DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepemerintahan Pak Gusdur kemudian Ibu Mega, Pak...

15

Click here to load reader

Transcript of DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepemerintahan Pak Gusdur kemudian Ibu Mega, Pak...

Page 1: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepemerintahan Pak Gusdur kemudian Ibu Mega, Pak SBY dan Pak Jokowi, undang-undang dari Tap MPR belum lahir ya. Saya kira sebagaimana

Nomor: RISALAHDPD/KMT.I-RAKER/III/2017

DEWAN PERWAKILAN DAERAH

REPUBLIK INDONESIA

-----------

RISALAH

RAPAT KERJA KOMITE I BERSAMA MENTERI PENDAYAGUNAAN

APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MASA SIDANG III TAHUN SIDANG 2016-2017

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

I. KETERANGAN

1. Hari : Senin

2. Tanggal : 6 Maret 2017

3. Waktu : 13.13 WIB – 14.30 WIB

4. Tempat : R.Sidang 2A

5. Pimpinan Rapat :

Drs. H. Akhmad Muqowam (Ketua Komite I DPD RI)

6. Sekretaris Rapat :

7. Acara : Menginisiasi penyusunan RUU tentang Etika

Penyelenggaraan Negara

8. Hadir : Orang

9. Tidak hadir : Orang

Page 2: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepemerintahan Pak Gusdur kemudian Ibu Mega, Pak SBY dan Pak Jokowi, undang-undang dari Tap MPR belum lahir ya. Saya kira sebagaimana

RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017

SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 1

II. JALANNYA RAPAT:

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Baik Pak Menteri kita mulai.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bismillah. Alhamdulillah.

Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua.

Yang saya hormati dan sama-sama kita hormati Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia beserta jajarannya.

Rekan-rekan anggota Komite I Dewan Perwakilan Daerah. Masih banyak yang sholat

ini pak, yang sholat diluar yang tidak sholat juga diluar saya kira.

Pertama-tama mari kita bersyukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa, Allah

Subhanahu wa Ta'ala yang atas anugerah-Nya kita semua dapat hadir dalam Rapat Kerja

Komite I dengan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dengan

agenda adalah mengenai Rancangan Undang-Undang tentang Etika Penyelenggaraan Negara.

Oleh karena itu rapat kami buka dan terbuka untuk umum.

KETOK 1X

Saudara Menteri dan Bapak, Ibu sekalian.

Saya ingin kenalkan dulu Pak Menteri teman-teman yang di ruangan ini. Yang paling

belakang saya kira Nabil saya sudah kenalkan lebih dulu. Jadi ketika saya ke Batam dulu

awalnya saya belum kenal Pak Nabil tapi kenal Pak Wakil Walikota pada waktu itu.

Kemudian Pak Rizal Sirait, Sumatera Utara. Kemudian Pak A.D. Khaly dari Gorontalo.

Kemudian Ibu Eni dari Jawa Barat. Kemudian pak, eh Ibu Eni. Ibu Dewi dari Nusa Tenggara

Barat. Lupa nama tapi tidak lupa rasa pak. Di sebelah kanan saya Ibu Intsiawati Ayus,

Kepulauan Riau eh Riau mohon maaf. Pak Asri Anas, Sulawesi Barat. Pak Kanedi, saya kira

dulu ia ikut partai di Bengkulu, partai apa saya tidak tahu dulu. Kemudian Pak Hudarni Rani,

beliau dari Bangka Belitung. Kemudian Pak Syafrudin dari Nusa Tenggara Barat eh Nusa

Tenggara Timur. Yang saya ingat Nusa Tenggara Barat bukan Pak Farouk tapi yang ada di

Komite I saya kira.

Pak Menteri dan Bapak-Bapak sekalian serta Ibu.

Hari ini kita tidak bicara tentang pengawasan atas pelaksanaan undang-undang tetapi

DPD dalam hal ini kemudian tugas itu diberikan kepada Komite I untuk merancang Undang-

Undang Etika Penyelenggara Negara. Ini yang saya kira undang-undang ini merupakan

amanat dari Tap MPR 9 Tahun 1998 tentang pokok-pokok reformasi pembangunan dalam

rangka penyelamatan dan normalisasi pembangunan nasional sebagai haluan negara.

Kemudian juga di dalam Tap MPR 5 Tahun 2000 tentang pemantapan persatuan dan

kesatuan nasional. Kemudian juga Tap MPR 6 Tahun 2001 tentang etika kehidupan

bernegara. Kemudian Tap 8 Tahun 2001 tentang rekomendasi arah kebijakan pemberantasan

dan pencegahan KKN amanat penerapan etika. Ini saya kira Pak Menteri dan Bapak- Bapak

sekalian ini merupakan 4 Tap MPR yang sampai hari ini nampaknya belum teregulasi secara

baik ya. Pak Sadiq ya. Jadi saya kira sudah 16 tahun pak ya, kami kira awal reformasi 98

sampai dengan tahun 2001 dengan beberapa Tap MPR ada pemerintah mulai dari

RAPAT DIBUKA PUKUL 13.13 WIB

Page 3: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepemerintahan Pak Gusdur kemudian Ibu Mega, Pak SBY dan Pak Jokowi, undang-undang dari Tap MPR belum lahir ya. Saya kira sebagaimana

RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017

SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 2

pemerintahan Pak Gusdur kemudian Ibu Mega, Pak SBY dan Pak Jokowi, undang-undang

dari Tap MPR belum lahir ya. Saya kira sebagaimana juga kalau kita lihat undang-undang

Tap 9 juga Bapak, Ibu sekalian mengenai apa yang kita sebut sebagai reforma agrarian tahun

2001 belum ada undang-undangnya. Saya kira saya yakin dengan Pak Asman sebagai

Menteri PAN Reformasi Birokrasi kita berharap bahwa amanat dari undang-undang yang

berupa undang-undang mengenai etika penyelenggaraan negara ini bisa berhasil Pak Asman

dan saya kira 2-3 tahun, 2,5 tahun cukup untuk melakukan itu.

Nah selain Tap MPR ada beberapa undang-undang yang saya kira perlu saya

sampaikan pertama adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelengaraan

negara yang bersih dan bebas dari kolusi, korupsi dan nepotisme dimana di dalam ketentuan

umum Pasal 1 angka 1 dikatakan bahwa penyelengaraan negara adalah pejabat negara yang

menjalankan fungsi eksekutif, legislatif dan yudikatif itu ya dan penjabat lain yang fungsi

dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Saya kira dengan apa, undang-undang ini

definisi mengenai siapa penyelenggara negara itu cukup memberikan ruang kepada Undang-

Undang Etika Penyelenggaraan Negara bahwa penyelenggara dimaksud adalah ya eksekutif,

ya legislatif, ya yudikatif. Tidak pada paparan atau tidak pada dokumen eksekutif semata.

Kemudian kode etik yang sudah ada pada setiap lembaga maupun lembaga negara

atau pemerintah maupun peraturan disiplin dan peraturan sistem negara terkesan juga belum

memberikan dampak citra yang baik. Saya kira kegundahan dari Kementerian PAN

Reformasi Birokrasi dalam hal misalnya kompetisi, dalam hal kompentensi, dalam hal

ranking pelayanan publik kita kemudian ranking korupsi kita, ya ini saya masih cukup

merisaukan kita semua. Misalnya dalam hal apa, medsos pendidikan kita itu nomor 3 dari

bawah tapi tingkat penggunaan apa namanya peralatan itu nomor 3 dari atas. Dari 183 negara

kita itu adalah pengguna terbanyak paling tinggi nomor 3 sedangkan tingkat pendidikan kita

yaitu adalah 183, 180 dari 183 negara. Jadi ada disparitas yang luar biasa.

Kemudian juga berbagai kasus ya yang saya kira lebih jauh dari hukum Pak Menteri,

itu pada moralitas. Hukum berjalan secara garis deret hitung sedangkan moralitas itu adalah

deret ukur. Ini saya kira sebaik apapun regulasi kalau kemudian moralitasnya itu dia berkelit

dengan deret ukur maka tidak akan mengejar itu regulasi-regulasi material format yang ada.

Nah karena itu Undang-Undang Etika Penyelenggara Negara yang masuk pada domain

morality itu menjadi penting. Dan saya kira Pak Menteri ini kawan-kawan yang ada di dalam

saya kira sudah, yang ada Kementerian PAN Reformasi Birokrasi sebetulnya titik tumpu

reformasi ini dan memang sudah dilakukan itu Kementerian PAN Reformasi Birokrasi.

Berbagai undang-undang 8 atau 6 undang-undang sudah lahir, itu awalnya memang dari

Kemenpan misalnya undang-undang yang melahirkan kemudian mengenai pelayanan publik

ya, undang-undang mengenai administrasi pemerintahan, undang-undang mengenai

adminduk, ya undang-undang yang lain-lain itu domain fokusnya itu kepada Kementerian

PAN Reformasi Birokrasi.

Nah PR yang belum saya kira salah satunya adalah mengenai Rancangan Undang-

Undang tentang etika penyelenggara negara yang saya kira hari ini kita berharap Pak Menteri

3 hal. Pertama adalah pandangan perspektif pemerintah terhadap urgensi pembentukan

Rancangan Undang-Undang Etika Penyelenggara Negara. Hal yang kedua adalah telah

normatifya dan penjelasan tentang pokok-pokok batasan-batasan jangkauan pengaturan etika

yang dapat dijadikan landasan normatif dalam penyelenggaraan pemerintahan oleh

penyelenggara negara. Itu yang kedua. Lalu yang ke terakhir secara garis besar adalah

penjelasan mengenai ketentuan perundang-undangan yang mengatur dan berkaitan dengan

etika penyelenggara negara yang telah ada dan dapat dijadikan sebagai dasar acuan awal dan

normatif, ini saya kira yang sudah ada.

Page 4: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepemerintahan Pak Gusdur kemudian Ibu Mega, Pak SBY dan Pak Jokowi, undang-undang dari Tap MPR belum lahir ya. Saya kira sebagaimana

RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017

SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 3

Nah secara kerja Pak Menteri, dan Ibu dan Bapak sekalian Komite I sudah

mengundang beberapa pakar. Ada Pak Jimly, kemudian ada Prof. Franz Magnis ya kemudian

ada Pak Yudilatif, ada dan banyak teman-teman dan mereka sepertinya mendorong agar

undang-undang ini cepat selesai. Dan secara khusus tadi hari ini, Pak Jimly juga memberikan

pesan kepada Ketua DPD kalau misalnya undang-undang ini bisa di segera DPR, kemudian

pemerintah dan utamanya DPD bisa lebih cepat. Syukur-syukur nanti adalah di dalam

penggunaan prakarsa undang-undang pemerintah dan DPD bisa lebih cepat. Saya kira DPR

pun juga akan bisa lebih cepat lagi. Saya kira demikian Bapak, Ibu sekalian. Hadir juga Pak

Mawardi. Pak Mawardi, Kalimantan Tengah. Hadir juga Pak Yusran Silondae dari Sulawesi

Tenggara ya.

Baik karena waktu kami juga singkat 14:30 WIB harus cau dari sini, cau itu keluar

pak. Cau dari sini maka saya tidak akan panjang kata. Silakan Pak Menteri untuk

menyampaikan hal-hal yang ingin kita dengarkan. Silakan.

PEMBICARA: Dr. ASMAN ABNUR, S.E., M.Si. (MENTERI PAN DAN RB RI)

Terima kasih.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat sore, salam sejahtera buat kita semua.

Mohon maaf Pak Ketua sebenarnya saya ingin ikut sampai selesai tapi ini ada tugas

dari Presiden dalam rangka Konferensi Tingkat Tinggi IORA ini, saya ditugasi hari ini jam

tiga menjemput Presiden Mozambik di bandara jadi saya mohon izin nanti sebelum jam

setengah tiga saya sudah harus meninggalkan ruangan sidang ini. Namun saya pikir tidak

akan mengurangi materi kita karena yang saya bawa ini memang sudah pada pakar semua

pak dibidangnya khususnya sebelah saya ini Bu Rini. Bu Rini adalah Deputi Bidang

Kelembagaan yang betul-betul tahu percis bagaimana mendesain kelembagaan di negeri ini

termasuk mulai terbentuknya kementerian pun beliau sudah mengikuti. Kemudian sebelah

kiri saya mungkin Pak Ketua sudah tahu, ini sudah 40 tahun jadi PNS kemudian saya tarik ke

Kemenpan, Pak Bambang staf khusus. Kemudian Pak Teguh beliau ini baru saja dilantik jadi

staff ahli bidang reformasi birokrasi dan insya Allah beliau juga punya kemampuan untuk itu.

Kemudian sebelahnya ini mungkin Pak Ketua sudah tahu lah, saya nggak perlu kenalin lagi

yang lain perlu kenal Bu Novi ya beliau juga pernah di DPR, kemudian sekarang jadi staf

khusus. Kemudian Pak Sandik beliau ini sudah 2 periode jadi bupati pak. Beliau terakhir di

Kementerian Dalam Negeri, saya pikir juga. Saya alhamdulilah sekarang di dukung oleh tim

yang lumayan kuat Pak Ketua karena reformasi birokrasi ini ternyata tidak boleh berhenti,

harus kita lanjutkan terus supaya negeri kita ini lebih maju lagi. Di belakang juga ada Indra,

staf khusus. Kemudian Pak Endro staf ahli bidang ya administrai negara dan yang lain para

esselon 2 yang di belakang.

Pertama saya ingin menyampaikan set back dulu pak kebelakang yang sudah pernah

dilakukan oleh Kemenpan RB sebelum Bapak mengundang kami pada hari ini.

Next. Nah tadi sudah Pak Ketua sampaikan.

Yang saya hormati Pak Ketua dan wakil ketua, semua anggota DPD yang saya

hormati semuanya.

Kita tahu bahwa Undang-Undang 28 Tahun 1999 itu sudah mengatur tentang

penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas korupsi, dan ini sudah berjalan. Kemudian

juga ada Undang-Undang Perubahan atas Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan

tindak pidana korupsi. Kemudian ada Undang-Undang tentang kementrian negara, ada

Undang-Undang ASN yang terakhir Pak Ketua ini yang sekarang ditunggu-tunggu PP-nya

Insya Allah ini dalam waktu dekat PP-nya sudah keluar karena sudah 2 tahun masyarakat

menunggu PP-nya. Kemudian Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 ini semua

Page 5: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepemerintahan Pak Gusdur kemudian Ibu Mega, Pak SBY dan Pak Jokowi, undang-undang dari Tap MPR belum lahir ya. Saya kira sebagaimana

RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017

SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 4

memperkuat peran birokrasi kita, supaya lebih bagus lagi. Nah on process sebenarnya ini kita

juga tadi sudah Pak Ketua sampaikan Undang-Undang Etika Penyelenggara Negara, ini

sudah pernah dibahas, bahkan kajian akademisnya pun sudah keluar nanti saya ceritakan

kenapa berhenti. Kemudian juga ada RUU Tata Hubungan antara kelembagaan yang ada di

kementerian dan pemerintah daerah. Kemudian yang terakhir kita sedang membahas secara

internal Pak Ketua yaitu Undang-Undang Sistem Pengawasan Internal Pemerintah. Kita ingin

memperkuat inspektorat-inspektorat yang ada di kementerian termasuk juga di pemerintah

daerah. Nah sekarang di pemerintah daerah itu yang namanya inspektorat harus laporannya

ke Sekda, harus laporannya ke walikota, kalau duduk pun dibelakangnya Sekda Pak Ketua

jadi bagaimana dia mau mengawasi pimpinannya kan nggak mungkin, jadi ini akan kita

perbaiki nanti kedepannya.

Next. Nah ini RUU Etika Penyelenggara ini kita menganggap ini adalah posisi yang

sangat penting kedepannya. Nah kemudian diperlukan dalam rangka mengendalikan berbagai

perilaku negatif aparatur dalam menyelenggarakan negara. Kita harapkan nanti dengan

lahirnya undang-undang ini antara lain yang harus di atur yaitu perilaku koruptif sudah

otomatis, kemudian gratifikasi penyalahgunaan kewenangan ini sangat penting kalau

menurut kami ini, ada kontennya yang akan kita atur nanti dalam undang-undang ini,

kemudian konflik kepentingan. Nah mungkin apakah nanti saya nggak tahu nanti apakah bisa

juga di atur di sini masalah yang terkait dengan Undang-Undang Pilkada atau Pemilu

kedepannya. Kemudian kebohongan publik, efisiensi mangkir dan Pungli dan segala macam

mungkin nanti masih bisa kita perluas lagi. Ini yang baru kita lakukan kajian akademis

sebelum ini kita tindaklanjuti nanti. Nah pada umumnya ini memberikan dasar bagi

pelayanan, pelaksanaan reformasi birokrasi kita nah agar tujuannya seperti biasanya ya

sasaran terakhir kita agar birokrasi kita bersih dan akuntabel. Akuntabel ini terukur Pak

Ketua, selama ini memang pemerintah daerah berjalan bagus serapannya bagus tapi belum

tentu akuntabel. Banyak daerah-daerah yang sekarang anggarannya tidak sesuai dengan

sasarannya seperti misalnya antara judul dengan kegiatan nggak sinkron, banyak yang begitu.

Nah sehingga akuntabilitas ini, kami melakukan penilaian kemarin ke seluruh pemerintah

daerah itu masih banyak daerah yang masih dapat C dan D pak bahkan kalau daerah timur

sana kita perlu meningkatkan akuntabilitas kinerjanya dari sisi pengelolaan keuangan

daerahnya. Kemudian agar efektif dan efisien nah agar birokrasi juga memberi pelayanan.

Nah memang sasaran kami di Kemenpan RB sekarang bagaimana caranya meningkatkan

akuntabilitas kinerja ini dari target kita 50% pemerintah daerah tahun ini minimum mendapat

harus dapat nilai B, ini target kami. Makanya kami seluruh staf sekarang kerja keras,

membantu kepala daerah dan bahkan kita kerja sama dengan KPK Pak Ketua agar

akuntabilitas ini menjadi prioritas kita.

Nah kemudian masalah efisiensi birokrasi saya pikir ini sudah menjadi sasaran.

Kemudian pelayanan publik pak ketua ini selalu saja dikeluhkan sampai-sampai pemerintah

membuat yang namanya cyber pungli. Nah sekarang kita punya satu program yang kami

anggap nanti bisa menjawab hal-hal yang terkait dengan masalah perizinan yaitu ada konsep

kita Pak Ketua, ini mohon dukungan dari anggota DPD nanti kita menciptakan Insya Allah,

setiap provinsi itu ada yang namanya mall pelayanan publik. Jadi kalau Bapak, pak ketua

pergi ke mall di situkan ada semua mau Starbuck juga ada, mau ke Coffebean juga ada, mau

refleksi juga ada di situ pak, nah kalau Bapak bisa bayangkan mall, mall itu lebih besar

daripada PTSP kalau PTSP ini kan pelayanan terpadu satu pintu saja, nah mall ini gabungan,

jadi seluruh pelayanan publik yang terkait dengan perizinan, bukan hanya pemerintahan

daerah termasuk juga perizinan yang terkait dengan pajak, imigrasi, Satlantas segala macam,

itu ada di dalam satu gedung itu dalam mall itu. Jadi kami namakan namanya mall pelayanan

publik jadi sehingga nanti ini saya pikir langkah terobosan yang bisa kita jadikan untuk ya

agar masyarakat terlayanani, ini target kita kedepannya.

Page 6: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepemerintahan Pak Gusdur kemudian Ibu Mega, Pak SBY dan Pak Jokowi, undang-undang dari Tap MPR belum lahir ya. Saya kira sebagaimana

RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017

SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 5

Kemudian next. Nah ini sejarahnya Pak Ketua perkembangan RUU etika

penyelenggara negara sebenarnya tahun 2001 naskah akademiknya sudah ada, 2001 kita

punya naskah akademiknya. Jadi mungkin kalau Pak Ketua ingin nanti mungkin Bu Rini

nanti silakan kalau ada nanti hari ini, kalau nggak nanti ktia susulkan. Nah cuma masalahnya

apakah naskah akademik yang 2001 ini masih update nggak sampai sekarang nah kalau

nggak berarti kita harus melakukan naskah akademik lagi agar ini sesuai dengan tantangan

yang ada sekarang. Nah tahun 2002 itu itu draft RUU nya sudah kita lakukan uji publik di

Kementerian PANRB. Nah tahun 2003 sudah pembahasan penyempurnaan sampai tahun

2007. Nah kemudian tahun 2008 sudah kita kirim ke Presiden dan perlu ada beberapa yang

perbaikan cuma sampai tahun 2012 terhenti Pak Ketua. Ini orang tidur ini Bapak bangunkan

lagi ini ya. Ini saya terima kasih sekali DPD punya, apa, inisiasi untuk melakukan ini karena

memang dari awalnya kita sudah melihat bahwa ini sangat urgent untuk melakukan,

melahirkan undang-undang ini. Nah antara 2008 dengan 2012 itu stuck itu pak. Nah jadi saya

juga sepakat dengan Pak Ketua, nanti habis ini apakah kajian akademiknya perlu kita

perbaharui atau bagaimana, nanti kita akan rembukan karena ini terkait dengan anggaran

nanti.

Nah next. Nah kenapa RUU Etika Penyelenggaraan ini penting? Karena ini menjadi

dasar bagi para penyelenggara negara untuk memberikan rambu-rambu dalam bersikap

berperilaku, bertindak dan berucap sehingga guna membangun penegakan nilai moral, norma

etika dan terwujudnya pengembangan budaya dalam aktivitas penyelenggaraan negara yang

baik dan etis, akuntabel dengan bercirikan kepribadian yang berperilaku menjunjung asas

kepastian hukum dan tertib penyelenggaraan negara. Nah tujuannya adalah menjamin

terlaksananya penyelenggaraan negara yang baik dilandasi dengan kesadaran untuk

menghormati, menegakan dan menjalankan norma etika yang berlaku dalam kehidupan

bernegara. Ini kalau kita perluas lagi etika penyelenggara ini saya pikir sangat luas. Jadi tidak

hanya sekedar yang kami tulis, ini akan dinamis lagi Pak Ketua dan mudah-mudahan nanti

dalam kajian akademis yang baru apakah masih yang lama kita teruskan ini akan

berkembang lagi.

Nah kemudian next. Nah ini alurnya pak ketika penyelenggara negara itu didalamnya

terkandung nanti prinsip-prinsip dasar etika. Kemudian apa yang harus kita lakukan

kewajiban dan haknya itu apa penyelenggara di dalam penyelenggara negara. Nah sehingga

nanti akan membentuk kode etik. Nah kode etik ini tentu di dalam pelaksanaannya harus ada

pengembangan budaya kerja, kemudian penegakan kode etik dan majelis penegak kode etik

tentu kemudian secara teknis ada tata cara penegakkan kode etik dan kemudian akan ada

sanksi bagi yang tidak mengikutinya. Ini kira-kira alur yang akan kita lewati nanti sehingga

kalau ini bisa kita terapkan di dalam pemerintahan ya mudah-mudahan nanti pemerintahan

kita ini akan lebih akuntabel lagi.

Next. Nah ini yang sudah kita draft waktu itu memang masih sedikit pak, masih terdiri

dari 8 bab 41 pasal. Tadi saya bilang sama deputi saya ini terlalu sedikit, kalau bicara etika

kalau 41 pasal rasanya nggak, nggak kemas pak. Tidak kemas ini bahasa melayunya begitu

ya bu ya. Kalau dari Jawa biasanya tahu, kalau nggak kemas itu berarti nggak komprehensif

begitu. Nah jadi mungkin ini akan bisa kita kembangkan lagi sehingga nanti betul-betul

undang-undang ini bisa menjawab hal-hal yang dikeluhkan oleh masyarakat terhadap

penyelenggara negara.

Nah kemudian isu-isu. Next. Isu-isu utama yang perlu di jawab oleh RUU

pengelenggaraan negara, etika penyelenggaraan negara. Nah cakupannya menurut Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN.

Nah kemudian penyelenggaraan negara, penjabat negara yang menjalankan fungsi eksekutif,

tadi disampaikan Pak Ketua bukannya eksekutif tapi legislatif, atau yudikatif dan pejabat lain

yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggara negara sesuai dengan

Page 7: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepemerintahan Pak Gusdur kemudian Ibu Mega, Pak SBY dan Pak Jokowi, undang-undang dari Tap MPR belum lahir ya. Saya kira sebagaimana

RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017

SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 6

ketentuan perundangan peraturan undang-undangan yang berlaku termasuk yaitu pejabat

negara, pada lembaga tertinggi negara kemudian pejabat negara pada lembaga tinggi negara,

kemudian termasuk menteri, gubernur, hakim, penjabat negara yang lain sesuai dengan

ketentuan peraturan perundangan yang berlaku dan kemudian juga pejabat lain yang

memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan

ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Nah disini kita sudah ada undang-undang

yang mengatur tentang tadi yang disampaikan di awal yaitu Undang-Undang ASN sudah ada

pengaturan mengenai kode etiknya. Nah mungkin ini supaya jangan tumpang tindih nanti

kita harus kaji betul pak karena kode etik ini juga sudah di bahas di, ada di dalam Undang-

Undang ASN. Kemudian menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 badan dan atau

pejabat pemerintahan disini juga sudah ada diatur. Kemudian di TNI juga sudah ada

pengaturan mengenai etika di Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 TNI jadi sehingga

nanti saya pikir, ini harus secara komperhensif semua undang-undang yang sudah ada

mengatur tentang etika ini harus menjadi apa, referensi kita termasuk POLRI. Di Undang-

Undang POLRI pun sudah ada pengaturan mengenai etika. Nah apakah ini nanti perlu kita

kaji lebih dalam lagi. Kemudian termasuk juga Undang-Undang Partai Politik sudah ada

pengaturan etika disitu. Nah sekali lagi saya pikir ini memang sangat penting kemudian RUU

etika penyelenggaraan negara, isu-isu lain yang perlu dijawab.

Next. Ini pak saya pikir ini bisa dikembangkan lagi nanti yaitu degredasi moral

penyelenggara negara, kemudian kebohongan publik, konflik kepentingan, intervensi proses

peradilan, pembuatan kebijakan yang berakibat pemborosan sumber daya, kemudian

pengangkatan pejabat yang tidak kompeten. Ini kita sudah jawab sekarang dengan sistem

merit pak, sistem open bidding yang juga di atur dalam PP 18, yang sekarang di daerah juga

termasuk heboh itu Pak Ketua di dalam mengisi karena banyak jabatan yang yang

terpangkas, kemudian kurang tanggap, responsif dalam memberikan kepelayanan, kemudian

ini terkait dengan pelayanan publik, kemudian perlakuan diskriminatif, kurangnya

kepedulian terhadap lingkungan. Nah jadi ini ada beberapa rekomendasi kita Pak Ketua.

Next, setiap profesi penyelenggara atau badan dan atau pejabat pemerintah, TNI, POLRI

sudah memiliki kode etik sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing, jadi yang bisa saya

sampaikan sudah ada undang-undang yang mengatur maka ke depan. RUU etika

penyelenggara negara ini menjadi dasar bagi penyusunan kode etik dan kode perilaku semua

profesi. Nah kemudian mendorong penegakan kode etik dan kode perilaku di seluruh profesi

penyelenggaraan negara yang selama ini menjadi kelemahan, Menegaskan cakupan dan

pengaturannya yang melingkup seluruh penyelenggaraan negara tanpa kecuali. Kemudian

memperhatikan harmonisasi dengan undang-undang lain.

Nah terakhir saya pikir kita sangat mendorong, mendukung, sepenuhnya inisiatif

perumusan RUU Etika Penyelenggaraan Negara ini agar kita di dalam menyelenggarakan

tugas lebih baik lagi kedepannya. Kesimpulan akhir itu Pak Ketua, Kemen PANRB sangat

berterima kasih dengan adanya inisiasi dari DPD untuk mendorong agar lahirnya Undang-

Undang Etika Penyelenggaraan Negara ini.

Demikian mungkin yang bisa saya sampaikan dalam kaitannya dengan rencana

melahirkan undang-undang ini, mudah-mudahan ini menjadi satu terobosan baru buat kita di

tahun 2017 ini. Terima kasih.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Page 8: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepemerintahan Pak Gusdur kemudian Ibu Mega, Pak SBY dan Pak Jokowi, undang-undang dari Tap MPR belum lahir ya. Saya kira sebagaimana

RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017

SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 7

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Iya saya bacakan terakhirnya adalah Kementrian PANRB mendukung sepenuhnya

inisiatif perumusan RUU Etika Penyelenggaraan Negara, saya kira ini poin yang perlu kira

kembangkan ke depan Pak Menteri karena itu saya kira secara subtansi, secara fungsi kita

nggak boleh berkerja sama, tapi secara subtansi boleh ya. Kalau kemudian ke depan ada taks

force bersama saya kira itu akan bisa mengeliminasi apa perbedaan-perbedaan di dalam

pembahasan yang diatur di dalam Tatib DPR. Jadi saya kira lebih baik kita duluan kita

selesaikan kita ada semacam tim kecil taks force, sekali lagi ya ini bukan struktural pak tapi

pada tataran subtansi fungsional. Saya kira itu menjadi rekomendasi kita, rekomendasi apa,

Komite I yang kemudian bisa bekerjasama lebih intensif untuk dalam rangka NA ataupun

dalam rangka RUU-nya. Terima kasih Pak Menteri dan ini Pak Bambang inikan Planolog

jadi memplanolog yang namanya 4,6 juta orang itu ringan pak, wong sekian juta hektar saja

ringan apa lagi 4,6 juta itu. Dia dulu jenderal pantole kehutanan pak, kenapa jauh-jauh

kesana kan cuma tinggal pagar saja kalau kesini pak. Pak Sandik saya kira pernah ketemu

kita dulu, saya di Komisi II dulu. Pak Sadik ini sekarang nggak jadi bupati tapi ada yang jadi

DPR yang lainlah.

Saya kira itu. Baik Ibu dan Bapak sekalian ini masih ada waktu, ya paling lama 30

menit. Pak Mawardi, silakan Pak Mawardi. Iya dengan Mawardi sering ketemu ini pak, Pak

Menteri. Pak Mawardi sering ketemu.

PEMBICARA: Ir. H. MUHAMMAD MAWARDI, M.M., M.Si. (KALTENG)

Partner lupa sama saya dia, temannya Pak Willy iya soal 2,4 juta hektar barangkali

yang nggak pernah selesai itu. Kalau Pak Bambang ini teman berdebat ini. Baik, terima kasih

Pak Ketua.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita sekalian.

Om swastiastu.

Yang saya hormati Pak Ketua, Wakil Ketua, dan anggota yang saya hormati.

Yang saya hormati, saya banggakan Pak Menteri beserta seluruh jajaran.

Menarik sekali. Yang pertama saya menariknya Pak Menteri ini kan mantan walikota

juga itu yang menarik bagi saya, apalagi diperkenalkan mantan bupati. Nah di sisi kiri

mantan orang kehutanan, jadi menarik semua ini kalau berbicara tentang moral etik,

integritas, dan akuntabel akuntabilitas, hanya 4 saya bilang bagaimana kita merancang suatu

Undang-Undang Etika Penyelenggaraan Negara. Saya, apa, saya tertarik sekali bahwa ini

memang perlu kita rumuskan bersama bagaimana seorang penyelenggara negara di dalam

melaksanakan tugasnya itu ada kewajiban-kewajiban. Yang menariknya lagi adalah Bapak

menyebutkan disini juga ada hak. Nah kita baru di sini saya berharap Bapak Presiden,

mantan anu juga, oke kita semua mendorong semua kewajiban-kewajiban penyelenggaraan

negara tetapi haknya ini pak. Saya ingin mendengar dari Bapak haknya ini yang bagaimana

kita di Indonesia inikan sudah memahami ya kami pun juga sudah, apa ya, mencari referensi

negara-negara yang juga memiliki tingkat korupsinya sangat rendahlah, taruhlah seperti

Selandia Baru disana juga ada yang namanya apa, service comitte seperti juga KPK. Dimana

persoalan korupsi itu sangat kecil sekali. Nah tetapi yang saya tertarik itu adalah persoalan

betul masalah moral, etika, integritas dan akuntabilitas seorang penyelenggara negara

sehingga kalaupun melanggar tidak perlu di hukum malah mengundurkan diri kan begitu jadi

ada transparansi. Cuma ada hal yang saya katakan Pak Menteri, Pak Menteri tahu ini jauh

sekali berbeda dengan kita yaitu menyangkut haknya Pak Menteri. Saya bertanya ini seperti

Page 9: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepemerintahan Pak Gusdur kemudian Ibu Mega, Pak SBY dan Pak Jokowi, undang-undang dari Tap MPR belum lahir ya. Saya kira sebagaimana

RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017

SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 8

kepala daerah 360 orang yang terpidana misalnya, menurut saya jujur ini, pak bupati yang

mantan bupati juga itu saya pikir apes saja kira-kira. Apes saja pak, apes saja. Ya kalau

istilah orang Banjar itu kepohonan yang lain itu nggak kepohonan, begitulah kira-kira. Nah

inilah yang mungkin Pak Menteri kenapa nggak dibenahi sistem haknya ini ya kepala daerah,

bupati hanya 6 juta, presiden 29 juta sementara BUMN yang sama juga penyelenggara

negara gajinya ratusan juta BPJS 300 juta, BUMN ada yang 600 juta, apa Gubernur Bank

Indonesia mungkin 600 juta, belum lagi anu, beliau sudah senyum-senyum ini saya ngomong

ini pak yang dulu kita benahi sehingga orang bekerja seperti di New Zealand itu tenang,

nggak usah pikir macam-macamlah kalau sudah haknya itu sudah diberikan. Saya pikir ini

harus ada berani terobosan Pak Jokowi ini. Pak Jokowi harus berani terobosan, jangan beliau

menerima gaji 29 juta tenang-tenang lihat yang lainnya luar biasa. Jadi ada kita ini yang

namanya apa ya, gap yang luar biasa, apakah ini yang dinamakan keadilan pak dalam

penyelenggaraan negara saya yakin kalau Bapak itu benahi maka kita bisa menekan yang

namanya korupsi. Ada integritas dan lain-lain, orang tenang pak seorang. Saya mohon maaf

saja, saya sebut saja, seorang Kapolda pernah cerita sama saya, gaji saya ini Pak Mawardi 22

juta terus saya ini kalau pensiun bagaimana, saya punya masa depan anak saya dan lain-lain,

ini keluhan saya katakan. Nah Bapak sebagai Menteri PAN, kira-kira apa yang Bapak akan

lakukan dengan kondisi negeri yang tidak punya standart yang benar ini. Iran yang namanya

BUMN itu diturunkan, dia nggak mau, skrit-nya itu harus antara terendah dan tertinggi itu

tidak jauh diturunkan hanya misalnya 100 juta gajinya. Saya studi banding, mungkin Bapak

juga pernah keluar Brazil bupati, mayor ataupun walikota itu 100 juta, gubernur 150 juta.

Tetangga kita pak Bapak juga kan dekat Batam dengan Malaysia gajinya mayor itu walikota

kan 50-an juta pak. Nah ini pak persoalannya saya bilang, saya tidak akan kagum kalau KPK

gaji 100 juta nangkap yang 6 juta. Kalau di balik KPK-nya 6 juta gajinya, bupatinya 100 juta,

baru saya katakan ini jempol 2 ini saya berikan. Jadi ini pak yang perlu pak dibenahi kalau

ini Bapak nggak benahi sampai kapan pun nunggu apesnya saja tuh pimpinan-pimpinan

daerah, apa lagi biaya berpolitik Bapak tahu besar kalau habisnya 10, 15, 20 kapan itu

kembalinya tapi kita memang ada keinginan untuk membangun negeri ini dengan baik.

Nah kira-kira saya ingin itu saja pak pandangan Bapak, Bapak sudah sebut kewajiban,

hak, haknya bagaimana menurut Bapak. Demikian, terima kasih.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Itulah NKRI Pak Mawardi. Jadi Pak Menteri kadang-kadang kalau kita berseloroh di

republik Komite I ini pak, NKRI itu singkatannya lain pak Negara Kok Republik Indonesia

katanya jadi NKRI bukan harga mati pak, tapi harga nego katanya begitu pak. Harga nego

pak. Direktur utama, apa, Bank Indonesia itu 360 itu baru gaji belum lain-lain BUMN

Tantaimnya itu loh pak, gajinya sedikit, Tantimnya itu loh pak yang tinggi, padahal Presiden

itu adalah datasemen di republik masa kalah dengan direktur penggadaian pak. Direktur

Penggadaian lebih dari itu loh Pak Sandik ya lebih dari itu. Masa Presiden kalah sama

Direktur Utama Perum Penggadaian. Nah dalam konteks ini saya kira pemerintah sudah

beberapa tahun lalu melakukan dalam remunerasi, ya saya kira sudah dilakukan, dan

pengalaman di awal-awal misalnya, Pak Bambang sudah pengalaman, kehutanan paling

nggak mau dilakukan kebijakan itu ya, keperhubungan juga nggak mau, kemudian KKP juga

nggak mau ya, PU juga nggak mau. Paling pertama dulu adalah Ibu Sri Mulyani pada waktu

Menteri Keuangan yang pertama dulu selanjutnya itu kemudian baru ikut belakangan pada

sadar begitu. Jadi remunerasi itu dilakukan oleh Menteri Keuangan yang, Pak Bambang ini

masih disana nggak mau remunerasi pak karena kalau diatur pendapatannya semakin sedikit,

kalau tidak diatur pendapatannya bisa banyak itu NKRI pak, di Negara Kok Republik

Page 10: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepemerintahan Pak Gusdur kemudian Ibu Mega, Pak SBY dan Pak Jokowi, undang-undang dari Tap MPR belum lahir ya. Saya kira sebagaimana

RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017

SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 9

Indonesia itu pak. Nah Pak Kui, saya kira Mba Novi pernah dulu ngangkat stick and carrot

saya kira, muliakan dulu baru dipukul. Nah saya kira 4,6 itukan yang berjabat tidak banyak,

fungsional dan struktural saya kira 4,6 Pak Wangsa itu bisa dinegosiasikanlah ya. Jadi stick

and carrot itu pada waktu Pak Kui menjadi Menteri Bappenas sudah lakukan pernah

mencuatkan ide itu ya. Kasih kemuliaan, baru kemudian dipukul, sepukul-pukulnya, semati-

matinya kalau perlu. Saya kira ini tantangan juga ini Pak Menteri, stick and carrot, hak dan

kewajiban, remunerasi dan termasuk juga pak soal Iptek pak kalau Iptek pengetahuan ini di

Indonesia ini memang aneh kita ini negara yang di dalam insert ilmu pengetahuan dan

teknologi itu menjadi negara ketiga dibawah mungkin Bapak nanti ketemu mesin di

Mozambik tanya mohon bertanya pak tinggian mana Indonesia dengan Mozambik, saya kira

sama dalam hal masuknya ilmu pengetahuan studi bandinglah, sekolah di luar negerilah,

kepada kebijakan publik itu alhamdulillah kita nomor 3 dibawah, dari bawah dari 183

negara. Jadi sekolah tinggi-tinggi nggak ada manfaat pak, mohon maaf ini, bahasa saya,

karena nggak pernah mampir kepada kebijakan ini saya kira problem kita.

Pak Nas, silakan.

PEMBICARA: MUH. ASRI ANAS (SULBAR)

Iya terima kasih Pak Ketua.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang kami hormati Ketua, Wakil Ketua dan seluruh Anggota Komite I.

Pak Menteri dan seluruh jajaran yang kami hormati.

Secara prinsip apa yang dijelaskan oleh Pak Menteri kita sepakat, kita sepakat hanya

rasanya ada beberapa hal yang cukup menggelitik saya Pak Menteri ini mohon dijawab

karenakan langkah selanjutnya pasti ada pembahasan, apakah bersama ataupun DPD dan

Menpan itu masalah teknis menurut kami. Yang pertama adalah melihat durasi pembahasan

yang pernah berjalan pak tahun 2012 itu berhenti. Kalau boleh bertanya sebenarnya kalau dia

menjadi inisiatif pemerintah secara serius menurut saya pasti gol kan begitu. Pertanyaan saya

apa masalahnya kira-kira ya kok nggak bisa berjalan durasinya kan cukup lama itu 2000 kira-

kira hampir 4 tahunlah tidak bergerak kan begitu. Itu yang pertama karena saya yakin sekali

bahwa di Bapak jauh lebih pahamlah kenapa ini bisa proses pembahasan undang-undang ini

dulu bisa berhenti bahkan ya sudah dikirim ke presiden kan, prosesnya dihentikan.

Kemudian yang kedua, kalau undang-undang ini dijalankan rasanya kita akan

mengalami kesulitan. Saya berikan contoh saja mengenai hampir semua undang-undang

ketika bicara sanksi rasanya ketika undang-undang pelayanan, apa, etika penyelenggaraan

negara ini dilakukan ketika bicara sanksi rasanya agak susah mencari mekanismenya sanksi

itu bisa berlaku secara umum antara penyelenggara yudikatif, eksekutif dengan legislatif.

Saya tidak tahu bagaimana mencari formulanya nanti, kan begitu. Kemudian yang lain adalah

hamper seluruh UU yang bersifat sektoral atau yang mengatur kelembagaan masing-masing,

misalnya UU MD3 yang mengatur tentang MPR, DPR, DPRD, dan DPD itu juga dalam

turunannya juga mengatur tentang etika, kan begitu. Sanksi pun hampir seluruhnya ada.

Pelanggaran, sanksi, seluruh UU ketika kita membaca itu, itu ada. Misalnya, UU No. 34, UU

No. 2, TNI dan Kepolisian. Tetapi kok rasanya di aturan masing-masing yang bersifat

sektoral itu, sanksi sudah diuraikan, tetapi hampir semua juga masih berjalan pelanggaran-

pelanggaran, kan begitu. Saya kok merasa bahwa bukan pada aspek UU yang maaf ini, Pak

Ketua, walaupun saya menyepakati UU ini tetap kita dorong, tetapi saya merasa bahwa

masalah terbesarnya sebenarnya bukan pada etika penyelenggara itu. Kenapa? Karena,

masing-masing UU yang mengatur kita, misalnya aparatur sipil negara ketika kita buat

pemantauan pilkada kemarin, hampir katanya rating tertinggi dari laporan itu adalah aparatur

Page 11: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepemerintahan Pak Gusdur kemudian Ibu Mega, Pak SBY dan Pak Jokowi, undang-undang dari Tap MPR belum lahir ya. Saya kira sebagaimana

RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017

SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 10

sipil negara itu yang paling banyak melakukan pelanggaran. Jelas sanksi-sanksinya, tetapi

kok tetap berjalan itu.

Kemudian, yang terakhir adalah apa memungkinkan misalnya dalam etika

penyelenggara ini menurut Pak Menteri, ini pandangan saya saja secara pribadi, apa

memungkinkan misalnya kita membentuk dan mendorong satu dewan pengawas independen

yang benar-benar bisa maksimal memberikan sanksi dan rekomendasi yang bisa dijalankan,

kan begitu. Kalau misalnya di UU Pilkada kan jelas ada Bawaslu, tetapi tidak bisa

independen Pak memberikan rekomendasi terhadap sanksi. Kemudian, kalau di internal

kadang-kadang ada BPKP. BPKP tidak bisa, hanya lebih pada aspek pembinaan, kan begitu.

Begitu pun pengawas di internal di beberapa lembaga yang lain. Kalau melihat struktur yang

ada dari 41 pasal, 8 bab, atau dengan sekian banyak UU yang ada, saya berpikir apa

memungkinkan misalnya dewan pengawas independen itu jauh lebih coba kita maksimalkan

utuk menjadi satu kesatuan dalam etika penyelenggara negara ini. Karena kalau dia sifatnya

normatif, rasanya tidak ada bedanya dengan UU yang lain yang juga mengikutkan tentang

sanksi, etika, dan lain sebagainya. Itu saja, Ketua.

Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Terima kasih, Pak Asri.

Jadi, yang … (kurang jelas, red.) dengan Pak Menteri ini saya kira yang pernah

dilakukan yang lalu. Ini UU tahun 2001, Pak. Jadi karena itu, mesti kita tadi saya bilang

bahwa ya kita perlu untuk menajamkan kembali ini ruang-ruang apa yang harus ada dalam

RUU tersebut. Termasuk juga enaknya harus kita benahi bareng-bareng itu.

Satu lagi kalau ada. Kalau tidak, cukup ini. Oke silakan, Pak. Nah ini pengalaman

juga, Pak, minimal jadi sekda. Dulu pernah jadi sekda beliau ini. Betul Pak ya. Yang

mengetahui etika itu biasanya penyelenggara negara Pak, walaupun etikanya kita tidak tahu

juga. Silakan, Pak.

PEMBICARA: Drs. A.D. KHALY (GORONTALO)

Terima kasih, Pak Ketua.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang saya hormati Pak Ketua, Pak Wakil Ketua Komite I, dan rekan-rekan Anggota,

Bapak Menteri bersama jajaran, mohon maaf saya tidak sebut satu persatu.

Tadi Pak Menteri sebelum menyampaikan terkait dengan etika, RUU Etika

Penyelenggara Negara menginformasikan bahwa akan memperkuat inspektorat di daerah,

apakah itu di provinsi maupun kabupaten/kota. Saya menyatakan mengapresiasi sekali, Pak

Menteri. Pengalaman saya 32 tahun sebagai PNS itu tepat sekali kalau wacana Pak Menteri

begitu. Tetapi dengan syarat, kalau boleh inspektorat itu di bawah KPK, bukan dalam

struktur pemerintahan di bawah gubernur maupun bupati sebagaimana berlaku sekarang ini.

Kemudian menyangkut RUU Etika Penyelenggara Negara, tadi saya sependapat juga

dengan Pak Anas dari Sulawesi Barat. RUU ini sudah lama dibahas, dibicarakan, demikian

juga penjelasan dari Pak Menteri. Ya memang menjadi pertanyaan saya, kenapa sampai

sekarang ini belum terwujud RUU itu, apa kendalanya? Bahkan, dulu saya pernah dengar

para ahli itu sudah memberikan penjelasannya kepada Menpan. Kalau tidak salah waktu itu,

antara lain Pak Ketua Umum Muhammadiyah pernah menjelaskan, pernah memberikan

keterangan, penjelasan terkait dengan rancangan undang-undang ini. Pak Din Syamsuddin

kalau tidak salah. Demikian juga guru besar dari ya antara lain Pak Said Abidin, ini tahun

2006 seingat saya, kalau tidak salah saya Pak. Apa kira-kira kendalanya dan apakah yang kita

Page 12: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepemerintahan Pak Gusdur kemudian Ibu Mega, Pak SBY dan Pak Jokowi, undang-undang dari Tap MPR belum lahir ya. Saya kira sebagaimana

RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017

SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 11

bahas sekarang ini bisa berlanjut berdasarkan pengalaman yang macet pada waktu itu.

Demikian.

Terima kasih, Pak.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Baik, Pak Menteri saya kira waktunya sangat singkat Bapak punya waktu. Sialkan

Pak Menteri.

PEMBICARA: Dr. ASMAN ABNUR, S.E., M.Si. (MENTERI PAN DAN RB RI)

Terima kasih, Pak. Ini walaupun tiga kayaknya pertanyaannya melebihi pertanyaan

kalau mau menjadi doktor, Pak, karena ini inti semua.

Yang pertama Pak Mawardi. Tujuh bulan yang lalu saya begitu masuk ke Menpan,

secara pribadi yang merasakan dampak dari hak itu adalah saya Pak. Karena, saya tiga

periode di DPR, saya merasakan kok di DPR income-nya lebih besar daripada menteri ya.

Saya tidak tahu di DPD, Pak Ketua. Ya kira-kira. Lalu saya mulai berpikir, ini tidak rasional.

Artinya, ada hal yang harus kita perbaiki di dalam hak ini. Nah maka ya ini seperti apa yang

Bapak pikirkan, apa yang saya lakukan sekarang di dalam memperbaiki penyelenggaraan

negara ini persis, yaitu saya secara proaktif sudah melakukan rapat-rapat koordinasi dengan,

tentu dengan Menteri Keuangan, Bapak. Namun sebelumnya, saya tidak mau masuk ke

dalam substansi gaji pejabat negara dulu. Apa sih yang sudah dilakukan efisiensi di birokrasi

ini. Contohnya, setiap tahun kami melakukan penilaian terhadap akuntabilitas kinerja. Nah

dari hasil evaluasi kami dan setahun ini Pak, masih sebagian besar, terutama kabupaten dan

provinsi itu di dalam pengelolaan APBD-nya ataupun kinerjanya itu masih sangat rendah,

yaitu dengan bukti mereka hanya dapat C nilainya. Bahkan, yang tingkat kabupaten/kota

yang dapat nilai A itu hanya dua di republik ini, kalau dapat A itu baru dua. Nah lalu saya

bicara kalau mereka sudah dapat A berarti kan tingkat efisiensinya sudah tinggi dong, sudah

bagus.

Bahkan, kita evaluasi juga organisasi kepolisian. Tahun ini dengan menerapkan

sistem IT di semua bidang. Ternyata kerja sama kita dengan KPK sudah menghasilkan

beberapa evaluasi di bidang kepolisian ini yang tugas-tugasnya yaitu beberapa polres sudah

menjadi, mendapat predikat WBK (Wilayah Bebas Korupsi). Ini kan luar biasa, Pak. Ada

tiga polres yang dapat. Terhadap polres ini, apa yang harus kita beri apresiasi mereka. Jadi,

kami sedang mendesain, Pak, terhadap kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah yang

punya akuntabilitas kinerja yang tinggi. Kalau untuk kementerian, kita sudah menaikkan

tukinnya, tunjangan kinerjanya. Belum gajinya, Pak. Nah termasuk juga polres-polres itu.

Apakah sama gaji kapolres yang akuntabilitas kinerjanya lebih tinggi dengan yang polres

biasa-biasa saja. In juga tidak fair. Nah maka dari itu, ini menjadi program utama kami, Pak,

sekarang dan alhamdulillah mendapat tanggapan positif dari Menteri Keuangan dan insya

Allah ini dalam waktu dekat, Pak Ketua. Cuma ini memang tidak bisa sekaligus, Pak Ketua.

Kita kaitkan dengan akuntabilitas kinerjanya. Kalau memang kinerjanya bagus, ya kenapa

tidak kita berikan apresiasi yang bagus. Nah terhadap gaji pejabat negara ini haknya,

sebenarnya periode presiden sebelumnya sudah ada draf akhirnya, Pak. Sudah ada draf

akhirnya yang menurut kami dapat cerita. Tinggal kami nanti tinggal mengikuti itu, namun

yang menjadi acuan kami tetap adalah akuntabilitas kinerjanya. Kalau kementerian yang

punya akuntabilitas kinerjanya A, tentu akan berbeda dengan nanti dengan akuntabilitas

kinerjanya C. Nah ini akan kita coba rumusan-rumusan ini.

Kemudian untuk bupati, walikota, kemarin baru kita melaksanakan beberapa program

yang bisa kita jadikan role model nasional, Pak. Saya tidak usah sebutkan ada walikota yang

Page 13: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepemerintahan Pak Gusdur kemudian Ibu Mega, Pak SBY dan Pak Jokowi, undang-undang dari Tap MPR belum lahir ya. Saya kira sebagaimana

RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017

SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 12

kita panggil, Pak. Nanti programnya dan sistem pelayanan publiknya akan kita jadikan

contoh nasional. Jadi kita tidak perlu lagi menciptakan, tinggal meniru Pak. Pak Ketua, dulu

kan kaalu waktu ujian kita belajar siang malam, terus ada di sebelah kita tidak belajar.

Karena dia meniru kita, kita lulus, dia lulus juga kan Pak, sama saja sebenarnya. Nah saya

menciptakan itu sekarang supaya yang sudah jadi di daerah itu kita jadikan role model contoh

nasional.

Nah terhadap eselon II-nya Pak, eselon II, eselon III-nya, tukinnya sudah naik sampai

150%, itu sudah diberikan oleh walikotanya. Kemudian saya tanya, walikotanya sendiri

bagaimana, sudah naik atau belum. Nah saya juga bingung Pak, siapa yang menaikkan saya.

Nah ini kan perlu dijawab Pak, menurut saya ini. Ini Pak Sekda, siapa yang menaikkan itu?

Nah ini walaupun bukan sepenuhnya tugas saya, saya pikir ini menjadi prioritas saya semasa

jadi Menpan ini, Pak. Mudah-mudahan nanti seluruh pejabat negara itu menerima hak yang

sewajarnyalah, yang kalau misalnya Meneg BUMN menandatangani gaji seorang Direktur

Utama Pertamina atau direktur sebuah bank, terus dia sendiri gajinya tidak ada 10%-nya,

Pak. Itu kan aneh juga begitu. Nah jadi ini mohon dukungan, Pak. Saya sekali lagi mohon

dukungan lagi, Pak, karena nanti tanpa dukungan DPR dan DPD, saya pikir ini akan jadi

masalah lagi. Sehingga, kalau penyelenggara negara ini sudah terpenuhi haknya, saya yakin

apa yang kita tuntut pasti bisa kita dapat manfaatnya.

Nah kemudian Pak Anas masalah UU yang mengatur penyelenggaraan negara ini

memang sudah banyak berbicara masalah etika. Kemudian, ASN juga banyak pelanggaran-

pelanggaran tadi katanya. Kita sebenarnya sudah ada sistem lapor, Pak. Dan, kami sudah

sepakat kalau ada ASN yang ikut-ikutan berpolitik itu sanksinya berat, Pak. Sudah kita

peringatkan, saya dengan Menteri Dalam Negeri sudah sepakat. Itu tidak noleh main-main

kita karena ke depan posisi ASN itu tidak boleh terganggu dengan situasi politik seperti apa

pun karena itu adalah bentengnya negara. Siapa pun jadi walikotanya, siapa pun bupatinya,

ASN itu tidak boleh lagi terganggu ke depannya, termasuk jabatan-jabatan yang ada di eselon

II itu. Nah kalau memang penggantian, itu ada mekanismenya, Pak, yang sekarang UU ASN

sekarang. Jadi, sistem merit itu akan menjadi fokus utama kita. Makanya, sekarang masih

banyak kepala-kepala daerah yang komplain, yaitu ada tim suksesnya yang tidak bisa

terakomodir di jabatan-jabatan yang sudah dijanjikan. Nah ini tidak boleh terjadi. Nah saya

yakin nanti lama-lama kepala daerah yang mau bertanding ini akan paham tentang

bagaimana manfaatnya kalau birokrasi itu lepas dari masalah-masalah politik karena nanti

secara administrasi, secara operasional itu bisa autopilot, Pak. Siapa pun jadi bupatinya,

siapapun jadi walikotanya, tinggal menyesuaikan visi misinya. Nah, makanya sekarang kita

juga memperbaiki postur anggaran.

Pak Ketua, kemarin pernah saya paparkan di sini, masih banyak daerah yang belanja

pegawainya di atas 50%, bahkan ada yang 80%. Nah ini juga suatu tantangan tersendiri,

mudah-mudahan ini akan kita perbaiki. Tahun ini saya targetkan itu tidak ada lagi yang di

bawah, di atas 50%. Dan, saya sudah wanti-wanti kepada kepala daerah yang di atas 50% itu

agar kita redistribusi, Pak, pegawainya. Nah ini, komitmen ini akan menjadi pegangan kami.

Kemudian, Pak Mantan Sekda, memang keluhan dari inspektorat itu, Pak, kami sudah

pernah mengumpulkan seluruh inspektorat kabupaten dan kota, dan dengan BPKP kita

kumpulkan Pak. Nah kemarin keluhannya adalah mereka juga tidak bisa sepenuhnya

melakukan tugasnya karena dia jadi bawahan yang BPK pembina pegawai di daerah. Dia

bawahan sekda, bawahan bupati, atau walikota? Bagaimana dia mau mengawasi kinerjanya

bupati dan walikota. Nah maka dari itu, kami dengan BPK, dengan BPKP sekarang sedang

mendesain, Pak, yang namanya Sistem Pengawasan Internal Pemerintah ini, dan bahkan

nanti RUU-nya hampir selesai dari kita, nanti kita akan majukan ke DPR. Nah apakah

independensi ini nanti menjadi satu prioritas di bidang pengawasan internal ini atau kita

kaitkan nanti dengan lembaga di pusat, apakah dengan BPK ataukah dengan BPKP. Mungkin

Page 14: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepemerintahan Pak Gusdur kemudian Ibu Mega, Pak SBY dan Pak Jokowi, undang-undang dari Tap MPR belum lahir ya. Saya kira sebagaimana

RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017

SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 13

ini nanti kita debat di waktu pembahasan DIM-nya, Pak. Kemudian, dengan efektivitas

pengawasan internal ini, saya pikir mulai dari perencanaan sampai pelaksanaannya mudah-

mudahan efektivitas pemerintahan kita ini akan lebih baik lagi.

Mungkin itu, Pak, secara umum kami sampaikan. Dan, terkait dengan rencana ASN

ke depan, saya pikir dengan lahirnya PP ini mudah-mudahan, Pak, ini sebentar lagi akan lahir

dan memang ada juga sekarang usulan DPR, yaitu revisi beberapa pasal dari UU, tetapi

sedang kami bahas di internal pemerintah.

Sekali lagi, Pak Ketua, mungkin itu yang mau saya sampaikan. Bu Rini mungkin ada

yag mau disampaikan lagi tambahan? Cukup? Oke. Pak Bambang? Oke.

Silakan, Pak Ketua.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Terima kasih, Pak Menteri dan Ibu Bapak sekalian. Saya kira sebagai sharing ini ya,

pemerintah menyampaikan pengalaman bagaimana mem-break down, melanjutkan beberapa

Tap MPR ya, Tap Tahun 2000-2001 yang jumlahnya empat itu yang saya kira bukan

pekerajaan ringan. Tadi saya sampaikan kenapa, salah satunya itu adalah mengenai UU

pertanahan. Berantemnya ya kembali, Pak, ya Pak Bambang ini dengan Pattimura begitu

kan,UU Pertanahan ini. Pattimura, Sisingamangaraja, tiga itu saja, tidak selesai-selesai

sampai sekarang. Jadi kemarin UU sudah jalan, sudah dibahas, tetapi juga mentok lagi. Sama

dengan UU yang berkaitan dengan NA (naskah akademik, red.) dan juga RUU. Harapan

kami, Pak, nanti kita bisa kaji bersama-sama ini sehingga satu tahap sudah kita selesaikan.

Ada saling pengertian mengenai isi dan juga langkah bersama, saya kira.

Saya kira demikian Ibu Bapak sekalian. Kalau tidak ada lagi, maka kita tutup rapat ini

tepat jam 14.30 sesuai janji saya, Pak.

PEMBICARA: Dr. ASMAN ABNUR, S.E., M.Si. (MENTERI PAN DAN RB RI)

Sedikit, Pak Ketua.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Silakan, Pak.

PEMBICARA: Dr. ASMAN ABNUR, S.E., M.Si. (MENTERI PAN DAN RB RI)

Terkait dengan masalah kenapa macet, Pak, ini saya lupa tadi karena dari tahun 2001

sampai tahun 2012 kan sudah diproses. Saya tidak mau set back, Pak. Kita bicara ke depan

saja, Pak Ketua. Ini kan komitmen pemerintah sekarang kita sangat komit untuk memperbaiki

ASN ini. Nah kalau kita cari lagi kenapa macet segala macam, nanti kita balik lagi ke

belakang, Pak. Jadi mendingan kita maju ke depan saja, kita perbaiki, mudah-mudahan masa

kita ini, ini bisa lebih bagus lagi. Itu saja, Pak Ketua.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Baik, Pak Menteri tidak mau melihat terlalu banyak spion, tetapi kaca mobil itulah

yang dilihat. Saya ingin membacakan beberapa kesimpulan, Pak Menteri.

Satu, Komite I sepakat dan sejalan dengan pendapat pemerintah. Dengan pemerintah,

saya kira pendapat, cukup pendapat juga boleh. Dalam hal ini, Menpan RB bahwa RUU

Etika Penyelenggara Negara sangat penting bagi penyelenggara negara dalam rangka

Page 15: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepemerintahan Pak Gusdur kemudian Ibu Mega, Pak SBY dan Pak Jokowi, undang-undang dari Tap MPR belum lahir ya. Saya kira sebagaimana

RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017

SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 14

mengendalikan berbagai perilaku negatif aparatur dalam penyelenggaraan negara sekaligus

memberikan dasar bagi pelaksanaan reformasi birokrasi. Oke?

KETOK 1X

Dua, Komite I sepakat bahwa urgensi UU EPN untuk dijadikan dasar bagi para

penyelenggara negara dalam bersikap, berperilaku, dan bertindak, dan berucap guna

membangun penegakan nilai moral, etika, dan terwujudnya penyelenggaraan negara yang

baik dan etis dengan bercirikan kepribadian berperilaku menjunjung asas kepastian hukum

dan tertib penyelenggaraan negara.

KETOK 1X

Tiga, Komite I sepakat dengan pandangan Menpan RB terhadap berbagai

permasalahan terkait dengan aparatur negara yang meliputi degradasi moral, kebohongan

publik, konflik kepentingan, intervensi peradilan, pelayanan publik yang tidak responsif,

perilaku yang diskriminatif, dan lemahnya profesionalisme aparatur negara sehingga

kehadiran RUU EPN menjadi penting dalam menciptakan penyelenggaraan negara yang

profesional, etika, dan bermoral.

KETOK 1X

Empat, Komite I mengapresiasi dukungan sepenuhnya dari Menpan atas inisiatif

DPD dalam mendorong penyusunan RUU EPN dan menindaklanjutinya dengan

pembentukan task force. Task force ya, jadi sekali lagi ini tidak struktural, Pak, hanya

fungsional. Istilah Pak Bambang dulu, saya ngopi-ngopi saja. Ya pembentukan, kurang “n”,

Pak. Hati-hati, kurang “n” tidak bagus. Seperti Pak Harmoko dulu ketika meresmikan pabrik

tekstil di Sukoharjo, dia ngomong, “Dengan ini saya resmikan pabrik tektil.” Kurang “s”,

Pak. “Sekaligus pabrik es”, katanya begitu. Dulu itu Pak Harmoko dulu itu. Ya pembentukan

task force untuk merealisasikan tersusunnya NA dan RUU Etika Penyelenggara Negara tanpa

mengurangi otonomi dan … (kurang jelas, red.) perkembangan masing-masing, ya Pak.

KETOK 1X

Baik, Ibu Bapak sekalian, saya kira demikian karena waktunya sangat singkat.

Terima kasih. Mohon maaf.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETOK 3X

RAPAT DITUTUP PUKUL 14.30 WIB