Css Obgyn - Hipertensi Dalam Kehamilan

download Css Obgyn - Hipertensi Dalam Kehamilan

of 22

description

HDK

Transcript of Css Obgyn - Hipertensi Dalam Kehamilan

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vascular yang jadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada masa nifas. Golongan penyakit ini ditandai dengan hipertensi dan sering disertai proteinuria, edema, kejang, koma, atau gejala-gejala lain. Penyakit ini cukup sering dijumpai dan masih merupakan salah satu penyebab kematian ibu. Di Amerika Serikat, misalnya 1/3 dari kematian ibu disebabkan oleh penyakit ini. Di RS dr. Hasan Sadikin terdapat 5,8% kasus preeklamsia dan 0,6% eklampsia pada periode 1991-1994. Hipertensi dalam kehamilan juga merupakan penyebab penting dari kelahiran mati dan kematian perinatal. Kematian bayi ini terutama disebabkan oleh partus prematurus yang merupakan akibat dari penyakit hipertensi.

Klasifikasi1. Kehamilan Kronik adalah kehamilan yang timbul pada usia kehamilan kurang 20 minggu atau hipertensi pertama kali didiagnosis setelah usia kehamilan 20 minggu atau lebih dan menetap sampa 12 minggu pasca bersalin.2. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul pada usia kehamila 20 minggu atau lebih disertai dengan proteinuria.3. Eklampsia adalah preeklampsi yang disertai dengan kejang atau penurunan kesadaran4. Hipertensi dengan superimposed preeklampsia adalah hipertensi kronik yang disertai dengan tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi kronik yang disertai dengan proteinuria.5. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai dengan proteinuria dan hilang setelah 3 bulan pasca persalinan.

Gejala dan tanda yang selalu adaGejala dan tandayang kadang-kadang adaDiagnosis kemungkinan

Tekanan diastolik 90 mmHg pada kehamilan < 20 mingguHipertensi Kronik

Tekanan diastolik 90-110 mmHg pada kehamilan < 20 mingguProteinuria < ++Hipertensi Kronik dengan superimposed preeklamsia ringan

Tekanan diastolik 90-110 mmHg (2 pengukuran berjarak 4 jam) pada kehamilan > 20 mingguProteinuria - Hipertensi Gestasional

Tekanan diastolik 90 -< 110 mmHg (2 pengukuran berjarak 4 jam) pada kehamilan > 20 mingguProteinuria +Preeklampsia ringan

Tekanan diastolik 110 mmHg pada kehamilan > 20 mingguProteinuria ++HiperrefleksiaNyeri kepala (tidak hilang dengan analgetika biasa)Penglihatan kaburOliguria (20 mingguProteinuria ++KomaSama seperti preeklamsia beratEklampsia

A. Hipertensi Gestasional

Definisi timbulnya hipertensi dalam kehamilan pada wanita yang tekanan darah sebelumnya normal dan tidak disertai proteinuria. Gejala ini akan hilang dalam waktu < 12 minggu pascapersalinan. Penanganan Tangani secara rawat jalan:a. Pantau tekanan darah, urin (untuk prteinuria), dan kondisis janin setiap minggu.b. Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklamsia ringan.c. Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat untuk penilaian kesehatan janin.d. Beritahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia atau eklamsia.e. Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.

B. Hipertensi KronisDiagnosis hipertensi kronis dalam kehamilan ditegakkan apabila hipertensi (140/90 mmHg atau lebih) sudah terjadi sebelum kehamilan, atau telah muncul sebelum 20 minggu kehamilan, dan hipertensi menetap sampai lama setelah persalinan.Pada umumnya terjadi pada multipara dan mempunyai riwayat hipertensi dalam keluarga. Faktor penyebab lain, diantaranya:1. Hipertensi esensisal familial merupakan penyebab terbanyak.2. Kelainan arteri hipertensi renovaskular dan koarktasio aorta.3. Kelainan endokrin diabetes mellitus, sindrom cushing, aldosteronisme primer, feokromositoma, dan tirotoksitosis.4. Glomerulonefritis akut dan kronis.5. Penyakit jaringan ikat lupus eritematous, scleroderma, dan periarteritis nodosa.6. Penyakit gagal ginjal akut.7. Kegemukan.Hipertensi kronis akan menyebabkan kematian pada ibu baik hamil atau tidak. Kematian dapat terjadi akibat timbulnya payah jantung atau komplikasi cerebrovaskular (CVA). Pada hamil muda dapat terjadi akibat adanya penyakit ginjal yang primer. Dalam kehamilan sering kali disertai dengan komplikasi solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat, dan kematian janin.

C. Hipertensi EssentialHipertensi esensial adalah penyakit hipertensi kronis yang disebabkan oleh kelainan vaskular (arteriosklerosis). Wanita hamil dengan hipertensi essensial biasanya hanya menunjukkan gejala hipertensi tanpa gejala-gejala lain. Gejala-gejala sekunder seperti kelainan jantung, arteriosklerosis umum dalam otak, penyakit ginjal, perdarahan atau eksudat retina baru timbul apabila penyakitnya sudah lanjut.Meningkatnya tekanan darah disebabkan oleh meningkatnya hambatan dalam pembuluh-pembuluh darah perifer, terutama akibat dari vasokonstriksi umum. Sebagian besar ibu yang hamil dengan menderita hipertensi esensial yang ringan, yaitu yang berlangsung lama dengan pemburukan secara lamban. Tensi berkisar antara 140/90 dan 160/100. Jarang sekali penyakit ini berubah menjadi hipertensi hipertensi yang ganas; dalam waktu singkat tekanan darah sistolik mencapai 200 mmHg atau lebih, dan penyakit memburuk dengan sangat cepat. Sebagian besar kehamilan dengan hipertensi essnsial berlangsung normal sampai cukup bulan. Pada kira-kira sepertiga di antara para wanita penderita tekanan darahnya meningkat setelah kehamilan 30 minggu tanpa disertai gejala-gejala lain. Kira-kira 20% menunjukkan kenaikan yang lebih mencolok dan dapat disertai satu gejala pre-eklampsia atau lebih, seperti edema, proteinuria, nyeri kepala, nyeri epigastrum, muntah, gangguan visus (superimposed pre-eclampsia), bahkan dapat timbul serangan eklampsia dan perdarahan otak. Hipertensi essensial lebih sering dijumpai pada multipara dalam usia lanjut. Selain itu faktor keturunan dan obesitas merupakan faktor predisposisi. Biasanya disertai dengan gejala diabetes.Dalam kehamilan , dapat berlanjut menjadi:1. Preeklampsia dan/ atau eklampsia2. Hipertensi ensefalopati3. Gagal jantung4. Gagal ginjal5. Solusio placenta6. Gangguan pertumbuhan janin maupun kematian janinSemakin dini munculnya hipertensi dalam kehamilan, semakin berat penyakitnya dan semakin berat penyakitnya dan semakin buruk prognosisnya.

DiagnosisDiagnosis hiperetensi esensial dalam kehamilan dibuat apabila tekanan darah 140/100 atau lebih sebelum wanita menjadi hamil, atau menunjukkan kenaikan tekanan darah sebelum kehamilan mencapai 20 minggu, tanpa disertai gejala-gejala pre eklampsia, glomerulonefritis, atau pielonefritis. Untuk menilai keadaan penderita dan prognosis, perlu pula dilakukan pemeriksaan jantung, urin, faal ginjal, dan funduskopi.Apabila penyakit hipertensi esensial tidak berat dan tanpa penyulit, maka kehamilan dapat diteruskan. Pengawasan antenatal dengan perhatian khusus pada istirahat dan perumbuhan janin.1. IstirahatWanita harus cukup tidur malam, sekurang-kurangnya 8-10 jam, dan waktu siang harus tidur atau istirahat sedikit-dikitnya 2 jam. Pekerjaan rumah tangga dikurangi.2. Pengawasan pertumbuhan janinPertumbuhan dan kesehatan janin selama berlangsungnya kehamilan dan persalinan perlu mendapat pengawasan secara klinis dilakukan pula pemeriksaan-pemeiksaan dan pengawasan secara khusus jika diperlukan, seperti sefalometrik ultrasonik, elektrokardiografi fetal, penentuan kadar estrol dalam urin, amnioskopi, penentuan pH darah janin dan pencatatan kontinu detik jantung janin3. Obat penenangKetenangan jiwa penderita sangat diperlukan , yang dapat dicapai dengan pendekatan secara psikologis dan kalau perlu, ditambah dengan obat-obat penenang, seperti solusio Charchot, diazepam (valium), prometazin (Phenergan) atau obat tidur dalam dosis rendah (Phenobarbital 3 kali 30 mg sehari).4. Obat antihipertensiObat-obat untuk menurunkan tekanan darah perlu diberikan apabila tensi mencapai 160/100 atau lebih.

5. Kenaikan berat badan yang berlebihan sedapat-dapatnya harus dicegah.Wanita diberi diet tinggi protein, rendah hidrat arang, rendah lemak, dan rendah garam. Bahkan wanita yang terlampau gemuk perlu diturunkan berat badannya.6. Pengakhiran kehamilanBaik yang masih muda maupun yang sudah lanjut, perlu dilakukan apabila terjadi superimposed pre eclampsia, hipertensi ganas atau apabila tekanan darah sudah mencapai 200/120 atau lebih dalam kehamilan muda. Dalam hal demikian tidak ada gunanya untuk menunggu lebih lama karena janin akan mati, sedang prognosis ibu makin lama makin menjadi buruk. Lebih bijaksana untuk melakukan abortus buatan atau induksi persalinan yang disusul dengan sterilisasi. Pada primi tua dengan janin yang masih hidup dilakukan seksio sesarea primer.Indikasi-indikasi lain bagi pengakhiran kehamilan ialah pembesaran jantung dengan perubahan-perubahan EKG, kerusakan ginjal, eksudat lama dan perdarahan baru dalam retina.

Prognosis Prognosis ibu dengan hipertensi esensial berat dan kehamilan kurang baik. Angka kematian pada hipertensi esensial berkisar antara 1% dan 2%, dan kematian biasanya disebabkan perdarahan otak, dekompensasio kordis, atau uremia. Kurang baiknya prognosis bagi janin disebabkan oleh sirkulasi utero-plasenta yang kurang baik pada hipertensi berat. Janin tumbuh kurang wajar (dismaturitas), dilahirkan prematur, atau mati dalam kandungan, sering pula terjadi solusio plasenta yang mempunyai akibat buruk, baik bagi ibu maupun bagi anak. Angka kematian anak kira-kira 20%. Apabila penyakit hipertensi esensial tidak berat dan tidak ditambah dengan pre eklampsia, maka prognosis bagi ibu dan anak cukup baik.Pasien dengan hipertensi esensial dapat melewati kehamilannya dalam keadaan yang cukup baik tanpa diberati dengan preeklampsia atau eklampsia. Akan tetapi, apabila diperberat dengan preeklampsia, prognosis untuk ibu dan anak menjadi kurang baik.Semakin dini munculnya hipertensi dalam kehamilan, semakin berat penyakitnya dan semakin buruk prognosisnya. Keadaan lain yang memperburuk prognosisnya yaitu :1. Adanya pembesaran jantung2. Faal ginjal yang kurang3. Kelainan pada retina (hemoragi atau eksudat)4. Tensi permulaan 200/120 mmHgJika pada kehamilan yang lampau, pernah mengalami preeklampsi

D. PREEKLAMPSIADefinisiPreeklampsia adalah hipertensi disertai proteinuria pada umur kehamilan > 20 minggu.

Klasifikasi Preeklampsia ringan (PER): Sistolik 140-160 mmHg / diastolik 90-110 mmHg dengan proteinuria 300mg/24 jam / +1 dipstik. Preeklampsia berat (PEB): Sistolik > 160 mmHg / diastolik >110mmHg dengan proteinuria 2 gr/24 jam / 2 dipstik.

Faktor Risiko Primigravida Hiperplasentosis: mola, gemeli, diabetes, hidrops fetalis, dan bayi besar. Riwayat preeklampsia-eklampsia Penyakit ginjal dan hipertensi sebelum hamil Obesitas

EtiopatogenesisBeberapa karakteristik wanita yang dapat berkembang menjadi hipertensi dalam kehamilan: Pertama kali terekspos vili korion Terekspos banyak vili korion seperti pada mola, gemeli. Memiliki penyakit yang menyebabkan aktivasi sel endotel seperti diabetes, penyakit ginjal dan kardiovaskular. Memiliki faktor predisposisi genetikEtiologi dari preeklampsia masih belum jelas, beberapa teori dikemukaan untuk menjelaskan etiologi dari penyakit ini:1. Abnormalitas invasi trofoblas pada pembuluh darah uterus.2. Maladaptif imunologis antara ibu, plasenta dan bayi.3. Maladaptasi kardiovaskular atau inflamasi maternal terhadap perubahan pada kehamilan.4. Faktor genetik

Patogenesis dan Patofisiologis

Pada hipertensi kehamilan terjadi vasospasme dari pembuluh darah. Beberapa teori yang menyebutkan mekanisme preeklampsia :1. Teori Kelainan Vaskularisasi PlasentaNormal :Remodeling Arteri SpiralisArteri Uterina Arteri Aortika Arteri Arkuata -----------> miometrium

Arteri Radialis

Arteri Basalis -------------> Endometrium

Arteri Spiralis

Invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spriralis

Degenerasi lapisan otot

Jaringan matriks menjadi rusak dan memudahkan lumen mengalami distensi dan dilatasi

TD, resistensi vaskular, aliran darah uteroplasenta

Perfusi meningkat dan aliran darah ke janin baik

Janin tumbuh dengan baik

Dalam keadaan hipertensi Tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya

Lapisan otot arteri spiralis jadi kaku dan keras

Lumen tidak berdilatasi dan distensi

Arteri spiralis vasokonstriksi

Aliran darah uteroplasenta

Hipoksia dan iskemia plasenta

2. Teori Iskemia Plasenta, Radikal Bebas dan Disfungsi Endotel

3. Teori Intoleransi Imunologik Ibu dan JaninPada keadaan normal ini tidak akan menolak hasil konsepsi yang dianggap benda asing oleh tubuh karena ada pelindung yaitu HLA-G. HLA-G ini memberikan kemudahan trofoblas dalam proses invasi dan melindungi trofoblas dari lisis oleh natural killer cell. Namun, pada keadaan hipertensi kadar HLA-G menurun sehingga menyebabkan kegagalan trofoblas dalam remodelling dan melindungi lisis dari NK cell.

4. Teori Stimulus InflamasiSaat keadaan hipertensi terjadi suatu reaksi inflamasi yang menyebabkan disfungsi endotel yang akan mengakibatkan penurunan NO, penurunan prostaglandin, peningkatan endothelin-1 dan peningkatan sensitivitas terhadap vasopressor yang dapat menyebabakan vasokonstriksi.

5. Teori Adaptasi KardiovaskularPada kedaan normal, pembuluh darah refrakter terhadap bahan-bahan vasopresor sehingga untuk vasokonstriksi membutuhkan bahan vasopresor yang tinggi. Pada hipertensi dalam kehamilan pembuluh darah tidak refrakter sehingga mudah melakukan vasokontriksi.

6. Teori Defisiensi Gizi/DietDiketahui asam lemak jenuh sangat yang penting bagi tubuh, jika tubuh kekurangan zat tersebut dapat menimbulkan hipertensi dalam kehamilan. Asupan antioksidan yang dari makanan kurang terpenuhi menyebabkan radikal bebas dalam tubuh dalam kadar yang tinggi sehingga akan menyebabkan disfungsi endotel.

Perubahan Sistem dan Organ pada Preeklampsia Volume plasma: Penurunan volume 30-40% dibandingkan hamil normal diimbangi dengan vaso kontriksi. Hipertensi: Peningkatan reaktivitas vaskular dimulai umur kehamilan 20 mingggu dan normal kembali beberapa hari setelah persalinan. Fungsi ginjal: Oliguria, kerusakan sel glomerulus>proteinuria, Glomerular capillary endotheliosis, nekrosis tubulus> gagal ginjal akut, kerusakan intrinsik karena vasospasme, asam urat meningkat, kreatinin meningkat. Tekanan onkotik: Menurun karena protein darah menurun dan peningkatan permeabilitas vaskular. Viskositas darah: viskositas darah meningkat dan menimbulkan resistensi vaskular meningkat dan menurunnya blood flow organ. Hematokrit: meningkat karena hipovolemi. Edema: edema dijumpai pada 80% pada preeklampsia. Bisa edema ditangan, muka dan anasarka. Hematologi: Trombositopenia dan hemolisis angiopatik. Hepar:terjadi vasospasme, iskemik,dan perdarahan > nekrosis> enzim hepar meningkat. Dapat terjadi subscapular hematom > ruptur hepar. Neuroogik: Nyeri kepala, gangguan visus, hiperrefleks, kejang. Kardiovaskular: Peningkatan afterload dan penurunan preload. Paru: berisiko edema paru. Janin: Penurunan perfusi utero plasenta> IUGR, Prematur, solusio plasenta, oligohidramnion.

PencegahanBeberapa strategi digunakan untuk mencegah atau memodifikasi keparahan dari preeklampsia. Beberapa diantaranya: Diet: diet rendah garam, kalsium atau suplemen minyak ikan. Aktivitas: aktivitas fisik, peregangan. Obat kardiovaskular: diuretik, obat antihipertensi. Antioksidan: vit. C, vit. E, vit. D. Obat antitrombotik: aspirin dosis rendah, aspirin + heparin, heparin + ketanserin.

PREEKLAMPSIA RINGANDefinisiSuatu sindroma spesifik pada kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivitas endotel ditandai dengan Sistolik 140-160 mmHg / diastolik 90-110 mmHg dengan proteinuria 300mg/24 jam / +1 dipstik.Penatalaksanaan Rawat inap. Jika pasien menolak > rawat jalan dengan pemantauan tekanan darah 2x/hari dan proteinuria setiap hari. Dapat diberikan suplemen antioksidan atau antiagregasi trombosit. Roboransia Berikan obat antihipertensi (metil dopa 3x250 mg) Berikan kortikosteroid jika usia kehamila 24-34 minggu Pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan KTG. Dapat diberikan kortikosteroid untuk pematangan paru. Pada kehamilan 37 minggu > terminasi. Bila tensi normal pasien dapat dipulangkan dengan nasihat istirahat dan penjelasan mengenai tanda-tanda preeklampsia berat, serta kontrol 2x seminggu.

PER

37 minggu < 37 mingguPJT, Gawat janinRawat inap rawat jalan

Menetapmembaik

PEBmembaik

Terminasi kelola PEB kehamilan aterm

PREEKLAMPSIA BERATDefinisiPreeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteniuria +2 dipstick.Gejala Impending eklampsia:- Nyeri kepala hebat- Gangguan visus- Muntah-muntah- Nyeri epigastrium- Kenaikan progresif tekanan darah

PenatalaksanaanPenatalaksanaan preeklampsia berat untuk mencegah terjadinya eklampsia. Dasar pengobatan istirahat, diet, sedatif, obat-obatan antihipertensi, dan induksi persalinan. Penanganan PEB dilakukan secara aktif dan konservatif. Perawatan aktif :Indikasi : jika terdapat gejala 1/> gejala berikut Ibu : kehamilan 37 minggu, gejala impending eklampsi Janin : gawat janin, PJT Lab : HELLP syndromePemberian medisinal : Infus RL 500 cc MgSO4, cara pemberian : Melalui IV Dosis awal : 4 gr (20 cc MgSO4 20%) dilarutkan ke dalam 100 cc RL dalam 15-20 menit Dosis pemeliharaan : 10 gr (50 cc MgSO4 20%) dalam 500 cc RL 20-30 tpm Melalui IM Dosis awal : 4 gr (20 cc MgSO4 20%) diberikan secara IV dengan kecepatan 1 gr/menit Dosis pemeliharaan : 4 gr MgSO4 (10 cc MgSO4 40%) IM tiap 4 jam + 1cc lidoqain 2% tiap pemberian IM Syarat pemberian MgSO4 : Terdapat antidotum yaitu kalsium glukonas 10% 1 gr dalam 10 cc beri secara IV dalam 3-5 menit Refleks patela + RR 16x/ menit Urin 30 cc dalam 1 jam Dihentikan jika : Ada tanda-tanda intoksikasi Setelah 24 jam pasca salin Dalam 6 jam sudah terjadi perbaikan tekanan darah Pemberian antihipertensi Nifedipin 10-20 mg diulang 30 menit, maksimum 120 mg/hari Dopamet 3x250 mg

Perawatan Konservatif : Indikasi : usia kehamilan < 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda eklampsi dengan kondisi janin baik Pengobatan medisinal : 8 gr MgSO4 40% secara IMPemberian MgSO4 dihentikan apabila sudah terlihat tanda-tanda preeklamsi ringan. Pengelolaan obstetrik : Tindakan observas dan evaluasi sama seperti perawatan aktif , termasuk pemeriksaan tes tanpa kontraksi dan USG untuk melihat kesejahteraan janin Bila 2x24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap sebagai kegagalan pengobatan medisinal dan harus diterminasi.

Pengelolaan obstetrik Pengelolaan terbaik preeklampsi yaitu dengan cara terminasi kehamilan karena kehamilan itu sendiri, preeklampsi akan membaik setelah persalinan, dan mencegah timbulnya kematian janin dan ibu. Cara terminasi kehamilan :

Terminasi kehamilan

Belum inpartu Inpartu

1. Induksi persalinan1. Kala I Fase laten : Amniotomi + tetes oksitosin Amniotomi +tetes oksitosindengan syarat skor Bishop 6 dengan syarat skor Bishop 62. Seksio Sesaria 2. Kala I Fase aktif :Syarat : ada kontraindikasi Amniotomi, bila his tidak adekuatpemberian oksitosin, 8 jam berikan tetes oksitosin belum masuk fase aktif bila setelah 6 jam belum ada pembukaan lengkapdilakukan SC

PEB

37 minggu, gawat janin (+),< 37 minggu, gawat janin (-), HELLP Syndrome, PJT HELLP Syndrome (-), PJT (-)

Aktif Konservatif

MgSO4, Antihipertensi, Suportif

Terminasi 48 jam tidak membaikmembaik menjadi PER

PervaginamSeksio sesariaKelola seperti PER

KOMPLIKASI Eklampsia Sindrom HELLP Acute kidney injury Edema serebral Perdarahan otak

EKLAMPSIADefinisiEklampsia adalah kejang yang terjad pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa niifas yang disertai gejala-gejala preeklampsia (hipertensi, edema dan/atau proteinuria).

EpidemiologiInsidensi bervariasi antara satu negara dengan negara yang lain. Insidensi rendah umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal yang baik, penyediaan tempat tidur antenatal yang cukup dan penanganan preeklampsia yang sempurna.Di negara-negara berkembang insidensi dilaporkan berkisar 0,3 0,7 %, sedangkan di negara-negara maju berkisar 0,05 0,1 %.

Etiologi Penyebab eklampsia belum diketahui benar. Oleh karena, eklampsia merupkan kelanjutan atau stadium akhir dari preeklampsia. Klasifikasi Menurut kejadian saat terjadinya, eklampsi dibedakan sebagai berikut :1. Eklampsi antepartum, eklampsi yang terjadi sebelum persalinan 2. Eklampsi intrapartum, eklampsi yang terjadi sewaktu persalinan3. Eklampsi pascapersalinan, eklampsi yang terjadi setelah persalinan

Tanda & GejalaUmumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, nyeri di epigastrium atau nyeri abdomen kuadran kanan atas dan hiperefleksia. Kejang pada eklampsia dibagi dalam 4 tingkat, yaitu :1. Tingkat invasi/ Tingkat PermulaanMata terpaku, kepala dipalingkan pada salah satu sisi, dan kejang-kejang halus terlihat pada wajah. Berlangsung beberapa detik. 2. Tingkat kontraksi/Tingkat kejangan tonikSeluruh badan menjadi kaku, kadang-kadang terjadi epistotonus. Berlangsung selama 15-20 detik.3. Tingkat konvulsi/ Tingkat kejang klonikTerjadi kejang yang hilang timbul, rahang dan mata membuka dan menutup, otot wajah dan badan berkontraksi dan berelaksasi berulang. Kejang terjadi sangat kuat hingga pasien dapat terlempar dari tempat tidurnya dan lidahnya tergigit. Terdapat air liur yang berbuih bercampur darah keluar dari mulut, mata merah, muka biru, berangsur kejang berkurang dan akhirnya berhenti. Berlangsung selama 1 menit.4. Tingkat koma Setelah kejang klonik pasien jatuh dalam koma, lamanya bervariasi bisa menit hingga berjam-jam. Setelah pasien sadar biasanya tidak akan ingat kejadian sebelumnya.

.DiagnosisDiagnosis eklampsia umumnya harus menyingkirkan keadaan-keadaan lain dengan kejang dan koma. Diagnosis eklampsi dapat terlihat dengan adanya tanda dan gejala preeklampsia yaitu 2 dari trias tanda utama (hipertensi, edema, proteinuria) yang disusul oleh serangan kejang seperti yang telah diuraikan, maka diagnosis eklampsia sudah tidak diragukan.

Diagnosis untuk eklampsi : Tekanan darah tinggi, 180/110 mmHg Denyut nadi kuat dan berisi Nadi kecil dan cepat Demam tinggi Pernafasan cepat dan berbunyi Sianosis Proteinuri hampir selalu ada Edema

PenangananTujuan pengobatan eklamsi adalah: Cegah timbulnya kejang Turunkan / kontrol tekanan darah dengan syarat penurunan tekanan darah tidak boleh > 20% dalam 1 jam Atasi hemokonsentrasi dan memperbaiki diuresis pemberian cairan, misalnya cairan 2A atau Ringer Laktat. Produksi urin tidak boleh < 30 cc/jam dan tekanan vena sentral tidak > 6-8 cm air. Atasi hipoksia dan asidosis oksigen Akhiri kehamilan tanpa memandang umur kehamilan setelah kejang dapat diatasi

Pasien dengan eklampsia perlu dirawat di unit perawatan intensif (ICU) dan di lakukan kerjasama dengan bagian lain yang terkait.1. Profilaksis Upaya pencegahan eklampsi dilakukan dengan cara menmukan kasus preeklampsi sedini mungkin dan mengobatinya dengan adekuat. Tindakan dapat berupa :a. Identifikasi faktor predisposisib. Menetukan gejala awal hipertensi, edema, dan proteinuriac. Rujukan yang tepatd. Perawatan jalan atau inape. Pengobatan medisinal f. Pengelolaan obstetrik untuk mengakhiri kehamilan

2. Pengobatan a. Obat antikejang Pemberian MgSO4 sesuai dengan pengelolaan PEBBila timbul kejang-kejang ulangan maka dapat diberikan 2 gr MgSO4 IV selama 2 menit, sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan 2 gr hanya diberikan sekali saja.

b. Obat-obat suportif Pemberian obat-obatan antihipertensi, kardiotonik, antipiretik, antibiotik, dan antinyeri disesuaikan dengan indikasi

c. Perawatan pasien dengan serangan kejangBersamaan dengan bagian saraf, perawatan penderita dilakukan : Di kamar isolasi yang cukup terang dan tenang Masukkan sulip lidah ke dalam mulut penderita Kepala direndahkan, daerah orofaring dihisap Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendur untuk menghindari fraktur d. Perawatan pasien dengan koma Infus manitol 20% : 200 cc (diguyur) 6 jam lanjut 150 cc (diguyur), 6 jam lanjut 150 cc lagi (diguyur). Total pemberian 500 cc sehari. Pemberian dilakukan selama 5 hari Infus cairan gliserol 10% 30 tetes/menit selama 5 hari Dexametason i.v 4 x 8 mg sehari, ditapering off Glasgow-Pittsburg- Coma Scale Pencegahan dekubitus Pemberian nutrisi melalui NGT

e. Pengelolaan obstetrik Terminasi kehamilan seksio sesarea Persalinan pervaginam dipertimbangkan pada keadaan-keadaan sebagai berikut: Pasien inpartu, kala II Pasien yang sangat gawat (terminal stage) yaitu dengan criteria Eden yang berat Syndrom HELLP Komplikasi serebral (CVA, stroke, dan lain-lain). Kontraindikasi operasi (ASA IV)

PrognosisTingginya kematian ibu dan anak di negara-negara kurang maju disebabkan oleh kurang sempurnanya pengawasan antenatal dan natal, penderita sering terlambat mendapatkan pengobatan yang tepat. Kematian ibu biasanya disebabkan oleh perdarahan otak, dekompensasio kordis dengan edema paru-paru, payah ginjal dan masuknya isi lambung ke dalam jalan pernapasan saat kejang. Sedangkan sebab kematian bayi terutama karena hipoksia intrauterine dan prematuritas. Secara umum prognosis kurang baik untuk ibu maupun anak. Paritas dan umur ibu mempengaruhi prognosis. Diuresis ~ produksi urine > 800 cc, 24 jam atau 200 cc/jam, prognosisnya akan lebih baik. Sebaliknya, oliguri atau anuri merupakan gejala yang buruk.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham,F.Gary.,MacDonald,Paul C.,Gant,Norman F.Obstetri Williams. Edisi XVIII.Jakarta:EGC;1995.hal.801-818

2. Wiknjosastro,Hanifa.,Saifudin,Abdul Bari.,dan Rachimhadhi,Trijatmo. Editor. Ilmu Kebidanan.Edisi III.Jakarta:YBP-SP;1999.hal.281-301

3. Klapholz,Henry.Hipertensi yang Diinduksi Kehamilan dalam: Friedman, Emanuel A., Acker,David B., Sachs,Benjamin P. Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan Obstetric,Edisi II.Jakarta:Binarupa Aksara;1998.hal.272-273

4. Saifudin,Abdul Bari,Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono;2009.hal.33-42

5. Bagian Obstetri dan ginekologi Fakltas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Obstetri Patologi. Eklampsi. Elstar Offset. Bandung. 1981. hal: 99-106.

24