Definisi Peningkatan Tekanan Intrakranial
description
Transcript of Definisi Peningkatan Tekanan Intrakranial
A. Definisi Peningkatan tekanan intracranial
Tekanan intrakranial (TIK) adalah tekanan atau hubungan volume diantara kranium
dan isi kubah kranium. Volume kranium terdiri atas darah, jaringan otak, dan cairan
serebrospinal (CSS) (Fransisca, 2008) Tekanan intrakranial didefiniskan sebagai tekanan
dalam rongga kranial dan biasanya diukur sebagai tekanan dalam ventrikel lateral otak
(Joanna Beeckler, 2006 dalam Sunardi, 2008). Menurut Morton, et.al tahun 2005, tekanan
intrakranial normal adalah 0-15 mmHg. Nilai diatas 15 mmHg dipertimbangkan sebagai
hipertensi intrakranial atau peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu otak (sekitar 80% dari volume total), cairan serebrospinal
(sekitar 10%) dan darah (sekitar 10%) (Joanna Beeckler, 2006 dalam sunardi, 2008). Monro–
Kellie doktrin menjelaskan tentang kemampuan regulasi otak yang berdasarkan volume yang
tetap (Morton, et.al, 2005 dalam sunardi 2008).
Peningkatan tekanan intrakranial adalah tekanan darah sistemik, ventilasi dan
oksigen,jumlah metabolik dan kebutuhan oksigen (demam, aktivitas, perubahan), vasospasme
area serebral, dan saturasi oksigen serta hematokrit. Ketidakmampuan mengatur dan
menstabilkan tekanan itrakranial diakibatkan oleh peningkatan TIK, sebagai akibat dari
trauma kepala, edema serebral, abses dan infeksi, lesi, dan bedah intrakranial. Peningkatan
tekanan intrakranial memerlukan penanganan darurat dan terapi. Tekanan intrakranial dapat
dimonitor dengan kateter intraventrikular pemasangan skew subarakhnoid, dan merekam
tekanan epidural dengan alat. (Fransisca, 2008)
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
persyarafan. Jakarta : Salemba Medika
B. Etiologi dan Faktor Risiko
Peningkatan tekanan intrakranial disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Hidrosefalus
Gambar 2.1
Menurut Swaiman (1981) hidrosefalus adalah pembesaran ventrikulus otak
sebagai akibat peningkatan jumlah cairan cerebrospinal (CSS) yang disebabkan oleh
ketidak seimbangan antara produksi dan absorbsinya.
Definisi hidrosefalus mengandung dua pengertian pokok, ialah kelebihan CSS
dan peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Hidrosefalus bukan penyakit yang berdiri
sendiri. Sebenarnya, hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit
atau kerusakan otak (Perhimpunan Dokter Spesial Saraf Indonesia,2005)
2. Tumor otak
Gambar 2.2
Setiap peningkatan masa jaringan (misalnya, pertumbuhan tumor otak) dapat
meningkatkan tekanan intrakranial (Elizabeth J. Corwin,2009)
3. Infeksi dan Inflamasi
Infeksi dan Inflamasi dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial
karena menyebabkan pembengkakan intersisial dan edema yang disebabkan oleh
pelepasan mediator inflamasi vasoaktif yang menstimulasi peningkatan darah kapiler
dan peningkatan permeabilitas kapiler.
Toksin bakterial juga menyebabkan filtrasi plasma kedalam ruang intersisial
sehingga terjadi edema dan pembengkakan. Sehingga dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial. (Elizabeth J. Corwin,2009)
4. Perdarahan di otak
Perdarahan di otak misalnya, trauma berat pada kepala, pecahnya aneurisma,
atau stroke hemoragik dapat meningkatkan tekanan intrakranial dengan bekerja
sebagai sumber jaringan yang membesar (darah) dan dengan menyebabka inflamasi
disertai pembengkakan dan edema. (Elizabeth J. Corwin,2009)
C. Patofisiologi
1. Hidrosefalus
Hidrosefalus terjadi sebagai akibat obstruksi, gangguan absorbsi atau
kelebihan CSS. Tempat predireksi obtruksi adalah foramen monroe, foramen
sylve, foramen luschka, foramen mangendie, sinus dural dan vili araknoid.
Obstruksi CSS disebabkan oleh faktor-faktor intraventrikular, ekstraventrikular,
dan kelainan kongenital.
Faktor intraventrikular meliputi stenosis herediter, stenosis gliotik, stenosis
akibat perdarahan intraventrikular, ventrikulitis, oklusi vakomatosis, papiloma
pleksus koroid atau neuplasma lain. Obstruksi ini aka menimbulkan hidrosefalus
non-komunikans.
Faktor ekstraventrikular meliputi stenosis traksi atau stenosis kompresi akibat
tumor dekat venrikulus III, tumor di fosa psterior atau tumor di fosa posterior atau
tumor serebelum. Faktor-faktor tersebut akan mengakibatkan hidrosefalus
komunikans maupun non-komunikans.
Kelainan kongenital meliputi malformasi Arnold-Chiari, sindrom Dandy-
Walker, disgenesis otak, anensefali dan kelainan genetik lainya yang disertai spina
bifida.
Terdapat dua ventrikel lateralis di otak yang saling terhubung melalui foramen
monro menuju ventrikel III ( terletak pada diencephalon di antara dua thalamus ). Dari
ventrikel III CSS melalui aquaduktus sylvii yang berada pada mencephalon menuju ventrikel
IV melalui foramen luscha dan mangendi. CSS akan melewati otak dari sisterna basalis
menuju ruang sub arachonoid di sekitar otak dan medulla spinalis. Jumlah CSS normalnya ±
130 ml dengan tekanan ± 130 mm H2O. CSS diproduksi oleh pleksus choroideus yang
terletak pada ventrikel lateralis, ventrikel III dan ventrikel IV. CSS secara pasif melewati
ependim pada dinding ventrikel menuju jaringan otak, pembuluh darah dan serabut saraf.
Produksi CSS sekitar 20 ml/jam atau 500 ml/hari. CSS diabsorbsi di villi arachnoid dan sinus
venosus.
Absorbsi CSS di villi arachnoid dan sinus venosus terjadi oleh karena
perbedaan tekanan. Hidrocephalus dapat terjadi oleh karena gangguan aliran likuor ( non
komunikating ) atau oleh karena over produksi CSS atau hambatan absorbsi ( komunikating ).
( Rosenfeld JV and Watters DAK, 2000 ).
Gangguan absorbsi CSS dapat terjadi sebagai akibat dari:
Gangguan vaskular, misalnya trombosis sinus sagitalis superior, malformasi vena Galen,
ekstasis arteri basilaris, malformasi arterio-venosa, aneurisma.
Peningkatan protein CSS pada sindrom Guillain Barre.
Otitis media purulenta dan matoiditis yang akan menimbulkan hidrosefalus otik.
Tetrasiklin, estrogen, fenotiazin, dan vitamin A, serta pengentian terapi kortikosteroid yang
telah berlangsung lama. Kelainan metabolik misalnya defisisensi vitamin B12 dapat pula
menimbulkan hidrosefalus, meskipun mekanismenya belum jelas benar, apakah berupa
gangguan absobsi atau gangguan justru kelebihan produksi CSS.
Gagal jantung, hipoparatiroidi, dan mixedema.
Kelebihan CSS dapat terjadi pada meningitis dan ensefalitis piogenik, tuberkulosis,
toksoplasmosis, psedumonas atau adanya kista parasit dan lues kongenital.
2. Tumor Otak
Faktor genetik mempunyai peran penting dalam pertumbuhan tumor otak primer.
Saat ini diketahuibahwa inti (nucleus) sel mengandung gen yang daat mengtur
proliferasi sel. Untuk terjadinya keganasan diperluka beberapa gen yang yang
mengalami mutasi, dan terjadinya fenomena ini sangat komplek. Paling sedikit ada 3
golongan gen yang berperan dalam terjadinya keganasan (tumor ganas) yaitu :
onkogen, gen penekan kanker, (tumor supresor gen) dan gen yang terlibat dalam
proses-proses yang berkaitan dengan reparasi DNA.
Onkogen di dalam sel menyebabkan proliferasi inti sel, dimana jika tidak
dikendalikan dapat mejadi tumor. Sendangkan gen penekan kanker dapat
menghambat pembelahan sel. Kehilangan aktivitas gen penekan kanker akibat mutasi,
delesi atau pengurangan eksprsi dan adanya reaktivitas onkogen dan gen penekan
kanker. Keadaan ini dapat mengganggu keseimbangan sel, akibatnya proliferasi sel
tidak dihalangi dan akhirnya terjadi pertumbuhan tumor.