CSS Sindrom Dispepsia Ifa

download CSS Sindrom Dispepsia Ifa

of 28

Transcript of CSS Sindrom Dispepsia Ifa

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    1/28

    1

    BABI

    PENDAHULUAN

    Keluhan dyspepsia merupakan keadaan klinis yang sering dijumpai dalam

    praktek praktis sehari-hari. Diperkirakan hampir 30% kasus pada praktek umum

    dan 60% praktek gastroenterologis merupakan kasus dyspepsia. Istilah dyspepsia

    mulai gencar dikemukakan sejak akhir tahun 80-an yang menggambarkan keluhan

    atau kumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di

    epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa penuh di perut,sendawa, regurgitasi dan dan rasa panas yang menjalar di dada. Sindrom atau

    keluhan ini dapat disebabkan atau didasari oleh berbagai penyakit tentunya

    termasuk pula penyakit lambung, yang diasumsikan oleh orang awam seperti

    penyakit maag/lambung, Penyakit hepatitis, pancreatitis kronik, kolesistitis

    kronik) merupakan penyakit tersering setelah penyakit yang melibatkan gangguan

    patologis pada tukak peptic dan gastritis. Beberapa penyakit di luar system

    gastrointestinal dapat pula bermanifestasi dalam bentuk sindrom dyspepsia,seperti gangguan infark miokard, penyakit tiroid, obat-obat dan sebagainya.1

    Dispepsia merupakan keluhan umum yang dalam waktu tertentu dapat

    dialami oleh seseorang. Berdasarkan penelitian pada populasi umum didapatkan

    bahwa 15-30% orang dewasa pernah mengalami hal ini dalam beberapa hari.

    Dari data di Negara barat di dapatkan prevalensinya berkisar 7-41% tapi hanya

    10-20% yang mencari pertolongan medis. Belum ada data epidemiologi di

    Indonesia.1

    \ Gejala yang esensial adalah selalu adanya komponen dari nyeri atau

    gangguan abdomen bagian atas. Untuk membedakannya dari ICS (Irritable Colon

    Syndrome) dikatakan bahwa dyspepsia meliputi gejala-gejala yang

    berpredominasi pada abdomen bagian atas. Sejak pemakaian istilah dyspepsia

    hingga sekarang banyak timbul bermacam-macam batasan mengenai dyspepsia.1

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    2/28

    2

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 DEFINISI

    Dispepsia merupakan sindrom atau kumpulan gejala atau keluhan yang

    terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati, kembung, mual, muntah,

    sendawa, rasa cepat kenyang, perut rasa penuh atau begah.1

    Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys-), berarti sulit, dan

    (Pepse),berarti pencernaan (N.Talley, et al., 2005). Dispepsia merupakan

    kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut

    bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Keluhan refluks

    gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam

    lambung, kini tidak lagi termasuk dispepsia.3

    Ada berbagai macam definisi dispepsia. Salah satu definisi yang

    dikemukakan oleh suatu kelompok kerja internasional adalah: Sindroma yang

    terdiri dari keluhan - keluhan yang disebabkan karena kelainan traktus digestivus

    bagian proksimal yang dapat berupa mual atau muntah, kembung, dysphagia, rasa

    penuh, nyeri epigastrium atau nyeri retrosternal dan ruktus, yang berlangsung

    lebih dari 3 bulan. Dengan demikian dispepsia merupakan suatu sindrom klinik

    yang bersifat kronik.2

    Pengertian dispepsia terbagi dua, yaitu :

    1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai

    penyebabnya. Sindroma dispepsia organik terdapat kelainan yang nyata terhadap

    organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pankreas,

    radang empedu, dan lain-lain.1,6

    2. Dispepsia non organik atau dispepsia fungsional, atau dispesia non ulkus, bila

    tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau

    gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi,

    dan endoskopi setelah 3 bulan dengan gejala dispepsia.

    7

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    3/28

    3

    Manifestasi Klinis

    Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan,

    membagi

    dispepsia menjadi tiga tipe :

    1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like dyspepsia), dengan gejala:

    a. Nyeri epigastrium terlokalisasi

    b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid

    c. Nyeri saat lapar

    d.

    Nyeri episodik

    2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspesia), dengan

    gejala:

    a. Mudah kenyang

    b. Perut cepat terasa penuh saat makan

    c. Mual

    d.

    Muntahe. Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)

    f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan

    3. Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas).2

    2.2 ETIOLOGI

    Gangguan atau penyakit dalam lumen saluran cerna; tukak gaster atau

    duodenum, gastritis, tumor, infeksiHelicobacter pylori.

    Obat obatan seperti anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin,

    beberapa antibiotic, digitalis, teofilin dan sebagainya.

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    4/28

    4

    Penyakit pada hati, pankreas, system bilier, hepatitis, pancreatitis,

    kolesistetis kronik. Penyakit sistemik: diabetes mellitus, penyakit tiroid, penyakit

    jantung koroner.

    Bersifat fungsional, yaitu dispepsia yang terdapat pada kasus yang tidak

    terbukti adanya kelainan atau gangguan organic atau structural biokimia, yaitu

    dispepsia fungsional atau dispepsia non ulkus.1

    Klasifikasi Dispepsia Berdasarkan Etiologi

    A. Organik

    1.

    Obat-obatan

    Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS), Antibiotik (makrolides,

    metronidazole), Besi, KCl, Digitalis, Estrogen, Etanol (alkohol),

    Kortikosteroid, Levodopa, Niacin, Gemfibrozil, Narkotik, Quinidine,

    Theophiline.8-10

    2. Idiosinkrasi makanan (intoleransi makanan)

    a.

    Alergi susu sapi, putih telur, kacang, makanan laut, beberapa jenisproduk kedelai dan beberapa jenis buah-buahan

    b. Non-alergi

    Produk alam : laktosa, sucrosa, galactosa, gluten, kafein.

    Bahan kimia : monosodium glutamate (vetsin), asam benzoat,

    nitrit, nitrat.

    Perlu diingat beberapa intoleransi makanan diakibatkan oleh

    penyakit dasarnya, misalnya pada penyakit pankreas dan empedu tidak

    bisa mentoleransi makanan berlemak, jeruk dengan pH yang relatif

    rendah sering memprovokasi gejala pada pasien ulkus peptikum atau

    esophagitis.10

    3. Kelainan struktural

    a. Penyakit oesophagus

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    5/28

    5

    Refluks gastroesofageal dengan atau tanpa hernia

    Akhalasia

    Obstruksi esophagus

    b.Penyakit gaster dan duodenum

    Gastritis erosif dan hemorhagik; sering disebabkan oleh OAINS

    dan sakit keras (stres fisik) seperti luka bakar, sepsis,

    pembedahan, trauma, shock

    Ulkus gaster dan duodenum

    Karsinoma gaster

    c.

    Penyakit saluran empedu

    Kholelitiasis dan Kholedokolitiasis

    Kholesistitis

    d.

    Penyakit pankreas

    Pankreatitis

    Karsinoma pankreas

    e. Penyakit usus

    Malabsorbsi

    Obstruksi intestinal intermiten

    Sindrom kolon iritatif

    Angina abdominal

    Karsinoma kolon

    4. Penyakit metabolik / sistemik

    a.

    Tuberculosis

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    6/28

    6

    b. Gagal ginjal

    c.

    Hepatitis, sirosis hepatis, tumor hepar

    d.

    Diabetes melitius

    e. Hipertiroid, hipotiroid, hiperparatiroid

    f.

    Ketidakseimbangan elektrolit

    g.

    Penyakit jantung kongestif

    5. Lain-lain

    a. Penyakit jantung iskemik

    b.

    Penyakit kolagen5-11

    B. Idiopatik atau Dispepsia Non Ulkus

    Dispepsia fungsional

    Keluhan terjadi kronis, tanpa ditemukan adanya gangguan struktural atau

    organik atau metabolik tetapi merupakan kelainan fungsi dari saluranmakanan.Termasuk ini adalah dispepsia dismotilitas, yaitu adanya gangguan

    motilitas diantaranya; waktu pengosongan lambung yang lambat, abnormalitas

    kontraktil, abnormalitas mioelektrik lambung, refluks gastroduodenal. Penderita

    dengan dispepsia fungsional biasanya sensitif terhadap produksi asam lambung

    yaitu kenaikan asam lambung.

    Kelainan psikis, stress dan faktor lingkungan juga dapat menimbulkan

    dispepsia fungsional.12

    Kelainan non organik saluran cerna:

    o Gastralgia

    o Dispepsia karena asam lambung

    o Dispepsia flatulen

    o Dispepsia alergik

    o Dispepsia essensial

    o Pseudoobstruksi intestinal kronik

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    7/28

    7

    o Kelainan susunan saraf pusat (CVD, epilepsi).

    o Psikogen : Histeria, psikosomatik

    2.3 PATOFISIOLOGI

    Patofisiologi dispepsia non ulkus masih sedikit diketahui, beberapa faktor

    berikut mungkin berperan penting (multifaktorial):

    Abnormalitas Motorik Gaster

    Dengan studi Scintigraphic Nuklear dibuktikan lebih dari 50% pasien

    dispepsia non ulkus mempunyai keterlambatan pengosongan makanan

    dalam gaster. Demikian pula pada studi monometrikdidapatkan gangguan

    motilitas antrum postprandial, tetapi hubungan antara kelainan tersebut

    dengan gejala-gejala dispepsia tidak jelas. Penelitian terakhir

    menunjukkan bahwa fundus gaster yang "kaku" bertanggung jawab

    terhadap sindrom dispepsia. Pada keadaan normal seharusnya fundus

    relaksasi, baik saat mencerna makanan maupun bila terjadi distensi

    duodenum. Pengosongan makanan bertahap dari corpus gaster menuju ke

    bagian fundus dan duodenum diatur oleh refleks vagal. Pada beberapa

    pasien dyspepsia non ulkus, refleks ini tidak berfungsi dengan baik

    sehingga pengisian bagian antrum terlalu cepat.2

    Perubahan sensifitas gaster

    Lebih 50% pasien dispepsia non ulkus menunjukkan sensifitas terhadap

    distensi gaster atau intestinum, oleh karena itu mungkin akibat: makanan

    yang sedikit mengiritasi seperti makanan pedas, distensi udara, gangguan

    kontraksi gaster intestinum atau distensi dini bagian Antrum postprandial

    dapat menginduksi nyeri pada bagian ini.10

    Stres dan faktor psikososial

    Penelitian menunjukkan bahwa didapatkan gangguan neurotik dan

    morbiditas psikiatri lebih tinggi secara bermakna pada pasien dispepsia

    non ulkus daripada subyek kontrol yang sehat.Banyak pasien mengatakan

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    8/28

    8

    bahwa stres mencetuskan keluhan dispepsia. Beberapa studi mengatakan

    stres yang lama menyebabkan perubahan aktifitas vagal, berakibat

    gangguan akomodasi dan motilitas gaster.Kepribadian dispepsia non ulkus

    menyerupai pasien Sindrom Kolon Iritatif dan dispepsia organik, tetapi

    disertai dengan tanda neurotik, ansietas dan depresi yang lebih nyata dan

    sering disertai dengan keluhan non-gastrointestinal ( GI ) seperti nyeri

    muskuloskletal, sakit kepala dan mudah letih. Mereka cenderung tiba-tiba

    menghentikan kegiatan sehari-harinya akibat nyeri dan mempunyai fungsi

    sosial lebih buruk dibanding pasien dispepsia organik. Demikian pula bila

    dibandingkan orang normal. Gambaran psikologik dispepsia non ulkus

    ditemukan lebih banyak ansietas, depresi dan neurotik.5

    GastritisHelicobacter pylori

    Gambaran gastritisHelicobacter pylorisecara histologik biasanya gastritis

    non-erosif non-spesifik. Di sini ditambahkan non-spesifik karena

    gambaran histologik yang ada tidak dapat meramalkan penyebabnya dan

    keadaan klinik yang bersangkutan. Diagnosa endoskopik gastritis akibat

    infeksi Helicobacter pylori sangat sulit karena sering kali gambarannyatidak khas. Tidak jarang suatu gastritis secara histologik tampak berat

    tetapi gambaran endoskopik yang tampak tidak jelas dan bahkan normal.

    Beberapa gambaran endoskopik yang sering dihubungkan dengan adanya

    infeksiHelicobacter pyloriadalah:

    a.

    Erosi kronik di daerah antrum.

    b. Nodularitas pada mukosa antrum.

    c. Bercak-bercak eritema di antrum.

    d. Area gastrika yang menonjol dengan bintik-bintik eritema di daerah

    korpus.13

    Peranan infeksi Helicobacter pylori pada gastritis dan ulkus peptikum

    sudah diakui, tetapi apakahHelicobacter pyloridapat menyebabkan dispepsia non

    ulkus masih kontroversi. Di negara maju, hanya 50% pasien dispepsia non ulkus

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    9/28

    9

    menderita infeksi Helicobacter pylori, sehingga penyebab dispepsia pada

    dispepsia non ulkus dengan Helicobacter pylori negatif dapat juga menjadi

    penyebab dari beberapa dispepsia non ulkus dengan Helicobacter pyloripositif.

    Bukti terbaik perananHelicobacter pylori pada dispepsia non ulkus adalah gejala

    perbaikan yang nyata setelah eradikasi kuman Helicobacter pyloritersebut, tetapi

    ini masih dalam taraf pembuktian studi ilmiah. Banyak pasien mengalami

    perbaikan gejala dengan cepat walaupun dengan pengobatan plasebo. Studi

    "follow up" jangka panjang sedang dikerjakan, hanya beberapa saja yang tidak

    kambuh.2

    Kelainan gastrointestinal fungsional

    Dispepsia non ulkus cenderung dimasukkan sebagai bagian kelainan

    fungsional GI, termasuk di sini Sindrom Kolon Iritatif, nyeri dada non-

    kardiak dan nyeri ulu hati fungsional. Lebih dari 80% dengan Sindrom

    Kolon Iritatif menderita dispepsia dan lebih dari sepertiga pasien dengan

    dispepsia kronis juga mempunyai gejala Sindrom Kolon Iritatif. Pasien

    dengan kelainan seperti ini sering ada gejala extra GI seperti migrain,

    myalgia dan disfungsi kencing dan ginekologi. Pada anamnesis dispepsiajangan lupa menanyakan gejala Sindrom Kolon Iritatif seperti nyeri

    abdomen mereda setelah defikasi, perubahan frekuensi buang air besar

    atau bentuknya mengalami perubahan, perut tegang, tidak dapat menahan

    buang air besar dan perut kembung. Beberapa pasien juga mengalami

    aerophagia, lingkaran setan dari perut kembung diikuti oleh masuknya

    udara untuk menginduksi sendawa, diikuti oleh kembung yang lebih

    darah. Ini memerlukan perbaikan tingkah laku.Abnormalitas di atas belumsemua diidentifikasi oleh semua peneliti dan tidak selalu muncul pada

    semua penderita. Hasil yang kurang konsisten dari bermacam terapi yang

    digunakan untuk terapi dispepsia non ulkus mendukung keanekaragaman

    kelompok ini. 2,12,14.

    Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau pendarahan mukosa

    lambung. Gastritis karena bakteri H. pylori dapat mengalami adaptasi pada

    linkungan dengan pH yang sangat rendah dengan menghasilkan enzim urease

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    10/28

    10

    yang sangat kuat. Enzim urease tersebut akan mengubah urea dalam lambung

    menjadi ammonia sehingga bakteri Helicobacter pylori yang diselubungi awan

    amoniak yang dapat melindungi diri dari keasaman lambung. Kemudian dengan

    flagella Helicobacter pylori menempel pada dinding lambung dan mengalami

    multiplikasi. Bagian yang menempel pada epitel mukosa lambung disebut

    adheren pedestal. Melalui zat yang disebut adhesin , Helicobacter pylori dapat

    berikatan dengan satu jenis gliserolipid yang terdapat di dalam epitel.13

    Selain urease, bakteri juga mengeluarkan enzim lain misalnya katalase,

    oksidase, alkaliposfatase, gamma glutamil transpeptidase, lipase, protease, dan

    musinase. Enzim protease dan fosfolipase diduga merusak glikoprotein dan

    fosfolipid yang menutup mukosa lambung. H. Pylori juga mengeluarkan toksin

    yang beperan dalam peradangan dan reaksi imun local.13

    Obat anti-inflamasi non-steroid merusak mukosa lambung melalui

    beberapa mekanisme. Obat-obat ini menghambat siklooksigenase mukosa

    lambung sebagai pembentuk prostaglandin dari asam arakidonat yang merupakan

    salah satu faktor defensif mukosa lambung yang sangat penting. Selain itu, obat

    ini juga dapat merusak secara topikal. Kerusakan topikal ini terjadi karenakandungan asam dalam obat tersebut bersifat korosif, sehingga merusak sel-sel

    epitel mukosa. Pemberian aspirin juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan

    mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.13

    Ulkus peptikum merupakan keadaan di mana kontinuitas mukosa

    esophagus, lambung ataupun duodenum terputus dan meluas sampai di bawah

    epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut erosi,

    walaupun seringkali dianggap juga sebagai ulkus. Ulkus kronik berbeda dengan

    ulkus akut, karena memiliki jaringan parut pada dasar ulkus. Menurut definisi,

    ulkus peptik dapat ditemukan pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah

    asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah gastroduodenal,

    juga jejunum.13

    Sawar mukosa lambung penting untuk perlindungan lambung dan

    duodenum. Obat anti inflamasi non steroid termasuk aspirin menyebabkan

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    11/28

    11

    perubahan kualitatif mucus lambung yang dapat mempermudah terjadinya

    degradasi mucus oleh pepsin. Prostaglandin yang terdapat dalam jumlah

    berlebihan dalam mucus gastric dan tampaknya berperan penting dalam

    pertahanan mukosa lambung.13

    Aspirin, alkohol, garam empedu dan zat zat lain yang merosak mukosa

    lambung mengubah permeabilitas sawar epitel, sehingga memungkinkan difusi

    balik asam klorida yang mengakibatkan kerosakan jaringan, terutama pembuluh

    darah. Histamin dikeluarkan, merangsang sekresi asam dan pepsin lebih lanjut dan

    meningkatkan permeabilitas kapiler terhadap protein. Mukosa menjadi edema dan

    sejumlah besar protein plasma dapat hilang. Mukosa kapiler dapat rusak,

    mengakibatkan terjadinya hemoragi interstitial dan perdarahan. Sawar mukosa

    tidak dipengaruhi oleh penghambatan vagus atau atropine, tetapi difusi balik

    dihambat oleh gastrin.13

    Destruksi sawar mukosa lambung diduga merupakan faktor penting dalam

    patogenesis ulkus peptikum. Ulkus peptikum sering terletak di antrum karena

    mukosa antrum lebih rentan terhadap difusi balik disbanding fundus. Selain itu,

    kadar asam yang rendah dalam analisis lambung pada penderita ulkus peptikumdiduga disebabkan oleh meningkatnya difusi balik dan bukan disebabkan oleh

    produksi yang berkurang. 13

    Daya tahan duodenum yang kuat terhadap ulkus peptikum diduga akibat

    fungsi kelenjar Brunner (kelenjar duodenum submukosa dalam dinding usus)

    yang memproduksi sekret mukoid yang sangat alkali, pH 8 dan kental untuk

    menetralkan kimus asam. Penderita ulkus peptikum sering mengalami sekresi

    asam berlebihan. Faktor penurunan daya tahan jaringan juga terlibat dalam ulkus

    peptikum. Daya tahan jaringan juga bergantung pada banyaknya suplai darah dan

    cepatnya regenerasi sel epitel (dalam keadaan normal diganti setiap 3 hari).

    kegagalan mekanisme ini juga berperan dalam patogenesis ulkus peptikum. 13

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    12/28

    12

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    13/28

    13

    2.4 GEJALA KLINIK

    Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat

    akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dankronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.

    Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai

    dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa

    penderita, makan dapat memperburuk nyeri; pada penderita yang lain, makan bisa

    mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual,

    sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).6

    Dispepsia Organik

    a.

    Dispepsia Ulkus

    Dispepsia ulkus merupakan bagian penting dari dispepsia organik. Di

    negara negara barat prevalensi ulkus lambung lebih rendah dibandingkan

    dengan ulkus duodeni. Sedang di negara berkembang termasuk Indonesia

    frekuensi ulkus lambung lebih tinggi. Ulkus lambung biasanya diderita pada

    usia yang lebih tinggi dibandingkan ulkus duodeni.4

    Gejala utama dari ulkus peptikum adalah hunger pain food relief.

    Untuk ulkus duodeni nyeri umumnya terjadi 1 sampai 3 jam setelah makan,

    dan penderita sering terbangun di tengah malam karena nyeri. Tetapi banyak

    juga kasus kasus yang gejalanya tidak jelas dan bahkan tanpa gejala. Pada

    ulkus lambung seringkali gejala hunger pain food relief tidak jelas, bahkan

    kadang kadang penderita justru merasa nyeri setelah makan.15

    Penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama ulkus duodenum

    adalah infeksi H. pylori, dan ternyata sedikitnya 95% kasus ulkus duodeni

    adalah H. pylori positif, sedang hanya 70% kasus ulkus lambung yang H.

    pyloripositif.13

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    14/28

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    15/28

    15

    Grade A :

    Robekan mukosa tidak lebih dari 5 mm

    Grade B :

    Ada robekan mukosa yang lebih dari 5 mm dan kalau ada robekan mukosa di

    tempat lain tidak berhubungan dengan robekan mukosa yang pertama.

    Grade C :

    Robekan mukosa pada 1 lipatan mukosa berhubungan dengan lipatan mukosa

    yang lain tetapi tidak difus.

    Grade D :

    Robekan mukosa difus.15

    Dispepsia Fungsional

    Gejala dispepsia fungsional (menurut kriteria Roma) :

    a.

    Gejala menetap selama 3 bulan dalam 1 tahun terakhir.

    b. Nyeri epigastrium yang menetap atau sering kambuh (recurrent).

    c. Tidak ada kelainan organik yang jelas (termasuk endoskopi)

    d.

    Tidak ada tanda-tanda IBS (Irritable Bowel Syndrome)

    2.5 ANAMNESIS

    Jika pasien mengeluh mengenai dispepsia, dimulakan pertanyaan atau

    anamnesis dengan lengkap. Berapa sering terjadi keluhan dispepsia, sejak kapan

    terjadi keluhan, adakah berkaitan dengan konsumsi makanan? Adakah

    pengambilan obat tertentu dan aktivitas tertentu dapat menghilangkan keluhan

    atau memperberat keluhan? Adakah pasien mengalami nafsu makan menghilang,

    muntah, muntah darah, BAB berdarah, batuk atau nyeri dada?11

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    16/28

    16

    Pasien juga ditanya, adakah ada konsumsi obat obat tertentu? Atau

    adakah dalam masa terdekat pernah operasi? Adakah ada riwayat penyakit ginjal,

    jantung atau paru? Adakah pasien menyadari akan kelainan jumlah dan warna

    urin? 11

    Riwayat minum obat termasuk minuman yang mengandung alkohol dan

    jamu yang dijual bebas di masyarakat perlu ditanyakan dan kalau mungkin harus

    dihentikan. Hubungan dengan jenis makanan tertentu perlu diperhatikan. Tanda

    dan gejala "alarm"(peringatan) seperti disfagia, berat badan turun, nyeri menetap

    dan hebat, nyeri yang menjalar ke punggung, muntah yang sangat sering,

    hematemesis, melena atau jaundice kemungkinan besar adalah merupakan

    penyakit serius yang memerlukan pemeriksaan seperti endoskopi dan / atau

    "USG" atau "CT Scan" untuk mendeteksi struktur peptik, adenokarsinoma gaster

    atau esophagus, penyakit ulkus, pankreatitis kronis atau keganasan pankreas

    empedu.11

    Perlu ditanyakan hal-hal yang berhubungan dengan stresor psikososial

    misalnya: masalah anak (meninggal, nakal, sakit, tidak punya), hubungan antar

    manusia (orang tua, mertua, tetangga, adik ipar, kakak), hubungan suami-istri

    (istri sibuk, istri muda, dimadu, bertengkar, cerai), pekerjaan dan pendidikan

    (kegiatan rutin, penggusuran, pindah jabatan, tidak naik pangkat). Hal ini

    berakibat eksaserbasi gejala pada beberapa orang.5

    Harus diingat gambaran khas dari beberapa penyebab dispepsia. Pasien

    ulkus peptikum biasanya berumur lebih dari 45 tahun, merokok dan nyeri

    berkurang dengan mencerna makanan tertentu atau antasid. Nyeri sering

    membangunkan pasien pada malam hari banyak ditemukan pada ulkus duodenum.Gejala esofagitis sering timbul pada saat berbaring dan membungkuk setelah

    makan kenyang yaitu perasan terbakar pada dada, nyeri dada yang tidak spesifik

    (bedakan dengan pasien jantung koroner), regurgitasi dengan gejala perasaan

    asam pada mulut. Bila gejala dispepsia timbul segera setelah makan biasanya

    didapatkan pada penyakit esofagus, gastritis erosif dan karsinoma. Sebaliknya bila

    muncul setelah beberapa jam setelah makan sering terjadi pada ulkus duodenum.

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    17/28

    17

    Pasien dispepsia non ulkus lebih sering mengeluhkan gejala di luar GI, ada tanda

    kecemasan atau depresi, atau mempunyai riwayat pemakaian psikotropik. 2, 6-11

    2.6 PEMERIKSAAN FISIK

    Pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi kelainan intra-abdomen atau

    intra lumen yang padat misalnya tumor, organomegali, atau nyeri tekan sesuai

    dengan adanya ransang peritoneal/peritonitis.1

    Tumpukan pemeriksaan fisik pada bagian abdomen. Inspeksi akan

    distensi, asites, parut, hernia yang jelas, ikterus, dan lebam. Auskultasi akan bunyi

    usus dan karekteristik motilitasnya. Palpasi dan perkusi abdomen, perhatikan akan

    tenderness, nyeri, pembesaran organ dan timpani.6 Pemeriksaan tanda vital bisa

    ditemukan takikardi atau nadi yang tidak regular.10

    Kemudian, lakukan pemeriksaan sistem tubuh badan lainnya. Perlu

    ditanyakan perubahan tertentu yang dirasai pasien, keadaan umum dan kesadaran

    pasien diperhatikan. Auskultasi bunyi gallop atau murmur di jantung. Perkusi paru

    untuk mengetahui konsolidasi. Perhatikan dan lakukan pemeriksaan terhadap

    ektremitas, adakah terdapat perifer edema dan dirasakan adakah akral hangat atau

    dingin. Lakukan juga perabaan terhadap kelenjar limfa.6-11

    2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu:

    1. Pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi adanya faktor infeksi

    (leukositosis), pakreatitis (amylase, lipase), keganasan saluran cerna (CEA,

    CA 19-9, AFP). Biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan

    pemeriksaan darah dalam tinja, dan urine. Dari hasil pemeriksaan darah bila

    ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja,

    jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak berarti

    kemungkinan menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita

    dispepsia tukak, sebaiknya diperiksa asam lambung. Pada karsinoma saluran

    pencernaan perlu diperiksa petanda tumor, misalnya dugaan karsinoma kolon

    perlu diperiksa CEA, dugaan karsinoma pankreas perlu diperiksa CA 19-9.1

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    18/28

    18

    2. Barium enema untuk memeriksa esophagus, Lambung atau usus halus dapat

    dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah,

    penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk

    bila penderita makan. Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi kelainan

    struktural dinding/mukosa saluran cerna bagian atas seperti adanya tukak atau

    gambaran ke arah tumor.1,3,15

    3. Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa esofagus, lambung atau usus

    halus dan untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan

    lambung.

    Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui

    apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori. Endoskopi merupakan

    pemeriksaan baku emas, selain sebagai diagnostik sekaligus terapeutik.2,3,7

    Pemeriksaan ini sangat dianjurkan untuk dikerjakan bila dispepsia tersebut

    disertai oleh keadaan yang disebut alarm symptoms, yaitu adanya penurunan

    berat badan, anemia, muntah hebat dengan dugaan adanya obstruksi, muntah

    darah, melena, atau keluhan sudah berlangsung lama, dan terjadi pada usia

    lebih dari 45tahun.1

    Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:

    a. CLO (rapid urea test)

    b. Patologi anatomi (PA)

    c. Kultur mikroorgsanisme (MO) jaringan

    d. PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian15

    4. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, yaitu OMD dengan

    kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan urea breath test (belum

    tersedia di Indonesia). Pemeriksaan radiologis dilakukan terhadap saluran

    makan bagian atas dan sebaiknya dengan kontras ganda. Pada refluks

    gastroesofageal akan tampak peristaltik di esofagus yang menurun terutama di

    bagian distal, tampak anti-peristaltik di antrum yang meninggi serta sering

    menutupnya pilorus, sehingga sedikit barium yang masuk ke intestin. Pada

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    19/28

    19

    tukak baik di lambung, maupun di duodenum akan terlihat gambar yang

    disebut niche, yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk

    niche dari tukak yang jinak umumnya reguler, semisirkuler, dengan dasar

    licin). Kanker di lambung secara radiologis, akan tampak massa yang ireguler

    tidak terlihat peristaltik di daerah kanker, bentuk dari lambung berubah.

    Pankreatitis akut perlu dibuat foto polos abdomen, yang akan terlihat tanda

    seperti terpotongnya usus besar (colon cut off sign), atau tampak dilatasi dari

    intestin terutama di jejunum yang disebut sentina loops.1

    5. Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi esofagus

    atau respon esofagus terhadap asam.

    .10

    Management of dyspepsia based on age and alarm features. EGD,

    esophagogastroduodenoscopy.

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    20/28

    20

    2.8 DIAGNOSIS

    Dispepsia melalui simptom-simptomnya sahaja tidak dapat membedakan

    antara dispepsia fungsional dan dispepsia organik. Diagnosis dispepsia fungsionaladalah diagnosis yang telah ditetapkan, dimana pertama sekali penyebab kelainan

    organik atau struktural harus disingkirkan melalui pemeriksaan. Pemeriksaan yang

    pertama dan banyak membantu adalah pemeriksaan endoskopi. Oleh karena

    dengan pemeriksaan ini dapat terlihat kelainan di oesophagus, lambung dan

    duodenum. Diikuti dengan USG (Ultrasonography) dapat mengungkapkan

    kelainan pada saluran bilier, hepar, pankreas, dan penyebab lain yang dapat

    memberikan perubahan anatomis. Pemeriksaan hematologi dan kimia darah akan

    dapat mengungkapkan penyebab dispepsia seperti diabetes, penyakit tyroid dan

    gangguan saluran bilier. Pada karsinoma saluran pencernaan perlu diperiksa

    pertanda tumor.1,5

    Kriteria Diagnostik Dispepsia Fungsional berdasarkan Kriteria Rome III

    yaitu:

    1.berasa terganggu setelah makan

    2.

    cepat kenyang

    3.nyeri epigastrik

    4.panas/ rasa terbakar di epigastrik

    Terbukti tidak ada penyakit struktural termasuk endoskopi proksimal yang

    dapat menjelaskan penyebab terjadinya gejala klinis tersebut.

    Kriteria haruslah terjadi dalam masa 3 bulan terakhir dengan onset gejala

    klinis sekurang-kurangnya 6 bulan sebelum diagnosis.3

    2.9 DIFERENSIAL DIAGNOSIS

    Dispepsia adalah merupakan suatu simptom atau kelompok keluhan atau

    gejala dan bukan merupakan suatu diagnosis. Diferensial diagnosis dyspepsia

    adalah seperti box 1. Sangat penting mencari clue atau penanda akan gejala dan

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    21/28

    21

    keluhan yang merupakan etiologi yang bisa ditemukan berdasarkan anamnesis dan

    pemeriksaan fisik. 50%60% kasus, didapati tidak ada penyebab yang terdeteksi

    di mana pasien dikatakan merupakan dispepsia fungsional. Prevalensi ulkus

    peptikum adalah 15%- 25% dan prevalensi esofagitis adalah 5%-15%. Kanker

    digestif bagian atas < 2%. Disebabkan kanker digestif bagian atas jarang pada

    umur 50 tahun. Juga direkomendasi pada pasien yang mangalami penurunan berat

    badan yang signifikan, terjadi pendarahan, dan muntah yang terlalu teruk.2

    Box 1: Diagnosis banding dispepsia

    Dispepsia non ulkus

    Gastro-oesophageal reflux disease.

    Ulkus peptikum.

    Obat-obatan: obat anti inflamasi non-steroid, antibiotik, besi, suplemen

    kalium, digoxin.

    Malabsorbsi Karbohidrat (lactose, fructose, sorbitol).

    Cholelithiasis or choledocholithiasis.

    Pankreatitis Kronik.

    Penyakit sistemik (diabetes, thyroid, parathyroid, hypoadrenalism,

    connective tissue disease).

    Parasit intestinal.

    Keganasan abdomen (terutama kanser pancreas dan gastrik).

    2.10 PENATALAKSANAAN

    Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori

    1996, ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra

    kesehatan dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas

    endoskopi dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat.

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    22/28

    22

    Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:

    1. Antasid

    Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir

    sekresi asam lambung. Antasid biasanya mengandungi Na bikarbonat, Al(OH)3,

    Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus- menerus, sifatnya

    hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam

    waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik,

    namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa

    MgCl2. Sering digunakan adalah gabungan Aluminium hidroksida dan magnesium

    hidroksida.Aluminum hidroksida boleh menyebabkan konstipasi dan penurunan

    fosfat; magnesium hidroksida bisa menyebabkan BAB encer. Antacid yang sering

    digunakan adalah seperti Mylanta, Maalox, merupakan kombinasi Aluminium

    hidroksida dan magnesium hidroksida. Magnesium kontraindikasi kepada pasien

    gagal ginjal kronik karena bisa menyebabkan hipermagnesemia, dan aluminium

    bisa menyebabkan kronik neurotoksik pada pasien tersebut.15

    2. Antikolinergik

    Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak

    selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat

    menekan seksresi asam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek

    sitoprotektif.10

    3. Antagonis reseptor H2

    Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik

    atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis

    reseptor H2antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.10,15

    4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI).

    Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari

    proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah

    omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol. Waktu paruh PPI adalah ~18jam ; jadi,

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    23/28

    23

    bisa dimakan antara 2 dan 5 hari supaya sekresi asid gastrik kembali kepada

    ukuran normal. Supaya terjadi penghasilan maksimal, digunakan sebelum makan

    yaitu sebelum sarapan pagi kecuali omeprazol.15

    5. Sitoprotektif

    Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2).

    Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.

    Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang

    selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan

    meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (site

    protective), yang bersenyawa dengan protein sekitar

    lesi mukosa saluran cerna bagian atas. Toksik daripada obat ini jarang, bisa

    menyebabkan konstipasi (23%). Kontraindikasi pada pasien gagal ginjal kronik.

    Dosis standard adalah 1 g per hari.15

    6. Golongan prokinetik

    Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan

    metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional

    dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam

    lambung (acid clearance).10

    7. Antibiotik untuk infeksiHelicobacter pylori

    Eradikasi bakteri Helicobacter pylori membantu mengurangi simptom pada

    sebagian pasien dan biasanya digunakan kombinasi antibiotik seperti amoxicillin

    (Amoxil), clarithromycin (Biaxin), metronidazole (Flagyl) dan tetracycline

    (Sumycin).6

    Kadang kala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmakoterapi (obat anti-

    depresi dan cemas) pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang

    keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan

    depresi.2,6-12

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    24/28

    24

    Terapi Dispepsia Fungsional :

    1. Farmakologis

    Pengobatan jangka lama jarang diperlukan kecuali pada kasus-kasus berat.

    (regular medication) mungkin perlu pengobatan jangka pendek waktu ada

    keluhan. (on demand medication)

    2. Psikoterapi

    Reassurance

    Edukasi mengenai penyakitnya

    3. Perubahan diit dan gaya hidup

    Dianjurkan makan dalam porsi yang lebih kecil tetapi lebih sering.

    Makanan tinggi lemak dihindarkan

    Pengobatan terhadap dispepsia fungsional adalah bersifat terapi

    simptomatik. Pasien dengan dispepsia fungsional lebih dominan gejala dan

    keluhan seperti nyeri pada abdomen bagian atas (ulcer - like) bisa diobati dengan

    PPI (Proton Pump Inhibitors). Pasien dengan keluhan yang tidak jelas di bagian

    abdomen atas di mana yang gagal dengan pengobatan PPI, bisa diobati dengan

    tricyclic antidepressants, walaupun data yang menyokong masih kurang.16

    Pasien dengan keluhan dismotility like symptom bisa diobati dengan

    sama ada dengan acid suppressive therapy, prokinetic agents, atau 5-HT1agonists.

    Metoclopramide dan domperidone menunjukkan antara obat placebo dalam

    pengobatan dispepsia fungsional.

    16

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    25/28

    25

    2.11 PENCEGAHAN

    Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama

    makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama

    pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan

    adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang

    cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.

    Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis

    lapisan mukosa dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan

    pendarahan.

    Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung,membuat lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga

    meningkatkan asam lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung

    dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk

    dapat berhenti merokok tidaklah mudah, terutama bagi perokok berat.

    Konsultasikan dengan dokter mengenai metode yang dapat membantu

    untuk berhenti merokok.

    Lakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan kecepatan

    pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus

    sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih

    cepat.

    Kendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan

    stroke, menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya

    permasalahan kulit. Stress juga meningkatkan produksi asam lambung dan

    melambatkan kecepatan pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang

    tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara

    effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga

    teratur dan relaksasi yang cukup.

    Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari penggunaan

    OAINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan

    dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti

    dengan penghilang nyeri yang mengandung acetaminophen.

    Ikuti rekomendasi dokter.6-11

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    26/28

    26

    2.12 PROGNOSIS

    Statistik menunjukkan sebanyak 20% pasien dispepsia mempunyai ulkus

    peptikum, 20% mengidap Irritable Bowel Syndrome, kurang daripada 1% pasienterkena kanker, dan dispepsia fungsional dan dyspepsia non ulkus adalah 5-40%.17

    Terkadang dispepsia dapat menjadi tanda dari masalah serius, contohnya

    penyakit ulkus lambung yang parah. Tak jarang, dispepsia disebabkan karena

    kanker lambung, sehingga harus diatasi dengan serius. Ada beberapa hal penting

    yang harus diperhatikan bila terdapat salah satu dari tanda ini, yaitu: Usia 50

    tahun ke atas, kehilangan berat badan tanpa disengaja, kesulitan menelan,

    terkadang mual-muntah, buang air besar tidak lancar dan merasa penuh di daerah

    perut.

  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    27/28

    27

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    Djojoningrat D. Pendekatan klinis penyakit gastrointestinal. Sudoyo AW,

    Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmupenyakit dalam, Ed. IV, 2007. Indonesia; Balai Penerbit FKUI. H. 285

    2. Jones MP. Evaluation and treatment of dyspepsia.Post Graduate Medical

    Journal. 2003;79:25-29.

    3. Tack J, Nicholas J, Talley, Camilleri M, Holtmann G, Hu P, et al.

    Functional Gastroduadenal. Gastroenterology. 2006;130:1466-1479.

    4.

    Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan

    Tahun 2007. Edisi 2010. Diunduh dari,

    http://library.usu.ac.id/index.php/index.php?option=com_journal_review&

    id.

    5.

    Citra JT. Perbedaan depresi pada pasien dispepsia organik dan fungsional.

    Bagian Psikiatri FK USU 2003.

    6.

    Dyspepsia. Edition 2010. Available from:http://www.mayoclinic.org/dyspepsia/.

    7.

    Talley N, Vakil NB, Moayyedi P. American Gastroenterological

    Association technical review: evaluation of dyspepsia. Gastroenterology.

    2005;129:1754

    8. Indigestion (Dyspepsia, Upset Stomach). Edition 2010. Available from:

    http://www.medicinenet.com/dyspepsia/article.htm,5 Juni 2010.

    9. Dyspepsia, What It Is and What to Do About It? Edition 2009. Available

    from:

    http://familydoctor.org/online/famdocen/home/common/digestive/disorder

    s/474.html.

    http://library.usu.ac.id/index.php/index.php?option=com_journal_review&idhttp://library.usu.ac.id/index.php/index.php?option=com_journal_review&idhttp://www.medicinenet.com/dyspepsia/article.htmhttp://www.medicinenet.com/dyspepsia/article.htmhttp://library.usu.ac.id/index.php/index.php?option=com_journal_review&idhttp://library.usu.ac.id/index.php/index.php?option=com_journal_review&id
  • 8/10/2019 CSS Sindrom Dispepsia Ifa

    28/28

    10.Greenburger NJ. Dyspepsia. The Merck Manuals Online Medical Library.

    2008 March. Available from:

    http://www.merck.com/mmpe/sec02/ch007/ch007c.html.

    11.Delaney BC. 10 Minutes consultation dyspepsia. BMJ. 2001. Available

    from: http://www.bmj.com/cgi/content/full/322/7289/776.

    12.Ringerl Y. Functional dyspepsia. UNC Division of Gastroenterology and

    Hepatology. 2005;1:1-3.

    13.Glenda NL. Gangguan lambung dan duodenum. Patofisiologi. Edisi ke-6.

    EGC; 2006.h.417-19.

    14.Riza TC, Bushra S. Dyspepsia. Prim Care Clinical Office Pract 34

    2007;1:99108.

    15.Fauci AS, Braunwald, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson LJ et

    al. Peptic ulcer disease in Harrisons Principle of Internal Medicine, 17th

    ed, Vol.II.2008. USA: Mc Graw Hill Medical, p.287

    16.

    David JB. Test and Treat or PPI Therapy for Dyspepsia? Journal WatchGastroenterology. 2008 april;

    17.

    Dyspepsia. Edition 2001. Available from:

    http://mercyweb.org/MICROMEDEX/health_information.

    http://mercyweb.org/MICROMEDEX/health_informationhttp://mercyweb.org/MICROMEDEX/health_information