Askep Binaan Damar

70
LAPORAN LANSIA BINAAN Ny. D DENGAN HIPERTENSI Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Gerontologi di Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang Oleh: Damar Dewangga 105070200111036

description

askep

Transcript of Askep Binaan Damar

Page 1: Askep Binaan Damar

LAPORAN LANSIA BINAAN Ny. D DENGAN

HIPERTENSI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners

Departemen Gerontologi di Kelurahan Jatimulyo

Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang

Oleh:

Damar Dewangga

105070200111036

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

Page 2: Askep Binaan Damar

2015

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi petunjuk-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Lansia Binaan Ny. S

dengan Hipertensi, RT 5 RW 1 Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru sebagai

bukti telah melewati Departemen Gerontik Program Profesi yang dilaksanakan tanggal

8 – 27 Juni 2015. Ketertarikan penulis akan topik ini didasari oleh fakta masih tingginya

prevalensi lansia yang mengalami hipertensi di wilayah sasaran dengan rendahnya

tingkat pengetahuan mereka tentang penyebab, perjalanan penyakit, tanda dan gejala

penyakit, komplikasi atau bahaya keparahan penyakit, dan penatalaksanaan yang

tepat untuk kondisi kesehatannya.

Dengan selesainya Laporan Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih yang

tak terhingga kepada :

1. Ns. Annissa W, S.Kep, M. Kep. selaku pembimbing akademik Departemen

Gerontik Program Profesi yang telah dengan sabar mengoreksi, memberi

masukan dan membimbing selama proses pelaksanaan perofesi di desa

sasaran.

2. dr. Lisna selaku kepala Puskesmas Kendalsari yang telah memberikan

kesempatan untuk melaksanakan kegiatan profesi di lingkupan wilayah kerja

PKM Kendalsari.

3. Ns. S.Kep selaku pembimbing klinis Departemen Gerontik yang telah dengan

sabar membimbing untuk bisa melaksanakan program yang berguna untuk

masyarakat sekitar wilayah sasaran.

4. Teman-temanku kelompok 8 Reguler Program Profesi A atas ketekunan, kerja

keras dan kekompakkan sehingga program lansia di desa sasaran dapat

berjalan dengan lancar.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun. Akhirnya,

semoga Laporan Akhir ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Malang, 25 Juni 2015

Page 3: Askep Binaan Damar

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan atau

kejadian yang pasti akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang dan

terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapupun, namun manusia dapat berupaya

untuk menghambat kejadiannya. Pada dekade belakangan ini populasi lanjut usia

meningkat dinegara-negara sedang berkembang, yang awalnya hanya terjadi

dinegara maju.

Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan

yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia

(lansia). Jumlah lansia di Indonesia berjumlah 19,3 juta (8,37 persen dari total

keseluruhan penduduk Indonesia) pada tahun 2009 (Komnas Lansia 2010).

Peningkatan jumlah penduduk lansia ini disebabkan peningkatan angka harapan

hidup sebagai dampak dari peningkatan kualitas kesehatan. UHH (Usia Harapan

Hidup) indonesia pada tahun 2007 UHH 70,5 tahun, dan pada tahun 2008 menjadi

70,7 tahun, target untuk UHH pada tahun 2014 adalah 72 tahun (Kementerian

Kooridinator Bidang Kesejahteraan Rakyat 2010).

Masalah kesehatan lansia sangat bervariasi, selain erat kaitannya dengan

degenaratif (menua) juga secara progresif. Menurut Darmojo (2006) Menua adalah

suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi

normalnya, Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan

terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolic dan

struktural yang disebut sebagai “penyakit degeneratif” (seperti hipertensi,

aterosklorosis, diabetes meletus dan kanker) yang akan menyebabkan manusia

menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatic seperti stroke,

infark miokard, koma asidotik, metasis kanker dan sebagainya).

Menurut Bustan (2006), Penyakit atau gangguan yang menonjol pada kelomok

lansia adalah: gangguan pembuluh darah (dari hipertensi sampai stroke),

gangguan metabolik (Diabetes Meletus), gangguan Persendian (arthritis, encok

Page 4: Askep Binaan Damar

dan terjatuh) dan gangguan psikososial (kurang penyesuaian diri dan merasa tidak

efektif lagi).

Dari hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia yang

dilaksanakan Komnas Lansia di 10 propinsi tahun 2006, diketahui bahwa penyakit

terbanyak yang diderita Lansia adalah penyakit sendi (52,3%), dan hipertensi

(38,8%), anemia (30,7%) dan katarak (23%). Penyakit-penyakit tersebut

merupakan penyebab utama disabilitas pada lansia (komnas lansia 2010). Angka

kejadian gangguan hipertensi menunjukkan suatu angka yang tinggi menjadi suatu

pertanyaan yang berujung pada “gaya hidup” lansia itu sendiri (Darmojo 2006).

Pada study penelitian usia lanjut tentang gaya hidup lansia dapat

mempengaruhi kesehatan terutama lansia dengan Hipertensi. Faktor gaya hidup

seperti kurang beraktivitas karena telah lanjut usia dan tidak bekerja lagi,

kebiasaan merokok terutama lansia laki-laki, kebiasaan minum kopi, pengaturan

diet yang tidak sesuai, manejemen terapi obat yang kurang efektif dan stress,

merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi yang tidak terkontrol pada lansia

(Erda Fitriani, 2005).

Pola-pola perilaku (behavioral patterns) akan selalu berbeda dalam situasi atau

lingkungan sosial yang berbeda, dan senantiasa berubah, tidak ada yang menetap

(fixed). Gaya hidup individu, yang dicirikan dengan pola prilaku individu, akan

memberi dampak pada kesehatan individu dan selanjutnya pada kesehatan orang

lain.

Studi prevalensi menunjukkan tingginya insidensi dari faktor resiko untuk

penyakit kardiovaskuler diantara lansia. Peningkatan kerangka penelitian

mendukung kefektifan suatu pendekatan yang agresif untuk mengurangi faktor

resiko sebagai suatu mekanisme untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas yang

dikaitkan dengan penyakit kardiovaskuler dengan kelompok usia ini. Seperti gaya

hidup untuk kebiasaan merokok, aktifitas fisik, pola makan, dan pola istirahat pada

lansia itu sendiri (Darmojo, 2006).

Hipertensi adalah suatu keadaan seseorang mengalami peningkatan tekanan

darah di atas normal, yaitu tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan

darah diastolik ≥90 mmHg (Joint National Commitee on Prevention Detection,

Evaluation, and Treatment of High pressure VII, 2003). Hipertensi menjadi sebuah

tantangan global yang luar biasa dan menempati peringkat ketiga sebagai

penyebab kematian setiap tahunnya. Diperkirakan di dunia, prevalensi hipertensi

Page 5: Askep Binaan Damar

akan meningkat dari 26,4% tahun 2000 menjadi 29,2% tahun 2025 (Kearney et al.,

2005).

Peningkatan tekanan darah diperkirakan bertanggungjawab atas 7,5 juta

kematian yang merupakan 12,8% dari total kematian seluruh dunia. Hipertensi juga

mengakibatkan 57 juta orang atau 3,7% dari total morbiditas menderita kecacatan

dikarenakan komplikasi yang berkembang menjadi stroke (54%), penyakit jantung

koroner (47%), iskemia, gagal jantung, gagal ginjal, perdarahan retina, dan

gangguan penglihatan (WHO, 2013). Hipertensi merupakan penyakit yang paling

banyak diderita oleh masyarakat Indonesia yang dapat terjadi akibat dari salah satu

masalah yang sering muncul dari perubahan gaya hidup, seperti mengkonsumsi

makanan yang kadar garamnya tinggi, obesitas, dan stress (Wihastuti TA et al.,

2012). Di Indonesia, hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007

menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar 31.7%. Prevalensi penyakit hipertensi

di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar sebanyak 12.510 kasus pada tahun 2010

sedangkan pada tahun 2012, hipertensi merupakan penyakit terbesar kedua yang

ada di Poliklinik Jantung RSSA Malang (Profil Rumah Sakit Saiful Anwar Malang

tahun 2010 dan 2012).

Diet dan modifikasi gaya hidup sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi

hipertensi. Selain itu, tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu

menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal.

Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat

badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah

(Harie dkk.,2010). Sehingga perlu diberikan pengetahuan yang lebih kepada lansia

dengan hipertensi untuk menjaga kualitas kesehatan para lansia di kelurahan

Gadingkasri.

1.2 Tujuan

a. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi secara

komprehensif.

b. Mampu meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian lansia untuk mematuhi

anjuran diet yang tepat untuk pasien hipertensi, melakukan aktivitas sesuai

toleransi, dan mencegah komplikasi hipertensi.

Page 6: Askep Binaan Damar

1.3 Manfaat

Dengan terjun ke pasien secara langsung, mahasiswa dapat mengaplikasikan

teori yang didapatkan dalam bentuk tindakan kepada pasien yang membutuhkan

asuhan keperawatan yang komprehensif. Asuhan keperawatan yang dimaksud

disini adalah asuhan keperawatan yang sesuai standar mulai dari pengkajian

hingga evaluasi. Intervensi yang diberikan kepada klien juga intervensi yang

berdasarkan pada evidence based sehingga asuhan yang diberikan adalah

asuhan keperawatan yang bermutu.

Page 7: Askep Binaan Damar

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Lansia

2.1.1 Definisi

Pengertian lanjut usia (lansia) ialah manusia yang berumur di atas usia 60

tahun dan masih hidup. Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang

berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999 dalam Wijayanti,

2008). Menurut WHO, batas usia untuk kategori lanjut usia berdasarkan tingkat

usia yaitu:

1. Usia pertengahan “middleage” 45-59 tahun,

2. Lanjut usia (lansia)“elderly”60-74 tahun,

3. Lansia tua “old” 75-90tahun,

4. Dan usia sangat tua “veryold” diatas 90 tahun

Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) dalam Wijayanti

2008, terdapat tiga kelompok lansia yakni :

1. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru

memasuki lansia

2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas)

3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

Ada beberapa hal yang dapat digunakan untuk memahami usia tua, antara

lain (Papalia dkk, 2001 dalam Wijayanti, 2008) :

1. Primary aging

Bahwa aging merupakan suatu proses penurunan atau kerusakan fisik yang

terjadi secara bertahap dan bersifat inevitable (tidak dapat dihindarkan).

2. Secondary Aging

Proses aging merupakan hasil dari penyakit, abuse, dan disuse pada tubuh

yang seringkali lebih dapat dihindari dan dikontrol oleh individu dibandingkan

dengan primary aging, misalnya dengan pola makan yang baik, menjaga

kebugaran fisik dll.

Page 8: Askep Binaan Damar

2.1.2 Kesehatan Lansia

Faktor kesehatan meliputi keadaan fisik dan keadaan psikis lanjut usia.

Keadaan fisik merupakan faktor utama dari kegelisahan manusia. Kekuatan fisik,

pancaindera, potensi dan kapasitas intelektual mulai menurun pada tahap-tahap

tertentu (Prasetyo,1998 dalam Wijayanti 2008). Dengan demikian orang lanjut

usia harus menyesuaikan diri kembali dengan ketidak berdayaannya. Kemunduran

fisik ditandai dengan beberapa serangan penyakit seperti gangguan pada sirkulasi

darah, persendian, sistem pernafasan, neurologik, metabolik, neoplasma dan

mental. Sehingga keluhan yang sering terjadi adalah mudah letih, mudah lupa,

gangguan saluran pencernaan, saluran kencing, fungsi indra dan menurunnya

konsentrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Joseph J. Gallo (1998) dalam

Wijayanti (2008) mengatakan untuk mengkaji fisik pada orang lanjut usia harus

dipertimbangkan keberadaannya seperti menurunnya pendengaran, penglihatan,

gerakan yang terbatas, dan waktu respon yang lamban.

Pada umumnya pada masa lanjut usia ini orang mengalami penurunan

fungsi kognitif dan psikomotorik. Menurut Zainudin (2002) fungsi kognitif meliputi

proses belajar, persepsi pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain yang

menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usia menjadi semakin lambat. Fungsi

psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak

seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang berakibat bahwa lanjut usia kurang

cekatan.

Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan

akibat penurunan fungsi sistem tubuh. Salah satu perubahan tersebut adalah

perubahan kejiwaan dan fisik. Masalah kesehatan jiwa lansia yang sering muncul

adalah gangguan proses pikir yang ditandai dengan lupa, pikun, bingung, dan

curiga, dan gangguan perasaan ditandai dengan perasaan kelelahan, acuh tak

acuh, tersinggung, sedangkan gangguan fisik/somatik meliputi gangguan pola

tidur, gangguan makan dan minum, gangguan perilaku yang ditandai dengan

enggan berhubungan dengan orang lain, dan ketidakmampuan merawat diri

sendiri.

Badan manusia menua kurang lebih 1% setiap tahun. Meskipun orang yang

segar jasmaninya,akan menua pula. Untungnya orang-orang yang kesegaran

jasmaninya baik, proses menuanya lebih lambat. Bila seseorang menjadi lebih

segar jasmaninya,maka fungsi badannya akan lebih baik.(Sadoso S,1993 dalam

Page 9: Askep Binaan Damar

Sriwahyuniati, 2008). Proses menua adalah masalah yang akan selalu dihadapi

oleh semua manusia. Dalam tubuh terjadi perubahan- perubahan structural yang

merupakan proses degeneratif. Misalnya sel-sel mengecil atau menciut, jumlah sel

berkurang, terjadi perubahan isi atau komposisi sel, pembentukan jaringan ikat

baru meggantikan sel-sel yang menghilang atau mengecil dengan akibat timbulya

kemunduran fungsi organ tubuh

Menurut (Hardianto Wibowo, 2003 dalam Sriwahyuniati, 2008) secara

ringkas dapat dikatakan:

1. Kulit tubuh dapat menjadi lebih tipis, kering dan tidak elastis lagi.

2. Rambut rontok warnanya berubah menjadi putih, kering dantidak mengkilat.

3. Jumlah otot berkurang, ukuran juga mengecil, volume otot secara keseluruhan

menyusut dan fungsinya menurun.

4. Otot-otot jantung mengalami perubahan degeneratif, ukuran jantung mengecil,

kekuatan memompa darah berkurang.

5. Pembuluh darah mengalami kekakuan (Arteriosklerosis).

6. Terjadinya degenerasi selaput lendir dan bulu getar saluran pemapasan,

alveolus menjadi kurang elastis.

7. Tulang-tulang menjadi keropos (osteoporosis).

8. Akibat degenerasi di persendian, permukaan tulang rawan menjadi kasar.

9. Karena proses degenerasi maka jumlah nefron (satuan fungsional di ginjal

yang bertugas membersihkan darah) menurun. Yang berakibat kemampuan

mengeluarkan sisa metabolisme melalui urin berkurang pula.

10. Proses penuaan dianggap sebagai peristiwa fisiologik yang memang harus

dialami oleh semua makluk hidup.

Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena

diartikan dengan proses kemunduran prestasi kerja dan penurunan kapasitas

fisik seseorang. Akibatnya kaum lansia menjadi kurang produktif, rentan terhadap

penyakit dan banyak bergantung pada orang lain. Dengan tetap bekerja dan

melakukan olahraga secara teratur dapat memperlambat proses kemunduran

dan penurunan kapasitas tersebut di atas. Karena bekerja maupun olahraga

pada dasarnya berkaitan dengan aktifitas sistem musculoskeletal (otot dan

tulang) serta sistem kardiopulmonal (jantung dan paru-paru) (Sriwahyuniati,

2008).

Kemunduran fungsi organ-organ akibat terjadinya proses penuaan terlihat pada:

Page 10: Askep Binaan Damar

1. Kardiovaskuler (Jantung dan pembuluh darah)

a. Volume sekuncup menurun hingga menyebabkan terjadinya penurunan

isi sekuncup (stroke volume) dan curah jantung (cardiac output).

b. Elastisitas`pembuluh darah menurun sehingga menyebabkan terjadinya

peningkatan tahanan perifer dan peningkatan tekanan darah.

2. Respirasi

a. Elastisitas paru-paru menurun sehingga pernafasan harus bekerja lebih

keras dan kembang kempis paru tidak maksimal.

b. Kapiler paru-paru menurun sehingga ventilasi juga menurun.

3. Otot dan persendian

a. Jumlah motor unit menurun

b. Jumlah mitokondria menurun

c. Otot dan memudahkan terjadinya kelelahan, karena fungsi Mitokondria

adalah memproduksi adenosin triphospat (ATP).

d. Kekakuan jaringan otot dan persendian meningkat sehingga

menyebabkan turunnya stabilitas dan mobilitas.

4. Tulang

a. Mineral tulang menurun sehingga terjadi osteoporosis dan akan

meningkatkan resiko patah tulang.

b. Kiposis

5. Peningkatan lemak tubuh.

Hal ini menyebabkan gerakan menjadi lamban dan peningkatan resiko

terserang penyakit.

2.2 Hipertensi

b.2.1 Pengertian

Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolic dan sistolik

yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg

atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi.

Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager , 2008).

Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan peningkatan

sistolik dan diastolik dijumpai pada usia pertengahan hipertensi sistolik pada usia

diatas 65 tahun. Tekanan diastolik meningkat usia sebelum 60 tahun dan menurun

Page 11: Askep Binaan Damar

sesudah usia 60 tahun tekanan sistolik meningkat dengan bertambahnya usia

(Temu Ilmiah Geriatri Semarang, 2008).

Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan

menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit koroner. Lebih dari separuh

kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan

serebrovaskuler. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:

a. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan

atau tekanan sistolik sama atau lebih 90 mmHg.

b. Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan

tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg (Nugroho,2008).

b.2.2 Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi diklasifikasikan 2 tipe penyebab :

a. Hipertensi esensial (primer atau idiopatik). Penyebab pasti masih belum

diketahui. Riwayat keluarga obesitas diit tinggi natrium lemak jenuh dan

penuaan adalah faktor pendukung.

b. Hipertensi sekunder akibat penyakit ginjal atau penyebab yang

terindentifikasi lainya (Stockslager, 2008).

b.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi Pada Lansia

Menurut Darmojo (2006), faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut

usia adalah :

a. Penurunanya kadar renin karena menurunya jumlah nefron akibat proses

menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus: hipertensi glomerelo-

sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus menerus.

b. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Dengan bertambahnya

usia semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium.

c. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan

meningkatakan resistensi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan

hipertensi sistolik.

d. Perubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan disfungsi

endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan subtansi

kimiawi lain yang kemudian meyebabkan resorbi natrium di tubulus ginjal,

Page 12: Askep Binaan Damar

meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain

berhubungan dengan kenaikan tekanan darah.

Dengan perubahan fisiologis normal penuaan, faktor resiko hipertensi lain

meliputi diabetes ras riwayat keluarga jenis kelamin faktor gaya hidup seperti

obesitas asupan garam yang tinggi alkohol yang berlebihan (Stockslager, 2008).

Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang

dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain:

a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:

i. Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun

wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.

Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon

estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density

Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor

pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek

perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas

wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai

kehilangan sedikit demi sedikit hormone estrogen yang selama ini

melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut

dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan

umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur

45-55 tahun.

Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita

hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. (Anggraini , 2009).

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa

muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun,

sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan

dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani, 2007).

ii. Umur

Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi

orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi

dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus

ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan

hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-

Page 13: Askep Binaan Damar

benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi

pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas

50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah

menopause.

Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan

dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari

arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya

kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin

kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri.

iii. Keturunan (Genetik)

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan

keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan

dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio

antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan

hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita

hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan

riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial

dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009).

Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan

hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007).

b. Faktor resiko yang dapat dikontrol:

i. Obesitas

Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi

penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya

berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia.

Kelompok lansia dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti

artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).

Indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah,

terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi

pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang

berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-

30% memiliki berat badan lebih.

Page 14: Askep Binaan Damar

ii. Kurang olahraga

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak

menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan

perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan

melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus

melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu

Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena

bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif

cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka

harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering

jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak

arteri (Rohaendi, 2008).

iii. Kebiasaan Merokok

Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat

dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko

terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam

penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans

and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang

awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36%

merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok

perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari.

Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan

dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok

subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani,

2007).

iv. Mengkonsumsi garam berlebih

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)

merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko

terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak

lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari.

Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di

dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan

intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler

meningkat.

Page 15: Askep Binaan Damar

Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan

meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya

hipertensi. (Hans Petter, 2008).

v. Minum alkohol

Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung

dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum

alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi (Marliani,

2007).

vi. Minum kopi

Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi

mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut

berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.

vii. Stres

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara

intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat

mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum

terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi

dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan

pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota

(Rohaendi, 2003). Menurut Anggraini (2009) mengatakan stres akan

meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung

sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stres ini

dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan

karakteristik personal

b.2.4 Penatalaksanaan

a. Pengobatan.

Pengobatannya meliputi :

a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE

inhibitor

b. Step 2 : alternatif yang bisa diberikan :

Dosis obat pertama dinaikan

Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

Page 16: Askep Binaan Damar

Ditambah obat jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca

antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh

Obat ke-2 diganti

Ditambah obat ke-3 jenis lain

d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya

Ditambah obat ke-3 dan ke-4

Re-evaluasi dan konsultasi

Menurut : Darmojo (2008), Pemakaian obat pada lanjut usia perlu dipikirkan

kemungkinan adanya :

i. Gangguan absorsbsi dalam alat pencernaan

ii. Interaksi obat

iii. Efek samping obat.

iv. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui

ginjal.

Pengobatan hipertensi menurut : Kowalski (2010) tiga hal evaluasi menyeluruh

terhadap kondisi penderita adalah :

i. Pola hidup dan indentifikasi ada tidaknya faktor resiko kardiovaskuler

ii. Penyebab langsung hipertensi sekunder atau primer

iii. Organ yang rusak karena hipertensi.

Melaksanakan terapi anti hipertensi perlu penetapan jadwal rutin harian minum

obat, hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan stroke dan serangan

jantung. Mencatat obat-obatan yang diminum dan keefektifan mendiskusikan

informasi ini untuk tindak lanjut (Stoskslager, 2008). Pengendalian tekanan

darah dan efek samping minimal diperlukan terapi obat-obatan sesuai, disertai

perubahan pola hidup.

b. Non Farmakologi

i. Diet untuk Pasien Hipertensi

1) Diet Rendah Garam

Page 17: Askep Binaan Damar

Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau

asites serta hipertensi. Tujuan diet rendah garam adalah untuk

menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah edema dan penyakit

jantung (lemah jantung) (Gunawan, 2001).

Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue,

baking powder, MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet makanan

atau natrium benzoat (Biasanya terdapat didalam saos, kecap, selai,

jelly), makanan yang dibuat dari mentega serta obat yang mengandung

natrium (obat sakit kepala). Bagi penderita hipertensi, biasakan

penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.

(Hayens, 2003).

2) Diet Rendah Kolesterol dan Lemak

Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Di dalam tubuh terdapat

tiga bagian lemak yaitu: kolestrol, trigeserida, dan pospolipid.Tubuh

memperoleh kolestrol dari makanan sehari – hari dan dari hasil sintesis

dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih banyak dari

pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol dapat terjadi

karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung

kolestrol tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25 – 50 % dari

setiap makanan (Amir, 2002).

3) Diet Tinggi Serat

Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat terdiri

dari dua jenis yaitu serat kasar (Crude fiber) dan serat kasar banyak

terdapat pada sayuran dan buah – buahan, sedangkan serat makanan

terdapat pada makanan karbohidrat yaitu : kentang, beras, singkong

dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit

tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolestrol

maupun asam empedu dan selanjutnya membuang bersama kotoran.

Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi mengandung

serat kasar yang cukup tinggi (Mayo, 2005).

4) Diet Rendah Kalori

Diet rendah kalori dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat

badan.Kelebihan berat badan atau obesitas akan berisiko tinggi terkena

hipertensi. Demikian juga dengan orang yang berusia 40 tahun mudah

Page 18: Askep Binaan Damar

terkena hipertensi. Dalam perencanaan diet, perlu diperhatikan hal – hal

berikut :

a. Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500

kalori untuk penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan per

minggu.

b. Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.

c. Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.

Page 19: Askep Binaan Damar

ii. Aktivitas

Beberapa aktivitas yang penting dilakukan antara lain:

Waktu istirahat / tidur yang cukup

Hiburan dan penyaluran hobi yang seimbang dengan tugas dan

kewajiban olahraga teratur, dianjurkan 2 – 3 kali seminggu sekurangnya

30 menit setiap kali olahraga

menghindari konsumsi rokok, alkohol,

iii. Mengukur Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah dengan sphygmomanometer. Sphygmomanometer berupa

sebuah pompa, sebuah pengukur tekanan, dan sebuah manset dari karet. Alat

ini mengukur tekanan darah dalam unit yang disebut milimeter air raksa (mm

Hg).

Pemeriksaan tekanan darah idealnya dilaksanakan oleh dokter atau

minimal paramedis yang memahami standar pengukuran tekanan darah yang

ideal.

iv. Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

Tehnik Biofeedback. Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai

untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh

Page 20: Askep Binaan Damar

yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan

biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti

nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti

kecemasan dan ketegangan.

Tehnik relaksasi. Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang

bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara

melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh

menjadi rileks

v. Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan

pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat

mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

vi. Follow Up

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan

komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter)

dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan

dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :

Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran

tekanan darahnya

Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai

tekanan darahnya

Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh,

namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan

mortilitas

Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya

tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya

dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter

Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu

Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita

Page 21: Askep Binaan Damar

Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi

Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau

keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah

Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x

sehari atau 2 x sehari

Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek

samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi

Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau

mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas

maksimal

Usahakan biaya terapi seminimal mungkin

Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering

Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.

Page 22: Askep Binaan Damar
Page 23: Askep Binaan Damar

b.2.5 Pathway

Renin

Iskemik ginjal

Deficit lapang pandang

Resiko cedera

Gangguan penglihatan

Tekanan intraocular meningkat

Tekanan pembuluh darah otak meningkat

Gangguan rasa nyaman

Tekanan intravascular meningkat

Tekanan darah meningkat

Peningkatan volume cairan ekstrasel

Koping individu tidak efektif

Mekanisme koping, harapan tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik

Deficit motorikIntoleransi aktivitas

Suplai O2 dan nutrien tidak maksimal

Reabsorbsi Na dan air Sekresi K dan H

Ion exchange di tubulus ginjal

Sekresi aldosteron

Angiotensin II (vasokontriksi)

ACE

Angiotensin

Angiotensin I

Penurunan volume extrasel dan perfusi renal

Kelemaha

Kurang pengetahuan

Kurang informasi

Intake inadekuat

Mual, muntahMenurunnya relaksasi otot polos pembuluh darah

ateroskeloris

Tahanan perifer meningkatPenurunan cardiac output

Vasokontriksi pembuluh darah

Hilangnya elastisitas jaringan ikat

Usia Lanjut Rokok Kopi

Elastisitas dinding aorta menurunKatup jantung menebal dan kakuKemampuan memompa darah

menurunHilangnya elastisistas pembuluh darahMeningkatnya resistensi pembuluh

darah perifer

Tembakau Nikotin

Penyempitan pembuluh darah

Tekanan darah meningkat

Meningkatkan adrenalin

Meningkatkan tekanan darah, Nadi, dan tekanan kontraksi jantung

Kafein

Hipertensi PrimerHipertensi Primer

Page 24: Askep Binaan Damar

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

FORMAT PENGKAJIAN LANSIA

ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Nama wisma : Tanggal Pengkajian : 16 Juni 2015

1. IDENTITAS

KLIEN

:

Nama : Ny. D

Umur : 73 Tahun

Agama : Islam

Alamat asal : Jl. Kalpataru 65 RT 4 RW 1 Kel. Jatimulyo

Tanggal datang :

2

.

DATA

KELUARGA

:

Nama : Nn. N

Hubungan : Cucu Ny.D

Pekerjaan : Mahasiswi

Alamat : Jl. Kalpataru 65

3

.

STATUS KESEHATAN SEKARANG :

Keluhan utama:

Klien mengatakan nyeri (linu-linu) dikaki sebelah kiri.

Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan:

Klien mengatakan apabila merasa tidak enak badan (linu-linu) diobati dengan obat

yang diperoleh dari puskesmas

Obat-obatan:

Captopril, Simfastatin, Voltadec

Page 25: Askep Binaan Damar

4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA) :

FUNGSI FISIOLOGIS

1. Kondisi Umum

Ya Tidak

Kelelahan : √

Perubahan BB : √

Perubahan nafsu

makan

: √

Masalah tidur : √

Kemampuan ADL : √

KETERANGAN : Klien mengatakan untuk kondisi tubuhnya saat ini baik,

namun cepat sekali kelelahan karena faktor usia,

nafsu makan berubah, terkadang kesulitan untuk tidur

pada malam hari dan TD 180/100 mmHg, meskipun

begitu klien masih bisa beraktivitas

2. Integumen

Ya Tidak

Lesi / luka : √

Pruritus : √

Perubahan pigmen : √

Memar : √

Pola penyembuhan lesi : √

KETERANGAN : system integument klien sesuai usia yaitu terdapat

penurunan elastisitas kulit (berkerut), tidak ada

memar, pruritus ,lesi maupun pola penyembuhan luka.

3. Hematopoetic

Ya Tidak

Perdarahan abnormal : √

Pembengkakan kel. : √

Page 26: Askep Binaan Damar

Limfe

Anemia : √

KETERANGAN : Klien tampak lemah tetapi konjungtiva mata tidak

anemis, tidak ada perdarahan, terdapat pembekakan

kelenjar limfe di leher sebelah kanan ± 5cm

4. Kepala

Ya Tidak

Sakit kepala : √

Pusing : √

Gatal pada kulit

kepala

: √

KETERANGAN : TD 180/100 mmHg, klien tidak merasakan sakit

kepala, pusing ataupun gatal pada kulit kepala.

5. Mata

Ya Tidak

Perubahan

penglihatan

: √

Pakai kacamata : √

Kekeringan

mata

: √

Nyeri : √

Gatal : √

Photobobia : √

Diplopia : √

Riwayat infeksi : √

KETERANGAN : Perubahan penglihatan yang dialami oleh klien

berhubungan dengan proses penuaan, klien menggunakan

kacamata hanya ketika membaca dan mengaji. Klien

mengatakan kadang-kadang mata terasa gatal.

Page 27: Askep Binaan Damar

6. Telinga

Ya Tidak

Penurunan pendengaran : √

Discharge : √

Tinitus : √

Vertigo : √

Alat bantu dengar : √

Riwayat infeksi : √

Kebiasaan membersihkan

telinga

: √

Dampak pada ADL : Tidak berdampak

KETERANGAN : Tidak ada masalah yang berarti pada telinga klien,

klien tidak mengalami penurunan pendengaran,

tidak ada riwayat infeksi, tidak menggunakan alat

bantu dengar, klien juga rajin membersihkan

telinga 1x seminngu menggunakan cottonbad.

7. Hidung sinus

Ya Tidak

Rhinorrhea : √

Discharge : √

Epistaksis : √

Obstruksi : √

Snoring : √

Alergi : √

Riwayat infeksi : √

KETERANGAN : Kondisi hidung masih dalam batas normal, Klien tidak pernah

merasakan gangguan pada hidung ataupun infeksi, tidak ada

alergi dan obstruksi. Tidak ada snoring maupun rinorhea.

8. Mulut,

tenggorokan

Ya Tidak

Page 28: Askep Binaan Damar

Nyeri telan : √

Kesulitan

menelan

: √

Lesi : √

Perdarahan gusi : √

Caries : √

Perubahan rasa : √

Gigi palsu : √

Riwayat Infeksi : √

Pola sikat gigi : Klien masih rajin sikat gigi 3 kali sehari

KETERANGAN : Klien tidak mengalami kesusahan saat menelan, klien biasa memakan berkuah dan tidak digoreng, tidak ada nyeri telan, tidak ada riwayat infeksi maupun perdarahan gusi, namun terdapat caries pada gigi depan atas dan bawah

9. Leher

Ya Tidak

Kekakuan : √

Nyeri tekan : √

Massa : √

KETERANGAN : Terdapat massa pada leher sebelah kanan ± 5cm, tidak merasakan

nyeri ataupun kaku

10. Pernafasan

Ya Tidak

Batuk : √

Nafas pendek : √

Hemoptisis : √

Wheezing : √

Asma : √

KETERANGAN : Tidak ada dispnea maupun suara nafas tambahan

Page 29: Askep Binaan Damar

11. Kardiovaskuler

Ya Tidak

Chest pain : √

Palpitasi : √

Dipsnoe : √

Paroximal nocturnal : √

Orthopnea : √

Murmur : √

Edema : √

KETERANGAN : S1S2 tunggal,tidak ada suara tambahan, Tidak

ada keluhan nyeri dada, saat pemeriksaan fisik

tidak ada edema

12. Gastrointestinal

Ya Tidak

Disphagia : √

Nausea / vomiting : √

Hemateemesis : √

Perubahan nafsu

makan

: √

Massa : √

Jaundice : √

Perubahan pola BAB : √

Melena : √

Hemorrhoid : √

Pola BAB : Klien mengatakan pola BAB lancer 1 kali sehari

KETERANGAN : Klien tidak merasakan mual, tidak pernah muntah darah,

keadaannnya normal

13. Perkemihan

Ya Tidak

Dysuria : √

Frekuensi : 4-5 x sehari

Page 30: Askep Binaan Damar

Hesitancy : √

Urgency : √

Hematuria : √

Poliuria : √

Oliguria : √

Nocturia : √

Inkontinensia : √

Nyeri berkemih : √

Pola BAK : Klien mengatakan pola BAK normal 4-5x sehari

KETERANGAN : BAK berwarna jernih dan tidak ada keluhan

14. Reproduksi (laki-laki)

Ya Tidak

Lesi :

Disharge :

Testiculer pain :

Testiculer massa :

Perubahan gairah sex :

Impotensi :

Reproduksi

(perempuan)

Lesi : √

Discharge : √

Postcoital bleeding : √

Nyeri pelvis : √

Prolap : √

Riwayat menstruasi : Ny.D mengatakan riwayat menstruasi normal

Aktifitas seksual : √

Pap smear : √

KETERANGAN : Menopause sejak 13 tahun yang lalu,tidak pernah

melakukan pemeriksaan pap smear, tidak ada nyeri tekan

Page 31: Askep Binaan Damar

pada pelvis.

15. Muskuloskeletal

Ya Tidak

Nyeri Sendi : √

Bengkak : √

Kaku sendi : √

Deformitas : √

Spasme : √

Kram : √

Kelemahan otot : √

Masalah gaya berjalan : √

Nyeri punggung : √

Pola latihan : Masih mampu sholat 5 waktu, masih bisa berjalan agak jauh

rumah ke tetangga meskipun agak terbata-bata

Dampak ADL : Berjalanan terbata-bata karena nyeri sendi.

KETERANGAN : nyeri sendi di kaki kiri dan punggung (linu-linu) skala nyeri 2,

bertambah nyeri saaat berjalan, nyeri tumpul, ADL Mandiri,

berjalan terbata-bata

16. Persyarafan

Ya Tidak

Headache : √

Seizures : √

Syncope : √

Tic/tremor : √

Paralysis : √

Paresis : √

Masalah memori : √

KETERANGAN : Klien pernah mengalami kejang hingga pingsan karena tekanan

darah yang terlalu tinggi hingga MRS. Klien masih mampu

Page 32: Askep Binaan Damar

mengingat dengan baik kejadian yang terjadi di masa lampau

5

.

POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :

Psikososial YA Tidak

Cemas : √

Depresi : √

Ketakutan : √

Insomnia : √

Kesulitan dalam mengambil

keputusan

: √

Kesulitan konsentrasi : √

Mekanisme koping : Adaptif

Ny. D saat pengkajian sangat terbuka

terhadap perawat, klien merasa seneng

saat bercerita tentang dirinya dan

keluarganya.

Persepsi tentang kematian :

Klien mengatakan bahwa kematian adalah suatu takdir yang pasti akan

dialami oleh setiap orang dan klien siap jika suatu saat harus menghadapi

kematian

Dampak pada ADL : tidak ada dampak

Spiritual

Aktivitas ibadah : Ny. D masih menjalani sholat 5 waktu, tahajjud

dan mengaji

Hambatan : tidak ada, klien masih mampu melakukan mandiri,

tetapi untuk baca alquran masih menggunakan alat bantu kacamata

KETERANGAN : Ny. D tidak memiliki hambatan dalam melaksanakan

ibadah sholat 5 waktu tetapi dalam membaca alquran klien memerlukan

kacamata sebagai alat bantu dan klien tidak memiliki masalah psikologi

Page 33: Askep Binaan Damar

yang berarti.

6. LINGKUNGAN :

Kamar : terdapat 3 kamar tidur dalam rumah yang ditinggali oleh klien

Kamar mandi : terdapat 1 kamar mandi di rumah klien

Dalam rumah

wisma :.......................................................................................................

............

Luar

rumah :.......................................................................................................

...............

7. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES

1. Kemampuan ADL

Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)

No Kriteria Dengan

Bantuan

Mandiri Skor

Yang

Didapat

1 Makan 5 10 10

2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, atau

sebaliknya

5-10 15 15

3 Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok

gigi)

0 5 5

4 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka

tubuh, menyiram)

5 10 10

5 Mandi 0 5 5

6 Berjalan di permukaan datar (jika tidak bisa, dengan 0 5 5

Page 34: Askep Binaan Damar

kursi roda )

7 Naik turun tangga 5 10 10

8 Mengenakan pakaian 5 10 10

9 Kontrol bowel (BAB) 5 10 10

10 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 10

2. Aspek Kognitif

MMSE (Mini Mental Status Exam)

No Aspek

Kognitif

Nilai

maksimal

Nilai

Klien

Kriteria

1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :

Tahun : 2015 Hari : selasa

Musim : dingin Bulan : juni

Tanggal : 16

2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?

Negara :indonesia Propinsi: jawa

timur Wisma :

Kabupaten/kota : Malang

3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal :

kursi, meja, kertas), kemudian

ditanyakan kepada klien,

menjawab :

1) Kursi 2). Meja

3). Kertas

4 Perhatiandankalkulasi 5 5 Meminta klien berhitung mulai dari

100 kemudia kurangi 7 sampai 5

tingkat.

Jawaban :

1). 93 2). 86 3). 79 4).

72 5). 65

5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga

obyek pada poin ke- 2 (tiap poin nilai

Page 35: Askep Binaan Damar

1)

6 Bahasa 9 7 Menanyakan pada klien tentang

benda (sambil menunjukan benda

tersebut).

1). kursi

2). meja

3). Minta klien untuk mengulangi

kata berikut :

“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )

Klien menjawab :

”tidak ada,dan, jika atau tetapi”

Minta klien untuk mengikuti perintah

berikut yang terdiri 3 langkah.

4). Ambil kertas ditangan anda

5). Lipat dua

6). Taruh dilantai.

Perintahkan pada klien untuk hal

berikut (bila aktifitas sesuai perintah

nilai satu poin.

7). “Tutup mata anda”

8). Perintahkan kepada klien untuk

menulis kalimat dan

9). Menyalin gambar 2 segi lima

yang saling bertumpuk

Total nilai 30 28 Tiddak ada gangguan kognitif

Interpretasi hasil :

24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif

18 – 23 : gangguan kognitif sedang

Page 36: Askep Binaan Damar

0 - 17 : gangguan kognitif berat

Kesimpulan : klien tidak memiliki gangguan kognitif,untuk menulis dan menyalin

gambar segi lima klien tampak kesulitan melakukannya

3. Tes Keseimbangan

Time Up Go Test

No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)

1 16 Juni 2015 15 detik

2 18 Juni 2015 17 detik

3

Rata-rata Waktu TUG 16 detik

Interpretasi hasil Dari hasil pemeriksaan

hasil TUG > 13,5 detik

Interpretasi hasil:

Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:

>13,5 detik Resiko tinggi jatuh

>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun

waktu 6 bulan

>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan

dalam mobilisasi dan melakukan

ADL

(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss

& Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991)

4. Kecemasan, GDS

Pengkajian Depresi

No PertanyaanJawaban

Ya Tdk Hasil

1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 0

2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 0

3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0

4. Anda sering merasa bosan 1 0 0

5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0

Page 37: Askep Binaan Damar

6. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 0

7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0

8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1

9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan

sesuatu hal

1 0 0

10

.

Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 0

11

.

Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0

12

.

Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0

13

.

Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 0

14

.

Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0

15

.

Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 0

Jumlah 1

(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam

Gerontological Nursing, 2006)

Interpretasi :

Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

5. Status Nutrisi

Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:

No Indikators score Pemeriksaan

1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan perubahan

jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi

2 0

2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 0

3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 0

4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman

beralkohol setiap harinya

2 0

Page 38: Askep Binaan Damar

5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga tidak

dapat makan makanan yang keras

2 2

6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli makanan 4 0

7. Lebih sering makan sendirian 1 1

8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 kali

atau lebih setiap harinya

1 1

9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan

terakhir

2 0

10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk

belanja, memasak atau makan sendiri

2 0

Total score 4

(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam

Introductory Gerontological Nursing, 2001)

Interpretasi:

0 – 2 : Good

3 – 5 : Moderate nutritional risk

6 ≥ : High nutritional risk

6. Hasil pemeriksaan Diagnostik

No Jenis pemeriksaan

Diagnostik

Tanggal

Pemeriksaan

Hasil

1 Kadar asam urat 17/6/2015 5,5 mg/dl

2 Tekanan darah 16/6/2015 180/100 mmHg

7. Fungsi sosial lansia

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA

Page 39: Askep Binaan Damar

Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia

NO URAIAN FUNGSI SKORE

1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga

(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu

menyusahkan saya

ADAPTATION 2

2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya

membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan

masalah dengan saya

PARTNERSHIP 2

3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya

menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan

aktivitas / arah baru

GROWTH 2

4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya

mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi

saya seperti marah, sedih/mencintai

AFFECTION 2

5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya

meneyediakan waktu bersama-sama

RESOLVE 2

Kategori Skor:

Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:

1). Selalu : skore 2 2). Kadang-kadang : 1

3). Hampir tidak pernah : skore 0

Intepretasi:

< 3 = Disfungsi berat

4 - 6 = Disfungsi sedang

> 6 = Fungsi baik

TOTAL 10

Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005

Page 40: Askep Binaan Damar

3.2 Analisa data

Data EtiologiMasalah

keperawatan

DS :

- Klien tidak tahu

bahan makanan

apa saja yang

mengandung tinggi

natrium

- Klien jarang

memeriksakan

kondisi

kesehatannya

- Klien mengatakn

langsung ke

puskesmas jika

merasa tidak enak

badan dan jika

obatnya habis

- Klien mengatakan

mudah lelah

DO :

- TD = 180/100

mmHg

- Makan makanan

yang

mengandung

garam

- Banyak

bertanya

tentang kondisi

kesehatannya

Usia lanjut

Elastisitas dinding aorta menurun

Katup jantung menebal Kemampuan memompa darah

menurun Hilangnya elastisitas pembuluh

darah Meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer

Ditunjang dengan pola makan yang salah

Hipertensi primer (180/100)

Perilaku ketidakpatuhan diet hipertensi

Ketidakefektifan manajemen

kesehatan diri

Ketidakefektifan

manajemen

kesehatan Diri

DS : gerontik+gaya hidup yg tidak sehat Nyeri akut

Page 41: Askep Binaan Damar

- Klien mengatakan

sendi kaki terasa nyeri

- Klien mengatakan

nyeri bertambah

apabila dibuat

beraktivitas yang

berlebih

- Klien mengatakan :

- Skala nyeri 2-3

- Sendi kaki (lutut)

- Kualitas tumpul

DO :

- TD = 180/100 mmHg

- Wajah grimace

- Skala nyeri 3

- Nyeri sendi di kaki

sebelah kiri dan di

punggung

- Cara berjalan yang

terbata-bata

Perubahan struktur dan fungsi

vaskuler

Meningkatkan TD sistemik

Hipertensi

- TD 180/100 mmHg

- nyeri sendi

Nyeri akut

a. Diagnosa Keperawatan dan Prioritas

1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri

2. Nyeri akut

b. Rencana Keperawatan

Nama Klien : Ny. D No Reg : -

Usia : 73 tahun Tanggal Pengkajian : 16 Juni 2015

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan

Kriteria hasil

Intervensi

Ketidakefektifan

pemeliharaan

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 5 kali

1. Kaji mengenai manajemen HT

selama ini

2. Kaji hambatan/kesulitan klien

Page 42: Askep Binaan Damar

kesehatan pertemuan, masalah

ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan

teratasi

NOC : Knowledge :

Hypertension Management

Indikator 1 2 3 4 5

Target

tekanan

darah sistolik

Target

tekanan

darah

diastolik

Tanda gejala

hipertensi

Management

HT yang

benar

Manfaat

modifikasi

diet

dalam menjalani manajemen HT

3. Kaji TTV klien, terutama TD dan

Nadi

4. Kaji pengetahuan klien mengenai

managemen farmakologi HT

5. Kaji pengetahuan klien mengenai

manajemen non farmakologis HT

6. Edukasi klien tentang pentingnya

manajemen HT secara

farmakologis dan non farmakologis

7. Edukasikan tentang diet rendah

garam/DASH

8. Fasilitasi contoh menu makanan

klien dalam sehari dan tawarkan

berbagai bahan makanan yang

disukai klien

9. Diskusikan dengan klien mengenai

diet yang diajalani selama ini

10. Berkolaborasi dengan tim

medis dalam pemberian obat

sesuai indikasi, seperti obat

antihipertensi

Nyeri akut Tujuan :

Setelah dilakukan intervensi

keperawatan dalam 2 kali

pertemuan, gangguan rasa

nyaman teratasi

NOC : Pain Level

Indikator 1 2 3 4 5

Melaporkan

nyeri (tidak

ada)

Skala nyeri

1. Kaji PQRST of pain dengan

komunikasi terapeutik.

2. Kaji dampak nyeri pada aktivitas

sehari-hari.

3. Sarankan klien untuk

meningkatkan istirahat.

4. Sarankan klien untuk memodifikasi

lingkungan agar meningkatkan

rasa nyaman klien (seperti : tidur

menggunakan bantal yang lebih

rendah)

5. Edukasi klien tentang

Page 43: Askep Binaan Damar

(skala 0)

Ketegangan

otot (normal)

Ekspresi

wajah

(tenang)

penggunaan teknik relaksasi

dalam meningkatkan rasa nyaman

6. Edukasi klien menggunakan teknik

masase dalam meningkatkan rasa

nyaman

7. Berkolaborasi dengan tim medis

dalam memberikan obat sesuai

indikasi, seperti obat analgesik.

Page 44: Askep Binaan Damar

c. Implementasi

Tgl No. Dx Kep Jam Tindakan Keperawatan EVALUASI Tanda

tangan

16 Juni

2015

1,2 10.00 Memperkenalkan diri dengan

sopan

Membuat kontrak waktu dengan

pasien

Menjelaskan tujuan pertemuan

Mengukur tekanan darah pasien

Mengkaji keluhan yang dirasakan

klien

Mengkaji dampak gangguan rasa

nyaman pada aktivitas sehari-hari

Menyarankan klien untuk

meningkatkan istirahat

Menyarankan pasien untuk

memodifikasi lingkungan agar

meningkatkan rasa nyaman pasien

(seperti : tidur menggunakan bantal

yang lebih rendah)

Mengkaji mengenai pengetahuan

klien tentang HT

S:

Klien mengatakan tengkuknya masih terasa

agak berat

Klien mengatakan mengerti tentang informasi

yang disampaikan

Klien mengatakan akan memperbanyak

istirahatnya

Klien mengatakan senang telah diberi

motivasi tentang kesehatan terutama tentang

penyakit klien.

O:

Klien kooperatif dalam diskusi

Klien aktif bertanya

Klien mendengarkan penjelasan dengan baik

Tekanan darah: 180/100 mmHg

A: Masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan dan diberikan pendidikan

kesehatan tentang penatalaksanaan hipertensi

dengan diet hipertensi

Page 45: Askep Binaan Damar

Memberikan KIE tentang HT dan

tanda gejala.

18 Juni

2015

1,2 11.00 Membuat kontrak waktu dengan

pasien

Mengukur tekanan darah pasien

Mengkaji keluhan yang dirasakan

klien

Menanyakan kembali tentang

pengetahuan klien tentang

hipertensi

Mengkaji pengetahuan klien

tentang managemen terapi non

farmakologi (makanan)

Memberikan KIE tentang

pentingnya managemen diet

hipertensi

Berdiskusi tentang menu makanan

yang baik untuk penderita

hipertensi

Menganjurkan klien banyak

mengonsumsi buah dan sayur

S:

Klien mengatakan tengkuknya terkadang

masih terasa berat.

Klien dapat menjelaskan kembali tentang

hipertensi

Klien mengatakan selama jarang makan

makanan yang digoreng, bersantan, dan

sering dihangatkan

Klien mengatakan mengerti pentingnya

menerapkan diet rendah garam

O:

Klien kooperatif dalam diskusi

Klien mendengarkan penjelasan dengan baik

Tekanan darah: 160/90 mmHg

A: Masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan dan diberikan pendidikan

kesehatan tentang pemeriksaan rutin tekanan darah

Page 46: Askep Binaan Damar

Membuat kontrak dengan klien

untuk pertemuan berikutnya

24 Juni

2015

1 09.30 Membuat kontrak waktu dengan

pasien

Mengukur tekanan darah pasien

Menanyakan diet rendah garam

untuk hipertensi

Menanyakan menu sarapan yang

telah dimakan

Memberikan KIE tentang

pentingnya mengontrol tekanan

darah setiap bulan

Memberikan buah semangka dan

pisang sebagai terapi untuk

mengurangi tekanan darah

Membuat kontrak dengan klien

untuk pertemuan berikutnya

S:

Klien mengatakan mulai mengurangi garam

dalam masakannya dan mengurangi makanan

yang digoreng

Klien mengatakan tadi pagi sarapan dengan

nasi, sayur, tahu dan tempe

Klien mengatakan mengerti pentingnya

mengukur tekanan darah setiap bulan

O:

Klien kooperatif dalam diskusi

Klien mendengarkan penjelasan dengan baik

Klien menerima anjuran untuk mengkonsumsi

buah semangka dan pisang

Tekanan darah: 160/100 mmHg

A: Masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan dan diberikan pendidikan

kesehatan tentang teknik relaksasi mengontrol

tekanan darah

Page 47: Askep Binaan Damar

BAB VI

PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Alasan

Berdasarkan hasil intervensi selama 3 minggu dengan dilakukan tiga kali

kunjungan rumah menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan berhasil tetapi untuk

penggunaan buah semangka dan pisang masih belum diketahui keberhasilannya

karena klien tidak ada di rumah saat pengecekan tekanan darah. Hal ini tampak

dengan outcome masalah yang ditemukan pada saat pengkajian dapat teratasi setelah

intervensi dijalankan. Tekanan darah klien menunjukkan penurunan dibandingkan

sejak awal pengkajian. Selain itu klien juga tidak mengeluhkan lagi tekait

ketidaknyaman yang dialaminya akibat penyakit yang dirasakannya.

Hipertensi yang dialami lansia merupakan hipertensi primer yang dikarenakan

usia lansia. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan klien terjadi karena kurangnya

pengetahuan tentang penatalaksanaan penyakit yang dialaminya.

Berdasarkan hasil pengkajian, Ny. D cenderung mengalami peningkatan

tekanan darah dikarenakan usia dan penurunan degeneratif. Selain itu, kondisi Ny. D

juga diperparah oleh konsumsi makanan yang tidak sehat dan ketidakteraturannya

meminum obat antihipertensi. Dalam hal ini perawat pengelola memberikan KIE yang

tepat kepada klien diantaranya KIE hipertensi dan tanda gejalanya, KIE

penatalaksanaan hipertensi dengan farmakologi, KIE penatalaksanaan hipertensi

dengan diet rendah garan dan KIE konsumsi buah semangka dan pisang untuk

menurunkan tekanan darah.

Page 48: Askep Binaan Damar

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Ny. D mengalami hipertensi yang kurang terkontrol. Pengetahuan klien tentang

penyakit dan penatalaksaannya masih kurang. Hasil intervensi yang diberikan

menunjukkan output yang baik dimana meningkatnya pengetahuan lansia tentang

penyakitnya serta adanya penurunan tekanan darah.

5.2. Saran

Penyakit hipertensi adalah penyakit kronis yang tidak bisa disembuhkan dan

hanya dapat dikontrol. Sehingga perlunya peran serta dari orang – orang sekitar klien

seperti keluarga, dan masyarakat disekitarnya.

Page 49: Askep Binaan Damar

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.

Brunner, Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta: EGC.

Buku Pedoman Sehat Bersama Askes, Sehat Bersama Hipertensi. 2007. Jakarta :

Depkes RI.

Chobanian AV. 2003. Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressue : Hypertension

(JNC 7). Journal of the American Heart Association, 2003, 42, 1206 – 1252.

Darmojo, B. 2006. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Jakarta : Balai

Pustaka FKUI

Doengoes, et.al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Herdman, T.H (ed). 2012. Nanda Internasional : Diagnosa Keperawatan Definisi dan

Klasifikasi 2012-2014. Jakarta :EGC.

Kearney, P. M., Whelton, M., Reynolds, K., Muntner, P., Whelton, P. K, HE, J. 2005.

Global burden of hypertension: analysis of worldwide data. The Lancet, 365,

217-223.

Muttaqin, A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.

Price, Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Jakarta :EGC.

RSSA. 2010&2012. Profil Rumah Sakit Saiful Anwar: Prevalensi penyakit hipertensi di

Rumah Sakit Saiful Anwar. Malang.

Soendoro, Triono. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. RISKESDAS

Indonesia Tahun 2007. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan

Departemen Kesehatan RI.

Stockslager, J. dan Liz Schaeffer. 2008. Buku saku : Asuhan keperawatan geriatric.

Edisi 2. Alih bahasa Nike B.S. Jakarta : EGC.

WHO. 2013. Raised Blood Pressure, (Online),

(http>//www.who.int./gho/ncd/riskfactors/bloodpressureprevalencetext/en/,

diakses tanggal 20 September 2013).

Page 50: Askep Binaan Damar

Wihastuti TA, Ika Setyo R, Luh Putu AA. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga

dengan Tingkat Kepatuhan Diet Rendah Garam pada Penderita Hipertensi di

Poliklinik Jantung Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang. Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya.

Wilkinson, Judith. 2005. Nursing Diagnoses Handbook With NIC Interventions Dan

NOC Outcomes. New Jersey: Pearson Prentica Hall.

Wolff, Hans Peter. 2009. Hipertensi – cara mendeteksi dan Mencegah Tekanan darah

Tinggi Sejak Dini. Jakarta: Buana Ilmu Populer.

Page 51: Askep Binaan Damar