CTEV

download CTEV

of 23

description

ctev

Transcript of CTEV

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar belakangKita seringkali menemui bentuk kaki maupun gaya berjalan anak yang aneh misalnya kaki berbentuk X ataupun O. Banyak yang menghubungkan dengan beberapa hal, namun banyak informasi yang berkembang di masyarakat adalah sebatas mitos yang belum bisa dibuktikan secara ilmiah.Prevalensi kondisi ini tidak diketahui, tetapi cukup sering untuk dianggap sebagai variasi normal pada balita.Namun demikian, tenaga kesehatan harus memiliki pengetahuan dalam triase kondisi ini. Radiografi, meskipun opsional, mungkin diperlukan untuk membedakan varus fisiologis dari kondisi patologis yang membutuhkan pengobatan. (Medscape. 2012) Kelainan kakiyang banyak dialami anak balita, umumnya bukan berupa penyakit tulang. Namun, lebih banyak berupa gangguan rotasi atau putaran tulang yang salah, sehingga sumbu putaran bergeser dan tidak jatuh pada titik sumbu yang semestinya. Biasa terjadi pada umur dibawah 2 tahun. Namun gangguan ini bisa juga bersifat patologis jika ditemukan pada rentang umur lebih dari 2 tahun. Beberapa tanda genuvarum dan genu valgus ini bersifat patologis adalah :1. Jika bowleg atau knock-knee terlihat keluar dari rentang umur diatas, bowleg melebihi umur 3 dan knock knee melebihi umur 7

2. Jika unilateral

3. Jika jarak interkondilar atau maleolar lebih dari 2 inci, atau progresivitasnya cepat, lebih dari inci dalam 6 bulan.

Gejala yang berhubungan seperti nyeri, lemas, tanda-tanda blounts disease, rickets, atau sindrom penyakit lain.

Selain itu, ada kelainan kongenital yang dinamakan CTEV (Congenital Talipes Equinovarus). Pada kasus ini, tampakan bayi keltika lahir sudah menunjukkan abnormalitas kaki dengan tanda telapak kaki membengkok kedalam. Dari uraian diatas, jika ternyata abnormalitas bentuk kaki anak tersebut patologis, tentu akan menimbulkan masalah kesehatan yang perlu segera ditangani. Karena jika tidak segera ditangani akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan dari anak tersebut. Oleh karena pentingnya perawatan anak dengan genu varum dan genu valgus inilah kita perlu memahami penyakit dan terapi yang diperlukan oleh anak tersebut. Melalui asuhan keperawatan yang komprehensif dan holstik diharapkan terjadi perbaikan atau perubahan bentuk kaki menjadi normal. 1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimanakah konsep genu valgum dan genuvarum pada anak?

2. Bagaimanakah konsep CTEV?

3. Bagaimanakah pengaruh CTEV pada tumbuh kembang anak?

4. Bagaimanakah asuhan keperwatan yang diberikan pada anak dengan gangguan CTEV1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umumMengidentifikasi asuhan keperawatan anak dengan kelainan kongenital CTEV1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi konsep genu varum dan genu valgus2. Mengidentifikasi konsep CTEV

3. Mengidentifikasi tumbuh kembang anak dengan CTEV4. Mengidentifikasi asuhan keperawatan anak dengan CTEV1.4 Manfaat

Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan CTEVBAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi

Genu varum (juga disebut bow-leggedness, bandiness, bengkok-kaki, dan tibia vara), adalah cacat fisik ditandai dengan (membungkuk ke arah luar) dari kaki berkaitan dengan paha, sehingga memberikan penampilan membungkuk pada seorang . Angulasi Biasanya medial dari tulang paha dan tibia keduanya yang terlibat. (Wikipedia, 2012)

Genu varum (bowleg) kondisi dimana kaki membengkok keluar pada posisi berdiri. Pembengkokan biasanya terjadi sekitar lutut, oleh karena itu ketika berdiri dengan dua kaki, lutut akan terpisah jauh.

Genu valgum(knock-knee) adalah kondisi dimana kaki membungkuk ke arah dalam pada posisi berdiri. Pembengkokan biasanya terjadi sekitar lutut, oleh karena itu berdiri dengan kaki berjajar bersamaan kedua kaki akan terpisah jauh. (wheaton resource corp)Genu valgum adalah istilah latin untuk menggambarkan bentuk knock-knee atau bentuk kaki seperti huruf x. Bentuk kaki x ini dapat digambarkan dengan kondisi kaki bagian bawah diposisikan pada sudut luar, yaitu lutut yang saling menyentuh, sementara pergelangan kaki terpisah(Dewo Sulistyo. 2011)Clubfoot adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan deformitas umum dimana kaki berubah dari posisi yang normal. Congenital Talipes Equino-varus (CTEV) atau biasa disebutClubfoot merupakan deformitas yang umum terjadi pada anak-anak. Clubfoot sering disebut juga CTEV (Congeintal Talipes Equino Varus) adalah deformitas yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan rotasi media dari tibia (Priciples of Surgery, Schwartz). Talipes berasal dari kata talus (ankle) dan pes (foot), menunjukkan suatu kelainan pada kaki (foot) yang menyebabkan penderitanya berjalan pada ankle-nya. Sedang Equinovarus berasal dari kata equino (meng.kuda) + varus (bengkok ke arah dalam/medial).

Sampai saat ini masih banyak perdebatan dalam etiopatologi CTEV. Patogenesisnya bersifat multifaktorial. Banyak teori telah diajukan sebagai penyebab deformitas ini, termasuk faktor genetic, defek sel germinativum primer, anomali vascular, faktor jaringan lunak, faktor intrauterine dan faktor miogenik. Telah diketahui bahwa kebanyakan anak dengan CTEV memiliki atrofi otot betis, yang tidak hilang setelah terapi, karenanya mungkin terdapat hubungan antara patologi otot dan deformitas ini.

CTEV adalah salah satu anomali ortopedik kongenital yang paling sering terjadi seperti dideskripsikan oleh Hippocrates pada tahun 400 SM, dengan gambaran klinis tumit yang bergeser kebagian dalam dan kebawah,forefootjuga berputar kedalam. Tanpa terapi, pasien denganclubfootakan berjalan dengan bagian luar kakinya, yang mungkin menimbulkan nyeri dan atau disabilitas. Meskipun begitu, hal ini masih menjadi tantangan bagi keterampilan para ahli bedah ortopedik anak akibat adanya kecenderungan kelainan ini menjadi relaps, tanpa memperdulikan apakah kelainan tersebut diterapi secara operatif maupun konservatif. Salah satu alasan terjadinya relaps antara lain adalah kegagalan ahli bedah dalam mengenali kelainan patoanatomi yang mendasarinya.clubfootseringkali secara otomatis diangggap sebagai deformitas equinovarus, namun ternyata terdapat permutasi dan kombinasi lainnya, sepertiCalcaneovalgus,, EquinovalgusdanCalcaneovarusyang mungkin saja terjadi.

CTEV merupakan kelainan kongenital kaki yang paling penting karena mudah mendiagnosisnya tetapi sulit mengkoreksinya secara sempurna, meskipun oleh ortopedis yang berpengalaman. Derajat beratnya deformitas dapat ringan, sedang atau berat, tergantung fleksibilitas atau adanya resistensi terhadap koreksi. CTEV harus dibedakan dengan posturalclubfootatau posisional equinovarus dimana pada CTEV bersifat rigid, menimbulkan deformitas yang menetap bila tidak dikoreksi segera.

Beberapa dari deformitas kaki termasuk deformitas ankle disebut dengan talipes yang berasal dari kata talus (yang artinya ankle) dan pes (yang berarti kaki). Deformitas kaki dan ankle dipilah tergantung dari posisi kelainan ankle dan kaki.

Deformitas talipes diantaranya :1. Talipes varus : inversi atau membengkok ke dalam2. Talipes valgus : eversi atau membengkok ke luar3. Talipes equinus : plantar fleksi dimana jari-jari lebih rendanh daripada tumit4. Talipes calcaneus : dorsofleksi dimana jari-jari lebih tinggi daripada tumit

Club Foot terjadi kelainan berupa :1. Fore Foot Adduction(kaki depan mengalami adduksi dan supinasi)2. Hind Foot Varus(tumit terinversi)3. Equinus ankle(pergelangan kaki dalam keadaan equinus = dalam keadaan plantar fleksi)

Clubfeet yang terbanyak merupakan kombinasi dari beberapa posisi dan angka kejadian yang paling tinggi adalah tipe talipes equinovarus (TEV) dimana kaki posisinya melengkung kebawah dan kedalam dengan berbagai tingkat keparahan. Unilateral clubfoot lebih umum terjadi dibandingkan tipe bilateral dan dapat terjadi sebagai kelainan yang berhubungan dengan sindroma lain seperti aberasi kromosomal, artrogriposis (imobilitas umum dari persendian), cerebral palsy atau spina bifida.

Frekuensi clubfoot dari populasi umum adalah 1 : 700 sampai 1 : 1000 kelahiran hidup dimana anak laki-laki dua kali lebih sering daripada perempuan. Insidensinya berkisar dari 0,39 per 1000 populasi Cina sampai 6,8 per 1000 diantara orang. Berdasarkan data, 35% terjadi pada kembar monozigot dan hanya 3% pada kembar dizigot. Ini menunjukkan adanya peranan faktor genetika.

2.2 Insidensi

Insidensi adalah sekitar 1 dari 1000 kelahirana. Pria > Wanita, dengan 65% kasus terjadi pada pria

b. Pada 30-40% kasus terjadi bilateral

2.3 Klasifikasi1. Postural Club foot2. Congenital Club foot :a. Simple

b. Rigid pada kasus yang rigid, perlu tindakan operasi.

3. Syndromic Club foot associated with :@ Artrogryposis Multiplex Congenital atau amioplasia suatu kelainan kongenital yang berkaitan dengan penggantian otot dengan jaringan fibrosa pada saat lahir, sehingga mengakibatkan hilangnya mobilitas sendi, dan berkaitan dengan deformitas seperti misalnya CHD, talipes equinovarus, dislokasi lutut.@ Myelomeningocel. Pada kasus ini terjadi imbalance otot sehingga terjadi club foot tipe rigid.

2.4 Etiologi

Penyebabutama CTEV tidak diketahui. Adanya berbagai macam teori penyebab terjadinnya CTEV menggambarkan betapa sulitnya membedakan antara CTEV primer dengan CTEV sekunder karena suatu proses adaptasi.

Beberapa teori mengenai penyebab terjadinya CTEV:

1. Teori kromosomal, antara lain defek dari sel germinativum yang tidak dibuahi dan muncul sebelum fertilisasi.

2. Teori embrionik, antara lain defek primer yang terjadi pada sel germinativum yang dibuahi (dikutip dari Irani dan Sherman) yang mengimplikasikan defek terjadi antara masa konsepsi dan minggu ke-12 kehamilan.

3. Teori otogenik, yaitu teori perkembangan yang terhambat, antara lain hambatan temporer dari perkembangan yang terjadi pada atau sekitar minggu ke-7 sampai ke-8 gestasi. Pada masa ini terjadi suatu deformitasclubfootyang jelas, namun bila hambatan ini terjadi setelah minggu ke-9, terjadilah deformitasclubfootyang ringan hingga sedang. Teori hambatan perkembangan ini dihubungkan dengan perubahan pada faktor genetic yang dikenal sebagai Cronon.Crononini memandu waktu yang tepat dari modifikasi progresif setiap struktur tubuh semasa perkembangannya. Karenanya, clubfoot terjadi karena elemen disruptif (lokal maupun umum) yang menyebabkan perubahan faktor genetic (cronon).

4. Teori fetus, yakni blok mekanik pada perkembangan akibatintrauterine crowding.5. Teori neurogenik, yakni defek primer pada jaringan neurogenik.

6. Teori amiogenik, bahwa defek primer terjadi di otot.2.5 Manifestasi klinis

Gejala klinis dapat ditelusuri melalui riwayat keluarga yang menderitaclubfootatau kelainan neuromuskuler, dan dengan melakukan pemeriksaan secara keseluruhan untuk mengidentifikasi adanya abnormalitas.

Pemeriksaan dilakukan dengan posisi prone, dengan bagian plantar yang terlihat, dan supine untuk mengevaluasi rotasi internal dan varus. Jika anak dapat berdiri , pastikan kaki pada posisiplantigrade,dan ketika tumit sedang menumpu, apakah pada posisi varus, valgus atau netral.

Deformitas serupa terlihat padamyelomeningocele and arthrogryposis.Oleh sebab itu agar selalu memeriksa gejala-gejala yang berhubungan dengan kondisi-kondisi tersebut. Ankleequinusdan kaki supinasi (varus) dan adduksi (normalnya kaki bayi dapat dorso fleksi dan eversi, sehingga kaki dapat menyentuh bagian anterior dari tibia). Dorso fleksi melebihi 90 tidak memungkinkan.

Kemungkinan manifestasi klinis yang ditemui adalah :1. Tidak adanya kelainan congenital lain

2. Berbagai kekakuan kaki

3. Hipoplasia tibia, fibula, dan tulang-tulang kaki ringan

4. Kaki bagian depan dan tengah inversi dan adduksi. Ibu jari kaki terlihat relatif memendek.

5. Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki cekung dengan alur atau cekungan pada bagian medial plantar kaki. Kaki bagian belakang equinus. Tumit tertarik dan mengalami inversi, terdapat lipatan kulit transversal yang dalam pada bagian atas belakang sendi pergelangan kaki. Atrofi otot betis, betis terlihat tipis, tumit terlihat kecil dan sulit dipalpasi.

6. Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki depan tidak dapat diabduksikan dan dieversikan, kaki belakang tidak dapat dieversikan dari posisi varus. Kaki yang kaku ini yang membedakan dengan kaki equinovarus paralisis dan postural atau positional karena posisi intra uterin yang dapat dengan mudah dikembalikan ke posisi normal. Luas gerak sendi pergelangan kaki terbatas. Kaki tidak dapat didorsofleksikan ke posisi netral, bila disorsofleksikan akan menyebabkan terjadinya deformitasrocker-bottomdengan posisi tumit equinus dan dorsofleksi pada sendi tarsometatarsal. Maleolus lateralis akan terlambat pada kalkaneus, pada plantar fleksi dan dorsofleksi pergelangan kaki tidak terjadi pergerakan maleoulus lateralis terlihat tipis dan terdapat penonjolan korpus talus pada bagian bawahnya.

7. Tulang kuboid mengalami pergeseran ke medial pada bagian distal anterior tulang kalkaneus. Tulang navicularis mengalami pergeseran medial, plantar dan terlambat pada maleolus medialis, tidak terdapat celah antara maleolus medialis dengan tulang navikularis. Sudut aksis bimaleolar menurun dari normal yaitu 85 menjadi 55 karena adanya perputaran subtalar ke medial.

8. Terdapat ketidakseimbangan otot-otot tungkai bawah yaitu otot-otot tibialis anterior dan posterior lebih kuat serta mengalami kontraktur sedangkan otot-otot peroneal lemah dan memanjang. Otot-otot ekstensor jari kaki normal kekuatannya tetapi otot-otot fleksor jari kaki memendek. Otot triceps surae mempunyai kekuatan yang normal.

9. Tulang belakang harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina bifida. Sendi lain seperti sendi panggul, lutut, siku dan bahu harus diperiksa untuk melihat adanya subluksasi atau dislokasi.

2.6 Patofisiologi

Teori patogenesis clubfeet adalah sebagai berikut:

1. Penangkapan perkembangan janin dalam tahap fibula

2. Cacat anlage kartilaginosa dari talus3. Faktor neurogenik: kelainan histokimia telah ditemukan di kelompok otot peroneal posteromedial dan pasien dengan clubfeet.Hal ini mendalilkan terjadi karena perubahan persarafan dalam kehidupan intrauterin sekunder untuk acara neurologis, seperti stroke menyebabkan hemiparesis ringan atau paraparesis.Hal ini lebih didukung oleh kejadian 35% dari varus dan equinovarus deformitas dalam spina bifida.4. Mencabut fibrosis (atau myofibrosis) sekunder untuk jaringan fibrosa meningkat pada otot dan ligamen: Dalam penelitian janin dan kadaver, Ponseti juga menemukan kolagen dalam semua struktur ligamen dan tendon (kecuali Achilles tendon), dan itu sangat longgar dan berkerut bisadiregangkan.Tendon Achilles, di sisi lain, terdiri dari kolagen erat berkerut dan tahan terhadap peregangan.Zimny et al menemukan myoblasts di fasia medial pada mikroskop elektron dan mendalilkan bahwa mereka menyebabkan kontraktur medial. 5. Insersi tendon anomali : Inclan mengusulkan arag hasil insersi tendon anomali club feet. Namun, penelitian lain tidak didukung. Hal ini lebih mungkin bahwa anatomi clubfeet dapat membuatnya tampak bahwa insersi tendon anomlali. Variasi musiman: Robertson mencatat variasi musiman untuk menjadi faktor dalam studi epidemiologi di negara berkembang. Hal ini bertepatan dengan variasi yang sama dalam kejadian polio pada anak di masyarakat..Clubfoot karena itu diusulkan untuk menjadi sequela dari kondisi poliolike prenatal.Teori ini kemudian didukung oleh perubahan motor neuron di kornu anterior di sumsum tulang belakang dari bayi-bayi.2.7 KomplikasiKomplikasi dapat terjadi dari terapi konservatif maupun operatif. Pada terapi konservatif mungkin dapat terjadi maslah pada kulit, dekubitus oleh karena gips, dan koreksi yang tidak lengkap. Beberapa komplikasi mungkin didapat selama dan setelah operasi. Masalah luka dapat terjadi setelah operasi dan dikarenakan tekanan daricast.Ketika kaki telah terkoreksi, koreksi dari deformitas dapat menarik kulit menjadi kencang, sehinggga aliran darah menjadi terganggu. Ini membuat bagian kecil dari kulit menjadi mati. Normalnya dapat sembuh dengan berjalannya waktu, dan jarang memerlukan cangkok kulit.

Infeksi dapat terjadi pada beberapa tindakan operasi. Infeksi dapat terjadi setelah operasi kakiclubfoot.Ini mungkin membutuhkan pembedahan tambahan untuk mengurangi infeksi dan antibiotik untuk mengobati infeksi.

Kaki bayi sangat kecil, strukturnya sangat sulit dilihat. Pembuluh darah dan saraf mungkin saja rusak akibat operasi. Sebagian besar kaki bayi terbentuk oleh tulang rawan. Material ini dapat rusak dan mengakibatkan deformitas dari kaki. Deformitas ini biasanya terkoreksi sendir dengan bertambahnya usia

2.8 Penatalaksanaan

1. Non-Operative :Pertumbuhan yang cepat selama periode infant memungkinkan untuk penanganan remodelling.Penanganan dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga tahapan yaitu : koreksi dari deformitas, mempertahankan koreksi sampai keseimbangan otot normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah kembalinya deformitas.

Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari serial cast yang dimulai dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai tujuan koreksi tercapai. Koreksi ini ditunjang juga dengan latihan stretching dari struktur sisi medial kaki dan latihan kontraksi dari struktur yang lemah pada sisi lateral.

Manipulasi dan pemakaian cast ini diulangi secara teratur (dari beberapa hari sampai 1-2 bulan dengan interval 1-2 bulan) untuk mengakomodir pertumbuhan yang cepat pada periode ini.

Jika manipulasi ini tidak efektif, dilakukan koreksi bedah untuk memperbaiki struktur yang berlebihan, memperpanjang atau transplant tendon. Kemudian ektremitas tersebut akan di cast sampai tujuan koreksi tercapai. Serial Plastering (manipulasi pemasangan gibs serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12 minggu). Setelah itu dialakukan koreksi dengan menggunakan sepatu khusus, sampai anak berumur 16 tahun.

Perawatan pada anak dengan koreksi non bedah sama dengan perawatan pada anak dengan anak dengan penggunaan cast. Anak memerlukan waktu yang lama pada koreksi ini, sehingga perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Observasi kulit dan sirkulasi merupakan bagian penting pada pemakaian cast. Orangtua juga harus mendapatkan informasi yang cukup tentang diagnosis, penanganan yang lama dan pentingnya penggantian cast secara teratur untuk menunjang penyembuhan.

Perawatan cast (termasuk observasi terhadap komplikasi), dan menganjurkan orangtua untuk memfasilitasi tumbuh kembang normal pada anak walaupun ada batasan karena deformitas atau therapi yang lama.

Perawatan cast meliputi :1. Biarkan cast terbuka sampai kering2. Posisi ektremitas yang dibalut pada posisi elevasi dengan diganjal bantal pada hari pertama atau sesuai intruksi3. Observasi ekteremitas untuk melihat adanya bengkak, perubahan warna kulit dan laporkan bila ada perubahan yang abnormal4. Cek pergerakan dan sensasi pada ektremitas secara teratur, observasi adanya rasa nyeri.

5. Batasi aktivitas berat pada hari-hari pertama tetapi anjurkan untuk melatih otot-otot secara ringan, gerakkan sendi diatas dan dibawah cast secara teratur.Istirahat yang lebih banyak pada hari-hari pertama untuk mencegah traumaJangan biarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam cast, jauhkan benda-benda kecil yang bisa dimasukkan ke dalam cast oleh anak6. Rasa gatal dapat dukurangi dengan ice pack, amati integritas kulit pada tepi cast dan kolaborasikan bila gatal-gatal semakin berat7. Cast sebaiknya dijauhkan dari dengan air

INCLUDEPICTURE "http://www.zadeh.co.uk/paediatricorthopaedics/club_foot_8.jpg" \* MERGEFORMATINET CAST pada CTEV (Posenti Tretment)2. OperatifIndikasi dilakukan operasi adalah sebagai berikut :1. Jika terapi dengan gibs gagal2. Pada kasus Rigid club foot pada umur 3-9 bulan

Operasi dilakaukan dengan melepasakan karingan lunak yang mengalami kontraktur maupun dengan osteotomy. Osteotomy biasanya dilakukan pada kasus club foot yang neglected/ tidak ditangani dengan tepat.

Kasus yang resisten paling baik dioperasi pada umur 8 minggu, tindakan ini dimulai dengan pemanjangan tendo Achiles ; kalau masih ada equinus, dilakuakan posterior release dengan memisahkan seluruh lebar kapsul pergelangan kaki posterior, dan kalau perlu, kapsul talokalkaneus. Varus kemudian diperbaiki dengan melakukan release talonavikularis medial dan pemanjangan tendon tibialis posterior.(Ini Menurut BuKu Appley).

Pada umur > 5 tahun dilakukanbone procedure osteotomy. Diatas umur 10 tahun atau kalau tulang kaki sudah mature, dilakukan tindakanartrodesis tripleyang terdiri atas reseksi dan koreksi letak pada tiga persendian, yaitu :art. talokalkaneus, art. talonavikularis, dan art. kalkaneokuboid.

3. Suportif

a. SplintsCTEVAdalahsplintsplastikdibentuksedemikianrupasehinggamembuatkaki dalamposisi yang benar.b. Deniscoklatbelat:membuatkaki diposisi yang benardan digunakansepanjang harisebelum anakmulai berjalan.Jenissplintsharus digunakanpada malam harisaja.

c. CTEVsepatu: Ini adalahsepatuyangdimodifikasihanya digunakan ketikaanak mulaiberjalan.Modifikasikhusus yang dibuatdalamjenis sepatuadalah:Lurusdalamperbatasanuntuk mencegahgerakanke dalamkakiSepatuluardibangkitkanuntuk mencegahinversikakiTanpa hak untuk mencegahequines(seperti kuda)

Sepatu iniCTEVdigunakansampai anakusia 5 tahun.

Healthline.2010. Congenital Talipes Equinovarus (CTEV)

2.9 Prognosis

Asalkan terapi dimulai sejak lahir, deformitas sebagian besar dapat diperbaiki; walupun demikian, keadaan ini sering tidak sembuh sempurna dan sering kambuh, terutama pada bayi dengan kelumpuhan otot yang nyata atau disertai penyakit neuromuskuler. Beberapa kasus menunjukkan respon yang positif terhadap penanganan, sedangkan beberapa kasus lain menunjukkan respon yang lama atau tidak berespon samasekali terhadap treatmen. Orangtua harus diberikan informasi bahwa hasil dari treatmen tidak selalu dapat diprediksi dan tergantung pada tingkat keparahan dari deformitas, umur anak saat intervensi, perkembangan tulang, otot dan syaraf. Fungsi kaki jangka panjang setelah terapi secara umum baik tetapi hasil study menunjukkan bahwa koreksi saat dewasa akan menunjukkan kaki yang 10% lebih kecil dari biasanya

2.10 Pemeriksaan penunjang2.10.1 Diagnosis

Kelainan ini mudah didiagnosis, dan biasanya terlihat nyata pada waktu lahir (early diagnosis after birth). Pada bayi yang normal dengan equinovarus postural, kaki dapat mengalami dorsifleksi dan eversi hingga jari-jari kaki menyentuh bagian depan tibia. Passive manipulation dorsiflexion Toe touching tibia normal.

Bentuk dari kaki sangat khas. Kaki bagian depan dan tengah inversi dan adduksi. Ibu jari kaki terlihat relatif memendek. Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki cekung dengan alur atau cekungan pada bagian medial plantar kaki. Kaki bagian belakang equinus. Tumit tertarik dan mengalami inversi, terdapat lipatan kulit transversal yang dalam pada bagian atas belakang sendi pergelangan kaki. Atrofi otot betis, betis terlihat tipis, tumit terlihat kecil dan sulit dipalpasi. Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki depan tidak dapat diabduksikan dan dieversikan, kaki belakang tidak dapat dieversikan dari posisi varus. Kaki yang kaku ini yang membedakan dengan kaki equinovarus paralisis dan postural atau positional karena posisi intra uterin yang dapat dengan mudah dikembalikan ke posisi normal. Luas gerak sendi pergelangan kaki terbatas. Kaki tidak dapat didorsofleksikan ke posisi netral, bila disorsofleksikan akan menyebabkan terjadinya deformitasrocker-bottomdengan posisi tumit equinus dan dorsofleksi pada sendi tarsometatarsal. Maleolus lateralis akan terlambat pada kalkaneus, pada plantar fleksi dan dorsofleksi pergelangan kaki tidak terjadi pergerakan maleoulus lateralis terlihat tipis dan terdapat penonjolan korpus talus pada bagian bawahnya. Tulang kuboid mengalami pergeseran ke medial pada bagian distal anterior tulang kalkaneus. Tulang navicularis mengalami pergeseran medial, plantar dan terlambat pada maleolus medialis, tidak terdapat celah antara maleolus medialis dengan tulang navikularis. Sudut aksis bimaleolar menurun dari normal yaitu 85 menjadi 55 karena adanya perputaran subtalar ke medial.

Terdapat ketidakseimbangan otot-otot tungkai bawah yaitu otot-otot tibialis anterior dan posterior lebih kuat serta mengalami kontraktur sedangkan otot-otot peroneal lemah dan memanjang. Otot-otot ekstensor jari kaki normal kekuatannya tetapi otot-otot fleksor jari kaki memendek. Otot triceps surae mempunyai kekuatan yang normal.

Tulang belakang harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina bifida. Sendi lain seperti sendi panggul, lutut, siku dan bahu harus diperiksa untuk melihat adanya subluksasi atau dislokasi. Pmeriksaan penderita harus selengkap mungkin secara sistematis seperti yang dianjurkan oleh R. Siffert yang dia sebut sebagai Orthopaedic checklist untuk menyingkirkan malformasi multiple. 2.10.2 Diagnosis Banding1. Postural clubfoot-disebabkan oleh posisi fetus dalam uterus. Kaki dapat dikoreksi secara manual oleh pemeriksa. Mempunyai respon yang baik dan cepat terhadapserial castingdan jarang akan kambuh kembali

2. Metatarsus adductus (atau varus)-adalah deformitas pada metatarsal saja. Kaki bagian depan mengarah ke bagian medial dari tubuh. Dapat dikoreksi dengan manipulasi dan mempunyai respon terhadapserial casting.

2.10.3 Pemeriksaan diagnostik

Deformitas ini dapat dideteksi secara dini pada saat prenatal dengan ultrasonography atau terdeteksi saat kelahiran.

WOC

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATANKasus

Ny S datang ke RSUA pada 01September 2015 dengan keluhan anak laki-lakinya yang baru dilahirkan 5 hari yang lalu kakinya terlihat kaku dan masuk ke arah dalam. Ny S mengetahui keadaan kaki anak T tersebut abnormal sejak lahir, namun pada awalnya Ny S mengira lama-lama akan normal dengan sendirinya. Namun semakin hari Ny A merasa cemas dengan keadaan anaknya yang akhirnya membawa anak T ke RSUA. Ny S adalah ibu Rumah Tangga 2 anak, beragama islam, suku jawa, tamat SMA. Alamat Ny S adalah Dukuh setro ruwasan 2 no 5. Suami Ny S adalah Tn W seorang PNS guru pada sekolah dasar. Dari Heteroanamnesa dari ibu pasien, didapatkan data bahwa anak pertama Ny S normal dan sekarang berumur 2 th. Anggota keluarga Ny S juga tidak ada yang menderita kelainan seperti ini. Keluaraga Ny S sampai saat ini hanya menderita sakit seperti batuk, pilek, demam ringan, dan tidak pernah sampai opname. Selama hamil, Ny S ANC ke puskesmas Tanah Kali kedinding. Saat mengandung anak T, Ny S mengaku tidak menderita penyakit apapun dan tidak mengkonsumsi alkohol serta tidak merokok. Saat melahirkan anak T, Ny S ditolong oleh bidan desa. Anak T lahir spontan dengan usia kehamilan 38 minggu, saat lahir langsung menangis dengan BB 2900 gram dan panjang 50cm. Saat persalinan Ny S dan anak T hanya menginap semalam di bidan tersebut. Anak T sampai saat ini belum dapat imunisasi apa-apa, sehari-hari minum ASI, BAB warna kuning berampas (memakai pampers). Berdasarkan informasi dari Ny S, anak T terlihat kaku dalam menggerakkan kakinya. Sebenarnya Ny S sudah mengetahui kelainan ini sejak anak T lahir. Namun Ny S beranggapan lama-lama kaki anaknya akan menjadi normal. Namun lama-kelamaan Ny S cemas dengan keadaan anaknya. Sehari-hari anak T tidur sekitar 12jam dan mandi seka dua kali sehari dengan air hangat. Dari pemeriksaan fisik pada An.T didapatkan TD 80/70 mmhg, RR 50x/menit, suhu 36,50C, Nadi 80x/menit. Suara nafas vesikuler, Irama nafas reguler, tidak ada retraksi otot bantu nafas, tidak ada alat bantu nafas, dan tidak ada pernafasan cuping hidung. Akral An. T hangat, tidak pucat dan tidak jaundice, CRT 2 detik. Sistem saraf normal, An T BAB dan BAK di pampers, konsistensi BAB cair kuning berampas, BAK kuning jernih , Tidak ada gangguan pada sistem pencernaan, Jika di inspeksi, kaki An. T terlihat kaku, pergerakan kaki tidak bebas dan kaki terlihat masuk ke arah dalam. I. Pengkajian

a. Biodata klien :

Nama:Ny SAlamat:Dukuh Setro RuwasanAgama:IslamSuku:JawaPekerjaan

:Ibu rumah tanggaPendidikan

:SMA

Nama Suami:Tn W

Pekerjaan suami:PNS guru

b. Keluhan Utama :

Kelainan pada kaki anak T yang masuk ke arah dalam dan terlihat kaku saat menggerakkan kaki.c. Riwayat Penyakit Sekarang

Ny S datang ke RSUA untuk memeriksakan anak T yang sampai sekarang (5 hari kelahirannya) ketika menggerakkan kaki terlihat kaku dan kaki terlihat masuk ke dalam. Ny S cemas dengan keadaan anaknya sehingga memeriksakan anaknya ke RSUA.d. Riwayat penyakit keluarga

Dalam keluarga Ny S tidak ada yang menderita kelainan seperti ini. Anak pertama Ny S juga normal.e. Riwayat Antenatal, Natal Dan Postnatal

1. Antenatal

Selama hamil Ny S ANC di puskesmas Tanah Kali Kedinding. Ny S tidak merokok, tidak pernah mengkonsumsi alkohol, hanya minum obat-obatan dari puskesmas saat ANC. Ny S juga tidak menderita penyakit apapun selama hamil.2. Natal

Ny S melahirkan anak T di bidan desa secara spontan dengan usia kehamilan 38minggu. Anak T langsung menangis ketika lahir, berat badan 2900gram dengan panjang 50cm.3. Postnatal

Setelah melahirkan anak T, Ny S menginap semalam di bidan desa tersebut dan melakukan pemeriksaan postnatal pada bidan tersebut.f. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan anak T belum terlihat secara signifikan karena umur anak T baru 5 hari.g. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluaraga Ny S sampai saat ini hanya menderita sakit seperti batuk, pilek, demam ringan, dan tidak pernah sampai opname.h. Riwayat Imunisasi

Anak T belum pernah menerima imunisasi apapun.i. Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola nutrisiSejak lahir sampai saat ini anak T hanya minum ASI.

2. Pola eliminasiAnak T BAB dan BAK di pampers, BAB cair, berwarna kuning, dan berampas.

3. Pola aktivitas

Anak T ketika menggerakkan kaki terlihat kekakuan dalam menggerakkan.

4. Pola istirahatSehari-hari anak T tidur sekitar 12 jam.

5. Pola kebersihan diri

Sehari-hari anak T mandi diseka dua kali sehari dengan menggunakan air hangat.II. Review of System

1. B1(Breathing)

RR : 50x/menitSuara nafas vesikuler

Irama nafas reguler

Tidak ada alat bantu nafas

Tidak ada retraksi otot bantu nafas

Tidak ada pernafasan cuping hidung

2. B2

TD 80/70 mmhg

Nadi 80x/menit

CRT 2 detik3. B3

Tidak ada gangguan

4. B4

Diet ASI

5. B5

Tidak ada gangguan

6. B6Akral hangat kering merah, tidak ada pucat, tidak ada jaundice, kaki terlihat kaku, pergerakan tidak bebas, kaki terlihat masuk ke arah dalam.III.Diagnosa Keperawatan1. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan cidera fisik

2. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gips

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal

4. Ansietas berhubungan dengan abnormalitas kaki pada anak.III.Rencana Asuhan KeperawatanNODIAGNOSA KEPERAWATANTUJUAN DAN KRITERIA HASILINTERVENSIRASIONAL

1.Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan cidera fisik

Tujuan :ketidaknyamanan yang dialami pasien tidak ada atau minimal

Kriteria Hasil:

- Anak tidak menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan

- ketidaknyamanan minor dapat ditoleransi1. Berikan posisi yang nyaman, gunakan bantal untuk menyokong area dependen

2. Bila perlu batasi aktivitas yang melelahkan

3. Hilangkan rasa gatal dibawah gips dengan udara dingin yang ditiupkan dari spuit asepto, fan, atau pengering rambut.

4. Hindari menggunakan bedak atau lotion dibawah gips

1. Mengurangi ketegangan ekstremitas yang di gips

2. Untuk mencegah nyeri3. Udara dingin dapat mengurangi rasa gatal4. Karena substansi ini mempunyai kecenderungan untuk menggumpal dan menimbulkan iritasi

2.Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gipsTujuan :Pasien tidak mengalami iritasi kulit

Kriteria Hasil :Tidak ditemukannya tanda-tanda kerusakan integritas kulit

1. Pastikan bahwa semua tepi gips halus dan bebas dari proyeksi pengiritasi

2. Jangan membiarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam gips

3. Waspadai anak yang lebih besar untuk tudak memasukkan benda-benda kedalam gips, jelaskan mengapa ini penting

4. Jaga agar kulit yang terpajan tetap bersih dan bebas dari iritan

5. Lindungi gips selama mandi, kecuali jika gips sintetik tahan terhadap air

6. Selama gips dilepas, rendam dan basuh kulit dengan perlahan

1. Tepi gips yang tidak halus dapat mengiritasi kulit

2. Untuk mencegah trauma kulit3. Untuk mendorong kepatuhan4. Karena kulit yang tidak bersih dapat memicu timbulnya iritasi

5. Karena kulit dapat teriritasi akibat adanya air di dalam gips

6. Karena gips akan mengeras dengan kulit terdeskuamasi dan sekresi sebasea

3.Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal

Tujuan :Pasien mempertahankan penggunaan otot pada area yang tidak sakit

Kriteria hasil :- Ekstremitas yang tidak sakit tetap mempertahankan tonus otot yang baik.

- Anak melakukan aktivitas yang sesuai dengan usia dan kondisi anak1. Dorong untuk ambulasi sesegera mungkin

2. Ajarkan penggunaan alat mobilisasi seperti kurk untuk kaki yang di gips

3. Dorong anak dengan alat ambulasi untuk berambulasi segera setelah kondisi umumnya memungkinkan

4. Dorong aktivitas bermain dan pengalihan

5. Dorong anak untuk menggunakan sendi-sendi di atas dan di bawah gips

1. Untuk meningkatkan mobilitas2. Untuk membantu melatih ekstremitas dengan bantuan

3. penopang berat badan4. Untuk melatih dan meningkatkan mobil

5. Untuk melatih otot yang tidak sakit dan mempertahankan fleksibilitas dan fungsi sendi

4.Ansietas berhubungan dengan abnormalitas kaki pada anak.Tujuan :Ibu pasien tidak cemas Kriteria Hasil :Tidak ada ekspresi takut dari ibu pasien1. Jelaskan apa yang terjadi pada An T termasuk faktor penyebab dan solusi yang akan dilaksanakan pihak RS.

1. Menghilangkan rasa takut dan mendorong kerja sama

BAB 4PENUTUP3.1KesimpulanCongenital Talipes Equino Varus (CTEV) atau biasa disebutClubfootmerupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan deformitas umum dimana kaki berubah dari posisi normal yang umum terjadi pada anak-anak. CTEV adalah deformitas yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan rotasi media dari tibia (Priciples of Surgery, Schwartz).

Penyebab pasti dari clubfoot sampai sekarang belum diketahui. Beberapa ahli mengatakan bahwa kelainan ini timbul karena posisi abnormal atau pergerakan yang terbatas dalam rahim dan perkembangan embryonic yang abnormal yaitu saat perkembangan kaki ke arah fleksi dan eversi pada bulan ke-7 kehamilan.

Treatment dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga tahapan yaitu : koreksi dari deformitas,mempertahankan koreksi sampai keseimbangan otot normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah kembalinya deformitas. Pemasangan gips serial segera dimulai setelah kelahiran.

3.2SaranDengan dibuatnya makalah ini diharapkan kepada para pembaca khususnya pada orang tua, jika mempunyai bayi baru lahir, sebaiknya memperhatikan kondisii bayinya, bila orang tua malihat ketidaksesuain bentuk dari kedua kaki bayi segeralah meminta konfirmasi pada petugas medis tentang keadaan kaki bayi. Bila ternyata ada kelainan sebaiknya segera berobat ke dokter spesialis orthopedic untuk mendapatkan pengobatan sedini mungkin karena pengobatan CTEV ini secara bertahap dan berkelanjutan sehingga harus sabar dan rutin kontrol serta mematuhi anjuran dokter agar tercapai hasil yang optimal.

Selain itu, diharapkan juga kepada tenaga medis khususnya perawat agar lebih tepat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak dengan CTEV.DAFTAR PUSTAKA

Healthline24x7, 2010. ongenital Talipes Equino Varus(CTEV). [Online] Available at: http://www.healthline24x7.com/diseases/musculoskeletal-disorders/congenital-talipes-equinovarus-ctev-/management[Diakses 02 Mei 2012].

Klinik, C. f., 2009. Kenali clubfoot atau CTEV pada anak. [Online] Available at: http://footclinic.wordpress.com/2009/08/29/kenali-clubfoot-atau-ctev-pada-anak/[Diakses 02 mei 2012].

Perawat2008, 2011. CTEV (Congenital Talipes Equino Varus). [Online] Available at: http://perawat2008a.wordpress.com/2011/10/14/ctev-congenital-talipes-equino-varus/[Diakses 02 mei 2012].

Doenges,marilyn.1999.Rencana Asuhan keperawatan(edisi 3). Jakarta:EGC:EGCBentuk kaki tidak normal

CTEV

Gangguan menggerakkan kaki

Fore Foot Adduction

Hind Foot Varus

Equinus ankle

Anatomi tulang abnormal

Teori kromosonal

Teori embrionik

Teori otogenik

Teori neurogenik

Teori amiogenik

Cidera fisik

MK: Ansietas

MK: Nyeri

Pergerakan kaki yang terbatas

Tindakan pemasangan GIPS

MK: Kerusakan mobilitas fisik

Kerusakan muskuloskeletal

Vaskularisasi jaringan menurun

Resti kerusakan integritas kulit

20