarkan secara khusus pembiayaannya. Apabila terdapat pengeluaran tertentu di bidang sosial seperti iuran banjar, uang untuk warga yang memiliki duka (sakit, kematian, ngaben), uang untuk hadiah apabila terdapat warga yang punya hajatan, iuran untuk sumber air yang dimiliki desa, dan sebagainya biasanya disesuaikan. Jadi, apabila ada pengeluaran mendadak yang berkaitan dengan keperluan sosial maka semua biaya tersebut disesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga saat itu.Penataan bangunan dan halaman rumah keluarga Bapak I wayan Kusuma belum terlalu baik. Jumlah ruangan dalam rumah yang terlalu sedikit, yaitu hanya 2 buah kamar yang terdiri atas 1 buah kamar tidur dan 1 buah ruang keluarga serta satu tempat yang biasa digunakan untuk menerima tamu maupun tempat berkumpul keluarga. Keadaan kamar tidur di rumah keluarga ini tidak terlalu baik karena tidak tersedia ventilasi yang cukup memadai sehingga ruangan tidur terasa lembab dan gelap akibat kurangnya sinar matahari yang masuk, selain itu juga cuaca dingin dan lembab di Desa Langgahan juga turut andil.Rumah bapak Wayan Kusuma tidak memiliki kamar mandi.Keluarga I Made SamiBapak I Made Sami bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan yang tidak menetap. Dalam sebulan, Bapak I Made Sami dapat mengumpulkan pendapatan rata-rata sebesar Rp. 200.000,00 Rp. 300.000,00. Sekali mendapat pekerjaan Bapak I Made Sami mendapat upah sebesar Rp. 40.000, 00. Ibu I Wayan Mitri bekerja sebagai petani. Ia menggarap ladang milik orang lain, dengan upah harian Rp. 35.000,00. Setiap bulan, keluarga Bapak I Made Sami mendapatkan sumbangan beras miskin (raskin) sebesar 10 kg/bulan.. Keluarga ini tidak mengeluarkan biaya per bulan untuk membayar air dan listrik karena air dan listrik didapatkan dari sumbangan saudara yang tinggal satu pekarangan dengan dirinya. Sewaktu-waktu, Bapak Made aman juga membayar urunan desa, rata-rata sebesar Rp.100.000,00 setiap kali membayar. Keluarga ini tidak memiliki barang berharga seperti televisi, radio, sepeda motor, atau lahan perkebunan.

Keluarga I Wayan aman

Keluarga Bapak I Wayan Aman termasuk keluarga dengan ekonomi kurang. Bapak I Wayan Aman bekerja sebagai buruh tani. Bapak Wayan Aman Sami biasanya menunggu pekerjaan yang memerlukan jasanya seperti memotong bambu dan mengirim bambu ke daerah lain. Pendapatan Bapak I Wayan Aman tidak menentu setiap harinya karena hanya bergantung dari ada tidaknya yang memerlukan jasanya, untuk biaya kehidupan hariannya bergantung dari hasil pendapatannya dan Sang istri, Ni Wayan Damasi tidak dapat bekerja mencari nafkah untuk menambah penghasilan keluarga mengingat keterbatasan fisik Ni Wayan Damasi akibat patah tulang paha kanan yang dialami 5 tahun yang lalu. Setiap bulan, keluarga Bapak Wayan Aman aman mendapatkan sumbangan beras miskin (raskin) sebesar 10kg/bulan.Untuk keperluan makan sehari-hari, keluarga Wayan Aman i menghabiskan uang sebesar Rp 15.000,00 yang digunakan untuk membeli bahan makanan yang akan dimasak untuk makan keluarga. Selain biaya makan untuk dirinya, istri, Bapak I Wayan Aman juga harus mengeluarkan biaya untuk keperluan bulanannya seperti listrik, deterjen dan sabun. Biaya yang harus dikeluarkan Bapak I Wayan Aman untuk listrik adalah sebesar Rp 35.000,00 setiap bulan. Untuk kebutuhan lain, seperti deterjen, sabun mandi, sabun cuci, dan sebagainya, Bapak I Wayan Aman menghabiskan biaya sebesar kurang lebih Rp 35.000,00.Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa biaya yang harus dikeluarkan Bapak I Wayan Aman untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya hampir menghabiskan seluruh pendapatan keluarga. Belum lagi ditambah dengan iuran dari banjar dan juga sumber air sejumlah total Rp. 55.000,- setiap bulannya.Untuk biaya-biaya di bidang sosial biasanya keluarga ini tidak menganggarkan secara khusus pembiayaannya. Apabila terdapat pengeluaran tertentu di bidang sosial seperti iuran banjar, uang untuk warga yang memiliki duka (sakit, kematian, ngaben), uang untuk hadiah apabila terdapat warga yang punya hajatan, iuran untuk sumber air yang dimiliki desa, dan sebagainya biasanya disesuaikan. Jadi, apabila ada pengeluaran mendadak yang berkaitan dengan keperluan sosial maka semua biaya tersebut disesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga saat itu.

1.3. Rumusan Masalah Keluarga BinaanKeluarga I Wayan Kusuma

Masalah Perekonomian KeluargaBapak I wayan Kusuma memiliki kekhawatiran akan kehidupan keluarganya kelak karena pendapatannya yang tidak menentu dan kurang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya bersama sang istri. Bapak Wayan Kusuma tidak memiliki kerja tambahan untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Keluarga Bapak I wayan Kusuma masih sulit dalam menyisihkan uang mereka, mengingat kebutuhan sehari-hari yang semakin meningkat dan pendapatan yang tak menentu. Namun, kedua anak mereka yang masih bersekolah merupakan alasan utama mengapa dirasa perlu untuk memiliki tabungan mengingat kebutuhan pendidikan yang tidak dapat diduga dan semakin hari semakin meningkat. Masalah KesehatanBerdasarkan hasil penelusuran didapatkan bahwa dalam keluarga ini tidak sedang ditemukan masalah kesehatan yang sangat berarti seperti penyakit yang sangat berat maupun penyakit menahun lainnya. Dalam beberapa bulan terakhir ini anggota keluarga seringkali hanya mengalami penyakit pilek, batuk maupun demam biasa karena perubahan cuaca yang cukup beragam. Namun demikian penulis merasa terdapat masalah lain yang berpotensi mengganggu kesehatan Bapak I wayan Kusuma, yaitu kebiasaan merokok yang dimiliki Bapak I wayan Kusuma. Walaupun kebiasaaan merokok ini tidak digolongkan ke dalam kelompok yang sangat berat, namun kebiasaan bapak Wayan Kusuma yang gemar merokok dapat menggangu kesehatan paru-paru untuk bapak Wayan Kusuma sendiri dan untuk istri dan anak-anaknya. Disamping itu, rendahnya kesadaran keluarga bapak Wayan Kusuma akan pentingnya kebersihan kesehatan gigi dan mulut. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan keluarga bapak Wayan Kusuma yang tidak selalu menggosok giginya secara teratur 2 kali sehari. Disamping itu, mereka jarang menerapkan pola hidup sehat dengan mencuci tangan sebelum dan setelah makan dan setelah datang dari kerja .

Masalah Penataan BangunanPenataan bangunan dan halaman rumah keluarga Bapak I wayan Kusuma belum terlalu baik. Jumlah ruangan dalam rumah yang terlalu sedikit, yaitu hanya 2 buah kamar yang terdiri atas 1 buah kamar tidur dan 1 buah ruang keluarga serta satu tempat yang biasa digunakan untuk menerima tamu maupun tempat berkumpul keluarga. Keadaan kamar tidur di rumah keluarga ini tidak terlalu baik karena tidak tersedia ventilasi yang cukup memadai sehingga ruangan tidur terasa lembab dan gelap akibat kurangnya sinar matahari yang masuk, selain itu juga cuaca dingin dan lembab di Desa Langgahan juga turut andil.Rumah bapak Wayan Kusuma tidak memiliki kamar mandi. Jadi pada masa mandi anggota keluarganya ke pancoran terdekat dan untuk buang air besar maupun buang air kecil mereka akan ke pondok / kerabat terdekat.Terdapat pula bangunan dapur sederhana yang dindingnya terbuat dari kayu dan jalinan bambu dengan atap yang terbuat dari sebagian seng dan genteng. Di dalam dapur terdapat tempat untuk memasak yang terbuat dari tanah liat, untuk memasak dengan kayu bakar tidak memiliki kompor gas. Halaman rumah keluarga Bapak I wayan Kusuma tampak tidak begitu luas.Keluarga I Made Sami

Masalah PerekonomianMasalah perekonomian merupakan masalah yang dirasa utama dari keluarga Bapak I Made Sami. Pendapatan mereka yang minim menyebabkan keluarga ini digolongkan sebagai keluarga ekonomi rendah. Bapak I Made Sami bekerja sebagai buruh serabutan dengan penghasilan yang tidak menentu. Ibu I Wayan Mitri hanyalah seorang buruh tani. Penghasilan dalam keluarga hanya bersumber dari mata pencaharian berkebun dan berburuh, sedangkan mereka tidak memiliki pekerjaan sampingan sebagai tambahan penghasilan dan biaya hidup. Hal ini menyebabkan keluarga ini sangat kesulitan untuk menabung maupun menyisihkan pendapatan untuk disimpan.Keluarga Bapak I Made Sami sampai sekarang ini belum memiliki tabungan, Tabungan sesungguhnya sangat diperlukan oleh keluarga Bapak I Made Sami untuk mengantisipasi pengeluaran yang tiba-tiba, seperti sakit, kematian salah satu warga atau kerabat, perayaan pernikahan, dan sebagainya. Biasanya keluarga ini hanya mampu menyisihkan tabungan saat menjual hasil ternaknya, namun selebihnya tidak memungkinkan.

Masalah KesehatanWalaupun saat ini tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sangat berat maupun penyakit menahun, tetapi terdapat potensi yang cukup besar terjadinya penyakit pada keluarga ini. Keluarga I Made Sami yang tinggal seatap dengan dapur yang menggunakan kompor tungku kayu bakar dimana asap dari tungku tersebut berpotensi untuk menderita penyakit saluran pernapasan, demikian pula kebiasaan menggosok gigi tidak teratur berpotensi menyebabkan penyakit gigi dan mulut, kebiasaan mencuci tangan yang kurang baik juga berpotensi untuk menimbulkan terjadi penyakit ynag terkait dengan pencernaan. Malahan salah satu anak bapak I Made Sami menderita penyakit scabies. Menurut bapak Sami sebelum beberapa bulan yang lalu anak terakhir pernah menderita dengan penyakit scabies. Beliau juga mengatakan tidak pernah obat kerana mereka bertanggapan akan sembuh sendiri.Masalah Penataan BangunanPerhatian akan pentingnya penataan bangunan serta lingkungan sekitar nampak kurang diperhatikan di rumah keluarga Bapak I Made Sami. Meskipun anggota keluarga yang lain telah tinggal dalam bangunan layak, Bapak Wayan Sami perlu merenovasi rumahnya. terutama memindahkan area dapur terpisah dengan tempat tidur. Selain itu menambah ventilasi esensial untuk pertukaran udara dan masuknya sinar matahari. Penerangan di rumah juga perlu diperbaiki untuk mengurangi risiko jatuh mengingat usia beliau. Penataan pekarangan juga perlu diperhatikan. Halaman kecil yang ada dimanfaatkan sebagai tempat pengrajin kayu, akan tetapi letaknya terlalu dekat dengan tempat tinggal. Hal ini berpotensi menimbulkan penyakit dalam keluarga Bapak I Made Sami.Keluarga I Wayan amanMasalah KesehatanDalam 6 bulan terakhir ini keluarga mereka hanya mengalami penyakit umum seperti batuk, pilek dan demam. Tidak ada penyakit berat yang membutuhkan pengobatan lama maupun opname dalam jangka waktu tersebut. Jika sakit mereka lebih memilih beristirahat dan membeli obat sendiri, jika tidak sembuh juga baru mencari pengobatan ke Puskesmas. Riwayat penyakit khusus sepeti hipertensi atau kencing manis dalam keluarganya belum diketahui karena KK dan istrinya mengaku tidak memeriksakan diri. Untuk biaya pengobatan keluarga ini menggunakan JAMKESMAS.Masalah Penataan BangunanKeluarga Bapak I Wayan aman tinggal bersama dalam 1 rumah permanen dengan luas tanah 40 x 50 meter. Dindingnya terbuat dari beton dan berlantai semen. Atap rumah terbuat dari genteng. Rumah terdiri dari 2 kamar dan dapur. Tiap ruangan memiliki beberapa jendela dan 1 pintu. Di dapur mereka memasak dengan menggunakan kompor gas, namun terdapat pula tungku kayu bakar. Sumber listrik berasal dari PLN. Untuk sumber air mereka telah mendapatkan aliran mata air desa ke dalam rumah. Keluarga ini sudah memiliki jamban yang cukup bersih

BAB IIKEGIATAN PADA KELUARGA BINAAN

2.1 Promosi Kesehatan dan Partisipasi Keluarga Binaan pada Setiap Kegiatan

2.1.1 Keluarga Bapak I Wayan Kusuma

No.Kunjungan Kegiatan

1.Kunjungan 1 Perkenalan dengan keluarga binaan

2.Kunjungan 2Identifikasi masalah kesehatan dan perilaku hidup sehat Tingkat penerapan PHBS yang sangat kurang pada Bapak I Wayan Kusuma

3.Kunjungan 3 Promosi tentang Senam Jantung Sehat

4.Kunjungan 4Promosi kesehatan tentang pentingnya penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) meliputi praktek bersama cara cuci tangan pakai sabun, cara menggosok gigi dengan benar dan pemberian informasi mengenai pentingnya nutrisi seimbang

5.Kunjungan 5Promosi kesehatan mengenai pentingnya pertolongan pertama pada kecelakaan dan promosi kesehatan mengenai hipertensi

6.Kunjungan 6Promosi kesehatan mengenai pentingnya penerapan PHBS dan peran care giver pada anak.

7.Kunjungan 7Pemberian obat-obatan, pakaian bersih dan layak pakai kepada keluarga Bapak I Wayan Kusuma

Partisipasi keluarga bapak I Wayan Kusuma saat dilakukan promosi kesehatan cukup antusias. Hal tersebut dapat terlihat pada saat dilakukan penyuluhan, Bapak I Wayan Kusuma menyimak dengan antusias dan mengajukan beberapa pertanyaan. Anak anak bapak mengikuti penyuluhan maupun praktek mencuci tangan dan menggosok gigi.

2.1.2 Keluarga Bapak I Made SamiNo.TanggalKegiatan

1.Kunjungan 1Perkenalan dengan keluarga binaan

2.Kunjungan 2Identifikasi masalah kesehatan dan perilaku hidup sehat Malnutrisi, skabies, dan riwayat infeksi berulang pada I Komang Dadi. Tingkat penerapan PHBS yang sangat kurang pada Bapak I Made Sami dan I Komang Dadi.

3.Kunjungan 3 Promosi kesehatan tentang skabies. Promosi kesehatan tentang malnutrisi

4.Kunjungan 4Promosi kesehatan tentang pentingnya penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) meliputi praktek bersama cara cuci tangan pakai sabun, cara menggosok gigi dengan benar dan pemberian informasi mengenai pentingnya nutrisi seimbang

5.Kunjungan 5Promosi kesehatan mengenai pentingnya pertolongan pertama pada kecelakaan dan promosi kesehatan mengenai hipertensi

6.Kunjungan 6Promosi kesehatan mengenai pentingnya penerapan PHBS dan peran care giver .

7.Kunjungan 7Pemberian obat-obatan, pakaian bersih dan layak pakai kepada keluarga Bapak I Made Sami

Partisipasi keluarga Bapak I Made Sami saat dilakukan promosi kesehatan cukup antusias. Hal tersebut dapat terlihat pada saat dilakukan promosi kesehatan mengenai pentingnya penerapan PHBS, Bapak I Made Sami bersama sang istri, I Wayan Mitri cukup aktif berdiskusi dan mengajukan pertanyaan.

2.1.3 Keluarga Bapak I Wayan amanNo.TanggalKegiatan

1.Kunjungan 1Perkenalan dengan keluarga binaan

2.Kunjungan 2Identifikasi masalah kesehatan dan perilaku hidup sehat Myalgia dan arthralgia pada Bapak I Wayan aman Riwayat fraktur femur kanan yang menimbulkan keterbatasan kemampuan fisik pada Ibu Ni Wayan Damasi Riwayat asma pada Ibu Ni Wayan Damasi

3.Kunjungan 3 Promosi kesehatan mengenai arthritis Promosi kesehatan mengenai asma

4.Kunjungan 4Promosi kesehatan tentang pentingnya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) meliputi praktek bersama cara cuci tangan pakai sabun, cara menggosok gigi dengan benar dan pentingnya nutrisi seimbang

5.Kunjungan 5Promosi kesehatan mengenai pentingnya pertolongan pertama pada kecelakaan

6.Kunjungan 6Promosi kesehatan mengenai asma

7.Kunjungan 7Pemberian obat-obatan, bahan pangan kepada keluarga Bapak I Wayan aman

Partisipasi keluarga Bapak I Wayan aman saat dilakukan promosi kesehatan cukup antusias. Hal tersebut dapat terlihat pada saat dilakukan promosi kesehatan mengenai pentingnya penerapan PHBS, Bapak I Wayan aman bersama sang istri, Ni Made Darmasi cukup aktif berdiskusi dan mengajukan pertanyaan.

2.2 HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

Selama melakukan kunjungan ke rumah KK binaan dalam rangka PPD di Desa Langgahan, awalnya keluarga yang menyambut mahasiswa dengan ramah terkesan tertutup untuk berdiskusi mengenai permasalahan ekonomi dan kesehatan dalam keluarganya. Namun setelah diberikan penjelasan dan pendekatan yang persuasif, keluarga mulai terbuka untuk menerima informasi baru dan berdiskusi mengenai permasalahan dalam keluarganya.

2.2.1 Keluarga I Wayan Kusuma Keluarga yang penulis dampingi adalah keluarga Bapak I wayan Kusuma. Masalah yang terdapat dalam keluarga tersebut adalah masalah ekonomi, kesehatan, dan penataan bangunan. Masalah ekonomi yang dialami keluarga ini adalah pendapatan yang tidak menentu dan tidak dapat mencukupi kehidupan sehari-hari, dimana solusi yang dapat ditawarkan adalah memperbaiki cara pengelolaan keuangan keluarga sehingga dapat menabung. Masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga ini adalah kebiasaan merokok yang dimiliki oleh Bapak I wayan Kusuma, serta kurangnya kesadaran keluarga bapak Wayan Kusuma akan pola hidup sehat dan kesehatan gigi dan mulut, sehingga solusi yang dapat diberikan adalah penjelasan mengenai bahaya merokok, penjelasan mengenai kegunaan JAMKESMAS yang dimiliki sehingga beliau tidak takut berobat ke rumah sakit. Masalah penataan bangunan yang dijumpai pada keluarga ini adalah sempitnya kamar tidur serta kurangnya ventilasi serta penerangan di kamar sehingga sirkulasi udara tidak baik dan kamar menjadi lembab. Disamping itu, kurang dimanfaatkannya halaman rumah, sehingga solusi yang dapat ditawarkan adalah penjelasan mengenai kegunaan tanaman-tanaman yang dapat ditanam di areal halaman rumah serta saran untuk merenovasi rumah jika ada dana. Juga disarankan untuk membina kamar mandi sendiri untuk keluarganya.2.2.2 Keluarga I Made SamiKeluarga yang penulis dampingi adalah keluarga Bapak I Made Sami. Masalah yang terdapat dalam keluarga tersebut adalah masalah ekonomi, kesehatan, dan penataan bangunan. Masalah ekonomi yang dialami keluarga ini adalah pendapatan yang tidak menentu dan tidak dapat mencukupi kehidupan sehari-hari, dimana solusi yang dapat ditawarkan adalah memperbaiki cara pengelolaan keuangan keluarga sehingga dapat menabung. Masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga ini adalah penyakit saluran pernafasan akibat asap dari kompor tungku kayu bakar, debu yang dihasilkan dari kerajinan kayu, serta kurangnya kesadaran keluarga bapak Nengah Reta akan pola hidup sehat dan kesehatan gigi dan mulut, sehingga solusi yang dapat diberikan adalah penjelasan mengenai penyakit saluran pernafasan, penjelasan mengenai kegunaan JAMKESMAS yang dimiliki sehingga beliau tidak takut berobat ke rumah sakit. Masalah penataan bangunan yang dijumpai pada keluarga ini adalah kamar tidur yang satu atap dengan dapur serta kurangnya ventilasi serta penerangan di kamar sehingga sirkulasi udara tidak baik dan kamar menjadi lembab. Disamping itu, kurang dimanfaatkannya halaman rumah, sehingga solusi yang dapat ditawarkan adalah penjelasan mengenai kegunaan tanaman-tanaman yang dapat ditanam di areal halaman rumah serta saran untuk merenovasi rumah jika ada dana.2.2.3 Keluarga I Wayan amanDari hasil kunjungan, diketahui bahwa terdapat beberapa masalah kesehatan di keluarga Bapak I Wayan aman. Bapak I Wayan aman tidak memiliki riwayat penyakit kronis berat yang membutuhkan pengobatan lama dan menimbulkan kecacatan. Dalam 6 bulan terakhir ini, ia sering mengeluh nyeri pada persendian dan pegal-pegal di seluruh badan. Ia juga mengidap hipertensi. Sang istri, Ni Wayan Damasi, menderita patah tulang paha kanan 5 tahun yang lalu. Karena keterbatasan dana, Ni Wayan Damasi tidak mencari pengobatan sehingga saat ini Ni Wayan Damasi kesulitan berjalan. Terkadang Ni Wayan Damasi juga mengalami sesak napas, meskipun tidak terlalu berat namun cukup mengganggu aktivitas sehari-hari. Sesak napas ini kambuh terutama pada kondisi cuaca yang dingin. Jika sakit, mereka terkadang hanya beristirahat di rumah atau pergi mencari pengobatan ke bidan di Banjar Banua. Keluarga ini telah memiliki tanggungan JAMKESMAS. Perilaku hidup sehat keluarga Bapak I Wayan aman sudah tergolong cukup baik. Keluarga ini sudah memiliki kebiasaan mencuci tangan, meskipun cuci tangan yang dilakukan seadanya, tanpa menggunakan sabun dan air mengalir. Keluarga ini sudah memiliki kebiasaan mandi dan menggosok gigi. Keluarga ini juga sudah mempergunakan jamban untuk BAK/BAB. Untuk mencuci pakaian biasanya dilakukan 2-3x seminggu menggunakan deterjen. Untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan air sebelum dimasak. Air minum biasanya dimasak terlebih dahulu. Menu makanan sering kali hanya berupa nasi, sayur, dan kacang-kacangan, sangat jarang mengkonsumsi dagingKASUS DOKTER KELUARGABAB IIIPENDAHULUANSkabies merupakan penyakit infeksi pada kulit yang disebabkan oleh sejenis tungau yang disebut Sarcoptes scabei var. hominis. Penularan skabies sangat erat kaitannya dengan pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), di mana skabies umumnya mengenai individu dengan higiene personal dan lingkungan yang buruk. Faktor risiko skabies dapat dibedakan menjadi faktor host, agen, dan lingkungan berdasarkan model segitiga epidemiologi. HostFaktor risiko yang terkait host meliputi: higiene perorangan yang buruk seperti jarang mandi, jarang mengganti pakaian, dan menggunakan pakaian atau handuk bersama, status imunitas yang rendah, dan tingkat pengetahuan yang rendah. AgentSarcoptes scabei var. hominis merupakan agen penyebab skabies. Sarcoptes scabei dapat berpindah host melalui kontak kulit ke kulit langsung dengan manusia yang telah terinfeksi. Sarcoptes scabei juga dapat bertahan hidup di lipatan kain meskipun dalam waktu yang terbatas sehingga juga dapat menginfeksi manusia lain yang mengadakan kontak dengan kain yang terkontaminasi Sarcoptes scabei. LingkunganFaktor risiko terkait lingkungan meliputi: lingkungan yang kumuh dan padat penghuni.Berdasarkan hasil kunjungan lapangan terhadap penderita, faktor risiko skabies yang dijumpai pada penderita dan lingkungannya antara lain: HostHigiene personal penderita cukup buruk seperti jarang mandi dan jarang mengganti pakaiaan, serta rendahnya tingkat pengetahuan penderita mengenai penyakit skabies dan cara-cara pencegahan penularannya. Status imunitas yang buruk akibat malnutrisi yang ia derita juga meningkatkan risiko penderita untuk menderita infeksi skabies yang lebih berat dan berbahaya, seperti crusted scabies atau Norwegian scabies. LingkunganLingkungan rumah penderita termasuk kumuh dimana sprei tempat tidur jarang diganti dan nampak kotor, pencahayan dan ventilasi udara dalam ruangan kurang memadai.Berdasarkan atas uraian di atas, maka penulis akan membahas kasus skabies pada penderita ini. 3.1 LATAR BELAKANG KASUSIdentitas PasienNama: I Komang DadiUmur: 8 tahunJenis kelamin: Laki-lakiPendidikan: SDPekerjaan: Tidak bekerjaRiwayat keluarga: Ada RIWAYAT PENYAKITMelalui heteroanamnesis dengan Ibu penderita, yakni Ibu Wayan Mitri , penderita dikatakan memiliki ruam-ruam merah di badan, tangan, kaki, dan sela-sela jari kedua tangan sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Awalnya ruam-ruam tersebut muncul di sela-sela jari kedua tangan, kemudian lama-kelamaan semakin bertambah banyak dan menyebar ke sekujur badan dan anggota gerak. Ruam tersebut menimbulkan rasa gatal di mana penderita dikatakan sering menggaruk-garuk ruam tersebut.Kakaknya I Kadek Rastika juga memiliki ruam-ruam yang sama, namun terbatas pada sela-sela jari kedua tangan. Melalui pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien lemah, tanda vital dalam batas normal, TB 120 cm, BB 29 kg, status lokalis kulit didapatkan:Lokasi : sela-sela jari (interdigital) tangan kanan dan kiri, lengan kanan dan kiri, tungkai bawah kanan dan kiri, dada, dan perut. Effloresensi : 1) papula eritema, bentuk bulat ukuran bervariasi 0,1x0,4 cm sampai 0,6x0,7 cm, diskret, tampak lichenifikasi pada area kulit disekitarnya 2) gambaran seperti terowongan di sela-sela jari (interdigital) tangan kanan dan kiri, bentuk serpiginous (berkelok-kelok), lebar 1 mm, panjang 17 mm.Penderita tidak pernah mendapatkan pengobatan atas keluhan-keluhan pada kulit yang dialaminya. Penderita hanya diantar berobat oleh Bapak I Made Sami, ketika penderita mengalami panas, batuk, dan pilek.

3.2 ANALISIS SITUASI KELUARGA KASUS

3.2.1 Aspek Lingkungan Fisik Keluarga BinaanKeluarga Bapak I Made Sami tinggal dalam satu rumah seluas 5x5 m2 dan berlokasi satu pekarangan dengan rumah keluarga saudara-saudaranya. Dinding rumah keluarga Bapak I Made Sami terbuat dari batako, tanpa lapisan semen dan cat yang melapisi dinding batako tersebut. Lantai rumah juga terbuat dari campuran pasir dan semen, nampak kotor dan berdebu. Atap rumah terbuat dari asbes yang kondisi nya sudah mulai usang. Dalam rumah tersebut terdapat 2 ruangan dan 1 teras. Ruangan pertama, berukuran 3x3 m2 difungsikan sebagai dapur sekaligus kamar tidur Bapak I Made Sami. Ruangan tersebut memiliki 1 buah pintu, 1 buah jendela, dan beberapa lubang ventilasi di atas pintu. Penerangan berasal dari lampu pijar dengan watt yang kecil. Ruangan tersebut gelap dan lembab akibat pencahayaan dan sirkulasi udara yang kurang baik. Ruangan kedua, yakni ruangan yang lebih kecil berukuran 2x2 m2, difungsikan sebagai gudang menyimpan barang-barang bekas. Sang anak, I I Komang Dadi ditempatkan di sebuah tempat tidur yang sudah usang dan sangat kotor di teras rumah keluarga tersebut bersama adiknya. Teras tersebut terlindung dari hujan dan panas matahari namun tidak terlindung dari udara dingin yang kerap dirasakan. Keluarga ini belum memiliki fasilitas kamar mandi dan jamban sehat. Halaman depan rumah terbuat dari tanah yang kerap menjadi becek ketika terjadi hujan. Kurang lebih 5 meter dari bangunan rumah, terdapat sebuah kandang babi yang menimbulkan aroma tidak sedap di sekitar rumah. 3.2.2 Aspek Sosial Ekonomi Keluarga BinaanKeluarga Bapak I Made Sami termasuk keluarga dengan ekonomi lemah. Sehari-hari, Bapak I Made Sami bekerja sebagai buruh tani yang menggarap sawah milik orang lain, dengan penghasilan per bulan rata-rata Rp. 200.000,00. Untuk keperluan makan sehari-hari, keluarga Bapak I Made Sami mengandalkan sumbangan beras miskin (raskin) yang didapatkan di banjar sebesar 10 kg/bulan. Untuk keperluan lauk-pauk, Bapak I Made Sami tidak pernah berbelanja membeli sayuran atau daging. Bapak I Made Sami hanya memanfaatkan sayuran yang didapatkan dari kebun seperti labu siam, daun singkong, atau daun pakis. Keluarga Bapak I Made Sami tidak mengeluarkan biaya untuk air PDAM dan listrik. Air dan listrik didapatkan dari sumbangan saudara Bapak I Made Sami yang tinggal satu pekarangan dengan dirinya. Bapak I Made Sami juga tidak mengeluarkan biaya untuk peralatan MCK, sebab keluarga Bapak I Made Sami tidak memiliki fasilitas kamar mandi dan jamban sehingga aktivitas MCK dilakukan di sungai terdekat. Setiap bulan Bapak I Made Sami tidak membayar urunan (sumbangan wajib sebagai warga desa adat) ke Pura Desa mengingat Bapak I Made Sami sudah berstatus balu (duda) sehingga urunan dibayarkan oleh pihak saudaranya. Sesekali tiap bulan, I Komang Dadi sering sakit seperti demam, batuk, dan pilek. Untuk keperluan berobat, Bapak I Made Sami mendapatkan obat dari bidan, dan mengeluarkan biaya kira-kira Rp. 15.000,00-30.000,00 sekali berobat. Keluarga ini tidak memiliki barang berharga seperti televisi, kompor gas, lemari es, sepeda motor ataupun tanah dan perkebunan. 3.2.3 Aspek Sosial Budaya Keluarga BinaanTerdapat beberapa permasalahan dalam aspek sosial budaya pada keluarga ini. Semua keputusan masih diputuskan oleh Bapak I Made Sami. Apabila terdapat kegiatan sosial budaya seperti kegiatan upacara agama dan ngayah di lingkungan desa, hanya Bapak I Made Sami berpartisipasi dengan ahli keluarganya. 3.2.4 Aspek Sosial Psikologis Keluarga BinaanAspek sosial psikologis pada keluarga ini cukup baik. Hal tersebut dapat terlihat dari hubungan yang rukun dalam keluarga tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan setiap dilakukan kunjungan, saya disambut dengan baik oleh Bapak I Made Sami.Hubungan dengan tetangga sekitar juga nampak harmonis. Setiap kali I I Komang Dadi butuh pengobatan, beberapa tetangga Bapak I Made Sami bersedia mengantarkan mengingat keluarga Bapak I Made Sami tidak memiliki kendaraan untuk digunakan berobat ke bidan. Namun, Bapak I Made Sami sering bersedih memikirkan kondisi keluarganya. Bapak I Made Sami merasa harus menanggung beban keluarga seorang diri. Sang istri juga harus bekerja keras untuk pendapatan keluarga. Jadi tidak ada orang untuk menjaga anaknya semua.Namun, Bapak I Made Sami menyadari bahwa ia harus tetap bekerja keras demi keempat anak-anaknya.

3.3 RUMUSAN MASALAH DAN SOLUSI

1. 2. 3. 3.3.1 Status Kesehatan Anggota Keluargaa. Status GiziI Komang Dadi memiliki status gizi kurang yaitu dengan tinggi badan 120 cm dan berat badan 29 kg, didapatkan BMI sebesar 16.64 kg/m2 (underweight). Sedangkan anggota keluarga yang lain status gizinya masih dalam batas yang kurang normal.b. KelahiranI Komang Dadi dikatakan lahir dengan normal, lahir di bidan Desa Langgahan, dan lahir segera menangis. Sejak masa balita, tidak pernah menjangkiti penyakit yang berat. Karena keterbelakangan ini, I Komang Dadi seperti biasa mengenyam pendidikan di sekolah. I Komang Dadi juga mampu melakukan aktivitas perawatan diri sederhana seperti makan, minum, mandi, mengganti baju, dan menggosok gigi. c. KesakitanDalam 6 bulan terakhir, I Komang Dadi sering menderita panas, batuk, dan pilek. Asupan nutrisi I Komang Dadi juga tidak mencukupi baik dari segi kualitas dan kuantitas, sehingga I Komang Dadi menderita malnutrisi. Di samping itu, hygiene personal dan lingkungan yang buruk juga menyebabkan I Komang Dadi menderita skabies. d. Latar Belakang PenyakitPenderita, I Komang Dadi, menderita ruam-ruam yang disertai gatal pada kulit sela-sela jari kedua tangan, lengan, kaki, dan badan sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Penderita juga tidak mampu menjaga kebersihan diri sendiri sehingga higiene personal penderita amat buruk. Kebersihan lingkungan tempat tinggal penderita juga sangat kurang. Keluarga penderita belum menerapkan pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Asupan nutrisi harian penderita masih kurang, baik dari segi kualitas dan kuantitas, sehingga penderita menderita malnutrisi. 3.3.2 Persepsi Keluarga Tentang Konsep Sehat-SakitDi keluarga I Komang Dadi, masih terdapat persepsi sakit-sehat yang kurang tepat. Menurut persepsi mereka, sakit didefinisikan sebagai ketidakmampuan melakukan aktivitas harian dan munculnya gejala-gejala penyakit seperti panas badan, lemas, pegal-pegal seluruh badan, dan pusing-pusing. Mereka tidak memahami bahwa kesehatan tidak hanya mencakup kesehatan badan saja, melainkan juga sehat secara psikologis (mental) dan sehat secara sosial. Keluarga ini juga belum memahami bahwa faktor risiko beberapa penyakit sangat berkaitan erat dengan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).

3.4 Solusi Masalah KesehatanBertolak pada tujuan dari PPD ini sebagai dokter keluarga, langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah kesehatan ini adalah sesuai dengan prinsip-prinsip kedokteran keluarga sebagai berikut, yaitu: personal, komprehensif, berkesinambungan, koordinatif dan kolaboratif, mengutamakan pencegahan, serta memberdayakan keluarga dan/atau masyarakat. Dari beberapa masalah yang dijelaskan sebelumnya, saya mengusulkan penyelesaian masalah yang sesuai dengan prinsip-prinsip kedokteran keluarga yakni: A. Paripurna (Komprehensif)1. Pencegahan Primer Memberikan penjelasan dan brosur kepada seluruh anggota keluarga penderita untuk meningkatkan pengetahuan tentang skabies, terutama mengenai definisi, penyebab, cara penularan, gejala, dan upaya pencegahannya (promosi kesehatan). Memberikan penjelasan kepada penderita dan keluarga bagaimana cara-cara mencegah penularan penyakit skabies kepada orang lain terutama keluarga yang kontak erat dengan penderita diantaranya penderita harus tidur sendiri, tidak saling menukar pakaian ataupun handuk dengan anggota keluarga lainnya. Selain itu, menyarankan penderita dan keluarga agar selalu memperhatikan higiene personal dan lingkungan seperti mandi teratur dengan air bersih (2 kali sehari), jangan malas berganti pakaian, menjaga kebersihan kamar tidur dengan mengganti sprei secara teratur, jangan meletakkan baju-baju kotor sembarangan sehingga risiko penularan skabies dapat diminimalisir (promosi kesehatan dan proteksi spesifik). Memberikan penjelasan mengenai pengobatan yang harus dijalani penderita terkait kondisi yang dimilikinya. Apa jenis obatnya, tujuan pengobatannya, efek sampingnya, dan akibatnya apabila tidak patuh dalam menjalani pengobatan (promosi kesehatan). Menekankan kepada penderita bahwa mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang sangatlah diperlukan untuk mempertahankan status kesehatan penderita pada kondisi yang optimal (promosi kesehatan).2. Pencegahan Sekunder Memberikan pengobatan yang tepat dan mengingatkan untuk tetap rajin menggunakan obat (pengobatan yang tepat). Untuk skabies yang dialami penderita, dapat diberikan salep permethrin 5% yang diaplikasikan pada lokasi-lokasi yang terdapat lesi skabies. Memberikan penjelasan mengenai cara penggunaan salep permethrin 5% sebagai berilkut : Sebelum menggunankan salep permethrin, penderita harus mandi bersih. Salep diaplikasikan secara merata pada seluruh permukaan kulit dengan penekanan (gentle pressure) pada area kulit ketika salep diaplikasikan. Salep dibarkan pada kulit selama 8 jam. Penderita harus diawasi agar tidak menggaruk-garuk atau mengusap salep yang sudah diaplikasikan pada kulit. Setelah 8 jam, penderita kemudian mandi bersih. Setelah pemberian salep, keluarga penderita disarankan untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan penderita untuk mencegah penularan skabies. Mengingatkan keluarga penderita apabila terdapat anggota keluarga yang mengalami gejala gatal-gatal untuk segera memeriksakan diri ke dokter (deteksi dini). Dianjurkan agar keluarga mengawasi dan memotivasi penderita untuk menjalani pengobatan (pengobatan tepat). Menganjurkan keluarga untuk memberikan asupan gizi seimbang pada penderita sehingga status gizi dan imunitas penderita dapat lebih ditingkatkan dan komplikasi dari skabies akibat kelemahan sistem imun (Norwegian scabies) dapat dihindari (pengobatan yang tepat). Menganjurkan kepada keluarga untuk berkonsultasi dengan dokter ahli kejiwaan atau psikiater untuk mendapatkan penilaian atau evaluasi yang lebih mendalam mengenai fungsi intelektual dan perkembangan adaptif personal dan sosial penderita sehingga dapat terapi yang diberikan lebih spesifik dan terarah dalam upaya mengoptimalkan fungsi adaptif personal dan sosial penderita (pengobatan yang tepat).3. Pencegahan Tersier Menganjurkan keluarga untuk memberikan perawatan dan pengawasan yang lebih ketat kepada penderita mengingat penderita memiliki kewaspadaan akan keselamatan pribadi (self safety) yang rendah sehingga penderita terhindar dari perilaku yang dapat mencederai diri sendiri. B. Berkesinambungan Memantau perkembangan penyakit penderita dengan rutin mengadakan kunjungan rumah setiap minggunya. Pengobatan dilakukan secara teratur dan kontinyu untuk mengoptimalkan status kesehatan penderita. C. Koordinatif dan kolaboratif Menyarankan kepada keluarga penderita untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pengobatan penderita. Misalnya selalu mengantarkan penderita setiap kali berobat, mengawasai pengobatan penderita, melatih penderita dalam melakukan upaya perawatan diri secara mandiri (self care), dan menciptakan suasana kondusif untuk perbaikan kondisi fisik dan mental penderita. Meningkatkan kerjasama dengan pihak lain seperti dokter ahli kejiwaan, dokter ahli nutrisi, ahli fisioterapi, dan ahli rehabilitasi medik sehingga penanganan penyakit penderita lebih optimal. Meningkatkan kerjasama dengan masyarakat tentang pelaporan kasus-kasus skabies ke puskesmas sehingga upaya penanggulangan skabies sebagai penyakit menular dapat lebih dioptimalkan. Meningkatkan kerjasama dengan puskesmas khususnya melalui program penanggulangan penyakit menular (P2M) agar penanggulangan penyakit skabies sebagai penyakit menular di masyarakat lebih optimal. Meningkatkan kerjasama dengan kantor Perbekel Desa Langgahan dalam memfasilitasi pengobatan penderita melalui asuransi JAMKESMAS.D. Mengutamakan Pencegahan Menjelaskan kepada keluarga bahwa penyakit skabies merupakan penyakit menular yang daya penularannya cukup tinggi. Menyarankan kepada penderita dan anggota keluarganya agar menjaga higiene personal dan lingkungan untuk mencegah penularan skabies.E. Menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungannyaMenimbang keluarga, masyarakat dan juga lingkungan adalah juga hal yang penting karena penderita adalah makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari orang lain. Jelaskan bahwa penyakit skabies yang diderita bisa sembuh dan menjaga higiene perorangan dan lingkungan sangat penting dalam menanggulangi skabies. Selain itu, jelaskan juga kepada anggota keluarga penderita bahwa pengobatan skabies sudah ditanggung asuransi JAMKESMAS sehingga keluarga sebaiknya mengurus segala keperluan penderita untuk pengobatan penderita.F. PersonalMengobati penderita dengan memberikan perlakuan sebagai manusia yang utuh bukan sekadar mengobati penyakitnya saja. Dalam artian penderita ditangani secara holistik dari semua aspek kehidupannya, baik secara biologis, psikologis, sosial ekonomi, budaya, serta agamanya. Secara biologis, penderita dan keluarga diberikan penyuluhan mengenai cara merawat diri (self care), penerapan pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari, serta memberikan pengobatan yang optimal kepada penderita. Sebaiknya dilakukan monitoring secara berkelanjutan menngenai pengobatan penderita baik itu dari petugas kesehatan ataupun dari keluarga penderita sendiri. Secara psikologis, dengan memperbaiki kondisi mental penderita yaitu dengan cara meningkatkan kasih sayang, keharmonisan dalam keluarga dijaga dengan baik dan perhatian kepada penderita serta tidak menngucilkan penderita. Secara sosial ekonomi, sebaiknya pengobatan yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan ekonomi yang dimiliki oleh keluarga penderita, dimana untuk pengobatan skabies dan malnutrisi sudah ditanggung asuransi JAMKESMAS sehingga penderita dan keluarga dapat segera mengurus segala keperluan untuk mencari pengobatan dengan memanfaatkan JAMKESMAS. Secara budaya dan agama, pengobatan yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan ekonomi dan budaya setempat serta selama pengobatan disarankan agar keluarga tetap menjalankan ibadah sebagaimana mestinya

BAB IVSIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan4.1.1 Keluarga binaan dalam laporan kasus kedokteran keluarga ini memiliki lingkungan fisik tempat tinggal yang belum terlalu baik, keadaan ekonomi rendah, serta perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang masih rendah.4.1.2 Persepsi tentang konsep sehat dan sakit pada keluarga ini masih kurang, terutama mengenai faktor risiko penyakit yang berkaitan erat dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).4.1.3 Selama kegiatan PPD ini, khususnya di keluarga binaan I Komang Dadi telah dilakukan beberapa konsep kedokteran keluarga terutama menyangkut promosi kesehatan dengan memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi serta motivasi baik kepada pihak penderita dan juga keluarganya tentang penyakit yang sedang atau pernah diderita.

4.2 Saran4.2.1 Keluarga sebaiknya mendukung pengobatan pasien secara psikis, fisik, dan material sehingga mengoptimalkan status kesehatan penderita. 4.2.2 Peran keluarga sebagai care giver penderita retardasi mental berat perlu lebih dioptimalkan.

1