METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk...

40
20 METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian adalah di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan. Penetapan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), suatu cara pemilihan daerah penelitian berdasarkan tujuan yang ingin dicapai atau ditunjuk langsung dengan kriteria tertentu (Wirartha, 2005). Adapun dasar pertimbangan penentuan daerah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Kota Medan merupakan penghasil perikanan tangkap yang terbesar di Provinsi Sumatera Utara (Lampiran 1). 2. Jumlah rumah tangga miskin paling banyak terdapat di Kecamatan Medan Belawan (Tabel 1). 3. Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan kelurahan dengan jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan paling banyak di Kota Medan (Lampiran 2). Metode Pengambilan Sampel Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah metode Simple Random Sampling yaitu pemilihan sampel secara acak sederhana. Sebagai kriteria penentuan populasi dalam penelitian ini adalah nelayan buruh penangkap ikan di laut dengan menggunakan kapal < 5 GT dan berdomisili di Kelurahan Bagan Deli. Nelayan buruh kapal motor < 5 GT diambil sebagai sampel dengan alasan bahwa pendapatan nelayan buruh ini lebih sedikit dibandingkan dengan pendapatan Universitas Sumatera Utara

Transcript of METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk...

Page 1: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

20

20

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian adalah di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan

Belawan. Penetapan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive),

suatu cara pemilihan daerah penelitian berdasarkan tujuan yang ingin dicapai atau

ditunjuk langsung dengan kriteria tertentu (Wirartha, 2005).

Adapun dasar pertimbangan penentuan daerah penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Kota Medan merupakan penghasil perikanan tangkap yang terbesar di

Provinsi Sumatera Utara (Lampiran 1).

2. Jumlah rumah tangga miskin paling banyak terdapat di Kecamatan Medan

Belawan (Tabel 1).

3. Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan kelurahan

dengan jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan paling

banyak di Kota Medan (Lampiran 2).

Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah metode Simple

Random Sampling yaitu pemilihan sampel secara acak sederhana. Sebagai kriteria

penentuan populasi dalam penelitian ini adalah nelayan buruh penangkap ikan di

laut dengan menggunakan kapal < 5 GT dan berdomisili di Kelurahan Bagan Deli.

Nelayan buruh kapal motor < 5 GT diambil sebagai sampel dengan alasan bahwa

pendapatan nelayan buruh ini lebih sedikit dibandingkan dengan pendapatan

Universitas Sumatera Utara

Page 2: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

21

nelayan buruh yang lebih besar ukuran kapal motornya. Dari seluruh populasi

yang jumlahnya sekitar 1.685 orang penduduk yang bermata pencaharian sebagai

nelayan, diambil sampel sebanyak 30 Rumah tangga nelayan. Hal ini menurut

Sugiarto (2001) berdasarkan pertimbangan waktu, biaya, dan tenaga, 30 sampel

merupakan sampel kecil yang dapat dianggap mewakili untuk sebuah penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan nelayan

melalui survei maupun daftar kuesioner yang telah disiapkan. Sedangkan data

sekunder diperoleh melalui Kantor Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi

Sumatera Utara, Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan, Badan Pusat Statistik

Provinsi Sumatera Utara dan instansi lain yang terkait.

Tabel spesifikasi pengumpulan data disajikan sebagai berikut:

Tabel 3. Spesifikasi Pengumpulan Data No.

Jenis data yang dikumpulkan

Sumber data Metode Alat

1.

2.

3.

4.

Data populasi dan sampel

Identitas nelayan

Pendapatan usaha penangkapan Pendapatan dari usaha lain

Dinas pertanian dan perikanan Nelayan

Nelayan

Nelayan

Wawancara

Wawancara

Wawancara

Wawancara

-

Kuesioner

Kuesioner

Kuesioner

Universitas Sumatera Utara

Page 3: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

22

Metode Analisis Data

Untuk menganalisis masalah 1 mengenai persentase kemiskinan nelayan maka

digunakan Head Count Index yang diformulasikan sebagai berikut:

HCi = PtPi

Keterangan:

HCi : Tingkat kemiskinan penduduk

Pi : Jumlah penduduk miskin

Pt : Jumlah penduduk (Sirojuzilam, 2008)

Untuk menentukan miskin tidaknya nelayan sampel maka digunakan beberapa

kriteria yaitu:

1. Menurut Sajogyo, ekuivalen dengan 360 kg beras per tahun per kapita.

2. Standard Upah Minimum Provinsi sebesar Rp 1.048.000,- per bulan.

3. Standard Bank Dunia (world bank), yaitu sebesar $2 per hari per kapita (setara

dengan Rp 19.000,- per hari per kapita).

Rumusan hipotesis yang diuji dengan uji pihak kiri adalah:

Ho : µ > 50%

H1 : µ ≤ 50%

Dengan kriteria uji:

Jika Ho benar dan H1 salah maka hipotesis diterima.

Jika Ho salah dan H1 benar maka hipotesis ditolak.

Untuk menganalisis masalah 2 mengenai ketimpangan pendapatan nelayan

maka digunakan Gini Rasio (GR) yang formulanya adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 4: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

23

GR = 1- [ ]1iin

1iYYfi −

=+×∑

Keterangan:

GR = Gini rasio

fi = Frekuensi penduduk kelas ke-i

Yi = Frekuensi kumulatif dari total pendapatan kelas ke-i

Yi-1 = Frekuensi kumulatif dari total pendapatan kelas ke-(i-1)

Dengan kriteria sebagai berikut:

1. Bila GR = 1 maka timpang sempurna

2. Bila GR ≥ 0,80 maka ketimpangan pendapatan sangat tinggi

3. Bila GR 0,60 - 0,80 maka ketimpangan pendapatan tinggi

4. Bila GR 0,40 - < 0,80 maka ketimpangan pendapatan sedang

5. Bila GR 0,20 - < 0,40 maka ketimpangan pendapatan rendah

6. Bila GR 0 - < 0,20 maka ketimpangan pendapatan sangat rendah

7. Bila GR = 0 maka merata sempurna (Tarigan, 2002).

Rumusan hipotesis yang diuji dengan uji dua pihak yaitu:

Ho : µ = tinggi (koefisien GR 0,6-0,8)

H1 : µ ≠ tinggi (koefisien GR selain 0,6-0,8)

Dengan kriteria uji:

Jika Ho benar dan H1 salah maka hipotesis diterima.

Jika Ho salah dan H1 benar maka hipotesis ditolak. (Sugiyono, 2009)

Untuk menganalisis hipotesis 3 mengenai faktor yang berhubungan

dengan kemiskinan maka digunakan analisis asosiasi dengan alat uji χ2 dua

Universitas Sumatera Utara

Page 5: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

24

sampel, yaitu antara kemiskinan dengan jumlah tanggungan keluarga, tingkat

pendidikan, dan usaha sampingan.

Untuk memperoleh nilai χ2 maka digunakan tabel kontingensi yang

digambarkan sebagai berikut:

Tabel 4. Tabel kontingensi secara umum Variabel I Variabel II

Jumlah Kriteria I Kriteria II

Kriteria I Kriteria II

a c

b d

a+b c+d

Jumlah a+c b+d n

Kemudian nilai χ2 diperoleh dengan rumus sebagai berikut

))()()(()2/( 2

2

dcdbcabanbcadn

==++

−−=χ

Dengan kriteria pengujian:

Bila χ2-hitung < χ2-tabel (α= 0,05 dan dk=1) : HO diterima (H1 ditolak)

Bila χ2-hitung ≥ χ2-tabel (α= 0,05 dan dk=1) : HO ditolak (H1 diterima)

(Sugiyono, 2009)

Untuk menganalisis hipotesis 4 mengenai faktor yang berhubungan

dengan ketimpangan pendapatan digunakan analisis korelasi sederhana, yaitu

antara variasi pendapatan dengan rata-rata pengalaman melaut, lama melaut, dan

jumlah tenaga kerja dalam kapal. Untuk memperoleh koefisien korelasi maka

digunakan rumus sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 6: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

25

} ( ){ }{ }∑ ∑ ∑ ∑∑ ∑ ∑

−−

−=

2222 )(

))((

yynxxn

yxxynr

Keterangan:

r : Koefisien korelasi

n :Jumlah sampel

x : Variabel bebas

y : Variabel terikat

pengujian dilakukan dengan menggunakan uji-t yang dirumuskan:

21

2

r

nrthitung−

−=

Dengan kriteria pengujian:

Jika t-hitung ≤ t-tabel pada α = 0,05 berari Ho diterima dan H1 ditolak

Jika t-hitung > t-tabel pada α = 0,05 berari Ho ditolak dan H1 diterima

(Sugiyono, 2009)

Universitas Sumatera Utara

Page 7: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

26

Defenisi dan Batasan Operasional

Defenisi

Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian

maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

1. Nelayan buruh kapal motor <5 GT adalah individu yang bermata

pencaharian menangkap ikan dan atau binatang laut lainnya dengan

menggunakan kapal/perahu bermotor milik orang lain (nelayan toke).

2. Usaha penangkapan adalah kegiatan penangkapan ikan dan binatang laut

lainnya dengan menggunakan kapal serta menggunakan alat Bantu

penangkapan seperti jaring, rawai, dan lain-lain.

3. Pendapatan dari usaha penangkapan adalah penerimaan bersih dari

usaha penangkapan setelah dikurangi dengan biaya melaut dan dengan

sistem bagi hasil tertentu dalam satuan Rupiah.

4. Usaha sampingan adalah mata pencaharian lain di luar sektor perikanan

maupun di sektor perikanan seperti buruh bangunan, pedagang,

mengupas kulit kerang, memperbaiki jaring, dan lain-lain.

5. Pendapatan keluarga adalah banyaknya uang yang diperoleh dari hasil

menangkap ikan dengan atau tanpa ditambah usaha di sektor lain oleh

nelayan dan keluarganya dalam satuan Rupiah.

6. Ketimpangan adalah perbedaan pendapatan satu orang dengan orang

lain.

7. Faktor yang berhubungan dengan ketimpangan pendapatan nelayan

adalah pengalaman melaut, lama melaut, dan jumlah tenaga kerja dalam

kapal.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

27

8. Pengalaman melaut adalah lamanya nelayan melakukan usaha

penangkapan dalam satuan tahun

9. Lama melaut adalah lama nelayan melakukan penangkapan dalam setiap

trip melaut dengan satuan hari.

10. Jumlah tenaga kerja dalam kapal adalah banyaknya awak (buruh

nelayan) yang ikut melaut dalam satu kapal dengan satuan orang.

11. Kemiskinan adalah suatau keadaan yang menggambarkan serba

kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.

12. Faktor yang berhubungan dengan kemiskinan adalah jumlah tanggungan

keluarga, usaha sampingan, dan pendidikan.

Batasan Operasional

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian,

maka dibuat batasan operasional sebagai berikut:

1. Sampel adalah nelayan buruh kapal motor yang merupakan kepala

keluarga dan berdomisili di Kelurahan Bagan Deli.

2. Kapal/perahu motor yang digunakan nelayan buruh adalah ukuran <5 GT.

3. Batas kemiskinan yang digunakan adalah berdasarkan kriteria Sajogyo

(ekivalen dengan 360 kg beras per orang per tahun) , satandard Upah

Minimum Provinsi (UMP), dan kriteria bank dunia.

4. Tempat penelitian adalah di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan

Belawan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

5. Waktu penelitian adalah bulan November tahun 2009.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

28

Sumber : Kelurahan Bagan Deli (2008)

28

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

1. Deskripsi Daerah Penelitian

Gambaran Umum Kelurahan

Kelurahan Bagan Deli adalah salah satu kelurahan dari 6 kelurahan di

Kecamatan Medan Belawan yang memiliki jumlah penduduk nelayan yang

terbanyak di banding kelurahan lain. Kelurahan ini terletak di 3°48’ LU dan

98°42’ BT dengan ketinggian 1 meter di atas permukaan laut dengan topografi

pantai dan suhu 24° - 30°C serta curah hujan 2000 mm/tahun.

Adapun batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

Utara : Selat Malaka

Selatan : Belawan II/Belawan Bahari

Barat : Belawan I

Timur : Selat Malaka/Muara Deli/Kecamatan Percut Sei Tuan

Jarak Kelurahan Bagan Deli ke pusat administratif, kecamatan kurang lebih 3 km

dan ke pusat kota (Medan) kurang lebih 26 km.

Luas Kelurahan ini berkisar 230 Ha dengan spesifikasi sebagai berikut:

Tabel 5. Spesifikasi Penggunaan Lahan di Kelurahan Bagan Deli Peruntukan Luas Persentase

Pemukiman

Bangunan Umum

Empang

Lain-lain

Jalur Hijau

Pekuburan

Lainnya

40 Ha

140 Ha

20 Ha

10 Ha

4,4 Ha

0,6 Ha

20 Ha

17.39%

60.87%

8.70%

4.35%

1.91%

0.26%

6.52%

Universitas Sumatera Utara

Page 10: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

29

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan lahan yang terbesar

adalah untuk bangunan umum yaitu seluas 140 Ha atau sekitar 60,87%.

Kelurahan Bagan Deli terdiri dari 15 lingkungan (Lingkungan I sampai

XV) dan lingkungan yang berbatasan langsung dengan laut berjumlah 4

lingkungan yaitu lingkungan III, IV, V, XV.

Kependudukan

Jumlah penduduk di kelurahan ini yang terdata di kantor kelurahan

mencapai 17.766 jiwa (3.595 KK) dengan spesifikasi sebagai berikut:

Tabel 6. Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kelurahan Bagan Deli Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase

Laki-laki

Perempuan

9.060

8.706

51 %

49%

Sumber : Kelurahan Bagan Deli (2008) Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa penduduk paling banyak berjenis kelamin

laki-laki dengan jumlah 9.060 orang (50,97%) dan perempuan berjumlah 8.706

orang (49%).

Di tahun 2009 jumlah penduduk yang tergolong usia produktif berkisar

7.316 orang dan anak usia sekolah 5.384 orang (termasuk di dalamnya 225 anak

putus sekolah), sedangkan sisanya termasuk dalam kategori lanjut usia dan anak

usia pra sekolah.

Penduduk menurut lulusan tingkat pendidikan umum disajikan dalam tabel

berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 11: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

30

Tabel 7. Penduduk Menurut Lulusan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Bagan Deli

Jenis Jumlah (orang) Persentase

SD

SMP

SMA

Akademi

Sarjana

6.203

931

618

18

5

79.78%

11.97%

7.95%

0.23%

0.06%

Sumber : Kelurahan Bagan Deli (2008) Dari Tabel 7 tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk tamatan SD adalah yang

terbanyak dari lulusan pendidikan lainnya dengan jumlah 6.203 orang atau sekitar

79,78% dari total penduduk yang terdata di Kelurahan.

Perekonomian

Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Bagan Deli cukup beragam.

Komposisi mata pencaharian penduduk sebagai berikut:

Tabel 8. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Bagan Deli:

Mata pencaharian utama Jumlah (orang) Persentase

PNS

Peg. Swasta

TNI/POLRI

Petani

Nelayan

Pedagang

Pensiunan

Lainnya

113

1.013

18

0

1.685

1.941

214

205

2.18%

19.52%

0.35%

0.00%

32.47%

37.41%

4.12%

3.95%

Sumber : Kelurahan Bagan Deli (2008)

Dari Tabel 8 tersebut dapat diketahui bahwa mata pencaharian penduduk terutama

adalah sebagai pedagang dengan jumlah 1.941 orang atau sekitar 37,41% dan pada

Universitas Sumatera Utara

Page 12: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

31

Sumber : Kelurahan Bagan Deli (2008)

urutan kedua adalah nelayan dengan jumlah 1.685 orang atau sekitar 32,47% dari

total penduduk.

Usaha lain yang terdapat dalam komposisi mata pencaharian penduduk di

antaranya adalah penjahit, pengemudi becak, dan supir angkutan umum.

Kelurahan ini juga memiliki industri kecil dan menengah dengan produk antara

lain: daging kepiting, udang kupas, cumi kupas, kerang kupas, dan pengolahan

ikan asin. Dari industri tersebut masyarakat dapat memperoleh tambahan

pendapatan yang akan membantu ekonomi rumah tangga.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang terdapat di kelurahan ini antara lain adalah:

Tabel 9. Sarana dan Prasarana Penunjang Kehidupan Masyarakat di Kelurahan Bagan Deli

Bidang Jenis Jumlah (Unit)

Pendidikan SD SMP SMA

4 - 1

Keagamaan Mesjid Musola Gereja Kelenteng

2 6 1 1

Perkonomian Koperasi Bank

2 -

Kesehatan

Puskesmas Klinik Posyasandu

1 5 6

Dari Tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa gedung pendidikan di Kelurahan

Bagan Deli sudah cukup tersedia. Sarana peribadatan dan kesehatan umum juga

tersedia. Untuk sarana kesehatan berjumlah 12 unit dan sarana perekonomian

sebanyak 2 unit.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

32

2. Karakteristik Nelayan Sampel

Nelayan di Kelurahan Bagan Deli umumnya menggunakan sarana

penangkap ikan yang terbatas. Hal ini dapat dilihat dari jenis kapal motor yang

dimiliki oleh penduduk serta alat tangkap yang digunakan di kelurahan ini. Dari 4

lingkungan yang berbatasan langsung dengan laut seperti yang disebutkan

sebelumnya (di penjelasan lokasi kelurahan), sekitar separuh dari rumah tangga

penduduk memiliki kapal motor penangkap ikan. Kapal motor tersebut tergolong

sederhana dengan ukuran <5 GT. Adapun jumlah penduduk yang bermukim di 4

lingkungan tersebut sekitar 815 orang sehingga bisa disimpulkan nelayan yang

memiliki kapal motor ukuran <5 GT berkisar 400an Rumah Tangga.

Daerah penangkapan (fishing ground) tergantung pada besarnya kapal

yang digunakan, alat tangkap dan jenis ikan yang akan ditangkap. Untuk kapal

yang menangkap di wilayah pinggir laut, umumnya tangkapan yang diperoleh

adalah kerang, kepiting pinggir, ikan belanak, dan ikan kecil serta udang-udangan.

Sedangkan untuk wilayah tengah hasil tangkapan berupa ikan selayang, ikan

kembung, ikan tenggiri, kepiting tengah, dan beberapa jenis ikan tengah lainnya.

Untuk alat tangkap yang digunakan juga bermacam tergantung pada jenis

tangkapannya, untuk tangkapan berupa udang pinggir, kepiting pinggir, dan ikan

pinggir lainnya alat tangkap yang digunakan adalah jaring kepiting, jaring udang

apolo, bahkan ada yang tidak menggunakan alat tangkap sama sekali (dengan

menyelam atau mengutip dengan tangan).

Jenis kapal untuk hasil tangkapan pinggir adalah dengan kapal yang

berukuran kecil (perahu papan ukuran 12-18 kaki), sedangkan untuk daerah

Universitas Sumatera Utara

Page 14: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

33

Sumber : Analisis data primer

Sumber : Analisis data primer

tangkapan tengah kapal yang digunakan adalah kapal motor sedang dengan

ukuran 20-30 kaki.

Secara umum karakteristik nelayan sampel di lokasi penelitian dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Ditribusi Nelayan Sampel Menurut Usia di Kelurahan Bagan Deli Tahun 2009

Tingkat umur (tahun)

Jumlah nelayan (orang)

Persentase

20-30

30-40

40-50

50-60

60 dst

7

9

11

3

-

23%

30%

37%

10%

0%

Tabel 10 tersebut menunjukkan bahwa nelayan sampel di daerah penelitian

umumnya berusia 40-50 tahun dengan jumlah 11 orang dan tidak ada nelayan

sampel yang berusia di atas 60 tahun.

Tabel 11. Ditribusi Nelayan Sampel Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Bagan Deli Tahun 2009

Tingkat Pendidikan

Jumlah nelayan (orang)

Persentase

SD

SMP

SMA

23

7

-

76.67%

23.33%

0%

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nelayan responden di Kelurahan

Bagan Deli hampir seluruhnya memperoleh pendidikan hanya sampai tingkatan

Sekolah Dasar yaitu 23 orang (76,67%) sedangkan yang 7 orang lainnya pada

tingkatan Sekolah Menegah Pertama. Dan dari hasil wawancara dengan nelayan

Universitas Sumatera Utara

Page 15: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

34

Sumber : Analisis data primer

Sumber : Analisis data primer

sampel diketahui bahwa tidak ada nelayan responden yang pernah menempuh

pendidikan hingga Sekolah Menengah Atas.

Secara umum karakteristik nelayan sampel di lokasi penelitian dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12. Ditribusi Nelayan Sampel Menurut Pengalaman Melaut di Kelurahan Bagan Deli Tahun 2009

Pengalaman melaut (tahun)

Jumlah nelayan (orang)

Persentase

0-10

10-20

20-30

30-40

10

14

5

1

33.33%

46.67%

16.67%

3.33%

Tabel tersebut menunjukkan bahwa pengalaman melaut nelayan sampel di daerah

penelitian umumnya adalah 14 tahun (sebanyak 14 orang) dan yang paling sedikit

adalah memiliki pengalaman melaut selama 40 tahun yaitu sebanyak 1 orang.

Tabel 13. Ditribusi Nelayan Sampel Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga di Kelurahan Bagan Deli Tahun 2009

Jumlah tanggungan keluarga (orang)

Jumlah nelayan (orang)

Persentase

0-2

3-5

6-8

9-10

1

26

3

-

3.33%

86.67%

10.00%

0.00%

Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah tanggungan nelayan sampel di daerah

penelitian umumnya adalah 3-5 orang (86,67%) dan tidak ada nelayan sampel

yang memiliki jumlah tanggungan 9-10 orang.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

35

35

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisis Tingkat Kemiskinan

Pendapatan nelayan yang dihitung adalah pendapatan keluarganya.

Pendapatan keluarga ini diperoleh dari total pendapatan utama dari hasil

penangkapan ditambah dengan usaha sampingan di bidang penangkapan ataupun

di luar usaha penangkapan yang dilakukan oleh kepala keluarga maupun oleh

anggota keluarga.

Pendapatan utama dari hasil penangkapan adalah sebagai nelayan buruh,

yaitu dengan menjalankan usaha penangkapan dengan menggunakan sarana

penangkapan milik nelayan toke (dengan ukuran kapal <5 GT). Berdasarkan

hasil penelitian diketahui bahwa pendapatan yang diterima oleh nelayan buruh

adalah penerimaan bersih berdasarkan sistem bagi hasil yang ditetapkan olah

nelayan toke. Sistem bagi hasil yang berlaku di daerah penelitian adalah 50 : 50,

artinya 50% dari hasil bersih untuk nelayan toke dan 50% lagi untuk seluruh

awak (nelayan juragan dan nelayan buruh) dalam kapal.

Bagi hasil yang diberlakukan tersebut adalah berdasarkan hasil bersih,

yaitu hasil penjualan tangkapan yang diperoleh dari kegiatan penangkapan

setelah dikurangi dengan biaya operasi penangkapan. Biaya operasi penangkapan

meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tetap

harus dikeluarkan untuk penyusutan kapal, mesin, dan alat tangkap serta biaya

pemeliharaan kapal dan mesin walaupun tidak dilakukan kegiatan penangkapan

selama umur ekonomis dari peralatan tersebut dan pembayarannya dapat

ditangguhkan. Sementara biaya variabel adalah biaya yang mutlak dikeluarkan

Universitas Sumatera Utara

Page 17: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

36

setiap kali melakukan kegiatan penangkapan. Umumnya biaya variabel meliputi

biaya pembelian bahan bakar (solar), oli, dan bahan pengawet (es dan garam).

Adapun pendapatan utama dari usaha penangkapan dapat dilihat berikut

ini.

Tabel 14. Pendapatan Nelayan dari Usaha Penangkapan No. Penerimaan

Usaha per Tip

(ribu

rupiah)

Biaya melaut

per Tip

(ribu rupiah)

Pendapatan melaut per Tip

(ribu

rupiah)

Pendapatan yang

diterima awak (ribu

rupiah)

Jumlah Awak

Per kapal

(orang)

Pendapatan masing-

masing awak per Tip (ribu

rupiah) 1 645 187,8 457,2 187,8 5 37,6 2 3.300 518,4 2.781 518,4 10 51,8 3 10.875 1,546 9.328,9 1.546,1 6 257,7 4 9.200 1.529,3 7.670,7 1.529,3 6 254,9 5 62 25,8 36.2 25,8 2 12,9 6 650 451,9 198 451,9 4 112,9 7 465 451,6 13,4 451,6 4 112,9 8 552,5 450,9 101,6 450,9 4 112,7 9 14.610 1.966,8 12.643 1.966,9 6 327,8 10 15.090 1.380,9 13.709 1.380,9 6 230,2 11 12.910 2.050 10.859,.9 2.050,1 6 341,7 12 54,5 18,6 35,9 18,6 1 18,6 13 25 16 8,9 16 1 16 14 59,5 38,8 20,7 38,8 1 38,8 15 62 39,6 22,4 39,6 1 39,6 16 242 50,3 191,6 504 1 50,4 17 244 53,1 190,8 53,2 1 53,2 18 25 16,3 8,7 16,3 1 16,3 19 54,5 28,5 25,9 28,6 2 14,3 20 7.970 3.362,7 4.607,3 3.362,7 7 480,4 21 11.920 1.386,5 10.533,4 1.386,5 6 231,9 22 6.390 2.070,1 4.319,9 2.070,1 4 517,5 23 5.660 1.987 3.672,9 1.987,1 4 496,8 24 13.380 2.262,8 11.117,2 2.262,8 6 377,1 25 11.835 2.380,9 9/,454,1 2.380,9 4 595,2 26 4.340 1.969,1 2/370,9 1.969 5 393,8 27 189 26,4 162,6 26,4 1 26,4 28 67 25,4 41,5 25,5 1 25,4 29 59,5 21,7 37,8 21,7 2 10,9 30 59,5 29 30,5 29 2 14,5

Rataan 4.494,9 907,4 3.593 902 4 180,4 Sumber :Data primer diolah

Dari Tabel 14 tersebut dapat diketahui bahwa dari kegiatan penangkapan setiap

tripnya rata-rata penerimaan dari kegiatan penangkapan adalah Rp 4.494.862;

Universitas Sumatera Utara

Page 18: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

37

rata-rata biaya yang dikeluarkan Rp 907.391; dan rata-rata pendapatan kapal

3,592.948. Pendapatan yang diterima awak dalam tabel tersebut adalah 50% dari

total pendapatan yang diperoleh dari kegiatan penangkapan. Rata-rata

pendapatan yang diterima awak adalah sebesar Rp 901.915,- dan masing-masing

awak akan memperoleh bagian yang sama yaitu sebanyak pembagian dari total

pendapatan untuk seluruh awak dengan jumlah awak dalam kapal. Jadi, semakin

banyak awak dalam kapal maka pendapatan yang diterima oleh masing-masing

awak kapal akan semakin sedikit.

Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa pendapatan sampingan

tersebut berasal dari usaha penangkapan yang dilakukan kepala keluarga seperti

memancing (dengan peralatan milik sendiri) maupun oleh anggota keluarga

seperti menjadi buruh pengupas kerang, buruh cuci, dan berdagang. Nelayan

yang melakukan usaha sampingan dengan memancing adalah jenis nelayan yang

beroperasi ke tengah laut. Hasil tangkapan tersebut kemudian dijual dan akan

menjadi tambahan nelayan disamping pekerjaan utamanya menjadi nelayan

buruh. Selain itu usaha sampingan kepala keluarga yang diketahui dari penelitian

adalah dengan berdagang. Mereka yang berdagang adalah nelayan yang daerah

tangkapannya di pinggir laut yang hanya melaut 1 hari saja. Pendapatan

sampingan ini diperoleh dari besar pendapatan rata-rata setelah dikurangi dengan

modal. Untuk modal dalam kegiatan memancing itu sendiri tidak ada, karena

hanya menggunakan alat pancing yang sudah dimiliki sebelumnya oleh nelayan.

Sedangkan modal dalam kegiatan berdagang adalah modal untuk memperoleh

barang yang akan didagangkan saja. Biaya tempat dan lain-lain dianggap tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 19: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

38

ada dengan alasan tempat yang digunakan berpindah-pindah walaupun masih di

kelurahan tersebut dan tidak dikenakan biaya.

Pendapatan sampingan keluarga dapat pula berasal dari usaha yang

dilakukan oleh istri nelayan. Beberapa usaha yang dilakukan oleh istri nelayan

adalah dengan menjadi pengupas kulit kerang, menjadi buruh cuci, dan

berdagang. Dalam kegiatan mengupas kulit kerang menjadi kerang kupas yang

siap dijual, istri nelayan yang melakukan pekerjaan ini memperolehnya dari

pengumpul (toke) yang kemudian pengumpul tersebut merebusnya hingga

setengah masak terlebih dahulu. Tujuan dari perebusan ini adalah agar kerang

tidak cepat busuk. Untuk upah dari kegiatan mengupas kerang ini sendiri adalah

Rp 1.000,- per kilogramnya. Rata-rata pengupasan kerang per harinya mencapai

5-10 kilogram. Sehingga rata-rata pendapatan yang bisa diperoleh adalah sebesar

Rp 5.000 hingga Rp10.000,-/hari.

Dari usaha menjadi buruh cuci, istri nelayan menawarkan jasanya pada

keluarga di sekitar daerah itu. Pendapatan rata-rata yang diperoleh adalah Rp

100.000/bulan. Untuk usaha lain yang juga dilakukan adalah dengan berdagang.

Umumnya dagangan yang dijual adalah gorengan dan jajanan anak-anak. Dan

rata-rata penerimaan bersih yang dapat diperoleh adalah sebesar Rp 10.000/hari.

Berikut tabel pendapatan keluarga yang diperoleh dari hasil penelitian di

lapangan:

Universitas Sumatera Utara

Page 20: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

39

Tabel 15. Pendapatan Keluarga Nelayan per Bulan di Kelurahan Bagan Deli Tahun 2009

No. Sampel

Pekerjaan Utama (ribu rupiah)

Usaha Sampingan (ribu rupiah)

Total Pendapatan Keluarga (ribu rupiah)

1 1.127,1 300 1.427,1 2 1.555,1 0 1.555,1 3 1.803,8 100 1.903,8 4 1.784,2 580 2.364,2 5 387,5 480 867,5 6 1.694,9 0 1.694,9 7 1.693,5 0 1.693,5 8 1.690,9 0 1.690,9 9 2.294,7 0 2.294,7 10 1.611,1 575 2.186,1 11 2.391,8 0 2.391,8 12 558 240 798 13 481,1 210 691,1 14 1.163,6 0 1.163,6 15 1.189,3 0 1.189,3 16 1.510,8 0 1.510,8 17 1.595,2 0 1.595,2 18 490,1 210 700,1 19 428,6 210 638,6 20 3.362,7 105 3.467,7 21 1.617,6 350 1.967,6 22 3.622,7 0 3.622,7 23 3.477,4 0 3.477,4 24 2.639,9 420 3.059,9 25 4.166,6 350 4.516,6 26 2.756,8 350 3.106,8 27 793,1 210 1.003,1 28 763,7 0 763,7 29 325,1 210 535,1 30 435,5 210 645,5

Sumber :Data primer diolah

Tabel 15 tersebut menjelaskan bahwa pendapatan keluarga yang diperoleh oleh

nelayan sampel berbeda-beda. Ada keluarga nelayan yang memiliki pendapatan

cukup besar dan ada juga yang sebaliknya sangat kecil.

Untuk melihat tingkat kemiskinan nelayan dari pendapatan keluarga yang

diperoleh, digunakan alat analisis head count index. Sebagai batas (garis

kemiskinan) yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan kriteria Sajogyo

yaitu dengan ukuran 360 kg beras/orang/tahun atau setara dengan

Rp 6.000,-/orang/hari, satandard Upah Minimum Provinsi yaitu

Universitas Sumatera Utara

Page 21: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

40

Sumber :Data primer diolah

Rp 1.048.000,-/orang/bulan atau setara dengan Rp 34.900,-/orang/hari, dan

standard bank dunia yaitu $2/hari/kapita atau setara dengan Rp 19.000,-

/orang/hari

Tabel 16. Pendapatan Keluarga Nelayan di Kelurahan Bagan Deli Tahun 2009

No.

Sampel Pendapatan Keluarga

Kategori Kemiskinan

(Rp/orang/hari) Kriteria Sajogyo Standard UMP

Kriteria Bank Dunia

(Ekuivalen Rp 6.000,-/ka/hari

(Rp 1.048.000,-/bulan = Rp 34.900/hari)

($2/hari = 19,000/ka/hari)

1 15.856 tidak miskin miskin miskin 2 12.959 tidak miskin miskin miskin 3 15.865 tidak miskin miskin miskin 4 26.269 tidak miskin miskin tidak miskin 5 5.784 miskin miskin miskin 6 18.833 tidak miskin miskin miskin 7 14.113 tidak miskin miskin miskin 8 14.091 tidak miskin miskin miskin 9 15.298 tidak miskin miskin miskin

10 14.574 tidak miskin miskin miskin 11 39.863 tidak miskin tidak miskin tidak miskin 12 3.800 miskin miskin miskin 13 3.291 miskin miskin miskin 14 9.696 tidak miskin miskin miskin 15 9.911 tidak miskin miskin miskin 16 12.59 tidak miskin miskin miskin 17 10.634 tidak miskin miskin miskin 18 7.779 tidak miskin miskin miskin 19 7.095 tidak miskin miskin miskin 20 28.898 tidak miskin miskin tidak miskin 21 21.862 tidak miskin miskin tidak miskin 22 24.152 tidak miskin miskin tidak miskin 23 38.638 tidak miskin tidak miskin tidak miskin 24 25.500 tidak miskin miskin tidak miskin 25 37.639 tidak miskin tidak miskin tidak miskin 26 25.890 tidak miskin miskin tidak miskin 27 5.573 miskin miskin miskin 28 8.486 tidak miskin miskin miskin 29 5.946 miskin miskin miskin 30 4.304 miskin miskin miskin

Rata-rata 16.173 tidak miskin miskin miskin

Universitas Sumatera Utara

Page 22: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

41

Dari Tabel 16 dapat diketahui bahwa nelayan sampel di daerah penelitian

menurut kriteria UMP dan kriteria Bank Dunia hidup di bawah garis kemiskinan

sedangkan menurut kriteria Sajogyo nelayan sampel sedikit yang hidup di bawah

garis kemiskinan. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan yang cukup

jauh dari masing-masing kriteria.

Penduduk miskin berdasarkan kriteria Sajogyo berjumlah 6 kepala

keluarga. Dan yang termasuk dalam kategori tidak miskin berjumlah 24 kepala

keluarga. Dari hasil pengolahan data primer dengan menggunakan head count

index diperoleh tingkat kemiskinan sebesar 20%. Dengan demikian Ho salah dan

H1 benar sehingga hipotesis menyatakan persentase kemiskinan nelayan di atas

50% ditolak.

Penduduk miskin berdasarkan kriteria Upah Minimum Provinsi (UMP)

berjumlah 27 kepala keluarga. Dan yang termasuk dalam kategori tidak miskin

berjumlah 3 kepala keluarga. Dari hasil pengolahan data primer dengan

menggunakan head count index diperoleh tingkat kemiskinan sebesar 90%.

Dengan demikian Ho benar dan H1 salah sehingga hipotesis menyatakan

persentase kemiskinan nelayan di atas 50% diterima.

Penduduk miskin berdasarkan kriteria Bank Dunia berjumlah 21 kepala

keluarga. Dan yang termasuk dalam kategori tidak miskin berjumlah 9 kepala

keluarga. Dari hasil pengolahan data primer dengan menggunakan head count

index diperoleh tingkat kemiskinan sebesar 70%. Dengan demikian Ho benar dan

H1 salah sehingga hipotesis menyatakan persentase kemiskinan nelayan di atas

50% diterima.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

42

2. Analisis Ketimpangan Pendapatan

Pendapatan yang diterima oleh nelayan berbeda-beda. Terdapat

ketimpangan pendapatan yang mereka peroleh. Untuk melihat tingkat

ketimpangan nelayan digunakan formulasi Gini Rasio.

Berikut disajikan perolehan nilai Gini Rasio dari hasil pengolahan data

primer di lapangan:

Tabel 17. Perhitungan Gini Rasio Xi Yi

pendapatan (Rp/bulan)

% Xi

Kumulatif % Xi

% Yi/ ∑ Y

Kumulatif % Y

Kumulatif % Yi+Yi-1

Kumulatif (% Yi+Yi-1).

(% X) 29 535,146 3.33% 3.33% 0.98% 0.98% 0.98% 0.033% 19 638,575 3.33% 6.67% 1.17% 2.15% 3.13% 0.104% 30 645,527 3.33% 10.00% 1.18% 3.34% 5.49% 0.183% 13 691,108 3.33% 13.33% 1.27% 4.60% 7.94% 0.265% 18 700,067 3.33% 16.67% 1.28% 5.89% 10.49% 0.350% 28 763,733 3.33% 20.00% 1.40% 7.29% 13.18% 0.439% 12 798,013 3.33% 23.33% 1.46% 8.75% 16.04% 0.535% 5 867,533 3.33% 26.67% 1.59% 10.34% 19.10% 0.637% 27 1,003,117 3.33% 30.00% 1.84% 12.18% 22.53% 0.751% 14 1,163,567 3.33% 33.33% 2.13% 14.32% 26.50% 0.883% 15 1,189,317 3.33% 36.67% 2.18% 16.50% 30.82% 1.027% 1 1,427,069 3.33% 40.00% 2.62% 19.12% 35.62% 1.187% 16 1,510,757 3.33% 43.33% 2.77% 21.89% 41.00% 1.367% 2 1,555,095 3.33% 46.67% 2.85% 24.74% 46.63% 1.554% 17 1,595,174 3.33% 50.00% 2.93% 27.67% 52.40% 1.747% 8 1,690,883 3.33% 53.33% 3.10% 30.77% 58.43% 1.948% 7 1,693,525 3.33% 56.67% 3.11% 33.87% 64.64% 2.155% 6 1,694,954 3.33% 60.00% 3.11% 36.98% 70.85% 2.362% 3 1,903,761 3.33% 63.33% 3.49% 40.47% 77.45% 2.582% 21 1,967,607 3.33% 66.67% 3.61% 44.08% 84.55% 2.818% 10 2,186,134 3.33% 70.00% 4.01% 48.09% 92.17% 3.072% 9 2,294,714 3.33% 73.33% 4.21% 52.30% 100.39% 3.346% 4 2,364,229 3.33% 76.67% 4.34% 56.64% 108.94% 3.631% 11 2,391,761 3.33% 80.00% 4.39% 61.02% 117.66% 3.922%

24 26

3,059,953 3,106,797

3.33% 3.33%

83.33% 86.67%

5.61% 5.70%

66.64% 72.33%

127.66% 138.97%

4.255% 4.632%

20 3,467,704 3.33% 90.00% 6.36% 78.69% 151.03% 5.034% 23 3,477,403 3.33% 93.33% 6.38% 85.07% 163.77% 5.459% 22 3,622,742 3.33% 96.67% 6.64% 91.72% 176.79% 5.893% 25 4,516,637 3.33% 100.00% 8.28% 100.00% 191.72% 6.391%

∑ 54,522,599 100% 100.00% 68.562% GR = 1-0.69 = 0.31 Sumber :Data primer diolah

Universitas Sumatera Utara

Page 24: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

43

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2

Kumulatif % X

Kum

ulat

if %

X

Untuk memperoleh nilai Gini Rasio maka terlebih dahulu data diurut

berdasarkan pendapatannya. Urutannya adalah dari pendapatan yang terendah

hingga yang tertinggi. Kemudian dihitung persentase pendapatan (%Yi) dan

kumulatif persen pendapatan (kumulatif %Yi), serta persentase penduduk (%Xi)

dan kumulatif persen penduduknya (kumulatif %Xi).

Dari hasil perhitungan Gini rasio pada Tabel 17 tersebut diketahui bahwa

secara keseluruhan (over-all sampling) nilai GR sebesar 0,31 sehingga termasuk

dalam kriteria tingkat pendapatan nelayan rendah (di bawah garis kemiskinan).

Dengan demikian Ho benar dan H1 salah sehingga hipotesis yang menyatakan

bahwa ketimpangan pendapatan yang diterima oleh nelayan adalah ketimpangan

rendah diterima.

Adapun bentuk Kurva Lorenz yang terbentuk dari analisis data

menggunakan Gini Rasio dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Kurva Lorenz Hasil Penelitian

Dari Gambar 2 tersebut dapat dilihat bahwa Kurva Lorenz tidak begitu

cembung. Hal ini dikarenakan koefisien Gini Rasio tidak begitu besar. Apabila

nilai Gini Rasio mendekati nol maka kurva akan memiliki kecembungan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 25: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

44

semakin kecil yaitu mendekati garis lurus seperti yang terlihat dalam gambar

tersebut. Semakin kecil nilai Gini Rasio maka kurva yang terbentuk akan

semakin berimpit dengan garis diagonal tersebut.

Ketimpangan pendapatan ini sangat mungkin terjadi. Dari hasil penelitian

di lapangan ketimpangan tersebut sangat erat hubungannya dengan usaha

sampingan yang dilakukan oleh keluarga. Untuk melihat bagaimana keeratan

hubungan antara usaha sampingan dengan kemiskinan dapat dilihat di

pembahasan selanjutnya.

3. Analisis Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kemiskinan

Beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan kemiskinan

diantaranya adalah jumlah tanggungan keluarga, pendidikan serta usaha

sampingan. Untuk menguji hubungan masing-masing variabel tersebut dengan

kemiskinan digunakan analisis asosiasi dengan menggunakan uji χ2.

a. Hubungan jumlah tanggungan keluarga dengan kemiskinan

Secara teori disebutkan bahwa jumlah tanggungan keluarga akan

memperparah kemiskinan masyarakat. Jumlah tanggungan yang besar akan

menunjukkan banyaknya orang yang bergantung langsung dari pendapatan

keluarga yang diperoleh oleh nelayan dan anggota keluarga lainnya dalam

memenuhi kebutuhan baik makanan maupun non-makanan. Untuk mengetahui

jumlah pendapatan keluarga dan jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada

tabel berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 26: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

45

Tabel 18. Total pendapatan keluarga dan jumlah tanggungan keluarga No. Sampel Total Pendapatan Keluarga Jumlah Tanggungan Keluarga

(Rp/bulan) (Jiwa) 1 1.427.069 3 2 1.555.095 4 3 1.903.761 4 4 2.364.229 3 5 867.533 5 6 1.694.954 3 7 1.693.525 4 8 1.690.883 4 9 2.294.714 5

10 2.186.134 5 11 2,391,761 5 12 798,013 2 13 691,108 7 14 1,163,567 7 15 1,189,317 4 16 1,510,757 4 17 1.595.174 4 18 700.067 3 19 638.575 3 20 3.467.704 4 21 1.967.607 3 22 3.622.742 5 23 3.477.403 3 24 3.059.953 4 25 4.516.637 4 26 3.106.797 4 27 1.003.117 6 28 763.733 3 29 535.146 3 30 645.527 5

Rata-rata 1.817.420 4 Sumber : Data primer diolah

Dari Tabel 18 tersebut diketahui bahwa rata-rata jumalah pendapatan keluarga

nelayan sampel adalah Rp 1.817.420,- dan jumlah tanggungan rata-rata adalah 4

orang.

Untuk melihat adanya hubungan antara jumlah tanggungan keluarga

dengan kemiskinan maka terlebih dahulu dibuat tabel kontingensi yang

digambarkan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 27: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

46

Tabel 19. Tabel kontingensi antara jumlah tanggungan dan kemiskinan dengan kriteria Sajogyo

Kemiskinan Jumlah tanggungan Jumlah Tanggungan besar

(di atas jumlah rata-rata) Tanggungan kecil

(di bawah jumlah rata-rata) Miskin Tidak miskin

4 5

2 19

6 24

Jumlah 9 21 30 Sumber : Data primer diolah

Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ2. Dari hasil

analisis data diperoleh nilai χ2 sebesar 2.87. Dengan membandingkan χ2 tabel

pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ2

hitung lebih kecil dari χ2 tabel sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan

demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan jumlah tanggungan keluarga

berhubungan dengan kemiskinan nelayan ditolak.

Tabel 20. Tabel kontingensi antara jumlah tanggungan dan kemiskinan dengan kriteria UMP

Kemiskinan Jumlah tanggungan Jumlah Tanggungan besar

(di atas jumlah rata-rata) Tanggungan kecil

(di bawah jumlah rata-rata) Miskin Tidak miskin

8 1

19 2

27 3

Jumlah 9 21 30 Sumber : Data primer diolah

Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ2. Dari hasil

analisis data diperoleh nilai χ2 sebesar 0,28. Dengan membandingkan χ2 tabel

pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ2

hitung lebih kecil dari χ2 tabel sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan

demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan jumlah tanggungan keluarga

berhubungan dengan kemiskinan nelayan ditolak.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

47

Tabel 21. Tabel kontingensi antara jumlah tanggungan dan kemiskinan dengan kriteria Bank Dunia

Kemiskinan Jumlah tanggungan Jumlah Tanggungan besar

(di atas jumlah rata-rata) Tanggungan kecil

(di bawah jumlah rata-rata) Miskin Tidak miskin

7 1

14 8

21 9

Jumlah 8 22 30 Sumber : Data primer diolah

Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ2. Dari hasil

analisis data diperoleh nilai χ2 sebesar 1,59. Dengan membandingkan χ2 tabel

pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ2

hitung lebih kecil dari χ2 tabel sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan

demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan jumlah tanggungan keluarga

berhubungan dengan kemiskinan nelayan ditolak.

Dengan demikian secara keseluruhan hipotesis yang jumlah tanggungan

keluarga berhubungan dengan kemiskinan ditolak. Hal ini dikarenakan walaupun

jumlah tanggungan keluarga besar belum tentu menghubungkan kepada

kemiskinan. Dengan jumlah tanggungan keluarga banyak namun jika pendapatan

keluarga besar dan rata-rata pendapatan per orang dalam keluarga di atas

standard garis kemiskinan, maka keluarga tersebut tidak dapat dikategorikan

miskin.

b. Hubungan tingkat pendidikan dengan kemiskinan

Untuk mengetahui jumlah pendapatan keluarga dan tingkat pendidikan

dapat dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 29: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

48

Tabel 22. Total pendapatan keluarga dan tingkat pendidikan No. Sampel Total Pendapatan Keluarga Tingkat pendidikan

(Rp/bulan) (tahun) 1 1.427.069 9 2 1.555.095 6 3 1.903.761 5 4 2.364.229 3 5 6

867.533 1.694.954

9 5

7 1.693.525 4 8 1.690.883 5 9 2.294.714 9

10 2.186.134 9 11 2,391,761 9 12 798,013 4 13 691,108 3 14 1,163,567 6 15 1,189,317 6 16 1,510,757 6 17 1.595.174 4 18 700.067 9 19 638.575 6 20 3.467.704 4 21 1.967.607 9 22 3.622.742 6 23 3.477.403 5 24 3.059.953 4 25 4.516.637 6 26 3.106.797 6 27 1.003.117 6 28 763.733 6 29 535.146 5 30 645.527 4

Rata-rata 1.817.420 6 Sumber : Data primer diolah

Dari Tabel 22 tersebut diketahui bahwa rata-rata jumlah pendapatan keluarga

nelayan sampel adalah Rp 1.817.420,- dan tingkat pendidikan rata-rata adalah 6

tahun.

Untuk melihat adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan

kemiskinan maka terlebih dahulu dibuat tabel kontingensi yang digambarkan

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 30: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

49

Tabel 23. Tabel kontingensi antara tingkat pendidikan dan kemiskinan dengan kriteria Sajogyo

Kemiskinan Tingkat pendidikan Jumlah Di atas jumlah rata-rata Di bawah jumlah rata-rata

Miskin Tidak miskin

5 6

1 18

6 24

Jumlah 11 19 30 Sumber : Data primer diolah

Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ2. Dari hasil

analisis data diperoleh nilai χ2 sebesar 4,74. Dengan membandingkan χ2 tabel

pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ2

hitung lebih besar dari χ2 tabel sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan

demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan tingkat pendidikan berhubungan

dengan kemiskinan nelayan diterima.

Tabel 24. Tabel kontingensi antara tingkat pendidikan dan kemiskinan dengan kriteria UMP

Kemiskinan Tingkat pendidikan Jumlah Di atas jumlah rata-rata Di bawah jumlah rata-rata

Miskin Tidak miskin

6 1

21 2

27 3

Jumlah 7 23 30 Sumber : Data primer diolah

Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ2. Dari hasil

analisis data diperoleh nilai χ2 sebesar 0,16. Dengan membandingkan χ2 tabel

pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ2

hitung lebih kecil dari χ2 tabel sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan

demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan tingkat pendidikan berhubungan

dengan kemiskinan nelayan ditolak.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

50

Tabel 25. Tabel kontingensi antara tingkat pendidikan dan kemiskinan dengan kriteria Bank Dunia

Kemiskinan Tingkat pendidikan Jumlah Di atas jumlah rata-rata Di bawah jumlah rata-rata

Miskin Tidak miskin

5 2

16 7

21 9

Jumlah 7 23 30 Sumber : Data primer diolah

Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ2. Dari hasil

analisis data diperoleh nilai χ2 sebesar 0,016. Dengan membandingkan χ2 tabel

pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ2

hitung lebih kecil dari χ2 tabel sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan

demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan tingkat pendidikan berhubungan

dengan kemiskinan nelayan ditolak.

Secara keseluruhan tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan

kemiskinan nelayan sampel, kecuali untuk kemiskinan yang diukur dengan

kriteria Sajogyo. Hal ini dimungkinkan karena tingkat pendidikan yang tinggi

belum tentu menjamin nelayan tersebut terlepas dari kategori miskin. Tinggi

rendahnya tingkat pendidikan tidak berhubungan pendapatan yang diperoleh

karena tidak akan menyebabkan naiknya pendapatan yang diterima keluarga.

Dari survei di lapangan nelayan sampel mengaku tidak perlu pendidikan yang

tinggi untuk menjadi seorang nelayan.

c. Hubungan usaha sampingan dengan kemiskinan

Untuk mengetahui jumlah pendapatan keluarga dan usaha sampingan

dapat dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 32: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

51

Tabel 26. Total pendapatan keluarga dan usaha sampingan No. Sampel Total Pendapatan Keluarga Usaha sampingan

(Rp/bulan) (Rp/bulan) 1 1.427.069 300.000 2 1.555.095 0 3 1.903.761 100.000 4 2.364.229 580.000 5 867.533 480.000 6 1.694.954 0 7 1.693.525 0 8 1.690.883 0 9 2.294.714 0

10 2.186.134 575.000 11 2,391.761 0 12 798.013 240.000 13 691.108 210.000 14 1.163.567 0 15 1.189.317 0 16 1.510.757 0 17 1.595.174 0 18 700.067 210.000 19 638.575 210.000 20 3.467.704 105.000 21 1.967.607 350.000 22 3.622.742 0 23 3.477.403 0 24 3.059.953 420.000 25 4.516.637 350.000 26 3.106.797 350.000 27 1.003.117 210.000 28 763.733 0 29 535.146 210.000 30 645.527 210.000

Rata-rata 1.817.420 170.333 Sumber : Data primer diolah

Dari Tabel 26 tersebut diketahui bahwa rata-rata jumlah pendapatan per

bulan keluarga nelayan sampel adalah Rp 1.817.420,- dan usaha sampingan rata-

rata adalah Rp 170.333,- per bulan.

Untuk melihat adanya hubungan antara usaha sampingan dengan

kemiskinan maka terlebih dahulu dibuat tabel kontingensi yang digambarkan

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 33: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

52

Tabel 27. Tabel kontingensi antara usaha sampingan dan kemiskinan dengan kriteria Sajogyo

Kemiskinan Usaha sampingan Jumlah Di atas jumlah rata-rata Di bawah jumlah rata-rata

Miskin Tidak miskin

5 9

1 15

6 24

Jumlah 16 14 30 Sumber : Data primer diolah

Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ2. Dari hasil

analisis data diperoleh nilai χ2 sebesar 2,42. Dengan membandingkan χ2 tabel

pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ2

hitung lebih kecil dari χ2 tabel sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan

demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan usaha sampingan berhubungan

dengan kemiskinan nelayan ditolak.

Tabel 28. Tabel kontingensi antara usaha sampingan dan kemiskinan dengan kriteria UMP

Kemiskinan Usaha sampingan Jumlah Di atas jumlah rata-rata Di bawah jumlah rata-rata

Miskin Tidak miskin

14 2

13 1

27 3

Jumlah 16 14 30 Sumber : Data primer diolah

Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ2. Dari hasil

analisis data diperoleh nilai χ2 sebesar 0,015. Dengan membandingkan χ2 tabel

pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ2

hitung lebih kecil dari χ2 tabel sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan

demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan usaha sampingan berhubungan

dengan kemiskinan nelayan ditolak.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

53

Tabel 29. Tabel kontingensi antara usaha sampingan dan kemiskinan dengan kriteria Bank Dunia

Kemiskinan Usaha sampingan Jumlah Di atas jumlah rata-rata Di bawah jumlah rata-rata

Miskin Tidak miskin

12 4

9 5

21 9

Jumlah 16 14 30 Sumber : Data primer diolah

Dari tabel kontingensi tersebut kemudian dihitung nilai χ2. Dari hasil

analisis data diperoleh nilai χ2 sebesar 0,057. Dengan membandingkan χ2 tabel

pada dk = 1 dan α = 0,05 yaitu sebesar 3,841 maka dapat diketahui bahwa χ2

hitung lebih kecil dari χ2 tabel sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan

demikian hipotesis yang menyatakan perbedaan usaha sampingan berhubungan

dengan kemiskinan nelayan ditolak.

Dengan demikian secara keseluruhan hipotesis yang menyatakan usaha

sampingan berhubungan dengan kemiskinan ditolak. Hal ini dimungkinkan

karena usaha sampingan yang dilakukan tidak cukup besar untuk menambah

pendapatan keluarga hingga di atas garis kemiskinan. Begitu juga sebaliknya,

usaha sampingan pada keluarga nelayan yang telah memiliki pendapatan per

orang di atas garis kemiskinan tentu tidak akan menghubungkannya dengan

kemiskinan.

4. Analisis Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Ketimpangan Pendapatan

Beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan ketimpangan

pendapatan diantaranya adalah pengalaman melaut, lama melaut serta jumlah

tenaga kerja dalam kapal. Untuk menguji masing-masing variabel tersebut

digunakan analisis korelasi sederhana.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

54

a. Hubungan pengalaman melaut dengan ketimpangan pendapatan

Untuk mengetahui hubungan pengalaman melaut dengan ketimpangan

pendapatan maka digunakan analisis korelasi sederhana antara variasi

pendapatan dengan rata-rata pengalaman melaut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 30. Variasi pendapatan dan pengalaman melaut Kelompok

Variasi pendapatan (dalam juta

rupiah)

Rata-rata pengalaman

melaut (tahun)

x.y

x2

y2

I 4.306,3 17 7.321E+10 289 1.854E+19 II 27.070,7 15 4.061E+11 225 7.328E+20 III 26.035.7 14 3.645E+11 196 6.779E+20 IV 18.162.7 18 3.269E+11 324 3.299E+20 V 119.022.9 11 1.309E+12 121 1.417E+22 VI 277.300,9 19 5.269E+12 361 7.69E+22

n=6

Rata-rata : 78.649,9

Rata-rata : 15,67

∑ =xy 7.749E+12

∑ =2x 1516

∑ =2y 9.282E+22

Dari hasil analisis diperoleh korelasi antara pengalaman melaut dengan

ketimpangan pendapatan adalah 0,233 dengan nilai t-hitung sebesar 1,24.

Koefisien korelasi sebesar 0,233 berarti pengalaman melaut dengan

ketimpangan pendapatan lemah. Koefisien korelasi bertanda positif

menunjukkan bahwa pengalaman melaut dengan ketimpangan pendapatan

memiliki hubungan yang searah. Nilai t-hitung yang diperoleh lebih kecil dari t-

tabel (1,24 < 3,54) dengan demikian Ho diterima, yang artinya tidak ada

hubungan antara pengalaman melaut dengan ketimpangan pendapatan .

Hal ini terjadi karena untuk menjadi seorang nelayan tidak dibutuhkan

pengalaman. Jika ada satu orang saja yang berpengalaman dalam kapal, tentu

saja nelayan yang memiliki pengalaman lebih sedikit tidak akan memperoleh

pendapatan yang lebih kecil dibandingkan dengan nelayan yang memiliki

pengalaman lebih banyak.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

55

b. Hubungan lama melaut dengan ketimpangan pendapatan

Untuk mengetahui hubungan lama melaut dengan ketimpangan pendapatan maka

digunakan analisis korelasi sederhana antara variasi pendapatan dengan rata-rata

lama melaut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 31. Variasi pendapatan dan lama melaut Kelompok

Variasi pendapatan (dalam juta

rupiah)

Rata-rata lama melaut

(hari/trip)

x.y

x2

y2

I 4.306,3 1 4.3E+09 1 1.85445E+19 II 27.070,7 1 2.7E+10 1 7.32823E+20 III 26.035.7 1 2.6E+10 1 6.77862E+20 IV 18.162.7 3 5.4E+10 9 3.29886E+20 V 119.022.9 4 4.8E+11 16 1.41665E+22 VI 277.300,9 4 1.1E+12 16 7.68958E+22

n=6

Rata-rata : 78.649,9

Rata-rata : 2,3

∑ =xy 1.7E+12

∑ =2x 44

∑ =2y 9.28214E+22

Dari hasil analisis diperoleh korelasi antara lama melaut dengan ketimpangan

pendapatan adalah 0,75 dengan nilai t-hitung sebesar 6,003.

Koefisien korelasi sebesar 0,75 berarti lama melaut dengan ketimpangan

pendapatan kuat. Koefisien korelasi bertanda positif menunjukkan bahwa lama

melaut dengan ketimpangan pendapatan memiliki hubungan yang searah. Nilai

t-hitung yang diperoleh lebih besar dari t-tabel (6,003 > 3,54) dengan demikian

Ho ditolak, yang artinya ada hubungan antara lama melaut dengan ketimpangan

pendapatan.

Hal ini dikarenakan lama melaut nelayan akan mempengaruhi jumlah

tangkapan. Jumlah tangkapan tersebut tentu saja berhubungan dengan

pendapatan. Jumlah tangkapan yang banyak akan menyebabkan pendapatan

meningkat dan menghubungkannya dengan ketimpangan pendapatan antar

nelayan.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

56

c. Hubungan jumlah tenaga kerja dalam kapal dengan ketimpangan

pendapatan

Untuk mengetahui hubungan jumlah tenaga kerja dalam kapal dengan

ketimpangan pendapatan maka digunakan analisis korelasi sederhana antara

variasi pendapatan dengan rata-rata jumlah tenaga kerja dalam kapal dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 32. Variasi pendapatan dan jumlah tenaga kerja dalam kapal

Kelompok

Variasi pendapatan (dalam juta

rupiah)

Rata-rata jumlah

tenaga kerja dalam kapal

(orang)

x.y

x2

y2

I 4.306,3 1 4.3E+09 1 1.85445E+19 II 27.070,7 1 2.7E+10 1 7.32823E+20 III 26.035.7 3 2.6E+10 1 6.77862E+20 IV 18.162.7 4 5.4E+10 9 3.29886E+20 V 119.022.9 6 4.8E+11 16 1.41665E+22 VI 277.300,9 7 1.1E+12 16 7.68958E+22

n=6

Rata-rata : 78.649,9

Rata-rata : 3,67

∑ =xy 1.7E+12

∑ =2x 44

∑ =2y 9.28214E+22

Dari hasil analisis diperoleh korelasi antara jumlah tenaga kerja dalam kapal

dengan ketimpangan pendapatan adalah 0,83 dengan nilai t-hitung sebesar 9,803.

Koefisien korelasi sebesar 0,83 berarti jumlah tenaga kerja dalam kapal

dengan ketimpangan pendapatan kuat. Koefisien korelasi bertanda positif

menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja dalam kapal dengan ketimpangan

pendapatan memiliki hubungan yang searah. Nilai t-hitung yang diperoleh lebih

besar dari t-tabel (9,803 > 3,54) dengan demikian Ho ditolak, yang artinya ada

hubungan antara jumlah tenaga kerja dalam kapal dengan ketimpangan

pendapatan .

Hal ini dimungkinkan terjadi karena dengan jumlah tenaga kerja yang

semakin banyak maka akan menyebabkan pendapatan yang diterima nelayan

Universitas Sumatera Utara

Page 38: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

57

menjadi bervariaasi. Nelayan yang beroperasi dengan kapal yang memiliki awak

sedikit akan memperoleh pendapatan yang besar dan sebaliknya dengan jumlah

awak yang besar dalam satu kapal akan menyebabkan pendapatan yang diterima

lebih besar.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

58

58

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Tingkat kemiskinan nelayan sampel di daerah penelitian dengan perhitungan

count index menggunakan kriteria Upah Minimum Provinsi dan kriteria Bank

Dunia di atas 50% (masing-masing 90% dan 70%), sedangkan dengan kriteria

Sajogyo tingkat kemiskinan nelayan di daerah penelitian sebesar 20%.

2. Ketimpangan pendapatan keluarga nelayan yang diperoleh dengan

menggunakan analisis Gini Rasio adalah ketimpangan pendapatan yang

rendah dengan nilai 0,31 dengan tingkat pendapatan rendah (di bawah garis

kemiskinan).

3. Dari hasil analisis asosiasi menggunakan uji χ2 diketahui bahwa jumlah

tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, dan usaha sampingan masing-

masing tidak berhubungan dengan tingkat kemiskinan nelayan.

4. Dari hasil analisis korelasi sederhana diketahui bahwa pengalaman melaut

tidak berhubungan dengan ketimpangan pendapatan namun lama melaut dan

jumlah tenaga kerja dalam kapal masing-masing berhubungan dengan

ketimpangan pendapatan nelayan.

Saran

a. Kepada nelayan

1. Mengoptimalkan penangkapan dengan menambah frekuensi melaut dalam

setiap tripnya.

2. Melakukan usaha sampingan yang dapat menambah pendapatan keluarga

baik di sektor perikanan maupun di luar sektor perikanan.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: METODE PENELITIAN · PDF file26 . Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi . Untuk menghindari kesalahapahaman dalam penelitian dan membatasi penelitian maka dibuat defenisi dan batasan

59

b. Kepada pemerintah

1. Memberikan bantuan modal kepada nelayan karena dari hasil survei di

lapangan dapat diketahui bahwa sarana penangkapan nelayan untuk kapal

<5 GT masih belum memadai.

2. Memberikan pelatihan yang berguna bagi masyarakat nelayan guna

peningkatan hasil tangkapannya.

c. Kepada peneliti selanjutnya

1. Meneliti ketimpangan pendapatan nelayan mulai dari kelompok nelayan

tradisional hingga kelompok nelayan modern.

2. Menganalisis semua faktor penyebab (internal dan eksternal) terjadinya

kemiskinan dan ketimpangan pendapatan nelayan.

Universitas Sumatera Utara