Desain Sistem Kontrol Elektropneumatik Edit
-
Upload
muhammad-hendi-setiawan -
Category
Documents
-
view
346 -
download
46
description
Transcript of Desain Sistem Kontrol Elektropneumatik Edit
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
1
DESAIN SISTEM KONTROL
ELEKTRO-PNEUMATIK
I. TUJUAN Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu merancang bangun rangkaian sistem kontrol elektro-pneumatik baik untuk kebutuhan system pengontrolan di industri otomatisasi maupun untuk pengontrolan mesin-mesin produksi
II. DESKRIPSI Pada Modul ini dibahas tentang dasar-dasar rancang bangun system control,pengenalan akan prinsip kerja serta karakteristik komponen-komponen kontrol elektrik dan pneumatic, bentuk-bentuk diagram rangkaian kontrol baik single maupun multiple actuator, merancang system kontrol baik manual, otomatis, maupun system cascade. Pembelajaran ini dilengkapi dengan contoh-contoh rangkaian kontrol serta tugas-tugas latihan untuk pengembangan.
III. INFORMASI Bahan ajar ini akan lebih efektif jika dalam pembelajarannya peserta dapat mengembangkan setiap materi pembahasan melalui analisis rangkaian yang dapat dilakukan dengan menggunakan trainer simulasi atau dengan menggunakan software FluidSIM.
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
2
BAB 1. Desain Sistem Kontrol Elektro-Pneumatik
1.1 Penggambaran Diagram Rangkaian
Di dalam sistem elektro-pneumatik diagram rangkaian dikembangkan secara
terpisah tetapi akan terhubungkan dengan adanya simbol-simbol di dalam setiap
diagram rangkaian tersebut. Dengan demikian cara penggambaran diagram
rangkaiannya pun dibuat terpisah. Metoda penggambaran diagram rangkaian
pneumatik dan diagram rangkaian electric akan dijelaskan berikut ini .
Metoda penggambaran diagram rangkaian pneumatik :
• Lay-out rangkaian agar mengikuti aliran signal ( isyarat ) pada rantai kontrol
yaitu dari sumber energi, signal input sampai ke final signal dan disusun dari
bawah ke atas.
• Silinder dan katup-katup digambar mendatar , kemudian cara kerja silinder
dari kiri ke kanan.( lihat gambar 1.1 ).
Metoda penggambaran diagram rangkaian elektrik :
• Lay-out rangkaian agar disusun mengikuti aliran signal elektrik pada rantai
kontrol yaitu dari kutup positif ke negatif dan dari atas ke bawah.
Gambar 1.1 Susunan rangkaian Pneumatik
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
3
• Rangkaian yang menggunakan kontrol-kontrol relay dapat dibagi atas bagian
kontrol dan bagian daya ( power ) dan komponennya disusun dari kiri ke
kanan sesuai dengan urutan operasi. Ini hanya merupakan suatu anjuran bila
mungkin disusun seperti itu. (lihat gambar 1.1 dan gambar 1.2
Gambar 1.2 Susunan rangkaian elektrik
Dalam penggambaran diagram rangkaian , baik rangkaian pneumatik maupun
rangkaian elektrik, keadaan elemen atau komponen digambar pada posisi awal
mesin tersebut misalnya switch normaly open digambar closed ( tersambung )
karena memang posisi awal mesin menghendaki seperti itu. Lihat gambar 1.3.
Switch NO digambar closed dengan tambahan tanda panah.
Jadi hal penting dalam sistem operasi adalah pengembangan dan pemeliharaan
dokumen-dokumen yang menyediakan informasi-informasi yang komplit dan akurat
tentang :
Gb.1.3 Switch NO dalam keadaan tersambung
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
4
� Urutan kerja dari sistem. Informasi ini akan digunakan baik oleh desainer
maupun oleh maintener ( Petugas pemeliharaan ).
� Sambungan antar komponen di dalam rangkaian Instalatur dan pemakai
perlu memahami cara kerja rangkaian. Ini perlu wiring diagram yang
menunjukkan nomor dan titik sambungan.
� Fungsi dari rangkaian disajikan tanpa tambahan-tambahan informasi yang
tak perlu. Apabila rangkaian cukup kompleks maka informasinya perlu
didapat dari kombinasi antara rangkaian diagram dan wiring diagram.
1.2. Diagram rangkaian actuator
1.2.1 Rangkaian Single Actuator
Untuk pengembangan rangkaian elektro-
pneumatik kita awali dengan pengembangan
diagram rangkaian . Berikut ini adalah
diagram rangkaian elektro-pneumatik yang
terdiri atas diagram rangkaian pneumatik dan
diagram rangkaian elektrik .
1.2.1.1 Diagram rangkaian single acting
cylinder direct control.
Perhatikan gambar 1.4 di samping ini.
Apabila push button switch S1 ( gambar
bawah ) ditekan arus akan mengalir dari
kutup positif (+24 V ) ke solenoid Y1.
Solenoid bekerja mengubah posisi katup 1.1
hingga katup 1.1 membuka mengalirkan
udara kempa ke silinder 1.0. Udara kempa
mendorong piston bergerak maju. Apabila
push button dilepas, arus terputus, solenoid
Gb.1.4 Direct control
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
5
tidak bekerja lagi dan pegas katup 1.1
kembali ke posisi semula dan akhirnya udara
kempa keluar ke atmosfir. Piston kembali ke
posisi semula oleh dorongan pegas.
Blok Logic
Dalam sistem pengendalian ( control )
digunakan switch dan kontak relay dalam
bermacam-macam kombinasi dan ini dapat
diindikasikan sebagai blok-blok di dalam
rangkaian . Dari segi fungsi titik kontak blok
logic terdiri atas satu atau beberapa pasang
kontak. Ada 3 ( tiga ) dasar fungsi logic yaitu
1.2.1.2 Diagram rangkaian indirect control.
Rangkaian terdiri atas push button switch S1,
coil relay K1, kontak relay K1 dan tahanan L1
berupa lampu. Arus tidak langsung dari push
button ke lampu tetapi melalui coil relay yang
mengaktifkan kontak relay baru menyalakan
lampu. Maka dari itu rangkaian ini disebut
indirect control. Coil relay adalah sebuah
elektro magnetik yang apabila dialiri arus
akan terjadi medan magnet yang mampu
menggerakkan kontak relay untuk
menyambung ( ON ) atau putus ( OFF ).
Pada rangkaian elektro-pneumatik lampu
diganti dengan solenoid untuk
mengoperasikan rangkaian pneumatik.
Gb.1.5 Rangkaian indirect control tersambung
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
6
: AND , OR dan NOT . Perhatikan gambar-
gambar berikut.
Fungsi logic AND ( gambar 1.6)
Apabila hanya salah satu switch yang ditekan
arus belum mengalir sehingga belum ada out
put. Supaya ada out put maka kedua switch
S1 dan S2 harus ditekan bersama-sama.
Fungsi logic AND dengan tiga pasang kontak.
Gambar 1.7 di samping menunjukkan
rangkaian fungsi logic AND dengan tiga
pasang kontak. Untuk mengalirkan arus agar
keluar out put maka ketiga switch harus
ditekan secara bersamaan.
Fungsi OR
Gambar 1.8 di samping menunjukkan
SIRKIT fungsi OR. Arus akan mengalir
apabila salah satu switch S1 atau S2
ditekan.
Fungsi OR ini menggunakan pasangan
kontak yang sambung secara paralel.
Gambar 1.7. Logic AND dengan 3 pasang titik kontak
Gb.1.8 Fungsi OR
Gambar 1.6. Logic AND dengan 2 pasang titik kontak
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
7
Fungsi NOT
Gambar 1.9 di samping
menunjukkan rangkaian switch
fungsi NOT.
Apabila switch tidak dioperasikan
maka arus mengalir sehingga arus
out put ada. Sebaliknya bila switch
dioperasikan arus out put tidak
mengalir lagi.
Fungsi-fungsi logic seperti tersebut di atas dapat juga digambarkan secara simbolis
seperti yang terlihat pada gambar 1.10 berikut ini. Ada tiga jenis simbol yang tentu
saja pemakaiannya tidak boleh dicampur
Gambar 1.10 Simbol-simbol fungsi
Gb.1.9 Fungsi NOT
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
8
1.2.2 Blok memory
Rangkaian memory ini berarti walaupun
arus telah diputus pada push button switch
tetapi dengan adanya kontak relay yang
masih menyambung maka arus masih tetap
bekerja pada rangkaian tersebut. Perhatikan
gambar 1.11 di samping ini. Apabila switch
S1 ditekan arus akan mengalir ke coil relay
K1 yang akan mengaktifkan kontak relay K1
sehingga terhubung. Bila S1 dilepas arus
akan tetap mengalir melalui titik 2 dan
kontak relay K1.( inilah memory ). SIRKIT
ini juga disebut “rangkaian mengunci”.
Kelemahannya adalah untuk mematikan
rangkaian harus mati dari saluran utama.
Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu
adanya tambahan switch reset dan teknik
pemasangan ada 2 cara, yaitu :
• Pemasangan dominan set
• Pemasangan dominan reset
Perhatikan gambar 1.12 dan 1.13 berikut ini.
Gambar 1.12 Dominan set Gambar 1.13 Dominan reset
Gambar 1.11. Rangkaian mengunci
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
9
1.2.3 Blok Changeover
Blok changeover terdiri atas tiga buah
sambungan yaitu satu sambunga input dan
dua sambunga output.
Cara kerjanya sebagai berikut (gambar
1.14).
Dalam keadaan belum distart lampu
indikator L1 menyala.
Apabila tombol S1 ditekan (di on kan) coil
relay K1 akan bekerja , mengoperasikan
kontak relay K1 sehingga titik kontak 13
dan 14 bersambung dan juga
mengoperasikan kontak changeover K1
sehingga titik kontak 21 dan 24
bersambung.
Walaupun tombol S1 dilepas arus tetap
mengalir melalui kontak relay K1 (13 dan
14) sehingga kontak changeover tetap
bekerja melalui titik kontak 21 dan 24 dan
lampu tetap menyala yang menandakan
sistem dalam keadaan aktif. Bila tombol
reset S2 ditekan sistem akan mati dan
lampu L1 akan menyala lagi.
1.2.5 Contoh-contoh diagram rangkaian single actuator
Contoh 1.
Gambar 1.15a dan 1.15b adalah contoh rangkaian elektro-pneumatik dengan
memory-circuit dominan reset. Coba pelajari cara kerjanya dan apakah benar kedua
Gambar 1.14 Blok Changeover
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
10
rangkaian tersebut memang sama-sama dapat mengunci . Pelajari juga dimana
letak perbedaannya.
Gambar 1.15a Gambar 1.15b
Contoh 2.
Rangkaian yang mendeteksi akhir langkah maju dan langkah mundur. S1 adalah
saklar (switch ) yang tidak otomatis reset. S3 adalah switch normaly open ( NO )
yang pada posisi awal dalam keadaan operasi ( closed ) yang ditandai dengan tanda
panah. Apabila S1 dan S2 dioperasikan terus rangkaian ini akan bekerja otomatis
dan kontinyu. Langkah mundur lebih cepat karena adanya quick exhaust valve(1.01)
sedang langkah maju diatur oleh flow control (1.02) . Perhatikan gambar 1.16 di
bawah ini.
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
11
Gambar 1.16 Rangkaian mendeteksi akhir langkah maju dan mundur.
Contoh 3.
Rangkaian pada gambar 1.17 di bawah ini menunjukkan bahwa terjadinya kontrol
bergantung pada tercapainya tekanan pada PE converter (B1). Reed switch B2 akan
tersambung (closed) apabila piston telah menjangkau medan magnet pada reed
switch (posisi akhir langkah maju). Tetepi walaupun B2 telah tersambung , sedang
B1 belum tersambung , arus bulum dapat mengalir ke coil relay K2 sehingga kontak
relay K2 pun belum bekerja. Selama menunggu tekanan pada B1, batang torak
tetap berada pada posisi depan.
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
12
Gambar 1.17 Rangkaian menggunakan reed switch dan PE converter.
1.2.2 Diagram rangkaian Multiple Actuator
Gambar 1.18 : Signal cutout
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
13
1.2.2.1 Diagram Rangkaian dua aktuator
Contoh 1
Rangkaian pneumatik yang digunakan untuk memindahkan suatu benda kerja dari
satu posisi ke posisi yang lain . Lihat gambar 1.19 : Sket posisi.
Gambar 1.19 Sket posisi
Urutan kerja dari actuator 1.0 (A) dan 2.0 (B) adalah: A+, B+, A-, B- . Urutan kerja ini
dapat dilihat pada diagram step pemindahan (desplacement step diagram) gambar
1.20 berikut.
Gambar 1.20 Desplacement step diagram
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
14
Bentuk diagram rangkaian untuk rangkaian pneumatik tersebut di atas adalah seperti gambar 1.21 berikut ini. Perhatikan diagram ini dan analisis cara kerjanya.
Diagram SIRKIT elektro-pneumatik dengan urutan gerak : A+, B+, A-, B-
Gambar 1.21 Diagram rangkaian
Contoh 2.
Pada contoh yang kedua ini kita misalkan suatu mesin riveting dengan
menggunakan dua buah silinder kerja ganda. Urutan kerjanya dapat dilihat pada
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
15
desplacement step diagram gambar 1.22 dan diagram fungsi atau function chart
gambar 1.23 di bawah ini.
Urutan kerja : A+, B+, B-, A-.
Gambar 1.22 Diagram step pemindahan (Desplacement step diagram)
Gambar 1.23 : Diagram fungsi proses riveting
Diagram rangkaian elektro-pneumatik yang terdiri atas diagram rangkaian pneumatik
(gamb. 1.24 ) atas dan diagram rangkaian elektrik (gambar 1.25) bawah.
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
16
Gambar 1.25 Rangkaian elektro-pneumatik
1.2.2.2 Rangkaian Elektro-pneumatik dengan tiga aktuator.
Contoh.
Mesin stemping yang dilengkapi dengan tiga buah silinder pneumatik diharapkan
cara kerjanya adalah sebagai berikut. Benda kerja yang akan distemping telah
disusun pada tempatnya (lihat gambar 1.26 di bawah) dan dapat turun oleh beratnya
sendiri. Silinder A mendorong benda kerja dan sekali gus menjepit (clamping).
Gambar 1.24 Diagram rangkaian pneumatik
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
17
Padasaat itu silinder B melakukan stemping. Selesai stemping silinder A mundur
dan kemudian silinder C mendorong benda kerja keluar.
Gambar 1.26 Mesin stemping Gambar 1.27 Diagram step pemindahan
Gambar 1.28 Diagram rangkaian pneumatik
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
18
Gambar 1.29a Diagram rangkaian elektrik (1)
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
19
Gambar 1.29b Diagram rangkaian elektrik (2)
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
20
Gambar 1.29c Diagram rangkaian elektrik (3)
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
21
Rangkaian elektro-pneumatik di atas adalah rangkaian satu siklus dengan 6 (enam)
step. Tetapi bila step terakhir (ke enam) diset pada set-button maka setelah selesai
satu siklus maka siklus berikutnya juga akan segera jalan.
Daftar berikut adalah komponen yang diperlukan untuk rangkaian tersebut di atas.
Jumlah Jenis Komponen
4 Relay,3-off
1 Signal input plate,electrical
1 Indicator/distributor plate,electrical
1 Single-acting cylinder
2 Double-acting cylinder
1 On/off valve with filter regulator
1 Manifold
1 Proximity sensor,capacitive
1 Proximity sensor,optical
2 Proximity sensor with cylinder mounting
1 Limit switch, electrical, actuation from the left
1 Limit switch, electrical, actuation from theright
3 5/2-way double solenoid valve
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
22
Y1
S14 2
1 3
1.0 1.3
2
1 3
Y1
2
1 3
Y2
+24V
0V
1.3
Y2
1 2
BAB 2. Desain Kontrol Otomatis
2.1. Sirkuit Semi Otomatis
Gambar 2.1a di bawah ini adalah sirkuit semi otomatis, yakni apabila Switch S1
disentuh maka udara pemandu atau isyarat (signal) dari 1.2 menuju ke katup 1.1
akan mengubah posisi katup 1.1 sehingga piston bergerak maju, kemudian secara
otomatis kembali mundur setelah piston menyentuh limit switch 1.3
Gambar 2.1b
Gambar 2.1a Sirkuit Semi Otomatis
1.2 1.3
1.1
1.0
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
23
Sedangkan gambar 2.1b. menunjukkan bahwa piston akan kembali mundur secara
otomatis akibat pengaturan tekanan pada sequence valve (1.3) .Pada waktu piston
bergerak maju dan mencapai titik mati depan maka tekanan udara akan meningkat
kemudian mengalir ke katup 1.3. Bila tekanan telah mencukupi maka katup 1.3 akan
membuka dan mengalirkan udara pemandu ke 1.1 untuk mengubah posisi katup.
Dengan posisi ini piston akan bergerak mundur.
Gambar 2.1c. berikut ini juga seperti gambar 2.1.b. yaitu menggunakan katup sequence untuk mengatur udara pemandu, yaitu apabila tekanan udara telah mencukupi udara akan membuka katup sequence melalui lubang 12
Gambar 2.1c
2.2. Sirkuit Otomatis
Sirkuit otomatis artinya si rkuit akan beroperasi secara terus-menerus
(continueu)ketika Pushbutton switch (S1) dihidupkan (switch on) dan akan berhenti
bila Pushbutton switch (S2) ditekan (switch off).
.
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
24
Y1
4 2
1 3
1.0 1.3
2
1 3
Y1
2
1 3
Y2
+24V
0V
1.3
Y2
1.0
S1
K1
K1
S2
K1
1 2 3
23
Gambar 2.2 di bawah ini adalah sirkuit otomatis yakni silinder 1.0 bergerak maju-
mundur secara otomatis dan berkesinambungan (terus menerus) sampai switch S2
dimatikan.
Limit switch 1.0 dan 1.3 merupakan sensor-sensor sehingga piston dapat bergerak
bolak-balik setiap ujung piston menyentuh limit switch tersebut.
2.3. Sirkuit dengan pengatur waktu dan katup buang cepat
Sirkuit dengan pengatur waktu (timer) digunakan apabila dalam operasinya sirkuit
pneumatik memerlukan waktu sejenak untuk berhenti pada titik mati, misalnya untuk
welding dua batang kawat. Sedangkan katup buang cepat digunakan apabila
memerlukan gerakan piston berjalan lebih cepat.
Gambar 2.3 berikut menunjukkan bahwa piston akan bergerak maju lambat kerena
diperlambat (dihambat) oleh flow control 1.02. Kemudian setelah sampai ke titik mati
depan dan piston menyentuh rol katup 1.3 mestinya langsung mundur. Tetapi
karena udara pemandu (isyarat = signal) ditunda oleh timer maka piston terpaksa
berhenti sejenak di titik tersebut. Setelah timer mengeluarkan udara pemandu
(signal) yang akan mengubah posisi katup 1.1 barulah piston bergerak mundur.
Gambar 2.2 Sirkuit Otomatis
1.2 1.3
1.1
1.0
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
25
Karena udara buang keluar dengan cepat melalui katup buang cepat 1.03 maka
gerakan mundur lebih cepat.
Sirkuit ini dapat dioperasikan melalui katup 1.2 atau katup melalui katup 1.4 dan 1.6
secara bersamaan.
Gambar 2.3
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
26
BAB 3. Pengaturan Kecepatan Gerak Aktuator
Mempertimbangkan akan adanya bermacam-macam keperluan yang berhubungan
dengan kecepatan gerak actuator, maka kecepatan gerak tersebut perlu
dikendalikan atau diatur sesuai dengan tuntutan operasional. Dalam operasionalnya
ada yang memerlukan gerakan yang cepat ada yang lambat, ada yang memerlukan
gerakan cepat di satu sisi dan gerakan lambat di sisi lain atau sebaliknya. Untuk
keperluan itu digunakanlah katup pengatur aliran dan / atau katup pengatur tekanan.
Untuk mendapatkan kecepatan dan kekuatan ( gaya ) yang tinggi diperlukan
tekanan udara kempa yang bertekanan tinggi pula. Hal ini akan diatur oleh katup
pengatur tekanan. Sedangkan untuk mengatur kecepatan yang berbeda antara
kecepatan masuk dan keluar digunakanlah katup pengatur aliran searah ( flow
control valve )
Berikut ini beberapa contoh sirkit pengaturan kecepatan gerak actuator ( torak ) :
3.1. Pengontrolan kecepatan gerak torak silinder kerja tunggal
Kecepatan maju ataupun mundur diatur atau dikendalikan dengan menggunakan
adjustable flow control yang di-by pass dengan check valve. Kecepatan dapat diatur
sesuai dengan kehendak operator dengan memutar baut penyetel .
Perhatikan gambar 3.1a berikut.
Gambar 3.1a Pengaturan Kecepatan dengan pengatur Aliran
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
27
Contoh penerapan : Mesin penempel label
Gerakan torak turun pelan-pelan untuk menempel kan lebel. Pada contoh ini yang diatur adalah aliran udara masuk sehingga disebut in-line-speed-control atau meter-in-control.
Perhatikan gambar 3.1b berikut.
3.2. Pengontrolan gerak torak silinder kerja ganda
Gambar 3.2a
Gambar 3.1b
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
28
Pada diagram di atas dapat kita lihat bahwa pada saat torak didorong maju (out-
stroke ) udara di depan torak didorong keluar. Dengan dipasangnya flow control
pada saluran keluar dan dengan posisi seperti gambar maka udara yang keluar
dihambat. Dengan demikian kecepatan torak juga dihambat yang berarti kecepatan
gerak torak dikendalikan menjadi semakin lambat. Posisi pengaturan seperti ini
disebut exhaust-speed-control atau meter out control.
Gambar 3.2b ini juga menunjukkan pengaturan exhaust speed control tetapi untuk
kedua belah sisi silinder. Kecepatan torak dapat diatur berbeda antara kecepatan
maju dan mundur.
Gambar 3.2b
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
29
Contoh penerapan : Alat Penjepit
Demi keamanan pada alat penjepit dipasang flow control pada lintasan
buang,sehingga pada proses penjepitan rahang bergerak palan-pelan sampai
penjepitannya kuat.Cara pengaturan ini jtermasuk pengaturan aliran keluar atau
exhaust speed control. Perhatikan gambar 3.2c.
*
Gambar 3.2c
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
30
BAB 4. Sistem penginderaan pneumatik ( Pneumatic Sensor system )
Untuk mendeteksi apakah batang torak telah menyelesaikan gerakannya, sering kali
digunakan katup pneumatic yang mekanisme pengoperasiannya dilakukan secara
mekanis seperti plunyer atau tombol beroda ( roller-trip ). Dalam hal ini torak harus
melakukan kontak dengan peralatan pengindera ( sensor ) yaitu katup-katup. Dalam
beberapa pemakaian sistem ini memiliki kekurangan yang berarti antara lain :
a. Mungkin tidak dikehendaki atau tidak mungkin menempatkan katup sebagai
sensor di dekat batang torak atau pada mesin.
b. Pengoperasian katup sensor penggerak roller atau plunyer memerlukan
tenaga yang cukup besar.
Kekurangan-kekurangan tersebut dapat diatasi dengan cara sebagai berikut :
a. Sistem penginderaan kontak tapi dengan daya kecil ( Pengindera sentuh =
touch sensor)
b. Sistem penginderaan ( sensor ) tanpa kontak .
4.1. Macam-macam penginderaan Sentuh :
1). Pengontrolan Rangkaian Dengan Air-Bleed :
Rangkaian ini menggunakan katup peka tekanan atau pressure sensitive valve yang
dioperasikan menggunakan suatu diapragma. Diapragma dapat dioperasikan
dengan tekanan isyarat pemandu hanya 0,5 bar atau dengan sistem vacuum.
Perhatikan gambar 4.1a berikut.
Gambar 4.1a
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
31
Diagram rangkaian (sirkit ) Air-Bleed
Flow control dihubungkan dengan sambungan T .Salah satu selang ( pipa )
dihubungkan ke katup peka tekanan dan yang lain dihubungkan ke udara bebas (
bleeding ). Inilah sebabnya mengapa rangkaian ini disebut rangkaian “ air-bleed “.
Bila selang air-bleed ini tertutup maka tekanan udara di dalam selang akan
bertambah dan menjadi isyarat pemandu bagi katup peka tekanan sehingga
bekerjalah sirkit tersebut. Perhatikan diagram sirkit berikut.
Gambar 4.1b
Gambar 4.1c
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
32
Contoh Penerapan Sirkit Air-Bleed : Mesin Pengepres .
Mesin pengepres ini akan bekerja bila alat pengaman telah diturunkan dan menutup
air bleed. Dengan tertutupnya air bleed maka bekerjalah rangkaian tersebut.
2). Sistem Penyumbatan Pancaran Udara ( Air Bleed Jet Occlusion System )
Cara ini sebetulnya masih berhubungan dengan prinsip air-bleed yaitu sistem akan
bekerja bila pancaran udara keluar ditutup atau disumbat. Cara ini dapat untuk
mengindera atau mendeteksi obyek-obyek seperti :
• Adanya komponen di depan lubang pemancar.
• Posisi suatu mesin atau alat .
• Akhir gerakan torak
Alat pengindera ini terdiri atas lubang kecil untuk memancarkan udara.
Gambar 4.1d
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
33
Untuk keperluan sensor ini dibutuhkan suplai udara yang bertekanan rendah, bersih
dan tidak mengandung oli / minyak.
Berkut ini adalah bentuk diagram sirkit dari sistem penyubatan pancaran udara.
Contoh Penerapan : Kunci pintu kombinasi
Kunci kombinasi menggunakan sensor sentuh secara paralel sehingga untuk
membuka kunci semua sensor harus disentuh. Ini merupakan sistem logika “ AND
“.Kemudian udara isyarat pemandu masuk ke katup penguat ( amplifier valve )
untuk selanjutnya membuka kunci. Perhatikan diagram sirkit kunci kombinasi pada
gambar 4.2b berikut :
Gambar 4.2a
Gambar 4.2b
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
34
4.2. Macam-macam Penginderaan Tanpa Kontak
1). Pengindera Tekanan ( Otomatis )
Pengindera tekanan ini digunakan untuk mendeteksi kapan torak selesai melakukan
out-stroke atau in-stroke. Hal ini dilakukan dengan mengindera hilangnya tekanan
pada akhir langkah.
Dalam membuat rangkaian ini pemasangan selang pada katup peka tekanan dibuat
berbeda dari biasanya. Selang penyuplai udara kempa dihubungkan dengan lubang
3 (bukan 1) sedang lubang 1 ( bukan 3 ) berfungsi sebagai lubang buang. Apabila
torak telah mencapai akhir langkah maka tekanan akan turun sampai di bawah 0,5
bar sehingga suplai ke katup peka tekanan turun dan pegas pembalik akan
mengubah posisi katup yang menghubungkan suplai udara tekanan tinggi ke katup
pengarah 5/2 ( final control element ). Dengan demikian secara otomatis torak akan
kembali ke posisi mundur..
Perhatikan diagram sirkit berikut pada gambar 4.3 berikut.
Gambar 4.3
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
35
2). Pengindera Tekanan Pantul ( Reflex Sensor )
Sistem penginderaan tekanan otomatis seperti tersebut di atas memiliki beberapa
keterbatasan.
Untuk mengatasi hal tersebut digunakanlah sistem penginderaan tanpa kontak yang
tidak otomatis yang menggunakan pancaran angin yang salah satunya adalah
pengindera tekanan pantul. Suplai udara berasal dar tiga buah lubang kecil yang
memancar membentuk kerucut .Pancaran angin akan terhalang bila ada benda yang
berada dekat di depannya. Terjadilah kenaikan tekanan udara karena adanya
pantulan udara tersebut..Kenaikan tekanan udara tadi ditangkap oleh lubang
pengindera ( sensor ) dan isyarat bertekanan muncul dari lubang keluaran ( x ).
Selanjutnya isyarat ( signal ) tersebut dialirkan ke katup penguat untuk menjalankan
suplai udara bertekanan tinggi guna mengoperasikan system pneumatic.
Perhatikan gambar-gambar berikut...
Gambar 4.4a
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
36
Bentuk diagram sirkit dari sistem adalah sebagai berikut.
Contoh Penerapan : Mesin penghitung bungkusan pada ban jalan.
Gambar 4.4b
Gambar 4.4c
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
37
3). Sistem Pancaran Yang dapat diganggu (Interubti ble jet system )
Sistem sensor ( penginderaan ) dengan peralatan elektronik memiliki keterbatasan
a.l :
• Tidak tahan terhadap suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin.
• Tidak tahan terhadap percepatan tinggi.
• Tidak tahan terhadap getaran atau kejutan
• Tidak tahan terhadap radiasi nuklir .
Peralatan sensor yang menggunakan udara ternyata dapat menembus atau
mengatasi keterbatasan tersebut.
Pemakaian sensor yang menggunakan udara a.l :
• Peluru-peluru kendali
• Roket dan pesawat ruang angkasa
• Pabrik pembuatan bahan peledak
• Pengolahan bahan bakar minyak
Sistem penginderaan dengan interubtible jet system adalah salah satu jenis system
penginderaan yang menggunakan udara dan udara bertekanan rendah.Sistem ini
terdiri atas sebuah pemancar atau emitter dan sebuah pengumpul atau
collector.Angin yang memancar melalui celah mengalir dan diterima oleh collector.Di
dalam collector terjadi peningkatan tekanan dan ini mengalir sebagai isyarat menuju
ke katup penguat sehingga katup berubah posisi menjadi “ on”. Bila ada sebuah
benda yang mengganggu melintasi celah ,isyarat tekanan pada collector akan hilang
sehingga katup penguat kembali menjadi “ off “.
Perhatikan gambar sirkit berikut
Gambar 4.5
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
38
4) . Pengindera celah lebar
Sistem ini serupa dengan system yang telah dibahas pada point c tetapi celah yang
ada lebih lebar dan benda penghalang diganti dengan pancaran
udara.Komponennya terdiri atas nosel emitter (pemancar ) dan nosel penerima (
receiver ). Pancaran udara dari emitter dan dari receiver saling bertabrakan
sehingga terjadi turbulen dan ini mengakibatkan isyarat udara pemandu yang
bertekanan kira-kira 0.5 kPa = 0,005 bar.yang keluar melalui keluaran ( x )
Isyarat tekanan udara pemandu ini akan diperkuat pada amplifier valve untuk dapat
mengoperasikan sirkit.
Receiver nozzle
Emitter nozzle
Gambar 4.6a
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
39
Berikut ini adalah diagram sirkit penggunaan sistem penginderaan celah lebar.
Gambar 4.6b
Sistem tersebut di atas juga disebut air barrier yang dapat digunakan untuk
penginderaan dengan celah sampai dengan selebar 300 mm. Sistem ini masih ada
gangguan yaitu bila ada ingin yang agak kuat hingga membelokkan arah pancaran
udara.
Sistem ini banyak sekali kegunaannya sebagai contoh adalah sebagai berikut:
Emitter dapat ditempatkan pada salah satu sisi ban berjalan,sementara reciever
ditempatkan pada sisi lainnya. Bungkusan-bungkusan besar yang lewat di
sepanjang ban berjalan akan menghalangi aliran udara dari emitter.Ini
menyebabkan alat pengindera mengeluarkan / menghentikan isyarat yang akan
mengoperasikan / mematikan katup penguat.
Selanjutnya ,katup penguat mengoperasikan sistem pneumatik yang digunakan
misalnya pada alat penghitung pneumatik.
Sistem sensor tanpa kontak ditempatkan atau posisinya memang harus dekat
dengan obyek yang disensor sehingga komponen ini juga disebut “ proximity-
sensing-device “.
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
40
BAB 5. Penyusunan Diagram Sirkuit Dengan Sistem Cascade
Sistem cacade ini digunakan untuk mengatasi adanya isyarat yang overlap pada
satu katup pengarah ( final control element ). Hal ini akan terjadi bila ,misalnya
dikehendaki gerakan seperti pada diagram fungsi berikut ini ( gambar 5.1)
Gerakan torak dikehendaki dengan urutan:
A+ , B+, B-, A- .
Bila dilihat pada diagram fungsi maka akan terlihat bahwa isyarat pada katup 1.2 dan 1.3 pada step 1 terjadi overlap.Demikian juga pada katup 2.2 dan 2.3 step ke 3 . Dengan adanya overlap yang pertama sirkit tidak akan dapat di start dan overlap kedua menyebabkan langkah mundur silinder tidak dapat terjadi.
Bila kita perhatikan pada diagram sirkit gambar 5.2, isyarat dari katup 1.4 ovverlap
dengan isyarat dari katup 1.3 ,sehingga katup 1.1 tidak berubah posisi.Oleh karena
itu isyarat dari katup 1.3 ini harus dihentikan (Cut-out ) agar posisi katup 1.1 dapat
berubah sehingga sirkit dapat bekerja.Demikian juga antara isyarat dari katup 2.2
dan 2.3,yang mana isyarat dari katup 2.3 juga harus dihentikan atau dialihkan
Untuk pengalihan atau pemutusan isyarat ini digunakan tambahan katup lagi yaitu
katup 4/2 DCV atau katup 5/2 DCV pemandu pneumatik,kemudian dibuat
kelompok-kelompok atau grup-grup isyarat dengan menggunakan bus-bar.
Kelompok 1 melyani isyarat untuk gerak torak maju misalnya dan kelompok 2 untuk
melayani gerak torak mundur.
Gambar 5.1
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
41
Gambar 5.3 menunjukkan pengelompokan isyarat yang menggunakan katup 5/2
DCV pemandu pneumatik.
Gambar 5.2
Gambar 5.3
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
42
Gambar 5.4 berikut ini menunjukkan diagram sirkuit yang disusun dengan sistem cascade.
Gambar 5.5 berikut ini menunjukkan suatu sirkit diagram yang disusun dengan
sistem cascade dengan menambahkan katup AND .Katup ini berfungsi untuk
mengontrol bahwa isyarat pada satu katup pemandu benar-benar selesai bertugas ,
baru isyarat yang lain bekerja pada katup pemandu yang lain pula. Pelajarilah cara
kerja sirkit ini dengan sebaik-baiknya.
Gambar 5.4
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
43
Gambar 5.5
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
44
5.1 Diagram Sirkuit Pneumatik Dengan Shift Register (pemindah saluran)
Yang dimaksud dengan shift register adalah alat pemindah saluran yaitu aliran
udara kempa disalurkan ke saluran tertentu sesuai dengan keperluan gerak aktuator
yang dikehendaki.
Mesin gergaji aluminium otomatis seperti gambar 5.6a di bawah ini bekerjanya
adalah sebagai berikut :
Benda kerja didorong sampai mentok ke stoper oleh silinder 1.0. Silinder 2.0
menjepit benda tersebut. Setelah pengekleman cukup kuat silinder 3.0
menggerakkan gergaji maju pelan-pelan dan teratur untuk gerakan pemakanan.
Benda kerja terpotong kemudian pisau gergaji mundur ke posisi semula. Penjepitan
dilepas dengan mundurnya silinder 2.0 dan benda kerja didorong keluar (ejected)
oleh silinder kerja tunggal 4.0. Demikian cara kerja mesin gergaji tersebut, untuk itu
perhatikan diagram pemindahan gambar 5.6b.berikut.
Gambar 5.6a
Gambar 5.6b
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
45
Bila sirkuit dikontrol (dikendalikan) dengan menggunakan idle return roller maka
urutan kerjanya seperti grafik berikut :
Bila pengaturan dengan sistem cascade, urutan kerjanya seperti grafik berikut :
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
46
Diagram sirkuit dengan pengendali idle return roller
Gambar 5.6c
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
47
Diagram sirkuit yang disusun dengan sistem cascade
Gambar 5.6d
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung Didi Kurniadi,S.Pd
48
Grafik urutan kerja dari sirkuit yang dikendalikan dengan sistem shift register, dengan susunan atau konfigurasi minimum.
Grafik urutan kerja dari sirkuit yang dikendalikan dengan sistem shift register, dengan susunann atau konfigurasi maksimum.
Sampai disini anda telah menyelesaikan bahasan tentang sirkuit pneumatik.
Selanjutnya : Kerjakanlah tugas-tugas pada lembar tugas anda .
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung 49
1 12
2
1 3
Y1
2
1 3
Y2
+24V
0V
Y1 Y2
S1 S2
1 2
Tugas dan Latihan
Tugas 1
Rangkailah Sirkuit tersebut sesuai dengan diagram kemudian operasikan.
Tugas 2
Perhatikan diagram-diagram Sirkuit pneumatik di bawah ini kemudian selesaikan tugas-tugas berikut dengan baik.
• Sebutkan nama-nama komponent dalam diagram Sirkuit di bawah ini.
• Jelaskan cara kerja masing-masing Sirkuit
• Rangkailah Sirkuit tersebut sesuai dengan diagram kemudian operasikan
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung 50
Tugas 3
Perhatikan diagram Sirkuit pneumatic di bawah ini kemudian selesaikan tugas berikut
• Sebutkan nama-nama komponen dan fungsi masing-masing !
• Baca dan jelaskan cara kerjanya !
• Buatlah displacement Step diagramnya.
• Buat rangkaian pada profile plate sesuai dengan diagram Sirkuit kemudian Operasikan Sirkuit tersebut!
Tugas 4
Sirkuit otomatis yang dilukiskan dalam diagram Sirkuit di bawah ini menggunakan timer atau time delay valve. Perhatikan dan selesaikan tugas-tugas berikut !
• Sebutkan nama-nama component dan fungsinya
• Jelaskan cara kerjanya !
• Buatlah displacement step diagram.
• Buatlah rangkaian pada profile
plate dan operasikan Sirkuit tersebut !
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung 51
Tugas 5
Suatu alat pendorong ( allocating device ) mensuplai aluminium bakalan katup ke
tempat pemesinan. Dengan mengoperasikan push-button ,batang torak dari
silinder kerja tunggal bergerak maju.Begitu push button dilepas batang torak
kembali mundur.Perhatikan gambar berikut kemudian selesaikan tugas –tugas di
bawah ini !
• Buatlah displacement step diagram !
• Selesaikan diagram Sirkuit berikut ini !
• Konstruksikanlah Sirkuit tersebut sesuai dengan diagram Sirkuit ! ( Pada profile flate)
• Operasikan Sirkuit tersebut dan perhatikan apakah cara kerjanya telah sesuai dengan fungsi yang diharapkan
• Baca dan catatlah penunjukan tekanan pada pressure gauge pada step 1 dan step 2 .
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung 52
Tugas 6
Mesin tekuk pelat dioperasikan oleh sistem pneumatik dengan silinder kerja
ganda. Untuk mengoperasikan digunakan dua buah pushbutton yang harus
dioperasikan bersama-sama dan untuk mempercepat gerak maju dipasanglah
sebuah quick exhoust valve.Gerakan maju inilah yang melakukan proses
penekukan.Ketika kedua pushbutton dilepas maka silinder ( piston ) bergerak
mundur secara perlahan-lahan.
Perhatikanlah uraian di atas dan diagram/gambar di bawah ini kemudian
selesaikan tugas-tugas berikut !
• Buatlah displacement step diagram !
• Selesaikan diagram Sirkuit berikut !
• Susun/instal Sirkuit pneumatik sesuai dengan diagram Sirkuit
• Operasikan Sirkuit dengan yang dikehendaki tersebut serta analisis apakah cara
kerjanya telah sesuai
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung 53
Tugas 7
Diagram sirkuit di bawah ini menunjukkan sirkuit dengan penunda waktu. Perhatikan diagram tersebut kemudian kerjakanlah tugas berikut !
• Sebutkan nama-nama komponen yang ada pada sirkuit.
• Jelaskan cara kerjanya
• Rakitlah sirkuit berdasarkan diagram.
• Operasikan sirkuit tersebut.
Tugas 8
Diagram sirkuit di bawah ini menunjukkan sirkuit dengan penunda waktu.
Perhatikan diagram tersebut kemudian kerjakanlah tugas berikut !
• Sebutkan nama-nama komponen yang ada pada sirkuit.
• Jelaskan cara kerjanya
• Rakitlah sirkuit berdasarkan diagram.
• Operasikan sirkuit tersebut.
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung 54
Tugas 9
Diagram sirkit di bawah ini diagram sirkit untuk mengendalikan dua silinder pneumatic yang diharapkan bergerak secara berangkai. Perhatikan diagram tersebut dan kerjakan tugas-tugas berikut !
• Sebutkan nama-nama komponen yang ada pada diagram sirkit tersebut !
• Buatlah displacement step diagram
• Jelaskan cara kerjanya.
• Buatlah rangkaian ( sirkit ) tersebut pada profile plate kemudian operasikan sirkit tersebut .
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung 55
Tugas 10
Diagram sirkit pneumatic berikut ini adalah sirkit pengontrolan gerak berangkai yang bekerja secara otomatis. Perhatikan dengan baik kemudian kerjakan tugas berikut !
• Jelaskan cara keja sirkit dengan pertolongan diagram
• Buat diagram step pemindahan.
• Buat rangkaian pada profile plate kemudian operasikan
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung 56
+
Tugas 11
Berikut ini adalah penyusunan diagram sirkuit pneumatic dengan sistem Cascade untuk pengontrolan gerak berangkai dua silinder. Perhatikan dan kemudian selesaikan tugas-tugas berikut.
• Jelaskan cara kerja sirkit tersebut.
• Buatlah displacement step diagramnya.
• Rakitlah komponen-komponen yang ditunjukkan pada diagram kemudian operasikan
• Coba analisis apa yang akan terjadi bila katup 2.2 dan 2.3 dipertukarkan tempatnya.
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung 57
-
Tugas 12
Diagram berikut ini juga untuk mengontrol gerakan berangkai dua silinder menggunakan katup logic “AND “.Perhatikan diagram berikut !
• Jelaskan cara kerja sirkit di bawah ini.
• Apa fungsi katup logic “ AND “
• Bila katup AND 2.5 dilepas ,bagaimana cara sambungan konduktirnya dan apa yang terjadi .
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung 58
Tugas 13
Gambar di bawah ini adalah gambar mesin shot-blasting untuk benda cor. Benda
kerja diletakkan pada pemegang (fixture) dan diklem oleh silinder 1,0. Silinder 2.0
membuka katup nosel shot-blast untuk menyemprot benda kerja. Setelah selesai
menyemprot, silinder 2.0 menutup nosel dan silinder 3.0 memindah nosel ke
tempat benda kerja yang ke dua kemudian silinder 2.0 membuka kembali katup
nosel dan menyemprot lagi. Setelah selesai, silinder 2.0 menutup nosel, silinder
3.0 mengembalikan ke posisi semula dan silinder 1.0 melepas benda kerja.(Lihat
diagram tahap pemindahan)
Perhatikan uraian tersebut di atas, kemudian kerjakanlah tugas berikut :
• Buatlah diagram sirkuit pneumatik dengan sistem cascade.
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung 59
• Buat diagram sirkuit pneumatik dengan shift register.
• Coba bandingkan (analisis perbandingan) mana yang lebih menguntungkan di antara kedua cara tersebut.
Desain Sistem Kontrol Elektro-pneumatik Sistem Kendali Elektro-pneumatik
Departemen Ketenagalistrikan Drs. Christian MA Mamesah, Dip.Ed M.Pd P4TK BMTI (TEDC) Bandung 60
DAFTAR PUSTAKA
Buku Teks Sistem Belajar Otomasi, Elektropneumatik, Festo Didactic GmbH and Co, Dekendorf 2000. Drs.Sisjono,BE, Sirkuit Pneumatik, Pusat Pengembangan Dan Penataran GuruTeknologi, Bandung 2005. Indonesia Australia Partnership for Skills Development,Repair Faults in Elektro-Pneumatik Systems, Batam Institutional Development Project. Workbook Basic Level, Electropneumatics, Festo Didactic GmbH and Co, Dekendorf 1998.