DEFENISI

18
. DEFENISI Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis, yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karena gangguan dalam pembentukan alat genitalia external, yaitu kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum membengkak. B. ETIOLOGI 1. Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena : a. belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis atau b. belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel. 2. Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis atau epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus. C. TANDA DAN GEJALA 1. Pembesaran skrotum dan perasaan berat.

description

ada

Transcript of DEFENISI

Page 1: DEFENISI

.   DEFENISIHidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus

testis, yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis.

Penyebabnya karena gangguan dalam pembentukan alat genitalia

external, yaitu kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari

rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui

saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum

sehingga skrotum membengkak.

B.    ETIOLOGI1. Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena :

a. belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran

cairan peritoneum ke prosesus vaginalis atau

b. belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan

reabsorbsi cairan hidrokel.

2. Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan

sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan

pada testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem

sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu

mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis atau epididimis.

Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan yang berlebihan

oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus

spermatikus.

C.    TANDA DAN GEJALA

1.     Pembesaran skrotum dan perasaan berat.2.    Biasanya nyeri ringan kecuali di sebabkan oleh infeksi epididimis akut.

D.   KLASIFIKASI

1.     Berdasarkan kapan terjadinya, yaitu :

a.    Hidrokel primer Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan

penutupan prosesus vaginalis. Prosesusvaginalis adalah suatu

divertikulum peritoneum embrionik yang melintasi kanalis inguinalisdan

membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak diperlukan terapi

Page 2: DEFENISI

karena dengansendirinya rongga ini akan menutup dan cairan dalam

tunika akan diabsorpsi.

b.    Hidrokel sekunder Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung

berkembang lambat dalam suatu masa dandianggap sekunder terhadap

obstruksi aliran keluar limfe. Dapat disebabkan oleh kelainantestis atau

epididimis. Keadaan ini dapat karena radang atau karena suatu proses

neoplastik.Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan

terjadinya produksi cairanberlebihan yang tidak dapat dibuang keluar

dalam jumlah yang cukup oleh saluran limfedalam lapisan luar tunika.

2.    Menurut letak kantong hidrokel dari testis, yaitu :

a.    Hidrokeltestis

Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat

diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah

sepanjang hari.

b.    Hidrokelunikulus

Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak disebelah cranial dari

testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada diluar

kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap

sepanjang hari.

c.    Hidrokel Komunikan Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan

rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan

peritoneum. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya dapat berubah-

ubah yaitu bertambah pada saat anak menangis. Pada palpasi kantong

hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan kedalam rongga

abdomen.

E.    PATOFISIOLOGI

    Hidrokel adalah pengumpulan cairan pada sebagian prosesus

vaginalis yang masih terbuka. Kantong hidrokel dapat berhubungan

melalui saluran mikroskopis dengan rongga peritoneum dan berbentuk

katup. Dengan demikian cairan dari rongga peritoneum dapat masuk ke

dalam kantong hidrokel dan sukar kembali ke rongga peritoneum. Pada

kehidupan fetal, prosesus vaginalis dapat berbentuk kantong yang

mencapai scrotum. Ujung bawah kantong ini mengelilingi testis dan

Page 3: DEFENISI

disebut tunika vaginalis. Apabila terjadi atrofi pada ujung proksimal dan

tengah sehingga bagian distal yang mengelilingi testis tetap terbuka,

maka terjadi hidrokeltestikularis. Hidrokel dapat ditemukan dimana saja

sepanjang funikulus spermatikus, juga dapat ditemukan di sekitar testis

yang terdapat dalam rongga perut pada undensensus testis. Hidrokel

infantilis biasanya akan menghilang dalam tahun pertama, umumnya

tidak memerlukan pengobatan, jika secara klinis tidak disertai hernia

inguinalis. Hidrokel testis dapat meluas ke atas atau berupa beberapa

kantong yang saling berhubungan sepanjang processus vaginalis

peritonei. Hidrokel akan tampak lebih besar dan kencang pada sore hari

karena banyak cairan yang masuk dalam kantong sewaktu anak dalam

posisi tegak, tapi kemudian akan mengecil pada esok paginya setelah

anak tidur semalaman.

Pada orang dewasa hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer)

dan sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan

pada testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem

sekresi atau reabsorpsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan tersebut

mungkin suatu tumor, infeksi atau trauma pada testis atau epididimis.

Dalam keadaan normal cairan yang berada di dalam rongga tunika

vaginalis berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi

dalam sistem limfatik.

F.    MANIFESTASI KLINIS

      Gambaran klinis hidrokel kongenital tergantung pada jumlah cairan

yang tertimbun. Bila timbunan cairan hanya sedikit, maka testis terlihat

seakan-akan sedikit membesar dan teraba lunak. Bila timbunan cairan

banyak terlihat skrotum membesar dan agak tegang. Pasien mengeluh

adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan

fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi

kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya

transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang

sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga

harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi.

Page 4: DEFENISI

G.   PATOFISIOLOGI PENYIMPANGAN KDM

Kelainan pada testis

(Tumor, infeksi, tauma)

Sistem sekresi terganggu atau

Reabsorsi cairan dikantung hidrokel

Produksi cairan berlebihan oleh testis

Penumpukan cairan pada testis

Obstruksi aliran limfe

 

     Nyeri                                             Menekan pembuluh darah

                                                           Yang ada didalam testis

 

  Ansietas                                                   Atrofi testis

            Operasi                                                    Pembengkakan

Ansietas

Page 5: DEFENISI

 

Gangguan integritas kulit               Resiko kerusakan integritas kulit

 

  Kurang pengetahuan                             Perubahan body image

 

Resiko infeksi

Nyeri               Resiko infeksiH.   PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

     Diagnosis hidrokel dapat dibuat dengan transiluminasi skrotum. Bila

dilakukan transiluminasi pada hidrokel terlihat translusen, terlihat

benjolan terang dengan masa gelap oval dari bayangan testis. Pemeriksan

USG dapat dipertimbangkan apabila hasil pemeriksaan transiluminasi

tidak jelas yang disebabkan oleh tebalnya kulit skrotum pasien. Dengan

hasil USG berwarna keabu-abuan.

I.    PENATALAKSANAAN MEDIS

     Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1

tahun dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan

sembuh sendiri; tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah

besar perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi. Tindakan untuk mengatasi

cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi.

1.     Aspirasi

Kurang pengetahuanPerubahan body image

Page 6: DEFENISI

Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka

kekambuhannya tinggi, kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa

infeksi. Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah :

a. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah

b. Indikasi kosmetik

c. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien

dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.

2. Hidrokelektomi

Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena

seringkali hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat

operasi hidrokel, sekaligus melakukan herniografi. Pada hidrokel testis

dewasa dilakukan pendekatan scrotal dengan melakukan eksisi dan

marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau plikasi

kantong hidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel funikulus dilakukan

ekstirpasi hidrokel secara in toto. Pada hidrokel tidak ada terapi khusus

yang diperlukan karena cairan lambat laun akan diserap, biasanya

menghilang sebelum umur 2 tahun.

Tindakan pembedahan berupa hidrokelektomi. Pengangkatan

hidrokel bisa dlakukan anestesi umum ataupun regional (spinal). Tindakan

lain adalah dengan aspirasi jarum (disedot pakai jarum). Cara ini nggak

begitu digunakan karena cairan hidrokelnya akan terisi kembali. Namun

jika setelah diaspirasi kemudian dimasukkan bahan pengerut (sclerosing

drug) mungkin bisa menolong.

J.   KOMPLIKASI

1. Hematom pada jaringan skrotum yang kendor

2. Kalau tidak ditangani segera, penumpukan cairan ini bisa mengganggu

kesuburan dan fungsi seksualnya.

3. Infeksi testis.

Page 7: DEFENISI

BAB IIASUHAN KEPERAWATAN

A.   PENGKAJIAN1. Identitas klien yang mencakup nama, jenis kelamin, umur, alamat,

pekerjaaan.

2. Anamnese

Anamnese berkaitan tentang lamanya pembengkakan skrotum dan

apakah ukuran pembengkakan itu bervariasi baik pada waktu istirahat

maupun pada keadaan emosional (menangis,ketakutan).

3. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, hidrokel dirasakan sesuatu yang oval atau bulat,

lembut dan tidak nyeri tekan. Hidrokel dapat dibedakan dengan hernia

melalui beberapa cara :

a. Pada saat pemeriksaan fisik dengan Transiluminasi/diaponaskopi   hidrokel

berwarna merah terang, dan hernia berwarna gelap.

b. Hidrokel pada saat di inspeksi terdapat benjolan yang hanya ada di

scrotum, dan hernia di lipatan paha.

c. Auskultasi pada hidrokel tidak terdapat suara bising usus, tetapi pada

hernia terdapat suara bising usus.

d. Pada saat di palpasi hidrokel terasa seperti kistik, tetapi pada hernia

terasa kenyal.

e. Hidrokel tidak dapat didorong, hernia biasanya dapat didorong.

f. Bila dilakukan transiluminasi pada hidrokel terlihat transulen, pada hernia

tidak.

4. Kaji sistem perkemihan

5. Kaji setelah pembedahan : infeksi, perdarahan, disuria, dan drainase

6. Lakukan transluminasi test : ambil senter, pegang skrotum, sorot dari

bawah ; bila sinar merata pada bagian skrotum maka berarti isinya cairan

( bila warnanya redup ).

B.    DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pre operasi

Page 8: DEFENISI

a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan

skrotum

b. Resiko kerusakan integritas kulit : skorotum berhubungan dengan adanya

gesekan dan peregangan jaringan kulit skrotum.

c. Perubaan body image : citra tubuh berhubungan dengan perubahan

bentuk skrotum.

d. Ansietas pada orangtua berhubungan dengan kondisi anaknya dan kurang

pengetahuan merawat anak.

2. Post operasi

a. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi post op.

b.Deficit pengetahuan orangtua berhubungan dengan nkondisi anak :

prosedur pembedahan, perawatan post op,program pentalaksanaan.

c.Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan, trauma

pembedahan.

C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

1. Pre op

a. Dx.1

Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan intervensi, rasa tidak nyaman berkurang

bahkan hilang dengan

Kriteria hasil :

1) Pembengkakan skrotum berkurang

2)Klien merasa nyaman, nyeri klien berkurang bahkan hilang

3) Skala nyeri 0-3

Intervensi Keperawatan :

a)    Kaji skala, karakteristik dan lokasi nyeri yang dialami klien sesuai dengan

PQRST.

Rasional : mengidentifikasi nyeri akibat gangguan lain.

b) Catat petunjuk nnonverbal seperti gelisah, menolak untuk bergerak,

berhati-hati saat beraktifitas dan meringis.

Rasional : mendeskripsikan tingkat nyeri

c) Ajarkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman atau tekhnik relaksasi

misalnya duduk dengan kaki agak dibuka dan nafas dalam.

Rasional : mengurangi sensasi nyeri.

Page 9: DEFENISI

d) Berikan tindakan nyaman massage punggung, mengubah posisi dan

aktifitas senggang.

Rasional : mengurangi sensasi nyeri.

e) Observasi dan catat pembesaran skrotum ( bila perlu ukur tiap hari), cek

adanya keluhan nyeri.

Rasional : menjadi acuan dalam perrkembangan terapi yang sudah

diberikan.

f) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.

Rasional : mengurangi sensasi nyeri.

b.    Dx.2

Tujuan :Diharapkan setelah dilakukan intervensi, kerusakan integritas kulit tidak

terjadi.

Kriteria hasil : Tidak ada lecet dan kemerahan di sekitar area pembesaran.

Intervensi Keperawatan :

a) Kaji adanya tanda kerusakan kulit seperti lecet dan kemerahan sekitar area

pembesaran ( lipatan paha ).

Rasional: mengetahui lebih dini gejala kerusakan kulit untuk dilakukan

intervensi selanjutnya.

b)   Berikan salep atau pelumas.

Rasional : mencegah kerusakan kulit.

c)    Kurangi aktifitas klien selama sakit.

Rasional : mencegah kerusakan yang lebih parah.

d)   Berikan posisi yang nyaman : abduksi.

Rasional: memberikan sirkulasi bagi aliran darah.

e)   Anjurkan klien menggunakan pakaian yang longgar terutama celana.

Rasional : mencegah iritasi yang lebih parah.

c.Dx.3

Tujuan: Diharapkan setelah dilakuakan intervensi, klien tidak merasa bahwa

penyakitnya adalah suatu penderitaan, dan pada bayi, orangtua harus

memahami bahwa penyakit ini dapat disembuhkan.

Page 10: DEFENISI

 Kriteria hasil : Keluarga sabar menghadapi kondisi anaknya.

 Intervensi Keperawatan :

a)  Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan, dan

ansietas seubungan dengan situasi saat ini

Rasional: mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi.

b)Perhatikan perilaku menarik diri pada keluarga, tidak efektif

menggunakan pengingkaran atau perilaku yang mengindikasikan terlalu

mempermasalahkan tubuh dan fungsinya.

Rasional: indicator terjadinya kesulitan menangani stress terhadap apa yang

terjadi.

c) Tentukan tahap berduka. Perhatikan tanda depresi berat/lama.

Rasional : identifikasi tahap yang pasien sedang alami memberikan

pedoman untuk mengenal dan menerima perilaku dengan tepat. Depresi

lama menunjukan intervensi lanjut.

d) Akui kenormalan perasaan.

Rasional : pengenalan perasaan tersebut diharapkan membantu orangtua pasien

untuk menerima perilaku dan mengatasinya secara efektif.

e) Anjurkan orang terdekat untuk memperlakukan pasien secara normal dan

bukan sebagai orang cacat.

Rasional: menyampaikan harapan untuk mengatur situasi dan membantu perasaan

harga diri dan orang lain.

f)    Yakinkan keluarga bahwa penyakit ini dapat disembuhkan dan tetap sabar

menghadapi kondisi anaknya.

Rasional: memperkuat keyakinan keluarga dan memberikan semangat yang

mempertahankan harga diri keluarga dan menghindari kecemasan yang

berlebihan.

d.  Dx. 4

Tujuan :Diharapkan setelah dilakukan intervensi, orangtua memahami, dan

mengerrti tentang prognosa dan diagnose penyakit yang dialami oleh

anaknya.

Kriteria hasil : cemas yang dialami orangtua klien berkurang bahkan hilang.

Intervensi Keperawatan :

Page 11: DEFENISI

a) Beritahu dan jelaskan tentang prognosa dan diagnose penyakit yang

dialami oleh anaknya.

Rasional: menghilangkan kecemasan orangtua klien karena ketidaktahuan tentang

prosedur.

b)     Jelaskan tindakan yang akan dilakukan terhadap anaknya sebelum

tindakan dilakukan.

Rasional: menghilangkan kecemasan orangtua klien karena ketidaktahuan tentang

prosedur.

c)Libatkan orangtua dalam perawatan terhadap anaknya.

   Rasinal: mengindari persepsi yang salah dan membantu menghilangkan kecemasan

pada anak.

d) Berikan informasi bahwa penyakit ini dapat hilang dengan sendirinya.

     Rasional: menghilangkan kecemasan orangtua klien karena ketidaktahuan tentang

prosedur.

2. Post operasi

    a. Dx.1

   Tujuan : diharapkan resiko terjadinya infeksi tidak terjadi

kriteria hasil : Berkurangnya tanda-tanda peradangan seperti kemeraha-merahan, gatal,

panas, perubahan fungsi.

    Intervensi Keperawatan :

a)    Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas walupun

menggunakan sarung tangan steril.

Rasional : mengurangi kontaminasi silang

b)   Batasi penggunaan alat atau prosedur invasive jika memungkinkan

Rasional : mengurangi jumlah lokasi yang dapat menjadi tempat masuk

organisme

c)    Gunakan teknik steril pada waktu penggatian

balutan/penghisapan/berikan lokasi perawatan, misalnya Jalur invasive

Rasional : mencegah masuknya bakteri, mengurangi risiko infeksi

nosokomial

Page 12: DEFENISI

d) Gunakan sarung tangan/pakaian pada waktu merawat luka yang

terbuka/antisipasi dari kontak langsung dengan sekresi ataupun ekskresi

Rasional : mencegah penyebaran infeksi/kontaminasi silang.

b. Dx.2

Tujuan: Diharapkan setelah diberikan intervensi, klien memahami dan mengerti

tentang prosedur pembedahan, perawatan setelah operasi dan

pengobatanya.

Kriteria hasil : klien menyatakan pemahamannya proses penyakit, pengobatan dan

potensial komplikasi.

             Intervensi keperawatan:

a)    Kaji ulang pembatasan aktivitas pascaoperasi.

Rasional: mencegah komplikasi lanjut dari pergerakan dan aktivitas yang

berlebihan.

b)   Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodic

Rasional : mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan, dan lekas

kembali pulih normal.

c)    Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan

mandi, dan kembali ke dokter untuk mengangkat jahitan/ pengikat.

Rasional : pemahaman meningkatkan kerjasama dengana program terapi,

meningkatkan penyembuhan dan program perbaikan.

d)   Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medic, contoh peningkatan

nyeri; edema/eritema luka, adanya drainase, demam.

Rasional: upaya intervensi menurunkan risiko komplikasi serius contoh lambatnya

penyembuhan.

c.  Dx.3

Tujuan : Diharapkan setelah diberikan terapi, nyeri klien berkurang bahkan hilang.

Kriteria hasil: skala nyeri 0-3 dan kllien tidak menangis serta gelisah.

Intervensi Keperawatan :

Page 13: DEFENISI

a)    Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (0-10). Selidiki dan

laporkan perubahan nyeri dengan cepat.

Rasional: berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan.

b)   Pertahankan istirahat dengan posisi semifowler.

Rasional : gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi.

c) Dorong ambulasi dini.

Rasional : meningkatkan normalisasi fungsi organ.

d) Berikan aktivitas hiburan.

    Rasional: focus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi, dan

dapat meningkatkan kemampuan koping.

e)   Berikan analgetik sesuai indikasi.

Rasional: intervensi terapi lain contoh batuk dan ambulasi.

D.   EVALUASI

1. Pre operasi

a) Nyeri klien berkurang bahkan hilang.

b) Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.

c) Perubahan body image dan harga diri rendah tidak terjadi pada keluarga.

d) Orangtua tidak cemas.

2. Post operasi

a) Tidak terjadi infeksi.

b) Klien memiliki pengetahuan tentang prosedur perawatan dan

pengobatan.

c) Nyeri klien tidak berlangsung lama.

Page 14: DEFENISI

DAFTAR PUSTAKA

-          Didi, Hidrokel, www.generalhealth.com., 2008

-          Rifki, M., Hidrokelektomi, www.bedahumum.wordpress.com., 2008

-          Anonim, Masa Skrotum, www.medicastore.com., 2005

-          Purnomo, Basuki B., Dasar-Dasar Urologi, edisi kedua, Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang, 2003 : 140-145, 186