Dermatitis
-
Upload
adelwaise-nac-leadren -
Category
Documents
-
view
28 -
download
0
Transcript of Dermatitis
MAKALAH
SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI
“KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DERMATITIS”
PEMBIMBING :
Disusun Oleh:Kelompok 3
Aggutsin Tri Lestari (12.02.01.1052)
Diah Ayu Nuraini (12.02.01.1061)
Faizah Eka Fitriana (12.02.01.1067)
Laily Yatur Rohmah (12.02.01.1074)
Moh. Suradi (12.02.01.1079)
Nurul Khotimah (12.02.01.1088)
Yuni Nur Rahmawati (12.02.01.1103)
Ahmad Fajar Rozaq
PRODI S1 KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH LAMONGAN2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Ekzema merupakan
bentuk khusus dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata ekzema untuk
menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari
semua bentuk ekzema adalah 4,66%, termasuk dermatitis atopik 0,69%, eczema
numular 0,17%, dan dermatitis seboroik 2,32% yang menyerang 2% hingga 5%
dari penduduk.
Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang
mana kulit tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja
namun yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling
sering dijumpai adalah eksim atopik atau dermatitis atopik. Gejala eksim akan
mulai muncul pada masa anak anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun.
Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun
tidak sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan
yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi
angka kekambuhan.
Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan pasien
adalah gatal. Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan
pada kulit. Gejala kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan dan
kaki, namun tidak menutup kemungkinan kemerahan muncul di daerah lain.
Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau keropeng.
Pada orang kulit putih, daerah ini pada mulanya akan berwarna merah muda lalu
berubah menjadi cokelat. Sementara itu pada orang dengan kulit lebih gelap,
eksim akan mempengaruhi pigmen kulit sehingga daerah eksim akan tampak lebih
terang atau lebih gelap. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk
membuat makalah yang berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan Pada klien
dengan Dermatitis”.
1.2 Rumusan masalah
Dari latar belakang dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari dermatitis?
2. Bagaimana etiologi dari dermatitis?
3. Apa saja klasifikasi dari dermatitis?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari dermatitis?
5. Bagaimana patofisiologi dermatitis?
6. Bagaimana pathway dari dermatitis?
7. Bagaimana penatalaksanaannya?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dermatitis?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari dermatitis?
2. Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari dermatitis?
3. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari dermatitis?
4. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari dermatitis?
5. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dermatitis?
6. Untuk mengetahui bagaimana pathway dari dermatitis?
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaannya?
8. Untuk mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan dermatitis?
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa
dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penyebabserta upaya pencegahan
perforasi esofagus agar terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan bagi pembaca dapat mengetahui tentang perforasi esofagus
sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Dermatitis adalah peradangan pada kulit (inflamasi pada kulit) yang
disertai dengan pengelupasan kulit ari.
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama,
dan keluhan gatal).
Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam
berbagai jenis, terutama kulit yang kering.Umumnya enzim dapat menyebabkan
pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit.Dermatitis tidak berbahaya, dalam
arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular.Walaupun demikian, penyakit
ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis
muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala
Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun
yang terdapat pada berbeda.
2.2 Klasifikasi
1. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang
menempel pada kulit.
Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun
yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara
kulit memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami bentol-bentol
yang meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi
pada kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau
pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum,
kosmetik atau rumput.
2.Neurodermatitis
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan
garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu,
akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan
pruritogenik.
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan
dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah
pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini
memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada
pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.
3. Dermatitis Seborrheic
Kulit terasa berminyak dan licin, melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua
alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan
faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang
menderita penyakit saraf seperti Parkinson.
4. Dermatitis Stasis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau hipertensi
vena) tungkai bawah.
Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang
kering berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan gatal.
Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah jaringan kulit.
Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab.
5. Dermatitis Atopik
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang
umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan
dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita (D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial). kelainan kulit berupa papul
gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya
dilipatan(fleksural).
Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-
pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya
muncul saat alergi dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah satu anggota
keluarga memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa
bertambah atau berkurang tingkat keparahannya selama masa kecil dan dewasa.
6. Dermatitis Medikamentosa
Dermatitis medikamentosa memiliki bentuk lesi eritem dengan atau tanpa
vesikula, berbatas tegas, dapat soliter atau multipel. Terutama pada bibir, glans
penis, telapak tangan atau kaki. Penyebabnya dari obat-obatan yang masuk
kedalam tubuh melalui mulut, suntikan atau anal. Keluhan utama pada penyakit
biasanya gatal dan suhu badan meninggi. Gejala dapat akut, subakut atau kronik.
Untuk lokalisasinya bisa mengenai seluruh tubuh. Apabila di bandingkan dengan
melasma bedanya yaitu plak hiperpigmentasi batas nya tidak tegas
3.3 Etiologi
Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak di ketahui. Sebagian besar merupakan
respon kulit terhadap agen-agen, misaknya zat kimia, protein, bakteri dan fungus.
Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. Alergi adalah perubahan
kemampuan tubuh yang di dapat dan spesifik untuk bereaksi.
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh : detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme
(contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis
atopik.
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat
menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki
penyebab berbeda pula. Sering kali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang
disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti
goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah
jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-
bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat disentuh dan selulit muncul
pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus.
3.4 Manifestasi Klinis
Subyektif ada tanda–tanda radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti
dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema
atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function laisa).
Obyektif, biasanya batas kelainan tidak terdapt lesi polimorfi yang dapat timbul
scara serentak atau beturut-turut. Pada permulaan eritema dan edema. Edema
sangat jelas pada kulit yang longgar misalya muka (terutama palpebra dan bibir)
dan genetelia eksterna. Infiltrasi biasanya terdiri atas papul.
Dermatitis basah berarti terdapat eksudasi. Disana-sini terdapat sumber dermatitis,
artinya terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian
membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustule, jika disertai infeksi.
Dermatitis sika (kering) berarti tdiak madidans bila gelembung-gelumbung
mongering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Pada stadium
tersebut terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak
likenifikasi dan sebagai sekuele telihat hiperpigmentasi atau hipopigmentasi.
3.5 Patofisiologi
1. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersenitivitas tipe
lambat. Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi (fase sensitisasi) dan
fase elisitasi.
Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit
mengenal dan memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase elesitasin ialah
saat terjadi pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul
gejala klinis
Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam kulit dan
berikatan dengan protein barier membentuk anti gen yang lengkap. Anti gen ini
ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans,
kemudian memacu reaksi limfoisit T yang belum tersensitasi di kulit, sehingga
terjadi sensitasi limposit T, melalui saluran limfe, limfosit yang telah tersensitasi
berimigrasi ke darah parakortikal kelenjar getah bening regional untuk
berdiferensiasi dan berfoliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara
spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam sirkulasi,
sebagian kembali ke kulit dan sistem limfoid, tersebar di seluruh tubuh,
menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di seluruh kulit tubuh.
Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa. Sel
efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik
berbagai sel radang sehingga terjadi gejala klinis.
2. Neurodermatitis
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan
diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas,
bila kering membentuk krusta. bagian tubuh.
3. Dermatitis Seiboroika
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama kering,
basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi. Tempat
kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal,
ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum. Pada kulit kepala terdapat
skuama kering dikenal sebagai dandruff dan bila basah disebutpytiriasis steatoides
; disertai kerontokan rambut.
4. Dermatitis Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan
melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler
masuk ke jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama
berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi
eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah
menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila
berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna
kulit lebih hitam
5. Dermatitis Atopik
Belum diketahui secara pasti. Histamin dianggap sebagai zat penting yang
memberi reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat kemotaktis dan
emnekan produksi sel T. Sel mast meningkat pada lesi dermatitis atopi kronis. Sel
ini mempunyai kemampuan melepaskan histamin. Histamin sendiri tidak
menyababkan lesi ekzematosa. Kemungkinan zat tersebut menyebabkan prutisus
dan eritema, mungkin karena gerakan akibat gatal menimbulkan lesi ekzematosa.
Pada pasien dermatitis atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE secara berlebihan
diturunkan secara genetik.
6. Dermatitis Medikamentosa
Faktor lingkungan merupakan factor terpenting . Alergi paling sering menyerang
pada saluran nafas dan saluran pencernaan . Di dalam saluran nafas terjadi
inflamasi yang menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menyebabkan batuk
dan sesak nafas.
3.6 Pathway
Kulit kering
Pembengkakan, merah, gatal
Dermatitis Kontak
Neurodermatitis
Dermatitis Atopik
Dermatitis Statis
Dermatitis Medikamentosa
Iritan Alergi
Pakaian ketat
Goresan kulit
Iritasi
Ig E naik
hiperensivitas
Detergen/sabun
Kemerahan
Merah/ coklat
Menebal
Pemberian obat secara sistemik
Erupsi pustuler
Urtikaria
Gatal
Kerusakan integritas kulit
Peradangan
Nyeri akut
Penampakan kulit yang tidak baik
Koping tidak efektif
Gangguam citra tubuh
3.7 Penatalaksanaan
1. Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian
topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak alergik.
Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen. Ini mungkin
disebabkan karena efek langsung pada sel penyaji antigen dan sel T. Pemberian
steroid topikal pada kulit menyebabkan hilangnya molekul CD1 dan HLA-DR sel
Langerhans, sehingga sel Langerhans kehilangan fungsi penyaji antigennya. Juga
menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T, dengan demikian profilerasi sel T
dihambat. Efek imunomodulator ini meniadakan respon imun yang terjadi dalam
proses dermatitis kontak dengan demikian efek terapetik. Jenis yang dapat
diberikan adalah hidrokortison 2,5 %, halcinonid dan triamsinolon asetonid. Cara
pemakaian topikal dengan menggosok secara lembut. Untuk meningkatan
penetrasi obat dan mempercepat penyembuhan, dapat dilakukan secara tertutup
dengan film plastik selama 6-10 jam setiap hari. Perlu diperhatikan timbulnya
efek samping berupa potensiasi, atrofi kulit dan erupsi akneiformis.
2. Radiasi ultraviolet
Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis kontak melalui
sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya fungsi sel
Langerhans dan menginduksi timbulnya sel panyaji antigen yang berasal dari
sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T supresor. Paparan ultraviolet di
kulit mengakibatkan hilangnya molekul permukaan sel langehans (CDI dan HLA-
DR), sehingga menghilangkan fungsi penyaji antigennya. Kombinasi 8-methoxy-
psoralen dan UVA (PUVA) dapat menekan reaksi peradangan dan imunitis.
Secara imunologis dan histologis PUVA akan mengurangi ketebalan epidermis,
menurunkan jumlah sel Langerhans di epidermis, sel mast di dermis dan infiltrasi
mononuklear. Fase induksi dan elisitasi dapat diblok oleh UVB. Melalui
mekanisme yang diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR + dari sel Langerhans
akan sangat berkurang jumlahnya dan sel Langerhans menjadi tolerogenik. UVB
juga merangsang ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans.
3. Siklosporin A
Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari hipersensitivitas
kontak pada marmut percobaan, tapi pada manusia hanya memberikan efek
minimal, mungkin disebabkan oleh kurangnya absorbsi atau inaktivasi dari obat di
epidermis atau dermis.
4. Antibiotika dan antimikotika
Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa hemolitikus, E.
koli, Proteus dan Kandida spp. Pada keadaan superinfeksi tersebut dapat diberikan
antibiotika (misalnya gentamisin) dan antimikotika (misalnya clotrimazole) dalam
bentuk topikal.
5. Imunosupresif topikal
Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506 (Tacrolimus) dan
SDZ ASM 981. Tacrolimus bekerja dengan menghambat proliferasi sel T melalui
penurunan sekresi sitokin seperti IL-2 dan IL-4 tanpa merubah responnya
terhadap sitokin eksogen lain. Hal ini akan mengurangi peradangan kulit dengan
tidak menimbulkan atrofi kulit dan efek samping sistemik. SDZ ASM 981
merupakan derivat askomisin makrolatum yang berefek anti inflamasi yang tinggi.
Pada konsentrasi 0,1% potensinya sebanding dengan kortikosteroid klobetasol-17-
propionat 0,05% dan pada konsentrasi 1% sebanding dengan betametason 17-
valerat 0,1%, namun tidak menimbulkan atrofi kulit. Konsentrasi yang diajurkan
adalah 1%. Efek anti peradangan tidak mengganggu respon imun sistemik dan
penggunaan secara topikal sama efektifnya dengan pemakaian secara oral.
6. Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek sedatifnya. Ada
yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan histamin. Tapi
ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi antigen-antobodi terdapat
pembebasan histamin, serotonin, SRS-A, bradikinin dan asetilkolin.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Beberapa komponen yang ada pada identitas meliputi nama, jenis kelamin
(laki-laki dan wanita. Pada dermatitis kontak wanita dua kali lipat dari
pada laki-laki.),umur (orang di semua umur sering terjadi pada remaja dan
dewasa muda, namun dermatitis kontak alergik lebih jarang dijumpai pada
anak-anak), alamat,suku bangsa, agama, No.registrasi, pendidikan,
pekerjaan,tinggi badan, berat badan, tanggal dan jam masuk Rumah Sakit.
2. Riwayat kesehatan
1).Keluhan Utama
Pada kasus dermatitis biasanya pasien mengeluh kulitnya terasa gatal
serta nyeri. Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke
tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.
2).Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat sekarang menjelaskan tentang perjalanan penyakit yang
dialami pasien dari rumah sampai dengan masuk ke Rumah Sakit
3).Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu kaji apakah pasien pernah menderita
alergi.
4). Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami
penyakit yang sama, tapi tidak pernah ditanggulangi dengan tim medis.
3. Pemeriksaan Fisik
1).Keadaan umum pasien :
Kesadaran : Composmetis
Tanda-tanda vital:
Tekanan darah (120/80 mmHg) : Normal
Pernafasan (15-24x/mnt) : Normal
Nadi (60-100x/mnt) : Normal
Suhu (36-37oC) : Meningkat
2).Head To Toe
a. Kepala : Kulit kepala bersih, bulat sempurna, warna rambut
normal, tidak ada benjolan atau lesi.
a. Kulit : adanya lesi, perubahan pigmentasi, penebalan
epidermis dan kekakuan kulit.
b. Mata : periksa konjungtiva sclera, pupil, reflek cahaya, fungsi
penglihatan.
c. Hidung : kebersihan hidung, pernafasan hidung, polip hidung,
adanya deviasi septum.
b. Mulut : Mukosa bibir kering, lidah dan mulut tampak bersih, tidak
ada perdarahan pada mukosa dan gusi, tidak ada kotoran yang
menempel pada sela-sela gigi.
c. Telinga : simetris antara kanan dan kiri, lubang telinga bersih dan
tidak ada cairan yang keluar, serta pendengaran baik/ tidak tuli.
d. Leher : tidak ada benjolan
e. Thorax/ dada :
Pemeriksaan paru :
Inspeksi : tidak menggunakan otok bantu
(sternokloidomasteudeus dan trapezius)
Palpasi : ekspansi dan taktil fremitus normal.
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas normal
f. Pemeriksaan jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Denyut apeks/iktus kordis
Perkusi : Batas jantung kanan atas: SIC II LPS dextra normal
Batas jantung kanan bawah : SIC V LPS dextra
normal
Batas jantung kiri atas: SIC II LMC sinistra normal
Batas jantung kiri bawah: SIC VI LAA sinistra
normal
Auskultasi : BJ 1 dan BJ 2 tunggal, tidak ada bunyi jantung
tambahan, dan tidak ada murmur.
g. Pemeriksaan abdomen :
Inspeksi : bentuk simetris
Auskultasi : Bising usus normal.
Palpasi : tidak ada benjolan
Perkusi : timpani.
h. Pemeriksaan muskuloskeletal : Tonus otot buruk.
i. Pemeriksaan Ekstermitas : turgor kulit buruk ( kembali > 2
detik)
4. Pola kebiasaan
1) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adanya tindakan penatalaksanaan kesehatan di RS akan menimbulkan
perubahan terhadap pemeliharaan kesehatan.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Adanya penurunan nafsu makan yang
3) Pola eliminasi
Pada pola eliminasi perlu dikaji adanya perubahan ataupun gangguan pada
kebiasaan BAB dan BAK.
4) Pola aktivitas dan latihan
Pada Pola aktivitas klien dengan dermatitis mengalami keletihan, dan
kelemahan dalam melakukan aktivitas gangguan karena adanya dispnea
yang dialami.
5) Pola istirahat tidur
Gangguan yang terjadi pada pasien salah satunya adalah gangguan pola
tidur, pasien diharuskan tidur dalam posisi semi fowler. Sedangkan pada
pola istirahat pasien diharuskan untuk istirahat karena untuk mengurangi
adanya sesak yang disebabkan oleh aktivitas yang berlebih.
6) Pola persepsi sensori dan kognitif
Akan terjadi perubahan jika pasien tidak memahami cara yang efektif
untuk mengatasi masalah kesehatannya dan konsep diri yang meliputi
(Body Image, identitas diri, Peran diri, ideal diri, dan harga diri).
7) Pola Reproduksi dan Seksual
Pada pola reproduksi dan seksual pada pasien yang sudah menikah akan
mengalami perubahan.
8) Pola Mekanisme Koping
Masalah timbul jika pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah
kesehatannya, termasuk dalam memutuskan untuk menjalani pengobatan
yang intensif.
9) Pola nilai dan kepercayaan
Adanya kecemasan dalam sisi spiritual akan menyebabkan masalah yang
baru yang ditimbulkan akibat dari ketakutan akan kematian dan akan
mengganggu kebiasaan ibadahnya.
10 ) Pola Peran dan Hubungan
Pasien bertingkah laku biasa / normal dengan keluarganya sebelum sakit.
Saat sakit pasien terlihat sensitive dan dan pasif.
11 ) Hubungan dengan masyarakat
Hubungan pasien dengan masyarakat buruk akibat citra tubuh
menurun.
3.2 Pemeriksaan Penunjang
a. Biopsi kulit
Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan
dari kulit yang terdapat lesi.
Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada keganasan atau
infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.
b. Uji kultur dan sensitivitas
Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan
jamur pada kulit.
Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut
resisten pada obat – obat tertentu.
Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan mengambil
eksudat pada lesi kulit.
c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus
Pemeriksaan kulit perlu mempersiapkam pencahayaan khusus sesuai
kasus. Factor pencahayaan memegang peranan penting.
d. Uji tempel
Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi.
Untuk mengetahui apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor
imunologis.
Untuk mengidentifikasi respon alergi
Uji ini menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit,
selanjutnya dilihat bagaimana reaksi local yang ditimbulkan.
Apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasilnya positif.
3.3 Analisa Data
No.Dx Data Etiologi Problem
1 DS : pasien mengatakan
gatal-gatal
DO : adanya lesi, vesikel
atau bula, erosi, papula
dan bekas garukan tangan
Adanya lesi,
perubahan
pigmentasi,
penebalan epidermis
dan kekakuan kulit.
Kerusakan integritas
kulit
2 DS : pasien mengatakan
nyeri pada tempat
DO :
P: adanya vesikel atau
bula, erosi, papula,
adanya vesikel atau
bula, erosi, papula,
garukan berulang.
Nyeri akut
garukan berulang.
Q: nyeri seperti terbakar
R: nyeri di daerah adanya
peradangan
S: skala nyeri ( > 5 )
T: nyeri menetap pada
tempat adanya vesikel
atau bula, erosi, papula,
garukan berulang.
3 DO : pasien mengatakan
malu pada keadaannya.
DS : pasien terlihat tidak
percaya diri.
Penampakan kulit
yang tidak baik
Ganguan citra tubuh
3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi, perubahan
pigmentasi, penebalan epidermis dan kekakuan kulit.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik, adanya vesikel atau
bula, erosi, papula, garukan berulang.
3. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang
tidak baik.
3.5 Perencanaan
Nama pasien : Ruang/kelas :
Umur : No. Reg :
No.
Dx
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional TTD
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
1x24 jam dengan
Tujuan : integritas kulit
membaik
O : Lakukan
inspeksi lesi
setiap hari dan
Pantau adanya
tanda-tanda
1. Mengetahui dan
mengidentifikasi
kerusakan kulit
2. Mencegah agar
tidak terjadi
Kriterian Hasil :
K : pasien mengerti
penyebab kerusakan
kulit
A : pasien percaya
kulitnya akan kembali
seperti saat sebelum
sakit.
P : pasien mengikuti
prosedur perawatan
dengan baik.
P : menunjukkan
peningkatan integritas
kulit (kulit utuh,
eritema dan skuama
hilang)
infeksi
N : Ubah posisi
pasien tiap 2-4
jam dan
anjurkan klien
menggunakan
pakaian tipis dan
alat tenun yang
lembut
E : Berikan
penjelasan pada
klien dan
keluarga tentang
kondisi klien
C : kolaborasi
dengan
pemberian
kortikosteroid
infeksi.
3. Informasi yang
adekuat dapat
meningkatkan
derajat kesehatan
dan mengurangi
kecemasan klien
dan keluarga
4. membaik
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama 1x24 jam
dengan
Tujuan: nyeri akibat
adanya vesikel atau
bula, erosi dan papula
berkurang.
Kriteria Hasil :
K: Pasien mengetahui
penyebab nyeri
A : Pasien mengetahui
cara mengatasi nyeri
dan gatal
O: Kaji adanya
komplikasi
akibat adanya
vesikel atau
bula, erosi, dan
papula.
N: Pantau
aktivitas klien,
cegah hal-hal
yang bisa
memicu
terjadinya
infeksi
E: Hindari
1. Mencegah
terjadinya
vesikel, atau bula,
erosi dan papula
yang semakin
parah.
2. Mencegah hal-hal
yang bisa
memicu
terjadinya infeksi.
3. Reaksi alergi
yang berlebihan
dapat
menimbulkan
P: Pasien mampu
mengendalikan nyeri
dengan
P : rasa nyeri
berkurang
bahan yang
menimbulkan
peradangan.
C: Kolaborasi
pemberian
antibiotik.
infeksi.
4. Pemberian
antibiotik dapat
mencegah
infeksi.
3 Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama 1x24 jam,
dengan
Tujuan : pasien dapat
menerima keadaannya.
Kriteria Hasil :
K : pasien mengerti
tentang kondisi yang
sedang dialami.
A : pasien merasa
percaya diri.
P : pasien
mengembangkan
peningkatan kemauan
untuk menerima
keadaan diri.
P : pasien menerima
keadaannya
O : Kaji adanya
gangguan citra
diri
(menghindari
kontak
mata,ucapan
merendahkan
diri sendiri.
N : Berikan
kesempatan
pengungkapan
perasaan.
E : dorong
pasien untuk
memperbaiki
citra diri ,
seperti memberi
motivasi.
C : Kolaborasi
dengan
keluarganya.
1. Gangguan citra diri
akan menyertai
setiap
penyakit/keadaan
yang tampak nyata
bagi klien, kesan
orang terhadap
dirinya
berpengaruh
terhadap konsep
diri
2. klien
membutuhkan
pengalaman
didengarkan dan
dipahami
3. membantu
meningkatkan
penerimaan diri
dan sosialisasi
4. Membantu
meningkatkan
penerimaan diri
dan sosialisasi
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama,
dan keluhan gatal).
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh : detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme
(contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis
atopik.
4.2 Saran
Dalam penulisan ini tentunya banyak kurang dan tentunya ada lebihnya juga,
untuk itu penulis atau penyusun mengharapkan kritik dan saran kepada para
pembaca.
Dengan adanya makalah ini penulis mengaharapkan agar para pembaca bisa
memahami apa yang sudah dijelaskan sehingga dapat bermanfaat bagi semuanya
dan agar lebih dapat mengaplikasikan dalam merawat pasien dan mampu dalam
pembuatan asuhan keperawatan yang tepat yang banyak melibatkan orang
terdekat klien, mulai dari keluarga, kerabat sampai teman pasien.