balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research...

98
ISSN : 2442-3939 VOL. 11 NO. 3 EDISI AGUSTUS 2017 JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH BULUKUMBA Penggunaan Model Pembelajaran Kolaborasi dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Bagi Siswa Kelas X MIPA 1 SMA Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017 Sitti Hadijah Analisis Ekonomi Usaha Keripik Nangka dengan Alat Penggorengan Vakum (Vacuum Frying) Pattahuddin Kontribusi Konsep Diri Dan Persepsi Siswa Tentang Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Berprestasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas Xi Sma Negeri di Kabupaten Bulukumba Rany Suryani Hasyim Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Metode Klos Bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Tahun Pelajaran 2016/2017 Marhaeni Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping Bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Biolla Analisis Tingkat Kepuasan Peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan Bagi Pimpinan BP3K Terhadap Kualitas Penyelenggaraan Diklat di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku dengan Menggunakan Metode Servqual Terkelin Pinem / Mustafa Penerapan Pengajaran Model Gabungan Ceramah dan Pengajaran Autentik untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar PKn Pokok Bahasan Pelaksanaan Demokrasi dalam Berbagai Kehidupan Bagi Siswa Kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Bulukumba Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017 Darmawati Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Himpunan dengan Pemberian Tugas Terkoreksi di Kelas VII-3 SMP Negeri 1 Bulukumba Nur Intang BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN Jurnal Pinisi Research Vol. 11 No. 3 Hal. 133 – 216 Bulukumba, Agustus 2017 ISSN 2442-3939

Transcript of balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research...

Page 1: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

ISSN : 2442-3939 VOL. 11 NO. 3 EDISI AGUSTUS 2017

JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH BULUKUMBA

Penggunaan Model Pembelajaran Kolaborasi dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar

Bahasa Indonesia Bagi Siswa Kelas X MIPA 1 SMA Semester Genap Tahun Pelajaran

2016/2017 Sitti Hadijah

Analisis Ekonomi Usaha Keripik Nangka dengan Alat

Penggorengan Vakum (Vacuum Frying) Pattahuddin

Kontribusi Konsep Diri Dan Persepsi Siswa Tentang Perhatian Orang Tua

Terhadap Motivasi Berprestasi dan Hasil Belajar Biologi

Siswa Kelas Xi Sma Negeri di Kabupaten Bulukumba Rany Suryani Hasyim

Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Metode Klos Bagi

Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Tahun Pelajaran 2016/2017 Marhaeni

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi pokok Bangun Ruang

Sisi Datar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping

Bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Biolla

Analisis Tingkat Kepuasan Peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan Bagi Pimpinan

BP3K Terhadap Kualitas Penyelenggaraan Diklat di Balai Besar Pelatihan

Pertanian (BBPP) Batangkaluku dengan Menggunakan Metode Servqual Terkelin Pinem / Mustafa

Penerapan Pengajaran Model Gabungan Ceramah dan Pengajaran Autentik untuk

Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar PKn Pokok Bahasan Pelaksanaan

Demokrasi dalam Berbagai Kehidupan Bagi Siswa Kelas X IPS 1 SMA

Negeri 1 Bulukumba Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017 Darmawati

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Himpunan dengan

Pemberian Tugas Terkoreksi di Kelas VII-3 SMP Negeri 1 Bulukumba Nur Intang

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH

KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN

Jurnal Pinisi Research

Vol. 11 No. 3 Hal. 133 – 216 Bulukumba, Agustus 2017

ISSN 2442-3939

Page 2: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH BULUKUMBA

VOL.11 NO. 3 ISSN: 2442-3939 AGUSTUS 2017

Pelindung : Bupati Bulukumba

Pembina : Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten

Bulukumba

Penanggungjawab : Hj. A. Ruhaya, S.Pd.

Dewan Redaksi : A. Rakhmat Syarif, S.E.

A. Nurhayati B., S.E.

Hj. Nuraeni, S.E., M.Si.

Abdul Rajab, SP., M.Si.

Pemimpin Redaksi : Dr. Drs. Baharuddin P., SE, M.Si.

Penyunting/Editor : Drs. Abd. Rajab, M.Si.

Drs. Rusli Umar, M.Pd.

Muh. Jafar, S. Pd, M.Pd.

H. Arafah, S. Pd, M.Pd.

Jihad Talib, S.Pd.,M.Hum.

Design Grafis & Fotografer : Ani, SP., M.AP.

Makraus Nursyam, S.ST.

Pemimpin Sekretariat : Muhammad Yunus, S.Sos.

Urusan Administrasi : A. Aswan, S.Sos.

Kedurvian Heryanto

Urusan Keuangan : Hj. Nur Aeni, S.E.

Urusan Sirkulasi dan Distribusi : Mansur

Wati Iswati, S.E.

Irdana, S.E.

Urusan Artistik dan Multimedia : Abd. Wahid S., S.E.

Alamat Sekretariat :

Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

Jl. Durian No. 2 Bulukumba Sulawesi Selatan

Telp. +62413 81102, Faks. +62413 81102

Email : [email protected]

Jurnal Pinisi Research memuat pemikiran ilmiah, hasil-hasil kajian penelitian, atau tinjauan kepustakaan

bidang penelitian dan pengembangan yang terbit empat kali dalam setahun

(Februari, Mei, Agustus, dan November)

Redaksi menerima karya ilmiah atau artikel kajian, gagasan di bidang penelitian dan pengembangan.

Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah makna substansi tulisan.

Page 3: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

ISSN : 2442-3939

Redaksi Jurnal Pinisi Research:

Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BALITBANGDA)

Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan

Jl. Durian No. 2 Bulukumba 92511

Telepon: +62413 81102, Faks: +62413 81102

e-mail: [email protected]

Page 4: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

SAMBUTAN

KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH

KABUPATEN BULUKUMBA

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT dan atas

rahmat serta hidayah-Nya, sehingga Jurnal “PINISI RESEARCH”

terbitan Volume 11 Nomor 3 Edisi Agustus 2017 dapat diselesaikan.

Sebagai rangkaian menyambut HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72, tepatnya di

Bulan Agustus ini, Jurnal “PINISI RESEARCH” sebagai media informasi dan sosialisasi

hasil-hasil penelitian, senantiasa berusaha untuk memperbaiki tampilannya, baik materi

maupun penyajian. Hal itu dilakukan semata-mata untuk memenuhi harapan para pembaca.

Untuk itu, kami dari tim penyusun akan selalu berusaha berbuat yang terbaik, demi

terwujudnya sebuah media baca yang cukup representatif dalam menghimpun karya anak

bangsa. Jurnal “PINISI RESEARCH” yang bertujuan menghadirkan sebuah media wahana

dalam menuangkan kreasi dan kreativitas bagi para pemangku kepentingan, baik yang

bermukim di dalam maupun di luar wilayah Kabupaten Bulukumba. Suksesnya penerbitan

edisi Agustus tahun 2017 ini, akan menambah keyakinan kami untuk terus berkarya dan

berinovasi.

Keberhasilan tim penyusun dalam menyelesaikan Jurnal “PINISI RESEARCH” ini,

bukanlah semata-mata atas kemampuan tim penyusun, melainkan atas bantuan, bimbingan,

serta motivasi dari berbagai pihak, yang telah berpartisipasi dalam penerbitan jurnal ini.

Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih.

Wabillahi Taupiq Walhidayah,

Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

Bulukumba, Agustus 2017

MUHAMMAD AMRAL, S.E., M.Si.

VOL. 11 NO. 3 ISSN : 2442-3939 AGUSTUS 2017

Page 5: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

PENGANTAR

PEMIMPIN REDAKSI JURNAL PINISI RESEARCH

KABUPATEN BULUKUMBA

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Hadirnya “Jurnal Pinisi Research” yang dikelola oleh Badan Penelitian

dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kabupaten Bulukumba sebagai

media penyaluran informasi dan sosialisasi hasil-hasil kajian dan

penelitian, serta karya tulis ilmiah menghadirkan wadah yang dapat

memberikan solusi terhadap dinamika yang terjadi di lingkungan

Pemerintah Kabupaten Bulukumba pada khususnya, dunia penelitian masyarakat atau

komunitas akademik pada umumnya, diharapkan dapat mengagregasi dan mengelaborasi

berbagai potensi baik seumberdaya alam maupun sumberdaya manusia dalam berbagai

prespektif, baik sosial, budaya, ekonomi, maupun politik.

Kumpulan tulisan yang secara berkala diterbitkan khususnya pada Jurnal Volume 11

Nomor 3 Edisi Agustus 2017 telah melalui proses yang selektif, dirangkum dalam bentuk

kajian, dan diharapkan menjadi bahan yang memperkaya pengetahuan bagi setiap pembaca.

Konteks kali ini dalam suasana menyambut perayaan HUT RI ke-72, Badan

Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) hadir dengan konfigurasi yang tetap

fokus pada kajian riset, kajian di bidang pendidikan, dan kajian di bidang pertanian. Hal yang

pasti bahwa kehadiran berbagai media informasi kelitbangan menjadi kebutuhan penting

untuk menunjang hadirnya ragam kegiatan riset atau kelitbangan yang dilakukan tidak hanya

oleh institusi pemerintah daerah tapi dikalangan lembaga pendidikan dan masyarakat pada

umumnya.

Terima kasih atas responnya dan dukungan seluruh pembaca yang budiman atas

eksistensi Jurnal Pinisi Research.

Bulukumba, Agustus 2017

Dr. Drs. BAHARUDDIN P., S.E., M.Si.

VOL. 11 NO. 3 ISSN : 2442-3939 AGUSTUS 2017

Page 6: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

i

Pengantar Redaksi Membangun Kemitraan

Profesionalisme

uji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Penelitian dan Pengembangan

Daerah Kabupaten Bulukumba telah berhasil menerbitkan Jurnal Pinisi Research pada

Volume 11 Nomor 3 Edisi Agustus 2017. Sebuah upaya yang dilandasi komitmen

para Penulis maupun Dewan Redaksi untuk senantiasa bersama-sama

meningkatkan profesionalisme kelitbangan bidang pemerintahan daerah. Dalam upaya

membangun kemitraan profesionalisme, redaksi senantiasa melakukan perluasan komunitas

profesionalisme, intelektual, dengan memberi kesempatan yang seluas-luasnya bagi mereka untuk

berpartisipasi dalam Jurnal Pinisi Research.

Pada edisi ini redaksi menyajikan 8 (delapan) artikel yang membahas tentang :

Penggunaan Model Pembelajaran Kolaborasi dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa

Indonesia Bagi Siswa Kelas X MIPA 1 SMA Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017*),

Analisis Ekonomi Usaha Keripik Nangka dengan Alat Penggorengan Vakum (Vacuum Frying)*),

Kontribusi Konsep Diri dan Persepsi Siswa Tentang Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi

Berprestasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas Xi Sma Negeri Di Kabupaten Bulukumba*), Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Metode Klos Bagi

Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Tahun Pelajaran 2016/2017*),

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar

Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping Bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA

Negeri 1 Bulukumba*), Analisis Tingkat Kepuasan Peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan

Bagi Pimpinan BP3K Terhadap Kualitas Penyelenggaraan Diklat di Balai Besar Pelatihan

Pertanian (BBPP) Batangkaluku dengan Menggunakan Metode Servqual*), Penerapan Pengajaran

Model Gabungan Ceramah dan Pengajaran Autentik untuk Meningkatkan Proses dan Hasil

Belajar PKn Pokok Bahasan Pelaksanaan Demokrasi dalam Berbagai Kehidupan Bagi Siswa

Kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Bulukumba Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017*), Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Himpunan dengan

Pemberian Tugas Terkoreksi di Kelas VII-3 SMP Negeri 1 Bulukumba*).

Pada bulan Agustus tahun 2017, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten

Bulukumba kembali berinisiatif menerbitkan Jurnal Pinisi Research Volume 11 No. 3 Edisi

Agustus 2017 yang menjadi icon media berkala ilmiah yang mampu mendorong kuriositas para

peneliti/perekayasa.

Selain itu demi terwujudnya para calon peneliti/perekayasa di bidang pemerintahan,

pendidikan dan kesehatan yang berkiprah secara profesional, sehingga mempercepat terwujudnya

tata kelola pemerintahan yang lebih baik.

Akhir kata, segenap staf redaksi Jurnal Pinisi Research mengucapkan selamat berkarya

dan salam sejahtera sukses bahagia selalu.

Salam Redaksi

VOL. 11 NO. 3 ISSN : 2442-3939 AGUSTUS 2017

Page 7: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

ii

Daftar Isi ]

Pengantar Redaksi i

Daftar Isi ii

Penggunaan Model Pembelajaran Kolaborasi dalam Upaya Meningkatkan

Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Bagi Siswa Kelas X MIPA 1 SMA Semester

Genap Tahun Pelajaran 2016/2017 Sitti Hadijah

Analisis Ekonomi Usaha Keripik Nangka dengan Alat Penggorengan Vakum

(Vacuum Frying) Pattahuddin

Kontribusi Konsep Diri dan Persepsi Siswa Tentang Perhatian Orang Tua

Terhadap Motivasi Berprestasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas Xi Sma

Negeri di Kabupaten Bulukumba Rany Suryani Hasyim

Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Metode

Klos Bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Tahun Pelajaran

2016/2017

Marhaeni

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi pokok Bangun

Ruang Sisi Datar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping

Bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Biolla

Analisis Tingkat Kepuasan Peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan Bagi

Pimpinan BP3K Terhadap Kualitas Penyelenggaraan Diklat di Balai Besar

Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku dengan Menggunakan Metode

Servqual Terkelin Pinem / Mustafa

Penerapan Pengajaran Model Gabungan Ceramah dan Pengajaran Autentik

untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar PKn Pokok Bahasan Pelaksanaan

Demokrasi dalam Berbagai Kehidupan Bagi Siswa Kelas X IPS 1 SMA Negeri

1 Bulukumba Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017 Darmawati

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Himpunan

dengan Pemberian Tugas Terkoreksi di Kelas VII-3 SMP Negeri I Bulukumba Nur Intang

i

ii

133 - 142

143 - 148

149 - 160

161 - 170

171 - 188

189 - 198

199 - 208

209 - 216

VOL. 11 NO. 3 ISSN : 2442-3939 AGUSTUS 2017

Page 8: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Penggunaan Model Pembelajaran Kolaborasi dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia

Bagi Siswa Kelas X MIPA 1 SMA Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017 Sitti Hadijah 133

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORASI DALAM UPAYA

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA BAGI SISWA

KELAS X MIPA 1 SMA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Sitti Hadijah *)

Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan

Guru SMA Negeri 1 Bulukumba

Email: [email protected]

Abstrak

Dalam proses pembelajaran yang menyangkut materi, metode, media alat peraga dan sebagainya harus

juga mengalami perubahan kearah pembaharuan (inonvasi). Dengan adanya inovasi tersebut di atas

dituntut seorang guru untuk lebih kreatif dan inovatif, terutama dalam menentukan model dan metode

yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan siswa terutama pembentukan kecakapan hidup (life

skill) siswa yang berpijak pada lingkungan sekitarnya. Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (a)

Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar Bahasa Indonesia dengan diterapkannya model pengajaran

kolaborasi pada siswa Kelas X MIPA 1 SMA Negeri 1 Bulukumba Tahun Pelajaran 2016 / 2017

? (b) Bagaimanakah pengaruh Model pengajaran kolaborasi terhadap motivasi belajar Bahasa

Indonesia pada siswa Kelas X MIPA 1 SMA Negeri 1 Bulukumba Tahun Pelajaran 2016 / 2017

?. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar

Bahasa Indonesia setelah diterapkannya model pengajaran kolaborasi. (b) Ingin mengetahui pengaruh

motivasi belajar Bahasa Indonesia setelah diterapkan model pengajaran kolaborasi. Penelitian ini

menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari

empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini

adalah siswa Kelas X MIPA 1 SMA Negeri 1 Bulukumba . Data yang diperoleh berupa hasil tes

formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi

belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu, siklus I (51%) dan siklus II

(89%). Simpulan dari penelitian ini adalah model pengajaran kolaborasi dapat berpengaruh positif

terhadap prestasi, minat, perhatian dan partipasi, motivasi belajar Siswa SMA Negeri 1 Bulukumba,

serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Bahasa

Indonesia.

Kata Kunci: bahasa indonesia, pengajaran kolaboratif

Abstract *)

In the process of learning concerning the material, methods, media props and so on should also

undergo a change towards the renewal (inonvasi). With the above innovations required a teacher to

be more creative and innovative, especially in determining the right model and method will determine

the success of students, especially the formation of life skills (life skills) students who are based on the

surrounding environment. This study is based on the problems: (a) How to improve the learning

achievement of Indonesian language by applying the model of collaborative teaching on the students

of Class X MIPA 1 SMA Negeri 1 Bulukumba Lesson Year 2016/2017? (B) How is the influence of the

collaborative teaching model on the motivation of Indonesian learning in the students of Grade X

MIPA 1 SMA Negeri 1 Bulukumba Lesson Year 2016/2017 ?. While the purpose of this research are:

(a) Want to know the improvement of Indonesian learning achievement after the implementation of

collaborative teaching model. (B) Want to know the influence of Indonesian learning motivation after

applied collaborative teaching model. This research uses action research for two rounds. Each round

consists of four stages: design, activity and observation, reflection, and refission. Target of this

research is student of Class X MIPA 1 SMA Negeri 1 Bulukumba. The data obtained in the form of

formative test results, observation sheet of teaching and learning activities. From the analyst's result,

it is found that students' learning achievement has increased from cycle I to cycle II that is, cycle I

(51%) and cycle II (89%). The conclusion of this research is the model of collaborative teaching can

have a positive effect on the achievement, interest, attention and participation, the motivation to study

the students of SMA Negeri 1 Bulukumba, and this learning model can be used as an alternative to

Indonesian language learning.

Keywords:

Page 9: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

134 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

PENDAHULUAN

Di era globalisasi yang sedang

berlangsung dewasa ini, Indonesia menghadapi

berbagai tantangan. Tantangan tersebut antara

lain persaingan ketat dalam perdangan

internasional sebagai konsekuensi pasar bebas

di kawasan ASEAN dan Asia Pasifik. Hal

tersebut telah menimbulkan berbagai masalah

kehidupan, termasuk matinya produk-produk

perdangan lokal, bahkan pabrik-pabrik teksil

dalam negeri, karena tidak mampu bersaing

dengan produk luar. Contohnya: kalau jalan-

jalan ke swalayan, dapat kita saksikan berapa

prosen produk dalam negeri yang dipasarkan,

bahkan mencari jeruk Garut atau apel Malang

saja sudah susah. Menghadapi tantangan dan

permasalahan tersebut, pendidikan harus

berorientasi sesuai dengan kondisi dan tuntutan

itu, agar output pendidikan dapat mengikuti

perkembangan yang terjadi. Dalam kondisi ini,

manajemen birokratik sentralistik yang telah

menghasilkan pola penyelenggaraan

pendidikan yang seragam dalam berbagai

kondisi lokal yang berbeda untuk berbagai

lapisan masyarakat yang berbeda, tidak bisa

dipertahankan lagi. Dikatakan demikian,

karena muatan dan proses pembelajaran di

sekolah selama ini menjadi miskin variasi,

berbasis pada standar nasional yang kaku, dan

diimplementasikan di sekolah atas dasar

petunjuk-petunjuk yang cenderung serba detail.

Di samping itu, peserta didik dievaluasi atas

dasar akumulasi pengetahun yang telah

diperolehnya, sehingga orang tua tidak

mempunyai variasi pilihan atas jasa pelayanan

pendidikan bagi anak-anaknya, sumber-sumber

pembelajaran di “dunia” nyata dan unggulan

daerah tidak dimanfaatkan bagi kepentingan

pendidikan di sekolah, dan lulusan hanya

mampu menghafal tanpa memahami.

Tantangan masa depan yang beberapa

indikatornya telah nampak akhir-akhir ini,

menuntut manusia yang mandiri, sehingga

peserta didik harus dibekali dengan kecakapan

hidup (life skill) melalui muatan, proses

pembelajaran dan aktivitas lain di sekolah.

Kecakapan hidup di sini tidak semata-mata

terkait dengan motif ekonomi secara sempit,

seperti keterampilan untuk bekerja, tetapi

menyangkut aspek sosial-budaya seperti cakap,

berdemokrasi, ulet, dan memilii budaya belajar

sepanjang hayat. Dengan demikian, pendidikan

yang berorientasi kecapakan hidup pada

hakekatnya adalah pendidikan untuk

membentuk watak dan etos. Perkembangan

global saat ini juga menuntut dunia pendidikan

untuk selalu mengubah konsep berpikirnya.

Konsep lama mungkin sudah tidak sesuai

dengan perkembangan saat ini, lebih-lebih

untuk yang akan datang. Untuk itulah,

perubahan selalu dilakukan sesuai dengan

perkembangan zaman. Belajar adalah proses

penambahan pengetahun. Konsep ini muncul

pada pengertian paling awal. Namum

pandangan ini, ternyata masih berlaku bagi

sebagian orang di negeri ini. Dengan pijakan

konsep ini, belajar seolah-olah hanya

penjejalan ilmu pengetahun kepada siswa.

Pandangan ini tidak terlu salah karena pada

kenyataannya bahwa belajar itu menambah

pengetahun kepada anak didik. Namum

demikian, konsep ini masih sangat parsial,

telalu sempit, dan menjadikan siswa sebagai

individu-individu yang pasif dan repesif. Siswa

layaknya sebuah benda kosong yang perlu diisi

sampai penuh tanpa melihat potensi yang

sebenarnya sudah ada pada siswa. Pendidikan

formal saat ini ditandai dengan adanya

perubahan yang berkali-kali dalam beberapa

tahun terakhir ini ditandai dengan adanya suatu

perubahan (inovasi). Perubahan pada

hakekatnya adalah sesuatu hal yang wajar

karena perubahan itu adalah sesuatu yang

bersifat kodrati dan manusiawi. Hanya ada dua

alternatif pilihan yaitu menghadapi tantangan

yang ada di dalamnya atau mencoba

menghindarinya. Jika perubahan direspon

positif akan menjadi peluang dan jika

perubahan direspon negatif akan menjadi arus

kuat yang menghempaskan dan mengalahkan

kita. Dalam proses pembelajaran yang

menyangkut materi, metode, media alat peraga

dan sebagainya harus juga mengalami

perubahan kearah pembaharuan (inonvasi).

Dengan adanya inovasi tersebut di atas dituntut

seorang guru untuk lebih kreatif dan inovatif,

terutama dalam menentukan model dan metode

yang tepat akan sangat menentukan

keberhasilan siswa terutama pembentukan

kecakapan hidup (life skill) siswa yang berpijak

pada lingkungan sekitarnya.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian

tindakan (action research), karena penelitian

dilakukan untuk memecahkan masalah

pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga

termasuk penelitian deskriptif, sebab

menggambarkan bagaimana suatu teknik

pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil

yang diinginkan dapat dicapai. Menurut

Sukidin dkk. (2002:54) ada 4 macam bentuk

penelitian tindakan, yaitu: (1) penelitian

tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian

tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan

Page 10: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Penggunaan Model Pembelajaran Kolaborasi dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia

Bagi Siswa Kelas X MIPA 1 SMA Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017 Sitti Hadijah 135

simultan terintegratif, dan (4) penelitian

tindakan sosial eksperimental. Keempat

bentuk penelitian tindakan di atas, ada

persamaan dan perbedaannya. Menurut Oja dan

Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbolah,

(2000) (dalam Sukidin, dkk. 2002:55), ciri-ciri

dari setiap penelitian tergantung pada: (1)

tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2)

tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti dan

peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan

dalam melakukan penelitian, dan (4) hubungan

antara proyek dengan sekolah. Dalam

penelitian ini menggunakan bentuk guru

sebagai peneliti, dimana guru sangat berperan

sekali dalam proses penelitian tindakan kelas.

Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian

tindakan kelas ialah untuk meningkatkan

praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam

kegiatan ini, guru terlibat langsung secara

penuh dalam proses perencanaan, tindakan,

observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain

dalam penelitian ini peranannya tidak dominan

dan sangat kecil.

Penelitian ini mengacu pada perbaikan

pembelajaran yang berkesinambungan.

Kemmis dan Taggart (1988:14) (dalam

Arikunto, 2002: 83), menyatakan bahwa model

penelitian tindakan adalah berbentuk spiral.

Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus

meliputi perencanaan atau pelaksanaan

observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan

akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan

dan dirasa sudah cukup.

A. Rancangan Penelitian

Menurut pengertiannya penelitian tindakan

adalah penelitian tentang hal-hal yang

terjadi dimasyarakat atau sekolompok

sasaran, dan hasilnya langsung dapat

dikenakan pada masyarakat yang

bersangkutan (Arikunto, 2002:82). Ciri

atau karakteristik utama dalam penelitian

tindakan adalah adanya partisipasi dan

kolaborasi antara peneliti dengan anggota

kelompok sasaran. Penelitian tidakan

adalah satu strategi pemecahan masalah

yang memanfaatkan tindakan nyata dalam

bentuk proses pengembangan invovatif

yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi

dan memecahkan masalah. Dalam

prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam

kegiatan tersebut dapat saling mendukung

satu sama lain. Sedangkan tujuan penelitian

tindakan harus memenuhi beberapa prinsip

sebagai berikut:

1. Permasalahan atau topik yang dipilih

harus memenuhi kriteria, yaitu benar-

benar nyata dan penting, menarik

perhatian dan mampu ditangani serta

dalam jangkauan kewenangan peneliti

untuk melakukan perubahan.

2. Kegiatan penelitian, baik intervensi

maupun pengamatan yang dilakukan

tidak boleh sampai mengganggu atau

menghambat kegiatan utama.

3. Jenis intervensi yang dicobakan harus

efektif dan efisien, artinya terpilih

dengan tepat sasaran dan tidak

memboroskan waktu, dana dan tenaga.

4. Metodologi yang digunakan harus

jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah

dari tindakan dirumuskan dengan tegas

sehingga orang yang berminat terhadap

penelitian tersebut dapat mengecek

setiap hipotesis dan pembuktiannya.

5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat

merupakan proses kegiatan yang

berkelanjutan (on-going), mengingat

bahwa pengembangan dan perbaikan

terhadap kualitas tindakan memang

tidak dapat berhenti tetapi menjadi

tantangan sepanjang waktu.

(Arinkunto, 2002:82-83).

Sesuai dengan jenis penelitian

yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka penelitian ini menggunakan model

penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart (dalam Arikunto, 2002: 83), yaitu

berbentuk spiral dari siklus yang satu ke

siklus yang berikutnya. Setiap siklus

meliputi planning (rencana), action

(tindakan), observation (pengamatan), dan

reflection (refleksi). Langkah pada siklus

berikutnya adalah perncanaan yang sudah

direvisi, tindakan, pengamatan, dan

refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1

dilakukan tindakan pendahuluan yang

berupa identifikasi permasalahan. Siklus

spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan

kelas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Rancangan/rencana awal, sebelum

mengadakan penelitian peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan

dan membuat rencana tindakan,

termasuk di dalamnya instrumen

penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi

tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun

pemahaman konsep siswa serta

mengamati hasil atau dampak dari

diterapkannya strategi pembelajaran

ekspositori.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat

dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan

Page 11: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

136 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

berdasarkan lembar pengamatan yang

diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi,

berdasarkan hasil refleksi dari

pengamat membuat rangcangan yang

direvisi untuk dilaksanakan pada siklus

berikutnya.

Observasi dibagi dalam setiap

siklus, yaitu siklus 1, 2, dan seterusnya,

dimana masing siklus dikenai perlakuan

yang sama (alur kegiatan yang sama) dan

membahas satu sub pokok bahasan yang

diakhiri dengan tes formatif di akhir

masing putaran. Siklus ini berkelanjutan

dan akan dihentikan jika sesuai dengan

kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang

digunakan dalam melakukan penelitian

untuk memperoleh data yang diinginkan.

Penelitian ini bertempat di SMA Negeri

1 Bulukumba tahun pelajaran 2016 /

2017 .

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu

berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian

ini dilaksanakan pada bulan Januari

sampai April 2015.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas

X MIPA 1 SMA Negeri 1 Bulukumba

Semester Genap Tahun Pelajaran 2016 /

2017 pada pokok bahasan menceritakan

peristiwa yang dilihat atau dialami.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap,

yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap

pelaksanaan, dan (3) tahap penyelesaian.

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap

persiapan ini adalah mempersiapkan

segala sesuatu yang berhubungan

dengan pelaksanaan penelitian. Dalam

kegiatan ini diharapkan pelaksanaan

penelitian akan berjalan lancer dan

mencapai tujuan yang diinginkan.

Kegiatan persiapan ini meliputi: (1)

kajian pustaka, (2) pengurusan

administrasi perijinan, (3) penyusunan

rancangan penelitian, (4) orientasi

lapangan, dan (5) penyusunan

instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan penelitian ini,

kegiatan yang dilakukan meliputi: (1)

pengumpulan data melalui tes dan

pengamatan yang dilakukan persiklus,

(2) diskusi dengan pengamat untuk

memecahkan kekurangan dan

kelemahan selama proses belajar

mengajar persiklus, (3) menganalisi

data hasil penelitian persiklus, (4)

menafsirkan hasil analisis data, dan (5)

bersama-sama dengan pengamat

menentukan langkah perbaikan untuk

siklus berikutnya.

3. Tahap Penyelesaian

Dalam tahap penyelesaian, kegiatan

yang dilakukan meliputi: (1) menyusun

draf laporan penelitian, (2)

mengkonsultasikan draf laporan

penelitian, (3) merevisi draf laporan

penelitian, (4) menyusun naskah

laporan penelitian, dan (5)

menggandakan laporan penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Alat pengumpul data dalam penelitian ini

adalah tes buatan guru yang fungsinya

adalah: (1) Untuk menentukan seberapa

baik siswa telah menguasai bahan pelajaran

yang diberikan dalam waktu tertentu; (2)

Untuk menentukan apakah suatau tujuan

telah tercapai; dan (3) Untuk memperoleh

suatu nilai (Arikunto, Suharsimi,

2002:149). Sedangkan tujuan dari tes

adalah untuk mengetahui ketuntasan

belajar siswa secara individual maupun

secara klasikal. Disamping itu untuk

mengetahui letak kesalahan-kesalahan

yang dilakukan siswa sehingga dapat

dilihat dimana kelemahannya, khususnya

pada bagian mana TPK yang belum

tercapai. Untuk memperkuat data yang

dikumpulkan maka juga digunakan metode

observasi (pengamatan) yang dilakukan

sendiri oleh guru untuk mengetahui dan

merekam aktivitas siswa dalam proses

belajar mengajar.

F. Teknik Analisis Data

Dalam rangka menyusun dan mengolah data

yang terkumpul sehingga dapat

mengahsilkan suatu kesimpulan yang dapat

dipertanggungjawabkan, maka digunakan

analisis data kuantitatif dan pada metode

observasi digunakan data kualitatif. Cara

perhitungan untuk mengetahui ketuntasan

belajar siswa dalam proses belajar mengajar

sebagai berikut:

Page 12: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Penggunaan Model Pembelajaran Kolaborasi dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia

Bagi Siswa Kelas X MIPA 1 SMA Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017 Sitti Hadijah 137

1. Merekapitulasi hasil tes.

2. Merekapitulasi hasil pengamatan.

3. Menghitung jumlah skor yang tercapai

dan prosentasenya untuk masing-masing

siswa dengan menggunakan rumus

ketuntasan belajar seperti yang terdapat

dalam buku petunjuk teknis penilaian

yaitu siswa dikatakan tuntas secara

individual jika mendapatkan nilai

minimal 75, sedangkan secara klasikal

dikatakan tuntas belajar jika jumlah

siswa yang tuntas secara individu

mencapai 85% yang telah mencapai daya

serap lebih dari sama dengan 75%.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa

data observasi pengamatan pengelolaan model

pengajaram kolaborasi dan pengamatan

aktivitas siswa dan guru pada akhir

pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada

setiap siklus. Data lembar observasi diambil

dari dua pengamatan yaitu data pengamatan

pengelolaan model pengajaram kolaborasi yang

digunakan untuk mengetahui pengaruh

penerapan model pengajaram kolaborasi dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa dan data

pengamatan aktivitas siswa dan guru serta data

pengamatan minat, keterlibatan, dan partisipasi

siswa dalam mengikuti kegiatan belajar

mengajar. Data tes formatif untuk mengetahui

peningkatan prestasi belajar siswa setelah

diterapkan proses belajar mengajar dengan

menerapkan model pengajaram kolaborasi.

A. Analisis Data Penelitian Persiklus

Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan

perangkat pembelajaran yang terdiri

dari rencana pelajaran 1, soal tes

formatif 1 dan alat-alat pengajaran

yang mendukung. Selain itu juga

dipersiapkan lembar observasi

pengolahan model pengajaram

kolaborasi, dan lembar observasi

aktivitas guru dan siswa.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

untuk siklus I dilaksanakan di Kelas X

MIPA 1 dengan jumlah siswa 35

siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak

sebagai pengajar, sedangkan yang

bertindak sebagai pengamat adalah

wali Kelas X MIPA 1 dengan

dibantu oleh seorang guru. Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada

rencana pelajaran yang telah

dipersiapkan. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksaaan belajar mengajar. Pada

akhir proses belajar mengajar siswa

diberi tes formatif I dengan tujuan

untuk mengetahui tingkat keberhasilan

siswa dalam proses belajar mengajar

yang telah dilakukan. Adapun data

hasil penelitian pada siklus I adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.1. Rekapitulasi Hasil Tes

Formatif Siswa Pada Siklus I

No Uraian Hasil

Siklus I

1

2

3

Nilai rata-rata tes

formatif

Jumlah siswa

yang tuntas

belajar

Persentase

ketuntasan belajar

75,93

18

51

Dari tabel di atas dapat dijelaskan

bahwa dengan menerapkan model

pengajaram kolaborasi diperoleh nilai

rata-rata prestasi belajar siswa adalah

75,93 dan ketuntasan belajar mencapai

51% atau ada 18 siswa dari 35 siswa

sudah tuntas belajar. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa pada siklus

pertama secara klasikal siswa belum

tuntas belajar, karena siswa yang

memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar

51% lebih kecil dari persentase

ketuntasan yang dikehendaki yaitu

sebesar 85%. Hal ini disebabkan

karena siswa masih merasa baru dan

belum mengerti apa yang dimaksudkan

dan digunakan guru dengan

menerapkan model pengajaram

kolaborasi.

c. Analilisis Data Minat, Perhatian,

Partisipasi

1) Minat

Dari analisis data diperoleh hasil

sebanyak 20 siswa (57,14%)

memiliki minat baik, 8 siswa

(22,86%) memiliki minat cukup, 8

siswa (22,86%) memiliki minat

kurang.

2) Perhatian

Page 13: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

138 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

Dari analisis data diperoleh hasil

sebanyak 20 siswa (57,14%)

memiliki perhatian baik, 7 siswa

(20,00%) memiliki perhatian cukup,

8 siswa (22,86%) memiliki

perhatian kurang.

3) Partisipasi

Dari analisis data diperoleh hasil

sebanyak 19 siswa (54,28%)

memiliki partisipasi baik, 8 siswa

(22,86%) memiliki partisipasi

cukup, 8 siswa (22,86%) memiliki

partisipasi kurang.

d. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar diperoleh informasi dari hasil

pengamatan sebagai berikut:

1) Guru kurang maksimal dalam

memotivasi siswa dan dalam

menyampaikan tujuan pembelajaran

2) Guru kurang maksimal dalam

pengelolaan waktu

3) Siswa kurang aktif selama

pembelajaran berlangsung

e. Refisi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

pada siklus I ini masih terdapat

kekurangan, sehingga perlu adanya

revisi untuk dilakukan pada siklus

berikutnya.

1) Guru perlu lebih terampil dalam

memotivasi siswa dan lebih jelas

dalam menyampaikan tujuan

pembelajaran. Dimana siswa diajak

untuk terlibat langsung dalam setiap

kegiatan yang akan dilakukan.

2) Guru perlu mendistribusikan waktu

secara baik dengan menambahkan

informasi-informasi yang dirasa

perlu dan memberi catatan

3) Guru harus lebih terampil dan

bersemangat dalam memotivasi

siswa sehingga siswa bisa lebih

antusias.

Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan

perangkat pembelajaran yang terdiri

dari rencana pelajaran 3, soal tes

formatif 3 dan alat-alat pengajaran

yang mendukung. Selain itu juga

dipersiapkan lembar observasi

pengelolaan model pengajaram

kolaborasi dan lembar observasi

aktivitas guru dan siswa.

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

untuk siklus II dilaksanakan di Kelas X

MIPA 1 dengan jumlah siswa 35

siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak

sebagai pengajar, sedangkan yang

bertindak sebagai pengamat adalah

wali Kelas X MIPA 1 dengan

dibantu oleh seorang guru. Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada

rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus I,

sehingga kesalahan atau kekurangan

pada siklus II tidak terulang lagi pada

siklus II. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar

siswa diberi tes formatif II dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan.

Instrumen yang digunakan adalah tes

formatif II. Adapun data hasil

penelitian pada siklus II adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.2. Hasil Tes Formatif Siswa

pada Siklus II

Berdasarkan tabel diatas diperoleh

nilai rata-rata tes formatif sebesar

88,83 dan dari 35 siswa yang telah

tuntas sebanyak 31 siswa dan 4 siswa

belum mencapai ketuntasan belajar.

Maka secara klasikal ketuntasan belajar

yang telah tercapai sebesar 89%

(termasuk kategori tuntas). Hasil pada

siklus II ini mengalami peningkatan

lebih baik dari siklus II. Adanya

peningkatan hasil belajar pada siklus II

ini dipengaruhi oleh adanya

peningkatan kemampuan guru dalam

menerapkan model pengajaram

kolaborasi sehingga siswa menjadi

lebih terbiasa dengan pembelajaran

seperti ini sehingga siswa lebih mudah

dalam memahami materi yang telah

diberikan.

No Uraian Hasil

Siklus II

1

2

3

Nilai rata-rata tes

formatif

Jumlah siswa

yang tuntas

belajar

Persentase

ketuntasan belajar

88,83

31

89

Page 14: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Penggunaan Model Pembelajaran Kolaborasi dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia

Bagi Siswa Kelas X MIPA 1 SMA Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017 Sitti Hadijah 139

c. Analilisis Data Minat, Perhatian,

Partisipasi

1) Minat

Dari analisis data diperoleh hasil

sebanyak 26 siswa (80,00%)

memiliki minat baik, 4 siswa

(11,43%) yang memiliki minat

cukup, 3 siswa (8,57%) memiliki

minat kurang.

2) Perhatian

Dari analisis data diperoleh hasil

sebanyak 26 siswa (74,28%)

memiliki perhatian baik, 6 siswa

(17,14%) memiliki perhatian cukup,

3 siswa (8,57%) memiliki perhatian

kurang.

3) Partisipasi

Dari analisis data diperoleh hasil

sebanyak 24 siswa (68,57%)

memiliki partisipasi baik, 8 siswa

(22,85%) memiliki partisipasi

cukup, 3 siswa (8,57%) memiliki

partisipasi kurang.

d. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang

telah terlaksana dengan baik maupun

yang masih kurang baik dalam proses

belajar mengajar dengan penerapan

model pengajaram kolaborasi. Dari

data-data yang telah diperoleh dapat

duraikan sebagai berikut:

1) Selama proses belajar mengajar

guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik.

Meskipun ada beberapa aspek yang

belum sempurna, tetapi persentase

pelaksanaannya untuk masing-

masing aspek cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan

diketahui bahwa siswa aktif selama

proses belajar berlangsung.

3) Kekurangan pada siklus-siklus

sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga

menjadi lebih baik.

4) Hasil belajar siswsa pada siklus II

mencapai ketuntasan.

e. Revisi Pelaksanaan

Pada siklus II guru telah menerapkan

model pengajaram kolaborasi dengan

baik dan dilihat dari aktivitas siswa

serta hasil belajar siswa pelaksanaan

proses belajar mengajar sudah berjalan

dengan baik. Maka tidak diperlukan

revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu

diperhatikan untuk tindakan

selanjutnya adalah memaksimalkan

dan mempertahankan apa yang telah

ada dengan tujuan agar pada

pelaksanaan proses belajar mengajar

selanjutnya penerapan model

pengajaram kolaborasi dapat

meningkatkan proses belajar mengajar

sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

B. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa model

pengajaram kolaborasi memiliki

dampak positif dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa. Hal ini dapat

dilihat dari semakin mantapnya

pemahaman siswa terhadap materi

yang disampaikan guru (ketuntasan

belajar meningkat dari siklus I, dan II)

yaitu masing-masing 51%, dan 89%.

Pada siklus II ketuntasan belajar siswa

secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola

Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh

aktivitas siswa dalam proses belajar

mengajar dengan menerapkan model

pengajaram kolaborasi dalam setiap

siklus mengalami peningkatan. Hal ini

berdampak positif terhadap prestasi

belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan

dengan meningkatnya nilai rata-rata

siswa pada setiap siklus yang terus

mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam

Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh

aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran Bahasa Indonesia pada

pada pokok bahasan menceritakan

peristiwa yang dilihat atau dialami

dengan model pengajaram kolaborasi

yang paling dominan adalah bekerja

dengan sesama anggota kelompok,

mendengarkan/memperhatikan

penjelasan guru, dan diskusi antar

siswa/antara siswa dengan guru. Jadi

dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa

dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama

pembelajaran telah melaksanakan

langkah-langkah kegiatan belajar

mengajar dengan menerapkan

pengajaran kolaborasi dengan baik. Hal

ini terlihat dari aktivitas guru yang

muncul di antaranya aktivitas

membimbing dan mengamati siswa

Page 15: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

140 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

dalam menemukan konsep,

menjelaskan materi yang sulit,

memberi umpan balik/evaluasi/tanya

jawab dimana prosentase untuk

aktivitas di atas cukup besar.

4. Analilisis Data Minat, Perhatian,

Partisipasi

a. Minat

Dari analisis data pada siklus I

diperoleh hasil sebanyak 20 siswa

(57,14%) memiliki minat baik, 8

siswa (22,86%) memiliki minat

cukup, 8 siswa (22,86%) memiliki

minat kurang, pada siklus II

diperoleh hasil sebanyak 26 siswa

(80,00%) memiliki minat baik, 3

siswa (8,57%) yang memiliki

minat cukup, 3 siswa (8,57%)

memiliki minat kurang. Dari hasil

ini dapat disimpulkan bahwa

kegiatan pembelajaran Bahasa

Indonesia dengan menerapkan

model pengajaram kolaborasi

dapat meningkatkan minat siswa

terhadap pembelajaran.

b. Perhatian

Dari analisis data pada siklus I

diperoleh hasil sebanyak 20 siswa

(57,14%) memiliki perhatian baik,

8 siswa (22,86%) memiliki

perhatian cukup, 8 siswa (22,86%)

memiliki perhatian kurang, pada

siklus II diperoleh hasil 26 siswa

(74,28%) memiliki perhatian baik,

6 siswa (17,14%) memiliki

perhatian cukup, 3 siswa (8,57%)

memiliki perhatian kurang. Dari

hasil ini dapat diinterpretasikan

bahwa kegiatan pembelajaran

Bahasa Indonesia dengan

menerapkan model pengajaram

kolaborasi dapat meningkatkan

perhatian siswa terhadap

pembelajaran.

c. Partisipasi

Dari analisis data pada siklus I

diperoleh hasil sebanyak 17 siswa

(51,13%) memiliki partisipasi baik,

8 siswa (22,86%) memiliki

partisipasi cukup, 8 siswa

(22,86%) memiliki partisipasi

kurang, siklus II diperoleh hasil 24

siswa (68,57%) memiliki

partisipasi baik, 8 siswa (22,85%)

memiliki partisipasi cukup, 3 siswa

(8,57%) memiliki partisipasi

kurang. Dari hasil ini dapat

diinterpretasikan bahwa kegiatan

pembelajaran Bahasa Indonesia

dengan menerapkan model

pengajaram kolaborasi dapat

meningkatkan partisipasi siswa

terhadap pembelajaran.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dipaparkan selama tiga siklus, hasil seluruh

pembahasan serta analisis yang telah dilakukan

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Model pengajaram kolaborasi dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran

Bahasa Indonesia.

2. Model pengajaram kolaborasi memiliki

dampak positif dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa yang ditandai

dengan peningkatan ketuntasan belajar

siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I

(51%), dan siklus II (89%).

3. Siswa dapat bekerja secara mandiri

maupun kelompok, serta mampu

mempertangungjawabkan segala tugas

individu maupun kelompok.

4. Penerapan model pengajaram kolaborasi

mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat

meningkatkan motivasi, minat perhatian

serta partisipasi belajar siswa.

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian

sebelumnya agar proses belajar mengajar

Bahasa Indonesia lebih efektif dan lebih

memberikan hasil yang optimal bagi siswa,

maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan model pengajaram

kolaborasi memerlukan persiapan yang

cukup matang, sehingga guru harus

mampu menentukan atau memilih topik

yang benar-benar bisa diterapkan dengan

model pengajaram kolaborasi dalam

proses belajar mengajar sehingga

diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi

belajar siswa, guru hendaknya lebih sering

melatih siswa dengan berbagai metode

pengajaran, walau dalam taraf yang

sederhana, dimana siswa nantinya dapat

menemukan pengetahun baru,

memperoleh konsep dan keterampilan,

sehingga siswa berhasil atau mampu

memecahkan masalah-masalah yang

dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut,

karena hasil penelitian ini hanya dilakukan

di SMA Negeri 1 Bulukumba tahun

pelajaran 2016 / 2017 .

Page 16: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Penggunaan Model Pembelajaran Kolaborasi dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia

Bagi Siswa Kelas X MIPA 1 SMA Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017 Sitti Hadijah 141

4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya

dilakukan perbaikan-perbaikan agar

diperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses

Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algesindon.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen

Mengajar Secara Manusiawi.

Jakarta: Rineksa Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.

Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar

Mengajar Pendidikan. Jakarta:

Usaha Nasional

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi

Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa

Cipta.

Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi

Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research.

Yoyakarta: Yayasan Penerbitan

Fakultas Psikologi Universitas

Gajah Mada.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan

Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses

Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai

Pustaka.

Margono. 1997. Metodologi Penelitian

Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.

Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya:

Universitas Press.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi

Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk

Belajar. Surabaya. University Press.

Universitas Negeri Surabaya.

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: Bina Aksara.

Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi

Belajar Mengajar. Jakarta: Bina

Aksara.

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model

Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI,

Universitas Terbuka.

Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar

Mengajar. Surabaya Usaha Nasional

Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian

Tindakan Kelas. Surabaya: Insan

Cendekia.

Sulhan, Najib. 2006. Pembangungan Karakter pada

Anak. Manajemen Pembelajaran Guru

Menuju Sekolah Efektif. Surabaya:

Surabaya Intelektual Club.

Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran

Nasional. Bandung: Jemmars.

Suryosubroto, b. 1997. Proses Belajar Mengajar di

Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu

Pendekatan Baru. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (SISDIKNAS). 2003.

Bandung: Citra Umbaran.

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru

Profesional. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Page 17: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

142 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

Page 18: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Analisis Ekonomi Usaha Keripik Nangka dengan Alat Penggorengan

Vakum (VACUUM FRYING) Pattahuddin 143

ANALISIS EKONOMI USAHA KERIPIK NANGKA DENGAN ALAT PENGGORENGAN

VAKUM (VACUUM FRYING)

Pattahuddin *)

Kementerian Pertanian, UPT. Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku

Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan

Email: [email protected]

Abstrak

Buah nangka matang, setelah di panen pada umumnya umurnya hanya dapat bertahan selama 1-2 hari

saja. Keadaan ini sangat merugikan bagi petani maupun pedagang. Padahal permintaan masyarakat

akan buah nangka terus meningkat. Dengan demikian, perlu diantisipasi akan adanya hal-hal .yang

dapat merugikan petani maupun pedagang. Kajian ini bertujuan 1) Mengetahui berapa besarnya

pendapatan bersih (keuntungan) yang diperoleh usaha usaha keripik nangka dengan menggunakan alat

penggorengan vacuum, 2) Mengetahui nilai pulang pokok dari usaha keripik nangka dengan alat

penggorengan vakum, 3) Mengetahui layak atau tidaknya usaha keripik nangka dengan alat

penggorengan vacuum. Kajian dilaksanakan mulai Juni sampai Juli 2017 di Laboratorum Inkubator

Agribisnis BBPP Batangkaluku. Untuk mengetahu pendapatan dan kelayakan usaha keripik nangka

digunakan analisis ekonomi, yaitu analisis keuntung dan analisis Revenue Cost Rasio dan Break Event

Point. Hasil analisis dengan menggunakan analisis ekonomi, menunjukkan bahwa analisis pendapatan

usaha keripik nangka, memberikan keuntungan sebesar Rp. 185.120,-/hari, dengan total input Rp.

534.880,- dan untuk analisis kelayakan usaha menunjukkan R/C > 1 yaitu 1,35. Hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa usaha usaha keripik nangka menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.

Analisis BEP menunjukkan bahwa untuk mencapai titik impas usaha usaha keripik nangka, akan

tercapai pada tingkat produksi sebanyak 1,5 bungkus/hari dengan hasil penjualan Rp. 29.039,-/hari,

maka usaha keripik nangka tidak mengalami kerugian dan tidak pula memperoleh keuntungan

(impas). Untuk dapat memperoleh keuntungan, maka usaha setiap harinya harus mampu menjual

atau memasarkan keripik nangka di atas 1,5 bungkus/hari.

Kata Kunci: Usaha, Keripik Nangka, Penggorengan Vakum

Abstract *)

Jackfruit fruit is mature, after the harvest in general age can only last for 1-2 days only. This situation

is very detrimental to farmers and traders. Yet the demand for jackfruit will continue to increase.

Thus, it is necessary to anticipate the existence of things that can harm the farmers and traders. This

study aims 1) To know how much net income (profit) obtained by the business of jackfruit chips by

using vacuum frying, 2) Knowing the principal return value of jackfruit chips business with vacuum

frying, 3) Knowing whether or not the business of jackfruit chips with Vacuum frying. The study was

conducted from June to July 2017 at the Agribusiness Incubator Laboratory of BBPP Batangkaluku.

To know the income and feasibility of jackfruit chips business is used economic analysis, that is profit

analysis and analysis of Revenue Cost Ratio and Break Event Point. The result of analysis by using

economic analysis, showed that business income analysis of jackfruit chips, giving a profit of Rp.

185.120,-/day, with total input Rp. 534,880, and for business feasibility analysis show R/C >1 is 1.35.

The results obtained show that the business of jackfruit chips is profitable and feasible to be

developed. BEP analysis shows that to reach the breaking point of the business of jackfruit chips, will

be achieved on the production level of 1.5 packs/day with the sale of Rp. 29.039,-/day, then the

business of jackfruit chips do not experience losses and not also get a profit (breakeven). To be able to

gain profit, everyday entrepreneur must be able to sell or market jackfruit chips above 1.5 packs/day.

Keywords: Business, Jackfruit Chips, Vacuum Fryers

Page 19: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

144 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

PENDAHULUAN

Buah nangka matang, setelah

di panen pada umumnya umurnya hanya dapat

bertahan selama 1-2 hari saja. Keadaan ini

sangat merugikan bagi petani maupun

pedagang. Padahal permintaan masyarakat

akan buah nangka terus meningkat. Dengan

demikian, perlu diantisipasi akan adanya hal-

hal .yang dapat merugikan petani maupun

pedagang.

Fakta di lapangan menunjukkan

bahwa ternyata dari seluruh hasil panen, tidak

semua nangka mempunyai kondisi yang

memenuhi harapan. Ada beberapa di antaranya

yang karena sebab-sebab tertentu, misalnya

karena jenis, benturan/luka mekanis lain,

diserang hama atau penyakit, dan lain-lain;

bentuknya menjadi cacat, ada yang berasa

hambar atau terlalu asam, ada yang bertesktur

lembek, dan sebagainya. Nangka dengan

berbagai kondisi demikian apabila langsung

dijual pasti akan memberikan harga yang

rendah. Oleh karenanya, perlu dicarikan jalan

keluar agar semua kekurangan tersebut dapat

diatasi dan dihasilkan output/produk dengan

nilai/harga jual yang lebih tinggi. Jalan

keluarnya, dilakukan proses usaha dan atau

pengawetan. Salah satunya dengan

mengolahnya menjadi keripik, yang berdaya

simpan lama.

Prospek pasar keripik nangka,

mengindikasikan terus terjadi peningkatan.

Karena masyarakat banyak menyukai makanan

sehat yang banyak mengandung serat makanan

dan dalam proses pembuatannya tanpa bahan

makanan tambahan seperti pengawet, bahan

pewarna, pemutih, penyedap rasa dan aroma,

penguat rasa, dan lain sebagainya dan

mempunyai kadar gula yang rendah. Keadaan

ini dapat dilakukan, apabila buah nangka

diolah menjadi keripik dengan menggunakan

alat penggorengan vakuum.

Kualitas hasil produksi keripik nangka

sangat ditentukan oleh jenis alat penggorengan

yang digunakan. Alat penggorengan hampa

(vacuum fryer), berbasis teknologi pompa jet

air (water jet pump) mampu menurunkan titik

didih minyak penggorengan hingga dibawah

100°C sehingga aspek mutu rasa, aroma, dan

zat gizi keripik buah hasil penggorengan

system hampa tidak berbeda nyata dengan buah

segarnya namun dengan tekstur yang renyah

dan kering. Keripik nangka yang dikemas dan

disimpan secara benar dan tepat, masa

kadaluwarsanya bisa mencapai 10 bulan hingga

1 tahun penyimpanan.

Keripik nangka yang digoreng cara

penggorengan vakuum memiliki keunggulan-

keunggulan, bila dibandingkan dengan cara

penggorengan tradisional. Melihat dari

keunggulan-keunggulan tersebut di atas,

sangatlah penting kiranya diketahui pula

analisis ekonomi dari hasil penggorengan

vakuum. Oleh karena itu peneliti merasa

perlunya melakukan kajian ini guna

mengetahui apakah usaha kerpik nangka

dengan penggorengan secara vakuum dapat

menguntungkan atau tidak. Apabila

keuntungannya layak, maka usaha keripik

nangka ini akan layak diusahakan. Tetapi

apabila merugikan, maka tidak layak

diusahakan, maka penulis mengambil judul

kajian “ANALISIS EKONOMI USAHA

USAHA KERIPIK NANGKA DENGAN

ALAT PENGGORENGAN VACUUM”.

BAHAN DAN METODE

Kajian ini dilaksanakan pada bulan

Juni – Juli 2017, di Laboratorium Inkubator

Agribisnis Kantor Balai Besar Pelatiahn

Pertanian (BBPP) Batangkaluku, Jl. Poros

Malino Km.3 Sungguminasa Kecamatan

Somba Opu Kabupaten Gowa, Sulawesi

Selatan. Peralatan yang digunakan dalam

pembuatan keripik nangka adalah :1 unit alat

penggorengan hampa (vacuum fryer),Tabung

gas, Alat spinner, Pisau, Talenan, Baskom

plastic, Serok, Serok tapisan, Timbangan

digital dan Sealer plastic. Sedangkan bahan-

bahan yang digunakan, adalah Nangka segar 12

kg (2 kg/6 x proses), Minyak goring 12

lliter, Kantong plastik kemasan 200 pak dan

Air bersih secukupnya.

Metode Kajian

Kajian yang penulis lakukan ini

merupakan jenis kajian kuantitatif.

Menurut Nur Asnawi, dkk (2011:19)

kajian kuantitatif adalah kajian yang

mementingkan kedalam data, kajian

kuantitatif tidak terlalu menitik beratkan

pada kedalaman data. Pendekatan kajian

kuantatif adalah kajian yang identik dengan

pendekatan deduktif.

Prosedur pembuatan keripik nangka dengan

penggorengan vacuum frying adalah sebagai

berikut.

1. Buah nangka segar utuh.

2. Sortasi

3. Pembelahan, pemisahan dami dan daging

buah

4. Pemotongan dan bersihkan dengan air

Page 20: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Analisis Ekonomi Usaha Keripik Nangka dengan Alat Penggorengan

Vakum (VACUUM FRYING) Pattahuddin 145

5. Penggorengan

6. Penirisan

7. Pengemasan

Sumber Data

1. Data primer, yaitu diperoleh dari hasil

wawancara langsung dengan penanggung

jawab inkubator agribisnis bersama

karyawan yang menjadi responden dengan

menggunakan daftar pertanyaan.

2. Data sekunder, merupakan data yang

diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-

sumber yang telah ada, data-data laporan

dari usaha inkubator agribisnis, berupa

catatan-catatan dan dikumen-dokumen

lainnya yang terkait dengan aktifitas usaha

inkubator agribisnis.

Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis

lakukan adalah dengan wawancara. Wawancara

merupakan teknik pengumpulan data dengan

mengajukan pertanyaan langsung kepada pihak

inkubator, yaitu penanggung jawab inkubator

agribisnis mengenai data yang terkait dengan

operasional usaha, dan jawaban-jawaban yang

diberikan oleh penanggung jawab inkubator

dicatat.

Analisis Data

Data yang dikumpulkan selanjutnya

dianalisis secara deskriptif yang dipadukan

dengan analisis sebagai berikut :

a. Analisis Biaya (TC)

Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan

menjadi dua, yaitu :

1. Biaya Tetap (fixed cost)

2. Biaya Tidak Tetap (variable cost)

Biaya tetap atau fixed cost, umumnya

didefinisikan sebagai biaya yang relatif

tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan

walaupun produksi yang diperoleh banyak

atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini

tidak tergantung pada besarnya kecilnya

produksi yang diperoleh.

Biaya tidak tetap atau variable cost,

biasanya didefinisikan sebagai biaya yang

besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi

yang diperoleh. Contohnya biaya untuk

sarana produksi. Biaya tetap diformulasikan

sebagai berikut :

n

FC = Ê X . Px

i = 1

Keterangan:

FC = Biaya Tetap (Fixed Cost)

X = Ë fisik dari input yang membentuk

biaya tetap

Px = Harga input; dan

N = Macam input

Bila besarnya biaya tetap ini tidak dapat

dihitung dengan rumus; maka sekaligus di

tetapkan nilainya saja. Rumus yang dipakai

untuk menghitung biaya variable (VC) =

yang dipakai untuk menghitung biaya tetap,

sebagai berikut :

n

VC = Ë X . Px

i = 1

Keterangan:

VC = Variable cost

X = Jumlah fisik dari input yang

membentuk biaya tetap

Px = Harga input

Karena Total Biaya (TC) adalah jumlah dari

biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC),

maka :

TC = FC + VC

b. Penyusutan/Pengurangan Nilai (Depresiasi)

Dirumuskan :

Nb - Ns

Penyusutan =

N

Keterangan:

Nb = Nilai baru, kita asumsikan sama

besarnya dengan harga pembelian

Ns = Nilai Sisa

N = Jangka usia ekonomis sampai

pemakaian sarana produksi

tersebut menjadi lebih mahal dari

pada pemakaian sarana produksi

baru untuk tujuan yang sama.

c. Analisis Pendapatan

Pendapatan bersih usahatani yang

diterima petani dapat diperhitungkan

dengan mengurangi pendapatan kotor

dengan biaya-biaya yang dikeluarkan

selama proses produksi berlangsung dalam

usaha. Pernyataan ini dirumuskan sebagai

berikut :

Pd = TR - TC

Dimana :

Pd = Pendapatan bersih

TR = Total Penerimaan (Total Revenue)

TC = Total Biaya (Total Cost)

Total penerimaan (TR) usaha adalah

perkalian antara produksi yang diperoleh

Page 21: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

146 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

dengan harga jual. Pernyataan ini dapat

dituliskan sebagai berikut :

TR = Y . PY

Dimana :

TR = Total Penerimaan (Total Revenue)

Y = Produksi yang diperoleh dalam

suatu usaha

Py = Harga y

d. Analisis R/C-Ratio

R/C adalah singkatan Return Cost

Ratio atau dikenal sebagai perbandingan

(nisbah) antara penerimaan penjualan

dengan biaya-biaya yang dikeluarkan

selama proses produksi hingga

menghasilkan produk. Usaha kripik nangka

akan menguntungkan apabila nilai R/C >1.

R/C <1 berarti usaha tidak menguntungkan

atau rugi. R/C = 1 usaha tidak

menguntungkan dan tidak merugikan. Jadi

semakin besar nilai R/C semakin besar pula

tingkat keuntungan yang akan diperoleh

dari usaha tersebut. Analisa R/C ratio

diformulasikan sebagai berikut:

e. Analisis Break Even Point (BEP) atau Titik

Impas

Dirumuskan :

Atau :

Dimana :

FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)

VC= Variable Cost (Biaya Tidak Tetap)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendapatan Usaha Keripik Nangka

Responden

Data-data yang diperoleh dari Usaha

Keripik Nangka, kemudian diklasifikasikan

mana yang termasuk biaya variabel (VC) dan

mana yang termasuk biaya tetap (FC).

Selanjutnya biaya tetap ditambah dengan biaya

variable adalah total biaya yang telah

dikeluarkan. Selanjutnya menghitung

penerimaan (R) dari usaha tersebut, yaitu

Jumlah produksi dikalikan dengan harga per

unit produksi. Kemudian barulah bisa dihitung

pendapatan (keuntungan) dari usaha keripik

Nangka.

Pendapatan (Keuntungan) merupakan

selisih antara penerimaan dengan total biaya

yang digunakan dalam usahatani. Sedangkan

penerimaan adalah perolehan dari hasil kali

antara jumlah produksi dengan harga produksi

yang diterima oleh usaha sebelum dikurangi

dengan total biaya yang digunakan dalam

usaha keripik nangka.

Data yang diperoleh menunjukkan

kemampuan produksi sebanyak 6 (enam) kali

penggorengan per harinya, dengan 1 (satu) kali

penggorengan membutuhkan waktu kurang

lebih 1 (satu) jam. Pengusaha melakukan

produksi dalam sebulannya sebanyak 25 hari

kerja. Tabel 1, menyajikan mengenai

penerimaan, total biaya dan pendapatan

(keuntungan) Usaha Keripik Nangka per

harinya. Tabel 2 menyajikan mengenai

pendapatan (keuntungan) Usaha Keripik

Nangka dengan alat penggorengan vacuum

setiap bulannya. Kemudian rincian penerimaan

dan total pengeluaran biaya usaha dapat dilihat

pada Lampiran 1.

Tabel 1. Rata-rata Nila Penerimaan, Biaya dan

Pendapatan (Keuntungan) Usaha

usaha Keripik Nangka dengan Alat

Penggorengan Vacuum (per Hari)

No. Uraian Jumlah

1. Penerimaan (TR) Rp 720.000,00,-

2. Total Biaya (TC) Rp 534.880,00,-

3. Pendapatan Bersih

(1-2) Rp 185.120,00,-

Tabel 2. Rata-rata Nila Penerimaan, Biaya dan

Pendapatan (Keuntungan) Usaha

usaha Keripik Nangka dengan Alat

Penggorengan (per Bulan),

No. Uraian Jumlah

1. Penerimaan (TR) Rp

18.000.000,00,-

2. Total Biaya (TC) Rp

13.372.000,00,-

3. Pendapatan Bersih

(1-2)

Rp

4.628.000,00,-

Dari Tabel 1. menunjukkan bahwa

pendapatan bersih (keuntungan) usaha keripik

nangka dengan menggunakan Alat

Total Penerimaan Penjualan Produk

R/C ratio =

Total Biaya

FC BEP = Harga Jual/unit – VC/unit

FC BEP = VC/unit 1 - Harga Jual/unit

Page 22: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Analisis Ekonomi Usaha Keripik Nangka dengan Alat Penggorengan

Vakum (VACUUM FRYING) Pattahuddin 147

FC

- Biaya Tetap =

dalam bks Kapasitas Produksi

Rp. 7.780

=

36

= Rp. 216/bungkus

FC

- BEP dalam =

Bungkus Hrg jual/bks BV/bks

Rp. 7.780 = Rp. 20.000 – Rp. 14.642

= Rp. 5.358

= 1,5 bungkus

= 1,5 Bungkus.

TR R/C ratio = TC

Rp 720.000,- R/C ratio = = 1,3 Rp. 534.880,-

R/C ratio = 1,3

VC

Biaya Variabel =

dalam bungkus Kapasitas Produksi

Rp. 527.100.

=

36

= Rp. 14.642/bungkus

Penggorengan Vacuum sebesar Rp 185.120,-

per Hari. Sedangkan Tabel 2. menunjukkan

bahwa perusahaan mampu meraup keuntungan

sebesar Rp 4.628.00,-. Setiap bulannya.

Analisis R/C Ratio

Usaha inkubator agribisnis tersebut

untung atau rugi dapat dilihat dari hasil

perbandingan antara penerimaan (TR) dengan

biaya (TC) sebagai berikut :

Dari hasil perhitungan R/C ratio lebih besar

dari satu berarti bahwa usaha usaha kripik

nangka layak dikembangkan dan

menguntungkan karena setiap pengeluaran Rp.

1, maka menghasilkan Rp. 1,3 maka dapat

dikatakan bahwa usaha usaha keripik nangka

dengan alat vacuum layak untuk

dikembangkan.

Analisis Break Even Point (BEP) atau Titik

Pulang Pokok Analisis Break Even Point (BEP) digunakan untuk mengkaji berapa jumlah produksi atau penjualan yang harus dicapai agar paling sedikit usaha keripik nangka ini tidak rugi meskipun tidak laba. Dengan perhitungan BEP ini, maka jika diperkirakan akan ada perubahan harga jual, akan dapat diperhitungkan berapa jumlah penjualan yang harus dikejar jika menginginkan laba tertentu atau tidak rugi. BEP dirumuskan sebagai berikut :

Dari hasil perhitungan terhadap BEP

yang menghasilkan nilai sebesar 1,5

menunjukkan bahwa untuk usaha usaha keripik

nangka dengan alat penggorengan vacuum

kalau pengusaha dapat menjual atau

memasarkan sebanyak 1,5 bungkus per hari

atau menerima hasil penjualan sebesar

Rp 29.000,- per hari, maka perusahaan tidak

mengalami kerugian dan tidak pula

memperoleh keuntungan (impas).

Untuk memperoleh keuntungan,

pengusaha setiap harinya harus mampu

menjual atau memasarkan keripik nangka di

atas 1,5 bungkus.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukan

pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

bahwa usaha usaha keripik nagka dengan alat

penggorengan vacuum memberikan

keuntungan yang cukup memadai dan layak

untuk diusahakan. Hal ini ditunjukkan dari

hasil analisis ekonomi dengan berbagai teknik

analisa.

Hasil analisis pendapatan diperoleh

perusahaan usaha keripik nangka dengan

penggorengan vacuum dapat memperoleh

keuntungan setiap hari sebesar Rp. 185,120

FC/VC

- BEP dalam = 1 -

Rupiah Total Penjualan

7.780 / 527.100

= 1 -

720.000

= Rp. 7.780

= 1 - Rp. 0,73

= Rp. 0,27

= Rp. 29.039,-

= Rp.29.000,-

Page 23: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

148 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

atau setiap bulannya sebesar Rp 4.628.000,-.

Apabila semua produk yang dihasilkan dapat

terjual seluruhnya.

Perusahaan baru dapat memperoleh

keuntungan apabila setiap harinya mampu

memasarkan produknya diatas 1,5 bungkus

atau memperoleh uang hasil penjualannya

diatas Rp 29.000,-. Tetapi bila hanya mampu

memasarkan angka dibawahnya maka akan

mengalami kerugian.

Usaha penggorengan keripik nangka

dengan penggorengan vacuum layak untuk

diusahakan, karena memberikan nilai R/C ratio

diatas 1.3.

Saran

Untuk membuka usaha usaha keripik

nangka dengan alat penggorengan vacuum,

masih perlu mempelajari study kelayakan

usaha untuk kapasitas yang lebih perbesar agar

memperoleh penghasilan yang lebih tinggi.

Perlu juga dipelajari cara perawatan dan

perbaikan alat agar dapat mengefisiensikan

biaya produksi, khususnya dari pembiayaan

alat.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, R., 2005. Pengaruh Penggorengan

Vakum Ter hadap Kestabila

Provitamin A yang Dihasilkan pada

Keripik Wortel (Daucus carota L).

Fakultas Pertanian dan Kehutanan,

Universitas Hasa nuddin., Ujung

Pandang.

Anonim, 1974. Manajemen Usaha Tani.

Direktorat Penyuluhan Pertanian.

Jakarta.

Anonim. 2003. Alat Penggorengan Vakum.

Technical Supporting Service Unit,

Universitas Brawijaya. Malang

Azkenazi, N., SH. Mizrahi dan Z. Berk, 1984.

Heat and Mass Transfer ini Frying

dalam B.M. Mc. Kenna (ed).

Engineering and Food Vol. 1. Elsevier

Applied Science Publ., London.

http://www.pengertianmenurutparaahli.

net/pengertian-bc-ratio-dan-rc-ratio/

http://ejurnal.unikarta.ac.id/index.php/

magrobis/article/download/ 238/202.

Lastriyanto, A. 2000. Mesill Penggorengan

Hampa Type Worisotltal Sisteln Jet

Air. Aspek Teknik, Ekonomi dan

Model Terapannya pada Indtistri Kecil:

ed 5. CV. Lastrindo Engineering, Ma

lang.

Sudarmadji, S., Bambang Haryono, Suhardi.

1989. analisa Bahan Makanan dan Per

tanian . Liberty. Yogyakarta.

Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani.

Jakarta: Universitas Indonesia (UI-

Pres).

Suprapti, L. 2004. Keripik, Manisan Kering,

dan Sirup Nangka. Kanisius

Yogyakarta.

Triwahyudi, S., Made Desnaya, Tukiman,

Asman., 2003. Petunjuk

Pengoperasian Alat Penggorengan

Vakuum. Balai Besar Pengembangan

Meka nisasi Pertanian, Badan Kajian

dan Pengembangan Pertanian, Deptan.

Jakarta.

Page 24: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Kontribusi Konsep Diri Persepsi Siswa Tentang Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Berprestasi

dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Bulukumba Rany Suryani Hasyim 149

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI SISWA TENTANG PERHATIAN ORANG

TUA TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

KELAS XI SMA NEGERI DI KABUPATEN BULUKUMBA

Rany Suryani Hasyim *)

Pendidikan Biologi Pasca sarjana Universitas Negeri Makassar

Email: [email protected]

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui deskripsi mengenai konsep diri, persepsi siswa

tentang perhatian orang tua, motivasi berprestasi serta hasil belajar biologi siswa SMA Negeri di

Kabupaten Bulukumba; (2) untuk mengetahui kontribusi konsep diri secara langsung terhadap hasil

belajar biologi maupun secara tidak lagsung melalui motivasi berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri

di kabupaten Bulukumba; (3) untuk mengetahui kontribusi persepsi siswa tentang perhatian orang tua

secara langsung terhadap hasil belajar biologimaupun secara tidak langsung melalui motivasi

berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri di Kabupaten bulukumba; (4) untuk mengetahui kontribusi

konsep diri terhadap motivasi berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri di Kabupaten bulukumba; (5)

untuk mengetahui kontribusi persepsi siswa tentang perhatian orang tua terhadap motivasi berprestasi

siswa kelas XI SMA Negeri di kabupaten Bulukumba. Jenis penelitian ini adalah ex-post facto yang

bersifat kausalitas. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas XI SMA Negeri di Kabupaten

Bulukumba tahun pelajaran 2013/2014 yang diambil dengan menggunakan Purpossive random

sampling. Instrumen yang digunakan adalah (1) skala konsep diri; (2) skala persepsi siswa tentang

perhatian orang tua dan (3) skala motivasi berprestasi. Data dianalisis dengan statistik deskriptif dan

analisis jalur (Path Analysis). Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa; (1) Konsep diri

berkontribusi secara langsung terhadap hasil belajar siswa sebesar 31,58% dan secara tidak langsung

memberikan kontribusi sebesar 20,74% melalui motivasi berprestasi. (2) Persepsi siswa tentang

perhatian orang tua secara langsung berkontribusi terhadap hasil belajar biologi sebesar 5,71% dan

persepsi siswa tentang perhatian orang tua secara tidak langsung memberikan kontribusi terhadap hasil

belajar biologi sebesar 30,63% melalui motivasi berprestasi . (3) Konsep diri berkontribusi terhadap

motivasi berprestasi sebesar 16,72%. dan (7) Persepsi siswa tentang perhatian orang tua berkontribusi

terhadap motivasi berprestasi sebesar 7,90%.

Kata Kunci : Konsep diri, Persepsi siswa tentang perhatian orang tua, motivasi berprestasi, hasil

belajar biologi

Abstract *)

The purpose of this research is (1) to know the description about self concept, student perception

about parent attention, achievement motivation and biology student learning result of SMA Negeri in

Bulukumba Regency; (2) to know the contribution of self concept directly to the biology learning

result or not through the achievement motivation of the students of class XI SMA Negeri in Bulukumba

regency; (3) to know the contribution of student's perception about parent's attention directly to the

biology study result or indirectly through the achievement motivation of the students of class XI SMA

Negeri in Bulukumba District; (4) to know the contribution of self concept to achievement motivation

of class XI student of SMA Negeri in Bulukumba Regency; (5) to know the contribution of student

perception about parent attention to achievement motivation of class XI student of SMA Negeri in

Bulukumba regency. This type of research is ex-post facto which is causality. The population in this

study were students of Class XI SMA Negeri in Bulukumba Regency in the academic year of

2013/2014 taken by using Purpossive random sampling. The instruments used are (1) self concept

scale; (2) the scale of students' perceptions about parental attention and (3) achievement motivation

scale. The data were analyzed with descriptive statistics and path analysis (Path Analysis). The results

of the study provide an illustration that; (1) The concept of self contribute directly to student learning

outcomes of 31.58% and indirectly contribute 20.74% through achievement motivation. (2) Student

perception about parents 'attention directly contributes to the biology learning result of 5.71% and

students' perception about parental attention indirectly contributes to the biology learning result of

30.63% through achievement motivation. (3) Self-concept contributes to achievement motivation of

16,72%. And (7) Student perceptions about parents' attention contribute to achievement motivation of

7.90%.

Keywords: Self concept, student perception about parent attention, achievement motivation, biology

learning outcome

Page 25: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

150 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah salah satu upaya

dalam meningkatkan sumber daya manusia dan

merupakan tanggungjawab semua pihak, baik

pemerintah, masyarakat, maupun lembaga

pendidikan. Berbagai upaya peningkatan mutu

pendidikan menjadi prioritas utama yang salah

satunya adalah upaya meningkatkan kualitas

pendidikan. Kualitas pendidikan itu sendiri

tidak lepas dari proses pembelajaran, dimana

hasil proses pembelajaran yang diharapkan

adalah hasil belajar yang baik dan setiap orang

menginginkan untuk mendapatkan hasil belajar

yang tinggi.

Setiap siswa menginginkan untuk

mendapatkan hasil belajar yang tinggi

termasuk hasil belajar biologi. Namun tidak

setiap siswa mampu mencapai hasil belajar

tersebut dengan mudah. Ada banyak faktor

yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya

hasil belajar baik faktor dalam diri siswa

ataupun dari lingkungan. Faktor yang

mempengaruhi dalam diri seseorang atau faktor

internal berupa konsep diri diperoleh dari hasil

suatu pembelajaran yang merupakan faktor

psikologis.

Konsep diri merupakan filter dan

mekanisme yang mewarnai pengalaman

keseharian siswa. Siswa yang menunjukkan

konsep diri yang rendah atau negatif, akan

cendrung memandang sekitarnya secara negatif

pula. Sebaliknya, siswa yang mempunyai

konsep diri yang tinggi atau positif, akan

memandang lingkungan sekitarnya secara

positif pula. Dengan demikian, sudah menjadi

konsensus umum bahwa konsep diri positif

menjadi faktor penting dalam berbagai situasi

psikologis dan pendidikan (Thalib. 2010).

Faktor lain yang mempengaruhi dalam

diri atau faktor internal yaitu berupa motivasi

berprestasi, merupakan suatu faktor pendorong

yang akan mempengaruhi manusia untuk

bertindak sesuai keinginan dan kebutuhan yang

diinginkan. Motivasi berprestasi pada peserta

didik sangat penting sebagai faktor yang

memberi energi dan mengarah pada suatu

perilaku.

Perhatian orang tua merupakan salah

satu aspek lingkungan keluarga. Persepsi

tentang perhatian orang tua berbeda pada setiap

anak. Persepsi anak lahir dari hubungan

interaksi dengan keluarganya khususnya orang

tua. Seorang anak dapat menilai bagaimana

sikap orang tua terhadap dirinya baik itu

berupa penilaian positif maupun penilaian

negatif. Perhatian orang tua terhadap

pendidikan anak yang di maksud dalam

penelitian ini adalah keterlibatan orang tua

dalam kegiatan belajar anak baik di rumah

maupun di sekolah, keterlibatan orang tua

dalam memberikan pembimbingan belajar bagi

anak dan juga menyediakan fasilitas belajar

terutama buku-buku pelajaran serta pemberian

motivasi dan penghargaan agar anak terdorong

untuk belajar dan berprestasi.

Berprestasi adalah kesuksesan dalam

berkompetisi dengan standar terbaik yang telah

ditetapkan dan pada dasarnya setiap orang

memiliki dasar untuk motif berprestasi. Oleh

sebab itu, orang yang memiliki motivasi

berprestasi akan memiliki tanggung jawab

yang tinggi dalam melaksanakan tugas yang

diberikan, selalu meningkatkan kecakapan

(kemampuan diri), memperhitungkan resiko,

sanggup bertahan lama dalam bekerja keras

(pantang menyerah) dan berusaha memiliki

keahlian. Motivasi berprestasi akan dapat

mendobrak ketahanan individu dalam

menghadapi tantangan hidup sehingga

mencapai kesuksesan.

Berdasarkan hasil wawancara tidak

terstruktur dengan guru dan siswa pada sekolah

yang menjadi objek penelitian, menunjukkan

bahwa hasil belajar siswa khususnya pada mata

pelajaran biologi masih kurang dimana cukup

banyak siswa yang tidak tuntas dan melakukan

remedi setiap ulangan harian. Hal ini

dibuktikan dari hasil penelitian dimana cukup

banyak siswa yang nilai rata-rata ulangan

hariannya jauh dari standar sementara KKM

yang telah ditentukan adalah 72. Oleh karena

itu perlu adanya pengkajian terarah dan

sistematis tentang variabel-variabel yang

bersumber dalam diri siswa maupun diluar diri

siswa yang berdampak pada hasil belajar.

Pengkajian ini dimaksudkan sebagai langkah

awal untuk memperoleh informasi yang akurat

dan lebih mendalam agar selanjutnya dapat

melakukan langkah-langkah yang dapat

diambil dalam usaha meningkatkan hasil belar

dengan membenahi variabel-variabel yang

berpengaruh.

Merujuk pada beberapa hasil penelitian

yang dipaparkan sebelumnya, para peneliti

telah membuktikan bahwa terdapat kontribusi

positif antara perhatian orang tua, konsep diri,

motivasi berprestasi yang sangat

mempengaruhi hasil belajar siswa .Hal ini

menjadi fokus perhatian peneliti untuk

mengungkapkan bagaiman kontribusi atau

peran dari konsep diri, motivasi berprestasi dan

perhatian orang tua terhadap hasil belajar.

Peneliti menyadari betapa pentingnya konsep

diri, motivasi berprestasi dan perhatian orang

tua, untuk dikembangkan dalam pembelajaran,

Page 26: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Kontribusi Konsep Diri Persepsi Siswa Tentang Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Berprestasi

dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Bulukumba Rany Suryani Hasyim 151

agar hasil belajar yang diharapkan dapat

tercapai.

TINJAUAN PUSTAKA

Hasil belajar

Sudjana (2004) mendefinisikan hasil

belajar siswa pada hakikatnya adalah

perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar

dalam pengertian yang lebih luas mencakup

bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dimyati dan Mudjiono (2006) juga

menyebutkan hasil belajar merupakan hasil

dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar

diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.

Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan

berakhirnya pengajaran dari puncak proses

belajar. Hasil dari kegiatan inilah yang menjadi

tolok ukur tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar.

Lebih lanjut menurut Hamalik (1992),

hasil belajar menunjuk kepada prestasi belajar,

sedangkan prestasi belajar itu sendiri

merupakan indicator adanya derajat perubahan

tingkah laku siswa. Dimyati dan Mudjiyono

(2006), mengatakan hasil belajar adalah hasil

yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindakan

belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai

tes yang diberikan guru. Hasil belajar yang

diperoleh, secara garis besar dapat

diklasifikasikan dengan menggunakan

taksonomi Bloom yang meliputi ranah kognitif,

afektif dan psikomotorik.

Konsep diri

Konsep diri dapat diartikan sebagai

gambaran mental seseorang terhadap dirinya,

pandangan terhadap diri, penilaian terhadap

diri serta usaha untuk menyempurnakan dan

mempertahankan diri. Konsep diri merupakan

bagian penting dalam perkembangan

kepribadian. Seperti yang dikemukakan oleh

Rogers (tanpa tahun) dalam Thalib (2010),

bahwa konsep kepribadian yang paling utama

adalah diri. Diri berisi ide-ide, persepsi-

persepsidan nilai-nilai yang mencakup identitas

diri yakni karakteristik personal, pengalaman,

peran dan status sosial. Konsep diri

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dimulai

dari peranan orang tua dalam membentuk

karakter anak dan lingkungan pergaulannya.

Defenisi lain dari konsep diri disebutkan

oleh Gunawan (2005), yang menyatakan bahwa

konsep diri merupakan persepsi atau

pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri,

yang terbentuk melalui pengalaman hidup dan

interaksinya dengan lingkungan dan juga

karena pengaruh dari orang-orang yang

dianggap penting atau dijadikan panutan.

Konsep diri merupakan fondasi yang sangat

penting untuk keberhasilan. Bukan hanya

keberhasilan di bidang akademis, melainkan

yang lebih penting adalah keberhasilan hidup.

Penghargaan mengenai diri akan

menentukan bagaimana individu akan

bertindak dalam hidup. Apabila seorang

individu berpikir bahwa dirinya bisa, maka

individu tersebut cenderung sukses, dan bila

individu tersebut berpikir bahwa dirinya gagal,

maka dirinya telah menyiapkan diri untuk

gagal. Jadi bisa dikatakan bahwa konsep diri

merupakan bagian diri yang mempengaruhi

setiap aspek pengalaman, baik itu pikiran,

perasaan, persepsi dan tingkah laku individu

(Calhoun & Acoccela, 1990).

Persepsi siswa tentang perhatian orang tua

Miftah Toha (tanpa tahun) dalam

Arisana, Arga lacopa & Ismani, 2012) yang

mengatakan bahwa Persepsi adalah suatu

proses kognitif yang dialami oleh setiap orang

di dalam memahami informasi tentang

lingkungannya, baik melalui penglihatan,

pendengaran, penghayatan, perasaan dan

penciuman. Persepsi Siswa tentang perhatian

orang tua yang baik akan memberikan

peniliaan positif seberapa besar peranan orang

tua dalam pendidikannya rasa nyaman dalam

mengikuti pelajaran dan akan mempermudah

siswa dalam menyerap materi yang

disampaikan oleh guru sehingga prestasi

belajar akan dapat mencapai hasil yang

optimal.

Perhatian orang tua sangat diperlukan

dalam pendidikan anak. Utamanya adalah

perhatian orang tua terhadap aktivitas belajar

yang dilakukan anak sehari-hari dalam

kapasitasnya sebagai pelajar dan penuntut ilmu.

Bentuk perhatian orang tua terhadap anak dapat

berupa pemberian bimbingan dan nasihat,

pengawasan terhadap belajar anak, bemberian

motivasi dan penghargaan serta pemenuhan

kebutuhan belajar anak.

Motivasi berprestasi

Motivasi belajar adalah dorongan

internal dan eksternal pada siswa yang sedang

belajar untuk mengadakan perubahan tingkah

laku dan keberhasilan dalam belajar (Uno.

2011). Sedangkan motivasi berprestasi adalah

daya dorong yang terdapat dalam diri

seseorang sehingga orang tersebut berusaha

untuk melakukan sesuatu tindakan atau

kegiatan dengan baik dan berhasil dengan

predikat unggul (excellent); dorongan tersebut

Page 27: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

152 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

dapat berasal dari dalam diri atau berasal dari

luar dirinya.

Manusia pada hakekatnya memiliki

kemampuan untuk berprestasi diatas

kemampuan yang lain. Menurut McCleland

bahwa pada intinya setiap manusia mempunyai

3 jenis motivasi sosial, yaitu: (1) motivasi

berprestasi (Need for achievement); (2)

motivasi untuk berkuasa (Need for power);

dan (3) motivasi untuk berafiliasi (Need for

affiliation). Dua dari ke-tiga motivasi tersebut

obyeknya adalah berkaitan dengan manusia

lain yang ada di lingkungannya, kecuali

motivasi berprestasi yang berpijak pada dirinya

sendiri. Untuk dapat membangun motivasi

berprestasi, maka perlu mengetahui siapa

dirinya dalam hubungannya dengan orang lain

dimana mereka terlibat. Seseorang dianggap

memiliki motivasi berprestasi jika mempunyai

keinginan untuk melakukan sesuatu karya dan

prestasi yang lebih baik dari orang lain.

Kaitan konsep diri, persepsi siswa tentang

perhatian orang tua, motivasi berprestasi

dan hasil belajar biologi

Menurut beberapa penelitian

membuktikan bahwa konsep diri, motivasi

berprestasi dan persepsi siswa tentang

perhatian orang tua mempunyai kontribusi

yang sangat positif terhadap hasil belajar siswa,

seperti yang dikemukakan oleh Jiang (tanpa

tahun) dalam Thalib (2010) bahwa

perkembangan konsep diri dan percaya diri

yang positif akan berpengaruh positif terhadap

perkembangan sosial. Siswa yang memiliki

konsep diri positif menjadi tidak cemas dalam

menghadapi situasi baru, mampu bergaul

dengan teman-teman seusiannya, lebih

koperatif dan mampu mengikuti aturan dan

norma-norma yang berlaku. Bahkan siswa

yang mempunyai konsep diri positif secara

nyata akan mampu mengatasi problem dalam

kehidupan keseharian, cenderung lebih

independen, percaya diri dan bebas dari

karakteristik yang tidak diinginkan seperti

kecemasan, kegelisahan, perasaan takut yang

berlebihan, dan perasaan kesiapan.

Selanjutnya, menurut Sriati (2010)

mengungkapkan dalam penelitannya bahwa

motivasi berprestasi secara signifikan

berkontribusi terhadap prestasi akademik,

artinya motivasi berprestasi yang semakin

tinggi untuk berprestasi akan menyebabkan

prestasi akademik remaja akhir juga semakin

meningkat

Tumbuh (2007), dalam penelitiannya

mengungkapkan bahwa terdapat kontribusi

positif dan signifikan antara perhatian orang

tua dengan prestasi belajar siswa. lebih lanjut

dikatakannya bahwa besar-kecilnya perhatian

yang diberikan orang tua terhadap anak yang

satu dengan anak yang lain berbeda. Hal ini

dengan sendirinya menambah keunikan

karakteristik anak sehingga anak-anak dalam

kelas makin bervariasi karena perbedaan latar

belakang keluarga dalam hal ini kadar

perhatian orang tua.

Perhatian orang tua dalam kaitanya

dengan pendidikan meliputi keterlibatan orang

tua dalam kegiatan belajar anak baik di rumah

maupun di sekolah, keterlibatan orang tua

dalam memberikan pembimbingan belajar bagi

anak dan juga menyediakan fasilitas belajar,

terutama buku-buku pelajaran serta dorongan

untuk lebih menggiatkan anak belajar. Dengan

adanya perhatian orang tua yang baik,

kecenderungan prestasi belajar yang dicapai

juga optimal dan dapat berkontribusi positif

dengan prestasi belajar siswa.

Menurut hasil penelitian Heydemans

(2010), mengungkapkan bahwa terdapat

kontribusi yang signifikan, baik bersama-sama

maupun sendiri-sendiri antara pola asuh orang

tua, konsep diri, motivasi berprestasi, iklim

sekolah dengan kesadaran emosi siswa. Dari

hal ini, para peneliti telah membuktikan bahwa

terdapat kontribusi positif antara perhatian

orang tua, konsep diri, motivasi berprestasi

yang sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.

METODE PENELITIAN

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah ex-post facto

yang bersifat kausalitas

2. Defenisi operasional

a. Konsep diri

Konsep diri yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah nilai yang diperoleh

siswa setelah menjawab kuisioner yang

berbentuk skala dengan dengan empat

pilihan jawaban. Gambaran dan

penilaian diri siswa meliputi : (1) konsep

diri umum (nilai-nilai/ aturan dan prinsip

hidup) dan (2) konsep diri khusus yaitu

konsep diri akademik (kemampuan

akademik, prestasi akademik), konsep

diri sosial (hubungan dengan teman

sebaya dan keluarga), dan presentasi diri

(kepercayaan diri dan penampilan fisik).

b. Persepsi siswa tentang perhatian orang

tua

Persepsi siswa tentang perhatian orang

tua yang dimaksud pada penelitian ini

adalah penilaian siswa tentang seberapa

Page 28: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Kontribusi Konsep Diri Persepsi Siswa Tentang Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Berprestasi

dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Bulukumba Rany Suryani Hasyim 153

besar perhatian orang tua yang diberikan

terhadap dirinya dalam bidang akademis

atau pendidikannya. Angket yang

digunakan memberikan gambaran

tentang persepsi siswa mengenai

perhatian orang tua terhadap dirinya

yang meliputi ; (1) mengontrol belajar

anak; (2) memotivasi anak untuk belajar;

(3) membantu anak dalam memecahkan

kesulitan belajarnya; (4) menyediakan

alat perlengkapan belajar; (5) mengatur

waktu belajar anak; (6) memberikan

sanksi atau hukuman; (7) memberikan

hadiah (reward).

c. Motivasi berprestasi

Motivasi berprestasi adalah nilai yang

diperoleh siswa setelah menjawab

kuisioner skala likert dengan empat

pilihan jawaban. Butir pertanyaan dalam

angket memberikan gambaran tentang

motivasi siswa untuk berprestasi yang

diukur melalui lima indikator. Adapun

indikator motivasi berprestasi yang

digunakan dalam penelitian ini antara

lain (1) berusaha unggul; (2) keinginan

untuk sukses; (3) berusaha melakukan

sesuatu dengan baik dan sukses; (4)

mengerjakan sesuatu yang sangat berarti

atau penting.

d. Hasil belajar biologi

Hasil belajar dalam hal ini adalah nilai

ulangan harian yang diperoleh siswa

sebelum remedi selama semester ganjil

tahun ajaran 2013/2014.

3. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah

siswa kelas XI IPA pada enam SMA Negeri

di kabupaten Bulukumba tahun ajaran

2013/2014 sebanyak 940 siswa.

Pengambilan sampel dilakukan dengan

teknik Purpossive Random Sampling

Sampel sekolah diambil secara purpossive

yang mewakili tiga lokasi di kabupaten

bulukumba yakni dua sekolah yang

mewakili SMA Negeri di kota bulukumba

yaitu SMA Negeri 1 Bulukumba dan SMA

Negeri 8 Bulukumba, dua sekolah yang

mewakili pinggiran kota yakni SMA Negeri

7 Bulukumba dan SMA Negeri 3

Bulukumba serta dua sekolah yang

mewakili batas kota/ kabupaten yakni SMA

Negeri 2 Bulukumba dan SMA Negeri 4

Bulukumba. Sedangkan penentuan

responden dalam penelitian dilakukan

secara random dimana dari setiap sekolah

akan diambil secara acak dua rombongan

belajar kelas XI IPA untuk mewakili setiap

sekolah. Siswa kelas XI IPA diambil

sebagai responden dengan alasan sudah

mencapai target kurikulum 50% dan belum

mempersiapkan diri untuk menghadapi

ujian nasional.

4. Teknik analisis data

Teknik analisis yang digunakan

adalah statistik deskriptif dan analisis jalur

(Path Analysis). Analisis deskriptif

diperlukan untuk mendeskripsikan data dari

variabel-variabel penelitian yang diajukan.

Untuk teknik analisis deskriptif meliputi

mean, median, variansi, skewness, kurtosis,

minimum, maksimum, dan tabel distribusi

frekuensi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

a. Konsep diri (X1) berkontribusi terhadap

hasil belajar biologi (Y2)

Uji secara individual ditunjukkan

pada Tabel Coefficient dalam lampiran VII

halaman 147, diperoleh hasil koefisien jalur

(nilai beta) y2x1 = 0,562. Besarnya

kontribusi konsep diri terhadap hasil belajar

biologi adaslah 0,5622 = 31,58%.

Hasil uji yang terlihat pada tabel

Coeffisien tersebut, nilai sig yang diperoleh

adalah 0,000 lebih kecil dari nilai

probabilitas 0,05 atau nilai 0,05 > 0,000,

maka dapat disimpulkan Ha diterima dan

Ho ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa

konsep diri berkontribusi terhadap hasil

belajar biologi.

b. Persepsi siswa tentang perhatian orang tua

(X2) berkontribusi terhadap hasil belajar

biologi (Y2)

Uji secara individual ditunjukkan

pada Tabel Coefficient dalam lampiran VII

halaman 147, dimana hasil koefisien jalur

(nilai beta) y2x2 = 0,239. Besarnya

kontribusi perhatian orang tua terhadap

hasil belajar adalah sebesar 0,2392 atau

5,71 %.

Hasil uji yang terlihat pada Tabel

Coeffisien tersebut, nilai sig yang diperoleh

adalah 0,000 lebih kecil dari nilai

probabilitas 0,001, maka dapat disimpulkan

Ha diterima dan Ho ditolak sehingga dapat

dikatakan bahwa persepsi siswa tentang

perhatian orang tua berkontribusi terhadap

hasil belajar biologi.

c. Motivasi berprestasi (Y1) berkontribusi

terhadap hasil belajar biologi (Y2)

Page 29: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

154 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

Uji secara individual ditunjukkan

pada Tabel Coefficient dalam lampiran VII

halaman 147, dimana hasil koefisien jalur

(nilai beta) y2x2 = 0,306. Besarnya

kontribusi perhatian orang tua terhadap

hasil belajar adalah sebesar 0,3102 atau

9,36%.

Hasil uji yang terlihat pada Tabel

Coeffisien tersebut, nilai sig yang diperoleh

adalah 0,000 lebih kecil dari nilai

probabilitas 0,001, maka dapat disimpulkan

Ha diterima dan Ho ditolak sehingga dapat

dikatakan bahwa motivasi berprestasi

signifikan terhadap hasil belajar biologi.

d. Konsep diri (X1) berkontribusi terhadap

motivasi berprestasi (Y1)

Uji secara individual ditunjukkan

oleh tabel Coefficient pada halaman 150,

dimana hasil koefisien jalur (nilai beta) y1x1

= 0,348. Besarnya kontribusi konsep diri

terhadap motivasi berprestasi adalah sebesar

0,3482 atau 12,11%.

Hasil uji yang terlihat pada kolom sig

pada Tabel coeffisien dalam lampiran VII,

nilai sig yang diperoleh adalah 0,000 lebih

kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai

0,05 > 0,000, maka dapat disimpulkan Ha

diterima dan Ho ditolak sehingga dapat

dikatakan bahwa konsep diri berkontribusi

signifikan terhadap motivasi berprestasi.

e. Persepsi siswa tentang perhatian orang tua

(X2) berkontribusi terhadap motivasi

berprestasi (Y1)

Uji secara individual ditunjukkan

oleh Tabel Coefficient pada halaman 150,

dimana hasil koefisien jalur (nilai beta) y1x2

= 0,511. Besarnya kontribusi konsep diri

terhadap motivasi berprestasi adalah sebesar

0,5112 atau 26,11%

Hasil uji yang terlihat pada tabel

coefficient dalam lampiran VII, nilai sig

yang diperoleh adalah 0,000 lebih kecil dari

nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,05 >

0,000, maka dapat disimpulkan Ha diterima

dan Ho ditolak. Jadi persepsi siswa tentang

perhatian orang tua signifikan terhadap

motivasi berprestasi.

PEMBAHASAN

a. Konsep diri berkontribusi terhadap hasil

belajar biologi baik secara langsung

maupun tidak langsung melalui motivasi

berprestasi

Hasil pengujian hipotesis

menunjukkan bahwa konsep diri

berkontribusi terhadap tinggi rendahnya

hasil belajar biologi siswa baik secara

langsung maupun tidak langsung melalui

motivasi berprestasi. Hasil analisis dengan

menggunakan analisis jalur, diperoleh data

besarnya kontribusi konsep diri secara

langsung terhadap hasil belajar biologi

adalah sebesar 31,58% dan secara tidak

langsung melalui motivasi berprestasi,

konsep diri memberikan kontribusi sebesar

20,74% terhadap hasil belajar biologi. Hasil

penelitian ini didukung oleh penelitian

Dusalan (2012) dimana konsep diri secara

langsung memberikan kontribusi sebesar

2,46% terhadap hasil belajar dan secara

tidak langsung melalui motivasi berprestasi

sebesar 24,1%.

Proses belajar mengajar

membutuhkan konsep diri yang positif

untuk mencapai prestasi akademik yang

tinggi berkorelasi dengan prestasi, motivasi

dan tujuan pribadi. Dalam kaitannya dengan

belajar perlu dibangun konsep diri yang

positif agar terbentuk kepercayaan diri. Hal

ini senada dengan pendapat Cooper (tanpa

tahun) dalam Priyadharma (2001) bahwa

kepercayaan diri adalah kekuatan emosi

yang didasarkan atas harga diri dan makna

diri. Semakin besar rasa percaya diri, mak a

semakin besar peluang untuk mencapai

keberhasilan dalam segala aktivitas. Hal

tersebut juga didukung oleh pernyataan

Yara (2010) bahwa konsep diri

memungkinkan siswa untuk membangun

rasa percaya diri dalam diri mereka baik di

sekolah maupun di tempat kerja dan sama-

sama membangkitkan mereka untuk

mengejar keunggulan akademik.

Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa dari berbagai karakteristik siswa

yang tidak mampu mencapai prestasi

akademik yang tinggi erat hubungannya

dengan rendahnya konsep diri yang

dimiliki. Hasil penelitian Rola (2006)

menunjukkan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi prestasi individu adalah

konsep diri yang dimilikinya. Jika individu

menganggap dirinya mampu melakukan

sesuatu, maka individu tersebut berusaha

untuk mencapai apa yang diinginkannya,

sehingga terhadap hubungan positif antara

konsep diri terhadap prestasi belajar.

Penilaian yang dimiliki individu

terhadap dirinya sendiri merupakan

perbandingan antara keadaan dirinya saat

ini dengan apa yang menurutnya dapat dan

terjadi pada dirinya. Apabila seorang siswa

merasa dirinya saat ini kurang berprestasi

namun dirinya merasa mampu untuk

berprestasi maka siswa tersebut akan

Page 30: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Kontribusi Konsep Diri Persepsi Siswa Tentang Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Berprestasi

dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Bulukumba Rany Suryani Hasyim 155

termotivasi untuk meningkatkan

prestasinya. Motivasi berprestasi yang

tinggi akan didapatkan jika siswa tersebut

memandang positif terhadap kemampuan

yang dimilikinya. Dengan memiliki

pandangan yang positif terhadap

kemampuan maka siswa tersebut akan

merasa yakin bahwa dirinya bisa dan

mampu sehingga memungkinkan dirinya

termotivasi untuk meraih prestasi. Namun

apabila siswa tersebut memandang negatif

kemampuan yang dimilikinya maka akan

merasa bahwa dirinya tidak mampu untuk

mencapai suatu prestasi sehingga dalam

dirinya kurang memiliki motivasi untuk

meraih prestasi. Seperti yang dikatakan

Fernald dan Fernald (1999) bahwa salah

satu faktor yang mempengaruhi motivasi

berprestasi seseorang adalah konsep diri

yang dimiliki oleh individu, jika individu

menganggap bahwa dirinya mampu untuk

melakukan sesuatu maka individu tersebut

akan berusaha untuk mencapai apa yang

diinginkannya.

Pada penelitian ini diperoleh fakta

bahwa hasil belajar sedang padahal konsep

diri dan motivasi berprestasi siswa

tergolong tinggi. Menurut pengamatan

peneliti, meskipun konsep diri dan motivasi

berprestasinya tinggi, tetapi jika tidak

ditunjang oleh factor lain misalnya

perhatian orang tua, kompetensi guru, serta

kelengkapan fasilitas belajar, akan sulit bagi

siswa untuk memahami materi pelajaran

yang diberikan. Kurang atau tidak cukupnya

perhatian yang diperoleh siswa dari orang

tuanya akan menimbulkan persepsi negative

siswa terhadap orang tuanya sehingga pada

akhirnya siswa membangun sendiri konsep

diri negative tentang dirinya dan juga

lingkungannya. Sebagaimana yang

dikatakan oleh Calhoun dan Acocella

(1990) bahwa konsep diri seseorang sangat

dipengaruhi oleh faktor keluarga yaitu

orang tua yang merupakan kontak sosial

yang paling awal dan paling kuat dialami

oleh individu. Jadi positif atau negatifnya

konsep diri yang dibangun oleh siswa

sangat dipengaruhi oleh peran orang tuanya.

b. Persepsi siswa tentang perhatian orang

tua berkontribusi terhadap hasil belajar

biologi baik secara langsung maupun

tidak langsung melalui motivasi

berprestasi

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa

perhatian, penghargaan dan harapan orang

tua terhadap diri anak sangat mempengaruhi

konsep diri anak akan menjadi positif

ataukah negatif. Perhatian dan penghargaan

yang diberikan orang tua terhadap anak

akan membangun konsep diri postif dalam

diri anak. Adanya gambaran diri ideal

menjadi seorang yang pandai dalam diri

anak dan kepercayaan diri bahwa ia mampu

menjadi seorang yang pandai serta

dukungan dan perhatian orang tua dalam hal

pendidikannya, akan menimbulkan motivasi

dalam dirinya untuk menjadi seperti

gambaran diri idealnya. Penghargaan yang

diperoleh anak dari orang-orang

disekitarnya khususnya orang tua atas apa

yang telah dicapainya, akan meimbulkan

antusiasme untuk mencapai prestasi yang

lebih tinggi.

Persepsi siswa tentang perhatian

orang tua adalah penilaian siswa tentang

seberapa besar perhatian yang diberikan

oleh orang tua kepada anaknya terutama

dalam bidang pendidikan. Orang tua yang

peduli dan selalu memperhatikan

pendidikan anaknya, maka anak dengan

sendirinya akan membentuk persepsi atau

penilaian positif terhadap orang tuanya dan

beranggapan bahwa orang tua selalu

memperhatikan dan sayang kepadanya.

Tetapi sebaliknya, jika orang tua kurang

perhatian atau tidak peduli dengan

pendidikan anaknya, maka anak dengan

sendirinya akan membangun perspsi yang

negatif tentang orang tuanya.

Meskipun penelitian ini didasarkan

pada persepsi siswa tentang perhatian orang

tua, namun kita dapat menganggap

berkorespondensi dengan perhatian orang

tua yang terwujud dalam hubungan orang

tua dengan siswa. Perhatian dapat diartikan

sebagai menaruh hati. Menaruh hati pada

seluruh anggota keluarga adalah dasar

pokok hubungan yang baik diantara anggota

keluarga. Perhatian orang tua memiliki

pengaruh psikologis yang besar terhadap

kegiatan belajar anak. Dengan adanya

perhatian besar dari orang tua, anak akan

lebih giat dan bersemangat dalam belajar

karena ia tahu bahwa bukan dirinya sendiri

yang berkeinginan untuk maju, tetapi orang

tuanya pun demikian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

persepsi siswa kelas XI SMA Negeri di

Kabupaten Bulukumba tentang perhatian

orang tua berkategori tinggi dan

memberikan kontribusi sebesar 5,71%

terhadap hasil belajar biologi. Sedangkan

secara tidak langsung melalui motivasi

berprestasi, persepsi siswa tentang perhatian

Page 31: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

156 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

orang tua memberikan kontribusi sebesar

30,63%. Persepsi siswa tentang perhatian

orang tua dalam hal ini mengontrol belajar

anak, memotivasi anak untuk belajar,

membantu anak dalam memecahkan

kesulitan belajarnya, menyediakan alat

perlengkapan belajar, mengatur waktu

belajar anak, memberikan sanksi atau

hukuman dan memberikan hadiah atau

pujian (reward).

Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian Dusalan (2012) dimana perhatian

orang tua memberikan kontribusi sebesar

19,8 % terhadap hasil belajar dengan nilai

sig sebesar 0,05 dan secara tidak langsung

melalui motivasi sebesar 21,8%. Selain itu,

Dwija (2008) menunjukkan, bahwa terdapat

hubungan yang positif antara perhatian

orang tua dan hasil belajar dengan

kontribusi sebesar 31,7%.

Tingginya persepsi siswa tentang

perhatian orang tua ini mengindikasikan

bahwa pada umumnya para orang tua siswa

SMA Negeri di Kabupaten Bulukumba

cukup tinggi terhadap hasil belajar anaknya.

Perhatian orang tua yang dimaksud dalam

hal ini diantaranya adalah mengontrol

belajar anak, memotivasi anak untuk

belajar, menyediakan fasilitas dan

perlengkapan anak, memberikan hadiah

atau sanks serta membantu anak dalam

mengatasi kesulitan belajarnya. Namun

faktanya, masih terdapat siswa yang

persepsi tentang perhatian orang tua

terhadap dirinya sangat rendah dimana

siswa merasa orang tuanya tidak peduli

terhadap kebutuhan akan fasilitas dan

perlengkapan untuk menunjang belajarnya.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Suwarno

(1994) bahwa ada banyak factor yang dapat

mempengaruhi perhatian orang tua terhadap

anaknya, diantaranya adalah ekonomi,

kesehatan jasmani dan rohani orang tua

serta keutuhan keluarga. Mata pencaharian

masyarakat di daerah pinggiran kota

bulukumba pada umumnya adalah pedagang

sementara masyarakat di batas kota atau

kabupaten bulukumba adalah petani atau

nelayan. Jadi, kurangnya komponen

perhatian orang tua terhadap pendidikan

anaknya tidak semata-mata oleh keinginan

orang tua, namun banyak factor yang dapat

mempengaruhinya misalnya

ketidakmampuan ekonomi untuk memenuhi

semua kebutuhan belajar anaknya.

Skala persepsi tentang perhatian

orang ini difokuskan pada persepsi

perhatian orang tua dalam proses

pembelajaran, misalnya adanya perasaan

dukungan dari orang tua bahkan ketika nilai

rendah (misalnya ‘orang tua saya tetap

memotivasi saya untuk berprestasi bahkan

ketika nilai saya jauh dari harapan),

membantu siswa untuk belajar (misalnya

‘orang tua saya berusaha membantu saya

dalam memahami pelajaran atau meminta

orang lain untuk membantu saya’),

menyediakan kebutuhan belajar untuk

menunjang prestasi anak (misalnya ‘saya

tidak pernah merasa kekurangan

perlengkapan belajar), dan memberikan

hadiah atau hukuman sebagai timbal balik

dari tindakan atau pencapaian anak

(misalnya ‘orang tua saya selalu

memberikan pujian atau hadiah yang saya

inginkan ketika prestasi belajar saya baik

atau orang tua akan menghukum saya jika

bolos sekolah) dan sebagainya.

Berkenan dengan dukungan dan

perhatian orang tua terhadap hasil belajar,

beberapa peneliti menekankan bahwa

persepsi tentang dukungan orang tua,

penerimaan dan kontrol atas kegiatan anak-

anak adalah prediktor kuat dari prestasi

akademik. Hail ini sependapat dengan

Slameto (2003) bahwa orang tua yang tidak

memperhatikan pendidikan anaknya,

misalnya acuh terhadap belajar anaknya,

tidak memperhatikan sama sekali kubutuhan

anak dalam belajar, tidak mengatur waktu

belajarnya, tidak mau tahu bagaimana

kemajuan belajar anaknya, kesulitan-

kesulitan yang dialami dalam belajar akan

menyebabkan anak kurang atau tidak

berhasil dalam belajarnya.

Tugas orang tua adalah pemberi

arahan, bimbingan dan motivasi pada anak,

agar dapat mengoptimalkan diri sesuai

bakatnya, dan tentunya dapat meraih

prestasi yang maksimal. Jadi, antara

motivasi dan prestasi, tentu saja memiliki

keterkaitan yang sangat erat. Hubungan

antara keduanya adalah berbanding lurus,

dimana motivasi baik dan maksimal

menghasilkan prestasi yang cemerlang, dan

juga sebaliknya, tanpa motivasi maka

prestasi yang diharapkanpun urung terjadi.

c. Konsep diri berkontribusi terhadap

motivasi berprestasi

Keberhasilan yang dimiliki siswa

tidak terlepas dari motivasi berprestasi yang

dimilikinya, karena motivasi berprestasi

adalah dorongan yang dimiliki individu

untuk mengungguli, berprestasi sehubungan

dengan seperangkat standar dan berusaha

Page 32: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Kontribusi Konsep Diri Persepsi Siswa Tentang Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Berprestasi

dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Bulukumba Rany Suryani Hasyim 157

untuk mendapatkan keberhasilan. Usaha

untuk mencapai keberhasilan dan

berprestasi sehubungan dengan seperangkat

standar hanya bisa diperoleh apabila

individu tahu betul tentang dirinya,

sehingga dalam menentukan standar yang

digunakan, dia menyesuaikan dengan

keadaan dirinya yang diperoleh dari

pengetahuan tentang dirinya. Kemudian

harapan-harapan yang dimiliki remaja

berhubungan dengan usaha untuk mencapai

keberhasilan sesuai dengan apa yang

diharapkannya.

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa konsep diri memberikan kontribusi

sebesar 16,72% terhadap hasil belajar.

Sejalan dengan hasil penelitian ini, Wiwik

(2006) dalam penelitiannya mengemukakan

bahwa ada hubungan positif yang signifikan

antara konsep diri dengan motivasi

berprestasi dengan sumbangan efektif

konsep diri sebesar 30,5%. Menurut Moss

dan Kagen (tanpa tahun) dalam Sriati

(2010) bahwa konsep diri yang dimiliki oleh

seseorang akan mempengaruhi

keinginannya untuk berprestasi. Selanjutnya

Harter (1999) mengindikasikan bahwa

siswa yang percaya akan kemampuan

dirinya akan memiliki motivasi berprestasi

yang tinggi yang dapat mempengaruhi hasil

belajar siswa.

Penilaian yang dimiliki individu

terhadap dirinya sendiri merupakan

perbandingan antara keadaan dirinya saat

ini dengan apa yang menurutnya dapat dan

terjadi pada dirinya. Apabila seorang siswa

merasa dirinya saat ini kurang berprestasi

namun dirinya merasa mampu untuk

berprestasi maka siswa tersebut akan

termotivasi untuk meningkatkan

prestasinya. Motivasi berprestasi yang

tinggi akan didapatkan jika siswa tersebut

memandang positif terhadap kemampuan

yang dimilikinya. Dengan memiliki

pandangan yang positif terhadap

kemampuan maka siswa tersebut akan

merasa yakin bahwa dirinya bisa dan

mampu sehingga memungkinkan dirinya

termotivasi untuk meraih prestasi. Namun

apabila siswa tersebut memandang negatif

kemampuan yang dimilikinya maka akan

merasa bahwa dirinya tidak mampu untuk

mencapai suatu prestasi sehingga dalam

dirinya kurang memiliki motivasi untuk

meraih prestasi. Seperti yang dikatakan

Fernald dan Fernald (1999) bahwa salah

satu faktor yang mempengaruhi motivasi

berprestasi seseorang adalah konsep diri

yang dimiliki oleh individu, jika individu

menganggap bahwa dirinya mampu untuk

melakukan sesuatu maka individu tersebut

akan berusaha untuk mencapai apa yang

diinginkannya. Kemudian Moss dan Kagen

(tanpa tahun) dalam Calhoun dan Acocella

(1990) juga mengatakan bahwa konsep diri

yang dimiliki seseorang akan

mempengaruhi keinginannya untuk

berprestasi. Hal ini juga didukung oleh

beberapa peneliti dan psikolog seperti

Barker, Mc Inerney dan Dowson (2003)

mengenai motivasi berprestasi, bahwa

konsep diri akademik adalah prediktor yang

dominan dan memiliki efek besar pada

orientasi motivasi.

Konsep diri positif ditandai dengan

adanya rasa percaya diri pada anak dengan

menerima baik keunggulan maupun

kelemahannya. Anak dengan konsep diri

tersebut akan cendrung bangga terhadap

kemampuan dirinya, selalu

memperjuangkan kemampuannya secara

penuh, pantang mundur dan menerima

dirinya sendiri maupun orang lain apa

adanya serta tidak lari dari kenyataan.

d. Persepsi siswa tentang perhatian orang

tua berkontribusi terhadap motivasi

berprestasi

Hasil pengujian data dalam penelitian

ini menunjukkan bahwa persepsi siswa

tentang perhatian orang tua berkontribusi

terhadap motivasi berprestasi sebesar

7,90%. Walaupun besarnya kontribusi

persepsi siswa tentang perhatian orang tua

terhadap motivasi berprestasi tidak terlalu

besar, namun hal ini membuktikan bahwa

perhatian orang tua memberikan sumbangan

terhadap motivasi berprestasi.

Hasil sumbangan efektif variabel

perhatian orang tua terhadap terhadap

motivasi berprestasi sejalan dengan hasil

penelitian Nurhidayah (2013) yang

mendeskripsikan bahwa terdapat hubungan

antara tingkat perhatian orang tua terhadap

tingkat motivasi belajar siswa dengan nilai r

sebesar 0,417 dan p 0,001 yang berarti

perhatian orang tua signifikasn dengan

motivasi berprestasi siswa.

Salah satu faktor dari orang tua yang

mempengaruhi keberhasilan belajar anak

adalah perhatian. Menurut Suryabrata

(2012), perhatian dapat diartikan sebagai

menaruh hati. Menaruh hati pada seluruh

anggota keluarga adalah dasar pokok

hubungan yang baik diantara para anggota

keluarga. Perhatian orang tua memiliki

Page 33: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

158 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

pengaruh psikologis yang besar terhadap

kegiatan belajar anak. Dengan adanya

perhatian dari orang tua, anak akan lebih

giat dan lebih bersemangat dalam belajar

karena ia tahu bahwa bukan dirinya sendiri

saja yang berkeinginan untuk maju, akan

tetapi orang tuanya pun demikian.

Sikap orang tua yang ditunjukkan

kepada anak akan menunjukkan persepsi

dalam diri anak. Anak yang hidup dalam

lingkungan keluarga yang menghargai,

memperhatikan kemajuan dalam

pendidikannya, memberikan dukungan dan

memberikan pujian akan mempunyai

persepsi positif terhadap orang tuanya.

Dengan berbekal persepsi positif tersebut,

anak akan berpikir bahwa jika ia bisa

berprestasi pasti akan mendapatkan pujian

atau hadiah dan hal inilah yang

menyebabkan tumbuhnya motivasi dalam

diri anak untuk lebih dan terus berprestasi

(Astuti, 2010).

KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan sebelumnya, maka dapat

disimpulkan bahwa :

a. Hasil belajar biologi siswa SMA Negeri di

Kabupaten Bulukumba pada umumnya

berkategori sedang meskipun konsep diri,

persepsi siswa tentang perhatian orang tua

serta motivasi berprestasi tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa masih ada factor lain

yang turut mempengaruhi hasil belajar

misalnya sarana pembelajaran disekolah,

kompetensi guru maupun factor dalam diri

siswa sendiri.

b. Konsep diri secara langsung maupun tidak

langsung melalui motivasi berprestasi

memberikan kontribusi yang signifikan

terhadap hasil belajar biologi. Konsep diri

secara langsung memberikan kontribusi

sebesar 31,58% terhadap pencapaian hasil

belajar biologi sedangkan secara tidak

langsung melalui motivasi berprestasi,

konsep diri memberikan kontribusi sebesar

20,74%.

c. Persepsi siswa tentang perhatian orang tua

memberikan kontribusi yang signifikan

terhadap hasil belajar biologi baik secara

langsung maupun tidak langsung melalui

motivasi berprestasi. Persepsi siswa tentang

perhatian orang tua secara angsung

memberikan kontrbusi sebesar 5,71%

sedangkan kontribusi secara tidak langsung

melalui motivasi berprestasi, persepsi siswa

tentang perhatian orang tua memberikan

kontrbusi sebesar 30,63% terhadap hasil

belajar biologi.

d. Konsep diri sangat berperan dalam

menumbuhkan motivasi dalam diri siswa.

Besarnya kontribusi yang diberikan oleh

konsep diri terhadap motivasi berprestasi

siswa SMA Negeri di Kabupaten

Bulukumba sebesar 12,11%.

e. Persepsi siswa tentang perhatian orang tua

turut mempengaruhi siswa dalam

mengembangkan motivasi dalam dirinya.

Persepsi siswa tentang perhatian orang tua

memberikan sumbangan sebesar 26,11%

terhadap motivasi berprestasi siswa SMA

Negeri di Kabupaten Bulukumba.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil

penelitian dan pembahasan, maka saran yang

ingin dikemukakan peneliti sebagai berikut :

a. Konsep diri secara langsung maupun tidak

langsung melalui motivasi berprestasi

memberikan kontribusi terhadap hasil

belajar biologi siswa. Sehingga para orang

tua diharapkan dapat membangun konsep

diri yang positif peserta didik sejak kecil

yakni dengan adanya dorongan kepada anak

untuk mandiri tetapi dengan kontrol yang

baik, mengasuh dengan kasih sayang serta

penuh perhatian dapat berimplikasi pada

peningkatan prestasi belajarnya

b. Perhatian orang tua secara langsung

maupun tidak langsung melalui motivasi

berprestasi berkontribusi terhadap hasil

belajar biologi siswa. Sehingga para orang

tua diharapkan menerapkan pola perhatian

yang cukup dalam pengasuhan anak sejak

kecil yakni dengan adanya komunikasi yang

dialogis antara anak dan orang tua, adanya

kehangatan yang membuat anak merasa

diterima oleh orang tuanya, serta penuh

perhatian dapat berimplikasi pada

peningkatan hasil belajarnya

c. Motivasi anak dapat tumbuh dengan adanya

dukungan dari orang tuanya. Oleh karena

itu Orang tua hendaknya memberikan

perhatian yang cukup kepada anaknya

terutama dalam hal pendidikan dengan cara:

1) menyediakan fasilitas belajar yang

butuhkan oleh anak

2) mengontrol belajar anak

3) memotivasi anak untuk belajar

4) membantu anak memecahkan masalah

belajarnya

5) mengatur waktu belajar anak

6) memberikan sanksi atau hukum serta

memberikan hadiah atas prestasi anak

Page 34: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Kontribusi Konsep Diri Persepsi Siswa Tentang Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Berprestasi

dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Bulukumba Rany Suryani Hasyim 159

d. Kepada siswa khususnya siswa-siswi di

kabupaten Bulukumba agar memupuk

konsep diri yang positif dan terus

meningkatkan motivasi berprestasi karena

kedua faktor tersebut sangat berkontribusi

terhadap pencapaian hasil belajar yang lebih

baik.

e. Banyak hal yang dapat mempengaruhi hasil

belajar siswa selain konsep diri dan persepsi

tentang perhatian orang tua, salah satunya

adalah sarana dan prasarana yang tersedia

disekolah. Oleh karena itu diharapkan

kepada pemerintah dan para pengambil

kebijakan pendidikan di kabupaten

Bulukumba agar kiranya dapat memperbaiki

sarana dan prasarana guna mendukung

proses pembelajaran yang lebih baik, dan

juga kepada peneliti selanjutnya agar

meneliti variable lain yang juga

berpengaruh terhadap hasil belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Arisana, Ismaini. 2012. Pengaruh Kedisiplinan

Siswa dan Persepsi Siswa Tentang

Kualitas Mengajar Guru terhadap

Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas

XI IPS MAN Yogyakarta II Tahun

Ajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan.

Astuti, 2008. Hubungan antara Persepsi Anak

terhadap Dukungan Keluarga dengan

Motivasi Berprestasi Akademik Anak

di SDN Ketapang Semarang. Jurnal

pendidikan. Universitas

Muhammadiyah Semarang.

Barker, Mc.Inerney, Dowson, 2003.

Conceptualizing Students Goals and

Self-concept as Multidimensional and

Hierarchically Structured. Paper

presented at NZARE AARE,

Auckland, New Zealand

Calhoun, J.F. Acocella, J.R. 1990. Psikologi

tentang penyesuaian dan hubungan.

New York: McGraw-Hill, Inc.

(terjemahan oleh Nurul Imam).

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan

pembelajaran. Jakarta: Rineke Cipta

Dusalan. 2011. Kontribusi Konsep Diri dan

Perhatian Orang Tua Terhadap Hasil

Belajar Matematika Melalui Motivasi

Berprestasi Siswa Kelas X SMA di

Kecamatan Sape Bima. Skripsi. PPs

UNM Makassar

Dwija, W. I. 2008. Hubungan Konsep Diri,

Motivasi Berprestasi, dan Perhatian

Orang Tua dengan Hasil Belajar

SosiologiPada Siswa Kelas II Sekolah

Menengah Atas unggulan di Kota

Amlapura (No.1 Th.XXXXI Januari

2008). Jurnal (diterbitkan)

Bali:Undiksha.(http: // www.undiksha.

ac.iddiakses 01Agustus 2013).

Fernald, L., Dodge & Fernald, Peter, S. (1999).

Introduction to psychology (5 thed).

India : A.I.T.B.S. Publishers &

Distributors.

Gunawan, Adi W. 2005. Hypnosis: The Art of

Subconscious Communication. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

Hamalik Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan

Mengajar. Bandung : Sinar Baru

Aglensindo

Harter, S. 1999. The Construction of the Self :

A Developmental Perspective. The

Guilford Press. New York

Heydemas, E. 2010. Pola asuh orang tua,

Konsep Diri, Motivasi Berprestasi,

iklim sekolah dan kesadaran emosi

siswa SMA (jilid 17 No.2 Tahun.

2010). Jurnal (diterbitkan) manado:

UNIma. (http:// www.unima. ac. Id

diakses 05 Oktober 2013).

Priyadarma, T. 2001. Kreativitas dan Strategi.

Jakarta : PT. Golden Trayon Press

Rola. 2006. Hubungan Konsep Diri dengan

Motivasi Berprestasi pada Remaja.

Artikel Psikologi Kedokteran.

Universitas Sumatera Utara. Medan

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang

mempengaruhinya Edisi Revisi.

Jakarta: Rineka Cipta

Sriati, A. 2010. Pengaruh Konsep Diri, dan

Motivasi Berprestasi erhadap Prestasi

Akademik Remaja Akhir. (diterbitkan

Universitas Padjajaran) (http//www.

Myblog journal. com, diakses pada

tanggal 10 Okt 2013)

Sudjana, N. 2004. Penilaian Hasil Proses

Belajar Mengajar. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Suryabrata. 2012. Psikologi Pendidikan.

Jakarta : Rajawali Pers

Suwarno. 1994. Bimbingan dan Konseling

Keluarga. Yogyakarta : Menara Mas

Thalib, S.B. 2010. Psikologi Pendidikan

Berbasis Analisis Empiris Aplikatif.

Jakarta: Kencana.

Page 35: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

160 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

Tumbuh. 2007. Kontribusi intelegensi,

perhatian orang tua, kebiasaan belajar

dan kemampuan guru dalam

mengelola proses belajar mengajar

terhadap prestasi belajar siswa SMAN

1 Denpasar. (jurnal tidak diterbitkan)

Denpasar: (diakses 11 oktober 2013).

Uno, B. H. 2011. Teori M otivasi dan

Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Wiwik Setyowati. 2006. Hubungan antara

Konsep Diri dengan Motivasi

Berprestasi pada Karyawan. Thesis.

Universitas Muhammadiyah Malang.

Yara, P. O. 2010. Students Self Concept on

Mathematics Achievement.

International Journal.

www:eurojournals.com/ejss

Page 36: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Metode Klos bagi Siswa

Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Tahun Pelajaran 2016/2017 Marhaeni 161

MENINGKATKAN KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA (KEM) DENGAN

MENGGUNAKAN METODE KLOS BAGI SISWA KELAS X MIPA 2 SMA

NEGERI 1 BULUKUMBA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Marhaeni *)

Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan

Guru SMA Negeri 1 Bulukumba

Email: [email protected]

Abstrak

Kecepatan efektif membaca mempunyai peranan yang sangat penting, karena dengan membaca cepat dan kemampuan memahami bacaan yang berkualitas seseorang bisa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebiasaan membaca bahasa Indonesia yang kurang baik berdampak negatif pada tingkat keterbacaan seseorang atau seorang siswa. Untuk mengatasi hal tersebut sangat dibutuhkan usaha dan kreatifitas guru. Penerapan metode Klos dalam pembelajaran membaca merupakan salah satu upaya memecahkan masalah tersebut. Tujuan penelitian tindakan kelas ini yaitu untuk meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan menggunakan metode klos siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba. Penelitian tindakan kelas ini mengambil setting di SMA Negeri 1 Bulukumba Kelas X MIPA 2, dengan jumlah siswa 25 siswa. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan melalui tiga siklus. Sebelum siklus I dilaksanakan perlu adanya pra tindakan yaitu identifikasi tentang metode klos dan Kecepatan Efektif Membaca (KEM), kemudian dilaksanakan siklus I sebagai penerapan metode klos, siklus II sebagai implementasi pelaksanaan metode klos, dan siklus III sebagai tahap pemantapan. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif yaitu digunakan terhadap data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengamatan siswa dan guru selama berlangsungnya pembelajaran di kelas, dan analisis kuantitatif yang digunakan terhadap hasil tes Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa dengan menggunakan metode klos. Hasil penelitian pada siklus I tingkat keterbacaannya masih rendah, karena kecepatan efektif membaca rata-rata 87 kpm dengan tingkat Independen 12 %, tingkat Instruktional 40 % dan pada frustasi 48 %. Pada siklus II hasil penelitian mengalami perubahan positif yaitu kecepatan efektif membaca rata-rata 150 kpm dengan tingkat Independen 80 %, tingkat Instruksional 12 %, dan tingkat frustasi 8 %. Hasil penelitian pada siklus III mengalami pemantapan yaitu rata-rata. Kecepatan Efektif Membaca (KEM) 210 kpm dengan tingkat independen 100 %. Hasil analisis data menunjukkan bahwa aktivitas pembelajaran membaca cepat dengan menggunakan metode klos dapat meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa.

Kata kunci : Bahasa Indonesia, Kecepatan Efektif Membaca (KEM), dan Metode Klos

Abstract *)

The effective speed of reading has a very important role, because with fast reading and the ability to

understand qualified reading one can master science and technology. Unfavorable Indonesian

reading habits have a negative impact on the readability of a person or a student. To overcome this is

needed and teacher creativity efforts. Application of Klos method in reading learning is one of the

effort to solve the problem. The purpose of this classroom action research is to improve the Effective

Reading Speed (KEM) by using the clone method of students of Class X MIPA 2 SMA Negeri 1

Bulukumba. This class action research takes place in SMA Negeri 1 Bulukumba Class X MIPA 2, with

25 students. Implementation of activities carried out through three cycles. Before the first cycle, it is

necessary to pre-action the identification of the method of clays and the Effective Reading Speed

(KEM), then implemented cycle I as the application of the klos method, cycle II as implementation of

the implementation of the klos method, and cycle III as the stabilization stage. The technique of data

analysis using qualitative analysis is used to qualitative data obtained from the observation of

students and teachers during the course of classroom learning, and quantitative analysis used to test

the Effective Reading Speed (KEM) of students using the klos method. The results of the research on

the first cycle of readability level is still low, because the effective speed reading average 87 kpm with

12% Independent rate, Instruktional 40% and at frustration 48%. In the second cycle the results of the

study experienced a positive change that is the effective reading speed of 150 kpm average with 80%

independent level, 12% Instructional level, and 8% frustration rate. The result of research in cycle III

has stabilization that is average. Effective Reading Speed (KEM) 210 kpm with 100% independent

rate. The results of data analysis indicate that the activity of fast reading learning by using klos

method can improve Student Effectiveness Reading (KEM).

Keywords:

Page 37: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

162 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

PENDAHULUAN

Berdasarkan pengalaman peneliti pembelajaran

membaca baik yang dialami sendiri maupun

yang diketahui selama ini, model

pembelajarannya selalu mengacu pada apa

yang ada pada buku paket. Teknik pengajaran

membaca yang ada umumnya membaca

pemahaman. Banyak teknik pengajaran yang

selama ini tidak dipergunakan untuk melatih

keterampilan membaca. Teknik-teknik itu

antara lain teknik uji rumpang. Kenyataan yang

terjadi di samping kemampuan dan

keterampilan yang kurang pada siswa,

pengajaran membaca selalu mengacu pada

teknik yang ada pada buku tersebut. Dengan

demikian para siswa beranggapan pengajaran

membaca tujuannya semata-mata menjawab

pertanyaan, mencari kata istilah yang sulit dan

lain-lain. Hal ini dihadapi para siswa dengan

proses yang amat lain. Perihal lain yang selalu

muncul pada pembelajaran membaca yaitu

guru Bahasa Indonesia pada umumnya hanya

mengutamakan penyelesaian target materi

dalam kurikulum yang orientasinya mengacu

pada usaha meningkatkan kemampuan siswa

dalam mengerjakan soal-soal, walaupun hal ini

tidak selalu benar sebab soal-soal sering

kurang mengacu pada keterampilan berbahasa

baik keterampilan menyimak, berbicara,

membaca, maupun menulis. Faktor lain yang

tidak kalah pentingnya adalah kurangnya guru

Bahasa Indonesia memahami dan menguasai

teknik pengajaran membaca. Belum lagi

memilih bahan bacaan yang seharusnya dalam

pengajaran membaca guru dituntut mampu

memilih bahan bacaan yang sesuai dengan

tujuan dan tingkat perkembangan siswa,

kompetensi siswa, minat dan tingkat kecakapan

baca.

Peneliti berusaha mengungkap

kecepatan efektif membaca ( KEM ) siswa,

karena penulis sangat prihatin dengan KEM

siswa di negara kita. Kalau di negara-negara

maju seperti Amerika, seorang setara SMA

di negara kita (Senior High School) dalam

keadaan normal sudah memiliki kecepatan

membaca minimal kurang lebih 250 kata

permenit, dengan pemahaman isi bacaan

minimal 70 %. Jika dihitung kecepatan efektif

membacanya (KEM) = 250 kpm x 70 % = 175

kpm. (Harjasujana,200:88). Kalau di Amerika

siswa setingkat SMA memiliki KEM terendah

± 175 kpm, maka di Indonesia masih tidak

sedikit siswa SMA KEM tertinggi ± 175

kpm. Dari pengalaman peneliti membelajarkan

siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1

Bulukumba, ternyata hal tersebut di atas juga

terjadi. Dengan KEM ± 175 kpm, lalu

bagaimana bisa menguasai Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi yang diharapkan melalui

berbagai media cetak dalam waktu yang relatif

singkat. Berdasarkan uraian singkat di atas,

peneliti mengambil tindakan, yaitu

“Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca

Dengan Menggunakan Metode Klos Bagi

Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1

Bulukumba”.

METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, karena penelitian ini dilaksanakan berangkat dari permasalahan pembelajaran di kelas, kemudian ditindak lanjuti dengan penerapan suatu tindakan pembelajaran kemudian direfleksi, dianalisis dan dilakukan penerapan kembali pada siklus-siklus berikutnya, setelah dilaksanakan revisi berdasarkan temuan saat refleksi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan, yaitu peneliti berusaha untuk menerapkan suatu tindakan sebagai upaya perbaikan untuk mengatasi masalah yang ditemukan. Karena penelitian dilaksanakan dengan setting kelas, maka disebut penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research)

Model Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas,

model Stephen Kemmis dan Mc Taggart

(dalam Suranto,200:49), model ini

menggunakan sistem spiral refleksi diri yang

dimulai dari rencana, tindakan, pengamatan,

refleksi, dan perencanaan kembali yang

merupakan dasar untuk suatu rancangan

pemecahan masalah. Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) menurut Kemmis dan Mc Taggar (dalam

Suranto, 2000:49)

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian diawali dengan pra

tindakan yaitu mengadakan identifikasi metode

klos dan Kecepatan Efektif Membaca (KEM)

kemudian baru dilaksanakan tindakan yang

terdiri dari 3 siklus. Setiap siklus tindakannya

ada empat tahapan yaitu (1) persiapan/

perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan

tindakan, (3) observasi dan evaluasi, dan (4)

analisis dan refleksi. Secara rinci masing-

masing siklus tindakannya sebagai berikut :

Page 38: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Metode Klos bagi Siswa

Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Tahun Pelajaran 2016/2017 Marhaeni 163

Persiapan Tindakan Setiap siklus memerlukan

persiapan-persiapan:

a) Menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran yang mengacu pada silabus

pembahasan yang telah dibuat oleh guru.

b) Menyiapkan bahan ajar

c) Penyusunan instrumen sebagai alat

observasi

1) Lembar kemampuan tingkat

keterbacaan dan pemahaman siswa.

2) Lembar pengamatan masalah yang

dihadapi untuk meningkatkan

Kecepatan Efektif Membaca Siswa

d) Penentuan jadwal tindakan kelas.

Rencana Implementasi Tindakan (Pelaksanaan

Tindakan) Tindakan (action) kelas tiap siklus

secara umum sebagai berikut:

a) Siswa berdiskusi tentang metode klos.

b) Siswa bersama guru menyimpulkan

tentang wacana rumpang dan cara

penyempurnaan kerumpangannya.

c) Siswa membentuk kelompok. Dari 25

siswa, setiap nomor absen ganjil sebagai

kelompok responden, dan nomor absen

genap sebagai kelompok pengamat atau

pencatat waktu dan menghitung KEM

responden. Dengan demikian setiap nomor

absen ganjil berpasangan dengan nomor

absen genap.

d) Siswa nomor absen ganjil membaca

wacana yang sudah disediakan dan siswa

nomor absen genap sebagai pencatat waktu

dan menghitung KEM responden.

e) Siswa yang sebagai pengamat secara

individu mengukur tingkat keterbacaan

responden (pasangan).

f) Tahap berikutnya kelompok yang semula

sebagai responden berganti sebagai

kelompok pengamat. Kelompok pengamat

tugasnya mencatat waktu dan menghitung

KEM responden

g) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil

bacaan dengan menggunakan metode klos

sebagai acuan refleksi.

Observasi dan Evaluasi

Pada setiap siklus dilakukan

pengamatan dengan instrumen yang telah

disediakan, yaitu :

1. Tingkat keterbacaan dan pemahaman

metode klos:

a. Panjang wacana sebagai alat ajar

b. Delisi (lesapan) disesuaikan kebutuhan

siswa dan pertimbangan guru yaitu

ketrampilan penguasaan unsur tata

bahasa dan ketrampilan kosakata serta

maknanya.

c. Evaluasi sebagai alat ajar (contextual)

artinya boleh sinonim atau makna yang

dapat mengganti kedudukan kata yang

dilepas.

2. Lembar Pengamatan Masalah yang

dihadapi untuk meningkatkan KEM

Instrumen ini digunakan untuk

memantau masalah yang dihadapi oleh

siswa dalam proses pembelajaran membaca

cepat dengan menggunakan metode klos.

a. Tingkat pengetahuan bahasa

b. Kemampuan kognitif

c. Pengalaman membaca

3. Lembar Observasi Aktivitas Guru/Peneliti

4. Pada siklus akhir (ketiga) diberikan lembar

angket untuk siswa tentang pelaksanaan

pembelajaran Kecepatan Efektif Membaca

(KEM) dengan menggunakan metode Klos

Refleksi

Setiap akhir siklus selalu dilaksanakan refleksi

untuk mengetahui sejauh mana tingkat

keterbacaan dan pemahaman siswa. Selalu

diadakan diskusi dengan siswa dalam proses

masukan-masukan maupun tanggapan dan

komentar dari siswa sehingga refleksi sesuai

dengan perkembangan kemajuan membaca

siswa.

Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini berupa catatan-catatan, silabus

pembelajaran, rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), hasil Kecepatan Efektif

Membaca (KEM) siswa, dan hasil observasi

terhadap kegiatan pembelajaran.

Sumber data dalam penelitian ini

adalah siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri

1 Bulukumba Tahun Pelajaran 2014/2015,

dan guru, serta pengamat selama

berlangsungnya penilaian tindakan kelas.

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini

menggunakan dua teknik analisis data dengan

memperhatikan jenis data yang dikumpulkan,

yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Analisis kualitatif terhadap data kualitatif yang

diperoleh dari hasil pengamatan siswa dan guru

selama berlangsungnya pembelajaran di kelas.

Sedangkan analisis kuantitatif digunakan

terhadap hasil tes Kecepatan Efektif Membaca

(KEM) siswa dengan menggunakan Metode

Klos.

Rumus yang dipakai untuk mengetahui

Kecepatan Efektif Membaca adalah sebagai

berikut :

Page 39: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

164 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

Wm

K Wm

K x

SI

B = Kpm

60:Wd

K x

SI

B = Kpm

Wm

K (60) x

SI

B = Kpm

Keterangan :

K = Jumlah kata yang dibaca

Wm = Waktu tempuh baca dalam satuan

menit

Wd = Waktu tempuh dalam satuan detik

B = Skor bobot perolehan tes yang dijawab

dengan benar

SI = Skor ideal atau skor maksimal

Kpm = Kata per menit

Siswa dikatakan berhasil membaca (tuntas)

kalau kecepatan membaca minimal 250 kpm

dan kemampuan memahami bacaan minimal

70%, itu berarti siswa dikatakan berhasil

membaca (tuntas) atau sesuai dengan KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu jika

kecepatan efektif membaca (KEM) minimal

175 kpm.

Hal itu didasarkan pada pendapat

Harjasujana yang mangatakan bahwa, KEM

minimal untuk klasifikasi pembaca adalah : SD

(140 kpm), SLTP (140-175 kpm), SLTA (175-

245 kpm), dan Perguruan Tinggi (245-280

kpm). (Harjasujana,2000:110)

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Penelitian

Ketika peneliti membelajarkan siswa

tentang membaca cepat, ternyata kemampuan

Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa

masih rendah. Bagaimana siswa bisa

memahami Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

dengan waktu yang cepat apabila KEM mereka

rendah. Berangkat dari masalah tersebut guru

dalam hal ini merangkap sebagai peneliti

mencoba mencari jalan keluar dengan

menggunakan metode klos untuk

meningkatkan KEM siswa dalam pelaksanaan

penelitian tindakan kelas. Deskripsi penelitian

tindakan kelas yaitu : langkah awal diterapkan

pra tindakan berupa identifikasi metode klos

dan Kemampuan Efektif Membaca (KEM),

kemudian dilaksanakan tindakan yang terdiri

dari 3 siklus. Tiap siklus terdiri dari dua

pertemuan. Setiap pertemuan memerlukan

waktu 2 x 40 menit. Masing-masing siklus

meliputi (a) persiapan tindakan, (b)

pelaksanaan tindakan, (c) observasi dan

evaluasi, dan (d) analisis dan refleksi. Secara

rinci pelaksanaan tindakan sebagai berikut :

Pra Tindakan

Siswa mendengarkan penjelasan tentang

metode klos dan Kecepatan Efektif Membaca

(KEM), kemudian siswa berdiskusi tentang

penggunaan metode klos untuk meningkatkan

Kecepatan Efektif Membaca (KEM), bahkan

hal ini dikondisikan menjadi diskusi kelas.

Ternyata siswa sangat tertarik dengan metode

klos. Hal ini terlihat banyaknya siswa yang

bertanya dan juga memberikan tanggapan.

Pertanyaan maupun tanggapan berkisar tentang

metode klos dan KEM. Dengan temuan-

temuan seperti itu merupakan jalan yang sangat

baik untuk membelajarkan siswa dalam rangka

meningkatkan kecepatan membaca dan

kemampuan memahami bacaan yang

dilaksanakan pada siklus-siklus yang

direncanakan.

Siklus I

1. Persiapan Tindakan

Untuk melaksanakan tindakan sebelumnya

memerlukan persiapan-persiapan yaitu :

menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran yang mengacu pada silabus

yang telah dibuat guru. Agar proses

pembelajaran lancar perlu bahan ajar

tentang metode klos dan Kecepatan Efektif

Membaca (KEM) serta menyiapkan bacaan

yang sesuai dengan kriteria klos. Perolehan

hasil penelitian dipersiapkan alat observasi

baik untuk siswa maupun guru. Alat

observasi berupa instrumen metode klos,

instrumen alat penilaian individu KEM

siswa, instrumen observasi KEM, instrumen

observasi aktivitas guru, dan angket siswa.

Peneliti dibantu observer dari guru dan juga

pengamat dari siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I

memerlukan 2 (dua) kali tatap muka, setiap

tatap muka memerlukan 2 x 40 menit

dengan langkah-langkah pembelajaran

sebagai berikut :

a. Kegiatan awal siswa membentuk

kelompok. Dari 40 siswa setiap nomor

absen ganjil sebagai kelompok

responden (atau kelompok yang diteliti),

dan nomor absen genap sebagai

kelompok pengamat atau pencatat waktu

dan menghitung Kecepatan Efektif

Membaca (KEM) responden. Dengan

Page 40: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Metode Klos bagi Siswa

Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Tahun Pelajaran 2016/2017 Marhaeni 165

demikian setiap nomor absen ganjil

berpasangan dengan nomor absen genap.

b. Siswa mencatat tujuan pembelajaran

yang akan dicapai.

c. Siswa kelompok A yaitu kelompok

nomor absen ganjil membaca wacana

yang sudah disediakan dan siswa

kelompok B yaitu kelompok nomor

absen genap mencatat dan menghitung

responden.

d. Siswa kelompok B (sebagai pengamat)

secara individu mengukur tingkat

keterbacaan responden (pasangannya)

e. Tahap berikutnya kelompok yang semula

sebagai responden berganti sebagai

kelompok pengamat yang tugasnya

mencatat waktu dan menghitung KEM

responden, begitu juga kelompok yang

semula sebagai pengamat berganti

menjadi kelompok responden

f. Kegiatan akhir siswa berdiskusi tentang

kendala-kendala meningkatkan KEM

dengan menggunakan Metode Klos

sebagai acuan refleksi.

3. Observasi dan Evaluasi

Pembelajaran membaca cepat dengan

menggunakan metode klos ini, siswa sangat

antusias. Pada awal siswa dengan senang

membentuk kelompok dengan setting yang

sederhana tetapi menarik yaitu setiap siswa

berpasangan yang saling berhadapan yaitu

antara siswa nomor absen ganjil dengan

siswa nomor absen genap. Sejumlah 25

siswa dari data aktivitas siswa dalam

pembelajaran membaca dan sekaligus

sebagai penerapan pengelolaan

pembelajaran secara kelompok maupun

individu dapat diperoleh rincian tingkat

keterbacaan siswa dalam membaca cepat

dengan menggunakan metode klos sebagai

berikut : jumlah kata dalam wacana ± 630

kata. Sebagai alat ukur permenit standarnya

250-350 kata. Setelah ditetapkan 2 menit

waktu baca, kenyataan di kelas belum mau

berhenti, sehingga terjadi penambahan

waktu menjadi 3 menit. Dengan demikian

fungsi alat ukur berubah menjadi alat ajar

yaitu per menit antara 150 sampai 200 kata.

Berdasarkan laporan pengamat ketika

mengobservasi aktivitas guru/peneliti pada

saat berlangsungnya pembelajaran, pada

bagian awal terlihat bahwa guru/peneliti

sudah menjelaskan tujuan pembelajaran,

dan juga telah memotivasi siswa agar bisa

meningkatkan KEM siswa. Ketika siswa

membentuk kelompok baik kelompok

responden maupun kelompok pengamat,

guru juga membantu. Pemodelan metode

klos untuk meningkatkan KEM sangat

kelihatan. Penilaian yang dilakukan selalu

dikondisikan mengacu pada kriteria klos

maupun KEM. Diskusi untuk mengetahui

kendala-kendala KEM dilaksanakan sebagai

acuan refleksi pada siklus berikutnya. Dapat

dijabarkan hasil uji kemampuan isian

rumpang yaitu:(1) Tingkat Independen 3

siswa = 12 %, (2) Tingkat Instruksional 10

siswa = 40 %, (3) Tingkat Frustasi 12 siswa

= 48 %. Kecepatan Efektif Membaca

(KEM) siswa yang tuntas atau sesuai

dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu

175 kata per menit ke atas adalah 0 siswa

Siswa yang tidak tuntas atau kurang dari

175 kata permenit ke atas adalah 25 siswa.

Siswa yang KEMnya tertinggi 170 kpm,

KEM terendah = 30 kpm, dan KEM rata-

rata 87 kpm. Pada diskusi kelompok telah

terekam masalah yang dihadapi siswa pada

saat membaca cepat, yaitu masalah tingkat

pengetahuan bahasa 80 % atau 20 siswa,

masalah kemampuan kognitif 80 % atau 20

siswa, dan masalah pengalaman membaca

92 % atau 23 siswa.

4. Analisis dan Refleksi

Dari masalah yang dihadapi siswa selama

membaca dengan menggunakan metode

klos, maka dapat direfleksikan sebagai

berikut :

a. Siswa perlu meningkatkan pengetahuan

bahasa Indonesia dengan jalan sering

membaca Kamus Bahasa Indonesia, dan

tentang teori kebahasaan.

b. Siswa perlu meningkatkan kemampuan

kognitif dengan jalan meningkatkan daya

nalar dan kepekaaan untuk mengerti dan

memahami isi/pesan yang terkandung

dalam suatu bacaan yang seefisien

mungkin

c. Siswa harus sering membaca untuk

meningkatkan pengalaman membaca.

Orang yang sering membaca jauh

berbeda KEMnya dengan orang yang

jarang membaca.

d. Guru/peneliti perlu memproduksi

wacana yang dominan dan menghindari

wacana yang terpinggirkan yaitu :

wacana yang berfungsi membentuk dan

mengkondisikan wacana aktual. Wacana

dominan memberikan arahan bagaimana

suatu objek harus dibaca dan dipahami.

Wacana yang dominan memberikan daya

tarik tersendiri bagi pembaca, sehingga

siswa sangat senang ketika membaca

karena sesuatu yang baru.

Page 41: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

166 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

Berdasarkan temuan hasil refleksi di atas

dilakukan perbaikan untuk perencanaan

siklus berikutnya.

Siklus II

1. Persiapan Tindakan

Pada persiapan tindakan kelas di siklus II

ini seperti juga pada persiapan tindakan

kelas di siklus I, namun di siklus ini

persiapannya sebagai tindak lanjut. Rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat

oleh peneliti/guru dibantu oleh dua orang

pengamat dari guru mata pelajaran sejenis.

Bacaan dipersiapkan sebagai wacana yang

aktual (dominan) berjudul : “Tembak di

Tempat Perusuh, Pejarah dan Koruptor

Bahasa Indonesia”. Untuk kelancaran

proses pembelajaran maka pembelajaran

dilengkapi bahan ajar. Pada tahap observasi

peneliti dibantu dua orang pengamat dari

guru mata pelajaran sejenis dan pengamat

dari siswa, terutama pada penghitungan

KEM.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini

guru/peneliti menerapkan pembelajaran

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Kegiatan awal siswa membentuk

kelompok seperti pada siklus I dan siswa

mencatat tujuan pembelajaran.

b. Siswa nomor absen ganjil membaca teks

non sastra berjudul “Tembak di Tempat

Perusuh, Pejarah dan Koruptor Bahasa

Indonesia” yang panjang wacana kurang

lebih 400 kata dan waktu membaca yang

disediakan 2 menit.

c. Setelah 2 menit bacaan diambil oleh

guru, kemudian siswa tersebut diberi

teks lagi dengan teks yang sama tetapi

dirumpangi sebanyak 15 rumpangan, dan

siswa diberi kesempatan mengerjakan

selama 10 menit.

d. Siswa yang nomor absen genap sebagai

pengamat yang bertugas mengukur

tingkat keterbacaan responden

(pasangannya)

e. Tahap berikutnya kelompok yang semula

sebagai responden berganti sebagai

kelompok pengamat yang tugasnya

mencatat waktu dan menghitung KEM

responden, begitu juga kelompok yang

semula sebagai pengamat berganti

menjadi kelompok responden.

3. Observasi dan Evaluasi

Pada observasi dan evaluasi di siklus II ini

kegiatan pembelajaran sangat kondusif.

Guru menerapkan pembelajaran berpusat

pada siswa, sehingga kondisi kelas sangat

bermakna dan menyenangkan. Sejalan

dengan itu penilaian yang diterapkan adalah

penilaian proses yaitu ketika siswa

menerapkan metode klos untuk

meningkatkan KEM.

Hasil uji kemampuan isian rumpang

pada tingkat indipenden sebanyak 20 orang

atau 80 %, pada tingkat instrusional

sebanyak 3 orang atau 12 % dan pada

tingkat frustasi/gagal sebanyak 2 orang atau

8 %. Hal ini banyak mengalami peningkatan

apabila dibandingkan dengan siklus I.

Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa

pada penelitian ini terekam sebagai berikut :

(1) KEM siswa yang tuntas sesuai dengan

kriteria ketuntasan minimal (KEM=175

kpm ke atas) adalah 12 siswa atau 48 %,

yang tidak tuntas 13 siswa atau 52 %. Hal

ini pun mengalami kenaikan apabila

dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II

ini KEM tertinggi 217 kpm, terendah 70

kpm, dan rata-rata 150 kpm.

Pada diskusi kelompok terekam

permasalahan mulai terpecahkan.

Permasalahan yang dikelompokkan menjadi

3 klasifikasi yaitu tingkat pengetahuan

bahasa, tingkat kemampuan kognitif, dan

klasifikasi pengalaman membaca mulai

menurun dengan jalan keluar yang sudah

diterapkan. Pada tingkat pengetahuan

bahasa siswa yang mengalami kendala di

bidang itu hanya 9 siswa atau 36 %, dan di

bidang kemampuan kognitif 10 siswa atau

40%, dan pada pengalaman membaca 11

orang atau 44%. (terdapat dalam

lampiran2).

4. Analisis dan Refleksi

Permasalahan siswa yang sudah ada jalan

keluarnya sebagai pelaksanaan refleksi

perlu diteruskan, mengingat hasilnya sangat

membanggakan terutama siswa diharapkan

terus mengembangkan pengalaman

membaca dengan cara sering membaca

untuk melatih Kecepatan Efektif Membaca

(KEM).

Siklus III

1. Persiapan tindakan

Berdasarkan temuan-temuan pada siklus II,

siklus ke III ini merupakan bagian

pemantapan pelaksanaan penelitian

tindakan kelas ini. Pada persiapan tindakan,

guru/peneliti mempersiapkan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan bahan

ajar peneliti langsung menggunakan bacaan

Page 42: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Metode Klos bagi Siswa

Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Tahun Pelajaran 2016/2017 Marhaeni 167

250 kata dengan waktu membaca

direncanakan hanya 1 menit. Lembar

observasi untuk mengetahui KEM maupun

angket untuk siswa juga dipersiapkan agar

penelitian tindakan kelas ini bisa maksimal.

2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus III ini

merupakan siklus akhir. Guru/peneliti

menerapkan pembelajaran dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

a. Kegiatan awal siswa membentuk

kelompok seperti pada siklus

sebelumnya.

b. Siswa juga mencatat tujuan

pembelajaran yang akan dicapai

c. Siswa yang nomor absen ganjil

membaca teks non sastra berjudul

“Tertib Lalu Lintas”, yang panjang

wacana kurang lebih 250 kata dan waktu

bacaan yang disediakan hanya 1 menit.

d. Setelah 1 menit bacaan diambil oleh

guru, kemudian siswa tersebut diberi

teks lagi dengan teks yang sama tetapi

ada rumpangan sebanyak 15 rumpangan

e. Siswa mengerjakan dengan waktu yang

disediakan 10 menit.

f. Siswa yang nomor absen genap sebagai

pengamat yang bertugas mengukur

tingkat keterbacaan responden.

g. Selanjutnya kelompok yang semula

sebagai responden berganti sebagai

kelompok pengamat dan kelompok yang

semula sebagai pengamat berganti

menjadi kelompok responden

3. Observasi dan Evaluasi

Pada siklus III kendala-kendala KEM telah

terpecahkan baik kendala pengetahuan

bahasa, kemampuan kognitif, maupun

kendala pengalaman membaca. Dari hasil

observasi siswa teman sebaya, maupun dari

pengamat (guru mata pelajaran sejenis)

bahwa hasil uji kemampuan isian rumpang

yaitu : (1) tingkat independen = 25 siswa

atau 100 %, (2) tingkat instruksional = 0

siswa atau 0 %, dan (3) tingkat

frustasi/gagal = 0 siswa atau 0 %. Hasil

observasi juga terekam Kecepatan Efektif

Membaca (KEM) siswa yang tuntas atau

175 kpm ke atas sebanyak 25 orang atau

100 %, KEM tertinggi 250 kpm, KEM

terendah 156 kpm, dan rata-rata 210 kpm.

(terdapat dalam lampiran 1)

4. Analisis dan Refleksi

Di akhir siklus ini guru/peneliti memberikan

angket kepada siswa tentang pelaksanaan

pembelajaran, ternyata siswa menyambut

positif pelaksanaan pembelajaran tersebut.

Pada proses pembelajaran 100 % siswa

menjawab ya pada point mudah diterima

ketika menjelaskan metode klos untuk

meningkatkan KEM, 100 % menjawab ya

pada point memberi kesempatan anda untuk

bertanya tentang metode klos dan KEM, 50

% menjawab ya pada pernyataan membantu

anda ketika membentuk kelompok

responden dan kelompok pengamat,

sebaliknya kelompok pengamat menjadi

kelompok responden, 100 % siswa

menjawab ya pada pernyataan

mengkondisikan anda untuk melaksanakan

pemodelan metode klos untuk

meningkatkan KEM, 100 % siswa

menjawab ya pada pernyataan anda diajak

berdiskusi tentang kendala-kendala KEM,

dan 100 % siswa menjawab ya pada

pernyataan anda diajak berdiskusi tentang

kelebihan dan kelemahan metode klos. Pada

penilaian 100 % siswa menjawab ya pada

pernyataan anda diberi kesempatan sebagai

pengamat untuk menilai teman sendiri, dan

100 % menjawab ya pada pernyataan

bahawa penilaian didasarkan pada kriteria

klos dan kriteria KEM. Hasil pembelajaran

90 % siswa menjawab ya pada pernyataan

anda sangat senang dengan model

pembelajaran metode klos untuk

meningkatkan KEM, dan 100% siswa

menjawab ya pada pernyataan dan KEM

bertambah ketika menggunakan metode

klos. Dengan demikian pelaksanaan

pembelajaran sampai dengan siklus III

mengalami keberhasilan.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pada proses pembelajaran guru harus pandai-

pandai memilih model pembelajaran.

Pembelajaran bahasa Indonesia harus bisa

menerapkan keterampilan berbahasa. Ada 4

aspek keterampilan berbahasa yaitu menyimak,

berbicara, dan menulis baik itu tentang

kebahasaan maupun kesastraan. Membaca

merupakan bagian penting dari 4 aspek

keterampilan berbahasa. Membaca banyak

ragamnya termasuk membaca cepat. Tidak

sedikit siswa Kecepatan Efektif Membaca

(KEM) nya di bawah 175 kpm, namun dengan

menggunakan metode klos untuk

meningkatkan KEM siswa. Pada penelitian

tindakan kelas (PTK) ini pada siklus ke III

ternyata semua siswa KEMnya 175 kpm ke

atas. Menurut Kamidjan (1996:68) metode klos

dapat dipakai untuk mengukur tingkat

Page 43: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

168 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

keterbacaan sebuah wacana yaitu (a) dapat

dipakai untuk menguji tingkat kesukaran dan

tingkat kemudahan suatu wacana, (b) dapat

mengklasifikasikan pembaca menjadi 3

kelompok, yaitu : independen (tingkat bebas),

instruksional (tingkat pengajaran), dan frustasi

(gagal), (c) serta untuk mengetahui kelayakan

wacana sesuai dengan kemampuan siswa

(Kamidjan,1996:68). Sejalan dengan itu beliau

juga mengatakan teknik klos juga dapat dipakai

untuk melatih keterampilan dan kemampuan

membaca. Yang diperhatikan dalam melatih

keterampilan dan kemampuan baca ialah : (a)

dalam menggunakan isyarat sintaksis, (b)

dalam menggunakan isyarat semantik, (c)

dalam menggunakan isyarat skematis, (d)

dalam menggunakan jumlah kosakata, (e)

dalam melatih daya nalar pembaca, serta (f)

dalam melatih pemahaman bacaan

(Kamidjan,1996:69).

Kegiatan awal pembelajaran pada pra

tindakan terlihat semua siswa tertarik

penjelasan guru tentang model/teknik klos dan

penjelasan KEM (Kecepatan Efektif Membaca)

seseorang, bahkan pada saat berdiskusi tentang

metode tersebut siswa sangat antusias bertanya

dan memberikan komentar maupun pendapat.

Hal ini sangat relevan apabila metode klos

digunakan untuk meningkatkan KEM, karena

siswa ada kepedulian. Itu berarti pembelajaran

yang bermakna dan menyenangkan telah

terbentuk, dan sangat baik untuk memulai

tindakan baik siklus I maupun siklus-siklus

berikutnya. Pelaksanaan refleksi dengan jalan

diksusi kelompok maupun diskusi kelas telah

teruji bahwa kendala-kendala KEM harus

segera diatasi agar KEM siswa meningkat.

Menurut Harjasujana (2000:90) kendala-

kendala KEM meliputi : lemahnya

pengetahuan bahasa, kurangnya kemampuan

kognitif, dan pengalaman membaca yang

memprihatinkan. Masalah pengetahuan bahasa

jalan keluarnya siswa diharapkan sering

membaca kamus bahasa Indonesia, dan untuk

kemampuan kognitif, siswa diharapkaan

meningkatkan daya nalar dan kepekaan untuk

mempermudah memahami isi/pesan yang

terkandung dan yang terakhir yaitu pada

kendala pengalaman membaca diharapkan

siswa sering membaca karena seseorang yang

sering membaca KEM nya jauh berbeda

dengan orang yang jarang membaca. Itu berarti

bahwa untuk mencapai tujuan perlu melihat

sebab, kalau sudah tahu sebab, baru melangkah

mencari jalan keluar.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini

dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Kemampuan kecepatan membaca siswa

rendah karena teknik pembelajaran

membaca yang selama ini tidak di arahkan

untuk melatih keterampilan membaca, dan

model pembelajarannya selalu mengacu

pada buku yang ada, sehingga para siswa

beranggapan pengajaran membaca

tujuannya semata-mata menjawab

pertanyaan, mencari kata/istilah yang sulit

dan lain-lain. Hal ini dihadapi siswa

dengan proses yang amat lamban.

b. Metode klos dapat dipakai untuk mengukur

tingkat keterbacaan sebuah wacana yaitu

dapat dipakai untuk menguji tingkat

kesukaran dan tingkat kemudahan suatu

wacana, serta dapat mengklasifikasi

pembaca menjadi 3 kelompok yaitu :

independen (tingkat bebas), instruksional

(tingkat pengajaran), dan frustasi (gagal).

Di samping itu metode klos juga bisa

digunakan untuk mengetahui kelayakan

wacana sesuai dengan kemampuan siswa,

dan dapat pula dipakai untuk melatih

keterampilan dan kemampuan baca.

c. Hasil analisis data menunjukkan bahwa

aktivitas pembelajaran membaca cepat

dengan menggunakan metode klos dapat

meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca

(KEM) siswa.

d. Kecepatan Efektif Membaca (KEM)

merupakan perpaduan antara kecepatan

membaca dengan kemampuan memahami

bacaan.

e. Kecepatan Efektif Membaca (KEM)

dipengaruhi oleh faktor tingkat

pengetahuan bahasa, pengetahuan kognitif,

dan pengalaman membaca siswa. Kendala

pada tingkat pengetahuan bahasa

pemecahannya dengan jalan sering

membaca kamus bahasa Indonesia dan

teori kebahasaan sedangkan kendala pada

pengetahuan kognitif pemecahannya

dengan jalan meningkatkan daya nalar dan

kepekaan untuk mengerti dan memahami

isi/pesan yang terkandung dalam suatu

bacaan yang seefisien mungkin. Pada

kendala pengalaman membaca

pemecahannya siswa harus sering

membaca karena orang yang sering

membaca KEMnya jauh berbeda dengan

orang yang jarang membaca.

SARAN

a. Terampil membaca sebaiknya dilatih dan

diajarkan mulai tingkat dasar, karena

kemampuan membaca mempunyai

pengaruh terhadap mata pelajaran lain.

Page 44: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Metode Klos bagi Siswa

Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Tahun Pelajaran 2016/2017 Marhaeni 169

b. Melatih membaca tepat, benar dan cepat

menjadi tanggung jawab semua guru dan

bukan tanggung jawab guru bahasa

Indonesia saja.

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud, 1999. Penelitian Tindakan. Jakarta

: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar

dan Menengah, Direktorat Menengah

Umum.

Eriyanto.2003. Analisis Wacana. Yogyakarta :

LKIS

Harjosujono, Akhmad Slamet, 1996. Membaca

2. Jakarta : Depdikbud Direktorat

Jendral Pendidikan Dasar dan

Menengah, Direktorat Menengah

Umum. Bagian Proyek Penataran Baru

SLTP Setara D.III

Kasmidjan, Drs. 1996. Teori Membaca.

Surabaya : Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia Fakultas

Pendidikan Bahasa dan Seni.

Poerwodarminto, WJS., 1994, Bahasa

Indonesia untuk Karang Mengarang.

Yogya : UP. Indonesia

Soedarso, 2000, Speed Reading Sistem

Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta :

PT Gramedia Pustaka Utama.

Subyakto, Sri Utari, Dr.1988, Metodologi

Pengajaran Bahasa. Jakarta :

Depdikbud Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi, Proyek

Pengembangan Lembaga Pendidikan

Tenaga Kependidikan

Suranto, Basowi, Sukidin.2002. Manajemen

Penelitian Tindakan Kelas. Insan

Cendekia

Page 45: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

170 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

Page 46: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe MIND MAPPING bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Biolla 171

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE MIND MAPPING BAGI SISWA KELAS X MIPA 2

SMA NEGERI 1 BULUKUMBA

Biolla *)

Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan

Guru SMA Negeri 1 Bulukumba

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa Kelas X MIPA 2 di SMA Negeri 1 Bulukumba dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode Mind Mapping. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas, yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru. Subjek penelitian ini adalah 27 siswa Kelas X MIPA 2 di SMA Negeri 1 Bulukumba. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, angket, wawancara, dan tes. Pedoman observasi digunakan setiap pembelajaran berlangsung, angket dan tes digunakan setiap siklus berakhir. Pedoman wawancara digunakan pada akhir siklus kedua dan catatan lapangan dibuat setiap pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode Mind Mapping guna meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa, dilakukan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: (1) Mempelajari konsep suatu materi pelajaran, (2) Menentukan ide-ide pokok secara berkelompok, (3) Membuat atau menyusun Mind Mapping mengunakan media Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan (4) Presentasi kelompok di depan kelas. Berdasarkan hasil analisis angket motivasi belajar Matematika siswa, observasi motivasi belajar matematika siswa, rata-rata nilai tes siklus dan wawancara ada peningkatan motivasi belajar matematika siswa setelah dilakukan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Mind Mapping. Rata-rata hasil tes siklus mengalami peningkatan, rata-rata pada siklus I yaitu 75,18 meningkat menjadi 90,18 pada siklus II. (4) Dari hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa secara umum siswa termotivasi dalam belajar. Data hasil observasi motivasi, data hasil angket motivasi, rata-rata hasil tes siklus, dan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa meningkat setelah belajar menggunakan metode Mind Mapping.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Mind Mapping

Abstract *)

This study aims to improve the motivation of students of Class X MIPA 2 in SMA Negeri 1 Bulukumba in Mathematics learning using Mind Mapping method. This research is a Classroom Action Research, conducted collaboratively with teachers. The subject of this research is 27 students of Class X MIPA 2 in SMA Negeri 1 Bulukumba. Data collection techniques used observation, questionnaires, interviews, and tests. Observation guidelines are used for every lesson, questionnaires and tests are used each cycle ends. Interview guidelines are used at the end of the second cycle and field notes are made every lesson going on. Based on the result of the research, it can be concluded that the implementation of Mathematics learning using Mind Mapping method to improve students' learning motivation is done with the following learning steps: (1) Studying the concept of a subject matter, (2) Determining the main ideas in groups , (3) Create or arrange Mind Mapping using Student Activity Sheet (LKS), and (4) Presentation of group in front of class. Based on the result of questionnaire analysis of students 'learning motivation, students' mathematics motivation observation, the average of cycles test score and interview there is an increase of motivation to learn mathematics of students after learning mathematics by using Mind Mapping method. Average cycle test results have increased, the average in the cycle I is 75.18 increased to 90.18 in cycle II. (4) From the interview results obtained information that in general students are motivated in learning. Data from motivation observation, motivation questionnaire data, average result of cycle test, and interview result can be concluded that student learning motivation increase after learning using Mind Mapping method.

Keywords:

Page 47: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

172 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

PENDAHULUAN

Perkembangan jaman yang semakin modern

terutama pada era globalisasi seperti sekarang

ini menuntut adanya sumber daya manusia

yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas

sumber daya manusia merupakan prasyarat

mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan.

Salah satu wahana untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia tersebut adalah

pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar

untuk menumbuh kembangkan potensi sumber

daya manusia melalui kegiatan pengajaran.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

No. 20 tahun 2003, menyatakan bahwa tujuan

pendidikan nasional adalah mencerdaskan

kehidupan bangsa dan mengembangkan

manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia

yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa

dan berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, kesehatan

jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap

dan mandiri serta tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan (UU

Sisdiknas: 2003).

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat

penting bagi manusia. Dengan pendidikan,

manusia dapat mencapai kemajuan di berbagai

bidang yang pada akhirnya akan menempatkan

seseorang pada derajat yang lebih baik. Harus

diakui bahwa tidak setiap manusia dapat

tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang

diharapkan. Bisa saja yang terjadi justru

seseorang tumbuh kearah kondisi yang

sebenarnya tidak diharapkan sama sekali. Oleh

karena itu dalam perkembangan pendidikan

sangat dibutuhkan tuntunan, dan kebutuhan

akan pendidikan menjadi satu kebutuhan yang

cukup penting. Apalagi hidup di zaman modern

yang banyak mengalami perubahan dan

kemajuan seperti sekarang. Peningkatan mutu

pendidikan sangat penting untuk mengantipasi

perkembangan teknologi. Guru atau pengajar

adalah salah satu komponen penting yang

menentukan keberhasilan siswa dalam kegiatan

belajar mengajar. Oleh karena itu guru

memiliki peranan yang sangat vital dalam

kegiatan pembelajaran di kelas. Pengelolaan

kelas yang efektif dan efisien adalah salah satu

tugas seorang guru dalam setiap kegiatan

pembelajaran di kelas. Guru sebagai fasilitator

dalam kegiatan pembelajaran memegang

peranan penting dalam peningkatan kualitas

siswa dan prestasi belajar siswa terutama dalam

belajar. Guru harus benar-benar

memperhatikan, memikirkan dan sekaligus

merencanakan proses pembelajaran yang

menarik bagi siswa, agar siswa semangat

dalam belajar dan mau terlibat dalam proses

pembelajaran, sehingga pembelajaran tersebut

menjadi efektif. Dalam hal ini, untuk belajar

diperlukan dorongan yang kuat dari dalam diri

siswa sendiri maupun dorongan dari luar diri

siswa tersebut. Dorongan ini lazim disebut

dengan motivasi. Seseorang yang mempunyai

motivasi tinggi akan melakukan sesuatu

dengan penuh semangat, terarah dan penuh rasa

percaya diri. Hal ini berlaku juga pada kegiatan

belajar siswa. Siswa yang mempunyai motivasi

belajar yang tinggi akan lebih bersemangat

dalam kegiatan belajarnya, dengan semangat

tinggi serta bersungguh-sungguh dalam belajar,

maka prestasi belajar yang diperoleh akan

meningkat lebih optimal lagi. Motivasi belajar

merupakan hal yang penting dan perlu

diketahui oleh setiap guru dalam peranannya

yaitu dapat menumbuhkan gairah, merasa

senang dan semangat untuk belajar bagi siswa.

Motivasi berkaitan dengan sejumlah

keterlibatan siswa dalam aktivitas di kelas

seperti dorongan untuk melakukan sesuatu

berdasarkan tujuan tertentu, kebiasaan-

kebiasaan, kebutuhan-kebutuhan dan hasrat

tertentu. Hal ini akan erat kaitannya dalam

usaha untuk mencapai tujuan belajar, keuletan

dalam belajar, kepuasan dan kebahagiaan dan

penggunaan waktu dalam belajar.

Dari hasil observasi proses

pembelajaran Matematika yang dilakukan di

SMA Negeri 1 Bulukumba khususnya

Kelas X MIPA 2 diketahui pada saat

pembelajaran berlangsung terlihat bahwa siswa

kurang memperhatikan penjelasan guru, hal

tersebut tampak ketika guru memberikan

pertanyaan, mereka tidak bisa menjawab. Pada

saat guru menjelaskan materi pelajaran di

depan kelas, sebagian besar siswa tidak

memiliki motivasi untuk mengikuti pelajaran.

Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Ada siswa yang mengobrol dengan teman

sebangkunya, melamun, ada yang

mendengarkan tetapi tampak lesu, bahkan ada

yang mengerjakan tugas selain pelajaran

Matematika. Sebagian besar siswa enggan

untuk bertanya jika sulit dalam memahami

materi pelajaran yang baru saja diterangkan

oleh guru, dan siswa tampak tidak semangat

mengikuti pelajaran Matematika. Kenyataan

tersebut menunjukkan bahwa motivasi belajar

Matematika siswa Kelas X MIPA 2 SMA

Negeri 1 Bulukumba , belum berkembang

secara optimal. Model pembelajaran yang

diimplementasikan guru selama ini kurang

dapat mendukung peningkatan motivasi belajar

siswa. Dengan adanya berbagai kecenderungan

situasi yang muncul seperti di atas, Sehingga

Page 48: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe MIND MAPPING bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Biolla 173

dalam hal ini perlu adanya penerapan metode

pembelajaran yang diharapkan dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa dalam

belajar Matematika. Dalam proses belajar

mengajar, penggunaan metode pembelajaran

yang tepat sangat menentukan keberhasilan

belajar siswa. Penggunaan metode

pembelajaran yang tepat, dapat menjadikan

siswa mencapai prestasi belajar yang tinggi dan

dapat mengembangkan potensi yang tersimpan

dalam dirinya, sehingga mereka akan lebih

termotivasi untuk belajar Matematika dan tidak

menganggap Matematika sebagai pelajaran

yang sulit bahkan menganggap bahwa

pelajaran Matematika merupakan pelajaran

yang menyenangkan.

Dalam pembelajaran siswa akan lebih

termotivasi jika apa yang dipelajarinya menarik

perhatiannya, relevan dengan kebutuhan siswa,

menyebabkan mereka puas dan menambah

percaya dirinya. Salah satu metode yang

diduga mampu membuat suasana pembelajaran

yang menarik, memotivasi siswa dan

menyenangkan ketika siswa mempelajari

materi adalah Mind Mapping. Menurut Iwan

Sugiarto (2004:75) Mind Mapping merupakan

suatu metode pembelajaran yang sangat baik

digunakan oleh guru untuk meningkatkan daya

hafal siswa dan pemahaman konsep siswa yang

kuat, siswa juga dapat meningkat daya

kreatifitasnya melalui kebebasan berimajinasi.

Mind Mapping juga merupakan teknik

meringkas bahan yang akan dipelajari dan

memproyeksikan masalah yang dihadapi ke

dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga

lebih mudah memahaminya. Seperti yang

diungkapkan oleh Tony Buzan (2006: 4)

pembelajaran Matematika dengan

menggunakan metode Mind Mapping akan

meningkatkan daya hafal dan motivasi belajar

siswa yang kuat, serta siswa menjadi lebih

kreatif. Selain kegiatan belajar mengajar akan

lebih menarik, siswa juga akan lebih

termotivasi dengan pembelajaran Matematika.

Sehingga dengan penerapan metode Mind

Mapping dalam pembelajaran Matematika,

diharapkan dapat meningkatkan motivasi

belajar Matematika siswa. Selanjutnya menurut

Tony Buzan (2008: 171) dalam bukunya yang

berjudul “Buku Pintar Mind Mapping”

menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan metode Mind Mapping ini akan

membantu anak: (1) Mudah mengingat sesuatu;

(2) Mengingat fakta, Angka, dan Rumus

dengan mudah; (3) Meningkatkan Motivasi dan

Konsentrasi; (4) Mengingat dan menghafal

menjadi lebih cepat

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian yang dilaksanakan adalah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau

Classroom Action Research (CAR) yang

dilakukan secara kolaboratif, artinya peneliti

berkolaborasi atau bekerjasama dengan guru

Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1

Bulukumba . Guru dan peneliti mendiskusikan

permasalahan penelitian dan menentukan

rencana tindakan. Penelitian juga dilakukan

secara partisipatif, artinya peneliti dengan

dibantu rekan seangkatan secara langsung

terlibat dalam penelitian.

Setting penelitian adalah setting kelas dan

kelompok, pelaksanaan penelitian dan

pengambilan data diperoleh pada saat proses

kegiatan pembelajaran yang berlangsung di

dalam kelas. Kelas X MIPA 2 ini dipilih atas

dasar kesepakatan peneliti dan guru Kelas X

MIPA 2. Sumber data utama dalam penelitian

ini adalah siswa, guru, hasil observasi selama

pelaksanaan tindakan di kelas, catatan

lapangan, hasil angket motivasi belajar siswa,

hasil wawancara dengan siswa dan guru, hasil

tes, hasil pekerjaan siswa dan data tambahan

berupa dokumentasi foto.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1

Bulukumba pada siswa Kelas X MIPA 2

semester ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017,

Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juli

sampai Oktober 2016.

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa

Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1

Bulukumba berjumlah 27 siswa dan seorang

guru Kelas X MIPA 2 yang mengajar di

kelas tersebut. Sedangkan obyek penelitiannya

adalah keseluruhan proses pembelajaran pada

penerapan metode Mind Mapping dalam

pembelajaran Matematika di SMA Negeri 1

Bulukumba .

Sedangkan instrumen pembelajaran yang

digunakan antara lain:

1. Lembar observasi kegiatan pembelajaran

Lembar observasi berupa catatan penting

yang digunakan untuk mengobservasi hal-

hal yang terjadi dalam kegiatan

pembelajaran, seperti keterlaksanaan RPP

dan keterlaksanaan rencana tindakan.

Lembar observasi ini juga digunakan untuk

mengobservasi aktivitas siswa dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran, aktivitas

guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran, kemampuan siswa dalam

merangkum materi pelajaran Matematika

yang diberikan oleh guru, kendala-kendala

yang dihadapi dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran, dan kejadian-

Page 49: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

174 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

kejadian spesifik lainnya dalam kegiatan

pembelajaran. Hasil observasi ini juga

difungsikan sebagai sarana untuk

melakukan refleksi terhadap kegiatan

pembelajaran.

2. Lembar angket motivasi belajar Matematika

Lembar angket digunakan untuk

memperoleh data mengenai motivasi belajar

Matematika siswa. Angket berisi kumpulan

pernyataan yang diberikan kepada siswa

untuk mengetahui motivasi belajar siswa

dalam pembelajaran dengan metode Mind

Mapping.

3. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara disusun untuk

menelusuri lebih lanjut tentang hal-hal yang

tidak dapat diketahui melalui observasi dan

angket. Selain itu juga mempermudah

peneliti melakukan tanya jawab tentang

bagaimana respon siswa dan guru terhadap

pembelajaran dengan menggunakan metode

Mind Mapping yang dilakukan. Adapun isi

dari pedoman wawancara ini adalah kendala

apa saja yang dihadapi siswa dan guru

dalam mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan metode Mind Mapping dan

solusi apa yang diambil untuk mengatasi

kendala tersebut. Selain itu juga

menanyakan bagaimana tanggapan guru dan

siswa terhadap pembelajaran dengan

menggunakan metode Mind Mapping.

Pedoman wawancara ini bersifat bebas,

sehingga peneliti dapat mengembangkan

sendiri pertanyaan yang ingin diajukan guna

mamperoleh data selengkapnya. Meskipun

sifatnya bebas, kegiatan wawancara ini tetap

terkendali karena peneliti membawa

pedoman wawancara yang berisi garis besar

tentang hal-hal yang akan ditanyakan.

4. Catatan Lapangan

Catatan Lapangan merupakan sumber

informasi yang sangat penting. Pembuatan

catatan lapangan bersama mitra pengamat

(observer) berdasarkan hasil observasi

berbagai aspek pembelajaran di kelas,

suasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan

interaksi antar guru dan siswa, interaksi

siswa dengan siswa. Aspek perencanaan,

pelaksanaan, diskusi, dan refleksi

dituangkan secara diskriptif dalam catatan

lapangan.

5. Tes Tertulis

Tes tertulis yang dimaksud adalah tes

evaluasi yang diberikan apabila sub bab

telah selesai. Tes ini diberikan setiap akhir

siklus. Tes evaluasi digunakan untuk

mengukur penguasaan dan kemampuan para

siswa setelah menerima proses

pembelajaran dengan metode Mind

Mapping. Instrumen ini juga digunakan

sebagai sumber tambahan dalam melihat

perkembangan motivasi belajar siswa yang

dilihat dari peningkatan nilai dan hasil

belajar siswa setelah diberikan tindakan.

Tes evaluasi digunakan untuk mengetahui

ketercapaian prestasi belajar siswa.

6. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu media untuk

memperoleh gambaran visualisasi mengenai

aktivitas siswa selama proses pembelajaran

berlangsung. Dokumentasi berupa hasil

kerja siswa selama kegiatan berlangsung

serta foto-foto kegiatan yang dilakukan

selama pembelajaran dengan menggunakan

media kamera. Dokumentasi dilakukan

untuk melihat catatan-catatan yang

dilakukan dalam penelitian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti selama

proses pembelajaran berlangsung. Observasi

bertujuan untuk mengamati proses

pelaksanaan pembelajaran Matematika

dengan menggunakan metode Mind

Mapping dan mengamati perilaku siswa

yang tampak pada saat pembelajaran

berlangsung.

2. Angket

Angket adalah instrumen yang digunakan

untuk mengumpulkan data secara tertulis

yang berisi daftar pertanyaan yang disusun

secara khusus dan digunakan untuk

menggali dan menghimpun keterangan

dan/atau informasi sebagaimana

dibutuhkan. Angket yang digunakan dalam

penelitian ini adalah angket motivasi yang

diberikan kepada siswa untuk mengetahui

tingkat motivasi siswa. Serta angket untuk

mengetahui tanggapan siswa terhadap

pembelajaran dengan metode Mind

Mapping.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan tanya jawab

secara langsung terhadap subjek penelitian.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui secara lebih mendalam

tentang pelaksanaan pembelajaran

Matematika dengan metode Mind Mapping

dan hambatan yang dihadapi selama

Page 50: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe MIND MAPPING bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Biolla 175

pembelajaran berlangsung. Dengan

wawancara diharapkan dapat diketahui

permasalahan yang dialami siswa selama

proses pembelajaran serta tanggapan siswa

terhadap pembelajaran.

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah catatan tertulis

tentang apa yang didengar, dialami, dan

dipikirkan dalam rangka pengumpulan data.

Catatan lapangan digunakan untuk mencatat

hal-hal yang terjadi selama proses

pembelajaran di kelas berlangsung ketika

peneliti melakukan observasi serta kendala-

kendala yang dihadapi siswa maupun guru.

5. Tes

Tes dilaksanakan pada akhir pembelajaran

dari setiap siklus. Dengan memberikan soal

kepada siswa untuk mengetahui pemahaman

siswa terhadap materi yang dipelajari.

6. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperkuat

data yang diperoleh dari hasil observasi,

angket, wawancara dan tes. Dokumentasi

dilakukan untuk melihat catatan-catatan

atau arsip-arsip yang dilakukan dalam

penelitian. Dokumen-dokumen tersebut

antara lain berupa arsip RPP, hasil

observasi, hasil pekerjan siswa yang dapat

memberi informasi data, tugas, hasil tes.

Selain itu dokumen digunakan untuk

memberikan gambaran secara visual

mengenai kegiatan siswa. Dokumen berupa

foto-foto yang diambil selama proses

pembelajaran dengan metode Mind

Mapping berlangsung.

Dalam penelitian ini menggunakan model

Kemmis yang dikembangkan oleh Stephen

Kemmis dan Robin Mc Taggart yang dikutip

oleh Pardjono dalam Panduan Penelitian

Tindakan Kelas (2007: 22), penelitian tindakan

kelas ini dilaksanakan dalam beberapa siklus.

Setiap siklusnya meliputi beberapa tahapan

yang meliputi perencanaan (planning),

tindakan (action), pengamatan (observation)

dan refleksi (reflection) dalam suatu spiral

yang saling terkait. Secara rinci langkah-

langkah dalam setiap siklus dijabarkan sebagai

berikut :

Rancangan Penelitian Siklus Pertama

a. Perencanaan (planning).

Adapun kegiatan perencanaan meliputi

tahap-tahap sebagai berikut:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan

metode Mind Mapping. RPP ini

digunakan sebagai pedoman bagi guru

dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran di kelas.

2) Menyusun dan menyiapkan pedoman

observasi pelaksanaan pembelajaran dan

lembar observasi perilaku siswa.

Pedoman observasi digunakan untuk

mencatat hasil pengamatan terhadap

pelaksanaan pembelajaran serta

digunakan untuk mencatat segala

perilaku dan aktivitas siswa selama

proses pembelajaran berlangsung.

3) Menyusun pedoman wawancara untuk

siswa dan guru. Pedoman wawancara

disusun untuk mempermudah peneliti

dalam mengetahui respon siswa dan guru

terhadap pembelajaran yang sedang

dilaksanakan.

4) Menyusun lembar angket motivasi

belajar siswa. Lembar angket motivasi

belajar ini untuk mengetahui bagaimana

respon siswa terhadap pembelajaran

yang sedang dilaksanakan.

5) Menyusun dan mempersiapkan Soal Tes

dan LKS untuk siswa, kemudian

dikonsultasikan dengan guru yang

bersangkutan.

b. Tindakan (action)

Setelah dilakukan perencanaan secara

memadai, selanjutnya dilaksanakan

tindakan dengan penerapan metode Mind

Mapping pada Matematika. Pada tahap

tindakan ini guru melaksanakan rencana

pembelajaran yang telah disusun dan

direncanakan oleh peneliti sebelumnya,

yaitu pembelajaran Matematika dengan

menggunakan metode Mind Mapping.

Tindakan yang dilakukan sifatnya fleksibel

dan terbuka terhadap perubahanperubahan

sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.

c. Observasi (observation) atau pengamatan

Observasi atau pengamatan dalam

penelitian ini dilakukan selama proses

pembelajaran di kelas berlangsung.

Observasi dilaksanakan untuk mengamati

setiap proses dan perkembangan yang

terjadi pada peserta didik. Observasi

dilakukan oleh peneliti sesuai dengan

pedoman observasi yang telah dibuat.

d. Refleksi (reflection)

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan

menganalisis data yang diperoleh selama

observasi, yaitu data yang diperoleh dari

Page 51: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

176 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

lembar observasi. Kemudian peneliti

mendiskusikan dengan guru dari hasil

pengamatan yang dilakukan, baik

kekurangan maupun ketercapaian

pembelajaran dari siklus pertama sebagai

pertimbangan perencanaan pembelajaran

pada siklus selanjutnya.

Rancangan Penelitian Siklus Kedua

Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus kedua

dimaksudkan sebagai perbaikan dari siklus

pertama. Tahapan pada siklus kedua identik

dengan siklus pertama yaitu diawali dengan

perencanaan (planning), dilanjutkan dengan

pelaksanaan tindakan (action), observation

(observasi), dan refleksi (reflection). Jika

dievaluasi pada akhir siklus kedua tidak terjadi

peningkatan dilaksanakan siklus ke ketiga yang

tahap-tahapnya seperti pada tahap siklus

pertama dan kedua. Siklus ketiga, keempat dan

seterusnya tidak diperlukan jika sudah ada

peningkatan motivasi belajar Matematika siswa

sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian.

Siklus ketiga, keempat, dan seterusnya

dimungkinkan untuk dilaksanakan jika hasil

siklus I dan siklus II belum menunjukkan

peningkatan motivasi belajar siswa dalam

pembelajaran Matematika.

Data yang terkumpul berupa hasil

observasi, hasil wawancara, angket, catatan

lapangan, tes dan dokumentasi pembelajaran.

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif

untuk mengetahui pelaksanaan dan

hambatanhambatan yang terjadi selama

pembelajaran. Analisis data dilakukan sejak

data diperoleh dari hasil observasi. Hal ini

bermanfaat untuk rencana perbaikan

pembelajaran pada siklus berikutnya. Adapun

secara lebih rinci analisis datanya adalah

sebagai berikut:

a. Analisis Data Observasi dan catatan

lapangan

Data hasil observasi dianalisis dengan

mendeskripsikan aktivitas siswa dalam

kegiatan pembelajaran yaitu menggunakan

lembar observasi motivasi siswa. Penilaian

dapat dilihat dari skor pada lembar

observasi yang digunakan. Persentase

perolehan skor pada lembar observasi

dikualifikasi untuk menentukan seberapa

besar motivasi siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran. Untuk setiap siklus

persentase diperoleh dari rata-rata

persentase motivasi siswa pada tiap

pertemuan pembelajaran. Selanjutnya

persentase skor hasil observasi motivasi

siswa dianalisis sesuai dengan pedoman

kriteria observasi motivasi siswa sebagai

berikut :

Tabel 1.

Kriteria Hasil Presentase Skor Observasi

Motivasi Siswa

Katergori Rentang

Sangat Tinngi 85-100

Tinggi 65-84

Sedang 55-64

Rendah 35-54

Sangat Rendah 0-34

Selain pedoman observasi, digunakan juga

catatan lapangan untuk melengkapi catatan

hasil observasi dalam mendeskripsikan hasil

pengamatan tentang aktivitas siswa dalam

kegiatan pembelajaran.

b. Analisis data hasil wawancara

Data hasil wawancara dianalisis dengan

mendiskripsikan atau merangkum hasil

wawancara dengan berpedoman pada

pedoman wawancara yang digunakan.

Tingkat keberhasilan penelitian tindakan kelas

ini ditandai dengan adanya perubahan ke arah

perbaikan dari motivasi belajar siswa dalam

proses pembelajaran. Indikator tersebut

adalah:

1. Pelaksanaan pembelajaran Matematika

sesuai dengan langkah-langkah

pembelajaran dengan menggunakan metode

Mind Mapping.

2. Adanya peningkatan motivasi siswa dalam

belajar Matematika setelah diterapkan

metode Mind Mapping yang ditunjukkan

dengan kenaikan persentase angket motivasi

siswa dari siklus I ke siklus II dan telah

mencapai kriteria tinggi.

3. Rata-rata kelas berdasarkan nilai tes siswa

meningkat dari siklus I ke siklus II.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Hasil Penelitian selama 2 (dua) siklus adalah

sebagai berikut.

Kegiatan Siklus I

Siklus I dilaksanakan pertemuan sebanyak 3

kali pertemuan, dengan alokasi waktu 2 x 40

menit, dan di akhir pertemuan diadakan tes

siklus. Pada siklus I, tindakan yang dilakukan

adalah sebagai berikut :

Perencanaan

Pada tahap ini peneliti menyusun RPP, LKS

dan soal tes siklus I berkolaborasi dengan guru

Page 52: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe MIND MAPPING bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Biolla 177

Kelas X MIPA 2. RPP, LKS dan soal tes

dapat dilihat pada lampiran. Peneliti juga

menyusun instrumen penelitian lainnya seperti

pedoman observasi, angket dan pedoman

wawancara. Kegiatan ini bertujuan untuk

mempersiapkan dan merencanakan segala

sesuatu sebelum pelaksanaan penelitian.

Kegiatan yang dilaksanakan saat perencanaan

meliputi:

1) Penyusunan Perangkat Pembelajaran

a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP)

RPP disusun sebagai pedoman

pelaksanaan pembelajaran dan agar

pembelajaran sesuai dengan metode

pembelajaran yang digunakan. Metode

pembelajaran yang digunakan adalah

metode Mind Mapping yang difokuskan

pada peningkatan motivasi siswa. Pada

pertemuan pertama materi yang

dipelajari adalah Arti Sumpah Pemuda

Selanjutnya pada pertemuan kedua

adalah Tokoh Sumpah Pemuda,

sedangkan pertemuan ketiga dilakukan

tes siklus I.

b) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

LKS disusun untuk membimbing

kegiatan diskusi siswa dalam

menyelesaikan masalah selama

pelaksanaan pembelajaran dengan

metode Mind Mapping..

c) Soal Tes Siklus I

Soal tes siklus I terdiri dari 10 soal. Tes

ini diberikan pada akhir siklus I

berdasarkan materi yang telah dipelajari.

2) Penyusunan Instrumen Penelitian

a) Lembar Observasi

Lembar observasi disusun berdasarkan

RPP yang telah dibuat dan digunakan

untuk mencatat hasil pengamatan selama

pelaksanaan proses pembelajaran. Hal-

hal yang diobservasi yaitu: kegiatan awal

pembelajaran yang berisi tentang

aktivitas guru seperti

mengkomunikasikan tujuan

pembelajaran, memberikan apersepsi

serta memotivasi siswa; kegiatan inti

pembelajaran yang berisi tentang

aktivitas siswa dan guru; penutup yang

berisi tentang aktivitas guru dalam

membimbing siswa membuat

rangkuman. Peneliti juga menyusun

lembar observasi motivasi siswa, yang

berfungsi untuk mengetahui aktivitas

serta motivasi siswa selama pelaksanaan

pembelajaran.

b) Angket Motivasi belajar Siswa

Angket motivasi belajar siswa disusun

untuk mengetahui motivasi belajar siswa

terhadap pembelajaran Matematika

melalui pelaksanaan pembelajaran

dengan metode Mind Mapping.

c) Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara terdiri dari 2

macam yaitu pedoman wawancara untuk

guru dan siswa. Pertanyaan yang

diajukan kepada guru sebanyak 7 butir

dan pertanyaan yang diajukan kepada

siswa sebanyak 6 butir.

Pelaksanaan tindakan

Pada tahap ini guru melaksanakan tindakan

sesuai dengan RPP yang telah disusun oleh

peneliti. Selama pembelajaran berlangsung

peneliti dibantu oleh rekan peneliti dalam

melakukan pengamatan. Materi yang dibahas

dalam pelaksanaan tindakan siklus I adalah arti

sumpah pemuda dan tokoh-tokoh sumpah

pemuda. Tes siklus I dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana pemahaman siswa

terhadap materi yang diberikan dari pertemuan

pertama dan pertemuan kedua. Materi tes

siklus I mencakup materi arti sumpah pemuda

dan tokoh-tokoh sumpah pemuda. Adapun

deskripsi pelaksanaan pembelajaran

Matematika pada siklus I adalah sebagai

berikut:

Pertemuan Pertama

Materi yang diajarkan pada pertemuan ini

adalah Menjelaskan pengertian Sumpah

Pemuda dan Menjelaskan latar belakang

lahirnya Sumpah Pemuda. Tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai dalam

pembelajaran ini adalah siswa dapat

menjelaskan pengertian Sumpah Pemuda dan

Menjelaskan latar belakang lahirnya Sumpah

Pemuda. Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang

terjadi pada pertemuan pertama ini adalah

sebagai berikut:

Kegiatan Awal

Pada tahap awal pembelajaran guru

menyampaikan secara lisan materi yang akan

dipelajari dan tujuan yang akan dicapai yaitu

menjelaskan pengertian Sumpah Pemuda dan

Menjelaskan latar belakang lahirnya Sumpah

Pemuda. Kemudian guru memberitahukan

bahwa pembelajaran pada hari ini dan

pertemuan-pertemuan berikutnya akan

dilaksanakan sedikit berbeda dengan hari-hari

biasa yaitu menerapkan pembelajaran dengan

metode Mind Mapping. Guru bertanya kepada

siswa mengenai Mind Mapping. Tidak ada

siswa yang mengetahui sehingga guru

Page 53: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

178 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

menyampaikan cara pembelajaran

menggunakan metode Mind Mapping, yaitu:

Siswa dikelompokkan menjadi beberapa

kelompok, setiap anggota kelompok diberi

Lembar Kegiatan Siswa. Siswa mendiskusikan

permasalahan yang ada pada Lembar Kegiatan

Siswa sesuai dengan kelompoknya masing-

masing, kemudian siswa melengkapi Mind

Mapping dari soal-soal yang ada pada Lembar

Kegiatan Siswa. Guru menyampaikan pada

seluruh siswa untuk lebih siap dan bertanggung

jawab menyelesaikan tugas dari guru dalam

kelompok diskusinya, karena setelah diskusi

selesai guru akan menunjuk secara acak salah

satu kelompok dan kelompok yang

bersangkutan harus mempresentasikan hasil

pekerjaannya didepan kelas. Selanjutnya guru

memberi motivasi siswa untuk memperhatikan

dan berani untuk mengungkapkan pendapatnya

dalam kegiatan pembelajaran Matematika.

Sebelum memasuki materi yang akan dipelajari

guru melakukan apersepsi.

Kegiatan Inti

Pada tahap ini guru melanjutkan pembelajaran

dengan membimbing siswa mempelajari

pengertian Sumpah Pemuda dan Menjelaskan

latar belakang lahirnya Sumpah Pemuda.

Setelah siswa memahami materi yang telah

diterangkan oleh guru, kemudian guru

mengelompokkan siswa ke dalam kelompok

sesuai dengan tempat duduk yang berdekatan.

Jumlah siswa 27 orang, dikelompokkan

menjadi 7 kelompok maka ada yang

beranggota 4 orang dan ada yang beranggota 3

orang. Guru dibantu peneliti kemudian

membagikan Lembar Kegiatan Siswa. Siswa

diminta untuk melengkapi dan membuat Mind

Mapping tentang materi yang terdapat dalam

Lembar Kegiatan Siswa dan memulai diskusi

bersama kelompoknya masing-masing.

Sebagian besar siswa masih bermalas-malasan

untuk memulai diskusi. Guru membimbing

keseluruhan kelompok secara bersama-sama

untuk melakukan kegiatan yang ada di Lembar

Kegiatan Siswa. Beberapa kelompok mulai

membaca Lembar Kegiatan Siswa tersebut dan

mulai membuat Mind Mapping dari soal yang

ada pada Lembar Kegiatan Siswa. Guru

berkeliling untuk mengamati hasil pekerjaan

setiap kelompok. Guru menghampiri kelompok

7 yang masih tampak kebingungan dalam

melengkapi dan membuat Mind Mapping pada

Lembar Kegiatan Siswa tersebut. Siswa juga

diingatkan agar mencantumkan nomor

kelompok dan menuliskan anggota kelompok

yang sudah dibentuk. Guru melanjutkan

mengamati pekerjaan kelompok lain. Guru

melihat beberapa kelompok hampir selesai

dalam membuat Mind Mapping pada Lembar

Kegiatan Siswa, tetapi ada kelompok yang

belum memulai menyelesaikan Lembar

Kegiatan Siswa dan terlihat asik bercanda.

Beberapa kelompok mengalami kesulitan dan

mengajukan pertanyaan yang sama. Guru

memberikan pengarahan kepada keseluruhan

siswa secara bersama-sama di depan kelas.

Setelah guru selesai menjelaskan, beberapa

kelompok mulai menyelesaikan semua soal

dalam Lembar Kegiatan Siswa. Namun masih

ada kelompok yang tampak masih bingung dan

berusaha bertanya kepada kelompok lain.

Waktu diskusi kelompok telah selesai, guru

meminta setiap kelompok untuk

mengumpulkan hasil pekerjaannya kemudian

meminta kesediaan salah satu kelompok untuk

menyampaikan hasil pekerjaannya. Karena

tidak ada kelompok yang berani presentasi

maka guru menunjuk salah satu kelompok

untuk mempresentasiakan Lembar Kegiatan

Siswa yang telah dikerjakan. Salah satu

kelompok yang ditunjuk oleh guru yaitu

kelompok 2 untuk maju ke depan

mempresentasikan hasil diskusinya. Sebagian

besar siswa memperhatikan siswa yang sedang

presentasi, Saat jalannya presentasi jarang

siswa bertanya. Guru menanyakan “Apakah

ada ada kelompok lain yang menjawab berbeda

dari presentasi didepan?” Sebagian besar siswa

menjawab “Tidaaaak Pak...”. Setelah kelompok

2 selesai melakukan presentasi dan menulis

hasil presentasi dipapan tulis, kelompok 2

dipersilahkan kembali ke tempat duduk semula.

Guru meminta setiap siswa mencermati hasil

pekerjaan dari kelompok 2 kemudian guru

bersama siswa melakukan pengecekan jawaban

bersama-sama dan melakukan evaluasi apabila

ada kesalahan. Sebelum pengecekan guru

bertanya setiap soal “Apakah ada jawaban yang

berbeda? Kalau ada silahkan maju kedepan dan

dituliskan....”. Lagi-lagi siswa menjawab

“tidak....”. Kemudian guru bertanya kepada

siswa “bagaimana dengan kelompok lain?

Apakah ada yang berbeda dengan kelompok

2?”. Siswa hanya diam, kemudian guru

menunjuk kelompok 7. Kelompok 7 menjawab

“iya sama pak.” Setelah evaluasi selesai guru

meminta siswa untuk kembali ke tempat

duduknya semula.

Penutup

Pada akhir pembelajaran guru bersama siswa

menyimpulkan materi yang telah di pelajari.

Guru memberikan tugas kepada siswa berupa

Page 54: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe MIND MAPPING bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Biolla 179

soal pekerjaan rumah dan meminta siswa untuk

mempelajari materi berikutnya yaitu tentang

operasi penjumlahan dan operasi pengurangan

pada bentuk aljabar. Guru mengakhiri proses

pembelajaran dengan mengucapkan salam.

Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua pada siklus I ini materi yang

diajarkan adalah Menyebutkan isi Sumpah

Pemuda dan Menjelaskan makna satu nusa,

satu bangsa, dan satu bahasa dalam Sumpah

Pemuda. Tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai dalam pembelajaran ini adalah Siswa

dapat mengenal makna satu nusa, satu bangsa

dan satu bahasa. Aktivitas-aktivitas

pembelajaran yang terjadi pada pertemuan

pertama ini adalah sebagai berikut:

Kegiatan Awal

Pada tahap awal pembelajaran guru memulai

pembelajaran dengan berdoa. Sebelum mulai

ke materi berikutnya guru menghimbau siswa

mempersiapkan Pekerjaan Rumah yang

diberikan pada pertemuan sebelumnya untuk

dibahas bersama. Dalam membahas Pekerjaan

Rumah siswa, guru meminta beberapa siswa

secara bergantian untuk menuliskan hasil

jawaban mereka di papan tulis. Setelah semua

soal dibahas, Kemudian guru bertanya kepada

siswa apakah ada yang belum jelas tentang

materi pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan

berikutnya guru menyampaikan secara lisan

materi yang akan dipelajari yaitu tentang isi

Sumpah Pemuda dan makna satu nusa, satu

bangsa, dan satu bahasa dalam Sumpah

Pemuda. Kemudian guru memulai apersepsi.

Guru juga memotivasi siswa untuk

memperhatikan dan berani untuk

mengungkapkan pendapatnya dalam kegiatan

pembelajaran Matematika.

Kegiatan inti

Guru membimbing siswa mempelajari tentang

isi Sumpah Pemuda dan makna satu nusa, satu

bangsa, dan satu bahasa dalam Sumpah

Pemuda. Setelah siswa memahami materi yang

telah diterangkan oleh guru, kegiatan

berikutnya guru menghimbau siswa untuk

bergabung dengan kelompoknya masing-

masing yang sudah dibagi pada pertemuan

sebelumnya dan mengatur tempat duduk siswa

serta menghimbau agar dalam pengaturan

tempat duduk tidak gaduh. Guru dibantu oleh

Peneliti membagikan Lembar Kegiatan Siswa

yang telah dipersiapkan kepada setiap

kelompok. Siswa diminta untuk mencermati

masalah pada Lembar Kegiatan Siswa dan

memulai diskusi bersama kelompoknya

masing-masing. Sebelum siswa mengerjakan

Lembar Kegiatan Siswa, mereka diarahkan

oleh guru dalam pengerjaan Lembar Kegiatan

Siswa dan meminta siswa untuk membaca

instruksi yang tercantum dalam Lembar

Kegiatan Siswa dengan teliti. Siswa juga

diingatkan agar siswa mencantumkan nomor

kelompok dan menuliskan anggota

kelompoknya. Sama halnya dengan pertemuan

1, siswa dalam mengerjakan Lembar Kegiatan

Siswa juga dengan melengkapi dan membuat

Mind Mapping dari soal-soal yang terdapat

dalam Lembar Kegiatan Siswa. Siswa mulai

mendiskusikan masalah pada Lembar Kegiatan

Siswa bersama kelompoknya. Sebagian besar

kelompok siswa tampak aktif berdiskusi, tetapi

ada kelompok siswa yang terlihat malas-

malasan untuk mulai mengerjakan. Selama

proses diskusi berlangsung, guru berkeliling

mendatangi masing-masing kelompok untuk

mengontrol jalannya diskusi dan menegur serta

mengkondisikan jalannya diskusi. Guru

mengawasi agar semua siswa ikut terlibat aktif

dalam mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa,

guru sering mendatangi dan mengontrol setiap

pengerjaan Lembar Kegiatan Siswa masing-

masing kelompok dan memperingatkan siswa

yang masih bermain-main dan tidak ikut aktif

dalam diskusi. Selain itu juga, siswa diminta

untuk menyalin hal-hal yang penting dalam

Lembar Kegiatan Siswa agar mereka punya

dokumen tentang materi yang sedang mereka

pelajari dalam buku catatan mereka. Guru

mengarahkan keseluruhan kelompok secara

bersamasama untuk melakukan kegiatan yang

ada di Lembar Kegiatan Siswa. Proses kerja

tiap kelompok dalam menyelesaikan Lembar

Kegiatan Siswa bervariasi. Ada yang semua

anggota kelompok ikut berdiskusi, ada pula

yang bergantian dalam mengerjakan bahkan

ada pula hanya satu orang yang mengerjakan.

Guru selalu memberikan dorongan agar semua

siswa aktif berdiskusi dalam kelompok. Setelah

masing-masing kelompok menyelesaikan

Lembar Kegiatan Siswa. Guru meminta setiap

kelompok untuk mengumpulkan hasil

pekerjaannya kemudian meminta kesediaan

salah satu kelompok untuk mempresentasikan

dan menuliskan hasil diskusi mereka di depan

kelas. Ketika guru menanyakan apakah ada

kelompok yang ingin mempresentasikan dan

menuliskan jawaban hasil diskusi mereka di

papan tulis, ternyata ada salah satu kelompok

yang langsung bersedia maju untuk

mempresentasikan dan menuliskan hasil

diskusi kelompok mereka tanpa ditunjuk oleh

guru, yaitu kelompok 1. Kelompok 1 maju ke

depan lalu mempresentasikan kegiatan-

Page 55: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

180 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

kegiatan yang ada di Lembar Kegiatan Siswa.

Di pertemuan kedua kondisi pembelajaran

sudah cukup baik, hal ini terlihat pada

penyampaian siswa yang sudah lancar dan

dengan suara yang dapat didengar semua

kelompok. Kelompok lain juga terlihat

memperhatikan presentasi dari kelompok 1

tetapi masih ada siswa yang sibuk dengan

dengan dirinya sendiri dan bercanda dengan

teman. Bagi siswa yang tidak memperhatikan,

guru menegur dan mengingatkan siswa agar

memperhatikan pelajaran, tidak sibuk dengan

diri sendiri, dan tidak bercanda dengan teman.

Setelah kelompok 1 selesai melakukan

presentasi dan menulis hasil presentasi dipapan

tulis, kelompok 1 dipersilahkan kembali ke

tempat duduk semula. Guru meminta setiap

siswa mencermati hasil pekerjaan dari

kelompok 1 kemudian guru bersama siswa

melakukan pengecekan jawaban bersama-sama

dan melakukan evaluasi apabila ada kesalahan.

Setelah evaluasi selesai guru meminta semua

siswa untuk memberikan applause kepada

kelompok 1 dan mempersilahkan kembali ke

tempat duduk masing-masing.

Penutup

Karena waktu hampir habis, kemudian guru

membimbing siswa untuk menyimpulkan

tentang penggunaan Mind Mapping yang

diterapkan. Guru mengakhiri pertemuan dan

memberitahu bahwa pertemuan selanjutnya

akan diadakan tes siklus I. Guru meminta siswa

agar belajar di rumah untuk persiapan tes.

Setelah itu guru, peneliti dan rekan peneliti

meninggalkan kelas.

Pertemuan Ketiga ( Tes Siklus I )

Pada pertemuan ketiga diadakan tes siklus

dengan alokasi waktu yang diberikan 2 x 35

menit, soal tes terdiri dari 10 soal. Guru

dibantu peneliti membagikan lembar soal dan

lembar jawab pada siswa. Sebelum pengerjaan

soal guru mengingatkan siswa bahwa dalam

menyelesaikan soal-soal tes, siswa harus

menggunakan langkah-langkah dengan tepat

dan jelas, selain itu siswa ditekankan agar

mengerjakan tes secara individu. Tes Siklus I

berjalan lancar, siswa serius dalam

menyelesaikan soal-soal. Saat pelaksanaan tes,

guru berkeliling memantau siswa dan selalu

mengingatkan agar siswa tidak bekerjasama

dalam menyelesaikan soal tes. Awal

pelaksanaan tes suasana tenang, tidak ada

siswa yang bertanya jawaban soal pada siswa

lain. Namun 15 menit terakhir suasana kelas

sedikit gaduh, beberapa siswa bertanya pada

teman di depan, di belakang atau di

sampingnya. Guru bersikap tegas dengan

mendekati dan menegur siswa. Siswa yang

sudah selesai mengerjakan langsung diberi

angket motivasi belajar siswa terhadap

pembelajaran Matematika.

Data Hasil Observasi, Tes, Angket Siklus I

1) Data Hasil Observasi

Pada pertemuan pertama dan kedua,

observasi dilakukan oleh peneliti bersama

satu pengamat independent selama

pembelajaran berlangsung. Observasi ini

dipandu oleh pedoman observasi kegiatan

pembelajaran, selain itu peneliti juga

membuat catatan lapangan. Berdasarkan

pengamatan, pada pertemuan pertama siswa

kurang memperhatikan dan mendengarkan

pada saat guru menjelaskan materi

pelajaran. Siswa juga enggan bertanya

kepada guru jika ada materi pelajaran yang

belum jelas dan dimengerti pada saat proses

pembelajaran. Siswa juga masih kurang

aktif untuk mengemukakan pendapat pada

waktu berdiskusi dengan teman satu

kelompok. Waktu mengerjakan Lembar

Kegiatan Siswa, siswa mengalami kesulitan

dalam menyelesaikan soal serta pada saat

membuat Mind Mapping. Guru kemudian

membimbing setiap kelompok yang

mengalami kesulitan. Pada saat presentasi

kelompok, siswa tidak memperhatikan dan

tidak bertanya apabila ada jawaban yang

kurang jelas. Pada pertemuan kedua,

sebagian kelompok dalam mengerjakan

Lembar Kegiatan Siswa masih malas-

malasan, kebanyakan siswa masih senang

mengobrol dengan teman sebangku. Ada

sebagian siswa yang berdiskusi dengan

kelompoknya tetapi ada juga yang bercanda

tidak mengerjakan. Siswa bekerjasama

tetapi belum semua anggota kelompok aktif.

Guru selalu mengingatkan untuk berdiskusi

dan bekerjasama dengan teman satu

kelompok. Siswa tidak bertanya kepada

teman yang presentasi apabila ada jawaban

yang kurang jelas.

2) Data Hasil Tes

Tes yang diberikan pada akhir siklus I ini

berupa tes dalam bentuk soal uraian yang

terdiri dari 10 soal. Hasil tes inilah yang

digunakan untuk melihat nilai dan hasil

belajar siswa. Rata-rata nilai pada siklus I

yaitu 75,18

3) Data Hasil Angket

Angket diberikan pada akhir siklus I yaitu

pada pertemuan ketiga selesai melakukan

tes. Berdasarkan hasil angket motivasi

belajar siswa terhadap pembelajaran

Page 56: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe MIND MAPPING bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Biolla 181

Matematika menggunakan metode Mind

Mapping belum mencapai indikator

keberhasilan. Di bawah ini tabel analisis

hasil angket motivasi belajar siswa terhadap

pembelajaran Matematika menggunakan

metode Mind Mapping.

Tabel 5.

Rata-rata hasil observasi aktivitas siswa

pada siklus I

Keterangan:

Kategori Rentang

Sangat Tinggi 85 – 100%

Tinggi 65 – 84 %

Sedang 55 – 64 %

Rendah 35 – 54

Sangat Rendah (0-34)

Refleksi

Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan

metode Mind Mapping pada Siklus I,

selanjutnya dilaksanakan refleksi terhadap

pembelajaran yang telah berlangsung. Guru

dan peneliti mendiskusikan hasil pengamatan

yang dilakukan selama pelaksanaan tindakan

dan melakukan evaluasi. Secara umum,

pelaksanaan pembelajaran Matematika telah

sesuai dengan RPP yang telah disusun.

Berdasarkan tabel hasil observasi diatas, maka

dapat disimpulkan bahwa :

1) Pada pertemuan I belum tampak adanya

keseriusan siswa dalam mengikuti

pembelajaran. Hal ini terlihat pada indikator

perilaku yang tidak relevan dalam kegiatan

belajar mengajar, ada beberapa siswa yang

terlibat di dalam indicator tersebut.

2) Pada pertemuan II sudah ada peningkatan

dan keseriusan siswa dalam mengikuti

pembelajaran. Hal ini terlihat pada beberapa

indikator yang mengalami peningkatan

persentase.

Selain itu, juga pada indikator perilaku yang

tidak relevan sudah mengalami penurunan

persentase. Aktivitas siswa pada siklus I

khususnya pada pertemuan kedua ini sudah

menunjukan adanya keseriusan dan

keantusiasan siswa dalam mengikuti

pembelajaran di dalam kelasnya

dibandingkan dengan pertemuan pertama.

Hal ini terlihat pada indikator memberi

tanggapan, kerjasama di kelompoknya,

menjawab pertanyaan dengan benar dan

tepat, dan menemukan serta menyelesaikan

masalah. Untuk indikator lainnya, yaitu

mengajukan pertanyaan yang relevan hanya

sebagian siswa saja yang terlihat di

dalamnya, ini disebabkan konsentrasi siswa

yang belum terfokus dengan suasana belajar

baru yang menuntut siswa untuk aktif

bekerja sama di kelompoknya dan juga

siswa belum mampu dan berani menemukan

dan bereksperimen juga masih kurang,

sehingga masih ada siswa kelihatan bingung

dan bersikap pasif. Hal inilah yang menjadi

bahan refleksi untuk pelaksanaan siklus II

Kegiatan Siklus II

Siklus II dilaksanakan sebanyak 3 kali

pertemuan, dengan alokasi waktu 2 x 40 menit,

dan di akhir pertemuan diadakan tes siklus.

Pada siklus II, tindakan yang dilakukan adalah

sebagai berikut :

Perencanaan

Siklus II dilaksanakan untuk memperbaiki

hambatan-hambatan yang terjadi pada saat

siklus I, yaitu guru lebih meningkatkan

pengawasan dan kontrol agar siswa lebih

mengoptimalkan diskusi dengan semua

N

o Aktivitas

Pertemuan I Pertemuan II

Frek

-

Wen

si

Persen

tase

(%)

Frek-

wensi

Persen

tase

(%)

1

Menyimak

pengarahan

guru

3 42,86 3 42,86

2

Kerjasama

di

kelompokny

a

4 57,14 5 71,43

3

Kelompok

aktif

membaca

5 71,43 5 71,43

4 Merumuska

n masalah 2 28,57 3 42,86

5

Menemukan

atau

menyelesaik

an masalah

2 28,57 3 42,86

6

Mengajukan

pertanyaaan

dengan

benar dan

tepat

3 42,86 4 57,14

7

Memberika

n atau

menjawab

pertanyaan/t

anggapan

4 57,14 5 71,43

8

Bereksperi

men dan

berkreasi

1 14,28 3 42,86

9

Memunculk

an ide dan

gagasan

2 28,57 3 42,86

10

Tanggung

jawab

individu dan

kelompok

4 57,14 5 71,43

Page 57: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

182 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

anggota kelompok aktif selama diskusi, siswa

diingatkan untuk lebih memperhatikan

kelompok yang maju ke depan kelas, serta

siswa tetap diingatkan agar membuat dokumen

di buku catatan mereka. Pengawasan dan

kontrol guru salama jalannya diskusi sangat

dibutuhkan, mengingat masih ada siswa yang

kurang memperhatikan dan tidak terkondisikan

saat diskusi. Pada tahap perencanaan tindakan

siklus II, peneliti menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja

Siswa dan soal tes siklus II yang disusun sesuai

dengan karakteristik pembelajaran dengan

metode Mind Mapping yang difokuskan pada

motivasi belajar Matematika siswa dan

berdasarkan refleksi dari siklus I. Materi yang

diajarkan pada pertemuan pertama siklus II,

yaitu pengamalan nilai-nilai Sumpah Pemuda

dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya pada

pertemuan kedua siklus II materi yang

diajarkan yaitu melakukan Membuat karangan

sedehana tentang penerapan pengamalan nilai-

nilai Sumpah Pemuda. Peneliti juga menyusun

instrumen penelitian lainnya seperti pedoman

observasi, angket yang sama dengan siklus I

dan pedoman wawancara.

Pelaksanaan tindakan

Pada tahap ini guru melaksanakan tindakan

sesuai dengan RPP yang telah disusun oleh

peneliti. Selama pembelajaran berlangsung

peneliti dibantu oleh rekan peneliti dalam

melakukan pengamatan. Materi yang dibahas

dalam pelaksanaan tindakan siklus II

peretemuan pertama adalah pengamalan nilai-

nilai Sumpah Pemuda dalam kehidupan sehari-

hari. Kemudian pada pertemuan kedua siklus II

dibahas Membuat karangan sedehana tentang

penerapan pengamalan nilai-nilai Sumpah

Pemuda. Selanjutnya pada pertemuan ketiga

dilakukan tes siklus II. Tes siklus II dilakukan

untuk mengetahui sejauh mana pemahaman

siswa terhadap materi yang diberikan dari

pertemuan pertama dan pertemuan kedua.

Materi tes siklus II mencakup materi

pengamalan nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam

kehidupan sehari-hari. Adapun deskripsi

pelaksanaan pembelajaran Matematika pada

siklus II adalah sebagai berikut:

Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama Materi yang diajarkan pada

pertemuan ini adalah pengamalan nilai-nilai

Sumpah Pemuda dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam

pembelajaran ini adalah siswa dapat

mengamalkan nilai-nilai sumpah pemuda

dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas-

aktivitas pembelajaran yang terjadi pada

pertemuan pertama ini adalah sebagai berikut:

Kegiatan Awal

Pembelajaran dimulai dengan memeriksa

kesiapan siswa kemudian guru menyampaikan

materi dan tujuan pembelajaran yaitu tentang

pengamalan nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam

kehidupan sehari-hari. kemudian

memberitahukan kembali bahwa pembelajaran

pada hari ini akan melanjutkan pembelajaran

dengan metode Mind Mapping seperti pada

siklus I. Guru menghimbau siswa agar dapat

menggunakan waktu sebaik-baiknya agar

pembelajaran berjalan efektif. Guru juga

mengingatkan siswa terutama siswa yang biasa

gaduh sendiri untuk aktif dalam pembelajaran.

Sebelum memasuki materi tersebut guru

mengingatkan siswa mengenai materi-materi

sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang

akan dipelajari. Guru memotivasi siswa untuk

memperhatikan dan berani untuk

mengungkapkan pendapatnya dalam kegiatan

pembelajaran Matematika.

Kegiatan inti

Guru membimbing siswa mempelajari tentang

pengamalan nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam

kehidupan sehari-hari. Kegiatan berikutnya

guru menghimbau siswa untuk bergabung

dengan kelompoknya masing-masing yang

sudah dibagi pada pertemuan sebelumnya dan

mengatur tempat duduk siswa serta

menghimbau agar dalam pengaturan tempat

duduk tidak gaduh. Guru dibantu oleh Peneliti

membagikan Lembar Kegiatan Siswa yang

telah dipersiapkan kepada setiap kelompok.

Siswa diminta untuk mencermati masalah pada

Lembar Kegiatan Siswa dan memulai diskusi

bersama kelompoknya masing-masing.

Sebelum siswa mengerjakan Lembar Kegiatan

Siswa, mereka diarahkan oleh guru dalam

pengerjaan Lembar Kegiatan Siswa dan

meminta siswa untuk membaca instruksi yang

tercantum dalam Lembar Kegiatan Siswa

dengan teliti. Siswa juga diingatkan agar siswa

mencantumkan nomor kelompok dan

menuliskan anggota kelompoknya. Semua

kelompok mulai mengerjakan Lembar

Kegiatan Siswa yang telah dibagikan guru.

Pada pertemuan ini, siswa terlihat lebih

antusias dalam belajar. Tidak banyak

pertanyaan yang diajukan siswa. Selama proses

diskusi berlangsung, guru berkeliling

mendatangi masing-masing kelompok untuk

mengontrol jalannya diskusi. Hampir semua

Page 58: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe MIND MAPPING bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Biolla 183

siswa ikut terlibat aktif dalam mengerjakan

Lembar Kegiatan Siswa dan proses diskusi

berjalan lebih cepat. Siswa diminta untuk

menyalin hal-hal yang penting dalam Lembar

Kegiatan Siswa agar mereka punya dokumen

tentang materi yang sedang mereka pelajari

dalam buku catatan mereka. Setelah semua

kelompok menyelesaikan Lembar Kegiatan

Siswa. Siswa diminta untuk maju

mempresentasikan hasil diskusi kedepan kelas.

Kelompok 5 bersedia maju tanpa harus

ditunjuk oleh Guru. Kemudian Guru meminta

kelompok 5 untuk menuliskan hasil diskusi

dipapan tulis dan mempresentasikannya.

Selesai presentasi guru membahas hasil

pekerjaan kelompok 5 bersama dengan siswa

menuntun siswa membuat kesimpulan,

kemudian guru meminta semua siswa

memberikan applause pada kelompok 5,

dilanjutkan dengan memberi pujian dan

komentar supaya pada pertemuan berikutnya

kelompok yang maju untuk mempersiapkan

segala sesuatunya.

Penutup

Guru secara singkat membimbing siswa untuk

menyimpulkan materi. Guru

mengkomunikasikan kembali kepada siswa

untuk mempelajari materi pertemuan

berikutnya di rumah dan untuk mengetahui

sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi

yang telah dipelajari guru memberikan soal

pekerjaan rumah kepada siswa. Karena bel

sudah berbunyi, maka guru mengakhiri

pertemuan pada kali ini dengan berdoa dan

mengucapkan salam.

Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua pada siklus II materi yang

diajarkan pada pertemuan ini adalah Membuat

karangan sedehana tentang penerapan

pengamalan nilai-nilai Sumpah Pemuda.

Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam

pembelajaran ini adalah Siswa dapat

mengamalkan nilai-nilai sumpah pemuda

dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas-

aktivitas pembelajaran yang terjadi pada

pertemuan pertama ini adalah sebagai berikut:

Kegiatan Awal

Pada tahap awal pembelajaran guru memulai

pembelajaran dengan berdoa. Sebelum mulai

ke materi berikutnya guru menghimbau siswa

mempersiapkan Pekerjaan Rumah yang

diberikan pada pertemuan sebelumnya untuk

dibahas bersama. Dalam membahas Pekerjaan

Rumah siswa, guru meminta beberapa siswa

secara bergantian untuk menuliskan hasil

jawaban mereka di papan tulis. Setelah semua

soal dibahas, Kemudian guru bertanya kepada

siswa apakah ada yang belum jelas tentang

materi pada pertemuan sebelumnya. Serentak

siswa menjawab “tidak bu!....”. Gemudian guru

menyampaikan secara lisan materi yang akan

dipelajari yaitu membuat karangan sedehana

tentang penerapan pengamalan nilai-nilai

Sumpah Pemuda, serta tujuan yang akan

dicapai yaitu siswa dapat mengamalkan nilai-

nilai sumpah pemuda dalam kehidupan sehari-

hari. Kemudian guru memulai apersepsi dan

Guru juga memotivasi siswa untuk

memperhatikan dan berani untuk

mengungkapkan pendapatnya dalam kegiatan

pembelajaran Matematika.

Kegiatan inti

Guru membimbing siswa mempelajari tentang

membuat karangan sedehana tentang penerapan

pengamalan nilai-nilai Sumpah Pemuda.

Kegiatan berikutnya guru menghimbau siswa

untuk bergabung dengan kelompoknya masing-

masing yang sudah dibagi pada pertemuan

sebelumnya dan mengatur tempat duduk siswa

serta menghimbau agar dalam pengaturan

tempat duduk tidak gaduh. Guru dibantu oleh

Peneliti membagikan Lembar Kegiatan Siswa

yang telah dipersiapkan kepada setiap

kelompok. Siswa diminta untuk mencermati

masalah pada Lembar Kegiatan Siswa dan

memulai diskusi bersama kelompoknya

masing-masing. Sebelum siswa mengerjakan

Lembar Kegiatan Siswa, mereka diarahkan

oleh guru dalam pengerjaan Lembar Kegiatan

Siswa dan meminta siswa untuk membaca

instruksi yang tercantum dalam Lembar

Kegiatan Siswa dengan teliti. Siswa juga

diingatkan agar siswa mencantumkan nomor

kelompok dan menuliskan anggota

kelompoknya. Semua kelompok mulai

mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa yang

telah dibagikan guru. Pada pertemuan ini,

siswa terlihat lebih antusias dalam belajar,

mereka saling bertanya dengan siswa lain.

Kegiatan ini terlihat mengasyikkan bagi para

siswa. Selama proses diskusi berlangsung, guru

berkeliling mendatangi masing-masing

kelompok untuk mengontrol jalannya diskusi.

Hampir semua siswa ikut terlibat aktif dalam

mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa dan

proses diskusi berjalan lebih cepat. Siswa

diminta untuk menyalin hal-hal yang penting

dalam Lembar Kegiatan Siswa agar mereka

punya dokumen tentang materi yang sedang

mereka pelajari dalam buku catatan mereka.

Setelah semua kelompok menyelesaikan

Lembar Kegiatan Siswa. Siswa diminta untuk

Page 59: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

184 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

maju mempresentasikan hasil diskusi ke depan

kelas. Kelompok 2 bersedia maju tanpa harus

ditunjuk oleh Guru. Kemudian Guru meminta

kelompok 2 untuk menuliskan hasil diskusi

dipapan tulis dan mempresentasikannya.

Selesai presentasi guru memberikan

kesempatan siswa lain untuk menanggapi atau

bertanya, “Ada yang belum jelas tentang materi

yang dipelajari ?” tidak ada siswa yang

bertanya. Setelah kelompok 2 selesai

melakukan presentasi dan menulis hasil

presentasi dipapan tulis, kelompok 2

dipersilahkan kembali ke tempat duduk semula.

Guru meminta setiap siswa mencermati hasil

pekerjaan dari kelompok 2 kemudian guru

bersama siswa melakukan pengecekan jawaban

bersama-sama dan melakukan evaluasi apabila

ada kesalahan. Setelah evaluasi selesai guru

meminta semua siswa untuk memberikan

applause kepada kelompok 2 dan

mempersilahkan kembali ke tempat duduk

masing-masing.

Penutup

Pada akhir pembelajaran guru membimbing

siswa untuk menyimpulkan tentang

penggunaan Mind Mapping yang diterapkan

dalam pembelajaran. Guru mengakhiri

pertemuan dan memberitahu bahwa pertemuan

selanjutnya akan diadakan tes siklus II. Guru

meminta siswa agar belajar di rumah untuk

persiapan tes. Setelah itu guru, peneliti dan

rekan peneliti meninggalkan kelas.

Pertemuan Ketiga ( Tes Siklus II )

Pertemuan ketiga pada siklus II ini diadakan

tes siklus dengan alokasi waktu yang diberikan

2 x 35 menit, soal tes terdiri dari 10 soal. Guru

dibantu peneliti membagikan lembar soal dan

lembar jawab pada siswa. Sebelum pengerjaan

soal guru mengingatkan siswa bahwa dalam

menyelesaikan soal-soal tes, siswa harus

menggunakan langkah-langkah dengan tepat

dan jelas, selain itu siswa ditekankan agar

mengerjakan tes secara individu. Siswa yang

sudah selesai mengerjakan langsung diberi

angket motivasi belajar siswa terhadap

pembelajaran Matematika.

Data Hasil Observasi, Tes, Angket

Data Hasil Observasi

Pada pertemuan pertama dan kedua observasi

dilakukan oleh peneliti bersama satu pengamat

independen selama pembelajaran berlangsung.

Observasi ini dipandu oleh pedoman observasi

kegiatan pembelajaran Matematika dengan

metode Mind Mapping. Selain itu peneliti juga

membuat catatan lapangan yang dapat dilihat

pada lampiran. Berdasarkan observasi, siswa

selalu berdiskusi dan bekerjasama saat

mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

Siswa tidak langsung bertanya kepada guru

apabila mengalami kesulitan melainkan

membahasnya terlebih dahulu dengan teman

satu kelompok. Siswa sebagian besar

mengalami kesulitan dalam menarik

kesimpulan. Siswa lebih berani untuk

mempresentasikan jawabannya. Siswa juga

memperhatikan dan menanggapi kelompok

yang sedang presentasi. Jika ada perbedaan

pendapat siswa berani untuk menyampaikan

pendapatnya. Dibawah ini tabel analisis hasil

observasi motivasi belajar siswa dalam

kegiatan pembelajaran Matematika dengan

metode Mind Mapping.

Data Hasil Tes

Tes yang diberikan pada akhir siklus II ini

berupa tes dalam bentuk soal pilihan ganda

yang terdiri dari 10 soal. Hasil tes inilah yang

digunakan untuk melihat nilai dan hasil belajar

siswa. Rata-rata nilai pada siklus I yaitu 90,18.

Data Hasil Angket

Angket diberikan pada akhir siklus II yaitu

pada pertemuan ketiga selesai melakukan tes.

Berdasarkan hasil angket motivasi belajar

siswa terhadap pembelajaran Matematika

menggunakan metode Mind Mapping sudah

mencapai indikator keberhasilan. Di bawah ini

tabel analisis hasil angket motivasi belajar

siswa terhadap pembelajaran Matematika

menggunakan metode Mind Mapping.

Tabel 7. Rata-Rata Observasi Aktivitas Siswa

pada Siklus II

N

o Aktivitas

Pertemuan I Pertemuan II

Frek

-

Wen

si

Persen

tase

(%)

Frek

-

wen

si

Persen

tase

(%)

1

Menyimak

pengarahan

guru

5 71,43 7 100

2 Kerjasama di

kelompoknya 6 85,71 7 100

3

Kelompok

aktif

membaca

6 85,71 6 85,71

4 Merumuskan

masalah 4 57,14 5 71,43

5

Menemukan

atau

menyelesaika

6 85,71 6 85,71

Page 60: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe MIND MAPPING bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Biolla 185

n masalah

6

Mengajukan

pertanyaaan

dengan benar

dan tepat

5 71,43 6 85,71

7

Memberikan

atau

menjawab

pertanyaan/ta

nggapan

6 85,71 6 85,71

8

Bereksperime

n dan

berkreasi

5 71,43 6 85,71

9

Memunculkan

ide dan

gagasan

5 71,43 5 71,43

10

Tanggung

jawab

individu dan

kelompok

7 100 7 100

Keterangan

Kategori Rentang

Sangat Tinggi 85 – 100%

Tinggi 65 – 84 %

Sedang 55 – 64 %

Rendah 35 – 54

Sangat Rendah (0-34)

Refleksi

Hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti

bersama guru pada akhir siklus II menunjukkan

bahwa secara umum pembelajaran yang

dilaksanakan pada siklus II telah berjalan

sesuai dengan yang direncanakan. Berdasarkan

pengamatan, antusias belajar siswa pada saat

proses pembelajaran Matematika menggunakan

metode Mind Mapping pada siklus II lebih baik

jika dibandingkan dengan pembelajaran pada

siklus I dikarenakan kesadaran siswa akan

manfaat mempelajari Matematika menjadi

lebih tinggi. Berdasarkan pelaksanaan

pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil

belajar Matematika siswa Kelas X MIPA 2

SMA Negeri 1 Bulukumba dengan

menggunakan metode Mind Mapping, terdapat

banyak perubahan dibandingkan dengan siklus

I. Pertama-tama, perubahan sikap siswa yang

meningkat, keaktifan siswa, dan tanggapan

siswa terhadap proses pembelajaran yang

dialaminya sangat meningkat. Aktivitas guru

juga pada siklus II sangat bagus sehingga

banyak implikasinya terhadap pembelajaran.

Misalnya, kegiatan siswa pada siklus dua ini

sangat bagus, siswa bersemangat dan

memperhatikan pembelajaran. Adanya

perhatian yang serius dari siswa dalam

menanggapi materi, siswa aktif merumuskan

masalah, siswa aktif menemukan/

menyelesaikan masalah, serta mampu

melakukan eksperimen. Sikap siswa pada

umumnya rata-rata bagus dalam memberikan

tanggapan atau respon positif terhadap metode

yang disajikan.

Pada dasarnya rata-rata siswa dapat

mempelajari materi dan melakukan

eksperimen, rata-rata mampu menjawab tuntas

masalah yang ada. Selain itu, siswa yang

melakukan aktivitas yang tidak ada

hubungannya dengan pelajaran seperti ngobrol

sesama teman dan mengerjakan tugas pelajaran

lain sangat berkurang. Intinya, siswa mampu

menemukan sendiri masalah-masalah yang ada

dan diselesaikan sendiri, mulai tampak

keaktifan siswa dalam meenemukan dan

merumuskan masalah, mampu bereksperimen

untuk menemukan cara lain menemukan

masalah. Aspek lain yang berpengaruh

terhadap keberhasilan pembelajaran pada siklus

II adalah :

1) Guru memberikan tuntunan kepada siswa

2) Guru memberikan penguatan dan motivasi

kepada siswa yang mampu menemukan,

bereksperimen dengan tepat, dan

menyelesaikan masalah perlu di tingkatkan.

3) Guru mengubah struktur dan variasi kelas

(setting) dengan membentuk kelompok

belajar.

4) Guru mengubah setting tempat duduk dan

jarak bangku antar tiap kelompok agar

kejadian-kejadian yang kurang positif dapat

diminimalisir.

5) Guru memberikan kebebasan kepada siswa

berkreasi dan bereksperimen untuk

menemukan cara menyelesaikan suatu

persoalan.

6) Siswa yang dianggap mampu membantu

temannya sehingga terjadi tutor sebaya.

PEMBAHASAN

Pembelajaran Matematika dengan metode

Mind Mapping adalah pembelajaran yang

dirancang untuk memberikan siswa tentang

ketrampilan berfikir, serta merupakan suatu

metode pembelajaran yang dapat membantu

siswa untuk menghubungkan konsep-konsep

yang penting dalam mempelajari suatu materi

pelajaran sehingga dapat meningkatkan

motivasi. metode Mind Mapping adalah

metode yang dirancang oleh guru untuk

membantu siswa dalam proses belajar,

menyimpan informasi berupa materi pelajaran

yang diterima oleh siswa pada saat

pembelajaran, dan membantu siswa menyusun

inti-inti yang penting dari materi pelajaran

kedalam bentuk peta atau grafik sehingga siswa

lebih mudah memahaminya. Metode

Page 61: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

186 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

pembelajaran ini memberikan kesempatan

siswa untuk belajar mengemukakan

pendapatnya dan mencari tahu informasi

sendiri sesuai dengan kebutuhan mereka

sendiri. Selain itu, pada model pembelajaran ini

peran guru sebagai fasilitator, memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menemukan

atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak

siswa agar dengan menyadari menggunakan

strategi-strategi mereka sendiri yang pada

akhirnya ada kesempatan cukup bagi siswa

untuk mempertahankan dan

mempertanggungjawabkan pendapatnya.

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian yang

telah diuraikan sebelumnya, dapat diketahui

bahwa guru dapat melaksanakan langkah-

langkah pembelajaran dengan metode Mind

Mapping dengan baik. Pembelajaran diawali

guru dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran, memotivasi siswa dan

melakukan apersepsi. Menurut Depdiknas

(2002: 14) pemberian apersepsi merupakan

upaya yang dilakukan guru untuk memotivasi

siswa agar berperan penuh selama proses

kegiatan pembelajaran dan untuk

membangkitkan perhatian siswa terhadap

materi yang dipelajari. Apersepsi dilakukan

guru dengan mengaitkan materi yang akan

dipelajari dengan materi yang telah dipelajari

sebelumnnya. Hal ini bertujuan agar siswa

termotivasi dan dapat berperan penuh dalam

pembelajaran karena siswa telah memiliki

gambaran terhadap materi yang akan dipelajari

sehingga materi yang dipelajari menjadi

relevan bagi siswa. Setelah menyampaikan

tujuan pembelajaran, memotivasi siswa,

melakukan apersepsi, adapun tahapan

selanjutnya dalam pelaksanaan pembelajaran

dengan metode ini adalah:

1. Mempelajari konsep suatu materi pelajaran

Dalam mempelajari konsep suatu materi

pelajaran siswa dibimbing oleh guru, siswa

membaca seluruh isi materi dan memahami

materi secara keseluruhan. Peranan guru

hanyalah sebagai fasilitator dan

pembimbing sehingga diharapkan siswa

lebih banyak melakukan kegiatan sendiri

atas bimbingan guru.

2. Menentukan ide-ide pokok secara

berkelompok.

Dalam tahap ini terlebih dahulu guru

menghimbau siswa untuk membentuk

kelompok yang terdiri 4 siswa. Kelompok

tersebut bersifat permanen yang artinya

selama proses pembelajaran berlangsung

siswa berada pada kelompok yang tetap.

Dalam menentukan ide-ide pokok siswa

aktif berdiskusi bersama kelompoknya

menemukan dan memilih kata-kata kunci

atau istilah penting dari suatu materi

pelajaran yang telah dipelajari.

3. Membuat atau menyusun Mind Mapping

mengunakan media Lembar Kegiatan Siswa

(LKS),

Membuat atau menyusun Mind Mapping

menggunakan media LKS dalam hal ini

setelah siswa berdiskusi bersama

kelompoknya kemudian menemukan

seluruh kata-kata kunci atau istilah penting

dari suatu materi pelajaran yang telah

dipelajari, kemudian siswa menyusun kata

kunci tersebut menjadi suatu struktur Mind

Mapping yang paling mudah dipahami dan

dimengerti oleh siswa. Siswa bersama

kelompoknya membuat atau menyusun

Mind Mapping pada LKS. Penggunaan

media LKS dapat mengarahkan siswa untuk

menemukan sendiri rumus materi yang

mereka pelajari sehingga mereka bebas

menyelesaikan LKS sesuai yang mereka

inginkan, guru hanya mengarahkan, karena

hal tersebut dapat menimbulkan suasana

yang santai dan menyenangkan bagi siswa.

Hal ini didasarkan pada pendapat Oemar

Hamalik (2003: 171) yang menyatakan

bahwa pengajaran yang efektif adalah

pengajaran yang menyediakan kesempatan

belajar sendiri atau melakukan aktifitas

sendiri.

4. Presentasi kelompok didepan kelas.

Presentasi kelompok adalah aktifitas siswa

bersama kelompoknya dalam menjelaskan

materi yang telah dipelajari, serta

menuangkan ide Mind Mappingnya didepan

kelas guna mengkomunikasikan ide dari

siswa kepada siswa lain. Hal ini dilakukan

agar siswa mengetahui berbagai

penyelesaian masalah yang didapatkan dari

kelompok lain, selain itu melatih siswa

untuk mengungkapkan ide-idenya secara

lisan. Presentasi kelompok juga dapat

melatih siswa untuk menghargai pendapat

siswa yang lain. Presentasi dilakukan agar

kesimpulan hasil diskusi dari salah satu

kelompok dapat diketahui oleh kelompok

lain. Sehingga, ketika ada kelompok yang

hasil diskusinya berbeda, perwakilan dari

kelompok itu dapat menyebutkan hasil

mereka. Pada akhir pembelajaran siswa

bersama guru menyimpulkan konsep yang

telah dipelajari. Dari hasil diskusi kelompok

yang berbeda, siswa diarahkan guru untuk

menyimpulkan konsep yang benar, dan

kesimpulan konsep yang telah dipelajari itu

didokumenkan dalam buku catatan mereka.

Kegiatan selanjutnya siswa diberikan soal

Page 62: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe MIND MAPPING bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Biolla 187

latihan yang berkaitan dengan konsep yang

ditemukan siswa. Soal latihan diberikan

agar siswa dapat menyatakan ulang sebuah

konsep, mengklasifikasikan obyek-obyek

menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan

konsepnya), memilih contoh dan yang

bukan contoh dari suatu konsep,

menunjukkan syarat perlu atau syarat cukup

dari suatu konsep, dan dapat menggunakan

konsep dalam memecahkan masalah yang

berkenaan dengan konsep tersebut.

Pembelajaran yang terpusat pada siswa ini

menyebabkan siswa merasa memiliki

kegiatan pembelajaran tersebut karena siswa

diikutsertakan secara aktif dalam

pelaksanaan kegiatan pembelajaran

sehingga mendorong siswa untuk percaya

diri. Pembelajaran dengan menggunakan

metode ini membantu siswa menjadi lebih

aktif dan berani untuk mengungkapkan

pendapatnya serta pemikiranya dalam

diskusi kelompok, memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menemukan atau

menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak

siswa agar dengan menyadari menggunakan

strategi-strategi mereka sendiri yang pada

akhirnya ada kesempatan cukup bagi siswa

untuk mempertahankan dan

mempertanggungjawabkan pendapatnya,

siswa melakukan persaingan atau kompetisi

dengan siswa lain, mengetahui hasil

kerjanya, mendapat pujian karena berhasil

mendapat nilai baik dan tujuan yang diakui

karena dirasa menguntungkan bagi

temannya yang menimbulkan gairah untuk

belajar.

Motivasi siswa Kelas X MIPA 2 SMA

Negeri 1 Bulukumba mengalami

peningkatan yang cukup baik. Hal ini terlihat

dari format atau lembar pengamatan aktivitas

siswa berisi aspek-aspek keterampilan proses

dengan indikator yang sama untuk setiap aspek

meliputi : (1) menyimak pengarahan guru, (2)

kerjasama di kelompoknya, (3) murid

membaca, menemukan, menyelesaikan

masalah, dan memberikan tanggapan, (4)

mengajukan pertanyaan dan menjawab

pertanyaan dengan benar dan tepat, (5) murid

bereksperimen dan berkreasi dan selalu

memunculkan ide dan gagasan, (6) tanggung

jawab individu dan kelompok untuk

menemukan dan cara menyelesaikan masalah.

Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan

ketercapaian indikator dalam beberapa aspek

dengan melihat frekwensi siswa yang aktif

dalam setiap aspek. Pada siklus I menunjukkan

masih kurangnya keseriusan dan keantusiasan

siswa pada beberapa indikator aktivitas siswa.

Hal ini terlihat dan proses belajar mengajar

dimana siswa masih kurang yang mampu

menemukan, memunculkan ide,

bereksperimen, dan memecahkan masalah.

Selain itu belum tercapainya tujuan mampu

menemukan, memunculkan ide,

bereksperimen, dan memecahkan masalah.

Selain itu belum tercapainya tujuan

pembelajaran yang diharapkan dan belum

sesuai dengan langkah-langkah metode

pembelajaran yang diharapkan dan belum

sesuai dengan langkah-langkah metode Mind

Mapping. Hal ini disebabkan oleh guru

biasanya menggunakan metode ceramah untuk

Mind Mapping. Hal ini disebabkan oleh guru

biasanya menggunakan metode ceramah untuk

menyampaikan materi melalui penjelasan dan

hanya satu guru yang aktif menemukan dan

memecahkan sendiri permasalahan siswa

terkadang hanya menulis dan mendengar

penjelasan guru. Pada siklus II, sudah

menunjukkan keseriusan dan keantusiasan

siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini

tampak dari keaktifan siswa dalam

menemukan, memunculkan ide, berani

bereksperimen, dan mampu memecahkan

masalah yang ada, saling melontarkan

pertanyaan baik terhadap guru maupun dengan

temannya sendiri. Hal ini menunjukkan

ketercapaian pembelajaran sudah sesuai dengan

langkah-langkah metode Mind Mapping.

Disamping itu Rata-rata hasil tes siklus, pada

siklus I dan siklus II diperoleh berdasarkan tes

tertulis siswa yang berbentuk soal pilihan

ganda berjumlah 10 soal. Rata-rata nilai pada

siklus I yaitu 75,18 meningkat menjadi 90,18

pada siklus II.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,

tindakan kelas yang dilakukan secara

kolaboratif antara peneliti dan guru Matematika

Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1

Bulukumba dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran Matematika

menggunakan metode Mind Mapping dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa di

Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1

Bulukumba dalam pembelajaran

Matematika.

2. Setelah diterapkan pembelajaran

Matematika menggunakan metode Mind

Mapping di Kelas X MIPA 2 SMA

Negeri 1 Bulukumba menunjukkan

bahwa ada peningkatan motivasi belajar

siswa terhadap pembelajaran Matematika.

Page 63: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

188 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

Hal ini terlihat Rata-rata hasil tes siklus,

pada siklus I dan siklus II diperoleh

berdasarkan tes tertulis siswa yang

berbentuk soal pilihan ganda berjumlah 10

soal. Rata-rata nilai pada siklus I yaitu

75,18 meningkat menjadi 90,18 pada siklus

II.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti

mempunyai beberapa saran yang perlu

dipertimbangkan yaitu:

1. Penerapan pembelajaran dengan

menggunakan metode Mind Mapping

membutuhkan pengelolaan kelas dan waktu

yang baik, sehingga diperlukan perencanaan

kegiatan pembelajaran agar penggunaan

waktu dalam pembelajaran dapat lebih

efektif.

2. Pembelajaran Matematika dengan metode

Mind Mapping dapat digunakan sebagai

salah satu alternatif kegiatan pembelajaran

Matematika di SD karena pembelajaran

menggunakan metode ini dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Singigsih, C. Asri. 2006. Belajar dan

Pembelajaran, PT. Rineka Cipta, Cet.

I. Jakarta

Buzan. Tony dan Barry. 2004. Memahami

Mind Mapping : The Mind Mapping

Book. Batam: Interaksa.

Buzan. Tony. 2004. Mind Mapping: Untuk

meningkatkan Kreativitas. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Buzan, Tony, 2008. Buku Pintar Mind

Mapping. Jakarta : Pt. Gramedia

Pustaka Utama, Cet. VI.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain.

2006. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. III.

Erman Suherman, dkk. 2001. Srategi Belajar

Mengajar Kontemporer. Bandung :

JICA.

Hudojo, H.,et al. 2002. Peta Konsep. Jakarta:

Makalah disajikan dalam Forum

Diskusi Pusat Perbukuan Depdiknas.

Iwan Sugiarto. 2004. Mengoptimalkan Daya

Kerja Otak Dengan Berfikir Holistik

dan Kreatif. Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama.

Jensen. Eric dan Karen Makowitz. 2002. Otak

Sejuta Gygabite: Buku Pintar

Membangun Ingatan Super. Bandung

: Kaifa.

Mulyasa. 2007. Menjadi guru Profesional

menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya

Nana Sudjana. 1987. Dasar-Dasar Proses

Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algensindo

Nana Syaodih Sukmadinata. 2003. Landasan

Psikologi Proses Pendidikan.

Bandung : Remaja Rosdakarya.

Ngalim Purwanto. 2003. Psikologi Pendidikan.

Bandung: PT Rosdakarya.

Oemar Hamalik. 2008. Proses Belajar

Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Oemar Hamalik. 2005. Perencanaan

Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Pandley,j.BD.,R.L. Bretz and J.D Novak. 1994.

Concept maps as tool to assas

Learning in chemmistry,J.of

Chemical Education. 71:9-15

Pardjono, dkk. 2007. Panduan Penelitian

Tindakan Kelas. Yogyakarta: LP

UNY

Porter. De Bobbi dan Hernacki. 1999.

Quantum Learning:Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan.

Bandung : Kaifa.

Riduwan. (2007). Skala Pengukuran Variable-

variabel Penelitian. Bandung:

Alfabeta.

Sardiman, A.M, 2006. Interaksi Dan Motivasi

Belajar Mengajar. Jakarta: PT.

Grasindo Pusada.

Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi

Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali

Press.

Siti Partini dan Rosita E. K. 2002.

Pembelajaran Modul Mata Kuliah

Pengantar Ilmu Pendidikan.

Yogyakarta : FIP UNY.

Page 64: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Analisis Tingkat Kepuasan Peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan bagi Pimpinan BP3K Terhadap Kualitas

Penyelenggaraan Diklat di BBPP Batangkaluku dengan Menggunakan Metode SERVQUAL Terkelin/Mustafa 189

PENDAHULUAN

Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP)

Batangkaluku merupakan salah satu UPT

BPSDMP Kementerian Pertanian dengan tugas

dan fungsi sebagai lembaga pelatihan pertanian

dan sekaligus juga berperan sebagai penyedia

jasa pelatihan pertanian memiliki

tanggungjawab dalam upaya meningkatkan

kapasitas sumberdaya manusia pertanian

melalui pelatihan.

Pendidikan dan pelatihan (diklat) adalah

merupakan upaya mengembangkan sumber

daya manusia terutama untuk mengembangkan

kemampuan intelektual dan kepribadian

manusia. (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:28).

Tingkat kepuasan pengguna jasa

merupakan salah satu indikator pengukuran

kinerja organisasi penyedia jasa. Kepuasan

para pengguna jasa atau pelanggan adalah

suatu keadaan dimana semua atau sebagian

besar keinginan, harapan dan kebutuhan

pelanggan dipenuhi. Kepuasan pelanggan dapat

berhubungan langsung dengan kesetiaan

pelanggan dan merupakan anteseden utama

dari loyalitas pelanggan.

Organisasi yang secara konsisten

mampu memuaskan pelanggannya akan

mendapatkan citra positif dan kesetiaan yang

tinggi yang akan berujung pada keuntungan

besar bagi organisasi tersebut. Suatu pelayanan

dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut

dapat memenuhi keinginan, harapan dan

kebutuhan para pelanggan. Agar kita dapat

mengetahui, apakah layanan yang kita berikan

telah memenuhi harapan, dan memuaskan

kebutuhan pelanggan, maka kita harus

mengukurnya. Upaya untuk penyediaan

layanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih

efektif, langkah pengukuran kepuasan

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PESERTA DIKLAT MANAJEMEN DAN

KEPEMIMPINAN BAGI PIMPINAN BP3K TERHADAP KUALITAS

PENYELENGGARAAN DIKLAT DI BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN

(BBPP) BATANGKALUKU DENGAN MENGUNAKAN METODE SERVQUAL

Terkelin Pinem/Mustafa *)

Widyaiswara Ahli Muda, Balai Besar Pelatihan Pertanian Batangkaluku, Gowa

Email: [email protected]

Abstrak

Analisis tingkat kepuasan peserta diklat manajemen dan kepemimpinan bagi pimpinan BP3K tahun

2016 bertujuan untuk mengetahui persepsi kualitas pelayanan terhadap tingkat kepuasan peserta diklat

terhadap penyelenggaraan diklat. Lokasi penelitian dilakukan di Balai Besar Pelatihan Pertanian

(BBPP) Batangkaluku. Penelitian menggunakan metode SERVQUAL dan metode Importance-

Performance Analysis dan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dengan dan alat bantu

quesioner. Populasi adalah seluruh peserta diklat dengan jumlah 65 orang. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa persepsi peserta terhadap kualitas layanan menunjukkan rata-rata puas dengan

persentase 95.34%, sedangkan analisa dengan metode SERVQUAL dan metode Importance-

Performance Analysis diperoleh bahwa persentase tertinggi ditemukan pada faktor Jaminan

(Assurance) yaitu kepuasan terhadap aspek penegakan disiplin oleh widyaiswara dengan persentase

100.34%.

Kata kunci: Pelatihan, kwalitas pelayanan, servqual, Importance-Performance Analysis

Abstract *)

Analysis of the level of participants' satisfaction on "management and leadership training for BP3K

leaders 2016", aims to determine the perception of quality of service to the level of satisfaction of

training participants on the training. The location of the research was conducted at Indonesian Center

for Agricultural Training (BBPP) Batangkaluku. The research used SERVQUAL method and

Importance-Performance Analysis method and data collection technique using interview with and

quesioner tool. The population is all training participants with a total of 65 people. The results of this

study indicate that participants' perceptions of service quality show an average satisfaction with the

percentage of 95.34%, while the analysis with SERVQUAL method and Importance-Performance

Analysis method found that the highest percentage is found in the Assurance factor that is the

satisfaction of the discipline enforcement aspect by widyaiswara with a percentage of 100.34%

Keywords: Training, quality of service, servqual, IPA

Page 65: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

190 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

pelanggang merupakan langkah penting untuk

dilakukan.

Kotler (2004) dalam Baskoro (2011)

menyatakan bahwa kepuasan pelanggan yaitu

tingkatan dimana anggapan kinerja (perceived

performance) produk akan sesuai dengan

harapan seorang pelanggan yang berarti jika

kinerja produk jauh lebih rendah dibandingkan

harapan pelanggan, pembelinya tidak puas atau

sebaliknya bila kinerja sesuai dengan harapan

atau melebihi harapan, pembelinya merasa

puas atau merasa puas atau merasa amat

gembira.

Zeithaml dan Bitner (2003: 86)

menyebutkan bahwa kepuasan pelanggan

adalah evaluasi pelanggan terhadap produk

atau jasa yang diterima apakah sesuai dengan

kebutuhan dan harapan pelanggan. Kegagalan

untuk mempertemukan kebutuhan - kebutuhan

dan harapan yang diasumsikan sebagai

ketidakpuasan dengan produk atau jasa. Lebih

lanjut dikatakan bahwa kepuasan pelanggan

dipengaruhi oleh ciri-ciri produk atau jasa

secara spesifik dan oleh persepsi terhadap

kualitas. Selain itu kepuasan pelanggan juga

dipengaruhi oleh respon emosional pelanggan

dan atribut-atribut pelanggan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Zeithaml, dkk disimpulkan bahwa

kepuasan konsumen dalam bisnis pelayanan

diukur dari kesenjangan antara ekspektasi dan

persepsi pelanggan tentang pelayanan yang

akan diterima. Sebagian besar selisih ini adalah

negatif. Semakin kecil negatifnya, semakin

baik. Biasanya perusahaan dengan tingkat

pelayanan yang baik, akan mempunyai gap

yang lebih kecil dari –(minus) 1.0 (Irawan,

2002). Ekspektasi pelanggan mempunyai dua

pengertian: (1) Apakah yang pelanggan

harapkan akan terjadi pada saat layanan

disampaikan (prediksi) dan (2) Apakah yang

diinginkan pelanggan untuk terjadi (harapan).

Tjiptono dalam Permani (2002)

menerangkan bahwa “Kepuasan atau

ketidakpuasan pelanggan adalah respon

pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian

(disconfirmation) yang dirasakan antara

harapan sebelumnya atau harapan kinerja

lainnya dan kinerja aktual produk yang

dirasakan setelah memakainya.

Kepuasan peserta diklat/pelanggan dapat

diidentikkan dengan apa yang disebut Kottler

(1997) kepuasan pelanggan yang didefinisikan

sebagai berikut: “Satisfaction is a person’s

feeling of pleasure or disappointment resulting

from comparing a product perceived

performance (or outcome) in relation to his her

expectations”.

Menurut Parasuraman dan Berry dalam

Ciptono dan Chandra (2005) menyebutkan

bahwa pengertian “expectations” adalah

merupakan standar perbandingan yang biasa

digunakan dalam dua cara yang berbeda

yaitu: “What customer believe will occur in a

service encounter (predictions) and what

customers want to occur (desires)”, yang

berarti apa yang akan dipikirkan pelanggan

dalam menghadapi pelayanan (persepsi) dan

apa yang ingin dipikirkan pelanggan

(keinginan).

Dari pendapat tersebut di atas, jelaslah

bahwa lembaga perlu mengetahui perspektif

konsumen karena dengan adanya perspektif

konsumen, lembaga dapat mengukur tingkat

kepuasan, kesetiaan, retensi dan keuntungan

konsumen.

Leonard L. Berry dan Parasuraman yang

dikutip Ciptono dan Chandra (2005)

mengatakan ada lima faktor penentu kualitas

jasa: (1) Tangible (berwujud) yaitu berupa

penampilan fasilitas fisik, peralatan dan

berbagai materi pelatihan; (2) Reliability

(keandalan) yaitu kemampuan untuk

memberikan jasa sesuai dengan yang

dijanjikan, terpercaya dan akurat, dan

konsisten; (3) Responsiveness (daya tanggap)

yaitu kemauan dari pegelola pelatihan untuk

membantu peserta dan memberikan jasa

dengan cepat serta mendengar dan mengatasi

keluhan/complaint yang diajukan peserta;

(4) Assurance (kepastian) yaitu berupa

kemampuan pengelola untuk menimbulkan

keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang

telah dikemukakan kepada peserta;

(5) Emphaty (empati) adalah mampu

memahami perasaan dan pikiran peserta

dalam bentuk kesediaan pengelola pelatihan

untuk lebih peduli memberikan perhatian

secara pribadi kepada peserta.

Menurut Locke dalam As’ad

(2004;105) berdasarkan prinsip dan teori

keadilan (equity) disebutkan perasaan puas atau

tidak puas seseorang tergantung apakah dia

merasakan adanya keadilan (equity) atau tidak

atas suatu situasi. Perasaan equity dan inequity

atas suatu situasi, diperoleh orang dengan cara

membandingkan dirinya dengan orang lain

yang sekelas, sekantor maupun di tempat lain.

Soekitjo Notoatmodjo dalam

Henryanto (2014:37) menyebutkan bahwa

Page 66: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Analisis Tingkat Kepuasan Peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan bagi Pimpinan BP3K Terhadap Kualitas

Penyelenggaraan Diklat di BBPP Batangkaluku dengan Menggunakan Metode SERVQUAL Terkelin/Mustafa 191

perangkat lunak dalam proses diklat ini

mencakup antara lain kurikulum, organisasi

diklat, peraturan-peraturan, metode belajar

mengajar dan tenaga pengajar atau pelatih itu

sendiri, Sedangkan perangkat keras yang juga

besar pengaruhnya terhadap proses diklat ialah

fasilitas-fasilitas yang mencakup gedung,

perpustakaan, alat bantu pendidikan dan

sebagainya

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk

menganalisis tingkat kepuasan peserta Diklat

Manajemen dan Kepemimpinan bagi Pimpinan

BP3K tahun 2016 dengan dan faktor-faktor

yang dapat dijadikan masukan sebagai bahan

perbaikan penyelenggaraan diklat di Balai

Besar Pelatihan Pertanian (BBPP)

Batangkaluku.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan khusus pada

Diklat Manajemen dan Kepemimpinan bagi

Pimpinan BP3K tahun 2016 yang

diselenggarakan pada Januari dan Pebruari

2016 dan waktu penelitian disesuaikan dengan

pelaksanaan Diklat Manajemen dan

Kepemimpinan bagi Pimpinan BP3K tahun

2016 di Balai Besar Pelatihan Pertanian

Batangkaluku, Kabupaten Gowa, Provinsi

Sulawesi Selatan.

Subyek penelitian ini adalah peserta

Pelatihan Diklat Manajemen dan

Kepemimpinan bagi Pimpinan BP3K yaitu

sebanyak 157 orang peserta pelatihan yang

terbagi menjadi 5 angkatan dengan rincian

pada table 1 berikut.

Tabel 1. Jumlah peserta Diklat Manajemen dan

Kepemimpinan bagi Pimpinan BP3K

tahun 2016

Angkatan Jumlah peserta (orang)

I 34

II 31

III 31

IV 31

V 30

Total 157

Sumber data penelitian ini merupakan

data primer dengan membagikan quesioner

kepada semua peserta pelatihan. Tehnik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

menggunakan wawancara dengan

menggunakan alat bantu quesioner yang

meliputi tingkat harapan dan kenyataan peserta

setelah mengikuti pelatihan. Quesioner dalam

penelitian ini menggunakan skala likert. Untuk

menilai hasil harapan peserta terhadap proses

pelaksanaan pelatihan ditetapkan lima (5)

kriteria penilaian yaitu: Sangat Penting (5),

Penting (4), Cukup Penting (3), Kurang

Penting (2), Tidak Penting (1). Untuk menilai

hasil pengalaman yang dirasakan peserta

(kenyataan) terhadap proses pelaksanaan

pelatihan ditetapkan lima (5) kriteria penilaian

yaitu: Sangat Baik (5), Baik (4), Cukup Baik

(3), Kurang Baik (2), Tidak Baik (1).

Tingkat kepuasan peserta terhadap

penyelenggara diklat dianalisis dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

n

T

T 1i

i

ki

.

Dimana :

Tki = Rata-rata tingkat kepuasan aspek

pelayanan ke- i

Ti = Tingkat kepuasan indikator ke- i

n = Jumlah indikator yang mempengaruhi

kepuasan

Kemudian dilanjutkan dengan rumus sebagai

berikut :

%100

)(

)(

x

BAH

BAK

X

Dimana :

= Total Rata-Rata Kepuasan Peserta

H = Total Rata-rata Harapan

K = Total Rata-rata Kenyataan

Untuk mengukur kualitas layanan dari atribut

masing-masing dimensi dilakukan dengan

Metode Servqual mengetahui tingkat harapan

dan kenyataan dari peserta berdasarkan 5

dimensi faktor penentu kualitas jasa pelayanan

dan selanjutnya dilanjutkan dengan analisis

untuk menentukan prioritas perbaikan dengan

menggunakan metode Importance

Performance Analysis.

HASIL PENELITIAN

Analisa tingkat kepuasan peserta diklat

Berdasarkan hasil analisis data diatas

menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kepuasan

peserta terhadap aspek pelayanan

Page 67: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

192 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

penyelenggaraan pelatihan sebesar 95,34%

dengan kategori “Sangat Puas”.

Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa tingkat

kepuasan peserta yang tertinggi diperoleh pada

aspek penegakan disiplin oleh widyaiswara

terkait kehadiran, kerapihan berpakaian, sikap

dan perilaku selama proses kediklatan

berlangsung yaitu dengan persentase mencapai

100.34% (melebihi harapan).

Hal ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan

diklat telah memenuhi keinginan peserta

terhadap pelayanan yang dilaksanakan.

Penilaian peserta terhadap aspek-aspek

pelayanan selama penyelenggaraan diklat

disajikan pada Tabel 2.

Hal ini disebabkan karena widyaiswara

pengampuh materi pada diklat Diklat

Manajemen dan Kepemimpinan bagi Pimpinan

BP3K tahun 2016 memiliki kompetensi yang

baik khususnya dari aspek kompetensi

kepribadian, hal ini sesuai Peraturan Kepala

Lembaga Administrasi Negara Nomor 5 tahun

2008 tentang Standar Kompetensi Widyaiswara

khususnya pasal 7 yang menyebutkan bahwa

yang harus dimiliki Widyaiswara mengenai

tingkah laku dalam melaksanakan tugas

jabatannya yang dapat diamati dan dijadikan

teladan bagi peserta Diklat.

Tabel 2.

Penilaian Peserta Terhadap Tingkat Harapan dan kenyataan Diklat Manajemen dan Kepemimpinan

bagi Pimpinan BP3K tahun 2016

No. Aspek yang ditanyakan Harapan Kenyataan Kepuasan

Rata-Rata Rata-Rata

1 Registrasi/pendaftaran peserta pelatihan cepat dan mudah 4.71 4.43 94.25%

2 Prosedur pengadministrasian/registrasi yang tidak sulit 4.59 4.33 94.41%

3 Bahan serahan (tas,buku,pulpen, pensil dll) yang berkualitas 4.51 4.12 91.25%

4 Profesionalisme Petugas penerima peserta 4.61 4.67 101.39%

5 Keramahan Petugas penerima peserta 4.61 4.67 101.39%

6 Keramahan petugas pelayanan keuangan 4.52 4.28 94.57%

7 Prosedur penyelesaian pembayaran uang saku dan trasportasi

yang mudah dan cepat 4.66 4.16 89.32%

8 Penyelesaian pembayaran uang saku dan trasportasi yang

mudah dan cepat 4.59 4.33 94.41%

9 Penyelesaian pembayaran uang saku dan trans portasi tepat

waktu ( 1 hari sebelum penutupan) 4.59 4.35 94.74%

10 Profesionalisme petugas pelayanan keuangan 4.52 4.28 94.57%

11 Kebersihan dan kenyamanan ruang belajar 4.66 4.16 89.32%

12 Variasi menu makanan yang disajikan 4.69 4.32 92.20%

13 Kualitas menu makanan yang disajikan 4.69 4.29 91.57%

14 Ketersediaan alat bantu pengajaran (LCD, Laptop, OHP, Layar

screen) 4.41 4.16 94.19%

15 Kelengkapan fasilitas praktek (lab/lahan/alat dan mesin

pertanian) 4.72 4.17 88.45%

16 Penguasaan materi oleh widyaiswara (Pengetahuan,

Keterampilan, Sikap) 4.58 4.56 99.53%

17 Penguasaan metoda oleh widyaiswara (Kemampuan Penyajian,

(Berkomunikasi, kemampuan menjawab, Nada & Suara,

Kerjasama)

4.50 4.49 99.86%

18 Kemampuan oleh widyaiswara dalam menggunakan alat bantu

(Penggunaan Sarana) 4.44 4.41 99.40%

19 Penegakan disiplin oleh widyaiswara (Kehadiran, Kerapihan

Berpakaian, Sikap & Perilaku) 4.33 4.35 100.34%

20 Tujuan pembelajaran

(Relevansi Materi dengan Indikator Keberhasilan, Pencapaian

Tujuan Pembelajaran)

4.49 4.46 99.19%

21 Kepedulian terhadap kesehatan

peserta pelatihan 4.44 4.41 99.40%

Rata-rata 95.34%

Page 68: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Analisis Tingkat Kepuasan Peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan bagi Pimpinan BP3K Terhadap Kualitas

Penyelenggaraan Diklat di BBPP Batangkaluku dengan Menggunakan Metode SERVQUAL Terkelin/Mustafa 193

Kompetensi kepribadian sebagaimana

dimaksud meliputi kemampuan:

a. menampilkan pribadi yang dapat

diteladani; dan

b. melaksanakan kode etik dan menunjukkan

etos kerja sebagai Widyaiswara yang

profesional.

Analisis Fisik (Tangible)

Hasil analisa Servqual terhadap faktor

penentu kualitas pelayanan pada dimensi fisik

(tangible), menunjukkan ekspektasi peserta

Diklat Manajemen dan Kepemimpinan bagi

Pimpinan BP3K tahun 2016 terhadap

pelayanan kepada peserta, cukup baik, hal ini

dilihat dari rata-rata penilaian peserta dalam

kategori puas (91,08%), tetapi gap rata-rata

bernilai masih negatif (-) sebesar 0,41, dimana

gap tertinggi terdapat pada pelayanan

kebersihan dan kenyamanan ruang belajar.

Analisis kesigapan (responsiveness)

Berdasarkan pengolahan data questioner

pelatihan maka diperoleh gap rata-rata bernilai

negatif (-) sebesar 0,26 dimana gap tertinggi

terdapat pada pelaksanaan registrasi/

pendaftaran peserta pelatihan kurang maksimal

(-0,27).

Hal ini diduga disebabkan karena belum

efektifnya pemanfaatan e-registrasi dalam

proses pelaksanaan registrasi / pendaftaran

peserta pelatihan yang diselenggarakan

Hal ini diduga karena petugas

kebersihan hanya dapat melakukan

pembersihan kelas secara menyeluruh hanya

saat pembelajaran berakhir pada sore hari dan

pada saat pagi hari saat sebelum pembelajaran

dimulai, sementara pada saat pembelajaran

pada siang hari tidak dilakukan pembersihan di

kelas karena keterbatasan waktu dan jumlah

petugas kebersihan.

Dimana pada dasarnya, pengelolaan

lingkungan pelatihan menurut Dirjen PUOD

dan Dirjen Dikdasmen (1996) memiliki

pengaruh dalam mewujudkan situasi dan

kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar

maupun sebagai kelompok belajar yang

memungkinkan peserta didik untuk

mengembangkan kemampuannya semaksimal

mungkin, senada dengan Suharsimi Arikunto

(1996) menyebutkan bahwa pengaruh lain

pengelolaan lingkungan pelatihan yang berupa

kelas adalah menjadikan setiap peserta

pelatihan yang berada didalam kelas dapat

bekerja (berfikir, berinteraksi, dan

berpendapat) sehingga akan tercapai tujuan

pengajaran secara efektif dan efisien. Hasil

analisis fisik (Tangible) tersaji pada Tabel 3

Berikut.

di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP)

Batangkaluku, sehingga hingga saat ini masih

cenderung dilakukan secara manual meliputi

pengisian blanko registrasi, pemeriksaan

kelengkapan dan persyaratan administrasi, dan

lain-lain membutuhkan waktu yang cukup

banyak bagi masing-masing calon peserta, di

samping itu faktor waktu kedatangan peserta

dan kesiapan petugas penerima peserta yang

sering tidak bersesuaian.

Hasil analisis kesigapan (responsiveness)

tersaji pada Tabel 4 Berikut.

Tabel 3.

Penilaian Tingkat Harapan dan kenyataan peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan bagi

Pimpinan BP3K dalam Dimensi Fisik (Tangible)

No. Aspek yang ditanyakan Harapan Kenyataan

GAP Kepuasan Rata-Rata Rata-Rata

1 Bahan serahan (tas,buku,pulpen, pensil

dll) yang berkualitas 4.51 4.12 -0.39 91.25%

2 Kebersihan dan kenyamanan ruang

belajar 4.66 4.16 -0.50 89.32%

3 Variasi menu makanan yang disajikan 4.69 4.32 -0.37 92.20%

4 Ketersediaan alat bantu pengajaran

(LCD, Laptop, OHP, Layar screen) 4.41 4.16 -0.26 94.19%

5 Kelengkapan fasilitas praktek

(lab/lahan/alat dan mesin pertanian) 4.72 4.17 -0.54 88.45%

RATA-RATA 4.598 4.186 -0.41 91.08%

Page 69: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

194 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

Analisis Empati (Empathy)

Berdasarkan pengolahan data questioner

pelatihan maka diperoleh gap rata-rata bernilai

negatif (-) sebesar 0,26 dimana gap tertinggi

terdapat pada prosedur penyelesaian

pembayaran uang saku dan trasportasi yang

mudah dan cepat belum sepenuhnya terlaksana

dengan baik. Hal ini diduga karena kurang

efektifnya sosialisasi mengenai aturan yang

terkait prosedur penyelesaian pembayaran uang

saku dan trasportasi sesuai peraturan yang

berlaku, tetapi secara umum tingkat kepuasan

peserta dari aspek pelayanan di dimensi ini

cukup baik dengan kategori puas dengan nilai

mencapai 94,50%, sehingga faktor ini diduga

hanya terkait dengan perbedaan persepsi

terhadap tingkat kepuasan yang sifatnya sangat

relative karena terkait dengan perasaan

peserta dalam membandingkan

kinerja yang diperoleh terhadap kinerja yang

diharapkan yang tentu saja sangat

dimungkinkan akan berbeda antara masing-

masing peserta diklat.

Lovelock dan Wirtz (2011:74)

“Kepuasan adalah suatu sikap yang diputuskan

berdasarkan pengalaman yang didapatkan.

Kepuasan merupakan penilaian mengenai ciri

atau keistimewaan produk atau jasa, atau

produk itu 13 sendiri, yang menyediakan

tingkat kesenangan konsumen berkaitan

dengan pemenuhan kebutuhan konsumsi

konsumen. Kepuasan konsumen dapat

diciptakan melalui kualitas, pelayanan dan

nilai. Kunci untuk menghasikan kesetian

pelanggan adalah memberikan nilai pelanggan

yang tinggi.

Hasil analisis Empati (Empathy) tersaji pada

Tabel 5 Berikut.

Tabel 4.

Penilaian Tingkat Harapan dan kenyataan peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan bagi

Pimpinan BP3K dalam Dimensi kesigapan (responsiveness)

No. Aspek yang ditanyakan Harapan Kenyataan

GAP Kepuasan Rata-Rata Rata-Rata

1 Registrasi/pendaftaran peserta pelatihan cepat dan mudah 4.71 4.43 -0.27 94.25%

2 Penyelesaian pembayaran uang saku dan trans portasi

tepat waktu ( 1 hari sebelum penutupan) 4.59 4.35 -0.24 94.74%

RATA-RATA 4.65 4.39 -0.26 94.50%

Tabel 5.

Penilaian Tingkat Harapan dan kenyataan peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan bagi

Pimpinan BP3K dalam Dimensi Empati (Empathy)

No. Aspek yang ditanyakan Harapan Kenyataan GAP Kepuasan

Rata-Rata Rata-Rata

1 Prosedur pengadministrasian

/registrasi yang tidak sulit 4.59 4.33 -0.26 94.41%

2 Prosedur penyelesaian pembayaran

uang saku dan trasportasi yang mudah

dan cepat

4.66 4.16 -0.50 89.32%

3 Kepedulian terhadap kesehatan

peserta pelatihan 4.44 4.41 -0.03 99.40%

RATA-RATA 4.56 4.30 -0.26 94.38%

Page 70: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Analisis Tingkat Kepuasan Peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan bagi Pimpinan BP3K Terhadap Kualitas

Penyelenggaraan Diklat di BBPP Batangkaluku dengan Menggunakan Metode SERVQUAL Terkelin/Mustafa 195

Analisis Keandalan (Reliability)

Dari hasil analisis berdasarkan data questioner,

maka dari dimensi Keandalan (Reliability)

dalam pelayanan menunjukkan tingkat

kepuasan peserta diklat yang cukup tinggi. Hal

ini direpresentasikan dengan persentase

Analisis Jaminan (Assurance)

Berdasarkan pengolahan data questioner

pelatihan, maka diperoleh gap rata-rata bernilai

negatif (-), dimana gap tertinggi terdapat pada

Keramahan petugas pelayanan keuangan (-)

0,25. Hal ini diduga disebabkan karena Hal ini

diduga karena kurang efektifnya sosialisasi

mengenai aturan yang terkait prosedur

rata-rata yang mencapai 98,45% yang

menunjukkan bahwa peserta sangat puas

terhadap pelayanan diklat pada dimensi

keandalan. Hasil analisis Keandalan

(Reliability) tersaji pada Tabel 6 Berikut.

penyelesaian pembayaran uang saku dan

trasportasi sesuai peraturan yang berlaku.

Hal menyebabkan peserta merasa bahwa

petugas pelayanan keuangan terlihat sangat

berhati-hati dan sangat disiplin dalam

penyelesaian pembayaran uang saku dan

trasportasi bagi peserta diklat.

Hasil analisis Jaminan (Assurance)

tersaji pada Tabel 7 Berikut.

Tabel 6.

Penilaian Tingkat Harapan dan kenyataan peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan bagi

Pimpinan BP3K dalam Dimensi Reliability (keandalan)

No. Aspek yang ditanyakan Harapan Kenyataan GAP Kepuasan

Rata-Rata Rata-Rata

1 Profesionalisme Petugas penerima

peserta 4.61 4.67 0.06 101.39%

2 Kemampuan Menggunakan Alat

Bantu (Penggunaan Sarana) 4.44 4.41 -0.03 99.40%

3 Profesionalisme petugas pelayanan

keuangan 4.52 4.28 -0.25 94.57%

RATA-RATA 4.52 4.45 -0.07 98.45%

Tabel 7.

Penilaian Tingkat Harapan dan kenyataan peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan bagi

Pimpinan BP3K dalam Dimensi Jaminan (Assurance)

No. Aspek yang ditanyakan

Harapan Kenyataan GAP Kepuasan

Rata-Rata Rata-Rata

1 Keramahan Petugas penerima peserta 4.61 4.67 0.06 101.39%

2 Keramahan petugas pelayanan keuangan 4.52 4.28 -0.25 94.57%

3 Kualitas menu makanan yang disajikan 4.69 4.29 -0.40 91.57%

4 Penguasaan Materi (Pengetahuan,

Keterampilan, Sikap) 4.58 4.56 -0.02 99.53%

5 Penguasaan Metoda (Kemampuan Penyajian,

(Berkomunikasi, Kemampuan Menjawab, Nada

& Suara, Kerjasama)

4.50 4.49 -0.01 99.86%

6 Penegakan Disiplin (Kehadiran, Kerapihan

Berpakaian, Sikap & Perilaku) 4.33 4.35 0.01 100.34%

7 Tujuan Pembelajaran

(Relevansi Materi dengan Indikator

Keberhasilan, Pencapaian Tujuan

Pembelajaran)

4.49 4.46 -0.04 99.19%

RATA-RATA 4.53 4.44 -0.09 98.06%

Page 71: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

196 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

Importance Performance Analysis (IPA)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan

Important Performance Analysis (IPA)

diperoleh nilai rata-rata kenyataan

(performance), nilai rata-rata harapan

(importance), serta nilai rata-rata Performance

dan Importance dari setiap variabel kualitas

pelayanan dan juga tingkat kesesuaian dari

hasil penilaian responden., maka perhitungan

pemetaan faktor-faktor yang mempengaruhi

kepuasan peserta Diklat Manajemen dan

Kepemimpinan bagi Pimpinan BP3K tahun

2016 disajikan pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8.

Perhitungan Pemetaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Peserta Diklat Manajemen

dan Kepemimpinan bagi Pimpinan BP3K terhadap Penyelenggaraan Pelatihan

No. KRITERIA HARAPAN KENYATAAN KUADRAN

1 Registrasi/pendaftaran peserta pelatihan cepat

dan mudah 4.71 4.43 B

2 Prosedur pengadministrasian/registrasi yang

tidak sulit 4.59 4.33 A

3 Bahan serahan (tas,buku,pulpen, pensil dll)

yang berkualitas 4.51 4.12 C

4 Profesionalisme Petugas penerima peserta 4.61 4.67 B

5 Keramahan Petugas penerima peserta 4.61 4.67 B

6 Keramahan petugas pelayanan keuangan 4.52 4.28 C

7 Prosedur penyelesaian pembayaran uang saku

dan trasportasi yang mudah dan cepat 4.66 4.16 A

8 Penyelesaian pembayaran uang saku dan

trasportasi yang mudah dan cepat 4.59 4.33 A

9 Penyelesaian pembayaran uang saku dan trans

portasi tepat waktu ( 1 hari sebelum penutupan) 4.59 4.35 A

10 Profesionalisme petugas pelayanan keuangan 4.52 4.28 C

11 Kebersihan dan kenyamanan ruang belajar 4.66 4.16 A

12 Variasi menu makanan yang disajikan 4.69 4.32 A

13 Kualitas menu makanan yang disajikan 4.69 4.29 A

14 Ketersediaan alat bantu pengajaran (LCD,

Laptop, OHP, Layar screen) 4.41 4.16 C

15 Kelengkapan fasilitas praktek (lab/lahan/alat

dan mesin pertanian) 4.72 4.17 A

16 Penguasaan materi oleh widyaiswara

(Pengetahuan, Keterampilan, Sikap) 4.58 4.56 B

17 Penguasaan metoda oleh widyaiswara

(Kemampuan Penyajian, Berkomunikasi,

kemampuan menjawab, Nada & Suara,

Kerjasama)

4.50 4.49 D

18 Kemampuan oleh widyaiswara dalam

menggunakan alat bantu (Penggunaan Sarana) 4.44 4.41 D

19 Penegakan disiplin oleh widyaiswara

(Kehadiran, Kerapihan Berpakaian, Sikap &

Perilaku)

4.33 4.35 C

20 Tujuan pembelajaran (Relevansi Materi dengan

Indikator Keberhasilan, Pencapaian Tujuan

Pembelajaran)

4.49 4.46 D

21 Kepedulian terhadap kesehatan

peserta pelatihan 4.44 4.41 D

Keterangan :

Kuadran A = y > 4,57 ; x < 4,35 Kuadran B = y > 4,57 ; x > 4,35Kuadran C = y < 4,57 ; x < 4,35 Kuadran D

= y < 4,57 ; x > 4,35

Page 72: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Analisis Tingkat Kepuasan Peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan bagi Pimpinan BP3K Terhadap Kualitas

Penyelenggaraan Diklat di BBPP Batangkaluku dengan Menggunakan Metode SERVQUAL Terkelin/Mustafa 197

Berdasarkan perhitungan rata-rata

Harapan dan Kenyataan tiap variabel kualitas

pelayanan pada tabel 8, maka untuk

mengujinya perhitungan IPA diatas dengan

menggunakan Diagram kartesius pada Gambar

1 di bawah ini:

Gambar 1. Diagram Kartesius Importance-

Performance Analysis

Berdasarkan gambar 1 tersebut maka

interpretasi masing-masing kuadran diurakan

sebagai berikut:

Kuadran A (Prioritas Utama)

Menunjukkan faktor-faktor yang menjadi

prioritas utama perbaikan karena terlalu

jauhnya gap antara kinerja aktual dan harapan

peserta. Hal tersebut menandakan tingkat

kepentingan dari kuadran ini sangat tinggi

namun kemampuan dalam memenuhi tuntutan

tersebut masih rendah. Faktor-faktor yang

termasuk kuadran ini adalah:

- Prosedur pengadministrasian/registrasi yang

tidak sulit.

- Prosedur penyelesaian pembayaran uang

saku dan trasportasi yang mudah dan cepat.

- Penyelesaian pembayaran uang saku dan

trasportasi yang mudah dan cepat.

- Penyelesaian pembayaran uang saku dan

trans portasi tepat waktu (1 hari sebelum

penutupan).

- Kebersihan dan kenyamanan ruang belajar

- Variasi menu makanan yang disajikan

- Kualitas menu makanan yang disajikan

- Kelengkapan fasilitas praktek (lab/lahan/

alat dan mesin pertanian).

Kuadran B (Pertahankan Prestasi)

Menunjukkan faktor-faktor yang sebaiknya

dipertahankan kinerjanya. Hal tersebut

dikarenakan sudah relatif terpenuhinya tuntutan

peserta dengan kinerja yang ada. Faktor-faktor

yang termasuk kuadran ini adalah:

- Registrasi/pendaftaran peserta pelatihan

cepat dan mudah

- Profesionalisme Petugas penerima peserta

- Keramahan Petugas penerima peserta

- Penguasaan materi oleh widyaiswara

(Pengetahuan, Keterampilan, Sikap).

Kuadran C (Prioritas Rendah)

Menunjukkan faktor-faktor tuntutan peserta

tidak terlalu tinggi dan kinerja pelayanan sudah

mampu memenuhi tuntutan tersebut. Faktor-

faktor yang termasuk kuadran ini adalah:

- Bahan serahan (tas, buku, pulpen, pensil dll)

yang berkualitas

- Keramahan petugas pelayanan keuangan

- Profesionalisme petugas pelayanan

keuangan

- Ketersediaan alat bantu pengajaran (LCD,

Laptop, OHP, Layar screen)

- Penegakan disiplin oleh widyaiswara

(Kehadiran, Kerapihan Berpakaian, Sikap &

Perilaku).

Kuadran D (Berlebihan)

Menunjukkan faktor-faktor kinerja pelayanan

dirasakan berlebihan karena tuntutan atau

harapan peserta sebenarnya tidak tinggi.

Faktor-faktor yang termasuk dalam kuadran ini

adalah:

- Penguasaan metoda oleh widyaiswara

(Kemampuan Penyajian, Berkomunikasi,

kemampuan menjawab, Nada & Suara,

Kerjasama)

- Kemampuan oleh widyaiswara dalam

menggunakan alat bantu (Penggunaan

Sarana)

- Tujuan pembelajaran (Relevansi Materi

dengan Indikator Keberhasilan, Pencapaian

Tujuan Pembelajaran)

- Kepedulian terhadap kesehatan peserta

pelatihan.

PENUTUP

Simpulan

Dari 5 dimensi faktor penentu kualitas

jasa pelayanan yang mencakup 21 butir aspek

yang ditanyakan, dan berdasarkan hasil analisis

dengan mengunakan metode SERVQUAL

maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Nilai gap pada 5 dimensi faktor penentu

kualitas jasa pelayanan sebagai berikut:

tangible (-0,41); responsiveness (-0,26);

A B

D C

Page 73: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

198 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

Empathy (-0,07); Reliability (98.45%);

Assurance (-0,04).

2. Ekspektasi peserta terhadap kualitas

pelayanan kepada termasuk dalam kategori

puas dengan persentase pada 5 dimensi

yang dinilai sebagai berikut: tangible

(91,08%). (-0,41); responsiveness (94,50%);

Empathy (-94,38%); Reliability (-0,26);

Assurance (99.19%).

3. Berdasarkan hasil analisis dengan

importance - Performance Analysis

terhadap gap yang muncul pada 21 butir

indikator, terdapat 8 faktor yang menjadi

prioritas perbaikan kinerja pelayanan

penyelenggaraan pelatihan yaitu:

a. Prosedur pengadministrasian/ registrasi

yang tidak sulit.

b. Prosedur penyelesaian pembayaran uang

saku dan trasportasi yang mudah dan

cepat.

c. Penyelesaian pembayaran uang saku dan

trasportasi yang mudah dan cepat.

d. Penyelesaian pembayaran uang saku dan

trans portasi tepat waktu (1 hari sebelum

penutupan).

e. Kebersihan dan kenyamanan ruang

belajar

f. Variasi menu makanan yang disajikan

g. Kualitas menu makanan yang disajikan

h. Kelengkapan fasilitas praktek (lab/lahan/

alat dan mesin pertanian).

Saran

1. Penyelenggara pelatihan sebaiknya

melibatkan Organizing Committe (OC) dari

Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP)

Batangkaluku agar proses pelatihan dapat

berjalan dengan maksimal.

2. Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP)

Batangkaluku sebaiknya menunjuk petugas

khusus di bagian resepsionis baik pada saat

jam kantor ataupun di luar jam kantor.

3. Memaksimalkan fungsi pengawasan Tim

Pengendali Mutu Balai Besar Pelatihan

Pertanian (BBPP) Batangkaluku.

4. Penyelenggara diklat agar merealisasikan

solusi untuk mengatasi setiap masalah yang

menjadi hambatan dalam proses kediklatan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi (1996). Pengelolaan Kelas

Dan Siswa. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persana.

As’ad, Mohamad. 2004. Psikologi Industri.

Liberty: Yogyakarta.

Baskoro, 2011. “Analisis Kepuasan Peserta

Terhadap Kualitas Pelatihan Divisi

Product Quality Engineering PT MEB

Menggunakan Metode Servqual. Skripsi.

FT Universitas Indonesia

Henryanto, 2014, Analisis Tingkat Kepuasan

Peserta Diklat Dari Kualitas Pelayanan

Diklat Badan Kepegawaian Daerah, Kab.

Kep. Mentawai, STIE “KBP” Padang,

Jurnal KBP Volume 2: No.1, 1-37

Kirkpatrick, D & Kirkpatrick P (2006).

“Evaluating training program (3rd ed)”.

San Francisco : Berrett-Kother.

Lovelock, Christopher. and Wirtz, Jochen.

2011. “Services Marketing: “People,

Technology, Strategy”, 7th Edition. New

Jersey: Pearson Education, Inc

Mc Leod, R. (2007). Management Information

Systems. 10th.ed., Upper Saddle River:

Pearson Education.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pengembangan

Sumber Daya Manusia. Jakarta :Rineka

Cipta

Parasuraman A., Zeithaml V.A., Berry L.L.

(1988): SERVQUAL: A multiple item

scale for measuring consumer perceptions

of service quality, Journal of retailing,

Vol. 64, No. 1, pp. 12-40.

Permani, N. 2002. Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Kepuasan Peserta

Pelatihan terhadap Pelayanan Penunjang

Pelatihan di Pusdiklat Kesehatan Depkes

RI. www.damandiri.or.id

Zeithaml, V. A., & Bitner, M. J. (2003).

Services Marketing Integrating Customer

Focus Across The Firm. New York:

McGraw-Hill Companies.

Zeithaml, V.A., Parasuraman, A. dan Berry,

L.L., (1990), Delivering Quality Service,

New York.

Page 74: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Penerapan Pengajaran Model Gabungan Ceramah dan Pengajaran Autentik untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar PKn

Pokok Bahasan Pelaksanaan Demokrasi Dalam Berbagai Kehidupan Bagi Siswa Kelas X IPS 1 SMAN 1 Blk. Darmawati 199

PENERAPAN PENGAJARAN MODEL GABUNGAN CERAMAH DAN PENGAJARAN

AUTENTIK UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR PKN POKOK

BAHASAN PELAKSANAAN DEMOKRASI DALAM BERBAGAI KEHIDUPAN

BAGI SISWA KELAS X IPS 1 SMA NEGERI 1 BULUKUMBA

SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Darmawati *)

Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan

Guru SMA Negeri 1 Bulukumba

Email: [email protected]

Abstrak

Dalam proses pembelajaran yang menyangkut materi, metode, media alat peraga dan sebagainya harus

juga mengalami perubahan kearah pembaharuan ( inovasi). Dengan adanya inovasi tersebut diatas

dituntut seorang guru untuk lebih kreatif dan inovatif, terutama dalam menentukan model dan metode

yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan siswa terutama pembentukan kecakapan hidup ( life

skill) siswa yang berpijak pada lingkungan sekitar. Penelitian ini berdasarkan permasalahn (a)

Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar PKn dengan diterapkannya model Gabungan Ceramah

dan Pengajaran Autentik pada siswa Kelas X IPS 1 tahun pelajaran 2016/2017. ( b) Bagaimanakah

pengaruh Model Gabungan Ceramah dan Pengajaran Autentik terhadap motivasi belajar PKn pada

siswa Kelas X IPS 1 tahun pelajaran 2016/2017. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah (a)

ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar PKn setelah diterapkannya model Gabungan Ceramah

dan Pengajaran Autentik (b) Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar PKn setelah diterapkan

model Gabungan Ceramah dan Pengajaran Autentik. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan

(action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu : rancanan,

kegiatan dan pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas X IPS 1

tahun pelajaran 2016/2017. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan

belajar mengajar. Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan

dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (72,41), siklus II (82,76), siklus III (96,55) Simpulan dari

penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif dapat berpengaruh positif terhadap prestasi dan

motivasi belajar siswa Kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Bulukumba serta model pembelajaran ini

dapat digunakan sebagai salah satu alternative pembelajaran PKn.

Kata Kunci: PKN, Model Gabungan Ceramah dan Pengajaran Autentik

Abstract *)

In the process of learning concerning the material, methods, media props and so on should also undergo a change towards the renewal (innovation). With the above innovations required a teacher to be more creative and innovative, especially in determining the right model and method will determine the success of students, especially the formation of life skills (life skills) students who are based on the environment. This study is based on the problems (a) How to improve the achievement of Civics learning by applying the Model of Authentic Teaching and Teaching Lectures on the students of Class X IPS 1 academic year 2016/2017. (B) How is the influence of the Authentic Model of Lectures and Teaching Teachers toward the motivation of Civic learning in the students of Class X IPS 1 academic year 2016/2017. While the purpose of this research is (a) want to know the improvement of learning achievement of Civics after application of model of Authentic Lecture and Teaching (b) Want to know the influence of Civics learning motivation after applied model of Authentic Lecture and Teaching Practice. This research uses action research for three rounds. Each round consists of four stages: design, activity and observation, reflection and refission. Target of this research is student of class X IPS 1 year lesson 2016/2017. The data obtained in the form of formative test results, observation sheet of teaching and learning activities. From the analyst's result, it is found that students' learning achievement has improved from cycle I to cycle III that is, cycle I (72,41), cycle II (82,76), cycle III (96,55) conclusion from this research is cooperative learning method Have a positive effect on student achievement and motivation of Class X IPS 1 SMA Negeri 1 Bulukumba and this learning model can be used as one of the alternative learning of Civics

Keywords:

Page 75: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

200 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

PENDAHULUAN

Di era globalisasi yang sedang berlangsung

dewasa ini. Indonesia menghadapi berbagai

tantangan. Tantangan tersebut antara lain

persaingan ketat dalam pandangan

internasional sebagai konsekuensi pasar bebas

di kawasan ASEAN dan Asia Pasifik. Hal

tersebut telah menimbulkan berbagai masalah

kehidupan, termasuk matinya produk-produk

perdangan local bahkan pabrik-pabrik tekstl

dalam negeri , karena tidak mampu bersaing

dengan produk luar. Contohnya kalau jalan-

jalan ke swalayan, dapat kita saksikan berapa

proses produk dalam negari yang dipasarkan,

bahkan mencari jeruk Garut atau Apel malang

saja sudah susah. Menghadapi tantangan

dan permasalahn tersebut, pendidikan harus

berorientasi sesuai dengan kondisi dan tuntutan

itu, agar output pendidikan dapat mengikuti

perkembnagan yang terjadi. Dalam kondisi ini

manajemen birokratik sentralistik yang telah

menghasilkan pola penyelenggaraan

pendidikan yang regam dalam berbagai kondisi

local yang berbeda untuk berbagai lapisan

masyarakat yang berbeda, tidak bisa

dipertahankan lagi. Dikatakan demikian karena

muatan dan proses pembelajaran di sekolah

selama ini menjadi miskin variasi, berbasis

pada standar nasional yang kaku dan

diimplementasikan di sekolah atas dasar

petunjuk-petunjuk yang cenderung serba detail.

Di samping itu peserta didik dievaluasi atas

dasar akumulasi pengetahuan yang telah

diperolehnya sehingga orang tua tidak

mempunyai variasi pilihan atas jasa pelayanan

pendidikan bagi anak-anaknya sumber-sumber

pembelajaran di “ dunia” nyata dan unggulan

daerah tidak dimanfaatkan bagi kepentingan

pendidikan di sekolah dan lulusan hanya

mampu menghafal tanpa memahami.

Tantangan masa depan yang berbeda

indikatornya telah nampak akhir-akhir ini

menuntut manusia yang mandiri, sehingga

peserta didik harus dibekali dengan kecakapan

hidup ( life skill) melalui muatan, proses

pembelajaran dan aktivitas lain di sekolah.

Kecakapan hidup di sini tidak semata-mata

terkait dengan motif ekonomi secara sempit,

seperti keterampilan untuk bekerja , tetapi

menyangkut aspek social budaya seperti cakap,

berdemokrasi, ulet dan memilih budaya belajar

sepanjang hayat. Dengan demikian pendidikan

yang berorientasi kecakapan hidup pada

hakekatnya adalah pendidikan untuk

membentuk watak dan etos. Perkembangan

global saat ini juga menuntut dunia pendidikan

untuk selalu mengubah konsep berfikirnya.

Konsep lama mungkin sudah tidak sesuai

dengan perkembangan saat ini, lebih-lebih

untuk yang akan datang. Untuk itulah,

perubahan selalu dilakukan sesuai dengan

perkembangan jaman. Belajar adalah proses

penambahana pengetahuan. Konsep ini muncul

pada pengertian paling awal. Namun

pandangan ini ternyata masih berlaku bagi

sebagian orang di negeri ini. Dengan pijakan

konsep ini belajar seolah-olah hanya penjejalan

ilmu pengetahuan kepada siswa. Pandangan ini

tidak perlu salah karena pada kenyataannya

bahwa belajar itu menambah pengetahuan

kepada anak didik. Namun demikian konsep ni

masih sangat persial, terlalu sempit dan

menjadikan siswa sebagai individu-individu

yang pasih dan repasif. Siswa layaknya sebuah

benda kosong yang perlu diisi sampai penuh

tanpa melihat potensi yang sebenarnya sudah

ada pada siswa. Pendidikan formal saat ini

ditandai adanya perubahan yang berkali-kali

dalam beberapa tahun terakhir ini ditandai

dengan adanya suatu perubahan (inovasi).

Perubahan pada hakekatnya adalah sesuatu hal

yang wajar karena perubahan itu adalah sesuatu

yang bersifat kodrati dan manusiawi. Hanya

ada dua alternative pilihan yaitu menghadapi

tantangan yang ada di dalamnya atau mencoba

menghindarinya. Jika perubahan direspon

positif akan menjadi peluang dan jika

perubahan direspon negative akan menjadi arus

kuat yang menghempaskan adan mengalahkan

kita. Dalam proses pembelajaran yang

menyangkut materi, metode, media alat peraga

dan sebagainya harus juga mengalami

perubahan kearah pembaharuan (inovasi)I.

Dengan adanya inovasi tersebut di atas di

tuntut seorang guru untuk lebih kreatif dan

inovatif. Terutama dalam menentukan model

dan metode yang tepat akan sangat menentukan

keberhasilan siswa terutama pembentukan

kecakapan hidup (life skill) siswa yang

berpikak pada lingkungan sekitarnya.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan

(action research) Karena penelitian dilakukan

untuk memecahkan masalah pembelajaran di

kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian

dskriptif, sebab menggambarkan bagaimana

suatu teknik pembelajaran diterapkan dan

bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Menurut Sukidin dkk, (2002L54) ada 4

macam bentuk penelitian tindakan, yaitu (1)

penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2)

penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian

Page 76: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Penerapan Pengajaran Model Gabungan Ceramah dan Pengajaran Autentik untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar PKn

Pokok Bahasan Pelaksanaan Demokrasi Dalam Berbagai Kehidupan Bagi Siswa Kelas X IPS 1 SMAN 1 Blk. Darmawati 201

tindakan simulatif terinteratif dan (4) penelitian

tindakana social eksperimental.

Keempat bentuk penelitian tindakan

diatas ada persamaan dan perbedaannya.

Menurut Oja dan Smulyan sebagaiman dikutip

oleh Kasbolah, (2000) (dalam Sukidin, dkk

2002:55), cirri-ciri dari setiap penelitian

tergantung pada (1) tujuaan utamanya atau

pada tekanannya (2) tingkat kolaborasi antara

pelaku peneliti dan penelitia dari luar (3)

proses yang digunakan dalam melakukan

penelitian dan (4) hubungan antara proyek

dengan sekolah.

Dalam penelitian ini menggunakan

bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru

angat berperan sekali dalam proses penelitian

tindakan kelas. Dalam bentuk in, tujuan utama

penelitian tindakan kelas ialah untuk

meningkatkan praktik-praktif pembelajaran di

kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat

langsung secara penuh dalam proses

perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini

peranannya tidak dominant dan sangat kecil.

Penelitian ini mengacu pada perbaikan

pembelajaran yang berkesinambungan.

Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan

bahwa model penelitian tindakan adalah

berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan

pada suatu siklus meliputi perencanaan atau

pelaksanaan observasi dan refreksi. Siklus ini

berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai

dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

Tempat, waktu dan Subjek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang

digunakan dalam melakukan penelitian

untuk memperoleh data yang diinginkan.

Penelitian ini bertempat diSMA Negeri 1

Bulukumba tahun pelajaran 2016/2017.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu

berlangsungnuya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Juli sampai

Oktober 2016/2017

3. Subyek penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswa Kelas

X IPS 1 tahun pelajaran pada pokok

bahasan pelaksanaan demokrasi dalam

berbagai kehidupan.

Rancangan Penelitian

Menurut pengertiannya penelitian

tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang

terjadi di masyarakat yang bersangkutan

(Arikunto, Suharsimi 2002:82). Ciri atau

karakteristik utama dalam penelitian tindakan

adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara

peneliti dengan anggota kelompok sasaran.

Penelitian tindakana adalah satu strategi

pemecahana masalah yang memanfaatkan

tindakan nyata dalam bentuk proses

pengembangan inovatif yang dicoba sambil

jalan dalam mendeteksi dan memecahkan

masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang

terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling

mendukung satu sama lain.

Sedangkan tujuan penelitian tindakan

harus memenuhi beberapa prinsip sebagai

berikut:

1. Permasalahan atau topic yang dipilih harus

memenuhi criteria yitu benar-benar nyata

dan penting, menarik perhatian dan mampu

ditangani serta dalam jangkauan

kewenangan peneliti untuk melakukan

perubahan.

2. Kegiatan penelitian, baik interensi maupun

pengamatan yang dilakukan tidak boleh

sampai mengganggu atau menghambat

kegiatan utama.

3. Jenis intervensi yang dicobakan harus

efektif dan efisien artinya terpilih dengan

tepat sasaran dan tidakj memboroskan

waktu dana dan tenaga.

4. Metodologi yang digunalkan harus jelas,

rinci dan terbuka, setiap langkah dari

tindakana dirumuskan dengan tegas

sehingga orang yang berminat terhadap

penelitian tersebut dapat mengecek setiap

hipotesis dan pembuktiannya.

5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat

merupakan proses kegiatan yang

berkelanjutan (on-going) mengingat bahwa

pengembangan dan perbaikan terhadap

kualitas tindakan memang tidak dapta

berhenti tetapi menjadi tantangan

sepanjang waktu (Arikunto, Suharsimi,

2002:82:82)

Sesuai dengan jenis penelitian yang

dipilih yaitu penelitian tindkaan, maka

penelitian ini menggunakan model penelitian

tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam

Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk

spiral dari siklus yang satu ke siklus yang

berikutnya. Setiap siklus meliputi planning

(rencana), action (tindakan), observasi

(pengamatan) dan reflection (refleksi).

Langkah pada siklus berikutnya adalah

perencanaan yang sudah direvisi, tindakan,

pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada

siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang

berupa identifikasi permasalahan.

Page 77: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

202 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

Penjelasan alur diatas adalah:

1. Rancangan/rencana awalk, sebelum

mengadakan penelitian menyusun

rumusan masalah, tujuan dan membuat

rencana tindakan termasuk di dalamnya

instrument penelitian dan perangkat

pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan meliputi

tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun pemahaman

konsepo siswa serta mengamati hasil

atau dampak dari diterampkannya

pembelajaran kontekstual model

Gabungan Ceramah dan Pengajaran

Autentik.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan

mempertimbangkan hasil atau dampak

dari tindakan yang dilakukan

berdasarkan lembar pengamatan yang

diisi oleh pengamat.

4. rancangan/rencana yang direvisi,

berdasarkan hasil refleksi dari pengamat

membuat rancangan yang direvisi untuk

dilaksanakan pada siklus berikutnya:

Observasi dibagi dalam tiga siklus, yaitu

siklus 1,2, dan 3 dimana masing-masing

putaran dikenai perlakuan yang sama

(alur kegiatan yang sama ) dan

membahas satu sub pokok bahasan yang

diakhiri dengan tes formatif di akhir

masing-masing putaran. Siklus ini

berkelanjutan dan akan dihentikan jika

sesuai dengan kebutuhan dan dirasa

sudah cukup.

Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data dalam penelitian

ini adalah tes buatan guru yang fungsinya

adalah (1) untuk menentukan seberapa baik

siswa telah menguasai bahan pelajaran yang

diberikan dalam waktu tertentu : (2) untuk

menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai

dan (3) untuk memperoleh suatu nilai

(Arikunto, Suharsimi, 2002:149). Sedangkan

tujuan dari tes adalah untuk mengetahui

ketuntasan belajar siswa secara individu

maupun secara klasikal. Disamping itu untujk

mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang

dilakukan siswa sehingga dapat dilihat dimana

kelemahan, khususnya pada bagian mana TPK

yang belum tercapai. Untuk memperkuat data

yang di kumpulkan maka juga digunakan

metode observasi (pengamatan ) yang

dilakukan oleh teman sejawat untuk

mengetahui dan merekam aktivitas guru dan

siswa dalam proses belajar mengajar.

Analisis Data

Dalam rangka menyusun dan mengelola

data yang terkumpul sehingga dapat

menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat

dipertanggung jawabkan maka digunakan

analisis data kuantitatif dan pada metode

observasi digunakan data kuantitatif. Cara

perhitungan untuk mengetahui ketuntasan

belajar siswa dalam proses belajar mengajar

sebagai berikut:

1. Merekapitulasi hasil tes

2. Merekapitulasi hasil pengamatan

3. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan

prosentasenya untuk masing-masiong

siswa dengan menggunakan rumus

ketuntasan belajar seperti yang terdapat

dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu

siswa dikatakan tuntas secara individual jika

mendapatkan nilai minimal 65, sedangkan

secara individual mencapai 85% yang telah

memcapai daya serap lebih dari sama

dengan 65%.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Data penelitian diperoleh berupa hasil uji coba

item butir soal data observasi berupa

pengamatan pengelolaan model Gabungan

Ceramah dan Pengajaran Autentik dan

pengamatan aktivitas siswa dan guru pada

akhir pembelajaran dan data tes formatif siswa

pada setiap siklus. Data lembar observasi

diambil dari dua pengamatan yaitu data

pengamatan pengelolaan model Gabungan

Ceramah dan Pengajaran Autentik yang

digunakan untuk pengetahui pengaruh

penerapan medel pengajaran kolaborasi dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa dan data

pengamatan aktivitas guru dan siswa. Data tes

formatif untuk mengetahui peningkatan

prestasi belajar siswa setelah diterapkannya

proses belajar mengajar dengan menerapkan

model Gabungan Ceramah dan Pengajaran

Autentik.

A. Analisis data Penelitian Persklus

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti

mempersiapkan pembelajaran yang

terdiri dari rencana pelajaran 1, soal

tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran

yang mendukung. Selain itu juga

dipersiapkan lembar observasi

pengelolahan pembelajaran

kontekstual model pengajaran

Page 78: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Penerapan Pengajaran Model Gabungan Ceramah dan Pengajaran Autentik untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar PKn

Pokok Bahasan Pelaksanaan Demokrasi Dalam Berbagai Kehidupan Bagi Siswa Kelas X IPS 1 SMAN 1 Blk. Darmawati 203

berbasis proyek/tigas dan lembar

observasi aktivitas siswa.

b. Tahap kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar untuk siklus I dilaksanakan

di Kelas X IPS 1 dengan jumlah

siswa 29 siswa. Adapun proses

belajar mengajar mengacu pada

rencana pelajaran yang telah

dipersiapkan. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar

siswa diberi tes formatif I dengan

tujuan untuk mengetahui keberhasln

siswa dalam proses belajar mengajar

yang telah dilakukan. Adapun data

hasil penelitian pada siklus I adalah

sebagai berikut:

Table 4.1

Rekapitulasi Hasil Tes

Formatif Siswa Pada Siklus I

No Uraian Hasil

Siklus I

1

2

3

Nilai rata-rata tes

formatif

Jumlah siswa yang

tuntas belajar

Persentase

ketuntasan belajar

70,69

21

72,41 %

Dari tabel di atas dapat dijelaskan

bahwa dengan menerapkan

pembelajaran kontekstual model

pengajaran berbasdis proyek/tugas

diperoleh nilai rata-rata prestasi

belajar siswa adalah 70,69 dan

ketuntasan belajar mencapai 72,41%

atau ada 21 siswa dari 29 siswa sudah

tuntas belajar. Hasil ter sebut

menunjukkan bahwa pada siklus

pertama secara klalsik siswa belum

tuntas belajar, karena siswa yang

memperoleh nilai 65 hanya sebesar

73,17% lebih kecil dari persentase

ketuntasan yang dikehendaki yaitu

sebesar 85%. Hal ini disebabkan

karena siswa masih merasa baru dan

belum mengerti apa yang

dimaksudkan dan digunakan guru

dengan menerapkan model Gabungan

Ceramah dan Pengajaran Autentik.

c. Analisis Data Minat, Perhatian,

Partisipasi:

1. Minat

Dari analisis data diperoleh hasil

sebanyak 13 siswa (44,83%)

emiliki minat baik 8 siswa

(27,59%) memiliki minat cukup 9

siswa (31,03%) memiliki minat

kurang

. 2. Perhatian

Dari analisis data diperoleh hasil

sebanyak 13 siswa (48,78%)

memiliki perhatian baik 8 siswa

(27,59%) memiliki perhatian ukup

9 siswa (31,03%) memiliki

perhatian kurang.

3. Partisipasi

Dari analisis data diperoleh hasil

sebanyak 12 siswa (41,38%)

memiliki partisipasi baik 9 siswa

(31,03%) memiliki partisipasi

cukup 9 siswa (31,03%)

memiliki partisipasi kurang

.

d. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar diperoleh informasi

dari hasil pengamatan sebagai

berikut:

1) Guru kurang maksimal dalam

memotivasi siswa dan dalam

menyampaikan tujuan

pembelajaran.

2) Guru kurang maksimal dalam

pengelolaan waktu

3) Siswa kurang aktif selama

pembelajaran berlangsung

e. Refisi

Pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar pada siklus I ini masih

terdapat kekurangan, sehingga perlu

adanya revisi untuk dilakukan pada

siklus berikutnya.

1. Guru perlu lebih terampil dalam

memotivasi siswa an lebih jelas

dalam menyampaikan tujuan

pembelajaran. Dimana siswa

diajak untuk terlibat langsung

dalam setiap kegiatan yang akan

dilakukan.

2. Guru perlui mendistribusikan

waktu secara baik dengan

menambahkan informasi-

informasi yang dirasa perlu dan

memberi catatan.

3. Guru harus lebih terampil dan

bersemangat dalam memotivasi

siswa shingga siswa bias lebih

antusias.

Page 79: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

204 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap in peneliti

mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari

rencana pelajaran 2, soal tes formatif

2 dan alat-alat pengajaran yang

mendukung. Selain itu juga

dipersiapkan lembar observasi

pengelolaan pembelajaran

kontekstual model Gabungan

Ceramah dan Pengajaran Autentik

dan lembar observasi siswa.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar untuk siklus II

dilaksanakan di Kelas X IPS 1

dengan jumlah siswa 29 siswa.

Dalam hal ini peneliti bertindak

sebagai pengajar. Adapun proses

belajar mengajar mengacu pada

rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus I,

sehingga kesalahan atau kekuarangan

pada siklus I tidak terulang lagi pada

siklus II. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar

mengajar siswa diberi tes formatif II

dengan tujuan untuk mengetahui

tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang

dilakukan. Instrument yang

digunakan adalah tes formatif II.

Adapun data hasil penelitian pada

siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Rekapitulasi Hasil Tes Formatif

Siswa pada Siklus II

Dari tabel di ata diperoleh nilai rata-

rata prestasi belajar siswa adalah

75,52 dan ketuntasan belajar

mencapai 82,76% atau ada 24 siswa

dari 29 siswa sudah tuntas belajar.

Hasil ini menunjukkan bahwa pada

siklus II ini ketuntasan belajar secara

klasik telah mengalami peningkatan

sedikit lebih baik dari siklus I. adanya

peningkatan hasil belajar sisw ini

karena setelah guru

menginformasikan bahwa setiap akhir

pelajaran akan selalu diadakan tes

sehingga pada pertemuan berikutnya

siswa lebih termotivasi untuk belajar.

Selain itu siswa juga sudah mengerti

apa yang dimaksud dan diinginkan

guru dengan menerapkan model

Gabungan Ceramah dan Pengajaran

Autentik.

c. Analisis Data Minat, Perhatian,

Partisipasi.

1. Minat

Dari analisis data diperoleh hasil

sebanyak 18 siswa (62,09%)

memiliki minat baik 5 siswa

(17,24%) memiliki minat cukup 5

siswa (17,24%) memiliki minat

kurang

. 2. Perhatian

Dari analisis data diperoleh hasil

sebanyak 18 siswa (62,09%)

memiliki perhatian baik 7 siswa

(24,14%) memiliki perhatian

cukup 4 siswa (13,79%) memiliki

perhatian kurang

. 3. Partisipasi

Dari analisis data diperoleh hasil

sebanyak 18 siswa (62,09%)

memiliki partisipasi baik 6 siswa

(20,69%) memiliki partisipasi

cukup 5 siswa (17,24%) memiliki

partisipasi kurang.

d. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar

diperoleh informasi dari hasil

pengamatan sebagai berikut:

1. Memotivasi siswa

2. Membimbing siswa

merumuskan kesimpulan/

menemukan konsep

3. Pengelolaan waktu

e. Refisi Rancangan

Pelaksanaan kegiatan belajar pada

siklus II ini masih terdapat

kekurangan-kekurangan. Maka perlu

adanya revisi uintuk dilaksanakan

pada siklus II antara lain:

1. Guru dalam memotivasi siswa

hendaknya dapat membuat siswa

lebih termotivasi selama proses

belajar mengajar berlangsung.

No Uraian Hasil

Siklus I

1

2

3

Nilai rata-rata tes

formatif

Jumlah siswa yang

tuntas belajar

Persentase ketuntasan

belajar

75,52

24

82,76

Page 80: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Penerapan Pengajaran Model Gabungan Ceramah dan Pengajaran Autentik untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar PKn

Pokok Bahasan Pelaksanaan Demokrasi Dalam Berbagai Kehidupan Bagi Siswa Kelas X IPS 1 SMAN 1 Blk. Darmawati 205

2. Guru harus lebih dekat dengan

siswa sehingga tidak ada perasaan

takut dalam diri siswa baik untuk

mengemukakan pendapat atau

bertanya.

3. Guru harus lebih sabar dalam

membimbing siswa merumuskan

kesimpulan/menemukan konsep.

4. Guru harus mendistribusikan

waktu secara baik sehingga

kegiatan pembelajaran dapat

berjalan sesuai dengan yang

diharapkan.

5. Guru sebaiknya menambah lebih

banyak contoh soal dan memberi

soal-soal latihan pada siswa untuk

dikerjakan pada setiap kegiatan

belajar mengajar.

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini penelitian

mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari

rencana pelajaran 3, soal tes formatif

3 dan alat-alat pengajaran yang

mendukung. Seklain itu juga

dipersiapkan lembar observasi

pengelolaan pembelajaran

kontekstual model Gabungan

Ceramah dan Pengajaran Autentikdan

lembar observasi aktivitas guru dan

siswa.

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar untuk siklus III

dilaksanakan di Kelas X IPS 1

dengan jumlah siswa 29 siswa.

Dalam hal ini peneliti bertindak

sebagai pengajar. Adapun proses

belajar mengajar mengacu pada

rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus II,

sehingga kesalahan atau kekurangan

pada siklus II tidak terulang lagi pada

siklus III. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar

mengajar siswa diberi tes formatif III

dengan tujuan untuk mengetahui

tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah

dilakukan. Instrumen yang digunakan

adalah tes formatif III. Adapun data

hasil penelitian pada siklus III adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.3

Rekapitulasi Hasil Tes Formatif

Siswa pada Siklus III

Berdasarkan tabel diatas diperoleh

nilai rata-rata tes formatif sebesar

81,03 dan dari 29 siswa yang telah

tuntas sebanyak 28 siswa dan 1 siswa

belum mencapai ketuntasan belajar.

Maka se cara klasikal ketuntasan

belajar yang telah tercapai sebesar

96,55% (termasuk kategori tuntas).

Hasil pada siklus III ini mengalami

peningkatan lebih baik dari siklus II.

Adanya peningkatan hasil belajar

pada siklus III ini dipengaruhi oleh

adanya peningkatan kemampuan guru

dalam menerapokan pembelajaran

kontekstual model Gabungan

Ceramah dan Pengajaran Autentik

sehingga siswa lebih mudah dalam

memahami materi yang telah

diberikan.

c. Analisis data Minat, Perhatian,

Partisipasi

1. Minat

Dari analisis data diperoleh hasil

sebanyak 28 siswa (96,55%)

memiliki minat baik 0 siswa

memiliki minat cukup 0 siswa

memiliki minat kurang.

2. Perhatian

Dari analisis data diperoleh hasil

sebanyak 27 siswa (93,10%)

memiliki perhatian baik 1 siswa

(3,45%) memiliki perhatian cukup

1 siswa (3,45%) memiliki

perhatian kurang.

3. Partisipasi

Dari analisis data diperoleh hasil

sebanyak 25 siswa (86,20%)

memiliki partisipasi baik 2 siswa

(6,89%) memiliki partisipasi

cukup 1 siswa (3,45%) memiliki

partisipasi kurang.

d. Refleksi

Pada tahap ini akan dikaji apa yang

telah terlaksana dengan baik maupun

No Uraian Hasil

Siklus II

1

2

3

Nilai rata-rata tes

formatif

Jumlah siswa yang

tuntas belajar

Persentase

ketuntasan belajar

81,03

28

96,55

Page 81: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

206 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

yang masih kurang baik dalam proses

belajar mengajar dengan penerapan

pembelajaran kontektual model

Gabungan Ceramah dan Pengajaran

Autentik. Dari data-data yang telah

diperoleh dapat diurakain sebagai

berikut:

1. Selama proses belajar mengajar

guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik.

Meskipun ada beberapa aspek

yang belum sempurna, tetapi

persentase pelaksanaannya untuk

masing-masing aspek cukup besar.

2. Berdasarkan data hasil

pengamatan diketahui bahwa

siswa aktif selama proses belajar

berlangsung.

3. Kekuranan pada siklus-siklus

sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan

sehingga menjadi lebih baik.

4. Hasil belajar siswa pada siklus III

mencapai ketuntasan.

e. Refisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan

pembelajaran kontekstual model

Gabungan Ceramah dan Pengajaran

Autentikdengan baik dan dilihat dari

aktivitas siswa serta hasil belajar

siswa pelaksanaan proses belajar

mengajar sudah berjalan dengan baik.

Maka tidak diperlukan revisi terlalu

banyak, tetapi yuang perlu

diperhatikan untuk tindakan

selanjutnya adalah memaksimalkan

dan mempertahankan apa yang telah

ada dengan tujuan agar pada

pelaksanaan proses belajar mengajar

selanjutnya penerapan pembelajaran

kontekstual model Gabungan

Ceramah dan Pengajaran

Autentikdapat meningkatkan proses

belajar mengajar sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar siswa

Melalui hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pembelajaran

kontekstual model Gabungan Ceramah dan

Pengajaran Autentik memiliki dampak

positif dalam meningkatkan prestasi belajar

siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin

mantapnya pemahaman siswa terhadap

materi yang disampaikan guru (ketuntasan

belajar meningkat dari siklus I, II dan III)

yaitu masing-masing 72,41%, 82,76%, dan

96,55% . pada siklus III ketuntasan belajar

siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola

Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh

aktivitas siswa dalam proses belajar

mengajar dengan menerapkan pembelajaran

kontekstual model Gabungan Ceramah dan

Pengajaran Autentik dalam setiap siklus

mengalami peningkatan. Hal ini berdampak

positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu

dapat ditunjukkan dengan meningkatnya

nilai rata—rata siswa pada setiap siklus

yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh

aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

Kewarganegaraan pada pokok bahasan

nilai, macam norma dan sanksinya dengan

pembelajarsan kontekstual model Gabungan

Ceramah dan Pengajaran Autentik yang

paling dominant adalah belajar dengan

sesame anggota kelompok,

mendengarkan/memperhatikan penjelasan

guru dan diskusi antara siswa/antara siswa

dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa

aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.

4. Analisis Data Minat, Perhatian, Partisipasi

a. Minat

Dari analisis data siklus I diperoleh hasil

sebanyak 13 siswa (44,83%) memiliki

minat baik 8 siswa 27,59%) memiliki

minat cukup 9 siswa (31,03%) memiliki

minat kurang. Siklus II sebanyak 18

siswa (62,09%) memiliki minat baik 5

siswa (17,24%) memiliki minat cukup 5

siswa (17,24%) memiliki minat kurang.

Dan siklus III diperoleh hasil sebanyak

28 siswa (96,55%) memiliki minat baik

0 siswa memiliki minat cukup 0 siswa

memiliki minat kurang.

Dari hasil ini dapat disimpulkan

bahwa kegiatan pembelajaran

Kewarganegaraan dengan menerapkan

pembelajaran kontekstual model

Gabungan Ceramah dan Pengajaran

Autentik dapat meningkatkan minat

siswa terhadap pembelajaran.

b. Perhatian

Dari analisis data siklus I diperoleh hasil

sebanyak 13 siswa (48,78%) memiliki

perhatian baik 8 siswa (27,59%)

memiliki perhatian cukup 9 siswa

(31,03%) memiliki perhatian kurang.

Siklus II diperoleh hasil sebanyak 18

Page 82: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Penerapan Pengajaran Model Gabungan Ceramah dan Pengajaran Autentik untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar PKn

Pokok Bahasan Pelaksanaan Demokrasi Dalam Berbagai Kehidupan Bagi Siswa Kelas X IPS 1 SMAN 1 Blk. Darmawati 207

siswa (62,09%) memiliki perhatian baik

7 siswa (24,14%) memiliki perhatian

cukup 4 siswa (13,79%) memiliki

perhatian kurang. . Dan siklus III

diperoleh hasil sebanyak 27 siswa

(93,10%) memiliki perhatian baik 1

siswa (3,45%) memiliki perhatian cukup

1 siswa (3,45%) memiliki perhatian

kurang

Dari hasil ini dapat

diinterpretasikan bahwa kegiatan

pembelajaran PKn dengan menerapkan

pembelajaran kontektual model

Gabungan Ceramah dan Pengajaran

Autentik dapat meningkatkan perhatian

siswa terhadap pembelajaran.

c. Partisipasi

Dari analisis data siklus I diperol hasil

sebanyak 12 siswa (41,38%) memiliki

partisipasi baik 9 siswa (31,03%)

memiliki partisipasi cukup 9 siswa

(31,03%) memiliki partisipasi kurang.

Siklus II diperoleh hasil sebanyak 18

siswa (62,09%) memiliki partisipasi

baik 6 siswa (20,69%) memiliki

partisipasi cukup 5 siswa (17,24%)

memiliki partisipasi kurang. Dan siklus

III diperoleh hasil sebanyak 25 siswa

(86,20%) memiliki partisipasi baik 2

siswa (6,89%) memiliki partisipasi

cukup 1 siswa (3,45%) memiliki

partisipasi kurang

Dari hasil ini dapat

diinterpretasikan bahwa kegiatan

pembelajaran PKn dengan menerapkan

pembelajaran kontekstual model

pengajaran kolaborasi dapat

meningkatkan partispasi siswa terhadap

pembelajaran.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dipaparkan selama tiga siklus hasil seluruh

pembahasan serta analisis yang telah dilakukan

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Metode Gabungan Ceramah dan Pengajaran

Autentik dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran PKn

2. Metode Gabungan Ceramah dan Pengajaran

Autentik memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa yang

ditandai dengan peningkatan ketuntasan

belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu

siklus I (72,41%), siklus II (82,76%), siklus

III (96,55%)

3. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun

kelompok, serta mampu mempertanggung

jawabkan segala tugas individu maupun

kelompok.

4. Penerapan pembelajaran kontekstual model

pengajaran Autentik mempunyai pengaruh

positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi,

minat, dan partisipasi belajar siswa.

SARAN

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian

sebelumnya agar proses belajar mengajar

Kewarganegaraan lebih efektif dan lebih

memberikan hasil yang optimal bagi siswa,

maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan metode pembelajaran

kolaborasi memerlukan persiapan yang

cukup matang, sehingga guru harus mampu

menentukan atau memilih topik yang benar-

benar bias diterapkan dengan pembelajaran

kontektual model Gabungan Ceramah dan

Pengajaran Autentik dalam proses belajar

mengajar sehingga diperoleh hasil yang

optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi

belajar siswa, guru hendaknya lebih sering

melatih siswa dengan berbagai metode

pengajaran, walau dalam taraf yang

sederhana, dimana siswa nantinya dapat

menemukan pengetahuan baru, memperoleh

konsep dan keterampilan, sehingga siswa

berhasil atau mampu memecahkan masalah-

masalah yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut,

karena hasil penelitian ini hanya dilakukan

di kelas VIIISMA Negeri 1 Bulukumba

tahun pelajaran 2016/2017

4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya

dilakukan perbaikan-perbaikan agar

diperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad, 1996. Guru Dalam Proses

Belajar Mengajar. Bandung. Sinar

Baru Algesindo

Arikunto, Suharsimi, 1993. Manajemen

Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta

Rineksa Cipta

Arikunto, suharsimi. 2001 . Dasar-dasar

Evaluasi Pendidikan . Jakarta. Bumi

Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta; Rikena Cipata

Azhar, lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar

Mengajar Pendidikan. Jakarta Usaha

Nasional

Page 83: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

208 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

Combs, Arthur. W. 1984. The Profesional

Education of Teacher. Alin and

Bacon, Inc. Boston

Dareos, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep

Pendidikan Moral Pancasila.

Semarang; Aneka Ilmu

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi

Belajar Mengajar. Jakarta Rineksa

Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi

Belajar dan Mengajar. Bandung :

Sinar Baru

Foster, Bob. 1999. Seribu Pena SLTP Kelas I.

Jakarta : Erlangga

Hadi, Sutrisno, 1982. Metodologi Research,

Jilid I. Yogyakarta: YP Fak.

Psikologi UGM

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan

Mengajar. Bandung Sinar Baru

Algesindo.

Hasibuan. J.J dan moerdjiono. 1998 Proses

Belajar mengajar . Bandung :

Remaja Rosdakarya

Margono, 1997. Metodologi Penelitian

Pendidikan. Jakarta Rineksa Cipta

Masriyah. 1999 Analisis Butir Tes. Surabaya:

Universitas Press

Melvin. L. Siberman. 2004. Active Learning,

101 Cara Belajar Siswa Aktif .

Bandung Nusamedia dan Nuansa.

Marsell, James (-) Succesfull teaching

(Terjemahan). Bandung . Jemmars

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi

Pendidikan. Bandung PT. Remaja

Rosdakarya.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa Untuk

Belajar. Surabaya University Press

Universitas Negeri Surabaya.

Rustiyah, N.K. 1991 Strategi Belajar

Mengajar. Jakarta: Bina Aksara

Sardiman, A.M. 1996 Interaksi dan Motivasi

Belajar mengajar. Jakarta: Bina

Aksara.

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan

Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-

PPAI, universitas Terbuka.

Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian

Tindakan Kelas. Surabaya: Insan

Cendikia

Surakhmad, Winarno, 1990. Metode

Pengajaran Nasional. Bandung :

Jemmars

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar

Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.

Rineksa Cipta.

Page 84: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Himpunan

dengan Pemberian Tugas Terkoreksi di Kelas VII-3 SMP Negeri 1 Bulukumba Nur Intang 209

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN

HIMPUNAN DENGAN PEMBERIAN TUGAS TERKOREKSI DI KELAS VII-3 SMP

NEGERI I BULUKUMBA

Nur Intang *)

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba

Guru SMP Negeri 1 Bulukumba

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bertujuan untuk

mengetahui ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar matematika melalui pemberian tugas

terkoreksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII2 SMP Negeri 1 Bulukumba semester

ganjil tahun ajaran 2013/2014. Data diperoleh melalui dua instrumen, yaitu data tentang aktivitas

siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang diperoleh melalui lembar observasi dianalisis

secara kualitatif, dan data tentang hasil belajar siswa yang diperoleh melalui dengan menggunakan tes

hasil belajar yang telah disediakan, data yang diperoleh kemudian dianalisis secara kuantitatif dengan

menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajar

siswa meningkat dari siklus I ke siklus II, yaitu (1) Rata-rata nilai hasil belajar siswa meningkat dari

76,02 menjadi 83,23 atau dari kategori sedang menjadi sangat baik. Dan peningkatan persentase siswa

yang tuntas dari 21 orang menjadi 27 orang. (2) Aktivitas siswa menunjukkan peningkatan dalam hal

memperhatikan penjelasan guru, menjawab pertanyaan lisan dari guru, aktif dalam diskusi kelompok,

aktif mengumpulkan tugas tepat waktu, serta siswa mampu mengerjakan soal-soal latihan yang

diberikan. Berdasarkan hasil Penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas

dan hasil belajar matematika siswa kelas VII2 SMP Negeri 1 Bulukumba melalui pemberian tugas

terkoreksi pada pembelajaran matematika.

Kata Kunci: tugas terkoreksi, aktivitas dan hasil belajar

Abstract *)

Improving students’ learning outcomes on mathematics on the material of the set by giving a

corrective tasks at the grade VII-3 of SMP Negeri 1 Bulukumba.

This research is a Classroom Action Research which aims to know the improvement of mathematics

learning outcomes of the students at grade VII-3 of SMP Negeri I Bulukumba by giving a corrective

tasks with the basic competence of the set. The subject of this research was the students of class VII-3

SMP Negeri 1 Bulukumba in the even semester in the academic year 2013/2014 which amounted to 31

students. The research was conducted within 2 Cycles. The first cycle was for 4 meetings and the

second cycle also for 4 meetings. The data were collected by using the result of students' learning

evaluation test at the end of Cycle I and Cycle II, the observation data at each meeting and student

response at the end of cycle II. The collected data were analyzed by using quantitative and qualitative

analysis.

The results of this study indicate that: (1) the average score of the students' mathematics learning

outcomes in Cycle I was 76.02 from the ideal score that may be achieved is 100 percent with the

standard deviation 8.17 and was in the high category; (2) there is an increasing at the attendance and

learning activities of students which include asking questions to the teacher or responding to their

friends’ question, actively discussing in groups, actively completing LKS and actively collecting their

tasks on time, while the students who still need guidance have decreased. Based on the finding of this study it can be concluded that the learning of mathematics by giving corrective tasks can improve student learning outcomes at the grade VII-3 of SMP Negeri 1 Bulukumba

Keywords: corrective tasks, Learning Outcome

Page 85: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

210 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

PENDAHULUAN

Memasuki era globalisasi dan informasi,

bidang pendidikan cukup mendapat perhatian

yang besar dari pihak pemerintah dimana tolak

ukur keberhasilan jenjang pendidikan selalu

ditunjukkan pada kualitas lulusan-lulusan yang

dihasilkan. Pemberian anggaran yang cukup

besar pada sektor pendidikan merupakan bukti

nyata bahwa pemerintah membuka peluang

bagi lembaga pendidikan dalam peningkatan

sarana prasarana kualitas pengajar dan

perbaikan-perbaikan lainnya guna peningkatan

mutu lulusan pada lembaga pendidikan

tersebut, dan sekolah sebagai salah satu

lembaga yang terlibat langsung dalam

peningkatan kualitas lulusannya diharapkan

mampu memperbaiki semua segi kegiatan

belajar dan pembelajaran guna menghasilkan

lulusan yang handal dan dapat bersaing.

Mata pelajaran matematika sebagai salah

satu mata pelajaran yang selalu ada pada tiap

jenjang pendidikan formal mempunyai peranan

yang cukup penting. Sebab matematika

merupakan suatu sarana berfikir untuk

mengkaji secara logis, analitis dan sistematis.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan

Renregdaupe (1988:5) bahwa ilmu matematika

mengarahkan manusia berfikir logis karena

ilmu matematika sendiri bersifat logis. Ilmu

pengetahuan dan teknologi umumnya bersifat

logis, karena kesamaan dari sifat inilah

memungkinkan manusia mudah mengerti,

memahami dan menghayati dengan baik akan

ilmu pengetahuan dan teknologi terutama bagi

mereka yang menguasai ilmu matematika

dengan baik.

Mengingat pentingnya peranan ilmu

matematika maka sangat diharapkan perbaikan-

perbaikan dari semua aspek mengenai mata

pelajaran ini, antara lain sarana prasarana

kualitas pengajaran. Namun semua itu belum

cukup jika tidak ditunjang dari siswa selaku

objek yang belajar.

Keaktifan siswa dalam proses belajar di

sekolah atau di luar sekolah mempunyai peran

yang cukup besar guna menambah pemahaman

siswa tentang materi yang diajarkan yang pada

akhirnya akan berujung pada hasil belajar yang

diinginkan. Namun kenyataan menunjukkan

bahwa pengajaran matematika di sekolah,

masih juga ditemukan permasalahan-

permasalahan, diantaranya rendahnya minat

belajar siswa, rendahnya pemahaman siswa,

rendahnya keterampilan siswa dalam

memecahkan masalah matematika yang pada

akhirnya berujung pada rendahnya hasil belajar

siswa.

Hasil observasi peneliti selama kegiatan

proses belajar mengajar berlangsung, terlihat

bahwa kemampuan siswa sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan belajarnya. Ini terlihat

dari anak yang mempunyai kemampuan rendah

kurang aktif dalam mengikuti kegiatan belajar

mengajar. Hal ini ditandai siswa tersebut tidak

membawa buku paket, tidak mengumpulkan

tugas pekerjaan rumah (PR), dan tidak

menjawab kuis diawal pembelajaran. Salah

satu upaya peneliti untuk meningkatkan minat

belajar siswa adalah pemberian tugas terkoreksi

pada setiap akhir pembelajaran.

Pengoreksian tugas yang dilakukan dapat

memberi pemikiran baru bagi siswa setelah

melakukan kesalahan dalam proses pengerjaan

tugas, siswa diberikan cara pengerjaan baru

melalui pengoreksian, sehingga diharapkan

siswa mencoba mencari pemecahan yang

benar. Kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah yang diberikan oleh guru

menunjukkan tingkat pemahaman siswa

terhadap materi yang telah diberikan. Pada

dasarnya mempelajari materi di kelas

merupakan langkah awal untuk memahami

materi, sedangkan tugas merupakan proses

pembelajaran lanjutan yang terkadang

disepelekan oleh siswa. Dengan adanya

pengoreksian tugas dapat memberi pengertian

secara tidak langsung kepada siswa, bahwa

tugas yang diberikan akan besar manfaatnya

jika benar-benar dikerjakan

Atas alasan-alasan yang telah

dikemukakan, maka peneliti tertarik untuk

mengadakan suatu penelitian tindakan kelas

dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Siswa pada Pokok Bahasan

Himpunan dengan Pemberian Tugas

Terkoreksi di Kelas VII-3 SMP Negeri 1

Bulukumba Tahun Ajaran 2013/2014”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar

belakang, maka masalah dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut : “Apakah hasil

belajar matematika pokok bahasan Himpunan

pada siswa kelas VII -3 SMP Negeri 1

Bulukumba Tahun Ajaran 2013/2014 dapat

ditingkatkan dengan pemberian tugas

terkoreksi?”

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang

telah dikemukakan sebelumnya maka,

penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil

belajar matematika siswa pada pokok bahasan

Himpunan di kelas VII -2 SMP Negeri 1

Page 86: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Himpunan

dengan Pemberian Tugas Terkoreksi di Kelas VII-3 SMP Negeri 1 Bulukumba Nur Intang 211

Bulukumba Tahun Ajaran 2013/2014 dengan

pemberian tugas terkoreksi.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian tindakan kelas ini

diharapkan memberikan manfaat :

1. Bagi Guru, dapat memperbaiki dan

meningkatkan mutu pembelajaran

matematika di kelas, serta menambah

wawasan tentang strategi belajar mengajar.

2. Bagi siswa, dapat meningkatkan motivasi

belajar, meningkatkan partisipasi dalam

kegiatan belajar mengajar serta dapat

meningkatkan hasil belajar.

3. Bagi sekolah, sebagai masukan dalam

rangka perbaikan kualitas pembelajaran

matematika pada khususnya.

4. Bagi peneliti, sebagai latihan dan

pengalaman dalam manghadapi masalah-

masalah yang berkaitan dengan

pembelajaran matematika, khususnya

masalah yang sedang diteliti.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis

penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research) dengan tahapan pelaksanaan

meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan,

observasi, refleksi, perencanaan ulang dan

seterusnya. Penelitian ini dilaksanakan dalam

siklus, setiap siklus dilaksanakan 5 kali

pertemuan.

Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa

kelas VII3 SMP Negeri 1 Bulukumba pada

semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.

Adapun faktor yang diselidiki dalam penelitian

ini adalah aktivitas belajar dan hasil belajar.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2

(dua) siklus dengan menerapkan pemberian

tugas terkoreksi. Pelaksanaan tindakan yang

dilakukan dalam penelitian ini mengikuti

model Kemis dan Mc Taggar (Arikunto, 2006)

yang terdiri dari empat tahap yaitu (1)

perencanaan, (2) Tindakan, (3) Observasi dan

(4) Refleksi. Secara rinci, prosedur pelaksanaan

kegiatan penelitian dapat di uraikan sebagai

berikut :

1. Siklus I

Siklus I berlansung selama 5 kali pertemuan

dengan tahapan sebagai berikut:

a. Perencanaan

1) Membuat rencana pembelajaran

yang disesuaikan dengan metode

pembelajaran yang akan diterapkan.

2) Membuat lembar observasi, untuk

melihat bagaimana kondisi belajar

mengajar di kelas selama pemberian

tugas terkoreksi diterapkan dan

bagaimana proses pemberian tugas

terkoreksi dilakukan.

3) Membuat soal-soal tugas yang akan

diberikan kepada siswa.

4) Membuat alat evaluasi untuk

melihat hasil belajar matematika.

b. Tindakan

1) Observer mengamati guru mata

pelajaran dalam memberikan

koreksi terhadap tugas-tugas siswa.

2) Observer secara terus menerus

mengamati perilaku siswa dan

perubahan sikap yang terjadi pada

diri siswa dan mencatatnya dalam

lembar observasi aktivitas siswa

disamping itu guru juga tetap

membuat catatan-catatan tersendiri

sebagai catatan lapangan.

3) Pelaksanaan tindakan dilakukan

setelah siswa mengumpul kembali

tugasnya, sedangkan proses belajar

mengajar tetap mengikuti rancangan

pembelajaran yang telah dibuat.

c. Observasi dan Evaluasi

Observasi dan evaluasi, kegiatan

yang dilakukan adalah: melaksanakan

proses observasi terhadap pelaksanaan

tindakan dan kegiatan belajar mengajar

dengan menggunakan lembar observasi

yang telah dibuat. Proses observasi

dilakukan sejak awal hingga akhir

penelitian. Kegiatan yang dilakukan

untuk tahap evaluasi adalah

melaksanakan proses evaluasi pada

setiap akhir siklus tindakan. Evaluasi

bertujuan untuk melihat hasil belajar

siswa dalam menyelesaikan soal-soal

pokok bahasan himpunan melalui

pemberian tugas terkoreksi.

d. Refleksi

Hasil yang diperoleh dalam tahap

observasi dikumpulkan serta dianalisis,

dalam hal ini termasuk hasil

evaluasianya. Kelemahan-kelemahan

atau kekurangan-kekurangan yang

terjadi pada setiap siklus akan diperbaiki

pada siklus berikutnya.

2. Siklus II

Page 87: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

212 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

Pelaksanaan siklus ini merupakan

lanjutan dari siklus I yang dilaksanakan

sebanyak 5 kali pertemuan dengan tahapan-

tahapan tidak jauh berbeda dari tahapan

yang telah dilakukan di siklus I. Hanya saja

hal-hal yang kurang pada siklus I diperbaiki

dan disempurnakan pada siklus II.

Hasil Dan Pembahasan

Bab ini merupakan bagian yang

memaparkan analisis dan hasil-hasil penelitian

mengenai aktivitas dan hasil belajar

Analisis Kuantitatif

Data hasil belajar siswa kelas VII3

SMP Negeri 1 Bulukumba pada siklus I dan

siklus II yang dilaksanakan setelah tiap akhir

siklus menunjukkan hasil yang

matematika siswa pada siklus I dan siklus

II,dengan menerapkan pemberian tugas

terkoreksi.

Analisis Kualitatif

Aktivitas siswa selama proses pembelajaran

pada siklus I dan siklus II

Data hasil observasi aktivitas siswa

kelas VII3 SMP Negeri 1 Bulukumba, pada

siklus I dan siklus II dengan menggunakan

lembar observasi dapat dilihat sebagai berikut :

meningkat. Adapun distribusi, frekuensi, dan

persentase hasil belajar biologi siswa dapat

dilihat pada tabel 2 dengan tabel histogram

pada gambar 1.

Tabel 1.

Distribusi, Frekuensi dan Persentase Aktivitas Siswa selama Proses Pembelajaran dengan

Menggunakan pemberian tugas terkoreksi pada Siklus I dan Siklus II

No. Komponen Aktivitas Siklus I Siklus II

% %

1 Siswa yang memperhatikan/mendengar penjelasan guru

dengan baik 28.25 31,00

2 Siswa yangmenjawab pertanyaan lisan dari guru dengan baik

pada saat pembelajaran berlangsung 5,75 7,25

3 Siswa yang aktif berdiskusi dengan teman kelompoknya

dalam menyelesaikan masalah pada LKS 23 31

4 Siswa yang meminta bimbingan saat mengalami kesulitan

menyelesaikan masalah dalam LKS 11,25 2,75

5 Siswa yang aktif mengumpulkan tugas/ mengerjakan semua

tugas dengan tepat waktu 26 31

6 Siswa yang mampu mengerjakan soal-soal latihan yang

diberikan 24,5 31

7 Siswa yang aktif membuat kesimpulan dari materi yang ada 20,25 31

8 Siswa yang aktif menanggapi jawaban kelompok yang

mempersentasekan jawabannya 14,5 20

9 Siswa yang masih mengalami kesalahan yang sama jika

diberikan soal yang hampir sama dengan tugas 8 3

Tabel 2. Statistik Deskriptif Nilai Hasil Belajar siswa Kelas VIII2 SMP Negeri 1 Bulukumba pada

siklus I dan siklus II melaluli penerapan model pembelajaran Role Playing

Statistik Siklus I Siklus II

Subyek penelitian 31 31

Skor maksimal 100 100

Rata-rata 76,02 83,23

Standar deviasi 8,18 9,53

Median 73,57 85,00

Skor tertinggi 93,54 97,00

Skor terendah 63,35 67,00

Rentang skor 28,19 30,00

Page 88: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Himpunan

dengan Pemberian Tugas Terkoreksi di Kelas VII-3 SMP Negeri 1 Bulukumba Nur Intang 213

Tabel 3.

Distribusi, Frekuensi, Persentase dan Kategori

Nilai hasil Belajar Siswa selama Proses

Pembelajaran dengan Menggunakan Model

Role Playing pada Siklus I dan Siklus II

Interval

Nilai Kategori

Siklus I Siklus II

F % F %

85-100 Sangat

Tinggi 6 19,35 4 21,88

65-84 Tinggi 25 80,65 27 65,63

55-64 Sedang

34-54 Rendah

0-34 Sangat

Rendah

Jumlah 31 100 31 100

Tabel 4. Distribusi, Frekuensi, dan Persentase Kategori

Ketuntasan Belajar Siswa selama Proses

Pembelajaran dengan Menggunakan Model

Role Playing pada Siklus I dan Siklus II

N i l

a i Kategori

Siklus I Siklus II

F % F %

76 –

100 Tuntas 21 67,74 27 87,09

0 –

75

Tidak

Tuntas 10 32,25 4 12,90

Jumlah 30 100 30 100

Refleksi

1. Refleksi siklus I

Perencanaan tindakan

a. Guru sebagai peneliti melakukan

pengajaran berdasarkan rencana

pembelajaran yang telah dibuat.

b. Guru memberi koreksi terhadap tugas

siswa dengan memperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

(1) Guru memberikan koreksi pada

lembar jawaban siswa yang

mengalami kekeliruan atau salah.

(2) Guru memberikan petunjuk

pengerjaan seusai mengoreksi.

(3) Guru memberi nilai pada setiap

koreksi berdasarkan tingkat

kesalahan.

(4) Guru memberi motivasi pada

siswa seusai memberikan koreksi

pada tugasnya.

(5) Guru memberikan nilai secara

keseluruhan pada tugas siswa.

c. Selama pelaksanaan tindakan, guru

sebagai peneliti mengobservasi

pelaksanaan pemberian koreksi

kegiatan belajar yang dilakukan siswa.

d. Untuk mengetahui hasil belajar siswa

sesuai dengan kemampuan siswa maka

guru sebagai peneliti melakukan tes

akhir.

Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan

oleh guru sebagai peneliti mata

pelajaran matematika dan observer

mengamati tindakan . Tindakan

pembelajaran pada siklus I ini

dilaksanakan dalam empat kali

pertemuan, disesuaikan dengan rincian

prosedur pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan pemberian tugas

terkoreksi. Materi yang diajarkan pada

siklus I ini yaitu Pengertian Himpunan,

Keanggotaan Himpunan, Himpunan

Berhingga, Himpunan Tak Berhingga,

Menyatakan Suatu Himpunan dan

Himpunan Kosong dan No, himpunan

semesta dan diagram venn. Selama

pemberian tugas terkoreksi diterapkan,

guru sebagai peneliti bersama observer

mengobservasi jalannya pemberian

tugas terkoreksi dan mengobservasi

jalannya pembelajaran untuk melihat

perubahan-perubahan yang dialami

oleh siswa. Guru sebagai pengajar

melakukan pengajaran berdasarkan

rencana pembelajaran yang telah

dibuat sebelumnya.

Observasi

Pada tahap ini guru sebagai

peneliti bersama observer

mengobservasi pelaksanaan pemberian

tugas terkoreksi dan kegiatan belajar

siswa selama siklus I. Hal-hal yang

diobservasi pada tahap ini meliputi:

sikap dan keaktifan siswa selama

mengikuti pembelajaran.

Hasil observasi terhadap siswa selama

kegiatan belajar di kelas:

a. Sebagian besar siswa belum

memahami maksud dari

pengoreksian yang dilakukan oleh

guru. Hal ini disebabkan karena

guru terlalu cepat dalam

menjelaskan maksud pengoreksian

yang dilakukan.

b. Sebagian kecil siswa merasa terpicu

semangatnya karena telah mengerti

maksud pengoreksian dan

menemukan pemecahannya.

c. Sebagian besar siswa tidak aktif

dalam kegiatan belajar karena masih

kebingungan.

Page 89: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

214 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

d. Siswa sudah mampu mengerjakan

soal-soal latihan namun masih

banyak mengalami kesalahan.

e. Siswa tidak lagi mengulangi

kesalahan yang sama, namun masih

ada siswa yang belum mampu

menjawab dengan benar karena

sebagian siswa masih belum bisa.

f. Masih ada siswa yang tidak

mengerjakan PR.

Evaluasi

Pada tahap ini guru sebagai

peneliti bersama observer secara

kolaboratif melakukan analisis data dan

refleksi. Dari hasil observasi yang

dilakukan peneliti dalam melaksanakan

tindakan siklus I, ada beberapa

kekurangan baik yang dilakukan oleh

siswa antara lain:

a. Banyak dari siswa yang

menganggap selesai tugasnya

dibagikan siswa tidak perlu lagi

mengulang untuk mencari

pemecahan masalah.

b. Sebagian kecil siswa yang ikut

terlibat dalam kegiatan belajar,

lebih banyak siswa yang diam.

c. Siswa cenderung menunggu

jawaban dari guru atau temannya

yang mampu menjawab soal, karena

kurangnya pemahaman siswa.

d. Sebagian kecil siswa tidak

mengerjakan PR yang telah

diberikan.

Dengan melihat kekurangan-

kekurangan berdasarkan hasil refleksi

pada siklus I dan berdasarkan hasil

evaluasi siklus I, yang mana indikator

keberhasilan penelitian hanya

diperoleh sebesar 67,74 persen, maka

penelitian dilanjutkan pada tindakan

siklus II.

2. Refleksi Siklus II

Perencanaan tindakan

Berdasarkan hasil observasi,

hasil analisis dan refleksi pada siklus I,

maka guru sebagai peneliti bersama

observer merencanakan tindakan siklus

II dengan harapan kekurangan-

kekurangan pada siklus I dapat

diperbaiki.

Hal-hal yang dilakukan pada

tindakan siklus II ini yang merupakan

perbaikan pada tindakan siklus I antara

lain:

a. Sebelum mengembalikan tugas

siswa hendaknya guru sebagai

peneliti memberi tahu siswa maksud

dari pengoreksian dengan jelas

kepada siswa.

b. Guru sebagai peneliti hendaknya

menilai sejauh mana langkah yang

sudah benar yang dilakukan siswa

dalam mengerjakan tugas.

c. Guru sebagai hendaknya

memotivasi seluruh siswa, sehingga

siswa merasa tidak iri kepada

temannya yang lain.

Pelaksanaan tindakan

Pemberian tugas terkoreksi

pada siklus II ini dilakukan kembali

sebagai rangkaian dari pelaksanaan

penelitian dengan memperhatikan hasil

refleksi pada tindakan siklus I.

Tindakan pembelajaran pada

siklus II ini dilaksanakan dalam empat

kali pertemuan, disesuaikan dengan

prosedur pelaksanaan pembelajaran

yang digunakan. Materi yang diajarkan

pada siklus II ini yaitu, Membuat dan

Membaca Diagram Venn, Irisan dan

Gabungan Dua Himpunan dan

Menyatakannya dalam Diagram

Venn,Komplemen dan difference serta

soal –soal pemecahan masalah. Selama

kegiatan belajar mengajar berlangsung,

guru sebagai peneliti kembali

mengobservasi proses belajar mengajar

dan proses pemberian tugas terkoreksi

dengan memperhatikan hasil refleksi

pada tindakan siklus I

Observasi

Sejalan dengan pelaksanaan

tindakan siklus II, guru sebagai peneliti

bersama observer kembali

mengobservasi langsung kegiatan

siswa melalui pemberian tugas

terkoreksi.

Hasil observasi terhadap siswa

selama kegiatan belajar di kelas:

a. Sebagian besar siswa sudah

memahami maksud dari

pengoreksian yang dilakukan oleh

guru pada lembar jawaban. Hal ini

terlihat pada semangat siswa untuk

menemukan pemecahan pada soal

yang diberikan.

b. Hanya sebagian kecil siswa yang

kurang aktif, karena masih merasa

kebingungan.

Page 90: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Himpunan

dengan Pemberian Tugas Terkoreksi di Kelas VII-3 SMP Negeri 1 Bulukumba Nur Intang 215

c. Kesalahan-kesalahan yang

dilakukan oleh siswa dalam

mengerjakan soal-soal sudah

semakin berkurang.

d. Kesalahan dalam penafsiran tentang

maksud dan tujuan pengoreksian

semakin berkurang.

e. Sudah semua siswa mengerjakan

tugas (PR).

Analisis dan refleksi

Rangkaian kegiatan selanjutnya

pada siklus II ini adalah melakukan

analisis data dan refleksi. Analisis data

dan refleksi dilakukan oleh peneliti

sebagai guru mata pelajaran bersama-

sama dengan observer..

Pada siklus II ini pelaksanaan

pembelajaran dengan pemberian tugas

terkoreksi sudah berjalan sesuai dengan

harapan. Hal ini didasarkan dari hasil

observasi yang dilakukan oleh guru

sebagai peneliti bersama observer,

dimana kekurangan-kekurangan yang

ada pada pelaksanaan tindakan siklus I

sudah diantisipasi oleh guru mata

pelajaran. Setelah dianalisis hasil tes

yang telah dicapai siswa pada siklus II

ternyata memperoleh ketuntasan

belajar sebesar 87,09 persen atau

sebanyak 27 orang telah mendapat nilai

minimal 75. jika dibandingkan dengan

hasil tes pada pelaksanaan tindakan

siklus I dimana hanya sebanyak 21

orang yang memperoleh nilai minimal

75,0 dengan ketuntasan belajar sebesar

67,74 persen.

Meskipun pelaksanaan tindakan

siklus II ini telah menunjukkan hasil

yang baik namun dalam

pelaksanaannya belum dapat dikatakan

sempurna. Hal ini terlihat pada saat

siswa mengikuti proses belajar

mengajar di kelas, dimana sebagian

kecil siswa masih belum dapat

mengerti atau mendapatkan

pemecahannya. Walaupun

pengoreksian yang dilakukan sudah

semaksimal mungkin agar siswa

mengetahui cara pemecahan soal-soal

yang diberikan.

Berdasarkan hasil tes pada

tindakan siklus II diperoleh bahwa

terdapat 87,09% siswa yang telah

memperoleh nilai 75. Hal ini terlihat

bahwa indikator keberhasilan dalam

penelitian ini sudah tercapai, yaitu

minimal 85% siswa telah memperoleh

nilai 75. Oleh karena itu penelitian

ini dihentikan pada siklus II. Dengan

demikian tujuan penelitian ini untuk

meningkatkan hasil belajar siswa SMP

Negeri 1 Bulukumba pada pokok

bahasan Himpunan melalui pemberian

tugas terkoreksi telah tercapai.

B. Pembahasan

1. Hasil belajar Setelah diadakan pembelajaran

dengan metode pemberian tugas terkoreksi

pada pelaksanaan tindakan Siklus I skor

rata-rata siswa diperoleh 76,02 setelah

dikategorikan berada dalam ketegori tinggi

dan pelaksanaan siklus II diperoleh skor

rata-rata hasil belajar siswa yaitu 83,23 dan

setelah dikategorikan berada dalam

kategori tinggi. Hal ini berarti terjadi

peningkatan hasil belajar Siswa kelas VII-2

SMP Negeri I Bulukumba sebesar 7,03.

2. Perubahan aktivitas siswa Disamping terjadinya peningkatan

hasil belajar matematika selama penelitian

Siklus I dan Siklus II, terdapat pula

adanya perubahan yang terjadi pada sikap

siswa dalam proses belajar mengajar di

kelas. Perubahan tersebut merupakan data

kualitatif yang diperoleh dari lembar

observasi ( table 4.6 dan table 4.7) selama

penelitian berlangsung, adapaun

perubahan yang dimaksud adalah :

a. Perhatian siswa pada proses

pembelajaran semakin baik

b. Keaktifan siswa dalam menjawab

dan bertanya pada saat proses

pembelajaran berlangsung

meningkat

c. Keaktifan siswa dalam

menyelesaikan tugas tepat waktu

juga mengalami peningkatan

d. Nilai tugas pekerjaan rumah

setelah dikoreksi juga mengalami

peningkatan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1) Terjadi peningkatan hasil belajar

matematika siswa kelas VII- 3 SMP Negeri

I Bulukumba melalui pembelajaran materi

himpunan dengan metode pemberian tugas

terkoreksi.

Page 91: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

216 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017

2) Rata-rata skor tes hasil belajar

matematika siswa kelas VII-3 SMP

Negeri I Bulukumba setelah

pemberian tindakan pada siklus 1

adalah 76,02 dari skor ideal 10o0

yang mungkin dicapai dengan

standar deviasi 8,17. Rata-rata skor

tes hasil belajar matematika siswa

setelah pemberian tindakan pada

Siklus II adalah 83,23 dari skor

ideal 100 yang mungkin dicapai

dengan standar deviasi 9,53.

3) Daya serap siswa kelas VII-3 SMP

Negeri I bulukumba setelah

pemberian tindakan pada Siklus I

adalah 76,02 persen dari daya serap

ideal 100 persen yang mungkin

dicapai, sedangkan daya serap siswa

setelah pemberian tindakan Siklus II

adalah 82,23 persen dari daya serap

ideal 100 persen yang mungkin

dicapai.

4) Ketuntasan belajar matematika

siswa kelas VII-3 SMP Negeri I

Bulukumba juga meningkat. Pada

Siklus I, dari 31 siswa sebanyak 21

siswa mencapai ketuntasan belajar,

sedangkan pada Siklus II, sebanyak

27 siswa yang mencapai ketuntasan

belajar dan ketuntasan belajar

klasikal tercapai.

5) Pembelajaran dengan menggunakan

pemberian tugas terkoreksi siswa

kelas VII -3 SMP Negeri I

Bulukumba dapat meningkatkan

aktifitas dan motivasi belajar siswa

SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka

peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1) Kepada guru diharapkan dapat menerapkan

pemberian tugas terkoreksi dalam kegiatan

pembelajaran khususnya mata pelajaran

matematika.

2) Agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

dapat berjalan dengan baik, perlu ditunjang

dengan buku-buku referensi yang dapat

dijadikan sebagai pedoman pada saat

kegiatan belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi , A. 1999. Psikologi Sosial, Rineka

Cipta, Jakarta.

Anonim,1997.Kurikulum Sekolah Menengah

Pertama (SMP).Depdikbud. Jakarta.

Cholik, M. 2004. Matematika untuk SMP Kelas

VII. Erlangga. Jakarta.

Depdikbud, 1994. Petunjuk Pelaksanaan

Belajar Mengajar, Jakarta

Holstein, H. 1986. Murid Belajar Mandiri.

Remaja Rosdakarya. Bandung.

Kamisa, 1997. Kamus Lengkap Bahasa

Indonesia, Kartika, Surabaya.

Mappa, Syamsu, 1979. Tes Sebagai Instrumen

Penelitian Pendidikan, IKIP, Ujung

Pandang.

Purwanto, M.N. 1990. Psikologi Pendidikan.

Remaja Rosdakarya. Bandung.

Renregdaupe, 1988. Hubungan Kebiasaan

dengan Indeks Prestasi Semester

(IPS) Mahasiswa Strata Satu Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, IKIP, Ujung

Pandang.

Russeffendi, E, T, 1980. Pengajaran

Matematika Modern Untuk Orang

Tua Murid, Guru SPG, Tarsito,

Bandung.

Simanjuntak, 1993. Metode Mengajar

Matematika Jilid I, Rineka Cipta,

Jakarta.

Slameto, 1997. Belajar dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhinya, Bina Aksara,

Jakarta.

Sudjana, Nana 2000. Dasar-dasar Proses

Belajar Mengajar, Sinar Baru

Algesindo, Bandung.

Sumarno, Utari, 2002. Alternatif Pembelajaran

Matematika dalam Implementasi

Kurikulum Berbasis Kompetensi.

FMIPA-UPI. Bandung.

Suroso, Asih, 2004. Matematika dan Konsep

Aplikasinya. Usaha Makmur.

Semarang.

Tim Proyek PGSM, 1999. Penelitian Tindakan

Kelas (Bahan Penelitian Dosen

LPTK dan Guru Sekolah Menengah,

Depdikbud. Jakarta.

Usman dkk, 1993. Upaya Optimalisasi

Kegiatan Belajar Mengajar, Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Usman & Setiwati. 1995. Menjadi Guru

Propesional. Remaja Rosdakarya.

Bandung.

Page 92: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Dra. Sitti Hadijah Lahir di Barugaia, 15 Juni

1968 Kabupaten Selayar.

Anak kedua dari lima

bersaudara dari pasangan H.

Djahilung Dg. Suasa dan

Sitti Haliama Dg. Taimang.

Tamat pada tahun 1981 di

SDN 11 Barugaia Kepulauan

Selayar. Pada tahun yang

sama melanjutkan pendidikan di SMPN 2 Benteng

Selayar dan tamat tahun 1984. Setelah itu melanjutkan

sekolah pada SMAN 1 Benteng Selayar dan tamat

tahun 1987. Kemudian melanjutkan pendidikan S1

pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia (FPBS) IKIP Ujung Pandang dan

memperoleh gelar sarjana pada tahun 1991. Pernah

mengajar di SMPN 1 Kayuadi Selayar tahun 1994-

1999, mengajar di SMAN 1 Sajoanging Wajo tahun

1999-2002, mengajar di SMAN 1 Bulukumba tahun

2002-2015, mengajar di SMAN 8 Bulukumba tahun

2015-2016, dan kembali mengajar di SMAN 1

Bulukumba tahun 2016 sampai sekarang.

Ir. Pattahuddin, M.P

Lahir di Tamanroya pada

tanggal 15 Mei 1959. Tahun

2008 memperoleh Gelar

Magister Pertanian dari

Universitas Gajah Mada

(UGM) Yogyakarta pada

Progran Studi Teknik

Pertanian / Mekanisasi

Pertanian dengan Spesialisasi

Mekanisasi Pertanian. Pada tahun 1990 memperoleh

Gelar sarjana dari Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian

Indonesia - Yayasan Pendidikan Indonesia (STIPI-

YAPI) dengan jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.

Pendidikan SLTA adalah dari Sekolah Pertanian

Menengah Atas (SPMA) Negeri Borongloe-Gowa

tahun 1977.

Sejumlah pendidikan dan pelatihan telah diikuti baik

di dalam maupun di luar negeri, seperti Vegetable

Crops Production (Japan, 1985) selama 6 bulan,

penggunaan dan perawatan alat-mesin pertanian

(Serpong, 1991) sebulan, Training Course on the Rice

Production Technology for ASEAN Country (Korea,

2003) sebulan, Rice Transplanting Mechanization

Technology and Maintenace on Rice Harvester

(China, 2008) dua minggu.

Pengalaman sebagai tenaga ahli di bidang Alat dan

Mesin Pertanian (Agricultural Machinery/Third

Country Expert) di Madagascar selama 6 bulan tahun

2010 dengan nama Proyek Rice Productivity

Improvement in Central Highland in Madagascar” dan

tenaga ahli di bidang Alat dan Mesin Pertanian

(Agricultural Machinery/Third Country Expert) di

Timor Leste selama 2 bulan tahun 2015 dengan nama

Proyek Irrigation and Rice Cultivation Project in

Manatuto – Phase II.

Sejumlah seminar/workshop/pertemuan telah diikuti

baik di dalam provinsi maupun di luar provinsi.

Penelitian dan karya ilmiah dalam bidang alat dan

mesin pertanian telah dilakukan pada tahun 2016.

Jabatan Fungsional sekarang adalah Widyaiswara

Madya dengan pangkat Pembina Tk.I Golongan IV/b

sejak tahun 2014.

Rany Suryani Hasyim

Lahir pada 13 April 1988 di

Ujung pandang – Sulawesi

selatan sebagai anak kedua

dari pasangan Alm. Ir. H.

Muh. Hasyim, MM. dan Dra.

Hj. Nurdiati Palandra.

Setelah menempuh

pendidikan formal di SD

Negeri 3 Pangkajene Sidrap,

Pon-Pes DDI Mangkoso Barru dan SMA Negeri 1

Bulukumba penulis melanjutkan pendidikan tinggi di

Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Negeri

Makassar pada tahun 2006 dan melanjutkan studi

pada jurusan pendidikan biologi di Pasca sarjana

Universitas Negeri Makassar pada tahun 2012.

Biodata Penulis

VOL. 11 NO. 3 ISSN : 2442-3939 AGUSTUS 2017

Page 93: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

Marhaeni, S. Pd. Lahir di Bulukumba, 2

Februari 1966. Anak kedua

dari tujuh bersaudara dari

pasangan H. Muh. Nori Baso

dan Hj. Djawiyah. Tamat

pada tahun 1977 di SDN 2

Terang-terang Bulukumba.

Melanjutkan pendidikan di

SMPN 1 Bulukumba dan

tamat tahun 1981. Setelah itu melanjutkan sekolah

pada SMAN 1 Bulukumba dan tamat tahun 1984.

Kemudian melanjutkan pendidikan D3 di FPIPS IKIP

Ujung Pandang dan tamat pada tahun 1987.

Kemudian menyelesaikan S1 di STKIP tahun 2001.

Pernah mengajar di SMPN 1 Wawotobi Kendari

tahun 1989-1991, mengajar di SMA Unaaha Kendari

1991-1993, mengajar di SMA Herlang tahun 1993-

2002, dan mengajar di SMAN 1 Bulukumba tahun

2002 sampai sekarang.

Biolla, S.Pd, M.pD

Lahir di Bulukumba 10

Agustus 1969. Anak kedua

dari Enam bersaudara dari

pasangan Basitung dan Ibu

Indo Lebba. Tamat pada

tahun 1982 di SDN 1

Bulukumba. Pada tahun yang

sama melanjutkan

pendidikan di SMPN 1

Bulukumba dan tamat tahun 1985. Setelah itu

melanjutkan sekolah pada SMAN 1 Bulukumba dan

tamat tahun 1988. Kemudian melanjutkan pendidikan

D2 pada Jurusan pendidikan matematika IKIP

Ujung Pandang dan selesai tahun 1990, pada tahun

yang sama melanjutkan pendidikan pada program

S.1 Pendidikan Matematika UNM memperoleh

gelar sarjana pada tahun 1994. Pernah mengajar di

SMA Negeri 1 Bulukumba 1995-2003 Tahun

2006 -2014 Mengajar pada SMA PGRI

Bulukumba dan 2014 sekarang pada SMA

Negeri 1 Bulukumba melanjutkan pendidikan

pada Pascasarja UNM pada tahun 2007-2008 pada

jurusan Matematika.

Terkelin Pinem

Lahir di Tebing Tinggi, Prov.

Sumatera Utara pada tanggal

28 Juni 1971. Pendidikan

SD, SMP, dan SMA

diselesaikannya di Kota

Medan, Prov. Sumatera

Utara. Menyelesaikan

Program Sarjana tahun 1997

pada Jurusan Teknologi

Pertanian dengan program studi Mekanisasi Pertanian,

Fakultas Pertanian, USU Medan, serta lulus seleksi

CPNS di tahun 2002 dan diangkat sebagai PNS pada

tahun 2003.

Mengikuti diklat calon widyaiswara pada tahun 2007

dan diangkat pada jabatan Fungsional Widyaiswara

Pertama pada tahun 2009, dan selanjutnya

melanjutkan pendidikan dan menyelesaikan Program

Magister tahun 2012 pada Program studi Agronomi,

Pasca sarjana Universitas Andalas Padang atas

beasiswa dari Kementerian Pertanian. Sampai saat ini

penulis masih sebagai fungsional tertentu pada jabatan

widyaiswara ahli muda. Selain pendidikan formal

penulis juga telah mengikuti pelatihan-pelatihan baik

tingkat nasional maupun internasional antara lain:

International Training Program on Water Mangement

for Agricultural pada tahun 2012, Intenational

Training Course on “Sustainable Development of

Rice Farming-Strenghtening water Management,

Post-harvest and Marketing Activities of Farm

Households-IDACA pada tahun 2015, Pelatihan

Kewidyaiswaraan Berjenjang Tingkat Madya pada

tahun 2017,dll, selain itu penulis juga pernah

diundang sebagai narasumber maupun tenaga ahli

pada beberapa kegiatan antara lain sebagai

narasumber pada kegiatan “Workshop Evaluasi

Pembelajaran Diklat Pertanian” di Hotel Pangrango

Bogor pada tahun 2014, sebagai Third Country Expert

from Republic of Indonesia Dispatch for Irrigation

and Rice Cultivation Project Phase II/JICA in

Manatuto District, Republic Democratic of Timor

Leste pada tahun 2015.

Karya tulis ilmiah penulis yang pertama adalah

“Kajian Waktu Tanam dan Populasi Kacang Tanah

Terhadap Hasil Tanaman dan Nilai Kompetisi

Tanaman Terhadap Gulma pada Sistem Tumpangsari

Kacang Tanah dan Jagung”, yang diterbitkan pada

Jurnal Jerami Volume 6 No.2, Mei - Agustus 2013.

Mustafa

Lahir di Kabupaten Bone,

Provinsi Sulawesi Selatan

tanggal 31 Desemberi 1962.

Pendidikan SD, SMP, dan

SMA diselesaikannya di

Kabupaten Bone, Prov.

Sulawesi Selatan. Penulis

diangkat sebagai PNS pada

tahun 1998 & menyelesaika

menyelesaikan Program Sarjana tahun 1998 dan

menyelesaikan Program Sarjana tahun 2002 pada

program studi Sosial Politik (Administrasi Negara),

Setelah diangkat pada jabatan Widyaiswara Pertama

pada tahun 2005, penulis melanjutkan pendidikan

Page 94: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

pada Program Studi Magister di Universitas Sam

Ratulangi Manado dengan Program Studi

Management Agribisnis pada tahun 2007 dengan

biaya beasiswa dari Kementerian Pertanian dan

selesai tepat waktu yaitu pada tahun 2009. Sampai

saat ini penulis masih sebagai fungsional tertentu pada

jabatan widyaiswara ahli muda pada BBPP

Batangkaluku.

Nur Intang, S. Pd.

Lahir tanggal 28 Agustus

1968 di Desa Ara Kecamatan

Bontobahari Kabupaten

Bulukumba, dan merupakan

anak kedelapan dari delapan

bersaudara buah hati dari

pasangan Makkareso Tila

(Almarhum) dan Deda’

Ganjeng (Almarhumah).

Pendidikan Sekolah Dasar ditempuh di SD 164 Ara

dan tamat pada tahun 1981. Pendidikan berikutnya

ditempuh di SLTP Negeri Bontotiiro dan tamat pada

tahun 1984. Kemudian pada tahun yang sama

melajutkan pendidikan di SMA Negeri Bontobahari,

kemudian pindah ke SMA Negeri 4 Ujung Pandang

Jurusan Ilmu-ilmu Fisik (A1) dan tamat pada tahun

1987.

Pada tahun 1987 melanjutkan studi di

Perguruan Tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswa di

Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan

Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Haluoleo Kendari SULTRA,

jenjang studi strata satu (S1) dan selesai pada tahun

1993. Pada tahun 1995 terangkat menjadi PNS di

SMP Negeri 2 Katobu di Raha Kabupaten Muna

Sulawesi Tenggara. Selanjutnya pada tahun 1998

mengikuti suami dan pindah tugas ke SMP Negeri 1

Bulukumba sampai sekarang. Selanjutnya pada tahun

2012 penulis melanjutkan pendidikan pada Program

Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana

di Universitas Negeri Makassar.

Page 95: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

PEDOMAN PENULISAN

JURNAL PINISI RESEARCH

1. Artikel ditulis dengan bahasa Indonesia atau bahasa inggris dalam bidang kajian pemerintahan

daerah.

2. Substansi artikel diharapkan sejalan dengan panduan penulisan karya ilmiah yang diterbitkan oleh

Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Bulukumba.

http://[email protected]

3. Artikel ditulis dengan kaidah tata bahasa Inggris ataupun bahasa Indonesia yang baku, baik, dan

benar.

4. Sistematika Penulisan

Sistematika penjengjangan atau peringkat judul artikel dan bagian-bagiannya dilakukan dengan cara

berikut :

(1) Judul ditulis dengan huruf besar semua, debagian tengah atas pada halaman pertama

(2) Sub Bab Peringkat 1 ditulis dengan huruf pertama besar semua di tengah/center

(3) Sub Bab Peringkat 2 ditulis dengan huruf besar-kecil rata tepi kiri

@ Sistematika artikel hasil penelitian adalah : judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); nama

dan alamat institusi, alamat e-mail penulis, abstrak (maksimun 150 kata) yang berisi tujuan,

metode, dan hasil penelitian; kata kunci (4-5 kata kunci); pendahuluan (tanpa ada subjudul)

yang berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasil

penelitian dan pembahasan; simpulan; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang

dirujuk).

JUDUL (ringkas dan lugas; maksimal 14 kata, hindari kata “analisis”, “studi”, “pengaruh”)

Penulis 11 dan Penulis 2

2

1 Nama instansi/lembaga Penulis 1

Alamat lengkap instansi penulis, nomor telepon instansi penulis

2 Nama instansi/lembaga Penulis 2

Alamat lengkap instansi penulis, nomor telepon instansi penulis

(Jika nama instansi penulis 1 dan 2 sama, cukup ditulis satu saja)

E-mail penulis 1 dan 2:

Abstract: Abstract in English (125-150 words)

Keywords: 4 – 5 words/phrase

Abstrak: Abstrak dalam bahasa Indonesia (125-150 kata)

Kata kunci: 4 – 5 kata/frase

PENDAHULUAN (Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian, yang dimasukkan dalam

paragraf-paragraf bukan dalam bentk subbab)

VOL.11 NO. 3 ISSN : 2442-3939 AGUSTUS 2017

Page 96: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

METODE PENELITIAN

Sub bab

HASIL DAN PEMBAHASAN

(Hasil adalah gambaranlokus, pembahasan adalah analisis dan interpretasi)

Sub bab

SIMPULAN

(Simpulan adalah hasil dari pembahasa yang menjawab permasalahan peneliti)

DAFTAR PUSTAKA

@ Sistematika artikel hasil pemikiran adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); dan

alamat instansi, alamat e-mail penulis, abstrak (maksimun 150 kata); kata-kata kunci (4-5 kata

kunci); pendahuluan (tanpa ada subjudul) yang berisi latar belakang dan tujuan atau ruang

lingkup tulisan; bahasa utama (dapat dibagi kedalam beberapa sub-judul); simpulan; daftar

rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).

JUDUL

Penulis

Nama instansi/lembaga penulis

Alamat lengkap instansi penulis, nomor telepon instansi penulis

E-mail penulis

Abstract: Abstrack in English (125-150 words)

Keywords: 4 – 5 words/ phrase

Abstrak: Abstrak dalam bahasa Indonesia (125-150 kata)

PENDAHULUAN

PEMBAHASAN

SIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

5. Artikel diketik pada kertas ukuran A4 berkualitas baik. Dibuat sesingkat mungkin sesuai dengan

subyek dan metode penelitian (bila naskah tersebut ringkasan penelitian), biasanya 20-25 halaman

dengan spasi satu, untuk kutipan paragraf langsung diindent (tidak termasuk daftar pustaka).

6. Abstrak, ditulis satu paragraf sebelum isi naskah. Abstrak dalam bentuk bahasa yaitu bahasa

Indonesia dan bahasa Inggris. Abstrak tidak memuat uraian matematis, dan mencakup esensi utuh

penelitian, metode dan pentingnya temuan dan saran atau kontribusi penelitian.

7. a. Penulisan numbering kalimat pendek diintegrasikan dalam paragraf, contohnya:

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui apakah CSR berpengaruh

positif terhadap nilai perusahaan, (2) Untuk mengetahui apakah persentase kepemilikan

manajemen berperan sebagai variabel moderating dalam hubungan antara CSR dengan

nilai perusahaan, dan (3) Untuk mengetahui apakah tipe industri berperan sebagai variabel

moderating dalam hubungan antara CSR dengan nilai perusahaan?

b. Penulisan bullet juga diintegrasikan dengan dalam paragraf dengan menggunakan tanda koma

pada antarkata/kalimat tanpa bullet.

8. Tabel dan gambar, untuk tabel dan gambar (grafik) sebagai lampiran dicantumkan pada halaman

sesudah teks. Sedangkan tabel atau gambar baik di dalam naskah maupun bukan harus diberi nomor

urut.

a. Tabel atau gambar harus disertai judul. Judul table diletakkan di atas tabel sedangkan judul

gambar diletakkan di bawah gambar.

b. Sumber acuan tabel atau gambar dicantumkan di bawah tabel atau gambar.

Page 97: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

c. Garis tabel yang dimunculkan hanya pada bagian header dan garis bagian paling bawah tabel

sedangkan untuk garis-garis vertikal pemisah kolom tidak dimunculkan.

d. Tabel atau gambar bisa diedit dan dalam warna hitam putih yang refresentatif.

9. Cara penulisan rumus, Persamaan-persamaan yang digunakan disusun pada baris terpisah dan diberi

nomor secara berurutan dalam parentheses (justify) dan diletakkan pada margin kanan sejajar dengan

baris tersebut. Contoh:

wt = f (yt, kt, wt-1)

10. Keterangan rumus ditulis dalam satu paragraf tanpa menggunakan symbol sama dengan (=) masing-

masing keterangan notasi rumus dipisahkan dengan koma. Contoh:

Dimana w adalah upah nominal, yt adalah produktivitas pekerja, kt adalah intensitas

modal, wt-1 adalah tingkat upah periode sebelumnya

11. Perujukan sumber acuan di dalam teks (body teks) dengan menggunakan nama akhir dan tahun.

Kemudian bila merujuk pada halaman tertentu, penyebutan halaman setelah penyebutan tahun dengan

dipisah titik dua. Untuk karya terjemahan dilakukan dengan cara menyebutkan nama pengarang

aslinya.

Contoh:

Buiter (2007:459) berpendapat bahwa…..

Nuraeni dan Daryoky (1997) menunjukkan adanya…..

Yunus dkk (2007) berkesimpulan bahwa…..

Untuk meningkatkan perekonomian daerah….. (Rizky, Mentari, dan Dhirga Bramurti, 2009)

Indah (2009) berpendapat bahwa…..

12. Setiap kutipan harus diikuti sumbernya (lihat poin no. 11) dan dicantumkan juga dalam daftar

pustaka. Contoh:

Di dalam paragraf isi (Body Text) ada kutipan:

Buiter (2007:459) berpendapat bahwa…..

Maka sumber kutipan tersebut wajib dicantumkan/disebutkan di dalam daftar pustaka:

Buiter, W. H. 2007. The Fiscal Theory of Price Level: A Critique, Economic Journal,

112(127):459

13. Sedapat mungkin pustaka-pustaka yang dijadikan rujukan adalah pustaka yang diterbitkan 10

tahun terakhir dan diutamakan lebih banyak dari Jurnal Ilmiah (50 persen). Penulis disarankan

untuk merujuk artikel-artikel pada Jurnal-jurnal yang sudah terakreditasi.

14. Unsur yang ditulis dalam daftar pustak secara berturut-turut meliputi: (1) nama akhir pengarang,

nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik. (2) tahun penerbitan. (3) judul buku termasuk

subjudul. (4) tempat penerbitan, (5) nama penerbit.

Contoh cara penulisan:

a. Format rujukan dari buku: Nama pengarang. (tahun). Judul Buku.Edisi Kota penerbit: Nama

Penerbit.

Jika penerbit sebagai editor tunggal, ditulis (Ed.) di belakang namanya. Ditulis (Eds.) jika

editornya lebih dari satu orang. Kemudian bila pengarang lebih dari 3 orang, dituliskan nama

pengarang pertama dan yang lain disingkat “dkk”(pengarang domestik) atau “et.al” (pengarang

asing)

Enders, W. 2004. Applied Econometric Time Series. Second edition. New York: John Wiley &

Son.

Purnomo, Didit (Ed.) 2005. The Role of Macroeconomic Factors in Growth. Surakarta:

Penerbit Muhammadiyah University Press

b. Format rujukan dari artikel dalam buku ditulis: Nama Editor (Ed.), (tahun) judul

tulisan/keterangan, Judul Buku..hlm atau pp. kota penerbit: nama penerbit.

Daryoky (Ed.). 2005. Concept of Fiscal Decentralization and Worldwide Overview (hlm.12-25).

Bulukumba: Penerbit Muhammadiyah University Press.

Page 98: balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com

c. Format rujukan dari artikel dalam jurnal/majalah/Koran: Nama pengarang (tahun). Judul

tulisan/karangan. Nama jurnal/majalah/Koran. volume (nomor): halaman. Jika rujukan Koran

tanpa penulis, nama koran ditulis diawal

Yunus, MC. 2002. The Dilemma of Fiscal Federalism: Grants and Fiscal Performance around

the world. Amerirican Economic jurnal. 46(3): 670. Nashville: American Economic

Association.

Tridian. 2008. Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah sebagai Pelaksana Desentralisasi

Fiskal Efek. Warta Ekonomi. Vol. 4,. Agustus: 46-48

Harwanto, S. 2007, 13 November, DEsentralisasi Fiskal dan Pembangunan Ekonomi, Harian

Radar Bulukumba, hlm,7.

Harian Makassar. 2009, 1 April, Hubungan Keuangan Pusat-Daerah di Indonesia hlm, 4.

15. Referensi Online yang dianjurkan dalam penggunaan bahasa Indonesia:

a. Glosarium kata baku dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia:

http://pusatbahasa.diknas.go.id/glosarium/

b. Kamus Besar Bahasa Indonesia dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik

Indonesia: http://pusatbahasa.depdiknas.go.id/kbbi/

c. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD):

http://pusatbahasa.depdiknas.go.id/lamanv4/sites/default/files/EJD-KKP-PBN-

BID.PENGEMBANGAN.pdf

Pengiriman Artikel

1. Atikel dikirim sebanyak 2 eksemplar hardcopy, dan softcopy berupa file. File bisa dikirim melalui e-

mail [email protected] atau dalam media cd.

2. Artikel yang dikirim wajib dilampiri biodata ringkas pendidikan termasuk catatan riwayat karya-

karya ilmiah sebelumnya yang pernah dipublikasikan, institusi dan alamatnya, nomor telepon kontak

atau e-mail penulis.

3. Penulis yang menyerahkan artikelnya harus menjamin bahwa naskah yang diajukan tidak melanggar

hak cipta, belum dipublikasikan atau telah diterima untuk dipublikasikan oleh jurnal lainnya.

4. Kepastian naskah dimuat atau tidak, akan diberitahukan secara tertulis atau melalui telepon. Artikel

yang tidak dimuat tidak akan dikembalikan.

Alamat Jurnal Pinisi Research:

Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BALITBANGDA)

Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan

Jl. Durian No. 2 Bulukumba

Telepon/Faks: +62413 81102 / +62413 81102

e-mail: [email protected]