Dermatitis Fix

45
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Eczema merupakan bentuk khusus dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata eczema untuk menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari semua bentuk eczema adalah 4,66 %, termasuk dermatitis atopic 0,69 %, eczema nummular 0,17 % dan dermatitis seboroik 2,32 % yang menyerang 2 % hingga 5 % dari penduduk. Eksim atau dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling sering dijumpai adalah eksim atopic atau dermatitis atopic. Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak-anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka kekambuhan. Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan pasien adalah gatal. Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan pada kulit. Gejala kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan 1

description

ermatitis

Transcript of Dermatitis Fix

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangKata dermatitis berarti adanya inflamasi pada kulit. Eczema merupakan bentuk khusus dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata eczema untuk menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari semua bentuk eczema adalah 4,66 %, termasuk dermatitis atopic 0,69 %, eczema nummular 0,17 % dan dermatitis seboroik 2,32 % yang menyerang 2 % hingga 5 % dari penduduk.Eksim atau dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling sering dijumpai adalah eksim atopic atau dermatitis atopic. Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak-anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka kekambuhan.Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan pasien adalah gatal. Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan pada kulit. Gejala kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki, namun tidak menutup kemungkinan kemerahan muncul didaerah lain.Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau keropeng. Pada orang kulit putih, daerah ini pada mulanya akan berwarna merah muda lalu berubah menjadi cokelat. Sementara itu pada orang dengan kulit lebih gelap, eksim akan mempengaruhi pigmen kulit sehingga daerah eksim akan tampak lebih terang atau lebih gelap.

B. Rumusan Masalah1. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari Dermatitis ?

2. Bagaimana definisi, etiologi, klasifikasi pada pasien dengan Dermatitis ? 3. Bagaimana patofisiologi pada pasien dengan Dermatitis ? 4. Bagaimana WOC pada pasien dengan Dermatitis?5. Bagaimana Menifestasi klinis pada pasien dengan Dermatitis ? 6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan Dermatitis ?

7. Bagaimana Penatalaksanan pada pasien dengan Dermatitis ? C. Tujuan1. Mahasiswa dapat mengetahui Anatomi dan fisiologi dari Dermatitis.

2. Mahasiswa dapat mengetahui definisi, etiologi, klasifikasi pada pasien dengan Dermatitis.3. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi pada pasien dengan Dermatitis.4. Mahasiswa dapat mengetahui WOC pada pasien dengan Dermatitis.5. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis pada pasien dengan Dermatitis.

6. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan Dermatitis.

7. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanan terapi pada pasien dengan Dermatitis.BAB IIPEMBAHASANA. Anatomi dan Fisiologi

Integumen (kulit) merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, membungkus otot-otot dan organ-organ dalam. Kulit merupakan jalinan jaringan pembuluh darah, saraf, dan kelenjar yang tidak berujung. Integumen menyusun 16 % dari total berat badan. Komponen dalam sistem integumen :1. KulitTerdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan lemak subkutan (hypodermis).2. Struktur assesorisTerdiri dari rambut, kuku, dan kelenjar eksokrin multiselular.Fungsi kulit :1. ProteksiMelindungi jaringan dan organ yang terbungkus dalam kulit dari bakteri, virus, jamur, abrasi, bahan kimia, dan trauma.2. EkskresiPengeluaran garam, air, dan sampah-sampah organic dari kelenjar integument3. KeseimbanganMengatur agar suhu tubuh tetap seimbang (normal), dimana kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit, dan dapat terjadi evaporasi jika dibutuhkan4. Sintesa vitamin DDiperlukan untuk metabolisme kalsium5. PenyimpananLemak disimpan di lapisan subkutan (hypodermis)6. DeteksiDapat mendeteksi sentuhan, tekanan, nyeri, stimulus suhu. Hal ini dapat terjadi karena adanya jalinan ujung-ujung syaraf yang saling bertautan KULIT1. Lapisan epidermisMerupakan lapisan terluar yang terdiri epithel squamosa bertingkat. Adanya lapisan ini dapat memberikan proteksi dari stimulus mekanik dan mikroorganisme dari luar tubuh. Lapisan pada epidermis dari bagian dasar sampai bagian paling atas, terdiri dari:a. Stratum korneumLapisan ini terdiri dari banyak lapisan sel tanduk (keratinasi), gepeng, kering, dan tidak berinti. Sitoplasma diisi dengan serat keratin. Makin keluar, letak sel makin gepeng, seperti sisik lalu terkelupas dari tubuh, yang terkelupas digantikan oleh sel yang lain. Zat tanduk merupakan keratin lunak yang susunan kimianya berada dalam sel-sel keratin keras. Lapisan tanduk hampir tidak mengandung air karena adanya penguapan air, elastisitasnya kecil dan sangat efektif untuk pencegahan penguapan air dari lapisan yang lebih dalam.

b. Stratum lucidumLapisan ini terdiri dari beberapa lapis sel yang sangat gepeng dan bening, sulit terlihat karena membran yang membatasi sel-sel itu sehingga lapisannya secara keseluruhan seperti kesatuan yang bening. Lapisan ini ditemukan pada daerah tubuh yang berkulit tebal.

c. Stratum granulosumLapisan ini terdiri dari 2-3 lapis sel poligonal yang agak gepeng dengan inti di tengah dan sitoplasma berisi butiran (granula) keratohialin atau gabungan keratin dengan hialin. Lapisan ini menghalangi benda asing, kuman, dan bahan kimia masuk ke dalam tubuh.d. Stratum spinosumLapisan ini terdiri dari banyak lapisan sel terbentuk kubus dan poligonal dengan inti terdapat di tengah dan sitoplasmanya berisi berkas-berkas serat yang terpaut pada desmosom (jembatan sel). Seluruh sel terikat rapat lewat

Serat-serat itu sehingga secara keseluruhan lapisan sel-selnya berduri. Lapisan ini berfungsi untuk menahan gesekan dan tekanan dari luar. Oleh karena itu bentuknya tebal dan terdapat didaerah tubuh yang banyak bersentuhan atau menahan beban dan tekanan seperti tumit dan pangkal telapak kaki. e. Stratum germinativumMerupakan lapisan epidermis yang terdalam, dapat juga disebut stratum basal. Pada stratum germinativum sebagian besar terdiri dari selsel epidermis yang tidak berdiferensiasi yang terus menerus mengalami mitosis, memperbaharui epidermis. Kalau sel ini mengalami mitosis, salah satu sel anak akan tetap berada di lapisan basal untuk kemudian membelah lagi, sedangkan sel yang lain bermigrasi ke atas menuju stratum spinosum.2. Lapisan dermisLapisan dermis terletak diantara lapisan epidermis dan subkutan (hypodermis). Dermis terdiri dari serabut serabut kolagen, elastin dan retikulin yang tertanam dalam suatu substansi dasar. Matriks kulit mengandung pembuluhpembuluh darah dan syaraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh. Lapisan dermis terdiri dari dua komponen utama yaitu :a. Lapisan papillaTerdiri dari jaringan areolar, dimana pada lapisan ini terdiri dari kapiler dan sarafsaraf sensoris yang mensupply permukaan kulit.b. Lapisan reticularMerupakan lapisan yang lebih dalam dari pada lapisan papilla. Terdiri dari serat kolagen, organ accessories, pembuluh darah, kelenjar getah bening, dan serabut syaraf.3. Lapisan subkutan (hypodermis)Lapisan subkutan terdiri dari jaringan areolar dan adipose. Pada lapisan ini mengandung sedikit kapiler dan tidak mengandung organ vital. Selama manusia mengalami pertumbuhan, distribusi lemak subkutan juga mengalami perubahan, terutama ketika memasuki masa pubertas. Warna kulitWarna kulit sebagai hasil interaksi antara :

1. Pigmen pada lapisan epidermisPada lapisan epidermis terdapat dua pigmen yaitu karotin dan melanin. Karotin merupakan pigmen oranye kuning yang normalnya terakumulasi di sel epidermis. Melanin merupakan pigmen coklat, kuning coklat, atau hitam yang diproduksi oleh melanosit. Melanosit terletak di stratum germinativum.2. Sirkulasi pada lapisan dermisDarah terdiri dari sel darah merah yang berisi pigmen hemoglobin yang mentransportasikan oksigen ke dalam pembuluh darah. Pada keadaan tertentu seperti adanya inflamasi, penurunan maupun peningkatan sirkulasi, dapat menimbulkan adanya perubahan pada warna kulit seperti kulit berwarna kemerahan, pucat, bahkan sianosis. Struktur accessories1. Folikel rambut dan rambutRambut hampir menutupi seluruh permukaan kulit, kecuali pada telapak tangan, sisi jari, bibir, dll. Tubuh manusia memiliki sekitar 5 juta rambut, dan 98 % terletak pada tubuh dan bukan di kepala. Rambut diproduksi oleh suatu organ, yang disebut folikel rambut, dimana folikel ini memerlukan kerjasama yang kompleks antara epidermis dan dermis.2. Kelenjar pada kulita. Kelenjar sebasea (kelenjar minyak)Merupakan kelenjar holokrin yang mensekresikan minyak ke folikel rambut. Kelenjar sebasea juga memproduksi lipid dalam jumlah besar, yang sekresinya disebut sebum (terdiri dari trigliserida, kolesterol, protein, dan elektrolit). Sebum dapat menghambat pertumbuhan bakteri, lubrikasi dan proteksi keratin pada rambut dan sekitar kulit.b. Kelenjar sudorifera (kelenjar keringat)Pada kulit terdapat dua tipe kelenjar sudorifera (kelenjar keringat) :1) Kelenjar keringat apokrinTerletak di axilla, sekitar papilla mammae, dan femur. Kelenjar apokrin memulai sekresinya saat usia pubertas. Sel yang mensekresikan keringat pada kelenjar apokrin ini adalah myoepithelial cell. Aktivitas sekresi dan kontraksi sel myoepitheial dikontrol oleh system syaraf dan sirkulasi hormone.2) Kelenjar keringat merokrinKelenjar keringat merokrin dapat juga disebut kelenjar keringat ekrin. Kelenjar ini mempunyai distribusi yang lebih lebar, dan struktur anatomis yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kelenjar apokrin. Pada orang dewasa mempunyai sekitar 25 juta kelenjar merokrin (ekrin). Keringat 99 % terdiri dari air, selain itu juga mengandung elektrolit, nutrisi organic, dan zat sampah produksi. Keringat mempunyai PH 46,8 dan dengan adanya elektrolit memberikan suasana seperti garamB. Definisi Dermatitis

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan cenderung kronis. (Djuanda Adhi, 2010).

Dermatitisatau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit (Widhya, 2011).C. Etiologi Dermatitis

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu), mikro-organisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik.

Klasifikasi dermatitis (Djuanda Adhi, 2010), yaitu :

1. Dermatitis Kontak Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).

2. Dermatitis Kontak IritanDKI ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan yang bersifat iritan primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis. Bahan iritan antara lain deterjen, bahan pembersih peralatan rumah tangga, dan sebagainya.

3. Dermatitis Kontak AlergikDKA ialah respons alergik yang didapat bila berkontak dengan bahan-bahan yang bersifat sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat memicu DKA antara lain adalah beberapa jenis pewangi, pewarna, nikel, obat obatan, dan sebagainya.

4. Dermatitis AtopikDermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal, umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi, yang kambuh-kambuhan. Dermatitis atopik disebabkan oleh rinitis alergik, asma bronkial, reaksi abnormal terhadap perubahan suhu (hawa udara panas, dingin) dan ketegangan (stress), resistensi menurun terhadap infeksi virus dan bakteri, lebih sensitif terhadap serum dan obat.

5. Neurodermatitis Sirkumskripta = Lichen Simplex Chronicus (LSC)Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti penebalan kulit disertai gambaran relief kulit yang semakin nyata. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi kelainan sering diawali oleh cetusan gatal yang hebat, misalnya pada insect bite.

6. Dermatitis NumularisDermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas eritema, edema, kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat predileksi ialah ekstensor ekstremitas (terutama tungkai bawah), bahu dan bokong. Penyakit mempunyai kecenderungan residif.

7. Dermatitis StatisDermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu jenis dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis varikosum, sebab kausa utamanya ialah insufisiensi vena. Di sebabkan oleh semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran darah di tungkai bawah.

8. Dermatitis AutosensitisasiMerupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari fokus inflamasi lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung dengan penyebab fokus inflamasi tersebut. Manifestasi klinisnya umumnya dalam bentuk erupsi vesikular akut dan luas, sering berhubungan dengan ekzem kronis ditungkai bawah(dermatitis statis) dengan atau tanpa ulkus. D. PatofisiologiDermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan. Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun allergen yang masuk ke dalam kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel dermis maupun sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.E. WOCF. Manifestasi Klinis

1. Gatal2. Penyebaran setempat, generalisata dan universal3. Stadium akuta) Eritema (kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh kapiler)

b) Edema

c) Vesikel atau bula (cairan dan lesi yang menonjol)

d) Erosi dan eksudasi sehingga tampak basah

4. Stadium subakuta) Eritema dan edema berkurang

b) Eksudat mengering menjadi krusta

5. Stadium kronis

a) Lesi tampak kering

b) Skuama (pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kulit)

c) Hiperpigmentasi (penggelapan pada kulit abnormal)

d) Papul (lesi)

e) Likenifikasi (penebalan pada kulit)

G. Pemeriksaan DiagnostikPada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan. Untuk mengetahui seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat alergi dapat kita periksa kadar IgE dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan tes alergi untuk mengetahui bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi (alergen). Ada beberapa macam tes alergi, yaitu :1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya debu, tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan pada kulit dengan menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan luka, berdarah di kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif alergi terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal. Syarat tes ini : Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung antihistamin (obat anti alergi) selama 3 7 hari, tergantung jenis obatnya. Umur yang di anjurkan 4 50 tahun.

2. Patch Tes (Tes Tempel).

Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit dermatitis atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini baru dapat dibaca setelah 48 jam. Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan timbul bercak kemerahan dan melenting pada kulit.

3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).

Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes ini memerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut diproses dengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam. Kelebihan tes ini : dapat dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan.

4. Skin Test (Tes kulit).

Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan. Dilakukan di kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes di lapisan bawah kulit. Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15 menit. Bila positif akan timbul bentol, merah, gatal.

5. Tes Provokasi.Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, makanan, dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk alergen hirup dinamakan tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek alergi. Tes provokasi bronkial dan makanan sudah jarang dipakai, karena tidak nyaman untuk pasien dan berisiko tinggi terjadinya serangan asma dan syok. tes provokasi bronkial dan tes provokasi makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE spesifik metode RAST.

H. Penatalaksanaan Terapi

1. Sistemik

Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau kombinasi antihistamin-antiserotonin, antibradikinin, anti-SRS-A, dan sebagainya. Pada kasus berat dapat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.

2. Topikal

Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini :

a) Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres terbuka. Dermatitis kering (sika) diobati dengan krim atau salep.

b) Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat spesifik.

c) Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losio (bedak kocok), pasta, krim, atau linimentum (pasta pendingin). Bila kronik, diberi salep.

d) Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio, krim, atau pasta; bila kronik diberikan salep. Krim diberikan pada daerah berambut, sedangkan pasta pada daerah yang tidak berambut. Penetrasi salep lebih besar dari pada krim.

BAB IIIKONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajian

1. Identitas: Umur (biasanya mengenai anak yang berumur diatas 2 tahun), jenis kelamin, ras/ suku, pekerjaan.2. Riwayat Kesehatana. Keluhan Utama: klien mengeluh nyeri, gatal- gatal, eritema, edema, kenaikan suhu tubuh.b. Riwayat Penyakit Sekarang: pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi teraba kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan) , skuama (kulit yang bersisik), dan likenifikasi (penebalan kulit).c. Riwayat Kesehatan masa lalu:1) Penyakit yang pernah di derita:Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.2) Riwayat penyakit dahuluApakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.3) Riwayat penyakit keluargaApakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.4) Riwayat psikososialApakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.5) Riwayat pemakaian obatApakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat3. Pemeriksaan Fisik

a. Head to toe

1) Kepala

a) Kepala

Inspeksi: Bentuk kepala simetris

Palpasi: Tidak ada lesi, tidak ada benjolan

b) Rambut

Inspeksi: Kondisi rambut bersih, tidak ada ketombe, warna rambut hitam, rambut lurus tidak rontok.

c) Mata

Inspeksi: Warna sklera putih, tidak konjungtivis, pupil: Normal isokor,kedua bentuk pupilnya simetris, tidak ada sekret pada mata, kelopak mata normal warna merah muda, pergerakan mata klien normal, serta lapang pandang normal.

Palpasi: Tidak adanya edema dan tidak ada benjolan disekitar mata.

d) Hidung

Inspeksi: Tidak ada deformitas pada hidung, tidak ada cuping hidung, tidak ada sekret, tidak ada polip atau benjolan didalam hidung, fungsi penciuman baik, kedua lubang hidung simetris dan tidak terjadi pendarahan pada lubang hidung (epistaksis).

e) Mulut

Inspeksi: Tidak ada perdarahan rahang gigi, warna mukosa mulut pucat, membran mukosa kering, tidak ada lesi, tidak terdapat benjolan pada lidah, tidak ada karies pada gigi.f) Telinga

Inpeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada lesi pada telinga, tidak ada serumen berlebih, tidak adanya edema, ketika diperiksa dengan otoskop tidak adanya peradangan, dan tidak terdapat cairan pada membran timpani.

Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada aurikula dan membran timpani normal.

Auskultasi: Tes rinne (+), tes wibber (+).2) Leher

Inspeksi: Bentuk simetris, warna kulit rata sama dengan tubuh, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

Palpasi: Tidak ada deformitas pada trakea, tidak ada benjolan pada leher, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada peradangan.

3) Dada

a) Paru

Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan kanan, pola napas pendek pada istirahat dan aktivitas, frekuensi napas pasien reguler, pergerakan otot bantu pernafasan normal.

b) Jantung

TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.Inspeksi: denyutan jantung normal

Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5

Auskultasi: Bunyi jantung normal, tidak ada pembesaran jantung atau tidak ada kardiomegali.

Perkusi: pekak4) Abdomen

Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit disekitarnya, tidak ada distensi, tidak adanya bekas operasi, tidak terdapat kolostomi.

Auskultasi: peristaltik usus normal 5-30 x/ menit

Perkusi: timpani

Palpasi: adanya nyeri tekan, tidak ada hematomegali, tidak ada pembesaran lien (ginjal)

5) Otot

Inspeksi: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan

6) IntegumenInspeksi: Terdapat kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi teraba kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan), skuama (kulit yang bersisik), dan likenifikasi (penebalan kulit).7) Persyarafan

a) Tingkat kesadaran: composmentis

b) GCS:(1) Eye: Membuka secara spontan 4(2) Verbal: Orientasi baik, nilai 5(3) Motorik: Mengikuti perintah, nilai 6c) Total GCS: Nilai 15(1) Reflek: Normal(2) Tidak ada riwayat kejang(3) Koordinasi gerak normalb. ADL (Activitas Daily Living)

1) Pola Persepsi Kesehatan a) Adanya riwayat infeksi sebelumyab) Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.c) Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya, vitamin; jamu, antibiotik.d) Adakah konsultasi rutin ke Dokter.e) Hygiene personal yang kurang.f) Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.2) Pola Nutrisi Metabolika) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari makan.b) Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.c) Jenis makanan yang disukai.d) Nafsu makan menurun.e) Muntah-muntah.f) Penurunan berat badan.g) Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.h) Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau perih.3) Pola Eliminasia) Sering berkeringat.b) Tanyakan pola berkemih dan bowel.4) Pola Aktivitas dan Latihana) Pemenuhan sehari-hari terganggu.b) Kelemahan umum, malaise.c) Toleransi terhadap aktivitas rendah.d) Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringane) Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.5) Pola Tidur dan Istirahat

a) Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.

6) Pola Persepsi Kognitif

a) Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.

b) Pengetahuan akan penyakitnya.

7) Pola Persepsi dan Konsep Diri

a) Perasaan tidak percaya diri atau minder.

b) Perasaan terisolasi.

8) Pola Hubungan dengan Sesama

a) Hidup sendiri atau berkeluarga

b) Frekuensi interaksi berkurang

c) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran

9) Pola Reproduksi Seksualitas

a) Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.

b) Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.

10) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress

a) Emosi tidak stabil

b) Ansietas, takut akan penyakitnya

c) Disorientasi, gelisah

11) Pola Sistem Kepercayaan

a) Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah

b) Agama yang dianut

B. Tindakan KeperawatanNo.Diagnosa keperawatanTujuan dan kriteria hasilIntervensiRasional

1. Nyeri b.d adanya lesi kulit

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x60 menit, diharapkan nyeri berkurang atau teradaptasi

Kriteria hasil :1. Pasien melaporkan nyeri berkurang

2. Nyeri dapat diadaptasi

3. Dapat mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri

4. Pasien tidak gelisah dan skala nyeri 0-1 atau teradaptasi

1. kaji jenis dan tingkat nyeri pasien. tentukan apakah nyerinya kronis atau akut. Selain itu, kaji factor yang dapat mengurangi atau memperberat; lokasi, durasi, intensitas dan karakteristik nyeri; dan tanda-tanda dan gejala psikologis.

2. Pengkajian berkelanjutan membantu meyakinkan bahwa penanganan dapat memenuhi kebutuhan pasien dalam mengurangi nyeri.3. Berikan obat yang dianjurkan untuk mengurangi nyeri, bergantung pada gambaran nyeri pasien. pantau adanya reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat. Sekitar 30 sampai 40 menit setelah pemberian obat, minta pasien untuk menilai kembali nyerinya dengan skala 1 sampai 10

4. Atur periode istirahat tanpa terganggu

5. Bantu pasien untuk mendapat posisi yang nyaman, dan gunakan bantal untuk membebat atau menyokong daerah yang sakit bila perlu.Kolaborasi:

1. Gunakan terapi topical seperti yang dipreskripsikan.

2. Anjurkan pasien untuk menghindari pemakaian salep atau lotion yang dibeli tanpa resep dokter.

3. Jaga agar kuku selalu terpangkas.1. Dapat mengetahui kriteria nyeri pasien

2. Untuk memfasilitasi pengkajian yang akurat tentang tingkat nyeri pasien

3. Untuk menentukan keefektifan obat

4. Tindakan ini meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dan peningkatan tingkat energy, yang penting untuk pengurangan nyeri

5. Untuk menurunkan ketegangan atau spasme otot dan untuk mendistribusikan kembali tekanan pada bagian tubuhKolaborasi:

1. Tindakan ini membantu meredakan gejala.

2. Masalah pasien dapat disebabkan oleh iritasi atau sensitisasi karena pengobatan sendiri.3. Pemotongan kuku akan mengurangi kerusakan kulit karena garukan.

2.Kerusakan integritas kulit b.d inflamasi dermatitis, respon menggarukTujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x60 menit diharapkan kerusakan integritas kulit dapat membaik

Kriteria hasil :1. Pasien menunjukkan tidak adanya kerusakan kulit

2. Pasien menunjukkan turgor kulit yang normal1. Inspeksi kulit pasien setiap pergantian tugas jaga, jelaskan dan dokumentasikan kondisi kulit dan laporkan perubahan

2. Bantu pasien dalam melakukan tindakan hygiene dan kenyamanan

3. Berikan obat nyeri sesuai program dan pantau keefektifannya

4. Pertahankan lingkungan yang nyaman

5. Peringatkan agar tidak menyentuh luka atau balutan

6. Atur posisi pasien supaya nyaman dan meminimalkan tekanan pada penonjolan tulang. Ubah posisi pasien minimal setiap 2 jam. Pantau frekuensi pengubahan posisi pasien dan kondisi kulitnya7. Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang masalah kulitnya8. Berikan pengarahan pada pasien dan anggota keluarga atau pasangan dalam program perawatan kulit 1. Untuk menentukan keefektifan regimen perawatan kulit

2. Untuk meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan3. Pengurangan nyeri diperlukan untuk mempertahankan kesehatan4. Untuk meningkatkan rasa sejahtera pasien5. Untuk mencegah kerusakan kulit dan mencegah kemungkinan infeksi6. Tindakan tersebut mengurangi tekanan, meningkatkan sirkulasi dan mencegah kerusakan kulit

7. Tindakan ini membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan ketrampilan koping

8. Untuk mendorong kepatuhan

3.Gangguan citra tubuh b.d penampakan kulit yang tidak baikTujuan :Dalam waktu 1x60 menit pasien menerima perubahan citra tubuh

Kriteria hasil :1. Pasien berpartisipasi dalam berbagai aspek perawatan dan dalam pemgambilan keputusan tentang perawatan

2. Pasien menyatakan perasaan positif terhadap dirinya sendiri

3. Pasien berpartisipasi dalam program rehabilitasi dan konseling1. Terima persepsi diri pasien dan berikan jaminan bahwa ia dapat mengatasi krisis ini

2. Ketika membantu pasien yang sedang melakukan perawatan diri, kaji pola koping dan tingkat harga dirinya

3. Dorong pasien melakukan perawatan diri

4. Berikan kesempatan kepada pasien untuk menyatakan perasaan tentang citra tubuhnya dan hospitalisasi5. Bimbing dan kuatkan focus pasien pada aspek-aspek positif dari penampilannya dan upayanya dalam menyesuaikan diri dengan perubahan citra tubuhnya1. Untuk memvalidasi perasaannya2. Untuk mendapat nilai dasar pada pengukuran kemajuan psikologisnya3. Untuk meningkatkan rasa kemandiriannya

4. Agar pasien dapat mengungkapkan keluhannya dan memperbaiki kesalahpahaman5. Untuk mendukung adaptasi dan kemajuan yang berkelanjutan

5.Resiko infeksi b.d kerusakan perlindungan kulit

Tujuan :Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 1x60 menit, infeksi dapat dihindari

Kriteria hasil :1. Tanda-tanda vital dalam batas normal

2. Tidak adanya tanda-tanda infeksi1. Minimalkan resiko infeksi pasien dengan :

a. Mencuci tangan sebelum dan setelah memberikan perawatanb. Menggunakan sarung tangan untuk mempertahankan asepsis pada saat memberikan perawatan langsung

2. Pantau suhu dan catat pada kertas grafik. Laporkan evaluasi segera

3. Bantu pasien mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dan setelah dari kamar mandi

4. Beri pendidikan kepada pasien mengenai :

a. Teknik mencuci tangan yang baik

b. Factor-faktor yang meningkatkan resiko infeksi, tanda-tanda dan gejala infeksi1.

a. Mencuci tangan adalah satu-satunya cara terbaik untuk mencegah penularan pathogen

b. Sarung tangan dapat melindungi tangan pada saat memegang luka yang dibalut atau melakukan berbagai tindakan2. Suhu yang terus meningkat setelah pembedahan dapat merupakan tanda awitan komplikasi pulmonal, infeksi luka atau dehisens, infeksi saluran kemih atau tromboflebitis

3. Mencuci tangan mencegah penyebaran pathogen terhadap objek dan makanan lain4. Tindakan tersebut memungkinkan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan dan membantu pasien memodifikasi gaya hidup untuk mempertahankan tingkat kesehatan yang optimum

BAB IV

PENUTUP

A. KesimpulanDermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal). Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya: bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik.B. SaranDalam penulisan ini tentunya banyak kurang dan tentunya ada lebihnya juga, untuk itu penulis atau penyusun mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca. Dengan adanya makalah ini penulis mengaharapkan agar para pembaca bisa memahami apa yang sudah dijelaskan sehingga dapat bermanfaat bagi semuanya dan agar lebih dapat mengaplikasikan dalam merawat pasien dan mampu dalam pembuatan asuhan keperawatan yang tepatyang banyak melibatkan orang terdekat klien, mulai dari keluarga, kerabat sampai teman pasien.DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media Action.

Universitas Muhammadiyah Semarang . (2013). < BAB II Tinjauan Pustaka Dermatitis [Internet]. Bersumber dari http://digilib.unimus.ac.id/72982/babII.pdf > [Diakses tanggal 17 Februari 2015. Jam 11.09]

Syaifuddin, H. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : Widya Medika. MK. Kerusakan integritas kulit

Dolor, kalor, rubor, edema, fungsio lesa

MK. Gangguan citra tubuh

MK. Resiko Infeksi

Mengiritasi kulit

Iritan primer

MK. Nyeri

Inflamasi pada kulit

Dermatitis

hipersensitifitas

Masuk kedalam kulit

Terjadi penebalan kulit dan hiperpigmentasi

Fisik (sinar, suhu)

Dari dalam (endogen): dermatitis atopik

Mikroorganisme (bakteri, jamur)

Dari luar (eksogen): bahan kimia

32