Dementia Vascular (Hilda)
-
Upload
hildasasdyanita -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
description
Transcript of Dementia Vascular (Hilda)
1
Definisi
Demensia adalah kumpulan gejala kronik yang disebabkan oleh berbagai
latar belakang penyakit dan ditandai oleh hilangnya memori jangka pendek,
gangguan global fungsi mental, termasuk fungsi bahasa, mundurnya kemampuan
berpikir abstrak, kesulitan merawat diri sendiri, perubahan perilaku, emosi labil,
dan hilangnya pengenalan waktu dan tempat, tanpa adanya gangguan dalam
pekerjaan, aktivitas harian, dan social (Mardjono et al, 2004).
Klasifikasi
Demensia dapat dibagi menjadi demensia yang reversibel dan ireversibel yaitu :
1. Demensia Reversibel
Ditemukan pada kurang dari 20% penderita demensia. Demensia
reversibel dapat disebabkan oleh:
Alkoholisme
Pemakaian jangka panjang berbagai jenis obat antidepresan secara
bersamaan, antiaritmia, antihipertensi, analgetik, dan digitalis.
Gangguan psikiatri
Depresi, skizofrenia (terutama tipe paranoid), gangguan bipolar, dan
gangguan pribadi berat.
Normal pressure Hydrocephalus
Ditemukan pada 2-6% demensia, biasa ditemukan pada usia lanjut
dengan gejala gangguan memori, bingung, reaksi lambat, gangguan
bejalan, dan inkotinensia. Pada penderita dapa dijumpai riwayat trauma,
meningitis, atau perdarahan subarakhnoid, tetapi pada sebagian besar
kasus tidak ditemukan kelainan sebelumnya. Dengan pemasangan
ventriculo-peritoneal shunt, keadaan dapat pulih kembali.
Demensia Vaskular(di bahas lebih rinci di halaman berikutnya)
2
2. Demensia Ireversibel
Pada umumnya berhubungan dengan proses degenerasi otak yang bersifat
permanen.
Demensia Alzheimer
Merupakan frekuensi demensia yang paling tinggi, meliputi 50-55 %
dari seluruh demensia, biasanya memeiliki faktor risiko seperti usia
yang lebih dari 40 tahun, riwayat keluarga Alzheimer, Parkinson,
Sindroma Down.
Demensia Alzheimer dibagi menjadi 3 stadium yaitun :
- Stadium Ringan
Gangguan memori menonjol, namun penderita masih dapat
melakukan aktivitas harian sederhana.
- Stadium Sedang.
Gangguan memori diikuti oleh gangguan kognisi lain : Penderita
membutuhkan bantuan untuk melakukan aktivitas harian, terutama
yang kompleks.
- Stadium lanjut.
Penderita sudah tidak dapat berkomunikasi karena gangguan
kognitif berat, biasanya diikuti penurunan fungsi motorik,
sehingga penderita sulit bergerak dan memerlukan bantuan penuh
ntuk melakukan aktifitas hariannya.
Awitan dan perjalanan penyakit bertahap, progresif lambat. Perubahan
prilaku dapat terjadi pada stadium ringan, sedang, maupun lanjut.
Perubahan dimulai dengan penarikan fungsi sosial, indiferen, impulsif,
gangguan tidur, gelisah, dan wandering.
Pick’s Disease
Penyakit neurodegeneratifyang ditandai oleh atrofi kortikal berat,
terutama di daerah fontotemporal.gejala terutama berhubungan dengan
gangguan lobus frontal / temporalyang ditandai dengan penurunan
fungsi mental, perubahan perilaku, dan gangguan tilikan diri. Pda
stadium lanjut diikuti ganguan memori jangka panjang dan gangguan
3
berbahasa, munculnya refleks primitif. Pada stadium akhir dapat
dijumpai gangguan anglia basalis.
Parkinson’s Disease Dementia
Penyakit neurodegeneratif progresif yang ditandai oleh adanya rigiditas,
bradikinesia, tremor, dan isntabilitas postural; diikuti oleh gangguan
bicara, berjalan, dan koordinasi. Gejala demensia terdapat pada kurang
lebih40% penderita, biasanya diawali dengan gejala disorientasi pada
malam hari, diikuti oleh gangguan kognitif lainnya.
Demensia terkait AIDS
Dipertimbangkan pada penderita dengan riwayat transfusi,
penyimpangan perilaku seksual, pemakaian obat NAPZA terutama
suntikan. Gejala dimulai dengan mudah lupa, lamban, gangguan
konsentrasi, dan pemecahan masalah.
Gangguan perilaku yang menonjol adalah apatis dan menarik diri.
Dapat ditemukan pula kelainan fisik, berupa tremor, ataksia, hipertonus,
hiperrefleks, dan gangguan gerak bola mata (Dikot et al, 2007).
DEMENSIA VASKULER
Penyakit vaskuler merupakan penyebab kedua demensia, setelah penyakit
Alzheimer. Penyakit vaskuler dapat dicegah dan ditangani, dengan peningkatan
kewaspadaan dan pengendalian faktor-faktor vaskuler, sehingga insidensi
demensia dapat diturunkan (Herbert R et al, 2000). Baru sedikit diketahui tentang
penyebab yang mendasari penyakit vaskuler ini. Beberapa penelitian di Amerika
melaporkan adanya gambaran insidensi spesifik untuk penyakit vaskuler, dan telah
dapat mengidentifikasikan faktor-faktor risiko yang berhubungan. (Geldmacher et
al, 1996)
Pada akhir abad ke-19, Otto Biswanger dan Alois Alzheimer meneliti tentang
hubungan antara patologi vaskuler dan pengurangan kemampuan kognisi. Tujuh
puluh tahun kemudian, Tomlisson dan Blessed melengkapi dengan penelitian yang
lebih sistematik yang menunjukkan hubungan antara patologi vaskuler dengan
demensia. Pada tahun 1974, Hachinski mengenalkan istilah multi-infark
4
dementia ( MID ) untuk menekankan bahawa demensia adalah berhubungan
dengan infark pembuluh darah otak baik pembuluh besar maupun kecil.
Kemudian peneliti-peneliti menggunakan istilah vascular dementia (VaD) yang
membantu para dokter untuk mempertimbangkan berbagai patologi vaskuler
termasuk perdarahan, yang dapat menyebabkan demensia. Baru-baru ini para
peneliti mengenalkan isitlah vascular cognitive impairment (VCI) dengan tujuan
untuk meluaskan konsep lebih lanjut. Dimaksudkan bahwa penyakit vaskuler
dapat menyebabkan suatu defisit kognisi dari skala ringan sampai berat, dan
pengenalan dini dari defisit tersebut membantu klinisi untuk mengintervensi
sebelum demensia terjadi (Herbert R et al, 2000)
Insiden dan Prevalensi Demensia Vaskuler
Insidensi dan prevalensi VaD yang dilaporkan berbeda-beda menurut
populasi studi, metode pendeteksian, kriteria diagnosis yang dipakai dan periode
waktu pengamatan. Diperkirakan demensia vaskuler memberi kontribusi 10 % -
20 % dari semua kasus demensia ((Herbert R et al, 2000)). Data dari negara-
negara Eropa dilaporkan prevalensi 1,6% pada kelompok usia lebih dari 65 tahun
dengan insidensi 3,4 tiap 1000 orang per tahun. Penelitian di Lundby di Swedia
memperlihatkan angka resiko terkena VaD sepanjang hidup 34,5% pada pria dan
19,4% pada wanita bila semua tingkatan gangguan kognisi dimasukkan dalam
perhitungan. Sudah lama diketahui bahwa defisit kognisi dapat terjadi setelah
serangan stroke. Penelitian terakhir memperlihatkan bahwa demensia terjadi pada
rata-rata seperempat hingga sepertiga dari kasus-kasus stroke (DeCarli et al,
1999).
Prevalensi dari semua bentuk demensia termasuk demesia vaskuler, naik
seiring dengan bertambahnya usia. Di Eropa, prevalensi demensia vaskuler
diperkirakan sekitar 1,5-4,8 % pada individu berusia antara 70 hingga 80 tahun
(Beilby et al, 2003).
Faktor Risiko Demensia Vaskuler
Faktor-faktor risiko telah diteliti oleh beberapa ilmuwan dalam 4 tahun
terakhir ini.
Mereka membagi faktor-faktor risiko itu dalam 4 kategori :
1. Faktor demografi, termasuk diantaranya adalah usia lanjut, ras dan etnis( Asia,
5
Africo-American ), jenis kelamin ( pria), pendidikan yang rendah, daerah rural.
2.Faktor aterogenik, termasuk diantaranya adalah hipertensi, merokok cigaret,
penyakit jantung, diabetes, hiperlipidemia, bising karotis, menopause tanpa
terapi penggantian estrogen, dan gambaran EKG yang abnormal.
3.Faktor non-aterogenik, termasuk diantaranya adalah genetik, perubahan pada
hemostatis, konsumsi alkohol yang tinggi, penggunaan aspirin, stres psikologik,
paparan zat yang berhubungan dengan pekerjaan ( pestisida, herbisida, plastik),
sosial ekonomi.
4. Faktor yang berhubungan dengan stroke yang termasuk diantaranya adalah
volume kehilangan jaringan otak, serta jumlah dan lokasi infark
Jenis kelamin merupakan faktor yang masih kontroversial, dan beberapa
penelitian menemukan bahwa tidak ada perbedaaan dalam jenis kelamin.
Semuanya dapat terkena dalam perbandingan yang sama.Genetik juga merupakan
faktor yang berpengaruh. Arteriopati cerebral autosomal dominan dengan infark
subkortikal dan leukoencepalopati (CADASIL) adalah suatu penyakit genetik
yang melibatkan mutasi Notch 3, menyebabkan infark subkortikal dan demensia
pada 90 % pasien yang terkena yang akhirnya meninggal dengan kondisi ini.
Riwayat dari stroke terdahulu adalah faktor resiko yang penting pada demensia
vaskuler. Tidak hanya berhubungan dengan luas dan jumlah infark, tetapi juga
lokasi dan bahkan lesi tunggal yang strategis sudah dapat menyebabkan
demensia (Herbert et al, 2000).
Depresi merupakan suatu sindroma premonitor untuk VaD pada pasien-
pasien stroke, dan juga merupakan suatu penanda yang penting bagi kerusakan
pada otak. Hubungan antara VaD dan alel 4 dari ApoE telah diteliti pada beberapa
penelitian, dan ditemukan bahwa adanya alel ini bukan hanya merupakan suatu
penanda spesifik bagi Alzheimer Disease, tapi juga dihubungkan dengan proses
perbaikan pada sistem saraf. Frison et.al menghipotesiskan bahwa ApoE
memainkan peran pada metabolisme otak normal, dan terdapatnya alel €4 dalam
jumlah besar menandakan adanya kerusakan pada otak baik degeneratif atau
vaskuler. Bagaimanapun juga, semenjak diagnosis VaD ditetapkan dengan
menggunakan kriteria NINDS-AIREN, maka konkurensi dengan Alzheimer
Disease adalah mungkin dan menjelaskan hubungan dengan ApoE2.
6
Resiko yang berhubungan dengan paparan pestisida dan pupuk telah
dikonfirmasikan pada berbagai penelitian terdahulu, dan menjelaskan hubungan
dengan daerah rural. Tingginya insidensi VaD di daerah rural juga dilaporkan Liu
et.al dan hubungan antara zat ini juga terdapat pada Alzheimer Disease dan
Parkinson. (Geldmacher et al, 1996).
Etiologi
Baru–baru ini diketahui, bahwa demesia vaskuler bukan hanya disebabkan
oleh discret infark (multi-infark demensia), tapi juga oleh keadaan
serebrovaskuler.
Secara garis besar VaD terdiri dari tiga subtipe yaitu :
1. VaD pasca stroke .
Biasanya mempunyai korelasi waktu yang jelas antara stroke dengan terjadinya
demensia, mencakup;
a. Demensia infark strategis : lesi di girus angularis, talamus, basal
forebrain, teritori arteri serebri posterior, dan arteri serebri anterior.
b. Multiple Infark Dementia (MID)
c. Perdarahan intraserebral
2. VaD subkortikal, dengan kejadian TIA atau stroke yang sering tidak terdeteksi
namun memiliki faktor resiko vaskuler, mencakup;
a. Lesi iskemik substansia alba
b. Infark lakuner subkortikal
c. Infark non-lakuner subkortikal
3. VaD tipe campuran Alzheimer Disease dan Cerebrovascular Disease.
Patofisiologi Demensia Vaskuler
Penelitian akhir-akhir ini juga membuktikan adanya hubungan antara suatu
faktor genetik apolipoprotein E4 dengan kerusakan vaskuler dan juga penyakit
serebrovaskuler. DeCarli et.al menemukan bahwa peningkatan ApoE4 pada
pasien-pasien kardiovaskuler dan juga pada pasien-pasien stroke. ApoE4 akan
menyebabkan perubahan level kolesterol serum dan LDL. ApoE4 ini juga
7
memainkan peran dalam pembentukan aterosklerosis7. ApoE4 akan membantu
hemostasis dari kolesterol, dan ini merupakan komponen dari kilomikron, VLDL,
dan produk degradasi mereka. Beberapa reseptor di hati mengenali ApoE,
termasuk reseptor LDL, Reseptor LDL yang terikat protein , dan reseptor VLDL8.
Penelitian yang dilakukan oleh DeLeewu et.al menyimpulkan bahwa pasien
dengan ApoE4 adalah berisiko tinggi terhadap lesi di substansia alba apabila ia
juga menderita hipertensi ( DE Leeuw et al, 2004). Dalam penelitian terbaru yang
dilakukan Kokobu et.al, melaporkan adanya hubungan antara ApoE4 dengan
perdarahan subarachnoid. Hal ini membuat dugaan bahwa ApoE4 memainkan
peran dalam respon terhadap trauma sistem saraf pusat (Herbert et al, 2000).
Patologi dari penyakit vaskuler dan perubahan-perubahan kognisi telah
diteliti. Berbagai perubahan makroskopik dan mikroskopik diobservasi. Beberapa
penelitian telah berhasil menunjukkan lokasi dari kecenderungan lesi patologis,
yaitu bilateral dan melibatkan pembuluh-pembuluh darah besar ( arteri serebri
anterior dan arteri serebri posterior). Penelitian-penelitian lain mendemonstrasikan
keberadaan lakuna-lakuna di otak misalnya di bagian anterolateral dan medial
talamus, yang dihubungkan dengan defisit neuropsikologi yang berat. Beberapa
lokasi strategis termasuk substansia alba bagian frontal atau basal dari forebrain,
basal ganglia, genu dari kapsula interna, hippocampus, mamillary bodies, otak
tengah dan pons. Pada analisis mikroskopik perubahan - perubahan tipe
Alzheimer (neurofibrillary tangles dan plak senile) didapatkan juga sehingga akan
merumitkan gambaran. Istilah demensia campuran digunakan ketika baik
perubahan vaskuler dan degenerasi memberikan kontribusi pada penurunan
kognisi (Herbert et al, 2000).
Mekanisme patofisiologi dimana patologi vaskuler menyebabkan
kerusakan kognisi adalah belum jelas. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dalam
kenyataannya beberapa patologi vaskuler yang berbeda dapat menyebabkan
kerusakan kognisi, termasuk trombosis otak, emboli jantung, dan perdarahan.
Peran dari abnormalitas substansia alba sebagai penyebab disfungsi kognisi telah
diketahui. Suatu penelitian terbaru tentang patologi substansia alba pada 40 kasus
dengan demensia vaskuler menunjukkan adanya :
1. Patologi fokal meliputi daerah infark luas dan sempit pada substansia alba
2. Patologi difus substansia alba yang melibatkan rarefaction perifokal yang
dikelilingi infark dan substansia alba tanpa infark (Herbert et al, 2000).
DAFTAR PUSTAKA
1. Dikot Y, Ong PA, 2007. Diagnosis dini dan penatalaksanaan demensia. Jakarta:
PERDOSSI.
2. Mardjono M, Sidharta P, 2004. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat, hal
211-214.
3. Herbert R et al, Incidence and Risk Factors in the Canadian Study of Health and
Aging. American Heart Association, 2000; 3: 1487-933.
4. Geldmacher D, Whitehouse P, Evaluation of Dementia. The New England
Journal of Medicine. 1996; (8);330-364.
5. DeCarli C, Reed T, Miller BL, et.al.Impact of Apolipprotein E 4 and Vascular
Disease om Brain Morphology in Men from the NHLBI Twin Study. American
Heart Association 1999; (5):1548-538.
6. Beilby JP, Hunt OCJ, et.al. Apolipoprotein E Gene Polymorphism are
associated with Carotid Plaque Formation but not With Intima-media Wall
Thickening. American Heart Association. 2003;(10):869-739.
7. De Leeuw FE, Richard F, De Groot JC, et.al. Interaction Between
Hypertension, ApoE, and Cerebral White Matter Lesions. American Heart
Associatiom. 2004;(1): 11057-6210.