DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepemerintahan Pak Gusdur kemudian Ibu Mega, Pak...
Click here to load reader
Transcript of DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... filepemerintahan Pak Gusdur kemudian Ibu Mega, Pak...
Nomor: RISALAHDPD/KMT.I-RAKER/III/2017
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
REPUBLIK INDONESIA
-----------
RISALAH
RAPAT KERJA KOMITE I BERSAMA MENTERI PENDAYAGUNAAN
APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MASA SIDANG III TAHUN SIDANG 2016-2017
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
I. KETERANGAN
1. Hari : Senin
2. Tanggal : 6 Maret 2017
3. Waktu : 13.13 WIB – 14.30 WIB
4. Tempat : R.Sidang 2A
5. Pimpinan Rapat :
Drs. H. Akhmad Muqowam (Ketua Komite I DPD RI)
6. Sekretaris Rapat :
7. Acara : Menginisiasi penyusunan RUU tentang Etika
Penyelenggaraan Negara
8. Hadir : Orang
9. Tidak hadir : Orang
RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017
SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 1
II. JALANNYA RAPAT:
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)
Baik Pak Menteri kita mulai.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillah. Alhamdulillah.
Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua.
Yang saya hormati dan sama-sama kita hormati Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia beserta jajarannya.
Rekan-rekan anggota Komite I Dewan Perwakilan Daerah. Masih banyak yang sholat
ini pak, yang sholat diluar yang tidak sholat juga diluar saya kira.
Pertama-tama mari kita bersyukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa, Allah
Subhanahu wa Ta'ala yang atas anugerah-Nya kita semua dapat hadir dalam Rapat Kerja
Komite I dengan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dengan
agenda adalah mengenai Rancangan Undang-Undang tentang Etika Penyelenggaraan Negara.
Oleh karena itu rapat kami buka dan terbuka untuk umum.
KETOK 1X
Saudara Menteri dan Bapak, Ibu sekalian.
Saya ingin kenalkan dulu Pak Menteri teman-teman yang di ruangan ini. Yang paling
belakang saya kira Nabil saya sudah kenalkan lebih dulu. Jadi ketika saya ke Batam dulu
awalnya saya belum kenal Pak Nabil tapi kenal Pak Wakil Walikota pada waktu itu.
Kemudian Pak Rizal Sirait, Sumatera Utara. Kemudian Pak A.D. Khaly dari Gorontalo.
Kemudian Ibu Eni dari Jawa Barat. Kemudian pak, eh Ibu Eni. Ibu Dewi dari Nusa Tenggara
Barat. Lupa nama tapi tidak lupa rasa pak. Di sebelah kanan saya Ibu Intsiawati Ayus,
Kepulauan Riau eh Riau mohon maaf. Pak Asri Anas, Sulawesi Barat. Pak Kanedi, saya kira
dulu ia ikut partai di Bengkulu, partai apa saya tidak tahu dulu. Kemudian Pak Hudarni Rani,
beliau dari Bangka Belitung. Kemudian Pak Syafrudin dari Nusa Tenggara Barat eh Nusa
Tenggara Timur. Yang saya ingat Nusa Tenggara Barat bukan Pak Farouk tapi yang ada di
Komite I saya kira.
Pak Menteri dan Bapak-Bapak sekalian serta Ibu.
Hari ini kita tidak bicara tentang pengawasan atas pelaksanaan undang-undang tetapi
DPD dalam hal ini kemudian tugas itu diberikan kepada Komite I untuk merancang Undang-
Undang Etika Penyelenggara Negara. Ini yang saya kira undang-undang ini merupakan
amanat dari Tap MPR 9 Tahun 1998 tentang pokok-pokok reformasi pembangunan dalam
rangka penyelamatan dan normalisasi pembangunan nasional sebagai haluan negara.
Kemudian juga di dalam Tap MPR 5 Tahun 2000 tentang pemantapan persatuan dan
kesatuan nasional. Kemudian juga Tap MPR 6 Tahun 2001 tentang etika kehidupan
bernegara. Kemudian Tap 8 Tahun 2001 tentang rekomendasi arah kebijakan pemberantasan
dan pencegahan KKN amanat penerapan etika. Ini saya kira Pak Menteri dan Bapak- Bapak
sekalian ini merupakan 4 Tap MPR yang sampai hari ini nampaknya belum teregulasi secara
baik ya. Pak Sadiq ya. Jadi saya kira sudah 16 tahun pak ya, kami kira awal reformasi 98
sampai dengan tahun 2001 dengan beberapa Tap MPR ada pemerintah mulai dari
RAPAT DIBUKA PUKUL 13.13 WIB
RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017
SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 2
pemerintahan Pak Gusdur kemudian Ibu Mega, Pak SBY dan Pak Jokowi, undang-undang
dari Tap MPR belum lahir ya. Saya kira sebagaimana juga kalau kita lihat undang-undang
Tap 9 juga Bapak, Ibu sekalian mengenai apa yang kita sebut sebagai reforma agrarian tahun
2001 belum ada undang-undangnya. Saya kira saya yakin dengan Pak Asman sebagai
Menteri PAN Reformasi Birokrasi kita berharap bahwa amanat dari undang-undang yang
berupa undang-undang mengenai etika penyelenggaraan negara ini bisa berhasil Pak Asman
dan saya kira 2-3 tahun, 2,5 tahun cukup untuk melakukan itu.
Nah selain Tap MPR ada beberapa undang-undang yang saya kira perlu saya
sampaikan pertama adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelengaraan
negara yang bersih dan bebas dari kolusi, korupsi dan nepotisme dimana di dalam ketentuan
umum Pasal 1 angka 1 dikatakan bahwa penyelengaraan negara adalah pejabat negara yang
menjalankan fungsi eksekutif, legislatif dan yudikatif itu ya dan penjabat lain yang fungsi
dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Saya kira dengan apa, undang-undang ini
definisi mengenai siapa penyelenggara negara itu cukup memberikan ruang kepada Undang-
Undang Etika Penyelenggaraan Negara bahwa penyelenggara dimaksud adalah ya eksekutif,
ya legislatif, ya yudikatif. Tidak pada paparan atau tidak pada dokumen eksekutif semata.
Kemudian kode etik yang sudah ada pada setiap lembaga maupun lembaga negara
atau pemerintah maupun peraturan disiplin dan peraturan sistem negara terkesan juga belum
memberikan dampak citra yang baik. Saya kira kegundahan dari Kementerian PAN
Reformasi Birokrasi dalam hal misalnya kompetisi, dalam hal kompentensi, dalam hal
ranking pelayanan publik kita kemudian ranking korupsi kita, ya ini saya masih cukup
merisaukan kita semua. Misalnya dalam hal apa, medsos pendidikan kita itu nomor 3 dari
bawah tapi tingkat penggunaan apa namanya peralatan itu nomor 3 dari atas. Dari 183 negara
kita itu adalah pengguna terbanyak paling tinggi nomor 3 sedangkan tingkat pendidikan kita
yaitu adalah 183, 180 dari 183 negara. Jadi ada disparitas yang luar biasa.
Kemudian juga berbagai kasus ya yang saya kira lebih jauh dari hukum Pak Menteri,
itu pada moralitas. Hukum berjalan secara garis deret hitung sedangkan moralitas itu adalah
deret ukur. Ini saya kira sebaik apapun regulasi kalau kemudian moralitasnya itu dia berkelit
dengan deret ukur maka tidak akan mengejar itu regulasi-regulasi material format yang ada.
Nah karena itu Undang-Undang Etika Penyelenggara Negara yang masuk pada domain
morality itu menjadi penting. Dan saya kira Pak Menteri ini kawan-kawan yang ada di dalam
saya kira sudah, yang ada Kementerian PAN Reformasi Birokrasi sebetulnya titik tumpu
reformasi ini dan memang sudah dilakukan itu Kementerian PAN Reformasi Birokrasi.
Berbagai undang-undang 8 atau 6 undang-undang sudah lahir, itu awalnya memang dari
Kemenpan misalnya undang-undang yang melahirkan kemudian mengenai pelayanan publik
ya, undang-undang mengenai administrasi pemerintahan, undang-undang mengenai
adminduk, ya undang-undang yang lain-lain itu domain fokusnya itu kepada Kementerian
PAN Reformasi Birokrasi.
Nah PR yang belum saya kira salah satunya adalah mengenai Rancangan Undang-
Undang tentang etika penyelenggara negara yang saya kira hari ini kita berharap Pak Menteri
3 hal. Pertama adalah pandangan perspektif pemerintah terhadap urgensi pembentukan
Rancangan Undang-Undang Etika Penyelenggara Negara. Hal yang kedua adalah telah
normatifya dan penjelasan tentang pokok-pokok batasan-batasan jangkauan pengaturan etika
yang dapat dijadikan landasan normatif dalam penyelenggaraan pemerintahan oleh
penyelenggara negara. Itu yang kedua. Lalu yang ke terakhir secara garis besar adalah
penjelasan mengenai ketentuan perundang-undangan yang mengatur dan berkaitan dengan
etika penyelenggara negara yang telah ada dan dapat dijadikan sebagai dasar acuan awal dan
normatif, ini saya kira yang sudah ada.
RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017
SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 3
Nah secara kerja Pak Menteri, dan Ibu dan Bapak sekalian Komite I sudah
mengundang beberapa pakar. Ada Pak Jimly, kemudian ada Prof. Franz Magnis ya kemudian
ada Pak Yudilatif, ada dan banyak teman-teman dan mereka sepertinya mendorong agar
undang-undang ini cepat selesai. Dan secara khusus tadi hari ini, Pak Jimly juga memberikan
pesan kepada Ketua DPD kalau misalnya undang-undang ini bisa di segera DPR, kemudian
pemerintah dan utamanya DPD bisa lebih cepat. Syukur-syukur nanti adalah di dalam
penggunaan prakarsa undang-undang pemerintah dan DPD bisa lebih cepat. Saya kira DPR
pun juga akan bisa lebih cepat lagi. Saya kira demikian Bapak, Ibu sekalian. Hadir juga Pak
Mawardi. Pak Mawardi, Kalimantan Tengah. Hadir juga Pak Yusran Silondae dari Sulawesi
Tenggara ya.
Baik karena waktu kami juga singkat 14:30 WIB harus cau dari sini, cau itu keluar
pak. Cau dari sini maka saya tidak akan panjang kata. Silakan Pak Menteri untuk
menyampaikan hal-hal yang ingin kita dengarkan. Silakan.
PEMBICARA: Dr. ASMAN ABNUR, S.E., M.Si. (MENTERI PAN DAN RB RI)
Terima kasih.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat sore, salam sejahtera buat kita semua.
Mohon maaf Pak Ketua sebenarnya saya ingin ikut sampai selesai tapi ini ada tugas
dari Presiden dalam rangka Konferensi Tingkat Tinggi IORA ini, saya ditugasi hari ini jam
tiga menjemput Presiden Mozambik di bandara jadi saya mohon izin nanti sebelum jam
setengah tiga saya sudah harus meninggalkan ruangan sidang ini. Namun saya pikir tidak
akan mengurangi materi kita karena yang saya bawa ini memang sudah pada pakar semua
pak dibidangnya khususnya sebelah saya ini Bu Rini. Bu Rini adalah Deputi Bidang
Kelembagaan yang betul-betul tahu percis bagaimana mendesain kelembagaan di negeri ini
termasuk mulai terbentuknya kementerian pun beliau sudah mengikuti. Kemudian sebelah
kiri saya mungkin Pak Ketua sudah tahu, ini sudah 40 tahun jadi PNS kemudian saya tarik ke
Kemenpan, Pak Bambang staf khusus. Kemudian Pak Teguh beliau ini baru saja dilantik jadi
staff ahli bidang reformasi birokrasi dan insya Allah beliau juga punya kemampuan untuk itu.
Kemudian sebelahnya ini mungkin Pak Ketua sudah tahu lah, saya nggak perlu kenalin lagi
yang lain perlu kenal Bu Novi ya beliau juga pernah di DPR, kemudian sekarang jadi staf
khusus. Kemudian Pak Sandik beliau ini sudah 2 periode jadi bupati pak. Beliau terakhir di
Kementerian Dalam Negeri, saya pikir juga. Saya alhamdulilah sekarang di dukung oleh tim
yang lumayan kuat Pak Ketua karena reformasi birokrasi ini ternyata tidak boleh berhenti,
harus kita lanjutkan terus supaya negeri kita ini lebih maju lagi. Di belakang juga ada Indra,
staf khusus. Kemudian Pak Endro staf ahli bidang ya administrai negara dan yang lain para
esselon 2 yang di belakang.
Pertama saya ingin menyampaikan set back dulu pak kebelakang yang sudah pernah
dilakukan oleh Kemenpan RB sebelum Bapak mengundang kami pada hari ini.
Next. Nah tadi sudah Pak Ketua sampaikan.
Yang saya hormati Pak Ketua dan wakil ketua, semua anggota DPD yang saya
hormati semuanya.
Kita tahu bahwa Undang-Undang 28 Tahun 1999 itu sudah mengatur tentang
penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas korupsi, dan ini sudah berjalan. Kemudian
juga ada Undang-Undang Perubahan atas Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan
tindak pidana korupsi. Kemudian ada Undang-Undang tentang kementrian negara, ada
Undang-Undang ASN yang terakhir Pak Ketua ini yang sekarang ditunggu-tunggu PP-nya
Insya Allah ini dalam waktu dekat PP-nya sudah keluar karena sudah 2 tahun masyarakat
menunggu PP-nya. Kemudian Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 ini semua
RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017
SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 4
memperkuat peran birokrasi kita, supaya lebih bagus lagi. Nah on process sebenarnya ini kita
juga tadi sudah Pak Ketua sampaikan Undang-Undang Etika Penyelenggara Negara, ini
sudah pernah dibahas, bahkan kajian akademisnya pun sudah keluar nanti saya ceritakan
kenapa berhenti. Kemudian juga ada RUU Tata Hubungan antara kelembagaan yang ada di
kementerian dan pemerintah daerah. Kemudian yang terakhir kita sedang membahas secara
internal Pak Ketua yaitu Undang-Undang Sistem Pengawasan Internal Pemerintah. Kita ingin
memperkuat inspektorat-inspektorat yang ada di kementerian termasuk juga di pemerintah
daerah. Nah sekarang di pemerintah daerah itu yang namanya inspektorat harus laporannya
ke Sekda, harus laporannya ke walikota, kalau duduk pun dibelakangnya Sekda Pak Ketua
jadi bagaimana dia mau mengawasi pimpinannya kan nggak mungkin, jadi ini akan kita
perbaiki nanti kedepannya.
Next. Nah ini RUU Etika Penyelenggara ini kita menganggap ini adalah posisi yang
sangat penting kedepannya. Nah kemudian diperlukan dalam rangka mengendalikan berbagai
perilaku negatif aparatur dalam menyelenggarakan negara. Kita harapkan nanti dengan
lahirnya undang-undang ini antara lain yang harus di atur yaitu perilaku koruptif sudah
otomatis, kemudian gratifikasi penyalahgunaan kewenangan ini sangat penting kalau
menurut kami ini, ada kontennya yang akan kita atur nanti dalam undang-undang ini,
kemudian konflik kepentingan. Nah mungkin apakah nanti saya nggak tahu nanti apakah bisa
juga di atur di sini masalah yang terkait dengan Undang-Undang Pilkada atau Pemilu
kedepannya. Kemudian kebohongan publik, efisiensi mangkir dan Pungli dan segala macam
mungkin nanti masih bisa kita perluas lagi. Ini yang baru kita lakukan kajian akademis
sebelum ini kita tindaklanjuti nanti. Nah pada umumnya ini memberikan dasar bagi
pelayanan, pelaksanaan reformasi birokrasi kita nah agar tujuannya seperti biasanya ya
sasaran terakhir kita agar birokrasi kita bersih dan akuntabel. Akuntabel ini terukur Pak
Ketua, selama ini memang pemerintah daerah berjalan bagus serapannya bagus tapi belum
tentu akuntabel. Banyak daerah-daerah yang sekarang anggarannya tidak sesuai dengan
sasarannya seperti misalnya antara judul dengan kegiatan nggak sinkron, banyak yang begitu.
Nah sehingga akuntabilitas ini, kami melakukan penilaian kemarin ke seluruh pemerintah
daerah itu masih banyak daerah yang masih dapat C dan D pak bahkan kalau daerah timur
sana kita perlu meningkatkan akuntabilitas kinerjanya dari sisi pengelolaan keuangan
daerahnya. Kemudian agar efektif dan efisien nah agar birokrasi juga memberi pelayanan.
Nah memang sasaran kami di Kemenpan RB sekarang bagaimana caranya meningkatkan
akuntabilitas kinerja ini dari target kita 50% pemerintah daerah tahun ini minimum mendapat
harus dapat nilai B, ini target kami. Makanya kami seluruh staf sekarang kerja keras,
membantu kepala daerah dan bahkan kita kerja sama dengan KPK Pak Ketua agar
akuntabilitas ini menjadi prioritas kita.
Nah kemudian masalah efisiensi birokrasi saya pikir ini sudah menjadi sasaran.
Kemudian pelayanan publik pak ketua ini selalu saja dikeluhkan sampai-sampai pemerintah
membuat yang namanya cyber pungli. Nah sekarang kita punya satu program yang kami
anggap nanti bisa menjawab hal-hal yang terkait dengan masalah perizinan yaitu ada konsep
kita Pak Ketua, ini mohon dukungan dari anggota DPD nanti kita menciptakan Insya Allah,
setiap provinsi itu ada yang namanya mall pelayanan publik. Jadi kalau Bapak, pak ketua
pergi ke mall di situkan ada semua mau Starbuck juga ada, mau ke Coffebean juga ada, mau
refleksi juga ada di situ pak, nah kalau Bapak bisa bayangkan mall, mall itu lebih besar
daripada PTSP kalau PTSP ini kan pelayanan terpadu satu pintu saja, nah mall ini gabungan,
jadi seluruh pelayanan publik yang terkait dengan perizinan, bukan hanya pemerintahan
daerah termasuk juga perizinan yang terkait dengan pajak, imigrasi, Satlantas segala macam,
itu ada di dalam satu gedung itu dalam mall itu. Jadi kami namakan namanya mall pelayanan
publik jadi sehingga nanti ini saya pikir langkah terobosan yang bisa kita jadikan untuk ya
agar masyarakat terlayanani, ini target kita kedepannya.
RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017
SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 5
Kemudian next. Nah ini sejarahnya Pak Ketua perkembangan RUU etika
penyelenggara negara sebenarnya tahun 2001 naskah akademiknya sudah ada, 2001 kita
punya naskah akademiknya. Jadi mungkin kalau Pak Ketua ingin nanti mungkin Bu Rini
nanti silakan kalau ada nanti hari ini, kalau nggak nanti ktia susulkan. Nah cuma masalahnya
apakah naskah akademik yang 2001 ini masih update nggak sampai sekarang nah kalau
nggak berarti kita harus melakukan naskah akademik lagi agar ini sesuai dengan tantangan
yang ada sekarang. Nah tahun 2002 itu itu draft RUU nya sudah kita lakukan uji publik di
Kementerian PANRB. Nah tahun 2003 sudah pembahasan penyempurnaan sampai tahun
2007. Nah kemudian tahun 2008 sudah kita kirim ke Presiden dan perlu ada beberapa yang
perbaikan cuma sampai tahun 2012 terhenti Pak Ketua. Ini orang tidur ini Bapak bangunkan
lagi ini ya. Ini saya terima kasih sekali DPD punya, apa, inisiasi untuk melakukan ini karena
memang dari awalnya kita sudah melihat bahwa ini sangat urgent untuk melakukan,
melahirkan undang-undang ini. Nah antara 2008 dengan 2012 itu stuck itu pak. Nah jadi saya
juga sepakat dengan Pak Ketua, nanti habis ini apakah kajian akademiknya perlu kita
perbaharui atau bagaimana, nanti kita akan rembukan karena ini terkait dengan anggaran
nanti.
Nah next. Nah kenapa RUU Etika Penyelenggaraan ini penting? Karena ini menjadi
dasar bagi para penyelenggara negara untuk memberikan rambu-rambu dalam bersikap
berperilaku, bertindak dan berucap sehingga guna membangun penegakan nilai moral, norma
etika dan terwujudnya pengembangan budaya dalam aktivitas penyelenggaraan negara yang
baik dan etis, akuntabel dengan bercirikan kepribadian yang berperilaku menjunjung asas
kepastian hukum dan tertib penyelenggaraan negara. Nah tujuannya adalah menjamin
terlaksananya penyelenggaraan negara yang baik dilandasi dengan kesadaran untuk
menghormati, menegakan dan menjalankan norma etika yang berlaku dalam kehidupan
bernegara. Ini kalau kita perluas lagi etika penyelenggara ini saya pikir sangat luas. Jadi tidak
hanya sekedar yang kami tulis, ini akan dinamis lagi Pak Ketua dan mudah-mudahan nanti
dalam kajian akademis yang baru apakah masih yang lama kita teruskan ini akan
berkembang lagi.
Nah kemudian next. Nah ini alurnya pak ketika penyelenggara negara itu didalamnya
terkandung nanti prinsip-prinsip dasar etika. Kemudian apa yang harus kita lakukan
kewajiban dan haknya itu apa penyelenggara di dalam penyelenggara negara. Nah sehingga
nanti akan membentuk kode etik. Nah kode etik ini tentu di dalam pelaksanaannya harus ada
pengembangan budaya kerja, kemudian penegakan kode etik dan majelis penegak kode etik
tentu kemudian secara teknis ada tata cara penegakkan kode etik dan kemudian akan ada
sanksi bagi yang tidak mengikutinya. Ini kira-kira alur yang akan kita lewati nanti sehingga
kalau ini bisa kita terapkan di dalam pemerintahan ya mudah-mudahan nanti pemerintahan
kita ini akan lebih akuntabel lagi.
Next. Nah ini yang sudah kita draft waktu itu memang masih sedikit pak, masih terdiri
dari 8 bab 41 pasal. Tadi saya bilang sama deputi saya ini terlalu sedikit, kalau bicara etika
kalau 41 pasal rasanya nggak, nggak kemas pak. Tidak kemas ini bahasa melayunya begitu
ya bu ya. Kalau dari Jawa biasanya tahu, kalau nggak kemas itu berarti nggak komprehensif
begitu. Nah jadi mungkin ini akan bisa kita kembangkan lagi sehingga nanti betul-betul
undang-undang ini bisa menjawab hal-hal yang dikeluhkan oleh masyarakat terhadap
penyelenggara negara.
Nah kemudian isu-isu. Next. Isu-isu utama yang perlu di jawab oleh RUU
pengelenggaraan negara, etika penyelenggaraan negara. Nah cakupannya menurut Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN.
Nah kemudian penyelenggaraan negara, penjabat negara yang menjalankan fungsi eksekutif,
tadi disampaikan Pak Ketua bukannya eksekutif tapi legislatif, atau yudikatif dan pejabat lain
yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggara negara sesuai dengan
RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017
SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 6
ketentuan perundangan peraturan undang-undangan yang berlaku termasuk yaitu pejabat
negara, pada lembaga tertinggi negara kemudian pejabat negara pada lembaga tinggi negara,
kemudian termasuk menteri, gubernur, hakim, penjabat negara yang lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku dan kemudian juga pejabat lain yang
memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Nah disini kita sudah ada undang-undang
yang mengatur tentang tadi yang disampaikan di awal yaitu Undang-Undang ASN sudah ada
pengaturan mengenai kode etiknya. Nah mungkin ini supaya jangan tumpang tindih nanti
kita harus kaji betul pak karena kode etik ini juga sudah di bahas di, ada di dalam Undang-
Undang ASN. Kemudian menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 badan dan atau
pejabat pemerintahan disini juga sudah ada diatur. Kemudian di TNI juga sudah ada
pengaturan mengenai etika di Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 TNI jadi sehingga
nanti saya pikir, ini harus secara komperhensif semua undang-undang yang sudah ada
mengatur tentang etika ini harus menjadi apa, referensi kita termasuk POLRI. Di Undang-
Undang POLRI pun sudah ada pengaturan mengenai etika. Nah apakah ini nanti perlu kita
kaji lebih dalam lagi. Kemudian termasuk juga Undang-Undang Partai Politik sudah ada
pengaturan etika disitu. Nah sekali lagi saya pikir ini memang sangat penting kemudian RUU
etika penyelenggaraan negara, isu-isu lain yang perlu dijawab.
Next. Ini pak saya pikir ini bisa dikembangkan lagi nanti yaitu degredasi moral
penyelenggara negara, kemudian kebohongan publik, konflik kepentingan, intervensi proses
peradilan, pembuatan kebijakan yang berakibat pemborosan sumber daya, kemudian
pengangkatan pejabat yang tidak kompeten. Ini kita sudah jawab sekarang dengan sistem
merit pak, sistem open bidding yang juga di atur dalam PP 18, yang sekarang di daerah juga
termasuk heboh itu Pak Ketua di dalam mengisi karena banyak jabatan yang yang
terpangkas, kemudian kurang tanggap, responsif dalam memberikan kepelayanan, kemudian
ini terkait dengan pelayanan publik, kemudian perlakuan diskriminatif, kurangnya
kepedulian terhadap lingkungan. Nah jadi ini ada beberapa rekomendasi kita Pak Ketua.
Next, setiap profesi penyelenggara atau badan dan atau pejabat pemerintah, TNI, POLRI
sudah memiliki kode etik sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing, jadi yang bisa saya
sampaikan sudah ada undang-undang yang mengatur maka ke depan. RUU etika
penyelenggara negara ini menjadi dasar bagi penyusunan kode etik dan kode perilaku semua
profesi. Nah kemudian mendorong penegakan kode etik dan kode perilaku di seluruh profesi
penyelenggaraan negara yang selama ini menjadi kelemahan, Menegaskan cakupan dan
pengaturannya yang melingkup seluruh penyelenggaraan negara tanpa kecuali. Kemudian
memperhatikan harmonisasi dengan undang-undang lain.
Nah terakhir saya pikir kita sangat mendorong, mendukung, sepenuhnya inisiatif
perumusan RUU Etika Penyelenggaraan Negara ini agar kita di dalam menyelenggarakan
tugas lebih baik lagi kedepannya. Kesimpulan akhir itu Pak Ketua, Kemen PANRB sangat
berterima kasih dengan adanya inisiasi dari DPD untuk mendorong agar lahirnya Undang-
Undang Etika Penyelenggaraan Negara ini.
Demikian mungkin yang bisa saya sampaikan dalam kaitannya dengan rencana
melahirkan undang-undang ini, mudah-mudahan ini menjadi satu terobosan baru buat kita di
tahun 2017 ini. Terima kasih.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017
SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 7
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Iya saya bacakan terakhirnya adalah Kementrian PANRB mendukung sepenuhnya
inisiatif perumusan RUU Etika Penyelenggaraan Negara, saya kira ini poin yang perlu kira
kembangkan ke depan Pak Menteri karena itu saya kira secara subtansi, secara fungsi kita
nggak boleh berkerja sama, tapi secara subtansi boleh ya. Kalau kemudian ke depan ada taks
force bersama saya kira itu akan bisa mengeliminasi apa perbedaan-perbedaan di dalam
pembahasan yang diatur di dalam Tatib DPR. Jadi saya kira lebih baik kita duluan kita
selesaikan kita ada semacam tim kecil taks force, sekali lagi ya ini bukan struktural pak tapi
pada tataran subtansi fungsional. Saya kira itu menjadi rekomendasi kita, rekomendasi apa,
Komite I yang kemudian bisa bekerjasama lebih intensif untuk dalam rangka NA ataupun
dalam rangka RUU-nya. Terima kasih Pak Menteri dan ini Pak Bambang inikan Planolog
jadi memplanolog yang namanya 4,6 juta orang itu ringan pak, wong sekian juta hektar saja
ringan apa lagi 4,6 juta itu. Dia dulu jenderal pantole kehutanan pak, kenapa jauh-jauh
kesana kan cuma tinggal pagar saja kalau kesini pak. Pak Sandik saya kira pernah ketemu
kita dulu, saya di Komisi II dulu. Pak Sadik ini sekarang nggak jadi bupati tapi ada yang jadi
DPR yang lainlah.
Saya kira itu. Baik Ibu dan Bapak sekalian ini masih ada waktu, ya paling lama 30
menit. Pak Mawardi, silakan Pak Mawardi. Iya dengan Mawardi sering ketemu ini pak, Pak
Menteri. Pak Mawardi sering ketemu.
PEMBICARA: Ir. H. MUHAMMAD MAWARDI, M.M., M.Si. (KALTENG)
Partner lupa sama saya dia, temannya Pak Willy iya soal 2,4 juta hektar barangkali
yang nggak pernah selesai itu. Kalau Pak Bambang ini teman berdebat ini. Baik, terima kasih
Pak Ketua.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita sekalian.
Om swastiastu.
Yang saya hormati Pak Ketua, Wakil Ketua, dan anggota yang saya hormati.
Yang saya hormati, saya banggakan Pak Menteri beserta seluruh jajaran.
Menarik sekali. Yang pertama saya menariknya Pak Menteri ini kan mantan walikota
juga itu yang menarik bagi saya, apalagi diperkenalkan mantan bupati. Nah di sisi kiri
mantan orang kehutanan, jadi menarik semua ini kalau berbicara tentang moral etik,
integritas, dan akuntabel akuntabilitas, hanya 4 saya bilang bagaimana kita merancang suatu
Undang-Undang Etika Penyelenggaraan Negara. Saya, apa, saya tertarik sekali bahwa ini
memang perlu kita rumuskan bersama bagaimana seorang penyelenggara negara di dalam
melaksanakan tugasnya itu ada kewajiban-kewajiban. Yang menariknya lagi adalah Bapak
menyebutkan disini juga ada hak. Nah kita baru di sini saya berharap Bapak Presiden,
mantan anu juga, oke kita semua mendorong semua kewajiban-kewajiban penyelenggaraan
negara tetapi haknya ini pak. Saya ingin mendengar dari Bapak haknya ini yang bagaimana
kita di Indonesia inikan sudah memahami ya kami pun juga sudah, apa ya, mencari referensi
negara-negara yang juga memiliki tingkat korupsinya sangat rendahlah, taruhlah seperti
Selandia Baru disana juga ada yang namanya apa, service comitte seperti juga KPK. Dimana
persoalan korupsi itu sangat kecil sekali. Nah tetapi yang saya tertarik itu adalah persoalan
betul masalah moral, etika, integritas dan akuntabilitas seorang penyelenggara negara
sehingga kalaupun melanggar tidak perlu di hukum malah mengundurkan diri kan begitu jadi
ada transparansi. Cuma ada hal yang saya katakan Pak Menteri, Pak Menteri tahu ini jauh
sekali berbeda dengan kita yaitu menyangkut haknya Pak Menteri. Saya bertanya ini seperti
RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017
SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 8
kepala daerah 360 orang yang terpidana misalnya, menurut saya jujur ini, pak bupati yang
mantan bupati juga itu saya pikir apes saja kira-kira. Apes saja pak, apes saja. Ya kalau
istilah orang Banjar itu kepohonan yang lain itu nggak kepohonan, begitulah kira-kira. Nah
inilah yang mungkin Pak Menteri kenapa nggak dibenahi sistem haknya ini ya kepala daerah,
bupati hanya 6 juta, presiden 29 juta sementara BUMN yang sama juga penyelenggara
negara gajinya ratusan juta BPJS 300 juta, BUMN ada yang 600 juta, apa Gubernur Bank
Indonesia mungkin 600 juta, belum lagi anu, beliau sudah senyum-senyum ini saya ngomong
ini pak yang dulu kita benahi sehingga orang bekerja seperti di New Zealand itu tenang,
nggak usah pikir macam-macamlah kalau sudah haknya itu sudah diberikan. Saya pikir ini
harus ada berani terobosan Pak Jokowi ini. Pak Jokowi harus berani terobosan, jangan beliau
menerima gaji 29 juta tenang-tenang lihat yang lainnya luar biasa. Jadi ada kita ini yang
namanya apa ya, gap yang luar biasa, apakah ini yang dinamakan keadilan pak dalam
penyelenggaraan negara saya yakin kalau Bapak itu benahi maka kita bisa menekan yang
namanya korupsi. Ada integritas dan lain-lain, orang tenang pak seorang. Saya mohon maaf
saja, saya sebut saja, seorang Kapolda pernah cerita sama saya, gaji saya ini Pak Mawardi 22
juta terus saya ini kalau pensiun bagaimana, saya punya masa depan anak saya dan lain-lain,
ini keluhan saya katakan. Nah Bapak sebagai Menteri PAN, kira-kira apa yang Bapak akan
lakukan dengan kondisi negeri yang tidak punya standart yang benar ini. Iran yang namanya
BUMN itu diturunkan, dia nggak mau, skrit-nya itu harus antara terendah dan tertinggi itu
tidak jauh diturunkan hanya misalnya 100 juta gajinya. Saya studi banding, mungkin Bapak
juga pernah keluar Brazil bupati, mayor ataupun walikota itu 100 juta, gubernur 150 juta.
Tetangga kita pak Bapak juga kan dekat Batam dengan Malaysia gajinya mayor itu walikota
kan 50-an juta pak. Nah ini pak persoalannya saya bilang, saya tidak akan kagum kalau KPK
gaji 100 juta nangkap yang 6 juta. Kalau di balik KPK-nya 6 juta gajinya, bupatinya 100 juta,
baru saya katakan ini jempol 2 ini saya berikan. Jadi ini pak yang perlu pak dibenahi kalau
ini Bapak nggak benahi sampai kapan pun nunggu apesnya saja tuh pimpinan-pimpinan
daerah, apa lagi biaya berpolitik Bapak tahu besar kalau habisnya 10, 15, 20 kapan itu
kembalinya tapi kita memang ada keinginan untuk membangun negeri ini dengan baik.
Nah kira-kira saya ingin itu saja pak pandangan Bapak, Bapak sudah sebut kewajiban,
hak, haknya bagaimana menurut Bapak. Demikian, terima kasih.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)
Itulah NKRI Pak Mawardi. Jadi Pak Menteri kadang-kadang kalau kita berseloroh di
republik Komite I ini pak, NKRI itu singkatannya lain pak Negara Kok Republik Indonesia
katanya jadi NKRI bukan harga mati pak, tapi harga nego katanya begitu pak. Harga nego
pak. Direktur utama, apa, Bank Indonesia itu 360 itu baru gaji belum lain-lain BUMN
Tantaimnya itu loh pak, gajinya sedikit, Tantimnya itu loh pak yang tinggi, padahal Presiden
itu adalah datasemen di republik masa kalah dengan direktur penggadaian pak. Direktur
Penggadaian lebih dari itu loh Pak Sandik ya lebih dari itu. Masa Presiden kalah sama
Direktur Utama Perum Penggadaian. Nah dalam konteks ini saya kira pemerintah sudah
beberapa tahun lalu melakukan dalam remunerasi, ya saya kira sudah dilakukan, dan
pengalaman di awal-awal misalnya, Pak Bambang sudah pengalaman, kehutanan paling
nggak mau dilakukan kebijakan itu ya, keperhubungan juga nggak mau, kemudian KKP juga
nggak mau ya, PU juga nggak mau. Paling pertama dulu adalah Ibu Sri Mulyani pada waktu
Menteri Keuangan yang pertama dulu selanjutnya itu kemudian baru ikut belakangan pada
sadar begitu. Jadi remunerasi itu dilakukan oleh Menteri Keuangan yang, Pak Bambang ini
masih disana nggak mau remunerasi pak karena kalau diatur pendapatannya semakin sedikit,
kalau tidak diatur pendapatannya bisa banyak itu NKRI pak, di Negara Kok Republik
RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017
SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 9
Indonesia itu pak. Nah Pak Kui, saya kira Mba Novi pernah dulu ngangkat stick and carrot
saya kira, muliakan dulu baru dipukul. Nah saya kira 4,6 itukan yang berjabat tidak banyak,
fungsional dan struktural saya kira 4,6 Pak Wangsa itu bisa dinegosiasikanlah ya. Jadi stick
and carrot itu pada waktu Pak Kui menjadi Menteri Bappenas sudah lakukan pernah
mencuatkan ide itu ya. Kasih kemuliaan, baru kemudian dipukul, sepukul-pukulnya, semati-
matinya kalau perlu. Saya kira ini tantangan juga ini Pak Menteri, stick and carrot, hak dan
kewajiban, remunerasi dan termasuk juga pak soal Iptek pak kalau Iptek pengetahuan ini di
Indonesia ini memang aneh kita ini negara yang di dalam insert ilmu pengetahuan dan
teknologi itu menjadi negara ketiga dibawah mungkin Bapak nanti ketemu mesin di
Mozambik tanya mohon bertanya pak tinggian mana Indonesia dengan Mozambik, saya kira
sama dalam hal masuknya ilmu pengetahuan studi bandinglah, sekolah di luar negerilah,
kepada kebijakan publik itu alhamdulillah kita nomor 3 dibawah, dari bawah dari 183
negara. Jadi sekolah tinggi-tinggi nggak ada manfaat pak, mohon maaf ini, bahasa saya,
karena nggak pernah mampir kepada kebijakan ini saya kira problem kita.
Pak Nas, silakan.
PEMBICARA: MUH. ASRI ANAS (SULBAR)
Iya terima kasih Pak Ketua.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang kami hormati Ketua, Wakil Ketua dan seluruh Anggota Komite I.
Pak Menteri dan seluruh jajaran yang kami hormati.
Secara prinsip apa yang dijelaskan oleh Pak Menteri kita sepakat, kita sepakat hanya
rasanya ada beberapa hal yang cukup menggelitik saya Pak Menteri ini mohon dijawab
karenakan langkah selanjutnya pasti ada pembahasan, apakah bersama ataupun DPD dan
Menpan itu masalah teknis menurut kami. Yang pertama adalah melihat durasi pembahasan
yang pernah berjalan pak tahun 2012 itu berhenti. Kalau boleh bertanya sebenarnya kalau dia
menjadi inisiatif pemerintah secara serius menurut saya pasti gol kan begitu. Pertanyaan saya
apa masalahnya kira-kira ya kok nggak bisa berjalan durasinya kan cukup lama itu 2000 kira-
kira hampir 4 tahunlah tidak bergerak kan begitu. Itu yang pertama karena saya yakin sekali
bahwa di Bapak jauh lebih pahamlah kenapa ini bisa proses pembahasan undang-undang ini
dulu bisa berhenti bahkan ya sudah dikirim ke presiden kan, prosesnya dihentikan.
Kemudian yang kedua, kalau undang-undang ini dijalankan rasanya kita akan
mengalami kesulitan. Saya berikan contoh saja mengenai hampir semua undang-undang
ketika bicara sanksi rasanya ketika undang-undang pelayanan, apa, etika penyelenggaraan
negara ini dilakukan ketika bicara sanksi rasanya agak susah mencari mekanismenya sanksi
itu bisa berlaku secara umum antara penyelenggara yudikatif, eksekutif dengan legislatif.
Saya tidak tahu bagaimana mencari formulanya nanti, kan begitu. Kemudian yang lain adalah
hamper seluruh UU yang bersifat sektoral atau yang mengatur kelembagaan masing-masing,
misalnya UU MD3 yang mengatur tentang MPR, DPR, DPRD, dan DPD itu juga dalam
turunannya juga mengatur tentang etika, kan begitu. Sanksi pun hampir seluruhnya ada.
Pelanggaran, sanksi, seluruh UU ketika kita membaca itu, itu ada. Misalnya, UU No. 34, UU
No. 2, TNI dan Kepolisian. Tetapi kok rasanya di aturan masing-masing yang bersifat
sektoral itu, sanksi sudah diuraikan, tetapi hampir semua juga masih berjalan pelanggaran-
pelanggaran, kan begitu. Saya kok merasa bahwa bukan pada aspek UU yang maaf ini, Pak
Ketua, walaupun saya menyepakati UU ini tetap kita dorong, tetapi saya merasa bahwa
masalah terbesarnya sebenarnya bukan pada etika penyelenggara itu. Kenapa? Karena,
masing-masing UU yang mengatur kita, misalnya aparatur sipil negara ketika kita buat
pemantauan pilkada kemarin, hampir katanya rating tertinggi dari laporan itu adalah aparatur
RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017
SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 10
sipil negara itu yang paling banyak melakukan pelanggaran. Jelas sanksi-sanksinya, tetapi
kok tetap berjalan itu.
Kemudian, yang terakhir adalah apa memungkinkan misalnya dalam etika
penyelenggara ini menurut Pak Menteri, ini pandangan saya saja secara pribadi, apa
memungkinkan misalnya kita membentuk dan mendorong satu dewan pengawas independen
yang benar-benar bisa maksimal memberikan sanksi dan rekomendasi yang bisa dijalankan,
kan begitu. Kalau misalnya di UU Pilkada kan jelas ada Bawaslu, tetapi tidak bisa
independen Pak memberikan rekomendasi terhadap sanksi. Kemudian, kalau di internal
kadang-kadang ada BPKP. BPKP tidak bisa, hanya lebih pada aspek pembinaan, kan begitu.
Begitu pun pengawas di internal di beberapa lembaga yang lain. Kalau melihat struktur yang
ada dari 41 pasal, 8 bab, atau dengan sekian banyak UU yang ada, saya berpikir apa
memungkinkan misalnya dewan pengawas independen itu jauh lebih coba kita maksimalkan
utuk menjadi satu kesatuan dalam etika penyelenggara negara ini. Karena kalau dia sifatnya
normatif, rasanya tidak ada bedanya dengan UU yang lain yang juga mengikutkan tentang
sanksi, etika, dan lain sebagainya. Itu saja, Ketua.
Terima kasih.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)
Terima kasih, Pak Asri.
Jadi, yang … (kurang jelas, red.) dengan Pak Menteri ini saya kira yang pernah
dilakukan yang lalu. Ini UU tahun 2001, Pak. Jadi karena itu, mesti kita tadi saya bilang
bahwa ya kita perlu untuk menajamkan kembali ini ruang-ruang apa yang harus ada dalam
RUU tersebut. Termasuk juga enaknya harus kita benahi bareng-bareng itu.
Satu lagi kalau ada. Kalau tidak, cukup ini. Oke silakan, Pak. Nah ini pengalaman
juga, Pak, minimal jadi sekda. Dulu pernah jadi sekda beliau ini. Betul Pak ya. Yang
mengetahui etika itu biasanya penyelenggara negara Pak, walaupun etikanya kita tidak tahu
juga. Silakan, Pak.
PEMBICARA: Drs. A.D. KHALY (GORONTALO)
Terima kasih, Pak Ketua.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang saya hormati Pak Ketua, Pak Wakil Ketua Komite I, dan rekan-rekan Anggota,
Bapak Menteri bersama jajaran, mohon maaf saya tidak sebut satu persatu.
Tadi Pak Menteri sebelum menyampaikan terkait dengan etika, RUU Etika
Penyelenggara Negara menginformasikan bahwa akan memperkuat inspektorat di daerah,
apakah itu di provinsi maupun kabupaten/kota. Saya menyatakan mengapresiasi sekali, Pak
Menteri. Pengalaman saya 32 tahun sebagai PNS itu tepat sekali kalau wacana Pak Menteri
begitu. Tetapi dengan syarat, kalau boleh inspektorat itu di bawah KPK, bukan dalam
struktur pemerintahan di bawah gubernur maupun bupati sebagaimana berlaku sekarang ini.
Kemudian menyangkut RUU Etika Penyelenggara Negara, tadi saya sependapat juga
dengan Pak Anas dari Sulawesi Barat. RUU ini sudah lama dibahas, dibicarakan, demikian
juga penjelasan dari Pak Menteri. Ya memang menjadi pertanyaan saya, kenapa sampai
sekarang ini belum terwujud RUU itu, apa kendalanya? Bahkan, dulu saya pernah dengar
para ahli itu sudah memberikan penjelasannya kepada Menpan. Kalau tidak salah waktu itu,
antara lain Pak Ketua Umum Muhammadiyah pernah menjelaskan, pernah memberikan
keterangan, penjelasan terkait dengan rancangan undang-undang ini. Pak Din Syamsuddin
kalau tidak salah. Demikian juga guru besar dari ya antara lain Pak Said Abidin, ini tahun
2006 seingat saya, kalau tidak salah saya Pak. Apa kira-kira kendalanya dan apakah yang kita
RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017
SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 11
bahas sekarang ini bisa berlanjut berdasarkan pengalaman yang macet pada waktu itu.
Demikian.
Terima kasih, Pak.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)
Baik, Pak Menteri saya kira waktunya sangat singkat Bapak punya waktu. Sialkan
Pak Menteri.
PEMBICARA: Dr. ASMAN ABNUR, S.E., M.Si. (MENTERI PAN DAN RB RI)
Terima kasih, Pak. Ini walaupun tiga kayaknya pertanyaannya melebihi pertanyaan
kalau mau menjadi doktor, Pak, karena ini inti semua.
Yang pertama Pak Mawardi. Tujuh bulan yang lalu saya begitu masuk ke Menpan,
secara pribadi yang merasakan dampak dari hak itu adalah saya Pak. Karena, saya tiga
periode di DPR, saya merasakan kok di DPR income-nya lebih besar daripada menteri ya.
Saya tidak tahu di DPD, Pak Ketua. Ya kira-kira. Lalu saya mulai berpikir, ini tidak rasional.
Artinya, ada hal yang harus kita perbaiki di dalam hak ini. Nah maka ya ini seperti apa yang
Bapak pikirkan, apa yang saya lakukan sekarang di dalam memperbaiki penyelenggaraan
negara ini persis, yaitu saya secara proaktif sudah melakukan rapat-rapat koordinasi dengan,
tentu dengan Menteri Keuangan, Bapak. Namun sebelumnya, saya tidak mau masuk ke
dalam substansi gaji pejabat negara dulu. Apa sih yang sudah dilakukan efisiensi di birokrasi
ini. Contohnya, setiap tahun kami melakukan penilaian terhadap akuntabilitas kinerja. Nah
dari hasil evaluasi kami dan setahun ini Pak, masih sebagian besar, terutama kabupaten dan
provinsi itu di dalam pengelolaan APBD-nya ataupun kinerjanya itu masih sangat rendah,
yaitu dengan bukti mereka hanya dapat C nilainya. Bahkan, yang tingkat kabupaten/kota
yang dapat nilai A itu hanya dua di republik ini, kalau dapat A itu baru dua. Nah lalu saya
bicara kalau mereka sudah dapat A berarti kan tingkat efisiensinya sudah tinggi dong, sudah
bagus.
Bahkan, kita evaluasi juga organisasi kepolisian. Tahun ini dengan menerapkan
sistem IT di semua bidang. Ternyata kerja sama kita dengan KPK sudah menghasilkan
beberapa evaluasi di bidang kepolisian ini yang tugas-tugasnya yaitu beberapa polres sudah
menjadi, mendapat predikat WBK (Wilayah Bebas Korupsi). Ini kan luar biasa, Pak. Ada
tiga polres yang dapat. Terhadap polres ini, apa yang harus kita beri apresiasi mereka. Jadi,
kami sedang mendesain, Pak, terhadap kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah yang
punya akuntabilitas kinerja yang tinggi. Kalau untuk kementerian, kita sudah menaikkan
tukinnya, tunjangan kinerjanya. Belum gajinya, Pak. Nah termasuk juga polres-polres itu.
Apakah sama gaji kapolres yang akuntabilitas kinerjanya lebih tinggi dengan yang polres
biasa-biasa saja. In juga tidak fair. Nah maka dari itu, ini menjadi program utama kami, Pak,
sekarang dan alhamdulillah mendapat tanggapan positif dari Menteri Keuangan dan insya
Allah ini dalam waktu dekat, Pak Ketua. Cuma ini memang tidak bisa sekaligus, Pak Ketua.
Kita kaitkan dengan akuntabilitas kinerjanya. Kalau memang kinerjanya bagus, ya kenapa
tidak kita berikan apresiasi yang bagus. Nah terhadap gaji pejabat negara ini haknya,
sebenarnya periode presiden sebelumnya sudah ada draf akhirnya, Pak. Sudah ada draf
akhirnya yang menurut kami dapat cerita. Tinggal kami nanti tinggal mengikuti itu, namun
yang menjadi acuan kami tetap adalah akuntabilitas kinerjanya. Kalau kementerian yang
punya akuntabilitas kinerjanya A, tentu akan berbeda dengan nanti dengan akuntabilitas
kinerjanya C. Nah ini akan kita coba rumusan-rumusan ini.
Kemudian untuk bupati, walikota, kemarin baru kita melaksanakan beberapa program
yang bisa kita jadikan role model nasional, Pak. Saya tidak usah sebutkan ada walikota yang
RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017
SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 12
kita panggil, Pak. Nanti programnya dan sistem pelayanan publiknya akan kita jadikan
contoh nasional. Jadi kita tidak perlu lagi menciptakan, tinggal meniru Pak. Pak Ketua, dulu
kan kaalu waktu ujian kita belajar siang malam, terus ada di sebelah kita tidak belajar.
Karena dia meniru kita, kita lulus, dia lulus juga kan Pak, sama saja sebenarnya. Nah saya
menciptakan itu sekarang supaya yang sudah jadi di daerah itu kita jadikan role model contoh
nasional.
Nah terhadap eselon II-nya Pak, eselon II, eselon III-nya, tukinnya sudah naik sampai
150%, itu sudah diberikan oleh walikotanya. Kemudian saya tanya, walikotanya sendiri
bagaimana, sudah naik atau belum. Nah saya juga bingung Pak, siapa yang menaikkan saya.
Nah ini kan perlu dijawab Pak, menurut saya ini. Ini Pak Sekda, siapa yang menaikkan itu?
Nah ini walaupun bukan sepenuhnya tugas saya, saya pikir ini menjadi prioritas saya semasa
jadi Menpan ini, Pak. Mudah-mudahan nanti seluruh pejabat negara itu menerima hak yang
sewajarnyalah, yang kalau misalnya Meneg BUMN menandatangani gaji seorang Direktur
Utama Pertamina atau direktur sebuah bank, terus dia sendiri gajinya tidak ada 10%-nya,
Pak. Itu kan aneh juga begitu. Nah jadi ini mohon dukungan, Pak. Saya sekali lagi mohon
dukungan lagi, Pak, karena nanti tanpa dukungan DPR dan DPD, saya pikir ini akan jadi
masalah lagi. Sehingga, kalau penyelenggara negara ini sudah terpenuhi haknya, saya yakin
apa yang kita tuntut pasti bisa kita dapat manfaatnya.
Nah kemudian Pak Anas masalah UU yang mengatur penyelenggaraan negara ini
memang sudah banyak berbicara masalah etika. Kemudian, ASN juga banyak pelanggaran-
pelanggaran tadi katanya. Kita sebenarnya sudah ada sistem lapor, Pak. Dan, kami sudah
sepakat kalau ada ASN yang ikut-ikutan berpolitik itu sanksinya berat, Pak. Sudah kita
peringatkan, saya dengan Menteri Dalam Negeri sudah sepakat. Itu tidak noleh main-main
kita karena ke depan posisi ASN itu tidak boleh terganggu dengan situasi politik seperti apa
pun karena itu adalah bentengnya negara. Siapa pun jadi walikotanya, siapa pun bupatinya,
ASN itu tidak boleh lagi terganggu ke depannya, termasuk jabatan-jabatan yang ada di eselon
II itu. Nah kalau memang penggantian, itu ada mekanismenya, Pak, yang sekarang UU ASN
sekarang. Jadi, sistem merit itu akan menjadi fokus utama kita. Makanya, sekarang masih
banyak kepala-kepala daerah yang komplain, yaitu ada tim suksesnya yang tidak bisa
terakomodir di jabatan-jabatan yang sudah dijanjikan. Nah ini tidak boleh terjadi. Nah saya
yakin nanti lama-lama kepala daerah yang mau bertanding ini akan paham tentang
bagaimana manfaatnya kalau birokrasi itu lepas dari masalah-masalah politik karena nanti
secara administrasi, secara operasional itu bisa autopilot, Pak. Siapa pun jadi bupatinya,
siapapun jadi walikotanya, tinggal menyesuaikan visi misinya. Nah, makanya sekarang kita
juga memperbaiki postur anggaran.
Pak Ketua, kemarin pernah saya paparkan di sini, masih banyak daerah yang belanja
pegawainya di atas 50%, bahkan ada yang 80%. Nah ini juga suatu tantangan tersendiri,
mudah-mudahan ini akan kita perbaiki. Tahun ini saya targetkan itu tidak ada lagi yang di
bawah, di atas 50%. Dan, saya sudah wanti-wanti kepada kepala daerah yang di atas 50% itu
agar kita redistribusi, Pak, pegawainya. Nah ini, komitmen ini akan menjadi pegangan kami.
Kemudian, Pak Mantan Sekda, memang keluhan dari inspektorat itu, Pak, kami sudah
pernah mengumpulkan seluruh inspektorat kabupaten dan kota, dan dengan BPKP kita
kumpulkan Pak. Nah kemarin keluhannya adalah mereka juga tidak bisa sepenuhnya
melakukan tugasnya karena dia jadi bawahan yang BPK pembina pegawai di daerah. Dia
bawahan sekda, bawahan bupati, atau walikota? Bagaimana dia mau mengawasi kinerjanya
bupati dan walikota. Nah maka dari itu, kami dengan BPK, dengan BPKP sekarang sedang
mendesain, Pak, yang namanya Sistem Pengawasan Internal Pemerintah ini, dan bahkan
nanti RUU-nya hampir selesai dari kita, nanti kita akan majukan ke DPR. Nah apakah
independensi ini nanti menjadi satu prioritas di bidang pengawasan internal ini atau kita
kaitkan nanti dengan lembaga di pusat, apakah dengan BPK ataukah dengan BPKP. Mungkin
RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017
SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 13
ini nanti kita debat di waktu pembahasan DIM-nya, Pak. Kemudian, dengan efektivitas
pengawasan internal ini, saya pikir mulai dari perencanaan sampai pelaksanaannya mudah-
mudahan efektivitas pemerintahan kita ini akan lebih baik lagi.
Mungkin itu, Pak, secara umum kami sampaikan. Dan, terkait dengan rencana ASN
ke depan, saya pikir dengan lahirnya PP ini mudah-mudahan, Pak, ini sebentar lagi akan lahir
dan memang ada juga sekarang usulan DPR, yaitu revisi beberapa pasal dari UU, tetapi
sedang kami bahas di internal pemerintah.
Sekali lagi, Pak Ketua, mungkin itu yang mau saya sampaikan. Bu Rini mungkin ada
yag mau disampaikan lagi tambahan? Cukup? Oke. Pak Bambang? Oke.
Silakan, Pak Ketua.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)
Terima kasih, Pak Menteri dan Ibu Bapak sekalian. Saya kira sebagai sharing ini ya,
pemerintah menyampaikan pengalaman bagaimana mem-break down, melanjutkan beberapa
Tap MPR ya, Tap Tahun 2000-2001 yang jumlahnya empat itu yang saya kira bukan
pekerajaan ringan. Tadi saya sampaikan kenapa, salah satunya itu adalah mengenai UU
pertanahan. Berantemnya ya kembali, Pak, ya Pak Bambang ini dengan Pattimura begitu
kan,UU Pertanahan ini. Pattimura, Sisingamangaraja, tiga itu saja, tidak selesai-selesai
sampai sekarang. Jadi kemarin UU sudah jalan, sudah dibahas, tetapi juga mentok lagi. Sama
dengan UU yang berkaitan dengan NA (naskah akademik, red.) dan juga RUU. Harapan
kami, Pak, nanti kita bisa kaji bersama-sama ini sehingga satu tahap sudah kita selesaikan.
Ada saling pengertian mengenai isi dan juga langkah bersama, saya kira.
Saya kira demikian Ibu Bapak sekalian. Kalau tidak ada lagi, maka kita tutup rapat ini
tepat jam 14.30 sesuai janji saya, Pak.
PEMBICARA: Dr. ASMAN ABNUR, S.E., M.Si. (MENTERI PAN DAN RB RI)
Sedikit, Pak Ketua.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)
Silakan, Pak.
PEMBICARA: Dr. ASMAN ABNUR, S.E., M.Si. (MENTERI PAN DAN RB RI)
Terkait dengan masalah kenapa macet, Pak, ini saya lupa tadi karena dari tahun 2001
sampai tahun 2012 kan sudah diproses. Saya tidak mau set back, Pak. Kita bicara ke depan
saja, Pak Ketua. Ini kan komitmen pemerintah sekarang kita sangat komit untuk memperbaiki
ASN ini. Nah kalau kita cari lagi kenapa macet segala macam, nanti kita balik lagi ke
belakang, Pak. Jadi mendingan kita maju ke depan saja, kita perbaiki, mudah-mudahan masa
kita ini, ini bisa lebih bagus lagi. Itu saja, Pak Ketua.
PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)
Baik, Pak Menteri tidak mau melihat terlalu banyak spion, tetapi kaca mobil itulah
yang dilihat. Saya ingin membacakan beberapa kesimpulan, Pak Menteri.
Satu, Komite I sepakat dan sejalan dengan pendapat pemerintah. Dengan pemerintah,
saya kira pendapat, cukup pendapat juga boleh. Dalam hal ini, Menpan RB bahwa RUU
Etika Penyelenggara Negara sangat penting bagi penyelenggara negara dalam rangka
RAPAT KERJA KOMITE I DPD RI BERSAMA MENPAN RB RI MS III TS 2016-2017
SENIN, 6 MARET 2017 (SIANG) 14
mengendalikan berbagai perilaku negatif aparatur dalam penyelenggaraan negara sekaligus
memberikan dasar bagi pelaksanaan reformasi birokrasi. Oke?
KETOK 1X
Dua, Komite I sepakat bahwa urgensi UU EPN untuk dijadikan dasar bagi para
penyelenggara negara dalam bersikap, berperilaku, dan bertindak, dan berucap guna
membangun penegakan nilai moral, etika, dan terwujudnya penyelenggaraan negara yang
baik dan etis dengan bercirikan kepribadian berperilaku menjunjung asas kepastian hukum
dan tertib penyelenggaraan negara.
KETOK 1X
Tiga, Komite I sepakat dengan pandangan Menpan RB terhadap berbagai
permasalahan terkait dengan aparatur negara yang meliputi degradasi moral, kebohongan
publik, konflik kepentingan, intervensi peradilan, pelayanan publik yang tidak responsif,
perilaku yang diskriminatif, dan lemahnya profesionalisme aparatur negara sehingga
kehadiran RUU EPN menjadi penting dalam menciptakan penyelenggaraan negara yang
profesional, etika, dan bermoral.
KETOK 1X
Empat, Komite I mengapresiasi dukungan sepenuhnya dari Menpan atas inisiatif
DPD dalam mendorong penyusunan RUU EPN dan menindaklanjutinya dengan
pembentukan task force. Task force ya, jadi sekali lagi ini tidak struktural, Pak, hanya
fungsional. Istilah Pak Bambang dulu, saya ngopi-ngopi saja. Ya pembentukan, kurang “n”,
Pak. Hati-hati, kurang “n” tidak bagus. Seperti Pak Harmoko dulu ketika meresmikan pabrik
tekstil di Sukoharjo, dia ngomong, “Dengan ini saya resmikan pabrik tektil.” Kurang “s”,
Pak. “Sekaligus pabrik es”, katanya begitu. Dulu itu Pak Harmoko dulu itu. Ya pembentukan
task force untuk merealisasikan tersusunnya NA dan RUU Etika Penyelenggara Negara tanpa
mengurangi otonomi dan … (kurang jelas, red.) perkembangan masing-masing, ya Pak.
KETOK 1X
Baik, Ibu Bapak sekalian, saya kira demikian karena waktunya sangat singkat.
Terima kasih. Mohon maaf.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
KETOK 3X
RAPAT DITUTUP PUKUL 14.30 WIB