PAK, Tugas

download PAK, Tugas

of 49

Transcript of PAK, Tugas

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Ilmu kesehatan kerja mendalami masalah hubungan dua arah antara pekerjaan dan kesehatan. Pada tahun 1950, satu komisi bersama antara ILO dan WHO menyusun definisi kesehatan kerja yaitu promosi dan pemeliharaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial pekerja pada jabatan apapun dengan sebaik-baiknya. Sejumlah kaum professional yang terlibat dalam bidang ini seperti : 1 y y y y y y y y y y Dokter Ahli higiene kerja Ahli toksikologi Ahli mikrobiologi Ahli ergonomi Perawat Sarjana hukum Ahli laboratorium Ahli epidemiologi Insinyur keselamatan Kedokteran kerja merupakan spesialisasi klinis yang mendalami masalah diagnosis, manajemen dan pencegahan penyakit yang disebabkan atau diperburuk oleh berbagai faktor di tempat kerja. Kedokteran kerja pada hakikatnya adalah bagian dari kedokteran pencegahan, dengan beberapa kemampuan terapi.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan pekerja 2 Fisika Kebisingan Getaran Radiasi pengion Kimia Cairan Debu Asap Biologi Serangga Tungau Lumut Mekanik dan Ergonomi Sikap tubuh Pergerakan Gerakan Psikososial Kebimbangan Tekanan kerja Kebosanan

1

Radiasi pengion

bukan Serat Kabut Gas Uap

Ragi Jamur Bakteri Virus

berulang

Bekerja pada hari

Pencahayaan dan libur penglihatan

Panas dan dingin Listrik Udara bertekanan

PENYAKIT AKIBAT KERJA

Penyakit akibat kerja adalah penyakit umum yang berkaitan dengan pekerjaan atau akibat terpapar oleh lingkungan kerjanya. Lingkungan kerja yang terdiri dari lingkungan fisik, kimia, biologi, fisiologi dan psikologi dapat menimbulkan penyakit apabila terjadi secara terus menerus dan melebihi jumlah waktu kontak dan melampaui nilai ambang batas tertentu.2,3 Dengan demikian penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artificial atau man made disease. WHO membedakan empat kategori penyakit akibat kerja:3 1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan 2. Penyakit yang salah satunya penyebabnya adalah pekerjaan 3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu peneyebab diantara faktorfaktor penyebab lainnya 4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya. Dalam masa pembangunan jangka panjang (PJP) II, yang disebut juga sebagai era industririalisasi, salah satu focus utama pembangunan adalah pengembangan SDM. Tenaga kerja merupakan segmen populasi yang menjadi sangat penting dalam era ini, sehubungan dengan produktivitas industri. Sehingga dengan demikian penyelenggaraan program kesehatan dan keselamatan kerja yang bertujuan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal serta melindungi tenaga kerja dari

2

resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan kerja menjadi sangat penting.3 Diagnosis Penyakit Akibat Kerja Untuk dapat mendiagnosis penyakit akibat kerja pada individu perlu dilakukan pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan menginterpretasikannya secara tepat.4 Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman:4 1. Tentukan diagnosa klinis Diagnosa klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan

memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosa suatu penyakit. Setelah dignosa klinis ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak. 2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama berada dalam pekerjaannya. Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial untuk dapat menghububungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup: y Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara kronologis y y y y Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan Bahan yang diproduksi Materi (bahan baku) yang digunakan Jumlah pajanannya

3

y y y

Pemakaian alat perlindungan diri (masker) Pola waktu terjadinya gejala Informasi mengenai tenaga kerja yang lainnya (apakah ada yang mengalami gejala serupa)

y

Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan

Pajanan yang dialami digolongkan berdasarkan: Bentuk: y Fisik : Bising, sinar, iklim, tekanan, getaran, radiasi y Kimia: Cair, padat, gas, uap, asap y Biologi: Bakteri, virus, jamur, parasit y Ergonomi: Sikap kerja, cara kerja, penataan tempat kerja, kelelahan y Psikososial: Jadwal kerja, beban kerja Cara Masuk: y Pernapasan y Pencernaan y Kulit Reaktivitas Gangguan kesehatan

3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut. Apakah terdapat bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita.

4

4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar unuk dapat mengakibatkan penyakit tersebut. Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat kerja. 5. Tentukan apakah ada faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi. Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga resikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan terhadap pajanan yang dialami. 6. Cari kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit. Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit. Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja. 7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya.

Sesudah menerapkan ke tujuh langkah di atas maka perlu dibuat suatu keputusan berdasarkan informasi yang telah didapatkan yang memiliki dasar ilmiah. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut saat ini.4 Pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya memperberat timbulnya penyakit.1,4

5

Adapun cara untuk memperoleh informasi tentang hubungan pekerjaan dengan penyakit yang diderita yaitu melalui:4 1. Anamnesis riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan 2. Pemeriksaan klinis 3. Pemeriksaan laboratorium 4. Pemeriksaan radiology 5. Pemeriksaan tempat kerja y y Faktor penyebab Hasil pengukuran

6. Diagnosa kerja dan diagnosa banding 7. Diagnosa okupasi: ada hubungan diagnosa kerja dengan pekerjaan/proses kerja/lingkungan kerja. Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa untuk menegakkan diagnosis Penyekit Akibat Kerja diperlukan pengetahuan yang spesifik, tersedianya berbagai informasi yang didapatkan baik dari pemeriksaan klinis pasien, pemeriksaan lingkungan di tempat kerja (bila memungkinkan) dan data epidemiologis.

KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial yang mempengaruhi pekerjaan dalam melaksanakan pekerjaannya.5 Kesehatan lingkungan kerja adalah ilmu dan seni yang ditunjukkan untuk mengenal, mengevaluasi dalam mengendalikan semua faktor-faktor dan stres lingkungan di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan, kesejahteraan, kenyamanan dan efisiensi dikalangan pekerjaan dan masyarakat.5 Tujuan kesehatan lingkungan kerja adalah:5

6

y

Mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja melalui usahausaha pengenalan (recognizion), penilaian (evaluation), dan pengendalian (control) bahaya lingkungan kerja atau occupational health hazard

y

Menciptakan kondisi tenpat dan lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman, memberikan keuntungan baik kepada perusahaan maupun kepada karyawan, guna meningkatkan derajat kesehatan, moral dan produktivitas kerja karyawan.

Tujuan utama dari kesehatan lingkungan kerja adalah melindungi pekerja dan masyarakat sekitar suatu RS atau perusahaan dari bahaya-bahaya yang mungkin timbul. Untuk dapat mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya lingkungan kerja yang diperkirakan dapat menimbulkan penyakit akibat kerja, utamanya terhadap pekerja, ditempuh tiga langkah utama yaitu: pengenalan, penilaian dan pengendalian dari berbagai bahaya dan resiko kerja.5 Program kesehatan lingkungan kerja:5,6 Program kesehatan lingkungan kerja membicarakan hal-hal yang menyangkut faktor-faktor yang terdapat atau muncul di lingkungan kerja yang merupakan hazard kesehatan yaitu: faktor fisik, kimia, biologi, psikososial dan ergonomi. a. Faktor fisik yang merupakan hazard kesehatan kerja dapat berupa kebisingan, getaran, radiasi, dan temperatir ekstrim. Faktor-faktor ini penting diperhatikan dalam tempat kerja, karena pengaruhnya terhadap kesehatan pekerja dapat berlangsung dengan segera maupun secara kumulatif. y Noise (kebisingan) dapat diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki yaitu dalam bentuk gelombang yang disalurkan melalui benda padat, cair dan gas. Bunyi dapat didengar oleh telinga karena ada rangsangan pada telinga oleh getaran. Kualitas suara dapat ditentukan oleh 2 faktor yaitu frekuensi dan intensitas suara.

7

Identifikasi kebisingan di tempat kerja. Kebisingan dapat muncul di tempat kerja karena penggunaan peralatan produksi yang mengeluarkan suara (seperti mesin-mesin produksi). Jenis-jenis kebisingan yang dapat ditemukan di tempat kerja adalah: 1. Kebisingan kontinyu, yaitu kebisingan yang ditimbulkan oleh mesinmesin yang beroperasi terus menerus misalnya suara generator. 2. Kebisingan intermitten, yaitu jenis kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang tidak beroperasi secara terus menerus melainkan terputus-putus, misalnya mesin gerenda. 3. Kebisingan impulsif, yaitu kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin atau peralatan yang oleh karena penggunaannya terjadi hentakanhentakan, misalnya mesin pres dan mesin tumbuk. Pengaruh kebisingan Pengaruh kebisingan terhadap karyawan dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu: a. pengaruh terhadap kenyamanan yaitu dapat menimbulkan gangguan pembicaraan, gangguan konsentrasi berpikir serta dapat menimbulkan stres. b. pengaruh terhadap kesehatan yaitu dapat menimbulkan tuli pada telinga. y Fibrasi (Getaran Mekanik) Identifikasi Fibrasi Terdapat beberapa peralatan yang waktu digunakan menimbulkan getaran, dimana getaran tersebut berakibat timbulnya resonansi pada alat-alat tubuh sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Biasanya disalurkan melalui

8

lantai, tempat duduk atau melalui alat tangan yang digunakan. Misalnya pada saat mengendarai mobil, traktor dan forklif. Pengaruh fibrasi Pengaruh getaran terhadap tubuh karyawan adalah 1. Menimbulkan gangguan kenyamanan sehingga saat bekerja merasa tidak nyaman karena penggunaan alat yang menghasilkan getaran 2. Menimbulkan kelelahan 3. Menimbulkan bahaya kesehatan, y Radiasi Identifikasi radiasi di tempat kerja Radiasi adalah hazard kesehatan di lingkungan tempat kerja dan dibagi menjadi 2 golongan yaitu radiasi mengion dan radiasi tidak mengion Radiasi mengion Umumnya dapat ditemui di tempat kerja karena penggunaan alat yang menggunakan bahan radiasi. Atau mempunyai inti yang tersusun dari proton dan neutron. Proton mempunyai muatan positif dan neutron bermuatan negatif. Radiasi mengion dibagi menjadi 5 jenis yaitu: radiasi sinar alfa, beta, gamma, sinar X dan neutron Radiasi tidak mengion Sinar adalah murni energi disebut sebagai energi elektromagnetik dan keran karakternya barbagai jenis sinar mengacu pada karasteristik gelombang. Energi sinar berkaitan dengan panjang gelombang. Panjang gelombang yang lebih pendek energinya lebih tinggi. Yang termasuk9

radiasi tidak mengion adalah gelombang mikro (microwave), sinar laser, sinar inframerah dan sinar ultraviolet. Pengaruh radiasi terhadap kesehatan tergantung dari jenis radiasi yang terdapat di lingkungan tempat kerja. Efek radiasi umumnya akan menimbulkan luka bakar pada jaringan tubuh yang terkena. y Pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh terutama adalah gangguan terhadap faali tubuh y y Sinar inframerah dapat menyebabkan katarak pada mata Sinar ultraviolet dapat meyebabkan konjungtivitis, bagi orang yang kulitnya kurang pigmen yang terpapar dapat menyebabkan kanker kulit. y Sinar X dan gamma dapat mnenyebabkan luka bakar, impotensi, kerusakan pada hipoitik dan leukimia. y Sinar alfa dan beta dapat menyebabkan kelainan pada daerah yang terkena /terpapar dan menimbulkan kelainan kronis yang akhirnya dapat terjadi pada jaringn-jaringan yang lebih peka.

y Temperatur Ekstrim Suhu ekstrim merupakan hazard kesehatan di tempat kerja yang disebabkan karena suhu sangat rendah atau suhu sangat tinggi. Keadaan ini biasa disebabkan karena iklim yang ada, juga dapat ditimbulkan karena dalam proses produksi memerlukan temperatur ekstrim. Temperatur rendah Untuk mengidentifikasi adanya hazard temperatur dingin (rendah) dapat ditemui pada karyawan yang bekerja pada pabrik freezer, pengepala daging, fasilitas cold storage, dan pertanian di daerah kutub (northterm

10

areas). Terdapat kumpulan sinyal dari kulit dan core (kumpulan organorgan dalam tubuh) yang terintegrasi dengan porsi otak yaitu hipotalamus. Hipotalamus berfungsi sebagai pengatur fungsi organ-organ tubuh termasuk temperatur tubuh dan bekerja seperti termostat yang mengatur dan memelihara temperatur normal. Tetapi karena terdapat pengaruh temperatur luar tubuh sangat dingin maka kerja hipotalamus menjadi terganggu dan hal ini akan mempengaruhi tubuh, diantaranya: - Hipotermia yaitu perasaan yang sangat dingin sampai menggigil dan menyebabkan denyut jantung pelan dan kadang-kadang tidak teratur, tekanan darah lemah, kulit dingin, pernapasan tidak teratur, dan bisa terjadi kolaps. Hal ini terjadi pada temperatur 2-100C, pengruh tersebut juga tergantung dari keadaan individu yaitu: tergantung dari daya tahan tubuh, keadaan fitness, umur dan budaya. - Raynounds phenomenon adalah keadaan pucat pada daerah jari. Raynounds phenomenon ini dikaitkan dengan jumlah penyakit termasuk sistemik skleroderma, pulmonary hipertension, multiple sklerosis yang juga disebut penyekit Raynounds. - Chilblains adalah kelainan pada bagian-bagian tubuh menjadi bengkak, merah, panas, dan sakit yang diselingi dengan gatal-gatal. - Trench foot adalah kerusakan anggota tubuh terutama pada kaki oleh kelembaban yang dingin. - Frostbite adalah akibat terpaapr temperatur yang sangat dingin dan dapat menimbulkan gangren. Temperatur tinggi (Heat Stres) Hazards temperatur tinggi (heat stres) dapat ditemukan pada operasi perusahaan yang menggunakan peralatan yang memerlukan panas tinggi, misalnya pengecoran biji besi atau baja, ruang pembakaran, ruang boiler,

11

atau peralatan-peralatan lainnya yang dalam operasinya memerlukan suhu tinggi. Pengaruh heat stres terhadap tubuh adalah: y Heat Train adalah serangkaian respon fisiologis terhadap heat stres yang direfleksikan pada derajat heat stres yang dapat menimbulkan gangguan perasaan tidak nyaman sampai terjadi heat disorder. y Heat Cramps adalah gangguan yang disebabkan oleh karena terpapar suhu yang sangat tinggi yang dapat menyebabkan meningkatnya temperatur tubuh, kekurangan cairan dalam tubuh yang menyebabkan kekurangan garam natrium dalam tubuh. y Heat Exhaution adalah terjadi oleh karena pengaruh cuaca yang sangat panas, terutama bagi mereka yang tidak teraklimatisasi. Penderita keluar keringat banyak, tetapi suhu badan dalam keadaan normal atau subnormal, tekanan darak menurun, dan nadi lebih cepat, terasa lemah, dan bisa terjadi pingsan. y Heat Stroke adalah terjadi karena terpapar panas yang sangat tinggi dan dengan pekerjaan yang sangat berat dan belum teraklimatisasi. Gejalanya adalah suhu badan naik, kulit kering dan panas, vertigo, tremor, dan konvulsi b. Faktor kimia Dalam program kesehatan lingkungan kerja, masalah hazard kimia mempunyai permasalahan yang sangat kompleks dan memerlukan perhatian khusus. Hal ini karena hazards kimia disamping jumlahnya yang beredar di sektor industri sangat banyak, maka pengaruhnya terhadap kesehatan pun sangat bervariasi. Mulai dari yang dapat menimbulkan gangguan, luka, alergi sampai menimbulkan penyakit, malah dalam konsentrasi tertentu bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung menimbulkan kematian.

12

-

Identifikasi hazards kimia dan identifikasi bahwa di dalam udara tempat kerja terdapat hazards kimia, kita harus mengetahui bahan kimia yang digunakan sebagai raw materials, hasil produksi, dan hasil sampingannya (by-product). Informasi penting lainnya yng diperlukan dapat diperoleh dari Material Safety Data Sheet (MSDS), yaitu yang harus disuplai oleh pabrik atau importir bahan kimia tersebut.

-

Jenis kontaminan udara Pembagian bahan kimia yang merupakan kontamina (pencemar) udara dapat

digolongkan menjadi: 1. Dust (Debu) Debu adalah partikel padat yang dihasilkan oleh perlakuan,

penghancuran, pengendaraan, ledakan, dan pemecahan terhadap material organik dan anorganik, seperti batu, biji besi, metal, batu bara, kayu, dan biji-bijian. Debu yang mempunyai ukuran 5-10 mikrometer akan tertahan pada saluran pernapasan bagian atas. Partikel atau debu berukuran 3-5 mikrometer akan tertahan pada saluran pernapasan bagian tengah, sedangkan debu yang berukuran 1-3 mikrometer akan tertinggal pada permukaan alveoli paru-paru. Debu yang berukuran kurang dari 0.1 mikrometer akan bergerak keluar masuk alveoli. 2. Fumes (upa cair) Fumes adalah partikel padat yang terbentuk dari kondensasi tahap gas, umumnya terjadi karena penguapan setelah benda terlebur dan diameter kurang dari 1.0 mikrometer. Pengelasan (welbing), penyolderan yang tidak cukup panas dan pekerjaan lainnya akan menghasilkan fumes. 3. Smoke (asap)

13

Asap terdiri dari unsur karbon atau partikel jelaga yang ukurannya kurang dari 0.1 mikrometer. Dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna dari benda yang mengandung karbon seperti batu bara dan minyak. Asap umumnya mengandung titik-titik (droplets) partikel kering. 4. Mists (Kabut) Kabut adalah titik-titik cairan halus (liquid droplets) yang terbentuk dari kondensasi uap kembali menjadi bentuk cair, atau pemecahan dari bentuk cair menjadi tingkat terdepresi, seperti proses deburan air (spashing, forming, pemecahan atom cairan/atomizing). 5. Gas Gas adalah bentuk zat yang tidak mempunyai bangun tersendiri, melainkan mengisi ruangan tertutup pada kondisi suhu dan tekanan normal. Bentuknya dapat berubah menjadi cair pada kondisi suhu dan tekana yang tinggi 6. Vaspors (uap) Vaspor (uap) adalah bentuk penguapan dari benda yang dalam keadaan normal dalam bentuk padat atau cair. Penguapan adalah proses dari sautu bentuk cair ke bentuk uap bercampur dengan udara sekitarnya. Dengan mengetahui mengetahui bentuk dan ukuran- ukuran bahan pencemaran udara adalah penting dalam program kesehatan lingkungan kerja (pengenalan, evaluasi, pengendalian hazards) dan juga dalam menentukan pemilihan alat pelindung diri yang tepat. Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh Terdapat 3 cara dimana bahan kimia dapat masuk ke dalam tubuh manusia, yaitu melalui: Saluran Pernapasan

14

Bahan kimia yang merupakan kontaminan udara dapat langsung terhirup melalui alat pernapasan. Bahan kimia yg masuk melalui paru- paru dapat langsung masuk ke dalam aliran darah, dan oleh darah tersebut terbawa ke seluruh tubuh. Kulit juga merupakan pintu masuk bahan kimia ke dalam tubuh, yaitu melalui car absorpsi. Beberapa bahan kimia dapat terserap oleh lubang rambut, terserap pada lemak dan minyak kulit seperti senyawa organik, pestisida organopirospate. Bahan kimia yg tereabsorpsi melalui kulit tersebut dapat menimbulkan kercunan secara sistemik.

Saluran pencernaan Di tempat kerja orang tidak sadar dan sengaja terminum atau termakan bahan kimia beracun. Oleh karena itu pekerja tidak diperkenankan makan, minum, atau merokok ditempat kerja. Sebelum makan dan minum diharuskan mencuci tangan dengan bersih. Bahan kimia beracun yang terserap melalui cairan alat pencernaan dapat masuk ke dalam darah melalui sistem saluran pencernaan tersebut.

Pengaruh bahan kimia terhadap kesehatan Setelah kita mengetahui jalan masuknya bahan kimia beracun dalam tubuh, penting untuk mengetahui pengaruh yang berbeda- beda antar`jenisnya. Selain itu, perlu diketahui bahwa masing- masing jenis bahan kimia beracun mempunyai target organ yang berbeda pula. Bahan kimia beracun berdasarkan efeknya terhadap kesehtan secara umum, digolongkan menjadi: Iritan Bahan kimia bersifat iritan adalah yang menyebabkan iritasi pada jaringan tubuh yang terkena. Efek utama adalah menimbulkan peradangan oleh karena kontak langsung. Iritan sekunder bisa mengakibatkan reaksi yang merugikan, tetapi efek ini kecil dibandingkan efek sistemik pada keseluruhan.15

Systemic poisons Dalam membedakan bahan yang bersifat iritasi yang bisa menyebabkan reaksi lokal pada daerah yang terkena, maka keracunan sistemik adalah terserapnya bahan kimia oleh tubuh yang bisa menyebabkan kerusakan pada sistem fisiologis internal tubuh oleh karena aksi langsung/ tak langsung. Asphyxiants Bahan kimi ayang mempunyai sifat asfiksian adalah bahan kima yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas, sehinggga menimbulkan mati lemas, misalnya nitrogen. Asfiksian dapat mencegah oksigen dalam darah, menghalangi transportasi oksigen oleh darah ke jaringan tubuh atau mencegah oksigenasi jaringan. Sensitizers Merupakan bahan kimia yang mempunyai aksi sensitif terhadap jaringan tubuh yang dapat menyebabkan individu menjadi laergi. Akibat lain jika kontak dengan kulit dapat menyebabkan keracunan. Narcotics dan anasthetics Bahan kimia yang bersifat narkotik dan anastetik dalam dosis rendah dapar berinteraksi dengan sistem saraf pusat, sehingga menyebabkan perasaan mengantuk. atau perasaan tidak sensitif (kebal). Dalam dosis tinggi akan menyebabkan reaksi bawah sadar, lemas,koma, bahkan sampai meningggal. Fibrogenic dosis Debu jenis ini bila terdeposit dalam jaringan dapat menyebabkan pengerasaN pada jaringan tersebut. Nuisance material Merupakan bahan- bahan yang dapat menggangu kenyamanan pada tingkat rendah dan itu menghasilkan efek toksik dan kadang- kadang tidak dipedulikan sebagai bahan yang menggangu. c. Faktor Biologi

16

Hazards biologis dapat berupa binatang, bakteri, jamur dan virus. Hazards biologis yang berupa binatang dapat dikenali/ diidentifikasi dengan adanya kehidupan binatang yang dapat dilihat, seperti binatang buas dan binatang penyebar penyakit ( lalat, nyamuk, dan tikus). Akan tetapi untuk jenis2 bakteri, jamur dan virus tidak mudah dilakukan identifiikasi terutama bagi kesehatan. Hal ini dapat dilakukan denga melakukan observasi terhadap karyawan2 yang sedang menderita penyakit. Pengaruhnya terhadap karyawan adalah : Binatang buas bukan merupakan hazards kesehatan, akan tetapi dapat mengggangu keselamatan jiwa, misalnya karyawan penebang kayu ditengah hutan mempunyai resiko terhadap ancaman binatnag buas. Sedangkan binatang seperti nyamuk, lalat, dantikus dapat menyebabkan penyakit menular. Bakteri, jamur, dan virus dapat menyebabakan penyakit menular, seperti influenza, tbc, kolera, disentri,dsb. d. Faktor Psikososial Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat menyebabkan stres : 1. Pelayanan kesehatan seringkali bersifat emergensi dan menyangkut hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di lab. Kesehatan dituntut untuk

memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahtamahan 2. Pekerjaan pada unit2 tertentu yg sangat monoton. 3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman kerja 4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di nsektor formal ataupun informal.

e. Faktor Ergonomi Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan17

manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan tercapai efisiensi yg setinggi- tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara popular kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man to the Job. Sebagian besar pekerja diperkantoran atau pelayanan kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tnaga operator peralatan, hal ini disebakna peralatan yan g digunakan pada umumnya barang impor yang desainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan fisik dan psikologis (stres) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain). Work station design adalah bagaimana kita mendesain atau membuat suatu tempat kerja menjadi nyaman dan tidak menimbulkan kelelahan, termasuk disini adalah bagaimana mengatur atau meletakkan peralatan kerja yang digunakan. Workplace design adalah menyangkut masalah berapa kebutuhan minimal ruangan yang diperlukan sehingga seseorang dapat melakukan pekerjaannya dengan cukup leluasa.

18

WALK THROUGH SURVEY

Kunci disiplin dalam kesehatan okupasi adalah pengenalan, evaluasi dan kontrol. Pengenalan yang digunakan dalam walk through survey, ahli seharusnya mampu mengidentifikasi tentang lingkungan kerja yang berpotensi untuk

menimbulkan penyakit atau kecelakaan kerja. Dokter-dokter okupasi memerlukan data-data tertentu agar dapat memberikan pelayanan kesehatan okupasi yang efektif. Pengetahuan tentang tempat kerja merupakan tanggungjawab yang paling penting bagi para ahli yang menyediakan pelayanan kesehatan okupasi. Apabila kemungkinan yang bisa menjadi penyebab kebahayaan telah teridentifikasi, ianya perlu dievaluasi supaya dapat kemudiannya dieliminasi sebagai sumber kebahayaan yang mana setelah itu, kontrol dilakukan. Evaluasi merupakan bagian integral dari Control of Substances Hazardous to Health Regulations 1988 sebagai mana perlu untuk lingkungan kerja. 7 Dalam memberi pelayanan kesehatan okupasi pada klien baru, suatu usaha untuk memperoleh informasi tentang tempat kerja klien harus dilakukan. Maka, walk through survey (survei sepintas) dilakukan untuk mendapat pandangan umum dan orientasi karyawan terhadap kesehatan dan program keselamatan. Secara umum, survei sepintas dapat mengambil waktu selama 1 hingga 2 jam. Survei ini sangat membantu dalam membina hubungan antara pegawai kesehatan dengan karyawan yang cedera serta memahami pekerjaan klien tersebut. Namun survey sepintas ini adakalanya tidak terlalu bermanfaat terutama pada industri yang mempunyai karyawan yang terlatih.7 Dalam kedokteran okupasi, teknik survei sepintas yang paling penting adalah mengenali occupational health hazards. Untuk melakukan survei ini, dapat dimulai dengan mengetahui tentang manejemen perencanaan yang benar, berdiskusi tentang tujuan melakukan survei, dan menerima keluhan-keluhan baru yang releven. Dapat juga menyediakan terlebih dahulu diagram yang memudahkan alur proses. 2,7

19

Bahaya apa dan dalam situasi yang bagaimana bahaya dapat timbul, merupakan sebagai hasil dari penyelenggaraan kegiatan survei sepintas. Mengenal bahaya, sumber bahaya dan lamanya paparan bahaya terhadap pekerja dalam survei sepintas memerlukan informasi tentang bahan mentah dan bahan kimia tambahan yang digunakan, proses kerja dan operasi, produk akhir dan produk samping yang dihasilkan. Pemahaman ini diperlukan untuk mengetahui secara tepat bahaya yang dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan pekerja dan perusahaan dalam bentuk kecelakaan, kecederaan, penyakit akibat kerja, kebakaran dan pencemaran lingkungan. 5,7 Telah diketahui secara luas bahwa bahaya kesehatan di lingkungan kerja dapat dikategorikan pada: 2,5,6 y y y y Bahaya fisik seperti bising dan tekanan panas, radiasi dan lain-lain Bahaya kimia seperti larutan kimia, gas, uap, debu dan lain-lain Bahaya biologi seperti kuman, bakteri, binatang buas dan lain-lain Ergonomi seperti ketidak sesuaian peralatan dengan ukuran tubuh pekerja dan lain-lain y Psikologi

Dengan demikian bahaya di lingkungan kerja dapat didefinasikan sebagai bahan, material, atau kondisi lingkungan kerja yang dapat menimbulkan efek atau gangguan yang berarti terhadap kesehatan pekerja yang terpapar. 5 Dengan mengikuti alur proses sesuai perencanaan, biasanya merupakan cara yang paling produktif. Harus diperhatikan juga tentang warning label, yaitu suatu deskripsi tentang materi dari komposisi bahan kimia, dan paket materi yang akan didapat. Sebagai usaha untuk evaluasi kasus-kasus individual, program kesehatan okupasi sebaiknya menggalakkan karyawan dalam berbagi informasi tentang deskripsi pekerjaan, laporan tentang industrial higienis dan mengenai loss-control reports. Apabila terdapatnya kebahayaan, kontrol perlu dilakukan. Penting untuk

20

kembali dalam periode-periode tertentu untuk memerhatikan tempat kerja dengan baik. 7

PELAKSANAAN WALK THROUGH SURVEY PRE-WALK THROUGHSebelum melakukan walk through survey perlu dilakukan lobi terlebih dahulu dengan manejemen bidang produksi tentang rencana pelaksanaan Walk Through Survey dan mendapatkan informasi singkat yakni observasi dilakukan secara objektif dengan menggunakan check list sebagai panduan, dan ini lebih mudah dikendalikan apabila mempunyai pro-forma, yang mana detail dari progresivitas dari survei dicatat.7 Name of company Address of site Location at workplace Name and designation of peron responsible for the workplace *dikutip dari kepustakaan 3 Table 1: Suggested pro-forma

Dokter okupasi kesehatan harus mengidentifikasi orang yang dikontak dan memahami sepenuhnya tujuan waktu melakukan survey sepintas ini, serta manfaat waktu yang diijinkan oleh klien untuk mengobservasi tempat kerjanya dan cara bekerja para karyawan. Dapat juga meminta izin untuk mengambil foto-foto ditempat-tampat tertentu yang dapat mengundang kebahayaan (hazard), untuk tujuan pembelajaran atau orientasi buat pegawai okupasi kesehatan lainnya. 1,2 Informasi yang relevan tentang industri antara lain tentang : riwayat industri, ukuran, kompleksitas, proses operasi, dan informasi tehnis lainnya. Jelaskan maksud dan tujuan tindakan diadakannya Walk Through Survey. 7

21

Pada saat bertemu dengan manejeman juga perlu diceritakan tentang maksud dan tujuan pelaksanaan Walk Through Survey, dan minta agar ada pekerja yang bisa menggambar bisa pula diwawancarai tentang unit kerja yang dioperasikan dan informasi lain yang diperlukan. 7

OPENING CONFERENCE (DISKUSI PEMBUKAAN)Pada waktu menjelaskan diskusi pembukaan, ruang lingkup Walk Through Survey perlu dijelaskan, dan ajukan pertanyaan yang mengarah pada maksud dan tujuan Walk Through Survey diadakan, sehingga informasi umum yang berkaitan dengan kepentingan walk through survey dapat diperoleh misalnya: 7 1. Kebijakan perusahaan akan K3 2. Proses produksi 3. Denah dari perusahaan 4. pengaturan tenaga kerja 5. populasi pekerja 6. pandangan pimpinan dan pekerja akan K3 7. gambaran penerapan K3 dilakukan 8. data pelaporan K3 9. dan sebagainya yang lebi bersifat manejerial Informasi yang lebih detail dan menyangkut tehnis kadang-kadang masih bisa kita peroleh pada saat diskusi pendahuluan misalnya informasi tentang : 7 1. Daftar semua bahan dasar dan kimia yang digunakan dalam proses produksi 2. Daftar peralatan dari industri yang menunjukkan dimana dan bagaimana penggunaan bahan-bahan dasar dan kimia tadi 3. Daftar produk dan produk damping lainnya 4. Dan sebagainya yang lebih bersifat tehnis

22

WALK THROUGH (Peninjauan Lapangan)Secara umum survei sepintas sebaiknya dilakukan sewaktu shipping yakni barang-barang yang dipesan dihantarkan ke perusahaan tersebut supaya pihak okupasi kesehatan dapat melihat manufacturing yang sebenarnya atau proses-proses lain yang berlaku di tempat kerja. Ini dapat membantu dokter okupasi kesehatan lebih memahami keadaan yang terjadi sewaktu bekerja. Sewaktu melakukan survey sepintas, penting untuk pihak okupasi kesehatan bicara dengan para karyawan, serta mengetahui pendapat meraka sendiri tentang bahaya kesehatan dan keselamatan atau potensi bagi pengukuran preventif. Selain itu, ini merupakan suatu inisiasi bagi para karyawan untuk memahami tentang kerjanya sendiri serta potensi munculnya bahaya kerja dan sikap meraka terhadap kesehatan dan keselamatan mereka. Dapat ditanyakan kepada karyawan: 7 Bahaya apa saja yang berisiko untuk terkena sewaktu bekerja? Apakah tindakan yang anda ambil agar anda berada dalam keadaan yang selamat? Apakah tindakan-tindakan yang anda pikir bermanfaat untuk tempat kerja anda? Ketika melakukan survei sepintas, dokter okupasi kesehatan wajib mengambil perhatian tentang empat kategori umum risiko: 1,7 Tugas o Pihak okupasi kesehatan harus memperhatikan faktor-faktor dari pekerja seperti posisi badan dan postur badan. Pergerakan yang bagaimana dilakukan oleh pekerja? Observasi sikap pergerakan termasuk perhatikan pergerakan yang dipaksakan, arah pergerakan (kedepan, kebelakang, dll), lokasi (kaki ke pinggang atau batas bahu ke atas), frekuensi (satu kali per jam atau satu kali per menit) dan durasi (beberapa menit atau intermiten).

23

o Harus juga memahami tugas itu sendiri, termasuk dari aspek praktek kerja sebagai ekspektasi produktivitas, variasi dari kebutuhan fisik sepanjang hari bekerja, dan bagaimana kompensasi dari kerja tersebut. Sebagai contoh ada tidak sistem kuota atau system insentif? Insentif meningkatkan produktivitas namun ia juga dapat meningkatkan risiko kumulatif gangguan trauma akibat pergerakan fisik yang berterusan. Lingkungan tempat tugas tersebut dilakukan o Ahli pengobatan kesehatan dan lingkungan harus melihat kondisi tempat kerja seperti suhu, ventilasi, label, saluran pipa, kerapian, sanitasi fasilitas dan pencahayaan. Tingkat kepadatan (crowding), derajat kebisingan, dan pemandangan dari tempat kerja adalah berhubungan dengan keselamatan dan kerentanan mendapat

kecelakaan atau penyakit. Contohnya seperti peningkatan derajat kebisingan dapat stimulasi system saraf simpatetik dan meningkatkan kecenderungan untuk mendapat kecelakaan. Terdapat bukti tentang pengurangan derajat kebisingan dapat mengurangi angka kecelakaan. Housekeeping yang buruk dapat meningkatkan risiko kecelakaan seperti adanya minyak atau air di lantai mengakibatkan jatuh yang mana ianya membahayakan. o Tanda dan label, penyimpanan bahan kima, alat dan bahan untuk gawat darurat [seperti stasiun pembersih mata, automatic emergency defibrillator (AEDs), first aid kit], alat pemadam kebakaran dapat diperiksa dan dievaluasi susunan kerja, kesesuaian dan lokasi dengan tempat kerja. o Kondisi lingkungan setiap tahun itu berubah. Proses manufacturing yang memerlukan panas (contohnya manufacturing kima) dapat menyebabkan heat stress di musim panas. Eksposur yang lama

24

terhadap panas atau dingin berhubungan dengan risiko kesehatan, yang mana dapat di cegah dengan langkah preventif. Peralatan yang digunakan untuk melakukan tugas (2) o Peralatan yang digunakan termasuklah size dan komposisi dari alat, tool automation (automatic screw drivers), torque control, atau handtool suspension. Hand tools harus diinspeksi dari aspek ergonomik kesesuaian, digunakan secara baik dan maintenance. Sebagai contoh dasign dari hand-tool dapat mempengaruhi posisi tangan ketika menggunakannya. Bentuk dan komposisi dari alat handle dapat mempengaruhi kenyamanan sewaktu memakainya nammun dapat juga meningkatkan resiko cumulated-trauma disorder dengan penggunaan yang lama. o Mesin dapat diinspeksi untuk tujuan ergonomik, keefektifitas dan maintenance. Harus diperhatikan juga safety devices dan

keefektifitasnya suatu mesin yang digunakan. Design mesin yang modern telah mengurangi risiko dari trauma kecelakaan mayor dan pekerja haruslah dididik dalam penggunaannya dan keefektifitasnya, hendaklah tidak dimodifikasi atau bypassed mesin/ alat yang digunakan. o Pihak okupasi kesehatan seharusnya mempunyai pengetahuan tentang bagaimana fungsi system ventilasi serta masalah-masalah yang dapat terjadi. Terdapat empat komponen basic dalam system ventilasi yakni: hoods untuk menangkap kontaminan Ducts untuk menyalurkan kontaminan ke filter Filters untuk membersihkan kontaminan Stacks merupakan final section dari ducts yakni discharge point ke luar bangunan

25

-

Pekerja o Survei sepintas ini dapat member peluang kepada ahli okupasi pengobatan kesehatan lingkungan untuk mengobservasi pekerja secara direk. Apabila dokter okupasi melihat karyawan cedera di poliklinik dan bukan di tempat kerja, ini dapat menimbulkan selection bias. Dengan mengobservasi pekerja secara langsung pihak okupasi kesehatan dapat memberikan nasehat kepada employer mengenai intervensi seperti program promosi kesehatan dan program screening. Selain itu bicara langsung dengan pekerja juga dapat megetahui tentang sikap mereka terhadap kesehatan dan keselamatan,

pengetahuan mereka tentang bahaya ketika bekerja, dan perasaan mereka terhadap kerja yang mereka lakukan. Sangat diharapkan bahwa peninjauan lapangan dilakukan bersama-sama dengan perwakilan dari bagian operasi. Peninjauan lapangan dimulai dari awal proses produksi, dimulai dari tempat penyimpanan bahan dasar/mentah (raw material) untuk proses, kemudian dilanjutkan dengan mengikuti aliran proses berikutnya. (4) Informasi yang berkaitan dengan bahan dasar/mentah yang digunakan sudah harus diperoleh pada saat diskusi pembukaan, informasi tersebut akan membantu dalam mendapatkan informasi berikutnya. Catatan kecil dalam bentuk daftar periksa singkat perlu dibuat agar peninjauan lapangan dapat mencakup semua kebutuhan yang diperlukan dan tidak ada yan terlewatkan. (4) Wawancara dengan pekerja yang berada di lingkungan unit kerja merupakan bahagian yang penting dalam pengumpulan data, data yang dikumpulkan akan lebih bersifat tehnis, dan akan dapat menggali lebih banyak permasalahan yang timbul di unit kerja. (4) Peralatan yang sederhana dan mudah dibawa seperti Sound Level Meter atau alat pengukur gas yang portable dan direct reading dapat dibawa sepanjang tidak mengganggu pelaksanaan kunjungan lapangan. (4)

26

Dapat disimpulkan bahwa antara hal yang perlu diperhatikan adalah: 1. Sumber Kontaminasi udara Pertimbangan bagaimana bahan dasar akan berubah bentuk selama proses produksi menjadi produk samping. Banyak proses operasi yang berpotensi berbahaya dapat dideteksi melalui pengamatan mata telanjang. Operasi yang sangat kotor akan dapat terlihat secara jelas namun tidak berarti bahwa operasi tersebut yang paling berbahaya. Tidak ditemukannya debu berterbangan yang dapat dilihat dengan mata bukan berarti bahwa udara sekitar tempat kerja telah bebas dari kontaminasi debu. Adanya banyak uap dan gas dapat dideteksi dengan indera penciuman. Bagaimanapun juga, banyak substansi yang memiliki ambang bau yang

melebihi tingkat paparan yang aman diperkenankan. Misalnya : bau dari uap korban tetra klorida ada pada jumlah yang sangat kecil dan jarang, namun cukup berbahaya untuk paparan yang berkelanjutan dan lama. 2. Kontak Lansung Dengan Bahan Kimia Amati bagaimana bahan dasar itu digunakan dan ditangani serta bagaimana pekerja kontak dengan bahan tersebut. Ada tiga jalan masuk kontaminan ke dalam tubuh (saluran pernapasan, saluran makanan dan kulit) yang dapat menimbulkan masalah. Ada banyak bahan kimia dalam benyuk bahan mentah, produk samping dan limbah produk yang dapat menimbulkan iritasi dan mencederai kulit. 3. Bahaya Fisik Sumber panas radiasi, temperatur dan kelembapan yan tidak normal, kebisingan yang berlebihan, penerangan yang kurang memadai, radiasi sinar ultraviolet dan radiasi mengion lainnya perlu dicatat dalam tinjauan lapangan. Tanpa bantuan peralatan adalah tidak mungkin mengindikasikan potensial bahaya yang mungkin timbul. Banyak informasi penting yang dapat diperoleh selama melakukan tinjauan lapangan, yaitu dengan mengamati bagaimana bahaya fisik dapat timbul, berapa pekerja yang terpapar.27

4. Alat-alat Pengendali Pengendali yang perlu dicatat antara lain pengendal tehnis seperti ventilasi pengenceran, isolasi, insulasi alat pelindung diri, dan alat keselamatan kerja lainnya ataupun pengendalian administratif. Panduan umum yang dapat digunakan untuk melihat apakah upaya pengendalian berjalan efektif, ialah alat pengendali harus dapat menangani debu dengan baik, bagaimana kualitas duct, apakah kipas tidak beroperasi, atau kondisi alat pelindung diri yang tidak dipelihara dengan baik. Inspeksi terhadap alat keselamatan kerja yang perlu ada perlu dilakukan secara rutin. Alat keselamatan kerja seharusnya disimpan dalam tempat penyimpanan yang khusus higienis dan diberi keterangan (label) yang jelas tentang tanggal pemeriksaan dan kondisi alat. 5. Fasilitas Kesejahteraan dan Fasilitas Lainnya Pemeriksa fasilitas kesejahteraan, perlengkapan dan obat-obatan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan kualitas dari fasilitas yang ada misalnya kondisi sanitasi linkungan, penyediaan air minum, tempat sampah, penerangan dan lain-lainnya apakah memenuhi persyaratan yang berlaku. Selain kualitas dari fasilitas kesejahteraan, perlu juga diperhatikan kuantitasnya, apakah jumlahnya sesuai dengan jumlah pekerja, dan apakah letaknya jauh dari tempat kerja sehingga sulit untuk dicapai. 6. Fasilitas dan Kondisi Kesehatan Lainnya Adakah penilaian terhadap kebersihan linkungan, kerapian, penataan barang-barang perusahaan (good house keeping), estetika tentukan juga apakah keindahan juga merupakan bagian dari pemeliharaan. Setelah melakukan peninjauan lapangan, denah unit kerja perlu digambar dengan baik, gunakan denah yang mempunyai skala agar hasilnya lebih baik lagi, karena keterangannya akan lebih akurat. Denah akan sangat berguna untuk mengetahui secara persis dimana letak sumber bahaya, serta28

pola paparan, lokasi alat pengendali yang ada, dan tempat-tempat penyimpanan alat-alat keselamatan yang dipergunakan. Wawancara dengan pekerja dan pimpinan perusahaan (pengawas) selama peninjauan lapangan akan sangat bermanfaat sekali untuk

mendapatkan informasi yang diperlukan. Bila diperlukan investigasi yang lebih mendalam misalnya dengan mendapatkan konfirmasi komposisi bahan kimia dan bahan dasar, produk dan hasil samping, besarnya paparan pekerja secara sederhana dan lain-lain peru dilakukan dengan pengadaan pengukuran secara sederhana dengan alat-alat sederhana pula.

TABLE 4.2 Checklist walk-through di tempat kerja I. Tugas 1. Adakah kerja yang dilakukan dengan menggunakan shift? 2. Adakah waktu kerja yang berjam-jam itu layak? 3. Adakah periode istirahat yang cukup diberikan dan digunakan? 4. Berapa banyak waktu over time dikerjakan? Apakah itu perlu? 5. Adakah tugas kerja harus dilakukan dengan cepat dan tepat? 6. Apakah pekerja dapat menyatakan masukan/idea dalam design kerja yang dilakukannya? 7. Apakah perubahan-perubahan yang berlaku dijelaskan kepada pekerja? 8. Adakah waktu kerja berat yang berlebihan? 9. Adakah pekerja mengalami gangguan penglihatan? A. Kebutuhan fisik 1. Berapa banyak kerja mengangkat, menarik, menolak perlu dilakukan? 2. Berapakah frekuensi dari kerja fisik? 3. Di mana saja lokasi dari aksi fisik? 4. Adakah pekerjaan ini memerlukan penggunaan posisi yang tidak nyaman?

29

5.Adakah pekerja diharuskan bekerja pada kecepatan olahragawan? 6. Dapatkah kerja dilakukan apabila semua peraturan keselamatan dipatuhi? 7. Adakah pekerja semuanya terlatih? 8. Adakah latihan tersedia dalam bahasa yang digunakan pekerja? 9. Adakah kerja dilakukan duduk, berdiri, atau berjalan atau kombinasi dari yang tersebut? B. Mental demands 1. Adakah arah yang diberikan gampang dimengerti? 2. Adakah sering kerjanya melibatkan mengambil keputusan? 3. Apakah pekerja harus menggunakan konsentrasi penuh dalam jangka waktu yang panjang? 4. Adakah waktu istirahat ketika monitor atau inspeksi dilakukan? 5. Apakah kerja yang dillakukan harus diselesaikan dengan cepat? 6. Apakah pekerjaannya menimbulkan kebosanan? 7. Apakah ada interaksi sosial? 8. Apakah pekerja mempunyai sensi dalam mengontrol pekerjaannya? 9. Bagaimana hubungan manejemen pekerja? II. Lingkungan 1. Apakah ruangan bekerja adekuat? 2. Apakah tempat bekerja nyaman atau tidak nyaman, memaksa atau stretching? 3. Apakah ada tanda yang jelas mengenai jalan keluar dan pintu darurat? 4. Apakah permukaan tempat kerja licin atau keras? 5. Apakah terdapat objek yang tertonjol (handles, knob, materials)? 6. Apakah ada sudut buta? 7. Apakah ruang tempat kerja aman untuk menggunakan kendaraan pengangkut barang (truk, cranes)? 8. Apakah ruangan bekerja terletak di kawasan yang luar biasa panas, dingin, bising atau kontaminasi?

30

9. Apakah suhu ruangan nyaman? 10. Apakah pernah terjadi suhu yang ekstrim? 11. Apakah humiditas relative nyaman? 12. Apakah ventilasi umum adekuat? 13. Apakah alat ventilasi, pemanasan dan pendingin berfungsi dengan baik? 14. Apakah pencahayaan bagus untuk suasana kerja? 15. Apakah housekeeping efektif? III. Peralatan 1. Apakah peralatan dan mesin susah untuk dikendalikan? 2. Apakah tempat kontrol sukar dicapai? 3. Apakah pergerakan kontrol membutuhkan usaha yang eksesif? 4. Apakah konrol bisa digerakkan tanpa meletakkan tangan, pergelangan tangan, lengan atau badan dalam posisi yang tidak nyaman? 5. Apakah kontrol sesuai dengan karakteristik operator? 6. Apakah tempat pengukuran dan instrument gampang di baca dan dimengerti? 7. Apakah karakteristik dari hand kontrol sesuai dengan kekuatan yang diperlukan untuk mengoperasi (bentuk, size, permukaan) dan adakah kekuatan yang digunakan memadai? 8. Apakah tersedia asses kecemasan untuk dari lokasi 9. Apakah kunci tersedia dan adakah ia foolproof? 10. Apakah fungsi dari kontrol dilabel atau sudah tercantum. 11. Apakah fungsi dari kontrol mengikut masuk akaldan kompatibel dengan stereotype atau ekspektasi operator? 12. Apakah kursi dan bangku nyaman digunakan? 13. Apakah ia dapat di atur ketinggiannya? 14. Apakah disediakan sandaran? 15. Apakah ada ruang yang adekuat buat kaki? 16. Apakah permukaan kerja sesuai dengan ketinggian agar tidak perlu

31

membungkuk, menggapai, stretching dll? 17. Apakah permukaan kerja menyebabkan paksaan pada mata untuk melihat? 18. Apakah pedal kaki digunakan untuk mengoperasi alat? 19. Apakah pedal kaki dilindungi? 20. Apakah pedal kaki digunakan oleh operator yang berdiri? 21. Apakah alat perlindungan dan keselamatan digunakan dan berfungsi dalam kondisi yang baik? 22. Apakah ianya mengganggu operasi atau maintenance dalam cara apa pun? 23. Apakah alat jenis bergetar dan menghasilkan bunyi bising yang eksesif? 24. Apakah alat yang bergerak stabil? 25. Apakah peralatan pengendali tidak menutup lapangan pandang di semua arah? 26. Apakah konteiner digunakan dan apakah ukuran, ketinggian dan berat bersesuaian? 27. Apakah ada bagian dari tubuh terekspos secara berterusan pada alat? A. Hand tools 1. Apakah peralatan gampang dipegang? 2. Apakah peralatan terlalu berat? 3. Apakah peralatan mempunyai ujung yang tajam? 4. Apakah peralatan mempunyai pinch point? 5. Apakah susah menggunakan peralatan (contohnya susah digenggam, diputar, licin dll)? 6. Apakah peralatan yang digunakan bersifat getaran? 7. Apakah peralatan tersebut tipe elektronik yang mengeluarkan bunyi bising? 8. Apakah penggunaan peralatan membutuhkan seperti lengan, pergelangan tangan, bahu atau posisi badan yang kurang nyaman? 9. Apakah peralatan dirawat sebaik-baiknya? 10. Apakah peralatan dapat dipilih? B. Personal protective equipment (PPE)

32

1. Apakah ada disediakan PPE? 2. Apakah PPE yang disediakan adekuat, nyaman dan efektif? 3. Apakah perlu adanya alat perlindungan personal? 4. Apakah alat-alat dipilih atau disesuaikan dengan benar? 5. Adakah peralatan nyaman digunakan atau menambah iritasi? 6. Apakah peralatan semuanya dimaintained? 7. Apakah alat keselamatan mengaburkan pandangan atau mengundang kebahayaan pada pengguna? 8. Apakah alat keselamatan menyebabkan keyakinan yang salah terhadap penggunaannya? 9. Adakah policy tertulis dan prosedur mengenai penggunaan PPE? Apakah pelatihan penggunaan PPE itu efektif? 10. Adakah manfaat yang dirasakan pekerja dengan penggunaan PPE? IV. Pekerja 1. Berapa banyakkah jumlah pekerja? 2. Berapakah distribusi umur semua pekerja? 3. Bahasa apakah yang digunakan oleh pekerja? 4. Berapakah kadar turnover? 5. Apakah latar belakang pendidikan pekerja? 6. Apakah kondisi pekerja untuk tenaga kerja? 7. Apa saja masalah keshatan yang sering dikeluhkan oleh pekerja? 8. Apakah sumber psikososial tersedia buat para pekerja di tempat kerja? 9. Apakah sumber psikososial tersedia buat para pekerja dalam komunitas? 10. Adakah satuan pekerja merupakan ahli organisasi? * Dikutip dari kepustakaan 8

33

PASCA WALK THROUGHSetelah komprehensif walk-through survey, pihak okupasi kesehatan dokumentasikan maklumat hasil dari observasi dan rekomendasi serta membantu dalam menuntun employer dalam improving tentang kesehatan dan keselamatan pekerja di tempat kerja. Laporan dapat dimulai dengan ringkasan penyataan, identifikasi proses manufacturing mayor, kepentingan tentang kebahayaan kesehatan okupasi, dan memberi cadangan langkah pencegahan. 8 Jadi inti dari laporan harus mengandung identifikasi dari setiap bahaya yang didapatkan (table 4.3), langkah preventif yang rasional dan masukan tentang langkah preventif. Dapat juga memberi masukan dari langkah preventif tentang pemberian edukasi dan latihan kepada semua pekerja. 8 TABLE 4.3 Hazard Analysis Eksposur apa saja yang terpapar? Apa saja sumber dari eksposur? Bahan alami dari eksposur terdiri dari apa: frekuensi, jumlah, asli, kontaminasi? Apa saja tindakan kontrol yang dilakukan? Bagaimana keefektifitas dari tindakan kontrol yang dilakukan? Apa saja ambient dari kondisi lingkungan yang terpapar dengan eksposur? Apa saja interaksi dari pekerja dengan bahan eksposur tersebut? Apa saja langkah preventif yang direkomendasikan?

* Dikutip dari kepustakaan 8

Diskusi Penutup Setelah melakukan peninjauan lapangan, kita kembali ke ruang pertemuan awal untuk mengklarifikasi semua informasi yang diperoleh selama kunjungan lapangan sebagai diskusi penutup. Informasi yang disampaikan akan sangat berguna

34

bagi manejemen karena manejemen sering tidak mendapatkan laporan yang akurat dari permasalahan yang ada di lapangan. Pada diskusi penutup dengan perwakilan dari perusahaan perlu dijelaskan apa yang ditemukan selama peninjauan lapangan, berikan penjelasan lebih detail pada bagianbagian yang memerlukan perhatian khusus (yang berkaitan potensi bahaya kesehatan) dan berikan saran-saran yang dapat diterapkan untuk perbaikan disamping merekomendasikan penilaian lebih lanjut untuk hal-hal yang khusus. Setiap masalah yang membutuhkan penyelidikan lebih lanjut harus dilaporkan dan hasilnya diteruskan kepada yang berkepentingan. Bila konsultasi lebih lanjut diperlukan, maka perwakilan perusahaan harus diberitahu dan bagaimana konsultasi dapat dilakukan atau dimana penjelasan dapat diperoleh.

LAPORAN HASIL PENINJAUAN LAPANGANSetelah melakukan peninjauan lapangan secara lengkap, kemudian perlu dibuat laporan. Hasil peninjauan/pengamatan lapangan Walk Through Survey harus mencakup hal-hal berikut : 1. Hasil Pengamatan Kondisi K3 perusahaan secara umum perlu dijelaskan, kemudian semua bahaya kesehatan yan dijumpai, baik yang telah memenuhi perundangan maupun yang belum disusun sesuai aliran proses produksi, denah unit kerja, prosedur operasi, dan inventarisasi pekerja yang terpapar perlu diutamakan. Selain itu perlu dilaporkan pekerja dan pekerjaan yang beresiko untuk mendapatkan gangguan kesehatan, untuk memberikan informasi kepada manejemen dan memancing manejemen untuk mengeluarkan kebijakan dan ideanya dalam menangani masalah tersebut. Informasi yang lebih detail berkaitan dengan program kesehatan perusahaan (pemeriksaan kesehatan calon pekerja atau pun pemeriksaan kesehatan berkala tahunan), Pendidikan kesehatan, dan program pelatihan (penanganan bahan

35

kimia berbahaya, prosedur emergency, dan alat kesehatan kerja), perlu mendapatkan perhatian dalam pembuatan laporan, karena ini akan menjelaskan sedikit banyak tentang hubungan antara kesehatan pekerja dan lingkungan kerjanya. 2. Evaluasi Bila pengukuran sederhana dilakukan maka nperlu dilaporkan : y y y y Cara-cara pengukuran Hasil pengukuran dan interpretasinya Bandingkan dengan Nilai Ambang Batas(TWA) yang berlaku Apakah hasil pemeriksaan memenuhi atau tidak memenuhi standar persyaratan kesehatan Setiap penyebab terjadinya peningkatan konsentrasi atau paparan yang serius dari bahaya yang ada perlu dilaporkan. Evaluasi terhadap efektifitas pengendalian tehnis juga akan sangat berguna bila dilaporkan. 3. Rekomendasi Untuk melindungi kesehatan pekerja lebih jauh maka keterangan dalam bentuk rekomendasi harus termasuk dalam laporan, misalnya: y y y y Pengendalian administrasi dan tehnis yang perlu dilakukan Perlindungan individu dengan APD Program hygiene Industry yang sesuai Surveilance kesehatan yang dilaksanakan

Untuk kasus-kasus yang memerlukan penyelidikan lebih lanjt perlu dilaporkan secara lebih terperinci. Tindak lanjut hasil Walk Through Survey sebaiknya dibuat dalam bentuk matriks agar mudah difahami.

KESIMPULANWalk Through survey merupakan survey preliminary, kadang dipanggil juga sebagai survey observasional, yang mana melibatkan suatu tur berjalan di tempat

36

kerja (makanya dinamakan walk through). Keuntungan dari melakukan survey ini termasuklah: 7 Memperoleh satu pandangan umum tentang seluruh operasional Dapat mengidentifikasi kunci dari kebahayaan di area tempat kerja Mengakses keefektifitas terhadap metode control pada tempat

Ketika walk-through, pihak okupasi kesehatan dapt menanyakan hal-hal seperti berikut: 7 Apakah suatu pengukuran tindakan itu diperlukan di area ini? Jika iya, apakah kebahayaan perlu diukur? Pekerja mana yang paling mungkin terpapar kebahayaan? Apakah tindakan yang harus diambil? Apa konklusi yang dapat dibuat setelah hasil didapatkan?

Pihak okupasi kesehatan dapat kemudian merekomendasikan monitoring survey untuk memperoleh kadar kuantitas eksposur atau kesehatan okupasi mengenai risk assessment.Dari banyak literature dapat disimpulkan bahwa Walk Through Survey atau Survei Jalan Sepintas meliputi hal-hal sebagai berikut : y y y y y y Pemeriksaan dilakukan secara sederhana dan umum Pemeriksaan dilakukan pada unit kerja secara keseluruhan Hasilnya kepentingan perencanaan dan pembuatan program kerja baru Hasilnya digunakan untuk menentukan prioritas tindakan Jangka waktu pemeriksaan lebih singkat Dilaksanakan di suatu unit kerja dimana kegiatan higiene Industri akan mulai diterapan, dan dapat diulangi sesuai kebutuhan, umumnya lebih dari satu tahun. y Walk Through Survey bertujuan : 1. Memahami proses produksi, denah tempat kerja dan lingkungannya secara umum 2. Mendengarkan pandangan pekerja dan pengawas tentang K3.

37

3. Memahami pekerjaan dan tugas-tugas pekerja 4. Mengantisipasi dan mengenal potensi bahaya yang ada dan mungkin akan timbul 5. Menginventarisir upaya-upaya K3 yang telah dilakukan mencakup kebijakan K3, upaya pengendalian, pemenuhan peraturan perundangan dan sebagainya Keuntungan dari melakukan survey ini termasuk: o Memperoleh satu pandangan umum tentang seluruh operasional o Dapat mengidentifikasi kunci dari kebahayaan di area tempat kerja o Mengakses keefektifitas terhadap metode control pada tempat

HIGIENE INDUSTRI Kesehatan lingkungan kerja sering kali dikenal juga dengan istilah Higiene Industri atau Higiene Perusahaan. Kegiatannya bertujuan agar tenaga kerja terlindung dari berbagai macam resiko akibat lingkungan kerja. Menurut Sumamur (1976) Higiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu hygiene beserta prakteknya yang melakukan penilaian pada faktor penyebab penyakit secara kualitatif dan kuantitatif di lingkungan kerja Perusahaan, yang hasilnya digunakan untuk dasar tindakan korektif pada lingkungan, serta pencegahan, agar pekerja dan masyarakat di sekitar perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta memungkinkan mengecap derajat Kesehatan yang setinggi- tingginya. Higiene industri merupakan ilmu dan seni yang menitikberatkan pada antisipasi, penentuan, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor atau tekanantekanan (stressor) lingkungan yang timbul didalam tempat kerja, yang mana faktorfaktor tersebut dapat menyebabkan sakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan, atau38

ketidaknyamanan diantara pekerja atau penduduk sekitarnya. Ada tiga konsep dasar yang ditemukan pada higiene industri, yaitu: 1. Pengenalan lingkungan dengan maksud untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan secara kualitatif 2. Evaluasi dengan maksud untuk mengetahui secara kuantitatif tingkat bahaya dari faktor bahaya lingkungan yang timbul 3. Pengendalian lingkungan dengan maksud sebagai penerapan metode teknis tertentu untuk menurunkan tingkat faktor bahaya sampai batas yang masih ditolerir oleh manusia dan lingkungan. Batas yang dapat di tolerir tersebut adalah Nilai Ambang Batas (NAB). Prinsip dasar dalam pengendalian lingkungan adalah engineering control, administrasi, alat pelindung diri (APD). 4. Komponen dan ruang lingkup HI : y Ilmu dan Seni Merupakan ilmu pengetahuan yang berisikan teori, metode, dan implementasi keilmuan yang memenuhi kaidah ilmiah. Terdapat aspek seni khususnya dalam mengimplementasikan metode dan pendekatan-pendekatan keilmuan HI di tempat kerja. y Antisipasi Kegiatan memprediksi potensi bahaya yang ada di tempat kerjaRekognisi Melakukan pengenalan atau identifikasi terhadap bahaya yang ada di tempat kerja Melakukan pengukuran (spot) untuk menemukan keberadaan bahaya di tempat kerja y Evaluasi Melakukan sampling dan pengukuran bahaya di tempat kerja dengan metode yang spesifik. Melakukan evaluasi dan analisis risiko terhadap semua bahaya yang ada dengan menggunakan standar dan kriteria tertentu. y Kontrol Kegiatan untuk mengendalikan bahaya di tempat kerja sehingga keberadaannya tidak menimbulkan dampak kesehatan bagi pekerja khususnya dan masyarakat umumnya.

39

y

Faktor lingkungan/stres Merupakan faktor lingkungan kerja yang meliputi segala sesuatu yang ada di tempat kerja. Dalam jumlah tunggal disebut stressor, dan dalam jumlah banyak (multi factor) disebut stresses

Tujuan Proses HI : y Tujuan Antisipasi Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini sebelum muncul menjadi bahaya dan risiko yang nyata y Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu proses dijalankan atau suatu area dimasuki y Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu proses dijalankan atau suatu area dimasuki.

INFEKSI NOSOKOMIAL Infeksi yang muncul selama seseorang dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama orang tersebut dirawat atau setelah selesai dirawat, disebut infeksi nosokomial. Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur, dan parasit dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau yang disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous infection). Infeksi nosokomial juga dapat disebabkan oleh alat kesehatan, misalnya pada penggunaan kateter dan infus yang lama tidak diganti-ganti.

KEWASPADAAN UNIVERSAL Prinsip utama prosedur KU kegiatan pokok KU: higene individu, higene ruangan, sterilisasi alat 5

40

Cuci tangan cegah infeksi Pakai APD ST cegah kontak darah Pengelolaan alkes bekas pakai Pengelolaan benda tajam cegah luka Pengelolaan limbah & sanitasi ruangan KECELAKAAN AKIBAT KERJA Terdapat 3 faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja, yaitu : 1. Unsafe action, adalah merupakan faktor manusia yang melakukan tidakan tidak aman dalam bekerja, misalnya : bergurau ketika bekerja. 2. Unsafe condition, adalah apabila tempat kerja yang tidak mengikuti aturan kesehatan dan keselamatan kerja, misalnya : penerangan yang tidak memadai, lantai yang licin. 3. Management factors, adalah apabila tidak adanya peraturan yang melindungi keselamatan pekerja dengan semestinya. Ada tiga pokok pelayanan kesehatan kerja : 1. Pemeriksaan kesehatan pekerja, meliputi : y y y y y Pemeriksaan Kesehatan Awal Pemeriksaan Kesehatan berkala Pemeriksaan Kesehatan Khusus Pemeriksaan Kesehatan rutin Pemeriksaan Kesehatan akhir

Pemeriksaan awal, berkala dan pemeriksaan khusus merupakan pemeriksaan wajib yang harus dilakukan oleh perusahaan. Pemeriksaan kesehatan rutin dan akhir, merupakan pemeriksaan yang tidak

41

harus dilakukan oleh semua perusahaan industry, melainkan berdasarkan keputusan masing-masing perusahaan 2. Higiene atau Kesehatan Lingkungan Kerja 3. Keselamatan kerja yang mengutamakan penggunaan alat-alat untuk bekerja, penerapan prinsip dan pemakaian ala-alat pelindung kerja Keselamatan Kerja Definisi : y Adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin , pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan kerja. y Merupakan sarana utama untuk pencegahan kerugian; cacat dan kematian sebagai kecelakaan kerja, kebakaran dan ledakan. Sasaran y y Tempat kerja; darat; udara; dalam tanah, permukaan air, dalam air. Mencakup: proses produksi dan distribusi (barang dan jasa) Sasaran keselamatan kerja ditujukan untuk melindungi TK dan orang lain yang berada di tempat kerja. Terjadinya kecelakaan kerja, peledakan,

penyakit akibat kerja, kebakaran dan polusi yang memberi dampak negatif terhadap korban, keluarga korban, perusahaan, teman sekerja korban, pemerintah dan masyarakat. Tujuan keselamatan kerja : 1. melindungi TK atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktifitas nasional 2. menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja

42

3. sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Peranan keselamatan kerja 1. aspek teknis : upaya preventif untuk mencegah timbulnya resiko kerja 2. aspek hukum : sebagai perlindungan bagi tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja 3. aspek ekonomi : untuk efisiensi 4. aspek sosial : menjamin kelangsungan kerja dan penghasilan yang lebih layak 5. aspek kultural : mendorong terwujudnya sikap dan perilaku yang disiplin, tertib, cermat, kreatif dan bertanggung jawab. Hampir celaka (near meess): Suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan dalam kondisi yang sedikit berbeda dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Contoh : orang yang hampir terpeleset tapi segera berpegangan pada pagar pengaman. Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya. Kecelakaan dapat dicegah atau dikurangi dengan menghilangkan atau mengurangi penyebabnya. Kecelekaan kerja (5K) kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan dan kesedihan, kelainan dan cacat, kematian. Penyebab kecelakaan manusia, mesin, ligkungan: y kondisi yang tidak aman (15%)43

y

tindakan yang tidak aman (85%)

Sebab-sebab kecelakaan : Secara umum ada dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja: y y penyebab langsung : kecelakaan yang dapat dilihat dan dirasakan langsung penyebab dasar (basic cause):

Penyebab langsung y y Unsafe condition and substandard condition Unsafe acts and substandard practice

Unsafe condition dan substandard condition : Keadaan yang tidak aman pada hakekatnya dapat diamankan/diperbaiki misalnya Pengaman yang tidak sempurna Peralatan atau bahan yang tidak seharusnya Penerangan kurang/lebih Ventilasi kurang Iklim kerja tidak sesuai Getaran Kebisingan cukup tinggi Pakaian tidak sesuai Rumah tangga yang buruk

Unsafe acts and substandard practice : Tindakan/perbuatan yang menyimpang dari tata cara yang aman: Melakukan pekerjaan tanpa wewenang Menghilangkan fungsi alat pengaman (melepas/mengubah)

44

-

Memindahkan alat-alat keselamatan Menggunakan alat yang rusak Menggunakan alat dengan cara yang salah Bekerja dengan posisi tubuh yang tidak aman Mengangkat secara salah Mengalihkan perhatian (mengganggu, bergurau) Mabuk karena minuman beralkohol

Penyebab dasar kecelakaan kerja : Faktor manusia Kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan Motivasi yang salah Faktor lingkungan Kepemimpinan/pengawasan kurang Peralatan dan bahan kurang Perawatan peralatan yang kurang Standar kerja kurang Faktor penyebab kejadian kecelakaan di industri, antara lain : Kegagalan komponen, misalnya desain alat yang tidak memadai dan tidak mampu menahan tekanan, suhu atau bahan korosif Penyimpangan dari kondisi operasi normal, seperti kegagalan dalam pemantauan proses, kesalahan prosedur, terbentuknya produk samping Kesalahan manusia (human error), seperti mencampur bahan kimia tanpa mengetahui jenis dan sifatnya, kurang terampil dan salah komunikasi)

45

Faktor lain, misalnya sarana yang kurang memadai, bencana alam, sabotase, kerusuhan massa. Manfaat klasifikasi: Mencegah kecelakaan kerja yang berulang Sebagai sumber informasi: faktor penyebab, keadaan pekerja, kompensasi Meningkatkan kesadaran dalam bekerja.

Pencegahan kecelakaan kerja: 1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan- ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi- kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian, cara kerja peralatan industry, tugas- tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan pemeriksaan kesehatan. 2. Standarisasi, yaitu penetapan standar- standar resmi, setengah resmi atau tak resmi misalnya mengenai kontruksi yang memenuhi syarat- syarat keselamatan, jenis- jenis peralatan indistri tertentu, praktek- praktek keselamatan dan hygiene umum, atau alat- alat perlindungan diri. 3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan. 4. Penelitian teknik, yang meliputi sifat dan ciri- ciri bahan- bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat- alat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu, atau penelaahan tentang bahan- bahan dan desain paling tepat untuk peralatan pengangkat, dsb. 5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek- efek fisiologis dan patologis factor- factor lingkungan dan teknologis, dan keadaan- keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.

46

6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola- pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. 7. Penelitian secara statistik 8. Pendidikan 9. Latihan- latihan 10. Asuransi Berdasarkan UU No 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, pada Bab III pasal 3 diuraikan tentang syarat- syarat keselamatan kerja, yaitu: 1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan 2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran 3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan 4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian- kejadian lain yang berbahaya 5. Member pertolongan pada kecelakaan 6. Member alat- alat perlindungan diri pada para pekerja 7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,

kelembaban, debu,kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran 8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan. 9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai 10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik 11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup 12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban 13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya 14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang47

15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan 16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang 17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya 18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

48

DAFTAR PUSTAKA1. C,Agatha. Profesi Ahli Keselamatan Kerja [online]. 2010. [Cited on Saturday, 2011 November 26].[1 screen]. Available from: http://www.undiplibrary.ic.id 2. Harrington,JM. Buku Saku kesehatan Kerja.Edisi3. Jakarta:EGC.2003 3. Triana,dr. Penyakit Akibat Hubungan Kerja. [online]. 2010. [Cited on Saturday, 2011 November 26].[1 screen]. Available from: http://www.undiplibrary.ic.id 4. Anonymous. Langkah Diagnosis Penyakit Akibat kerja [online]. 2009. [Cited on Saturday, 2011 November 26].[1 screen]. Available from: http://www.hiperkes-wordpress.html 5. Kuncoro W,dr. Health,safety,and enviroment. [online]. 2010. [Cited on Saturday, 2011 November 26].[1 screen]. Available from: : http://www.perdici.org 6. Entjang Indan,dr. Ilmu Kesehatan masyarakat.Bandung:Citra Aditya Bakti.2008 7. Anonymous. Walk-through Survey. [online]. 2005. [Cited on Saturday, 2008 November

16].[1screen].Availablefrom:http://www.nioh.ac.za/sections/hygiene/hygiene_ walk_survey.htm 8. Patterson W.B., Establishing an Occupational Health Program. In: McCunney R.J., 3rd ed. A Practical Approach to Occupational & Environmental Medicine. USA: Lippincott Williams and Wilkins; 2003. p. 41-55.

49