Majalah Share (CSR Magazine)-Edisi April 2014-CSR Perbankan Issue
CSR DAN PENINGKATAN KESEHATAN - core.ac.uk · Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat...
Transcript of CSR DAN PENINGKATAN KESEHATAN - core.ac.uk · Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
CSR DAN PENINGKATAN KESEHATAN Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi CSR (Corporate Social
Responsibility) TPS FOOD SEHATI PT. TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD Tbk
dalam Peningkatan Kesehatan di Desa Sepat Kecamatan Masaran Kabupaten
Sragen
Oleh:
Naomi Dyah Setiarini
D 0206122
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pembimbing
Prof. Drs. H. Totok Sarsito, SU, MA, Ph.D.
NIP. 19490428 197903 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN
Telah diuji dan disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pada Hari :
Tanggal :
Panitia Penguji :
1. Dr. H. Widodo Muktiyo, SE, M.Com ( )
NIP. 19640227 198803 1 001 Ketua Penguji
2. Dra. Indah Budi Rahayu, SE, M.Hum ( )
NIP. 19580317 199010 2 001 Sekretaris Penguji
3. Prof. Drs. H. Totok Sarsito, SU, MA, Ph.D. ( )
NIP. 19490428 197903 1 001 Penguji
Mengetahui,
Dekan
Drs. H. Supriyadi S.N, SU
NIP. 19530128 198103 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
“Aja rumangsa bisa, nanging bisa’a rumangsa.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
“Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai
(dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sunguh-sungguh (urusan) yang lain.
Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”
QS Al Insyirah : 6-8.
Dan bila aku berdiri, tegar sampai hari ini, bukan karena kuat dan hebatku.
Semua karena cinta... Tak dapatku berdiri tegar... Terima Kasih Cinta
Kupersembahkan Skripsi ini untuk
Cinta dari Almarhum Papa, Mama, Mas Daniel
Cinta dari Keluarga Besar Soemosoekarto, Keluarga Besar Papa di Kudus
Cinta dari Honeyku Rozaq, Semua Teman Komunikasi 2006
Cinta dari Keluarga Besar Marching Band Sebelas Maret Surakarta
Dan cinta semua yang telah memberikan dukungan di setiap langkah hidupku
May ALLAH Bless and Love Us
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena
atas rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Skripsi berjudul “CSR DAN
PENINGKATAN KESEHATAN” (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi
Komunikasi CSR (Corporate Social Responsibility) TPS FOOD SEHATI PT.
TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD Tbk. dalam Peningkatan Kesehatan di Desa
Sepat Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen). Skripsi ini disusun guna
memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Ketertarikan penulis terhadap “dunia PR” menjadi dasar penulis
mengambil judul tersebut. Sekitar pertengahan tahun 2009, penulis berkesempatan
berkunjung ke PT. Tiga Pilar Food Tbk. guna keperluan sponsorship dari sebuah
event yang diadakan oleh Marching Band Sebelas Maret Surakarta yaitu
Kejuaraan Terbuka Drum Band SD-SMP IV. Karena pada waktu itu penulis
menjabat sebagai divisi sponsorship dalam event tersebut maka penulis sering
berhubungan dengan pihak TPS Food. Dari situlah penulis mulai mengenal
program CSR TPS Food SEHATI dan memiliki ketertarikan untuk menelitinya.
Penulis mengambil salah satu tema dasar dari program CSR TPS Food
SEHATI pada bidang kesehatan untuk diteliti. Alasan dari peneliti karena setiap
operasional pabrik pasti mengeluarkan polusi atau limbah. Perusahaan harus
bertanggung jawab akan hal tersebut. Jika polusi atau limbah tidak dikelola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
dengan baik maka dapat merugikan kesehatan masyarakat sekitar pabrik.
Berangkat dari pemikiran tersebut, peneliti mengambil aspek strategi komunikasi
pada program CSR TPS Food SEHATI yang baru berjalan selama dua tahun.
Peneliti bermaksud mencari tahu bagaimana awal mula terbentuknya program
sampai dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi sehingga menjadi suatu
bentuk strategi komunikasi pada program tanggung jawab sosial perusahaan
(corporate social responsibility) yang dijalankan oleh PR. Peneliti menggunakan
teori strategi komunikasi PR oleh Center dan Cutlip dengan harapan semoga hasil
penilitian ini dapat memberikan masukan terhadap program CSR TPS Food
SEHATI.
Selama proses penelitian hingga akhir penyusunan skripsi ini peneliti telah
mendapat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan
ini penulis mengucapkan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Drs. H. Totok Sarsito, SU, MA, Ph.D selaku dosen pembimbing dengan
kesabaran serta ketelatenan Beliau telah memberikan pengarahan serta
masukan dalam penyusunan Skripsi ini.
2. Pihak PT. TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD Tbk. khususnya Mbak Tantri
Kurniawati dan Bapak Rohmad serta masyarakat Desa Sepat yang telah
bersedia meluangkan waktu dan tenaga guna pengumpulan data dalam
penyusunan Skripsi ini.
3. Fenny Hendrastuti sebagai sesama peneliti CSR TPS Food SEHATI. Terima
kasih telah menjadi rekan penelitian yang menyenangkan sehingga kita bisa
saling melengkapi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
4. Efa Syahrani, Nurhudha Zus Julianto, Fredy Kurniawan, Jonathan, dan
Melysa Emeraldina yang telah menjadi teman diskusi yang setia dan tempat
sharing, menuangkan segala keluh kesah penulis selama penyusunan Skripsi
ini.
Penulis menyadari, walaupun telah berusaha memberikan yang terbaik
dalam Skripsi ini, tetapi masih terdapat beberapa kekurangan. Karena
kesempurnaan hanya milik Allah Yang Maha Sempurna, kekurangan sepenuhnya
milik penulis sebagai manusia. Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat
bagi yang membacanya, baik untuk penelitian lanjutan maupun bahan rujukan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
Naomi Dyah Setiarini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ........................................................................................................ i
PERSETUJUAN ......................................................................................... ii
PENGESAHAN........................................................................................... iii
MOTTO ...................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ....................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
ABSTRAK ................................................................................................... xiv
ABSTRACT ................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9
E. Tinjauan Teori dan Kerangka Pemikiran..................................... .. 9
1. Public Relations ..................................................................... 9
2. Corporate Social Responsibility (CSR) .................................. 19
3. Kerangka Pemikiran .............................................................. 26
F. Metodologi Penelitian..................................................................... 28
1. Jenis Penelitian........................................................................... 28
2. Lokasi Penelitian .................................................................. 29
3. Jenis Data .............................................................................. 29
4. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 29
5. Teknik Sampling.................................................................... 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
6. Validitas Data ........................................................................ 31
7. Analisis Data ......................................................................... 32
BAB II DESKRIPSI LOKASI
A. Gambaran Umum PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk................... 34
1. Sejarah Perusahaan................................................................... 34
2. Visi dan Misi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.................... 37
3. Struktur Organisasi................................................................... 38
4. Komitmen Tanggung Jawab Sosial PT. Tiga Pilar Sejahtera
Food Tbk.................................................................................. 39
B. Corporate Social Responsibility PT. Tiga Pilar Sejahtera Food
Tbk. ............................................................................................ 40
1. Kedudukan Program Corporate Social Responsibility PT. Tiga
Pilar Sejahtera Food Tbk. dalam Struktur Organisasi................ 40
2. Visi dan Misi Program Corporate Social Responsibility PT.
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk................................................... 42
3. Program Corporate Social Responsibility PT. Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk.................................................................... 43
C. Program Corporate Social Responsibility Bidang Kesehatan PT.
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk........................................................ 45
D. Desa Sepat sebagai Lingkungan PT. Tiga Pilar Sejahtera Food
Tbk.................................................................................................. 47
BAB III PENYAJIAN DATA
A. Pemahaman PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. akan
Permasalahan Kesehatan Masyarakat Desa Sepat.......................... 51
1. Public Relations dan Community Relations TPS Food............. 54
2. Pemahaman TPS Food akan Permasalahan Kesehatan
Masyarakat Sepat...................................................................... 60
B. Perencanaan Strategi Komunikasi Program CSR TPS Food
SEHATI Bidang Kesehatan ......................................................... 65
C. Pelaksanaan Strategi Komunikasi Program CSR TPS Food
SEHATI Bidang Kesehatan..................................................... ...... 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
1. Pelaksanaan Program Kegiatan Bapak Asuh Posyandu............ 73
2. Pelaksanaan Program Kegiatan Khitanan Massal..................... 76
3. Pelaksanaan Program Kegiatan Pengobatan Gratis.................. . 77
D. Pengevaluasian Program CSR TPS Food SEHATI Bidang
Kesehatan........................................................................................ 78
BAB IV. ANALISIS DATA
A. Analisis Pemahaman PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. akan
Permasalahan Kesehatan Masyarakat Desa Sepat.......................... 83
B. Analisis Perencanaan Strategi Komunikasi Program CSR TPS
Food SEHATI Bidang Kesehatan ................................................ 92
C. Analisis Pelaksanaan Strategi Komunikasi Program CSR TPS
Food SEHATI Bidang Kesehatan......................................... ......... 100
D. Analisa Pengevaluasian Program CSR TPS Food SEHATI
Bidang Kesehatan........................................................................... 106
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 114
B. Saran ........................................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Proses Komunikasi .................................................................... 10
Gambar 2. Konsep Triple Bottom Line........................................................ 21
Gambar 3. Kerangka Pemikiran .................................................................. 26
Gambar 4. Skema Analisis Data Kualitatif .................................................. 33
Gambar 5. Logo Perusahaan........................................................................ 35
Gambar 6. Struktur Puncak PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk ................... 38
Gambar 7. Kedudukan Program CSR PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
dalam Struktur Organisasi............................................................. 41
Gambar 8. Peta Sasaran Ring I Program CSR TPS Food SEHATI............... 49
Gambar 9. Para Pelaksana Program CSR TPS Food SEHATI....................... 71
Gambar 10. Penimbangan Balita Posyandu Gandu.......................................... 75
Gambar 11. Pencatatan Berat Badan Balita dan Pemberian PMT di
Posyandu Gandu............................................................................ 75
Gambar 12. Penyuluhan Kesehatan oleh Bidan Desa Sepat............................. 76
Gambar 13. Pemeriksaan Kesehatan oleh Bidan Desa Sepat........................... 76
Gambar 14. Alur Pemberian PMT.................................................................... 102
Gambar 15. Alur Pemberian Dana Insentif Kader Posyandu.......................... 102
Gambar 16. Multi Step Flow Communications................................................. 104
Gambar 17. Two Step Flow Communications.................................................. 105
Gambar 18. Pengevaluasian Kegiatan Posyandu.............................................. 107
Gambar 19. Pengevaluasian Kegiatan Pengobatan Gratis dan Khitanan
Massal............................................................................................ 107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Evaluasi dengan Beberapa Variable .............................................. 25
Tabel 2. Perencanaan Program CSR TPS Food SEHATI Kegiatan
Posyandu ...................................................................................... 67
Tabel 3. Perencanaan Program CSR TPS Food SEHATI Kegiatan
Pengobatan Gratis dan Khitanan Massal ........................................ 69
Tabel 4. Perencanaan Program CSR TPS Food SEHATI Kegiatan
Posyandu ...................................................................................... 95
Tabel 5. Perencanaan Program CSR TPS Food SEHATI Kegiatan
Pengobatan Gratis dan Khitanan Massal ........................................ 97
Tabel 6. Kesesuaian Program dengan Kebutuhan Kesehatan
Masyarakat........................................................................................ 108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRAK Naomi Dyah Setiarini, D0206122, CSR DAN PENINGKATAN KESEHATAN (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi CSR (Corporate Social Responsibility) TPS FOOD SEHATI PT. TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD Tbk. dalam Peningkatan Kesehatan di Desa Sepat Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen), Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011.
PT. Tiga Pilar Sejahera Food Tbk. berdiri sejak tahun 1959 yang berawal dari bisnis keluarga kemudian beralih menjadi perseroan dan telah mendirikan pabrik sejak tahun 2001. Akibat dari operasional pabrik TPS Food menimbulkan permasalahan yang merugikan kesehatan masyarakat desa Sepat. Permasalahan yang terjadi di masyarakat sekitar pabrik mau tidak mau menjadi tanggung jawab yang harus dipikul TPS Food demi kelangsungan hidup perusahaan. Namun, pokok permasalahan bukan terletak pada akibat operasional pabrik semata. Tidak adanya komunikasi antar kedua belah pihak menyebabkan terjadinya kesalahpahaman hingga puncaknya terjadi demonstrasi massa. Jika terjalin komunikasi yang baik antara TPS Food dengan masyarakat Sepat maka ketegangan pun dapat dihindari.
Untuk merealisasikan hal tersebut, TPS Food terus mengembangkan tanggung jawab sosialnya dengan program Corporate Social Responsibility (CSR) bernama CSR TPS Food SEHATI. Implementasi program CSR TPS Food SEHATI memerlukan suatu kegiatan yang penting yaitu strategi komunikasi yang dijalankan oleh PR TPS Food. Strategi komunikasi ini dibutuhkan selama program berlangsung agar dapat diterima dan bermanfaat bagi masyarakat.
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. mencoba memahami akan permasalahan kesehatan masyarakat desa Sepat, merencanakan strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI yang sesuai dengan permasalahan, melaksanakan strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI yang telah direncanakan, dan mengevaluasi program CSR TPS Food SEHATI.
Metodologi yang penulis gunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara kepada beberapa narasumber, observasi dan studi pustaka. Pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yang dilanjutkan dengan teknik snowball sampling. Sedangkan analisis data dalam penelitian ini terdiri dari tiga komponen, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Secara umum, kesimpulan penulis adalah strategi komunikasi yang dijalankan PR TPS Food sesuai dengan model langkah-langkah PR oleh Cutlip-Center-Broom yaitu: fact finding (pemahaman TPS Food terhadap permasalahan kesehatan masyarakat Sepat), planning (merencanakan strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI), comunicating (melaksanakan strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI ), dan evalution (mengevaluasi program CSR TPS Food SEHATI). Dari keseluruhan tahapan tersebut, PR TPS Food berusaha memaksimalkan terjadinya komunikasi dua arah antara TPS Food dengan masyarakat Sepat (stakeholders).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRACT Naomi Dyah Setiarini, D0206122, CSR AND IMPROVEMENT OF HEALTH (Qualitative Descriptive Study of Communication Strategy of CSR (Corporate Social Responsibility) TPS FOOD Sehati PT. TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD Tbk. In Improving Health in the Village District Sepat Masaran Sragen), Thesis, Department of Communication Science , Faculty of Social and Political Sciences, University of Sebelas Maret, Surakarta, 2010.
PT. Tiga Pilar Sejahera Food Tbk. stood since 1959 that originated from the family business and then turning to the company and has set up a factory since 2001. As a result of plant operations TPS Food raises problems that harm public health Sepat village. The problems that occur in communities around the plant would not want the responsibility that must be borne TPS Food for survival of the company. However, the main problem is not with the result of plant operations alone. The lack of communication between both parties caused the misunderstanding to the peak of mass demonstrations. If good communication is established between the TPS Food to society Sepat then tensions can be avoided.
To realize this, the TPS Food continues to develop its social responsibility with its Corporate Social Responsibility (CSR) CSR named TPS Food Sehati. The implementation of CSR programs TPS Food accord requires an activity that is important is the communication strategy which is run by the PR TPS Food. This communication strategy is required during the program to be acceptable and beneficial to society.
In general, this study aims to determine how the PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. trying to understand the health problems of rural communities will Sepat, plan communication strategies TPS Food CSR programs that match one heart problems, implement communications strategies TPS Food accord CSR program that has been planned, and evaluate CSR programs TPS Food Sehati.
The methodology used was qualitative descriptive writer with the technique of collecting data through interviews of the informants, observation and literature study. The samples in this study using purposive sampling technique, followed by snowball sampling technique. While data analysis in this study consists of three components, namely data reduction, data presentation, and conclusion / verification.
In general, the conclusions the author is a communications strategy PR TPS Food is run in accordance with the model of the steps by Cutlip PR-Center-Broom namely: fact finding (TPS Food understanding of public health problems Sepat), planning (planning a communication strategy CSR program TPS Food accord), comunicating (CSR program communication strategies TPS Food accord), and evalution (TPS Food evaluate CSR programs Sehati). From all these stages, PR TPS Food is trying to maximize the occurrence of two-way communication between the TPS Food to the community Sepat (stakeholders).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkembangnya suatu negara selalu disertai dengan pesatnya kemajuan
perekonomian. Sedangkan perkembangan perekonomian selalu ditunjang oleh
pesatnya perindustrian, yang sekaligus membawa perubahan-perubahan dan
perkembangan yang lebih luas di segala bidang, antara lain dalam bidang
perdagangan dan perniagaan. Demikian pula halnya di persada Nusantara yang
kini menghadapi era globalisasi dalam bidang komunikasi dan bisnis,
mengakibatkan semakin ketatnya persaingan dan persandingan perusahaan-
perusahaan dalam upaya bisnisnya. Perusahaan-perusahaan swasta asing,
nasional, maupun negara, sama-sama ikut mengadu untung menyertai perputaran
roda globalisasi tadi. Mereka berlomba dan berupaya untuk memperoleh simpati
dan dorongan akan kelancaran dan keabadian usahanya yang bisa menguntungkan
semua pihak.
Kegiatan perusahaan dalam meningkatkan bisnis dengan motif
maksimalisasi profit, cenderung tidak memperhatikan faktor lingkungan hidup di
sekitarnya. Seharusnya perusahaan tidak hanya memperhatikan catatan keuangan
semata tetapi juga melaksanankan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
maupun lingkungan. Hal ini diperkuat dengan dikeluarkannya Undang-undang PT
No. 40 pasal 74 yang isinya adalah sebagai berikut:1
Ayat 1, dijelaskan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Ayat 2 dijelaskan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan itu merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memerhatikan kepatutan dan kewajaran.
Ayat 3 menggariskan perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana Pasal 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Diberlakukannya undang-undang tersebut, pada akhirnya mengikat dan
mewajibkan perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan
sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Maka
idealnya semua perusahaan terlepas dari apapun bentuk hukumnya, ukuran, serta
jenis usahanya perlu memberikan kontribusi, baik materiil maupun spirituil,
kepada masyarakat. Dalam hal ini, Corporate social Responsibility (CSR)
merupakan jalan perwujudan atas kontribusi tersebut.
Kesadaran tentang pentingnya pelaksanaan CSR bagi perusahaan, dapat
memberikan manfaat bukan hanya sasaran CSR tetapi juga pelaksana CSR sendiri
atau perusahaan. Jika dalam pelaksanaan CSR disesuaikan dengan masalah-
masalah ekonomi, sosial, dan budaya di lingkungan sekitar perusahaan, maka
perusahaan akan memperoleh feedback dari kepercayaan dan loyalitas yang
diberikan masyarakat. Dimana perusahaan akan menikmati keberlanjutan dan
kelangsungan bisnisnya dengan baik, aman, dan damai.
1 Dr. Hendrik Budi Untung, S.H., C.N, M.M, Corporate Social Responsibility, Sinar Grafika, Jakarta, 2008,
hal.25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Agar pelaksanaan CSR sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar, maka
diperlukan sosialisasi yang serius di internal perusahaan. Paling tidak untuk
menyamakan persepsi dalam perusahaan akan wacana dan pelaksanaan CSR agar
tidak mengalami hambatan-hambatan secara internal perusahaan. Kemudian
sosialisasi wacana dan pelaksanaan CSR ini, tidak hanya bergulir di lingkup
perusahaan saja tetapi juga kepada semua stakeholders secara luas. Dengan
harapan perusahaan, pemerintah, dan masyarakat sebagai komponen stakeholders
bisa mengambil peran yang signifikan.
Salah satu perusahaan yang CSRnya peduli terhadap kesejahteraan
masyarakat adalah PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. Perusahaan yang
memproduksi berbagai macam bahan makanan ini, berdasar UU PT No. 40 pasal
74 Tahun 2007, merupakan perusahaan yang wajib melaksanakan program CSR.
Dalam hal ini, PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. telah melaksanakan tanggung
jawab sosial dan lingkungannya sejak tahun 2001.
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. berlokasi di Sepat, Kecamatan
Masaran, Kabupaten Sragen, suatu daerah yang memiliki kondisi alam yang
kering dan tandus terutama di musim kemarau. Akibat sumur pabrik yang
memompa air tanah sangat dalam menyebabkan sumur di beberapa rumah warga
kering sehingga membuat lingkungan yang tandus tersebut menjadi semakin
panas dan gersang. Keadaan ini membuat masyarakat desa Sepat mengalami
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan mereka akan air.
Selain itu dikarenakan pada awal berdiri, pabrik belum memiliki sistem
sanitasi limbah yang baik menjadikan sungai tercemar. Mengingat air sungai telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
digunakan masyarakat desa Sepat sebagai alternatif sumber air, baik untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun untuk pengairan lahan pertanian, maka
pencemaran sungai mengakibatkan timbulnya penyakit dan perusakan lingkungan.
Sebagai contoh, limbah pabrik yang mencemari sungai telah menyebabkan
timbulnya penyakit kulit bagi masyarakat desa Sepat. Pencemaran sungai juga
telah meracuni lahan pertanian masyarakat. Air sungai yang digunakan untuk
mengairi sawah telah mengandung bahan-bahan kimia yang membuat tanaman
padi mati. Keadaan ini jika dibiarkan berlarut-larut dapat menggangu kehidupan
masyarakat Desa Sepat khususnya dalam bidang kesehatan masyarakat. Apalagi
keadaan masyarakat desa Sepat yang memiliki tingkat pengetahunan akan
kesehatan yang rendah.
Mengetahui bahwa masyarakat desa Sepat merasa dirugikan, ketua RT
sebagai opinion leader, mengajukan surat pengaduan kepada perusahaan. Sebagai
bagian dari lingkungan masyarakat, sudah barang tentu perusahaan wajib
memiliki kepedulian dan tanggung jawab sosial untuk membantu mengatasi
masalah lingkungan yang terjadi. Permasalahan yang terjadi di masyarakat
sekitar pabrik PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. tersebut, mau tidak mau
menjadi tanggung jawab yang harus dipikul PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
Perusahaan perlu melakukan penyesuaian dalam rangka menjaga eksistensi dan
kepercayaan masyarakat. Untuk mengimplementasikan hal tersebut, PT. Tiga
Pilar Sejahtera Food Tbk. membuat langkah-langkah perbaikan lingkungan seperti
peningkatan sumber daya manusia (SDM) dan pengembangan sumber daya alam
(SDA).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. memulai program tanggung jawab
sosialnya dengan mengatasi masalah kekeringan yang menjadi masalah pokok
masyarakat desa Sepat, yaitu membuat sumur dengan pipa-pipa saluran air yang
dialirkan langsung ke bak penampungan air di setiap rumah warga. Sebagai
perusahaan yang baik, PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. berkewajiban
mempunyai sistem sanitasi limbah yang baik pula. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food
Tbk. terus memperbaiki sistem sanitasi limbah. Limbah hasil operasional pabrik
mengalami beberapa kali proses sterilisasi sehingga limbah yang dibuang adalah
air yang aman dan tidak lagi mencemari sungai. Hal ini berkaitan juga dengan
perizinan yang mengikat perusahaan dan sertifikasi yang akan diperoleh
perusahaan.
Meskipun TPS Food telah bertanggungjawab atas masalah kekeringan dan
limbah pabrik, masyarakat masih mengeluhkan jika air yang mengalir tidak lancar
dan adanya bau tidak sedap yang ditimbulkan oleh limbah parik. Keluhan dari
masyarakat Sepat ini jika tidak segera ditanggapi dengan baik maka akan
menimbulkan ketegangan. Seiring berjalannya waktu, TPS Food mulai membuka
diri dengan masyarakat Sepat begitu juga sebaliknya, masyarakat Sepat mulai
menerima keberadaan pabrik TPS Food. Keadaan yang baik ini dimanfaatkan TPS
Food untuk lebih mendekatkan diri dengan masyarakat Sepat sehingga dapat
memahami karakteristik masyarakat Sepat beserta permasalahan yang terjadi
didalamnya.
Pemahaman TPS Food terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat
Sepat menjadikan TPS Food terus melanjutkan tanggung jawab sosialnya menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
program Corporate Social Responsibility (CSR). Program ini dicanangkan dan
dipublikasikan sejak tahun 2008 hingga sekarang bernama CSR TPS Food
SEHATI, dengan mengembangkan program yang sistematis dan berkelanjutan
yang salah satunya adalah bidang kesehatan, seperti pengobatan gratis, posyandu
gabungan, dan khitanan massal.2 Tujuan utamanya adalah selain berupaya untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat desa Sepat, juga agar masyarakat desa Sepat
selalu bersikap positif terhadap perusahaan. Dengan demikian perusahaan dapat
melakukan kegiatan operasionalnya secara berkesinambungan. Sebagaimana
pernyataan dalam jurnal CSR: The Key Role Of Human Resource Management:
“Almost all corporate websites/policies/reports talk about their endeavors for
CSR which has become a way of ensuring that the organization is fulfilling all the
obligations towards society and thus is eligible for the license to operate. It
assures that the organization can grow on sustainable basis.”3
Program CSR TPS Food SEHATI yang sudah berjalan selama dua tahun,
ternyata menampakkan hasil yang kurang maksimal. Program ini kurang
mengarah pada tujuan yang diharapkan TPS Food. Masyarakat sepertinya kurang
memahami maksud dari program CSR TPS Food SEHATI. Dengan adanya
program CSR, masyarakat diharapkan dapat lebih mandiri dibandingan sebelum
program CSR ada. Namun, yang terjadi di masyarakat Sepat menjadi
ketergantungan akan kehadiran program CSR TPS Food SEHATI, dimana
masyarakat menyampaikan permintaan-permintaan kepada TPS Food yang tidak
relevan terhadap program CSR TPS Food SEHATI. Masyarakat masih saja 2 Press Release HUT 50 TPS Food. 3 Sharma S., Sharma J. and Devi A, 2009, CSR: The Key Role of Human Resource Management. Business
Intelligence Journal Vol.2 No.1, hal. 206. www.saycocorporativo.com/.../journal/Vol2No1/article9.pdf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
mengeluhkan mengenai bau limbah dan air yang kurang mengalir lancar. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat belum paham bahwa sebenarnya bau limbah
memang akan tercium jika terbawa angin tetapi bau tersebut tidak membahayakan
kesehatan. Air yang kurang mengalir lancar disebabkan oleh debit air yang
mengalir tidak tetap, TPS Food pun juga sudah menyiapkan teknisi biodesi untuk
menangani hal tersebut. Jika TPS Food tidak berhati-hati dalam menyikapi
keluhan dan permintaan masyarakat Sepat tersebut dan semata-mata hanya
mengumbar janji, maka program CSR TPS Food SEHATI tidak akan mencapai
tujuan yang diharapkan.
Untuk menghindari hal tersebut, TPS Food menggunakan siklus
managerial dalam program CSR TPS Food SEHATI yang diimplementasikan
pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, memaparkan segala kondisi
dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program. Setiap tahapan
tersebut terdapat suatu kegiatan yang penting yaitu strategi komunikasi yang
dijalankan oleh PR TPS Food. Strategi komunikasi ini dibutuhkan dalam
kelangsungan program agar dapat diterima dan dipahami sepenuhnya oleh
masyarakat Sepat.
Penelitian ini akan melihat pelaksanaan program CSR TPS Food SEHATI
dari kajian komunikasi yang meliputi strategi komunikasi dan proses-proses
komunikasi yang terjadi didalamnya, melalui tahap managerial, serta diawali
dengan pemahaman yang baik akan permasalahan masyarakat Sepat terutama
bidang kesehatan. Karena dengan pemahaman yang baik akan membantu PR
dalam perencanaan dan pelaksanaan strategi komunikasi program CSR sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
pada saat dilakukan pengevaluasian dapat diketahui dampak dari hasil
pelaksanaan program CSR TPS Food SEHATI.
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini dirancang untuk meneliti, bagaimana PT. Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk. mencoba memahami akan permasalahan kesehatan
masyarakat desa Sepat, merencanakan strategi komunikasi program CSR TPS
Food SEHATI yang sesuai dengan permasalahan, melaksanakan strategi
komunikasi program CSR TPS Food SEHATI yang telah direncanakan, dan
mengevaluasi program CSR TPS Food SEHATI?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana PT. Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk.:
1. Mendapatkan pemahaman akan permasalahan kesehatan masyarakat desa
Sepat.
2. Merencanakan strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI yang
sesuai dengan permasalahan kesehatan masyarakat desa Sepat.
3. Melaksanakan strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI yang
telah direncanakan untuk masyarakat desa Sepat.
4. Mengevaluasi program CSR TPS Food SEHATI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat, baik secara teoritis
maupun secara praktis, yaitu :
1. Secara teoritis, mendapatkan wawasan dan pengetahuan mengenai praktek
Public Relations di sebuah perusahaan dalam menggunakan strategi
komunikasi program CSR.
2. Secara praktis, khususnya bagi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk., membantu
memberikan wawasan mengenai program CSR yang sesuai dengan
amandemen UU PT No. 40 pasal 74 Tahun 2007. Serta memberi masukan
tentang bagaimana membuat program CSR yang tepat dan sesuai dengan akar
permasalahan yang terjadi di masyarakat sekitar perusahaan sehingga dapat
menjadi solusi bagi masalah kesehatan di sekitar perusahaan.
E. Tinjauan Teori dan Kerangka Pemikiran
1. Public Relations
Secara garis besar, pengertian komunikasi adalah proses penyampaian
pesan dari seseorang kepada orang lain. Keberhasilan suatu komunikasi minimal
mengandung unsur-unsur dalam proses komunikasi itu sendiri yang terdiri dari;
pengirim pesan (komunikator), pesan (message), dan penerima pesan
(komunikan). Bila salah satu unsur tersebut hilang, komunikasi tidak dapat
berlangsung. Sebagai contoh seorang dapat mengirimkan pesan, tetapi bila tidak
ada yang menerima, maka komunikasi tidak akan terjadi. Namun, unsur-unsur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
tersebut masih dapat ditambah dengan unsur yang lain. Sebagaimana digambarkan
dalam proses komunikasi yang ditampilkan oleh Philip Kotler, yaitu :4
Gambar 1. Proses Komunikasi
1. Sender: komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah kelompok.
2. Encoding: penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.
3. Message: pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.
4. Media: saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.
5. Decoding: pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator.
6. Receiver: komunikan yang menerima pesan dari komunikator. 7. Response: tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa
pesan. 8. Feedback: umpan balik, yakni tanggapan komunikan yang tersampaikan atau
disampaikan kepada komunikator. 9. Noise: gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sehingga
pesan yang diterima oleh komunikan berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Model komunikasi di atas menegaskan unsur-unsur kunci dalam proses
komunikasi efektif. Bagaimanapun juga setiap komunikasi yang dilakukan
4 Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, MA, 2004, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT.
REMAJA ROSDAKARYA, hal. 18.
Media
Messege
Noise
Decoding
Response
Encoding
Feedback
Receiver Sender
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
menginginkan efektivitas. Efek dalam proses komunikasi adalah perubahan yang
terjadi pada diri komunikan, sebagai akibat dari pesan yang diterima baik secara
langsung maupun menggunakan media.
Segala aktivitas atau kegiatan manusia akan terselenggara dengan baik
melalui proses komunikasi yang efektif. Oleh karena itu, komunikasi telah
menjadi bagian dari kehidupan manusia. Setiap kali manusia bermaksud
mengadakan komunikasi, memiliki tujuan-tujuan tertentu, yaitu5
1. Cognitive: menginginkan supaya komunikan mengerti dan memahami pesan
yang dimaksud komunikator.
2. Affective: menginginkan supaya komunikan menerima dan mendukung pesan
dari komunikator (bersikap).
3. Psikomotor: menginginkan supaya komunikan mengerjakan sesuatu atau
supaya komunikan mau bertindak.
Jika tujuan dari komunikasi tersebut dapat terlaksana maka komunikasi itu disebut
efektif.
Proses komunikasi ini dapat dilakukan dengan berbagai metode.
Komunikator membutuhkan metode komunikasi supaya mendapatkan tanggapan
yang diinginkan dari komunikan. Setiap komunikator harus memahami
komunikan yang dijadikan sasaran. Terutama yang menyangkut banyak
komunikan sasaran (masyarakat), banyak cara yang ditempuh untuk
menyampaikan pesan. Hal ini tergantung pada macam-macam tingkat
pengetahuan, pendidikan, dan sosial budaya dari pihak komunikan. Cara yang
5 Drs. A.W. Widjaja, 1993, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bumi Aksara, hal. 9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
ditempuh komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikan dikenal
dengan Teori-T-Flow, yang terdiri dari:6
1. One Step Flow Communications (Komunikasi Satu Tahap)
Komunikator dapat mengirimkan pesan langsung pada komunikan/masyarakat
sehingga akan timbul kemungkinan terjadi proses komunikasi satu arah atau
dua arah. Umumnya komunikator langsung bertatap muka (face-to-face
communication) dengan komunikan/masyarakat, meliputi:7
a. Komunikasi antar persona
Komunikasi antar persona (interpersonal communication) adalah
komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan (dyadic
communication) atau antara seorang komunikator dengan dua orang
komunikan (triadic communication). Komunikasi sifatnya dialogis secara
tatap muka dan umpan balik terjadi secara langsung (immediate feedback).
Maka komunikasi ini sering dipergunakan untuk melakukan persuasi
(persuasive communication), yaitu komunikasi yang melibatkan upaya
seseorang yang dengan sadar merubah tingkah laku seseorang atau
sekelompok orang melalui penyampainan pesan (Erwin Bettinghaus dalam
bukunya “Persuasive Communicaton”).
b. Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok (group communication) adalah antara seseorang
dengan sekelompok orang yang lebih dari dua orang secara tatap muka.
6 Ibid, hal.89. 7 Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M. A, 1972, Human Relations dan Public Relations Dalam
Management, Bandung: .Alumni, hal 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Berdasarkan kelompok ciri dan sifat kelompok dalam hubungannya dengan
proses komunikasi, komunikasi kelompok dibedakan menjadi;
1) Komunikasi kelompok kecil
yaitu sejumlah orang, tiga orang atau lebih, tetapi sedemikian kecilnya
sehingga mereka dapat berinteraksi secara pribadi dengan kesadaran akan
dirinya masing-masing dan dengan kesadaran akan tujuan dan masalah
bersama (Fred L. Casmir dalam bukunya “Interaction, An Introduction to
Speech Communication”).
2) Komunikasi kelompok besar
Komunikasi kelompok besar adalah komunikasi dengan sejumlah besar
komunikan, yang karena banyaknya anggota kelompok itu, hampir tidak
terdapat kesempatan pada mereka untuk tanggapan secara verbal.
2. Two Step Flow Communications (Komunikasi Dua Tahap)
Komunikator mengirimkan pesan tidak langsung pada komunikan/masyarakat
tetapi melalui orang-orang tertentu saja, misalnya tokoh maysrakat. Umumnya
tokoh masyarakat lebih mengetahui sifat masyarakat daripada komunikator.
3. Multi Step Flow Communications (Komunikasi Banyak Tahap)
Komunikator mengirimkan pesan melalui tatap muka langsung pada
komunikan/masyarakat, juga melalui tokoh masyarakat. Cara ini juga melalui
pemasangan pengumuman atau iklan pada media cetak dan media siar.
Berhubungan dengan komunikasi yang menyangkut banyak manusia
(masyarakat) merupakan ruang lingkup dari seorang Public Relation (PR) karena
PR berhubungan dengan pembentukan opini dan perubahan sikap dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
masyarakat. Dalam kenyataannya, PR adalah “sebuah proses komunikasi yang
sangat spesifik”.8
Setiap perusahaan/ organisasi/ asosiasi pemerintah memiliki sekelompok
orang yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh apa saja yang dilakukan
organisasi tersebut. Setiap kelompok tersebut dapat digolongkan sebagai public
organisasi.9 Pada umumnya publik-publik dalam organisasi terbagi menjadi dua
bagian besar yang disebut publik intern (internal public) dan publik eksternal
(external public). Publik internal meliputi karyawan dan juga dewan direksi.
Sedangkan publik eksternal meliputi masyarakat sekitar perusahaan, pemerintah,
pers, konsumen, pesaing, agen dan juga distributor. Untuk mengatur (manage)
hubungan organisasi tersebut dengan publik digunakanlah proses yang disebut
PR.
Pengertian Public Relations (PR) menurut Frank Jefkins adalah “Public
Relations consists of all forms of planned communications, outwards and inwards,
between an organizations and its publics for the purpose of achieving spesific
objectives concerning mutual understanding.”10 Pengertian tersebut mengandung
arti bahwa dalam setiap kegiatan PR diperlukan upaya yang terencana dan
berkesinambungan untuk mencapai saling pengertian antara organisasi dengan
publiknya. Saling pengertian yang dicapai lewat komunikasi timbal balik akan
berjalan dengan baik jika disertai dengan pola manajemen yang matang. Hal ini
8 Bovie / Arents, 1986, Comtemporary Advertising, USA: RICHARD D. IRWIN, INC., hal. 550. 9 Ibid. 10 Dr. phil. Astrid S. Susanto, 1989, Komunikasi dalam Teori dan Praktek. Jilid III: Hubungan Masyarakat
dan Periklanan, Bandung: Binacipta, hal. 99.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
mencerminkan dua fungsi utama PR yaitu fungsi komunikasi dan fungsi
managemen.
Pengertian PR menurut IPRA (The International Public Relations) 1994
yang menyatakan bahwa definisi PR perusahaan adalah sebagai berikut:
“PR adalah fungsi manajemen yang mendukung pembinaan, pemeliharaan, jalur bersama perusahaan dengan publiknya secara berkesinambungan mengenai komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerja sama, melibatkan manajemen dalam permasalahan: membantu memberikan penerangan dan tanggapan dalam hubungan dengan opini publik; menetapkan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan umum; menopang manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif, bertindak sebagai sistem peringatan dalam membantu mendahului kecenderungan, dan menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama”11
Jika dirumuskan secara lebih sederhana, PR adalah komunikasi dua arah antara
organisasi dengan publik secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan
tujuan manajemen dengan meningkatkan kerjasama dan pemenuhan kepentingan
bersama.
Dari definisi yang tersebut diatas dapat disimpulkan secara singkat bahwa
PR merupakan fungsi managerial yang dilakukan melalui kegiatan komunikasi.
Dengan kata lain, PR adalah pelaksana komunikasi untuk mendukung tujuan
organisasi. PR berperan penting dalam membentuk pola komunikasi dan sebagai
penghubung bagi terlaksananya komunikasi tersebut. Setiap perusahaan/
organisasi/ asosiasi pemerintah mempunyai visi misi dan berkehendak untuk
mencapai visi misi itu dengan upaya-upaya dan langkah-langkah tertentu. Selain
itu, keberhasilan organisasi dalam mencapai visi misinya juga didukung oleh 11 Sr. Maria Assumpta Rumanti OSF, 2002, Dasar-dasar Public Relations Teori dan Praktek, Jakarta:
Grasindo, hal. 202.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
peran serta (partisipasi) publiknya (intern, ekstern). PR berfungsi untuk membina
hubungan baik dan serasi antara organisasi dengan publik (intern, ekstern) dalam
rangka memberikan pengertian, menumbuhkan motivasi, dan partisipasi sehingga
memperoleh opini publik yang positif.
Tingkatan komunikasi PR yang terjadi dalam konteks hubungan antara
organisasi dengan publiknya adalah sebagai berikut:12
1. Model Publicity or Press Agentry
Merupakan komunikasi satu arah yang berusaha menyebarluaskan publisitas
secara sepihak. PR hanya berusaha menyebarluaskan informasi yang
menguntungkan organisasi, misalnya komunikasi untuk iklan atau promosi
persuasif.
2. Model Public Information
Merupakan komunikasi satu arah yang tidak terlalu banyak menggunakan
persuasif. PR berperan sebagai wartawan dalam menyebarkan informasi atau
bekerja sama dengan media untuk mengendalikan penyebaran informasi.
3. Model Two Way Asymmetrical
Merupakan komunikasi dua arah yang ditujukan agar publik menerima
putusan, terbuka, dan dapat bekerja sama dengan organisasi. PR berusaha
menyampaikan pesan kepada publik berdasarkan kebenaran yang diperolehnya
dari riset serta menggunakan strategi komunikasi. Umpan balik (feedback) dari
publik diperhatikan serta ditanggapi oleh organisasi (komunikator).
12 Reza Rahman, 2009, CSR antara Teori dan Kenyataan, Yogyakarta: MedPress, hal. 73.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
4. Model Two Way Symmetrical
Merupakan komunikasi dua arah yang seimbang. Keseimbangan komunikasi
menjadikan organisasi bukan hanya sebagai komunikator, tapi juga sebagai
komunikan. Organisasi dan publik menjadi partner untuk menciptakan
kesepahaman dan pengertian sehingga tercipta keuntungan timbal balik.
Melalui suatu strategi, dapat membantu PR dalam menjalankan fungsinya,
yaitu mengatur hubungan antara organisasi dengan publiknya. Strategi diarahkan
untuk meningkatkan mekanisme komunikasi dua arah. Strategi pada hakekatnya
adalah perpaduan perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan.
Maka PR sebagai pelaksana komunikasi menggunakan strategi komunikasi dalam
setiap tahapan proses managerial (Cutlip dan Center) yaitu :13
1. Fact finding (menyelidiki dan mendengar)
Tahap research-listening atau fact finding; meliputi penelitian pendapat, sikap
dan reaksi publik, serta pengumpulan data. Disini dapat diketahui masalah apa
yang sedang dihadapi.
2. Planning (mengambil ketentuan dan merencanakan)
Setelah menganalisa pendapat, sikap, dan reaksi publik serta penyusunan daftar
masalah berdasarkan data dan fakta yang ditemukan, lalu diintegrasikan atau
diserahkan dengan kebijakan dan kegiatan organisasi. Pada tahap ini dapat
ditemukan pilihan yang diambil serta menentukan orang-orang yang akan
mengerjakan pelaksanaannya nanti.
13 Dr. phil. Astrid S. Susanto, op. cit., hal. 125.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
3. Communicating (melaksanakan komunikasi)
Rencana-rencana di atas harus dikomunikasikan dengan semua pihak yang
bersangkutan dengan metode yang sesuai. Dalam tahap ini menjelaskan
tindakan yang diambil dan tujuan jatuhnya pilihan tersebut.
Communication meliputi serangkaian kegiatan sebagai berikut:14
a) memberi tahu khalayak sasaran (internal, eksternal) mengenai kegiatan yang
akan dilakukan;
b) membujuk khalayak sasaran untuk mendukung dan menerima tindakan yang
dimaksud;
c) mendorong khalayak yang sudah memiliki sikap mendukung atau menerima
untuk melakukan tindakan.
4. Evaluation (penilaian)
Dinilai segi-segi berhasil dan tidaknya, apa penyebabnya, apa yang sudah
dicapai, apa factor keberhasilan dan penghambatnya. Bagaimana hasil dari
pelaksanaan dan penyebabnya, merupakan pertanyaan yang timbul dalam tahap
evaluasi. Hal ini diperlukan untuk dijadikan bahan bagi perencanaan
selanjutnya.
Peran yang penting dari seorang PR adalah untuk merencanakan dan melakukan
sebuah strategi komunikasi, sebagaimana PR mengkomunikasikannya ke publik
organisasi dan yang terakhir PR menggunakan strategi komunikasi tersebut pada
setiap tahapan program kegiatan perusahaan.
14 Morissan, M.A, 2008, Manajemen Public Relations Strategi Menjadi Humas Profesional, Jakarta:
Kencana Prenada Media Grou, hal. 187.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2. Corporate Social Responsibility (CSR)
Pada dasarnya PR bertujuan menanamkan serta mendapat pengertian,
goodwill, dan kepercayaan dari publik organisasi baik internal maupun eksternal
dengan menjalin hubungan untuk akhirnya dapat menciptakan opini publik yang
positif demi kelanjutan hidup organisasi. Dari batasan tersebut, hubungan dengan
publik dapat terbagi menjadi dua macam, yaitu hubungan dengan publik internal
(internal relation) dan hubungan dengan publik eksternal (eksternal relation).
Eksternal relations seringkali perlu mendapat perhatian khusus dari
perusahaan berkaitan dengan masyarakat yang ada di sekitar perusahaan sebagai
salah satu publik ekstern. Biasanya dibagian ini sangat rawan terjadi koflik atau
ketegangan. Masyarakat sekitar perusahaan merasa struktur sosialnya terganggu,
terutama masalah-masalah kesehatan sebagai akibat aktivitas pabrik. Perusahaan
seringkali mengabaikan hal tersebut sehingga masyarakat banyak yang dirugikan.
Perusahaan perlu senantiasa membina hubungan dengan mereka. Misalnya
dengan mengadakan komunikasi baik dengan ketua rukun warga setempat atau
camat yang membawahinya.
Salah satu wujud dari eksternal relation untuk menjalin hubungan baik
dengan masyarakat sekitar perusahaan adalah Community Relation (CR). Dalam
konteks PR, CR merupakan kegiatan yang dilakukan dengan mengembangkan
kesepahaman melalui komunikasi dan penyebaran informasi kepada masyarakat.
Masyarakat sekitar perusahaan diibaratkan sebagai tetangga (Jefkins).15 Bila
diperlakukan dengan baik maka akan menjadi kawan, dan bila diperlakukan buruk
15 Yosal Iriantara, 2004, Community Relations: Konsep dan Prakteknya, Jakarta: Simbiosa Rekatama
Media, hal 25.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
bisa jadi lawan. PR me-manage hubungan ini guna meraih empati dan simpati
masyarakat yang dapat diwujudkan dalam bentuk kegiatan kemasyarakatan. Maka
hubungan antara perusahaan dengan masyarakat sekitar dapat dipandang sebagai
wujud tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini tercermin dari kata-kata John
Cameron Asplay: “it has become increasingly clear to businessmen that public
relations has its greatest opportunity for service in helping business to recognize,
and do something abaout its sosial responsibility.”16
Pernyataan tersebut berarti bahwa PR mempunyai kesempatan besar untuk
membantu perusahaan dalam melaksanakan kegiatan bisnis serta melakukan hal-
hal yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan yang meliputi
bidang sosial kemasyarakatan, public infrastructure, keagamaan, kesehatan,
lingkungan, keamanan, dan sebagainya. Perusahaan dalam menjalankan bisnisnya
tidak dibenarkan hanya mengejar tanggung jawab ekomoni saja yaitu keuntungan
semata (profit), tetapi juga harus terlibat pada pemenuhan tanggung jawab
sosialnya terhadap kesejahteraan masyarakat (people) dan berperan aktif dalam
menjaga kelestarian lingkungan (planet). Melalui konsep triple bottom line ini,
John Elkington mengemukakan bahwa perusahaan yang ingin terus menjalankan
usahanya harus memperhatikan 3P yaitu profit, people dan plannet.17
16 Sr. Maria Assumpta Rumanti OSF, op. cit., hal. 121. 17 Jurnal : MEMAHAMI CSR SEBAGAI WUJUD INVESTASI PERUSAHAAN. [-dian]
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Profit (keuntungan ekonomi)
Planet People (keberlangsungan lingkungan hidup) (kesejahteraan masyarakat)
Gambar 2. Konsep Triple Bottom Line
Sebagai bentuk dari tanggung jawab sosial perusahaan yang dapat dilakukan
disini ialah melalui kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR).
Definisi CSR dari The World Business Council for Suistanable
Development, adalah komitmen berkelanjutan kalangan bisnis untuk berperilaku
etis dan memberikan sumbangan pada pembangunan ekonomi sekaligus
memperbaiki mutu hidup angkatan kerja dan keluarganya serta masyarakat lokal
dan masyarakat secara keseluruhan. Sedangkan dalam Green Paper Komisi
Masyarakat Eropa (2001) dinyatakan bahwa definisi CSR menunjukkan sebuah
konsep tentang pengintegrasian kepedulian terhadap masalah sosial dan
lingkungan hidup ke dalam operasi bisnis perusahaan dan interaksi sukarela antara
perusahaan dan masyarakatnya.18
Dari ke dua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa ada dua hal yang
terkait dengan pengertian CSR yaitu pertimbangan sosial (masyarakat dan
lingkungan hidup) serta hubungan suka rela (antara perusahaan dan
masyarakatnya).
Seiring berjalannya waktu, devinisi CSR terus berkembang, tergantung
pada visi dan misi perusahaan yang disesuaikan dengan needs, desire, wants, dan
18 Yosal Iriantara, op. cit., hal. 49.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
interest masyarakat. Pada intinya komitmen dan aktivitas CSR merujuk pada
aspek-aspek perilaku perusahaan (firm’s behaviour), termasuk kebijakan dan
program perusahaan yang menyangkut dua elemen kunci:19
1. Good corporate governance: etika bisnis, manajemen sumberdaya manusia, jaminan sosial bagi pegawai, serta kesehatan dan keselamatan kerja;
2. Good corporate responsibility: pelestarian lingkungan, pengembangan masyarakat (community development), perlindungan hak azasi manusia, perlindungan konsumen, relasi dengan pemasok, dan penghormatan terhadap hak-hak pemangku kepentingan lainnya.
Jelaslah bahwa CSR mencakup berbagai kegiatan yang mendukung Good
Corporate Governance dan upaya pecapaian Good Corporate Citizenship.
Rupp et.al (2006) menitikberatkan CSR sebagai berikut; “CSR plays a
role about fostering positive social relationships between organizations and
communities”20 (CSR berperan memelihara hubungan sosial positif antara
perusahaan dan masyarakat). CSR merupakan suatu etika perusahaan, dimana
perusahaan mengadakan interaksi yaitu berkomunikasi dengan masyarakat sekitar.
Hal inilah yang mendorong CSR muncul dengan program yang paling awal dan
sederhana, yaitu bantuan yang sifatnya karikatif (pemberian donasi yang
seringkali tidak mendidik, karena menciptakan ketergantungan) ataupun filantropi
(kepedulian perusahaan terhadap korban bencana alam).
Sebagai bentuk komunikasi perusahaan, PR sangat mendukung untuk
mempersuasif keterlibatan dan partisipai masyarakat sekitar perusahaan yang
menjadi sasaran program CSR. PR mengajak, mendorong, dan mengikutsertakan
stakeholders untuk saling berbagi aspirasi apa yang menjadi harapan dan tujuan
masing-masing. Sehingga dapat menggali informasi-informasi yang menjadi 19 Edi Suharto, PhD, 2008, CSR: Konsep dan Perkembangan Pemikiran, Jurnal, hal. 4. 20 Sharma S., Sharma J. and Devi A, op. cit., hal. 208.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
kebutuhan masing-masing pihak. Perusahaan melalui PR harus mampu memiliki
strategi komunikasi yang baik agar informasi mengenai program dan pelaksanaan
program dapat didukung dan mendapat tanggapan positif dari masyarakat. Strategi
dalam pelaksanaan CSR ini perlu menerapkan prosedur yang dilaksanakan oleh
PR perusahaan masing-masing. Untuk memperlancar relasi dengan stakeholders,
PR dalam melaksanakan CSR, perlu memperhatikan masalah-masalah berikut :21
1. Membantu masyarakat untuk mencapai tujuan dan kepentingan umum.
Misalnya: turut serta dalam gerakan-gerakan sosial seperti kampanye,
kebersihan, kesehatan, KB, lingkungan, dan proyek kemanusiaan.
2. Mengintegrasikan perusahaan ke dalam kegiatan-kegiatan pemerintah
setempat.
3. Mengadakan ceramah-ceramah dari para pakar dalam bidang politik, ekonomi,
kebudayaan, pendidikan, agama dan sebagainya, yang bermanfaat bagi
penegetahuan pegawai dan hubungan antara perusahaan dengan golongan atau
lembaga yang diwakili oleh penceramah itu.
4. Mengedarkan brosur mengenai kegiatan atau produksi perusahaan dan
mengirimkannya ke lembaga, instansi, dan golongan masyarakat.
5. Mengadakan proyek-proyek hospitalis, seperti open house, undangan makan,
pertunjukan, dsb.
Kerangka kegiatan CSR yang semula hanya karikatif atau filantropi telah
berubah menjadi konsep community development (pengembangan masyarakat)
yang tidak hanya menyangkut kesejahteraan ekonomi masyarakat (seperti
21 Kustadi Suhandang, Public Relations Perusahaan, Nuansa, Bandung, 2004, hal. 192
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pemberian modal usaha, pelatihan keterampilan kerja). Melainkan pula,
kesejahteraan sosial (semisal pemberian jaminan sosial, penguatan aksesibilitas
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan pendididikan, penguatan kapasitas
lembaga-lembaga sosial dan kearifan lokal). Dewasa ini banyak perusahaan yang
kurang menyukai pendekatan karikatif atau filantropi karena tidak mampu
meningkatkan keberdayaan atau kapasitas masyarakat lokal sehingga pendekatan
community development semakin banyak diterapkan.22
Suatu kegiatan disebut CSR ketika memiliki sejumlah unsur berikut:23
1. Continuity dan sustainability atau berkesinambungan dan berkelanjutan
merupakan unsur vital dari CSR. Suatu kegiatan amal yang berdasarkan trend
ataupun incidental, bukanlah CSR. CSR merupakan hal yang bercirikan pada
long term perspective.
2. Community empowerment atau pemberdayaan masyarakat.
Membedakan CSR dengan kegiatan sosial yang bersifat katikatif ataupun
filantropi. Tindakan-tindakan kedermawanan meskipun membantu masyarakat,
tetapi tidak menjadikannya mandiri. CSR pada tataran ini hanya bentuk
kegiatan perusahaan untuk berbuat baik agar terlihat baik (do good to look
good).24
3. Two ways berartinya program CSR bersifat dua arah. Perusahaan bukan lagi
berperan sebagai komunikator semata, tapi juga harus mampu mendengarkan
22 Edi Suharto, PhD. op. cit., hal. 3. 23 Reza Rahman, op. cit., hal 13. 24 Dr. Mukti Fajar ND, 2010, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
op. cit., hal. 6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
aspirasi dari masyarakat. Ini dapat dilakukan dengan need assessment, yaitu
survey untuk mengetahui needs, desire, interest, dan wants dari masyarakat.
Penelitian ini juga akan melihat tingkat keberhasilan program yang
ditujukan pada komunitas lokal, yaitu peningkatan kesehatan masyarakat Sepat.
Dampak positif dari program CSR adalah membawa manfaat bagi masyarakat
setempat. Namun, jika perusahaan tidak hati-hati, program CSR dapat berdampak
negatif.25 Untuk melihat hal tersebut, digunakan parameter indikator eksternal
berdasar sasaran dan tujuan dari program, yaitu:
Tabel 1. Evaluasi dengan beberapa variabel 26
Variabel Indikator Tolok ukur
Peningkatan kesehatan
masyarakat
Kesehatan a. Tingkat pertambahan kualitas dan prasarana kesehatan
b. Tingkat kesesuaian program dengan kebutuhan kesehatan masyarakat
c. Tingkat peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat secara berkelanjutan
Antusiasme masyarakat
Keterlibatan masyarakat
a. Kritik, masukan atau pun umpan balik yang diberikan stakeholders tentang pelaksanaan program CSR.
b. Keterlibatan stakeholders dalam perencanaan program.
c. Keterlibatan stakeholders dalam realisasi program.
d. Keterlibatan stakeholders dalam evaluasi program.
Komunikasi
dengan masyarakat
lokal
Kualitas komunikasi
perusahaan dengan masyarakat.
a. Bentuk kegiatan komunikasi yang dilakukan.
b. Model komunikasi yang digunakan.
25 Felix Tuodolo, 2009, Corporate Social Responsibility: Between Civil Society and the Oil Industry in the
Developing World, An International E-Journal for Critical Geographies, hal. 537. www.acme-journal.org/vol8/Tuodolo09.pdf
26 Reza Rahman., op. cit., 2009. Hal 68.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Program CSR dapat dikatakan berhasil bagi perusahaan apabila ada
perubahan sikap yang positif dari masyarakat sehingga dapat mendukung segala
aktivitas operasional perusahaan. Sebaliknya dapat dikatakan berhasil bagi
masyarakat apabila mendapatkan solusi masalah yang dikehendaki, dalam hal ini
bidang kesehatan, dan yang paling penting adalah adanya kemandirian yang lebih
pada masyarakat, dibandingkan dengan sebelum program CSR hadir.
3. Kerangka Pemikiran
Melalui kerangka teori yang diuraikan di atas, maka konsep strategi
komunikasi CSR dalam peningkatan kesehatan masyarakat, oleh peneliti
diimplementasikan pada bagan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Perusahaan Public (Masyarakat)
Public Relation (Management of Communication)
Community Relation
Corporate Social Responsibility (Program Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan)
Strategi Komunikasi
Fact finding (menyelidik dan
mendengar)
Planning (mengambil ketentuan
dan merencanakan)
Comunicating (melaksanakan komunikasi)
Evaluation (penilaian)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Setiap perusahaan sudah barang tentu mempunyai publik, baik publik
intern maupun publik ekstern. Mengingat setiap kegiatan operasional perusahaan
tidak dapat dipisahkan dari permasalahan maka perlu adanya hubungan yang
selaras antara perusahaan dengan publiknya, terutama publik ekternal. Upaya
menyelelaraskan perusahaaan dengan publiknya itu melahirkan sebuah
manajemen komunikasi. Agar permasalahan yang muncul dengan publiknya tidak
berlarut-larut, maka perusahaan perlu me-manage-nya dengan suatu bentuk
komunikasi. Salah satu medium dalam hal kegiatan komunikasi perusahaan
adalah Public Relations (PR). PR dapat membantu perusahaan dalam mengatasi
permasalahan tersebut dengan menjalin hubungan antara perusahaan dengan
publik ekternalnya, khususnya masyarakat sekitar, yang disebut dengan
Community Relations (CR).
Sebagai perusahaan yang sadar akan keberadaannya di tengah-tengah
masyarakat Sepat, PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. telah mengadakan CR
dengan melakukan rapat rutin tiga bulanan dengan ketua RT di Ring I. Rapat
tersebut melahirkan pemahaman TPS Food terhadap permasalahan masyarakat
Sepat terutama kesehatan. TPS Food merasa ikut bertanggung jawab terhadap
permasalahan publik eksternalnya dengan melaksanakan program CSR (corporate
social responsibility) bernama CSR TPS Food SEHATI. PR sebagai penghubung
antara TPS Food dengan masyarakat Sepat, memiliki andil besar dalam
implementasi program tersebut. Maka PR TPS Food memerlukan strategi
komunikasi pada program CSR TPS Food SEHATI agar dapat menjadi solusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
bagi permasalahan kesehatan masyarakat Sepat sehingga masyarakat Sepat selalu
bersikap positif terhadap perusahaan.
Penelitian ini menfokuskan pada strategi komunikasi yang dijalankan PR
dalam program CSR TPS Food SEHATI dalam meningkatkan kesehatan
masyarakat. Strategi komunikasi tersebut diimplementasikan pada tahap fact
finding yaitu pemahaman TPS Food terhadap permasalahan kesehatan masyarakat
Sepat, planning yaitu merencanakan strategi komunikasi program CSR TPS Food
SEHATI yang sesuai dengan permasalahan, comunicating yaitu melaksanakan
strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI yang telah direncanakan,
dan evalution yaitu mengevaluasi program CSR TPS Food SEHATI.
F. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu untuk mengamati
strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI sebagai upaya peningkatan
kesehatan masyarakat desa Sepat.
1. Jenis Penelitian
Penelitan ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yang mana
bertujuan menggambarkan data melalui kata-kata atau uraian penjelasan yang
bersumber pada hasil wawancara mendalam, observasi partisipan,
dokumentasi, rekaman dan bukti-bukti fisik lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah desa Sepat, Kecamatan Masaran, Kabupaten
Sragen, dimana lokasi tersebut merupakan tempat PT. Tiga Pilar Sejahtera
Food Tbk dalam melaksanakan program CSR TPS Food SEHATI.
3. Jenis Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu
a. Data primer
Data primer dalam penelitian ini merupakan data yang bersumber dari hasil
wawancara dengan Tim CSR TPS Food SEHATI yaitu Public Relations
(PR), staff dari Divisi Human Resources Development (HRD) dan sasaran
utama (Ring I) program CSR TPS Food SEHATI yaitu masyarakat desa
Sepat.
b. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari
kutipan, literatur, maupun data, yang bersumber dari buku, company profile,
press release, tabel, jurnal dan sumber-sumber dari internet yang berkaitan
dengan obyek yang diteliti.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data, diantaranya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
a. Observasi
Pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap
strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI sebagai upaya
peningkatan kesehatan masyarakat desa Sepat.
b. Wawancara
Merupakan tenik pengumpulan data melalui wawancara dengan daftar
pertanyaan yang diajukan secara lisan terhadap narasumber, dalam hal ini
adalah Tim CSR TPS Food SEHATI yaitu Public Relations (PR), staff dari
Divisi Human Resources Development (HRD) dan sasaran utama (Ring I)
program CSR TPS Food SEHATI yaitu masyarakat desa Sepat.
c. Studi pustaka
Data penelitian ini juga akan diperoleh melalui penggalian pustaka berupa
data-data yang meliputi: buku, company profile, press release, tabel, jurnal
dan bahan pustaka lain yang relevan bagi penelitian ini.
5. Teknik Sampling
Pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu memilih narasumber yang dipercaya dalam
memberikan keterangan dan informasi mengenai strategi komunikasi program
CSR TPS Food SEHATI yang dilaksanakan oleh PT. Tiga Pilar Sejahtera Food
Tbk. sehingga mendapatkan informasi yang dalam dan lengkap. Apabila
jawaban atau keterangan dari narasumber pertama dirasa kurang lengkap, maka
peneliti akan mencari narasumber lain sesuai petunjuk narasumber pertama.
Teknik demikian, merupakan teknik yang dikenal dengan nama teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
snowball sampling, yaitu penggunaan sampling ibarat bola salju yang
menggelinding dari puncak gunung dan terus membesar ke lembah, semple
yang awalnya berjumlah kecil dan berkembang menjadi banyak sesuai
kebutuhan informasi yang ingin didapat secara mendalam (Yin, 1987).27 Proses
ini akan berhenti ketika peneliti tidak lagi menemukan hal baru dari
wawancara.
Narasumber yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Tim CSR PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk., terdiri dari PR dan staff dari
Divisi HRD yang mana terlibat dalam pengambilan keputusan dan berperan
langsung dalam program CSR.
b. Masyarakat desa Sepat, terdiri dari ketua RT desa Sepat sebagai opinion
leader, Bidan dan Kader Posyandu sebagai pelaksana program CSR, serta
warga desa Sepat sebagai sasaran program CSR.
6. Validitas Data
Guna menjamin dan mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini, teknik validitas data yang digunakan adalah teknik triangulasi
data (sumber) yaitu pengumpulan data sejenis dari sumber data yang berbeda-
beda. Dengan demikian, data yang diperoleh dari sumber yang satu, bisa lebih
teruji kebenarannya jika dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari
sumber lain yang berbeda.
27 H. B. Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian,
Surakarta: Sebelas Maret University Press, hal. 37.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
7. Analisis Data
Pada tahap ini, data dikerjakan sedemikian rupa sehingga berhasil
menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab
rumusan masalah dalam penelitian ini. Karena penelitian ini bersifat deskriptif
sehingga setelah semua terkumpul, analisis data yang dilakukan menggunakan
analisis data kualitatif. Teknik analisis data kualitatif meliputi tiga bagian yang
terdiri dari :28
a. Reduksi data
Merupakan proses seleksi yang dilakukan dengan tujuan memfokuskan data
pada rumusan masalah yang menjadi obyek penelitian yang mana proses ini
dilakukan selama penelitian berlangsung. Dengan reduksi data ini, data
kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan melalui ringkasan
dan uraian singkat dari narasumber.
b. Penyajian data
Merupakan rangkaian informasi yang memungkinkan kesimpulan riset
dapat dilakukan. Data yang telah direduksi, digabungkan dan kemudian
disajikan dalam bentuk yang mudah dipahami (matriks, grafik, bagan)
sehingga peneliti dapat memahami apa yang terjadi dan menganalisa atau
mengambil tindakan lebih jauh lagi berdasarkan penyajian data tersebut.
28 Ibid, hal. 91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
c. Penarikan kesimpulan dan Verifikasi
Melalui data yang telah selesai disusun dan telah diverifikasi sehingga
makna data lebih dapat teruji validitasnya kemudian menarik kesimpulan
menjadi lebih kokoh.
Ketiga komponen tersebut merupakan serangkaian proses yang saling
berinteraksi dengan pengumpulan data sehingga data yang terkumpul
berhubungan satu sama lain secara sistematis. Untuk lebih jelasnya, siklus
analisis data kualitatif digambarkan dengan bagan sebagai berikut :
Gambar 4. Skema analisis data kualitatif29
29 Ibid, hal. 81
Pengumpulan data
Penarikan kesimpulan
Penyajian data Reduksi data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
A. Gambaran Umum PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
1. Sejarah Perusahaan
Pada tahun 1959, almarhum Tan Pia Sioe mendirikan bisnis keluarga yang
memproduksi bihun jagung dengan nama Perusahaan Bihun Cap Cangak Ular di
Sukoharjo, Jawa Tengah. Untuk memenuhi permintaan pasar akan produk-produk
makanan yang terus tumbuh, pada tahun 1992 perusahaan tersebut beralih
menjadi perseroan menjadi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. dan menjadi
perusahaan publik pada tahun 2003. Perusahaan ini terus menggurita hingga
memproduksi berbagai kategori produk Mi Kering, Bihun Kering, Mi Instan, Mi
Snack, Permen dan Biskuit. Hingga hari ini, di bawah kepemimpinan generasi
ketiga keluarga pendiri, PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. telah menjadi
perusahaan multinasional yang bermarkas di Jakarta dan terus mengembangkan
sektor usaha, melakukan modernisasi pabrik, menerapkan manajemen
professional, bahkan melakukan ekspansi ke bidang perkebunan dan energi.
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. selalu menekankan pentingnya produk
yang berkualitas dan memberikan nilai tambah pada konsumen. Berbekal
pengalaman yang panjang, tradisi, serta loyalitas konsumen, PT. Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk. berhasil meraih posisi sebagai produsen mie kering dan
* Sumber: Company Profile PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. (TPS Food).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
bihun terdepan di pasar Indonesia. Merek-merek seperti Superior, Ayam 2 Telor,
Mi Kremez, dan Gulas adalah beberapa merek terkenal yang dimiliki dan
dikembangkan oleh PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
Gambar 5. Logo Perusahaan
Komitmen PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. (TPS Food) untuk
menghasilkan produk yang selalu mengutamakan rasa, jelas terlihat pada logo
perusahaan yang bergambar lidah dengan bertuliskan ”food” didalamnya. Dengan
menghasilkan produk terbaik, diterima oleh pasar, dan berkualitas tinggi
dibuktikan dengan diperolehnya sertifikat ISO 9001:2002, HACCP dan sertifikasi
halal. Standar produksi yang tinggi dan jaringan distribusi yang luas memperkuat
TPS Food sebagai salah satu pilihan konsumen.
TPS Food memiliki dua kategori produk, yang pertama adalah produk
makanan dalam kemasan dan yang kedua adalah produk industrial. Perbedaan
diantara keduanya adalah bagaimana produk itu dikonsumsi oleh konsumen dan
target pasarannya. Produk makanan dalam kemasan terdiri dari produk-produk
yang bisa langsung dikonsumsi tanpa diolah terlebih dahulu seperti mi instan,
bihun instan, biskuit, wafer dan permen. Sebaliknya, produk industrial meliputi
produk-produk yang harus diolah terlebih dahulu sebelum dikonsumsi seperti mi
telor, mi kering dan bihun kering. Berbeda dengan produk makanan dalam
kemasan, target market untuk kategori ini adalah penjual makanan olahan seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
pedagang mi ayam, mi bakso, kantin, katering dan rumah makan. Untuk
mendistribusikan produk, TPS Food menggunakan sistem multi distributor.
Hingga saat ini telah memiliki lebih dari 60 distributor diberbagai daerah yang
tersebar mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan hingga Sulawesi.
Menyadari semakin kompleksnya selera dan permintaan pasar saat ini,
TPS Food terus berupaya meningkatkan pertumbuhan untuk menegaskan
eksistensinya di industri makanan melalui akusisi perusahaan, inovasi cerdas,
ekspansi merk, dan eksekusi tepat dalam rangka menghadirkan produk berkualitas
pada konsumen. Untuk mencapai visi tersebut, TPS Food selalu memanfaatkan
fasilitas dan prasarana industri manufaktur yang terbaik. Akusisi lahan yang telah
mencapai 500.000 m2 di Sragen, Jawa Tengah dikembangkan dengan teknologi
modern. Fasilitas dan laboratorium yang modern serta pemeriksaan kualitas yang
seksama pada setiap tahapan proses produksi menjamin komitmen TPS Food
dalam hal kualitas kepada konsumen.
Terlepas dari segi bisnis dan teknologi terbaru, TPS Food memiliki
kelebihan tersendiri sebagai perusahaan yang sadar akan kewajiban sosial dan
lingkungan. TPS Food telah melakukan berbagai macam upaya untuk menjamin
keberlangsungan lingkungan hidup dengan diperolehnya sertifikasi AMDAL
(Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan juga telah menggunakan IPAL
(Instalasi Pengolahan Limbah) berstandar modern untuk manajemen pengolahan
limbah. TPS Food juga terus memastikan terjaga standar kebersihan dan
kemanusiaan untuk komunitas di sekeliling tempat produksi melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
pembangunan pusat air bersih dan mendukung berbagai aktifitas masyarakat baik
itu dalam kegiatan spiritual maupun kepemudaan.
Dengan beberapa riset yang sudah berjalan, dalam jangka menengah ini,
TPS Food siap untuk menerapkan beberapa proses bisnis terbaru sehingga dapat
mengurangi biaya produksi dan bertekad untuk mengembalikan hasil investasi ini
kepada konsumen. TPS Food juga berencana untuk melakukan banyak perbaikan
terhadap fasilitas dan infrastruktur produksi sebagai antisipasi peningkatan target
kapasitas produksi serta persiapan untuk masuk ke beberapa produk makanan
baru.
2. Visi dan Misi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. memiliki visi dan misi sebagai
kebijakan usahanya. Adapun visi dan misi tersebut adalah:
Visi:
a. Menjadi perusahaan modern yang memproduksi makanan dan minuman dalam
kemasan yang memberikan nilai tambah tinggi kepada pelanggan.
b. Masuk dalam Lima Besar produsen makanan dan minuman di Indonesia tahun
2010 dan kawasan Asia Tenggara pada tahun 2020.
Misi:
a. Kami menyajikan produk makanan dan minuman dalam kemasan yang
berkualitas dengan harga terjangkau oleh setiap lapisan masyarakat Indonesia.
b. Kami bekerja berlandaskan falsafah dan nilai-nilai perusahaan yang
menjunjung tinggi pemuasan harapan pelanggan, dengan mengandalkan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
penawaran produk-produk yang inovatif, dan dengan ketersediaan produk yang
berkesinambungan.
c. Kami mengabdi untuk membangun sebuah organisasi kelas satu yang secara
konsisten memberikan nilai tambah kepada pelanggan, return yang terbaik bagi
pemegang saham, kesejahteraan dan kesempatan berkarya seluas-luasnya bagi
karyawan, menjunjung tinggi dan patuh pada norma dan peraturan yang
berlaku (Good Corporate Governance) serta menjadi warga yang bertanggung
jawab ikut membangun lingkungan tentram.
3. Struktur Organisasi
Adapun struktur puncak PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. dapat dilihat
dari bagan berikut ini:
Gambar 6. Struktur Puncak PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
Presiden Direktur
Corporate Secretary
Corporate Legal
Corporate Finance
Direktur HRD Direktur Operasional Direktur Finance
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Berdasarkan gambar di atas, masing-masing jabatan mamiliki fungsi
sebagai berikut:
a. Corporate Secretary, menangani segala hal yang berhubungan dengan
kesekretariatan perusahaan.
b. Corporate Legal; menangani segala hal yang berhubungan dengan hukum
perusahaan.
c. Corporate Finance; menangani segala hal yang berhubungan dengan keuangan
perusahaan.
d. Direktur Finance; mengatur keluar-masuk keuangan perusahaan (accounting),
seperti menerima hasil penjualan, melaksanakan pembayaran alat-alat
produksi, dan lain sebagainya.
e. Direktur Operasional; menitikberatkan pada setiap kegiatan operasi
perusahaan, mulai dari penyediaan bahan baku, proses produksi, sampai
pendistribusian produk.
f. Direktur HRD; menitikberatkan pada masalah kepegawaian.
4. Komitmen Tanggung Jawab Sosial PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk yang menempati area seluas 25 ha (dari
50 ha yang tersedia), menyadari betapa pentingnya peran serta masyarakat sekitar
pabrik dalam pengembangan sehingga dalam menjalankan kegiatan usahanya,
TPS Food selama ini telah melaksanakan hubungan interaksi dengan masyarakat
sekitar khususnya dalam bidang kultural seperti aktivitas Bersih Desa, bidang
keagamaan seperti bantuan hewan Qurban dan pengajian bulan Ramadhan, bidang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
sosial ekonomi untuk pembangunan desa dan instalasi air bersih untuk warga
setempat serta bidang kesehatan dalam aktivitas posyandu, sunatan massal, donor
darah dengan PMI serta keterlibatan perusahaan dalam meringankan beban dari
korban bencana alam.
Seiring perkembangannya, TPS Food memberikan perhatian lebih dalam
Bidang Gizi & Kesehatan serta Bidang Pendidikan. Sehingga pada 8 Agustus
2008 TPS Food meluncurkan program CSR yang bernama CSR TPS Food
SEHATI yang memiliki makna bahwa PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk ingin
menyatukan hati dengan masyarakat sekitar perusahaan sehingga menjadi satu
rasa, satu pikiran, dan satu tujuan. Melalui serangkaian program yang sistematis
dan berkelanjutan dengan tema dasar Pendidikan dan Kesehatan.
B. Corporate Social Responsibility PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
1. Kedudukan Program Corporate Social Responsibility PT. Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk. dalam Struktur Organisasi
Kedudukan CSR PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. dalam Struktur
Organisasi, dapat dilihat pada bagan berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Gambar 7. Kedudukan Program CSR PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
dalam Struktur Organisasi
Berdasarkan gambar di atas, masing-masing jabatan mamiliki fungsi
sebagai berikut:
a. Personnel Department, menangani segala hal yang berhubungan dengan
administrasi karyawan yaitu, gaji, cuti dan PHK.
b. Organization Development Department, menangani segala hal yang
berhubungan dengan pengembangan karir karyawan.
c. Office Jakarta Department, menangani segala hal yang berhubungan dengan
kantor marketing yang ada di Jakarta.
d. General Affair Department, menangani segala hal yang berhubungan dengan
akomodasi perusahaan dan aset, seperti fasilitas bus karyawan, dan lain-lain.
e. Program Corporate Sosial Responsibility PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
(CSR TPS Food SEHATI) merupakan sebuah program yang sistematis dan
berkelanjutan di bawah divisi HRD, dimana didalamnya terdapat orang-orang
Direktur HRD
Divisi Human Resources
Development
CSR (Corporate
Social Responsibility)
General Affair Dept.
Office Jakarta Dept.
Organization Development
Dept.
Personnel Dept.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dari Personnel Departement, Organization Development Departement, dan
juga Public Relation (PR), yang tergabung dalam Tim CSR TPS Food
SEHATI. Tim ini mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda dalam
menyukseskan program CSR, yaitu: Personnel Departement menangani segala
hal yang berhubungan dengan administrasi program CSR, Organization
Development Departement mengangani segala hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan program CSR, baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan
program CSR, dan Public Relation (PR) bertugas sebagai perantara antara
perusahaan dengan masyarakat terkait pelaksanaan program CSR, baik
sebelum maupun sesudah pelaksanaan CSR.
2. Visi dan Misi Program Corporate Social Responsibility PT. Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk.
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk mengartikan CSR (Corporate Social
Responsibility) sebagai program kepedulian perusahaan terhadap seluruh
pemegang kepentingan dalam melaksanakan etika dan perilaku dalam kegiatan
usahanya, dengan mengedepankan jalinan hubungan baik dan saling
menguntungkan antara perusahaan dengan komunitas masyarakat.
Adapun visi dan misi CSR TPS Food SEHATI adalah sebagai berikut:
Visi
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. mengabdi untuk membangun sebuah
organisasi kelas satu yang secara konsisten memberikan nilai tambah kepada
pelanggan, return yang terbaik bagi pemegang saham, kesejahteraan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
kesempatan berkarya seluas-luasnya bagi karyawan, menjunjung tinggi dan patuh
pada norma dan peraturan yang berlaku (Good Corporate Governance) serta
menjadi warga yang bertanggung jawab ikut membangun lingkungan tentram.
Misi
Mengembangkan SDM (sumber daya manusia) dan SDA (sumber daya alam) di
wilayah sekitar melalui program sistematis bertema dasar Pendidikan dan
Kesehatan, bersifat berkelanjutan untuk investasi perusahaan jangka panjang.
3. Program Corporate Social Responsibility PT. Tiga Pilar Sejahtera Food
Tbk.
Eksternal
a. Bidang Pembangunan
1) Memberikan bantuan pengadaan air bersih kepada lima dukuh yang berada
di sekitar perusahaan yaitu Tekikrejo, Gandu, Sepat, Jatirejo, dan Selorejo.
2) Memberikan dana untuk kas desa setiap tahun.
3) Memberikan bantuan dana pembangunan setiap RT di lima dukuh setiap
bulan.
4) Memberikan tanah seluas 400 x 200 meter untuk pembangunan jalan
menuju makam desa.
b. Bidang Kesehatan
1) Menjadi Bapak Asuh Posyandu di desa Sepat dengan beberapa serangkaian
kegiatan.
2) Memberikan pengobatan gratis pada masyarakat setiap setahun sekali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
3) Mengadakan khitanan masal setiap setahun sekali.
c. Bidang Pendidikan
1) TPS Food memberikan bantuan belajar kepada Sekolah Dasar yang ada di
sekitar perusahaan seperti SD Sepat I, SD Sepat II, SD Sepat III, dan SD
Sepat IV.
2) Memberikan Beasiswa kepada siswa berprestasi berupa dana.
3) Memberikan dana motivasi kepada guru yang memberikan pelajaran
tambahan untuk siswa.
d. Bidang Sosial
1) Memberikan dana sukacita kepada masyarakat yang mengadakan hajatan
dan memberikan dana dukacita bagi masyarakat yang terkena musibah
seperti keluarga meninggal.
2) Memberikan bantuan hewan qurban saat Idul Adha.
3) Melakukan operasi pasar seperti suplay minyak goreng dan produk-produk
TPS Food.
4) Mengadakan buka puasa bersama keliling di tiap dukuh di Desa Sepat.
5) Memberikan dana untuk Karang Taruna di lima dukuh dan satu desa.
6) Memberikan uang keamanan bagi warga terdekat untuk ikut menjaga
keamanan perusahaan.
Internal
a. Memberikan Beasiswa untuk anak-anak Karyawan TPS Food yang berprestasi.
b. Memberikan jatah makan malam dan sahur di bulan puasa bagi karyawan yang
bekerja di malam hari atau shift malam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
c. Mengadakan bus jemputan sebanyak 12 unit bagi karyawan.
d. Memberikan fasilitas kesehatan berupa Klinik Kesehatan yang berada di
lingkungan perusahaan. Klinik ini disediakan untuk karyawan TPS Food.
e. Memberikan pengobatan gratis dan rujukan ke Rumah Sakit Moewardi
Surakarta bagi karyawan.
f. Mengadakan donor darah masal setiap tiga bulan sekali dengan target peserta
adalah seluruh karyawan TPS Food.
C. Program Corporate Social Responsibility Bidang Kesehatan PT. Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk.
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. memberikan perhatian lebih mendalam
kepada masyarakat desa Sepat yang salah satunya pada Bidang Gizi dan
Kesehatan dimana perusahaan berperan sebagai Bapak Asuh Posyandu yang
meliputi:
1. Memberikan bantuan berupa pengadaan Bidan serta memberikan bantuan
sarana dan prasarana posyandu seperti timbangan bayi, serta penyediaan
fasilitas penunjang PMT seperti gelas, mangkuk, dan sendok.
2. Memberikan PMT (Program Makanan Tambahan) bagi ibu hamil, ibu
menyusui, dan Balita (anak usia 0-5 tahun) karena dirasa pemberian makanan
tambahan dari pemerintah sangat minim padahal setiap Posyandu rata-rata
terdiri dari 50 – 60 orang. Keadaan ini jelas tidak mencukupi maka perusahaan
membantu dengan pengadaan dana PMT, untuk Balita, ibu hamil dan
menyusui.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
3. Memberikan dana motivasi bagi Kader di setiap Posyandu Desa Sepat untuk
mengadakan pemeriksaan dan penyuluhan kesehatan terhadap ibu hamil dan
menyusui.
Pelaksanaan Posyandu sudah terjadwal yaitu setiap bulan pada tanggal 4, 5, 6, dan
16.
Pada bulan November 2009 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
mengadakan rangkaian kegiatan CSR berupa:
1. Pengobatan Gratis
Sebelum adanya CSR, pengobatan gratis hanya diadakan pada saat peristiwa
tertentu saja, seperti saat bencana banjir di Solo tahun 2007 dan gempa di
Yogyakarta, dengan memberikan bantuan produk-produk makanan dan
bantuan kesehatan yaitu supply obat dan pemeriksaan dokter. Setelah
launching CSR TPS Food SEHATI tahun 2008, ternyata pengobatan gratis ini
sangat mendapat apresiasi positif tersendiri dari masyarakat sekitar. Karena
perusahaan melihat masyarakat sekitar tidak memiliki keberanian untuk
memeriksakan diri ke Puskesmas karena kurang biaya, terutama masyarakat
Lansia (lanjut usia). Maka pengobatan gratis ini butuh kontinuitas dan
dimasukkan dalam program CSR TPS Food SEHATI bidang kesehatan yang
diadakan setiap setahun sekali. Pengobatan gratis ini kerja sama antara dokter-
dokter perusahaan sendiri dengan dokter-dokter dari wilayah Puskesmas Kebak
Kramat, Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
2. Khitanan Massal
Perusahaan mengadakan survey ke setiap RT di sekitar perusahaan dan
didapatkan bahwa banyak anak sekolah yang belum dikhitan padahal sudah
cukup umur. Hal ini dikarenakan masyarakat tidak memiliki biaya. Maka setiap
setahun sekali perusahan mengadakan khitanan massal dari mulai pemeriksaan
sampai pengontrolan hingga sembuh. Kegiatan tersebut bertempat di balai desa
Sepat – Masaran, Sragen.
D. Desa Sepat sebagai Lingkungan PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
Desa Sepat merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan
Masaran, Kabupaten Sragen. Desa Sepat berjarak 7 km dari pusat pemerintahan
Kecamatan Masaran dan berjarak 26 km dari kota Kabupaten Sragen. Desa Sepat
memiliki luas wilayah 342.4770 Ha yang terdiri dari 229.7315 Ha lahan sawah
tadah hujan dan tegalan sedangkan 112.7455 Ha merupakan tanah pekarangan
atau bangunan, terletak pada ketinggian 96 m dpl, dengan kisaran suhu udara
320C. Kondisi tanah di desa Sepat adalah dataran rendah dan merupakan lahan
tadah hujan dengan curah hujan rata-rata 22,16 mm per tahun sehingga komoditas
yang banyak diusahakan oleh masyarakat di desa Sepat adalah padi, jagung dan
kacang tanah. Peternakan yang banyak diusakan yaitu sapi, domba, ayam
kampung dan ayam ras.
Perekonomian desa Sepat ditunjang dari sebagian besar mata pencaharian
masyarakat adalah sebagai petani serta adanya industri rumah tangga. Industri
rumah tangga yang ada di desa ini adalah industri tempe, industri tahu, mebel,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
penggergajian kayu, lempeng gaplek, sungkit rambut dan pembuatan krupuk atau
karak. Untuk ketersediaan sarana transportasi umum yang ada di desa Sepat
adalah ojek dan bus. Adanya alat transportasi dapat dikatakan bahwa wilayah desa
Sepat termasuk wilayah yang cukup maju, meski jumlah bus dan ojek yang ada
terbatas, tapi seimbang dengan keinginan masyarakat untuk melakukan mobilisasi
ke daerah lain.
Kegiatan masyarakat desa Sepat untuk mengakses informasi, pusat
kegiatan ekonomi, kesehatan, ataupun pemerintahan biasanya dilakukan dengan
mengendarai sepeda motor, mobil, bus atau ojek. Keadaan jalan sebagian sudah di
aspal, meskipun ada beberapa daerah yang sudah rusak. Dengan demikian dalam
mengangkut hasil panen maupun barang kebutuhan dalam jumlah yang banyak ke
pasar atau kemanapun cukup mudah.
Sarana komunikasi yang ada di desa Sepat berupa televisi, radio, dan
telepon seluler (HP) dan pusat layanan komunikasi umum yang ada di desa Sepat
adalah wartel atau kantor pos. Tingkat kepemilikan telepon seluler cukup rendah,
hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki. Keadaan tersebut menjadikan
masyarakat desa Sepat sedikit lambat dalam menerima informasi serta menjadikan
kantor desa sebagai pusat informasi. Namun, keadaan tersebut sedikit tertolong
dengan adanya budaya ”Gethok Tular” yang masih sangat kental di desa Sepat.
Adanya budaya tersebut sangat menguntungkan karena informasi yang didapat
oleh sebagian masyarakat dapat menyebar ke masyarakat yang lainnya dengan
cepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Adapun batas-batas wilayah desa Sepat adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Gandu
Sebelah Selatan : Desa Krebet
Sebelah Barat : PT. Tiga Pilar Sejagtera Food Tbk.
Sebelah Timur : Desa Jirapan
Gambar 8. Peta Sasaran Ring I Program CSR TPS Food SEHATI
Berdasarkan kondisi alam serta budaya masyarakat desa Sepat, PT. Tiga
Pilar Sejahtera Food, Tbk mencoba memahami desa Sepat sebagai tetangga
terdekat perusahaan, karena lokasinya tepat berada di belakang dimana
perusahaan berdiri. Perusahaan menyadari bahwa aktivitas operasional perusahaan
dapat berjalan lancar berkat dukungan dari masyarakat desa Sepat, maka hal ini
perlu mendapatkan perhatian khusus agar dapat terus berlangsung. Oleh karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
itu, perusahaan menetapkan desa Sepat sebagai sasaran utama (Ring I) pada
program CSR TPS Food SEHATI yang terdiri dari 16 RT meliputi satu kebayanan
(Sepat, Gandu, Tekikrejo, Jatirejo, dan Selorejo). Sebagai wujud dari hubungan
perusahaan dengan masyarakat Ring I tersebut, yaitu dengan mengadakan rapat
RT antar Ring I setiap tiga bulan sekali, yang mana dihadiri juga oleh perwakilan
dari perusahaan.
Dalam rapat tersebut terjadi proses komunikasi antar kedua belah pihak.
Setiap ketua RT menyampaikan apa yang sedang terjadi di masyarakat, mulai dari
kegiatan kemasyarakatan sampai keluh kesah masyarakat. Perwakilan perusahaan
pun memberikan tanggapan, sejauh mana perusahaan dapat membantu. Demikian
juga sebaliknya, perwakilan perusahaan menyampaikan program apa yang akan
dilaksanakan dalam waktu dekat sehingga perusahaan dapat mengetahui
tanggapan masyarakat. Hal ini bertujuan untuk mencapai kesepahaman dan
kesepakatan bersama. Kesepakatan tersebut akan dibawa masing-masing pihak,
ketua RT mengumumkannya kepada masyarakat dan perwakilan perusahaan
menyampaikannya kepada pimpinan perusahaan. Hal terpentingnya adalah
perusahaan selalu berusaha memahami permasalahan yang terjadi pada
masyarakat desa Sepat, kemudian menerapkannya pada setiap program CSR TPS
Food SEHATI sehingga dapat menjadi solusi permasalahan masyarakat desa
Sepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BAB III
PENYAJIAN DATA
A. Pemahaman PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. akan Permasalahan
Masyarakat Desa Sepat
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. merupakan perusahaan yang
memproduksi berbagai macam bahan makanan. Bermula dari industri kecil hingga
akhirnya menjadi perusahaan multinasional yang berlokasi di desa Sepat,
Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Sebagai perusahaan besar yang hidup di
tengah-tengah masyarakat, PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. harus mampu
melihat masyarakat Sepat sebagai faktor penting dalam keberlangsungan
perusahaan. Tanpa adanya dukungan dari masyarakat Sepat, PT. Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk. tidak dapat melakukan aktivitas operasionalnya dengan baik,
aman, dan damai. Hal tersebut benar-benar dirasakan oleh TPS Food dari
beberapa contoh kasus yang sempat menuai ketegangan dengan masyarakat Sepat.
Kasus-kasus tersebut antara lain:
1. Kasus limbah pabrik.
Awal mula pabrik berdiri tahun 2001, TPS Food belum memiliki sistem
pengolahan limbah yang baik. Sehingga limbah hasil produksi pabrik yang
dihasilkan masih mengandung bahan kimia. Karena letak pembuangan limbah
ini diarahkan langsung ke sungai, maka terjadi pencemaran air sungai. Sebelum
adanya sumur buatan TPS Food, air sungai telah digunakan masyarakat sebagai
alternatif sumber air saat musim kemarau, baik untuk memenuhi kebutuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
sehari-hari maupun untuk pengairan lahan pertanian. Pencemaran air sungai
mengakibatkan timbulnya penyakit kulit dan kerusakan lahan pertanian.
Limbah pabrik juga menimbulkan bau yang tidak sedap di sekitar desa Sepat.
Keadaan ini memicu ketegangan masyarakat, hingga puncaknya, terjadi
demonstrasi massa sebagai wujud ketidakterimaan masyarakat Sepat kepada
TPS Food. Kasus ini pun sampai diespos dibeberapa media cetak. Dengan
munculnya kasus ini, selain terus melakukan perbaikan dalam pengolahan
sanitasi limbah, TPS Food juga berupaya meredam ketegangan masyarakat
Sepat dengan memberikan pemahaman bahwa TPS Food sedang melakukan
perbaikan pengolahan sanitasi limbah. Sudah merupakan kewajiban TPS Food
sebagai bagian dari proses produksi manufakturing, bahwa limbah yang
dihasilkan, langsung dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dengan sehat. Berkat
usaha dan upaya TPS Food meredam ketegangan masyarakat Sepat sehingga
timbul saling pengertian maka hubungan antara TPS Food dengan masyarakat
Sepat pun kembali terkendali. Dampak keberhasilan ini juga dirasakan TPS
Food dengan diraihnya beberapa sertifikasi yang mengatur pengolahan sanitasi
limbah yang baik serta meningkatnya nilai jual produk TPS Food.
2. Kasus kekeringan yang melanda masyarakat.
Desa Sepat sebagai lokasi TPS Food, merupakan suatu daerah yang memiliki
kondisi alam yang kering dan tandus terutama di musim kemarau. Akibat
sumur pabrik TPS Food yang memompa air tanah sangat dalam, menyebabkan
sumur di rumah masyarakat kering sehingga membuat lingkungan yang tandus
tersebut menjadi semakin panas dan gersang. Keadaan ini mengakibatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
masyarakat Sepat mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan mereka
akan air. Mengetahui bahwa masyarakat Sepat merasa dirugikan, ketua RT
sebagai opinion leader, mengajukan surat pengaduan kepada TPS Food.
Sebagai tanggapan atas surat pengaduan tersebut, TPS Food mengundang
beberapa ketua RT di desa Sepat dalam sebuah forum untuk membicarakan
kasus ini. Dalam forum tersebut dicapai kesepakatan bersama bahwa TPS Food
akan terus men-suplay air untuk kebutuhan masyarakat Sepat melalui
pembuatan pipa-pipa air yang dialirkan langsung ke rumah-rumah. Namun,
ketika TPS Food membutuhkan air untuk proses produksi dalam skala besar,
masyarakat Sepat kembali dirugikan karena air tidak mengalir lancar ke rumah
masyarakat. Mengetahui bahwa air merupakan kebutuhan pokok, baik bagi
TPS Food maupun masyarakat Sepat, maka TPS Food perlu membangun
sumur khusus untuk masyarakat Sepat. Agar tidak saling mengganggu satu
sama lain, sumur tersebut ditempatkan diluar TPS Food, yaitu disalah satu
lahan milik warga Sepat. Melalui pembicaraan pihak TPS Food dengan ketua-
ketua RT maka menghasilkan perencanaan yang matang dan pelaksanaan yang
lancar. Pada akhirnya sumur tersebut dapat selesai dibangun sehingga
kebutuhan akan air baik bagi TPS Food maupun masyarakat Sepat dapat sama-
sama terpenuhi.
Berdasarkan kasus-kasus tersebut, ketegangan yang terjadi antara TPS
Food dengan masyarakat Sepat dipicu akibat kurangnya komunikasi antara kedua
belah pihak sehingga terjadi kesalahpahaman. Bila kesalahpahaman ini dibiarkan
berlarut-larut maka akan berakibat fatal pada keberlangsungan perusahaan. Solusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
yang mutlak dilakukan oleh TPS Food adalah dengan berkomunikasi dengan
masyarakat Sepat. Melalui komunikasi dua arah yaitu dengan pertukaran
informasi, TPS Food dapat mengetahui perkembangan yang terjadi di segala
bidang masyarakat sehingga selalu dapat menyesuaikan diri dengan kepentingan
masyarakat. Demikian juga sebaliknya, masyarakat Sepat dapat mengetahui
maksud dan tujuan perusahaan.
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. yang telah memasuki usia setengah
abad, semakin menyadari betapa pentingnya peran serta masyarakat Sepat dalam
pengembangan usahanya. Oleh karena itu, PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
selalu melaksanakan hubungan interaksi dengan masyarakat Sepat (community
relations). Hubungan ini akan terus dibina karena dengan mendekatkan diri pada
masyarakat sekitar merupakan kunci sukses dari PT. Tiga Pilar Sejahtera Food
Tbk. Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food hasil
wawancara dengan peneliti (12/08/2010) berikut ini:
“Karena kita (TPS Food) berada di lingkungan atau lahir di tengah-tengah masyarakat jadi kita mengibaratkan bahwa TPS Food ini adalah RT yang kesekian dan kita mempunyai semboyan “berdiri sama tinggi, duduk sama rendah”. Lingkungan sekitar perusahaan adalah kita beri perhatian lebih agar keberadaan perusahaan di tengah-tengah masyarakat bisa menyatu dalam satu tujuan guna mendukung keberadaan perusahaan”.1
1. Public Relations dan Community Relations TPS Food
Dalam rangka membina hubungan baik dengan masyarakat, PT. Tiga
Pilar Sejahtera Food Tbk. memerlukan satu bagian yang dianggap penting
untuk melaksanakan tugas tersebut. Pihak yang ditunjuk TPS Food untuk
54 Kutipan wawancara peneliti dengan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food (12/08/2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
melayani dan menjembatani berjalannya interaksi dengan masyarakat sekitar
adalah Public Relations. Meskipun secara struktural tidak tertulis pada struktur
organisasi, PR TPS Food ini berwujud PR Officer yang dijabat oleh satu orang.
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk., mempunyai wacana untuk menambahkan
divisi PR dalam struktur organisasinya. Sebagaimana penuturan Rohmad
selaku PR TPS Food hasil wawancara dengan peneliti (14/08/2010) berikut ini:
“PR yang saya jalankan disini lebih kepada bagaimana kita (TPS Food) mengadakan komunikasi dengan masyarakat sekitar sehingga terjalin suatu hubungan yang baik. Tujuannya agar perusahaan dengan masyarakat ada komunikasi yang berkesinambungan. Karena dengan berkomunikasi, masyarakat merasa diperhatikan dan masalah dapat terselesaikan. Kalau orang desa sini ada istilah, wong ki yen diwongke yo genten ngewongke. Nha itu yang kita pakai terus. Yang jelas bagaimana kita membangun hubungan baik ini agar dapat terus berjalan”.2
Sebagai medium kegiatan komunikasi perusahaan, PR TPS Food tidak hanya
berhubungan dengan masyarakat Sepat saja, tetapi sampai pada birokrasi
pemerintahan, seperti; tokoh masyarakat, ketua RT, Lurah, Camat, dan Bupati,
yang mana mereka mempunyai kepentingan, baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap TPS Food atau disebut sebagai stakeholders (para
pemangku kepentingan).
Kegiatan yang ditujukan untuk membina hubungan baik dengan
masyarakat, diwujudkan TPS Food dengan bersosialisai dengan masyarakat
Sepat dalam beberapa kegiatan sosial, yaitu:
1. Menghadiri undangan hajatan, seperti pernikahan, kelahiaran anak, yang
disampaikan warga ke perusahaan. Dalam hali ini, TPS Food memberikan
2 Kutipan wawancara peneliti dengan Rohmad selaku PR TPS Food (14/08/2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
bantuan khusus, berupa dana sukacita dan juga bantuan berwujud produk
TPS Food sendiri, berupa mie kering dan bihun.
2. Menghadiri surat lelayu yang disampaikan warga ke perusahaan. Perwakilan
dari TPS Food hadir melayat serta memberikan bantuan dana dukacita.
3. Berpartisipasi dalam kegiatan “Bersih Desa”, yaitu kerja bakti dan
perbaikan jalan. Perwakilan TPS Food terjun langsung bersama masyarakat
Sepat membersihkan lingkungan desa. Khusus untuk perbaikan jalan, TPS
Food membantu secara materi untuk pengaspalan jalan dan juga membantu
membangun jalan menuju makam desa agar akses menuju ke makam desa
lebih dekat.
4. Ikut merayakan Idul Adha bersama masyarakat sekitar dengan memberikan
hewan qurban, serta berpartisipasi mengikuti Tarling (tarweh keliling) di
masjid masyarakat Sepat pada bulan Ramadhan.
Sepanjang masyarakat Sepat memberitahu TPS Food akan adanya
kegiatan tersebut, pasti TPS Food akan mengirimkan perwakilannya untuk ikut
berpartisipasi dan memberikan bantuan. Namun, jika tidak ada pemberitahuan
dari masyarakat Sepat maka TPS Food tidak mengetahui keadaan yang sedang
terjadi di masyarakat Sepat. Hal ini menjadi penghambat PR TPS Food dalam
menjalin hubungan dengan masyarakat Sepat. Karena pertukaran informasi
yang tidak berjalan lancar maka PR TPS Food merasa perlu membuat sebuah
pertemuan rutin dengan masyarakat Sepat.
Pertemuan rutin yang diadakan oleh PR TPS Food ini berupa rapat RT
yang berada di sekitar TPS Food setiap tiga bulan sekali. Dalam rapat tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
terjadi proses komunikasi antar kedua belah pihak. Setiap ketua RT
menyampaikan apa yang sedang terjadi di masyarakat, mulai dari kegiatan
kemasyarakatan sampai keluh kesah masyarakat. PR TPS Food pun
memberikan tanggapan, sejauh mana perusahaan dapat membantu. Demikian
juga sebaliknya, PR TPS Food menyampaikan program apa yang akan
dilaksanakan dalam waktu dekat sehingga perusahaan dapat mengetahui
tanggapan masyarakat. Hal ini bertujuan untuk mencapai kesepahaman dan
kesepakatan. Kesepakatan tersebut akan dibawa masing-masing pihak, ketua
RT mengumumkannya kepada masyarakat dan PR TPS Food
menyampaikannya kepada pimpinan perusahaan. Sebagaimana penuturan
Sugianto selaku Ketua RT 37 desa Sepat hasil wawancara dengan peneliti
(19/08/2010) berikut ini:
“Kami tidak mengundang warga dalam rapat tiga bulanan karena nanti pada complain, kadang warga taunya begini,, begini,, begini,, dikeluarkan semua malah tidak tercapai semua malah repot. Makanya sebelum mengadakan rapat rutin tiga bulanan dengan TPS, saya sebagai ketua RT mengadakan kumpulan dengan masyarakat sebulan sekali guna menampung keluhannya apa, sehingga saat rapat tiga bulanan nanti saya sudah membuat agenda rapat. Kalau ada keluhan sekecil apapun dari warga tetap kami sodorkan ke perusahaan. Contohnya, kalau sumur ada gangguan, atau limbahnya bau. Alhamdulillah wakil TPS yang datang, kadang diwakilii PR atau malah Managernya sendiri sangat mendukung positif. Keluhan-keluhan tersebut kita bahas bersama sampai ada solusinya”.3
Rapat rutin tersebut benar-benar dimanfaatkan PR Officer TPS Food
untuk dapat memahami stakeholders-nya. Mulai dari karakteristik masyarakat
Sepat sampai pada pemahaman akan permasalahannya. TPS Food memang
3 Kutipan wawancara peneliti dengan Sugianto selaku Ketua RT 37 desa Sepat (19/08/2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
harus hati-hati dalam menghadapi stakeholder dan permasalahnya, karena
masyarakat Sepat tidak segan-segan untuk mengandalkan kekuatan otot dalam
menyelesaikan masalah. Namun, sebenarnya masyarakat Sepat juga dapat
diajak duduk bersama untuk menyelesaikan masalah. TPS Food memahami
bahwa permasalahan yang paling vital pada masyarakat Sepat adalah air bersih
yang merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa ditunda dan juga polusi
pabrik yang dapat merugikan masyarakat. Jika kedua hal tersebut berjalan
aman, antara masyarakat Sepat dengan TPS Food dapat hidup berdampingan
dan saling memiliki satu sama lain. Sebagaimana penuturan Sahida Ahmad
selaku Lurah desa Sepat hasil wawancara dengan peneliti (24/09/2010) berikut
ini:
“Saya sebagai Lurah, mendukung sekali antara warga dengan TPS Food untuk saling memiliki. Mungkin ada keluhan langsung dari warga, saya tampung nanti saya sampaikan ke PR TPS Food saat rapat rutin tiga bulanan. Atau kalau memang urgent saya hubungi PR TPS Food langsung. Jangan terus moro-moro grudukan demo ke pabrik, seperti yang dulu pernah terjadi, itu yang sama-sama kita hindari agar tidak terjadi lagi. Kita tau sebenarnya niat TPS Food itu baik, sejak TPS Food berdiri masyarakat sudah di-suplay air bersih, masalah limbah juga cepat diatasi”.4
Dukungan masyarakat Sepat akan keberadaaan TPS Food, ditunjukkan
dengan menjual tanah pertanian mereka kepada TPS Food yang sedang
mengadakan perluasan pabrik. Penyebabnya adalah kondisi tanah pertanian
yang mereka miliki tidak subur sehingga sulit untuk ditanami, hanya tanaman
tertentu saja yang bisa hidup seperti singkong. Karena mata pencahariaan
masyarakat Sepat sebagian besar bekerja sebagai petani, sehingga tidak sedikit
4 Kutipan wawancara peneliti dengan Sahida Ahmad selaku Lurah desa Sepat (24/09/2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
pula masyarakat Sepat yang masih bekerja serabutan. Melihat keadaan ini, TPS
Food berupaya membeli tanah tersebut dengan harga berlipat kemudian
menukarnya juga dengan tanah yang produktif sehingga masyarakat dapat
bertani dengan mudah.
Selain itu, untuk berusaha meningkatkan taraf hidup masyarakat Sepat,
TPS Food mempekerjakan karyawan dari masyarakat sekitar. Awal tahun
2008, TPS Food mendapat order dari negara Kanada, berupa pesanan biskuit
dalam jumlah besar sehingga TPS Food membutuhkan karyawan tambahan.
Agar pesanan tersebut selesai tepat pada waktunya, TPS Food memanfaatkan
masyarakat sekitar untuk direkrut menjadi karyawan outsourcing. Melalui
serangkaian seleksi karyawan, TPS Food berhasil mendapatkan 300 karyawan
outsourcing yang diambil dari masyarakat sekitar dan berhasil menyelesaikan
order TPS Food tepat pada waktunya. Setelah order selesai, secara otomatis
karyawan outsourcing tersebut diliburkan. Karena masyarakat kurang paham
akan sistem tersebut, terjadi kesalahpahaman dalam hal meliburkan karyawan
outsourcing bahkan sempat muncul ketegangan. Masyarakat Sepat menuntut
untuk dipekerjakan kembali. Padahal TPS Food adalah perusahaan makanan
yang mempunyai batas kadaluarsa sehingga jumlah produksi disesuaikan
dengan jumlah pesanan yang ada. Oleh karena itu, TPS Food mengadakan
sosialisasi ke masyarakat melalui kepala desa disetiap kelurahan, juga melalui
rapat rutin tiga bulanan, bahwa di TPS Food terdapat karyawan tetap, kontrak,
dan outsourcing. TPS Food akan kembali mempekerjakan karyawan
outsourcing dari masyarakat Sepat jika mendapat order besar lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Sebagaimana penuturan Suyanto selaku Ketua RT 45 desa Sepat hasil
wawancara dengan peneliti (25/09/2010) berikut ini:
“Alhamdulillah masyarakat sini sudah enak, sudah paham mengenai sistem kerja di TPS Food. Sekarang kan ada sistem kontrak kerja, kalau memang kerjaan di TPS Food sepi tetap dikurangi karyawayannya, kalau memang sedang ramai kerjaan tetap dipakai lagi. Jadi selama ini masyarakat yang bekerja disitu dipermudah semua”.5
2. Pemahaman TPS Food akan Permasalahan Kesehatan Masyarakat Sepat
TPS Food terus berupaya untuk selalu peka pada stakeholders-nya
karena prinsip saling memiliki. Masalah masyarakat Sepat adalah masalah TPS
Food juga. Teutama masalah kebersihan dan kesehatan, TPS Food selalu
berupaya menciptakan lingkungan kerja yang bersih dan sehat. Desa Sepat
yang padat penduduk serta tanaman yang tumbuh sangat banyak, menyebabkan
masyarakat kurang peduli pada kebersihan lingkungan. Akibatnya wabah
demam berdarah (DB) pun sering melanda masyarakat Sepat. TPS Food
berusaha menanamkan arti penting kebersihan bagi kesehatan kepada
masyarakat Sepat. Agar wabah tersebut tidak meluas ke daerah lain, TPS Food
bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen melakukan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan fogging. Pemantauan juga
dilakukan TPS Food bekerja sama dengan Bidan, Kader, dan perangkat desa,
yang setiap bulan rutin melakukan kunjungan ke rumah-rumah masyarakat
Sepat untuk pemeriksaan jentik-jentik nyamuk. Pemahaman akan kebersihan
dan kesehatan lingkungan terus ditanamkan pada masyarakat Sepat melalui
penyuluhan yang dilakukan pada saat PKK, Posyandu, dan rapat rutin RT.
5 Kutipan wawancara peneliti dengan Suyanto selaku Ketua RT 45 desa Sepat (25/09/2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Hasilnya benar-benar dirasakan masyarakat Sepat, dengan
meningkatnya kondisi kesehatan masyarakat Sepat. Wabah DB yang sering
melanda sudah dapat dicegah. Sebagaimana penuturan Sri Supadmi selaku
Bidan desa Sepat hasil wawancara dengan peneliti (25/09/2010) berikut ini:
“Dulu sering ada DB berturut-turut melanda masyarakat Sepat dari rumah ke rumah. Tapi sekarang sudah berkurang. Kondisi kesehatan masyarakat sini juga sudah relatif baik, mereka jarang sakit. Sebagian besar masyarakat sini bekerja sebagai petani sehingga mereka setiap hari seperti berolahraga menggarap sawah gitu. Puskesmasnya pun juga mudah diakses oleh masyarakat karena lokasinya yang strategis dan tenaga medis (dokter, bidan) yang sudah mencukupi”.6
Namun, TPS Food melihat kondisi kesehatan masyarakat Sepat dari sisi
yang lain. Walaupun masyarakat Sepat relatif sehat, tetapi kualitas SDM
(sumber daya manusia) masyarakat Sepat tidak seperti masyarakat lain. Hal ini
terlihat jelas bahwa tingkat pendidikan masyarakat Sepat rata-rata hanya
sampai pada jenjang SMP. Agar mendapatkan keterangan yang lebih pasti, PR
TPS Food mengadakan pertemuan dengan komunitas guru sekolah sekitar desa
Sepat. Melalui pertemuan tersebut, TPS Food mendapatkan fakta bahwa anak-
anak di desa Sepat tidak melanjutkan sekolahnya ke jenjang SMA, bahkan ada
yang sampai SD saja. Faktor biaya menjadi faktor penting, karena memang
kultur mereka adalah “jika ada uang lebih baik digunakan untuk makan sehari-
hari”. Guru-guru sekitar desa Sepat juga menyatakan bahwa anak-anak sekolah
yang berada di desa Sepat memiliki prestasi yang kecil di kelas, tidak seperti
desa lain.
6 Kutipan wawancara peneliti dengan Sri Supadmi selaku Bidan desa Sepat (25/09/2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Survey yang dilakukan TPS Food, khususnya oleh PR terhadap
masyarakat Sepat menunjukkan bahwa memang kualitas SDM masyarakat
Sepat, terutama anak-anak sekolah, lebih rendah dibandingkan dengan desa
lain. TPS Food menangkap faktor asupan gizi masyarakat sebagai salah satu
penyebab kualitas SDM yang rendah. Setelah melalui proses komunikasi
dengan Puskesmas dan Bidan desa Sepat secara bertahap, PR TPS Food
melakukan observasi terhadap pelaksanaan Posyandu desa Sepat. Ternyata
selama ini Posyandu kekurangan sarana prasarana dan pemberian program
makanan tambahan (PMT) yang jauh dari angka kecukupan gizi (AKG). PMT
dari pemerintah sangat minim padahal setiap Posyandu rata-rata terdiri dari 50–
60 orang. Bidan desa pun menyatakan bahwa tingkat gizi masyarakat Sepat
terutama anak-anak sekolah sangat rendah. Data yang diperoleh dari setiap
pelaksanaan Posyandu, keikutsertaan masyarakat dalam Posyandu sangat
minim serta berat badan balita yang rendah. Sebagaimana penuturan Sri
Supadmi selaku Bidan desa Sepat hasil wawancara peneliti (25/09/2010)
berikut ini:
“Dana dari Pemerintah untuk Posyandu cuma sedikit, padahal jumlah Balitanya banyak. Sementara saya jajake dulu tapi yaa tidak mewah karena tidak satu Posyandu tok sing tak openi. Kadang juga Kader yang membelikan PMT, jadi bisa gantian. Tapi terus terang kalau membebani Kader kasian. Kader itu sudah ngayai Posyandu, tidak digaji, dikon jajake meneh. Saya kalau ada uang pasti saya kasih Kader untuk PMT. Paling-paling dapatnya jajanan anak kecil. Yaa yang penting ada PMT nya, Posyandu bisa agak hidup”.7
7 Kutipan wawancara peneliti dengan Sri Supadmi selaku Bidan desa Sepat (25/09/2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Hasil survey PR TPS Food ini disampaikan pada Manager TPS Food
agar dapat ditindak lanjuti. Sudah menjadi komitmen TPS Food untuk ikut
bertanggungjawab meningkatkan kualitas SDM masyarakat Sepat.
Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food hasil
wawancara dengan peneliti (12/08/2010) berikut ini:
“Sebagai perusahaan yang menjunjung tinggi Good Corporate Governance, TPS Food menjalankan etika bisnis dengan turut serta membangun sumber daya manusia disekitar perusahaan, maka kami wujudkan dengan salah satu misi yaitu pengembangan SDM desa Sepat. Pengembangan SDM ini kami lihat dari tingkat pendidikan dan kondisi kesehatannya. Dua hal yang saling berhubungan ini yang menjadi bekal manusia dimasa depan. Kalau manusia tidak sehat sehingga pendidikan yang didapat tidak bagus maka manusia tersebut tidak akan berkembang. Pemikiran ini yang melatarbelakangi Responsibility kami sebagai sebuah tanggung jawab yang wajib kita wujudkan”.8
Responsibility TPS Food dituangkan dalam program CSR (corporate
social responsibility) yang mempunyai misi utama untuk meningkatkan SDM
masyarakat Sepat, mulai dari perbaikan gizi sejak dini dan peningkatan jenjang
pendidikan. TPS Food ingin berupaya untuk mengembangkan masyarakat agar
dapat memperbaiki taraf hidupnya baik dibidang kesehatan, pendidikan,
maupun kesejahteraan ekonomi. TPS Food berharap untuk ke depannya,
masyarakat Sepat sudah memiliki SDM yang berkualitas sehingga dapat
membantu dan mengembangkan TPS Food dengan menjadi karyawan tetap.
Tahap awal yang diambil TPS Food sebelum melaksanakan program
CSR yaitu dengan mengklasifikasi sasaran CSR. Klasifikasi ini dibuat
berdasarkan desa di kecamatan Masaran, kabupaten Sragen, yang letaknya
8 Kutipan wawancara peneliti dengan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food (12/08/2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
dekat, jauh, dan paling jauh dengan TPS Food yang disebut dengan “Ring”.
TPS Food mengklasifikasikannya menjadi tiga Ring, yaitu
a. Ring I: desa yang letaknya dekat dengan TPS Food, yaitu desa Sepat
meliputi satu kebayanan (Sepat, Gandu, Tekikrejo, Jatirejo, dan Selorejo).
b. Ring II: desa yang letaknya jauh dengan TPS Food, yaitu desa Wonorejo,
Nglelangan, Ndawungan, dan Pucuk.
c. Ring III: desa yang letaknya paling jauh dengan TPS Food, yaitu desa
Tembok Rejo, Krebet, Mojoroto, dan Bendungan.
TPS Food lebih mengkhususkan program CSR-nya untuk masyarakat
Ring I. Sebagaimana penuturan Rohmad selaku PR TPS Food hasil wawancara
dengan peneliti (14/08/2010) berikut ini:
“Ring I adalah yang paling utama karena benar-benar daerah yang mengelilingi TPS Food. Kalau kita membangun yang jauh dulu sedangkan yang terdekat masih tidak bagus, percuma saja. Jadi benar-benar Ring I ini adalah wilayah sekitar TPS yang kita perbaiki dulu, baru kemudian melebar ke Ring II-III. Program yang sifatnya spesifik kita konsentrasi dan fokus pada Ring I, Ring II – III benar-benar program yang sifatnya umum”.9
Setelah TPS Food menetapkan sasaran utamanya, selanjutnya strategi
yang ditempuh PR TPS Food dengan berkomunikasi secara face to face pada
stakeholders yang menghasilkan rumuskan sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Posyandu tidak maksimal, kader Posyandu tidak berperan aktif,
fasilitas yang dimiliki Posyandu tidak memadai, serta balita-balita yang ada
di Posyandu tidak mendapat makanan pendamping (PMT) sehingga angka
kecukupan gizinya (AKG) tidak terpenuhi.
9 Kutipan wawancara peneliti dengan Rohmad selaku PR TPS Food (14/08/2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
b. Kondisi masyarakat Ring I yang tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang
yang lebih tinggi sehingga banyak masyarakat Ring I yang menjadi
pengangguran. Anak-anak sekolah di wilayah Ring I kurang berprestasi.
Kedua hal tersebut yang melatarbelakangi perumusan kebijakan CSR TPS
Food bertema Pendidikan dan Kesehatan.
Survey dan observasi yang dilakukan PR TPS Food berikut proses
komunikasi dengan stakeholders merupakan sebuah bentuk fact finding yang
digunakan untuk merencanakan strategi komunikasi dalam program CSR TPS
Food. Perencanaan strategi komunikasi ini dapat membantu terwujudnya
harapan dari masing-masing pihak, baik dari TPS Food dan masyarakat Sepat
dapat terpenuhi, sehingga hubungan yang saling menguntungkan antara
perusahaan dengan masyarakat dapat diwujudkan. Perusahaan dapat
memahami apa sebetulnya yang dibutuhkan masyarakat. Karena merasa
terpenuhi kebutuhannya, masyarakat pun senantiasa bersikap positif terhadap
perusahaan sehingga dapat membantu tercapainya tujuan perusahaan.
B. Perencanaan Strategi Komunikasi Program CSR TPS Food SEHATI
Bidang Kesehatan
Berdasarkan fact finding PR TPS Food terhadap kondisi masyarakat Sepat
berikut permasalahannya, maka TPS Food ingin mewujudkan kepeduliannya
kepada masyarakat Sepat. Sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan
terhadap masyarakat sekitar, TPS Food merencanakan program-program kegiatan
berikut strategi komunikasinya yang pada intinya dapat mengeratkan hubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
saling memiliki dan menyatu dalam satu tujuan sehingga tercipta hubungan yang
konsisten dan continue. TPS Food memaknai CSR sebagai program kepedulian
perusahaan terhadap seluruh pemegang kepentingan dalam melaksanakan etika
dan perilaku dalam kegiatan usaha, dengan mengedepankan jalinan hubungan
baik dan saling menguntungkan antara perusahaan dengan komunitas masyarakat.
TPS Food merencanakan program Corporate Social Responsibility bernama CSR
TPS Food SEHATI dengan salah satu tema dasar adalah Kesehatan. Pesan
“SEHATI” inilah yang direncanakan untuk disampaikan kepada sasaran program
secara terbuka dan konsisten agar antara pelaksana dan sasaran program
mempunyai satu pikiran dan satu tujuan dalam program CSR TPS Food SEHATI.
Temuan-temuan dari PR TPS Food di lapangan dibahas bersama dengan
Divisi HRD TPS Food terutama bagian Personnel Department dan Organization
Development Department. Mereka tergabung dalam Tim CSR TPS Food SEHATI
yang kemudian mengadakan sebuah rapat besar yang dihadiri juga oleh Direktur
HRD TPS Food. Mengingat bahwa kualitas SDM masyarakat Sepat rendah maka
perencanaan program tanpa adanya keterlibatan masyarakat di dalamnya. Inilah
yang menjadi strategi perencanaan TPS Food bahwa masyarakat lebih banyak
dilibatkan dalam pelaksanaan program. Sebagaimana penuturan Rohmad selaku
PR TPS Food hasil wawancara dengan peneliti (14/08/2010) berikut ini:
“Masyarakat hanya terima mateng. Kita (TPS Food) yang membawa bahan,
konsep, segala macem, masyarakat tinggal tau pelaksanaannya”.10 Rapat tersebut
10 Kutipan wawancara peneliti dengan Rohmad selaku PR TPS Food (14/08/2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
menargetkan visi dan misi CSR TPS Food SEHATI bidang kesehatan serta
sebagai penanggung jawab adalah manager HRD TPS Food.
Tabel 2. Perencanaan program CSR TPS Food SEHATI kegiatan Posyandu11
Nama
Kegiatan
Rumusan Kebijakan Sasaran Jangka
Waktu
”Bapak Asuh
Posyandu”
artinya TPS
Food bersedia
dan sanggup
untuk
menyediakan
apa saja
fasilitas yang
dibutuhkan
untuk
Posyandu.
1. Memberikan bantuan sarana
dan prasarana Posyandu
seperti timbangan bayi, serta
penyediaan fasilitas
penunjang PMT seperti
gelas, mangkuk, dan
sendok.
2. Memberikan PMT (Program
Makanan Tambahan) bagi
ibu hamil, ibu menyusui,
dan Balita (anak usia 0-5
tahun), untuk Balita, ibu
hamil dan menyusui.
3. Memberikan dana motivasi
bagi Kader setiap bulan.
4. Mengadakan pemeriksaan
dan penyuluhan kesehatan
terhadap ibu hamil dan
menyusui oleh Bidan.
Ring I yang
terdiri dari
empat
Posyandu,
yaitu:
1. Sepat
2. Seketeng
3. Tekik Rejo
4. Gandu
Satu bulan
sekali dan
setiap
Posyandu
memikili
tanggal
yang
berbeda,
yaitu:
tanggal 6
tanggal 5
tanggal 7
tanggal 10
11Sumber: wawancara peneliti dengan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food (12/08/2010) yang
menjadi staff Pendukung CSR TPS Food SEHATI Bidang Kesehatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Melalui pelaksanaan Posyandu yang maksimal, diharapkan peningkatan gizi sejak
dini dapat dikontrol dengan baik serta kesehatan balita, ibu hamil, dan menyusui
dapat lebih terjamin.
Perencanaan ini disusun matang dalam program CSR TPS Food SEHATI
yang sistematis, memiliki prosedur yang jelas dan tujuan yang ingin dicapai sesuai
dengan visi dan misi, yaitu meningkatkan kualitas SDM di wilayah sekitar.
Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food hasil
wawancara dengan peneliti (12/08/2010) berikut ini:
“Kami (TPS Food) mengharapkan karyawan maksimal dari masyarakat sekitar. Kalau kualitas SDM masyarakat sekitar rendah, sama saja TPS Food mendapatkan input yang jelek. Kualitas SDM dapat dilihat melalui tingkat pendidikan dan kesehatan. Inilah alasan kami, CSR TPS Food lebih ke arah kesehatan dan pendidikan, walaupun masih ada arah lain dalam program CSR, yaitu pengembangan SDA dan infrastruktur. Dengan masyarakat yang semakin sehat dan semakin pintar, ditunjang dengan SDA yang potensuial, maka suatu saat bisa membantu TPS Food menjadi karyawan semakin bagus. Impact-nya nanti dapat sangat-sangat TPS Food rasakan untuk investasi jangka panjang. Masyarakat pun juga nantinya sangat terbantu sekali dengan adanya CSR ini. Maka CSR ini bersifat continue atau berkelanjutan”.12
Program CSR TPS Food SEHATI yang juga direncanakan guna
menunjang kesehatan masyarakat adalah kegiatan pengobatan gratis dan khitanan
massal. Masyarakat Sepat takut untuk berobat dan tidak memiliki keberanian
untuk mengkhitankan anak mereka karena tidak ada biaya, maka TPS Food
meminimalisir keadaan tersebut dengan memberikan pengobatan gratis dan
khitanan massal untuk jangka waktu tertentu. Karena tingkat perekonomian
12 Kutipan wawancara peneliti dengan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food (12/08/2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
masyarakat sekitar rendah sedangkan kebutuhan kesehatan tinggi, maka TPS Food
memberikan pengobatan gratis dan khitanan massal secara continue.
Tabel 3. Perencanaan program CSR TPS Food SEHATI kegiatan Pengobatan Gratis dan Khitanan Massal 13
Pengobatan Gratis Khitanan Massal
Latar
Belakang
Kegiatan
Sebelumnya TPS Food sudah
pernah mengadakan
pengobatan gratis, terutama
saat bencana alam banjir di
Solo tahun 2007 dan gempa di
Yogyakarta. TPS Food
melihat bahwa ternyata
masyarakat memang
membutuhkan kegiatan
semacam ini. Masyarakat
Sepat takut untuk berobat
karena tidak ada biaya, maka
TPS Food meminimalisir
keadaan tersebut. Karena
tingkat perekonomian
masyarakat sekitar rendah
sedangkan kebutuhan
kesehatan tinggi, maka TPS
Food mempunyai wacana
untuk memberikan
pengobatan gratis secara
berkelanjutan.
Saat TPS Food melakukan
proses CSR bidang
pendidikan, PR TPS Food
mendapatkan temuan dari
guru-guru dan orang tua siswa
yang mengeluh anak-anak
mereka belum dikhitan karena
tidak mempunyai biaya untuk
itu.
Rumusan Memberikan pengobatan Bagi anak-anak peserta
13Sumber: wawancara peneliti dengan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food (12/08/2010) yang
menjadi staff Pendukung CSR TPS Food SEHATI Bidang Kesehatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
kebijakan gratis untuk jangka waktu
tertentu. TPS Food
bekerjasama dengan dokter-
dokter dari wilayah sekitar,
yaitu Kebak Kramat,
Karanganyar, termasuk dokter
dari wilayah Solo.
Bagi masyarakat yang masih
membutuhkan perawatan, Tim
CSR TPS Food SEHATI
mengadakan pemantauan ke
Puskesmas sampai dinyatakan
sehat kembali.
khitanan massal diberikan
pelayanan kesehatan di
Puskesmas sampai dipastikan
benar-benar sembuh.
Sasaran Ring I – III Ring I – II
Jangka waktu Setahun sekali, pada event
sosial.
Setahun sekali, pada saat libur
sekolah.
Seluruh program CSR TPS Food SEHATI Bidang Kesehatan direncanakan
akan disosialisasikan melalui acara “Launching” dengan mengundang seluruh
stakeholders TPS Food. Dalam acara tersebut PR TPS Food berperan besar
sebagai komunikator guna menyampaikan seluruh kegiatan dan pesan dari
program CSR TPS Food SEHATI kepada komunikan yaitu stakeholders
masyarakat Sepat. Selanjutnya PR TPS Food berperan juga sebagai perantara
antara TPS Food dengan stakeholders TPS Food dalam tahap pelaksanaan
program CSR TPS Food SEHATI.
Sebagai kelanjutan dari peningkatan SDM, TPS Food juga memiliki
wacana untuk mengembangkan SDA (sumber daya alam). Saat ini TPS Food akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
mengembangkan perkebunan cassava (ketela pohon) di wilayah sekitar.
Menyadari bahwa harga tepung terigu terus melonjak tinggi maka TPS Food
menggunakan tepung casava sebagai bahan baku produk mie keringnya,
menggantikan tepung terigu. Hasil yang diharapkan dari wacana tersebut adalah
TPS Food dapat memperoleh bahan baku utama dengan mengoptimalkan SDA di
wilayah sekitar. Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS
Food hasil wawancara dengan peneliti (12/08/2010) berikut ini:
“Untuk mengurangi biaya produksi dengan menggunakan terigu, kita (TPS Food) sudah menggunakan tepung cassava. Kita juga mempunyai TPS Agro Casava yang kebanyakan terdapat di Trenggalek. TPS Food ada planning untuk menuju memberikan perkebunan cassava di wilayah sekitar sini. Karena memang di daerah TPS Food agak ke atas adalah bukan area persawahan namun sudah perkebunan cassava. Namun, ini masih dalam tahap planning, untuk mewujudkan salah satu misi CSR TPS Food SEHATI ini ternyata masih membutuhkan riset mendalam”.14
Berbagai kebijakan telah selesai dirumuskan beserta perencanaan strategi
komunikasi yang disusun matang, TPS Food berharap pelaksanaan CSR TPS
Food SEHATI dapat mencapai tujuan dan tepat sasaran.
C. Pelaksanaan Strategi Komunikasi Program CSR TPS Food SEHATI
Bidang Kesehatan
Tahap awal program CSR TPS Food SEHATI dilaksanakan sesuai rencana
dengan mensosialisasikannya kepada seluruh stakeholders TPS Food tepat pada
tanggal 8 Agustus 2008 melalui acara “Launching”. TPS Food mengundang
seluruh lapisan stakeholders-nya, mulai dari tokoh masyarakat sekitar, ketua RT,
14 Kutipan wawancara peneliti dengan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food (12/08/2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Bidan, Dokter, sampai pada Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kabupaten
Sragen. Dalam acara tersebut TPS Food menjelaskan secara detail program-
program CSR TPS Food SEHATI beserta maksud dan tujuannya yang
disampaikan langsung oleh PR TPS Food. Setelah launching, program-program
CSR TPS Food SEHATI mulai dilaksanakan tahap demi tahap oleh masing-
masing penanggungjawab kegiatan dan dibantu oleh pamong desa. PR TPS Food
sendiri berperan sebagai perantara pelaksana, antara Tim CSR TPS Food SEHATI
dengan pamong desa. Sebagaimana penuturan Rohmad selaku PR TPS Food hasil
wawancara dengan peneliti (14/08/2010) berikut ini:
“Saya lebih pada bagaimana mensosialisaikan semua yang berkaitan dengan CSR. Jadi program CSR di perusahaan ini ada yang jemput bola secara door to door kalau memang yang sifatnya segera, ada yang tidak itu melalui pertemuan tiga bulanan dengan para ketua RT. Cara mensosialisakan yang door to door, langsung ke rumah-rumah ketua RT, tokoh masyarakat atau Pak Lurah dan juga sekolah-sekolah. Kadang dari bawah ke RT dulu, kadang dari atas ke Pak Lurah dulu. Termasuk juga nantinya dalam pengevaluasaian, kalau ada keluhan atau kekurangan dalam pelaksanaan CSR dari masyarakat ke perusahaan atau dari perusahaan ke masyarakat bisa dibicarakan sehingga ada keputusan bersama. Yaaa supaya tetap ada komunikasi yang baiklah dan tidak ada miss comunication”.15
Jika digambarkan proses pelaksanaan program CSR TPS Food SEHATI, adalah
sebagai berikut:
sebagai pembawa perantara konsep CSR agar penerima dan melaksanakan konsep CSR dapat terlaksanakan 100% CSR
Gambar 9. Para Pelaksana Program CSR TPS Food SEHATI
15 Kutipan wawancara peneliti dengan Rohmad selaku PR TPS Food (14/08/2010).
Tim CSR TPS Food SEHATI PR TPS Food
Pamong Desa/ masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
1. Pelaksanaan Program Kegiatan Bapak Asuh Posyandu
Langkah awal TPS Food menjadi Bapak Asuh Posyandu adalah
memfasilitasi sarana dan prasarana Posyandu Sepat, mulai dari timbangan bayi,
timbangan balita, timbangan badan biasa, tikar, sampai peralatan untuk
program makanan tambahan (PMT) seperti panci, mangkok, sendok, dan gelas.
Semua fasilitas tersebut dikelola oleh ketua RT Sepat, tempat Posyandu
berlangsung. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat bertanggungjawab pada
pelaksanaan Posyandu agar lebih sistematis. Langkah selanjutnya adalah men-
suplay PMT tiap bulannya sesuai dengan data jumlah balita, ibu hamil, dan
menyusui yang diajukan oleh Bidan desa kepada TPS Food.
Dana pemberian PMT tiap bulannya diserahkan dari PR TPS Food
langsung pada Bidan desa. Bidan bekerjasama dengan Kader membicarakan
PMT yang akan dibuat, seperti sup, bubur, atau susu, bergantian tiap bulannya.
Hal ini sebagai langkah awal TPS Food agar masyarakat aktif dalam program
CSR TPS Food SEHATI dengan adanya Kader Posyandu yang diambil dari
peserta Posyandu sendiri. Kader disini berperan membantu bidan mengelola
Posyandu terutama untuk pembuatan PMT. Setiap Posyandu terdiri dari lima
orang Kader yang bersedia meluangkan waktu, pikiran, tenaga untuk
mengelola Posyandu. Sebagaimana penuturan Darsini selaku Kader Posyandu
Gandu hasil wawancara dengan peneliti (16/09/2010) berikut ini:
“Awalnya Kader Posyandu Gandu ini sangat minim sekali hanya 1 – 2 orang saja yang seharusnya 5 orang. Lalu Ibu Bidan dengan perangkat desa pandang-pandang, siapa kira-kira yang mau dan mampu ditunjuk menjadi Kader untuk melaksanakan program CSR ini. Kader sebenarnya adalah orang yang berjiwa sosial, membantu mengurus Posyandu tapi tidak dibayar. Dengan adanya program CSR ini saya dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Kader lain sama-sama diberi motivasi, juga ada dana insentifnya, Alhamdulillah sekarang di Posyandu Gandu, Kadernya banyak yang baru”.16
Dana insentif untuk Kader tiap bulannya juga diserahkan langsung dari
PR TPS Food kepada Bidan desa. Agar lebih bermanfaat, Bidan tidak
menyampaikan dana tersebut kepada Kader setiap bulan tetapi diberikan satu
tahun sekali.
Setelah kegiatan Posyandu ini berjalan, koordinasi antara pihak TPS
Food khususnya PR dengan Bidan desa terus dibina tiap bulannya. Terutama
untuk memantau pelaksanaan Posyandu, karena terkadang pihak TPS Food
tidak selalu bisa hadir karena kesibukan kerja. Jika Bidan menemukan sesuatu
hal yang dirasa perlu dibicarakan secara face to face, PR TPS Food selalu
datang langsung ke rumah Bidan desa. Demikian juga sebaliknya, jika pihak
TPS Food membutuhkan data-data dari Posyandu, PR TPS Food selalu
menghubungi Bidan desa. Sebagaimana penuturan Sri Supadmi selaku Bidan
desa Sepat hasil wawancara dengan peneliti (25/09/2010) berikut ini:
“Saya selalu menyampaikan keluh kesah masyarakat terkait Posyandu ke PR TPS Food. Misalnya saja, Posyandu Gandu itu kan susulan. Setelah Sepat, Tekik Rejo, dan Seketeng. Dulu tidak ada dana, yang datang sedikit. Kemudian saya usulkan untuk ikut dalam program CSR. Setelah ‘acc’ TPS Food lalu saya bentuk Kader. Jadi Posyandu Gandu itu benar-benar bentukan baru. Sekarang malah paling banyak pengunjungnya. Ibu-ibu Posyandu itu juga pengen piknik, saya juga beri tahu ke PR TPS Food supaya bisa bantu peminnjaman bis perusahaan, tapi karena pihak TPS Food masih sibuk, repot, jadi belum bisa memenuhi”.17
16 Kutipan wawancara peneliti dengan Darsini selaku Kader Posyandu Gandu (16/09/2010). 17 Kutipan wawancara peneliti dengan Sri Supadmi selaku Bidan desa Sepat (25/09/2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Jumlah Posyandu di wilayah Ring I yang masuk dalam CSR TPS Food
SEHATI sebanyak empat Posyandu yaitu Sepat, Tekik Rejo, Seketeng, dan
Gandu. Posyandu-Posyandu tersebut dahulu keadaanya hampir “mati” tetapi
sekarang sudah hidup kembali dengan jumlah pengunjung yang bertambah.
Kegiatan dalam Posyandu kini pun sudah berkembang. Selain menimbang dan
pencatatan berat badan Balita, pemeriksaan pada ibu hamil sekaligus
penyuluhan kesehatan oleh Bidan, juga membentuk perkumpulan (arisan)
disalah satu Posyandu. Sebagaimana dokumentasi hasil obsevasi peneliti di
Posyandu Gandu (16/09/2010) berikut ini:
Gambar 10. Penimbangan Balita Posyandu Gandu
Gambar 11. Pencatatan berat badan Balita dan pemberian PMT di Posyandu Gandu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Gambar 12. Penyuluhan kesehatan oleh Bidan desa Sepat
Gambar 13. Pemeriksaan kesehatan oleh Bidan desa Sepat
Jika memang diperlukan, secara insidental TPS Food juga menambahi fasilitas
suntikan dan pemberian vitamin untuk balita serta ibu hamil.
2. Pelaksanaan Program Kegiatan Khitanan Massal
Selain kegiatan Posyandu, TPS Food juga melaksanakan acara khitanan
massal sebagai rangkaian dari CSR TPS Food bidang Kesehatan. Kegiatan
tersebut merupakan usulan dari para orang tua di desa Sepat yang mengeluh
anak-anak di desa Sepat banyak yang belum dikhitan karena tidak ada biaya.
PR TPS Food menginformasikan acara khitanan massal secara door-to-door
pada rumah para ketua RT. Karena sifatnya segera PR TPS Food juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
membuat poster pengumuman yang ditempatkan pada sekolah-sekolah dan
balai desa Sepat. Acara tersebut hasil kerjasama antara TPS Food dengan
dokter-dokter Puskesmas di wilayah sekitar. Jika ada anak yang belum sempat
mendaftar dapat segara disusulkan. Acara tersebut dilaksanakan saat libur
sekolah, disertai juga dengan pembagian peralatan sekolah kepada tiap anak,
seperti buku tulis, alat tulis dan tas sekolah. Bagi anak-anak yang dikhitan
diberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas sampai dipastikan benar-benar
sembuh. Program khitanan massal ini ditargetkan menjadi program yang
continue setiap tahun.
3. Pelaksanaan Program Kegiatan Pengobatan Gratis
Kegiatan selanjutnya yang dilaksanakan Tim CSR TPS Food SEHATI
adalah pengobatan gratis yang menjadi kegiatan tahunan. Sebelum launching
CSR TPS Food SEHATI, TPS Food telah mengadakan kegitan ini dan ternyata
mendapat apresiasi positif tersendiri dari masyarakat sekitar. Quota yang
ditargetkan sudah terpenuhi bahkan melebihi. TPS Food melihat masyarakat
Ring I – III tidak memiliki keberanian untuk memeriksakan diri ke Puskesmas
karena kurang biaya, terutama masyarakat Lansia (lanjut usia). Sebagaimana
penuturan Suyatno selaku Ketua RT 45 desa Sepat hasil wawancara dengan
peneliti (25/09/2010) berikut ini:
“Setelah saya mendapat informasi dari PR TPS Food bahwa TPS Food akan mengadakan kegiatan pengobatan gratis, saya langsung mengumumkannya ke warga melalui rapat RT, yaa waktunya, tempatnya di balai desa, terus acaranya. Pas ada rapat RT 45, saya umumkan ke warga. Nanti kan warga sini langsung ngomong ke keluarganya atau ke tetangga. Pada hari pelaksanaannya, mereka seneng sekali, berbondong-bondong pergi ke balai desa terutama simbah-simbah itu. Banyak simbah-simbah yang sebenarnya tidak sakit, tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
ingin diperiksa dokter karena merasa nyaman, pengen disuntik, mendapat vitamin. Warga yang sakit jadi tau sakitnya apa, obatnya apa. Pernah ada warga dari RT lain yang perlu penanganan khusus lalu dari TPS Food memberi rujukan mondok ke Puskesmas. Jadi saya kira pengobatan gratis ini memang perlu untuk dilanjutkan”.18
Program-program peningkatan SDM sudah hampir semua terlaksana.
Namun, dampak dan hasilnya belum mulai nampak secara maksimal. Untuk
mengetahui keberhasilan setiap program perlu adanya pengevaluasian. Hal ini
bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan program dalam mencapai tujuan,
serta untuk mengetahui kekurangan dalam pelaksanaan program.
D. Pengevaluasian Program CSR TPS Food SEHATI Bidang Kesehatan
Program CSR TPS Food SEHATI yang telah dilaksanakan sejak
launching, sudah mulai menampakkan hasilnya. Hasil ini diketahui oleh Tim CSR
TPS Food SEHATI dengan melalukan review setiap bulannya, terutama untuk
kegiatan yang sudah berjalan continue. Sebagaimana penuturan Rohmad selaku
PR TPS Food hasil wawancara dengan peneliti (14/08/2010) berikut ini:
“Setelah program-program kita berikan, kita tidak melepaskan pandangan begitu saja. Kalau kita memberi tok tanpa tau kelanjutannya, kan juga tidak baik, bukan CSR namanya. Kita review tiap bulan. Untuk Posyandu kita lihat, apakah uang yang diberikan sudah jadi PMT atau belum, PMT-nya juga bervariasi. Anak-anak yang dikhitan juga kita pantau sampai sembuh, tentunya kerjasama dengan Puskesmas”.19
Program “Bapak Asuh Posyandu” berhasil meningkatkan fungsi Posyandu
menjadi lebih aktif. Perkembangan pelaksanaan Posyandu semakin baik dan
18 Kutipan wawancara peneliti dengan Suyatno selaku Ketua RT 45 desa Sepat (25/09/2010). 19 Kutipan wawancara peneliti dengan Rohmad selaku PR TPS Food (14/08/2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
pengunjungnya bertambah, berkat adanya PMT. Sebagaimana penuturan Giyarti
selaku Kader Posyandu Gandu hasil wawancara peneliti (16/09/2010) berikut ini:
“Saya berterimakasih sekali karena Posyandu mendapat bantuan PMT yang menjadi daya tarik. Misalnya, kita masak sop. Setelah dibagikan ke Balita-balita, sopnya masih turah, saya lihat sendiri, ibu-ibu itu pada bawa mangkok, ada yang pulang ambil rantang, “bu, nyuwun jangan”. Berarti tidak Balita saja yang merasakan, ibu-ibu yang nganter juga seneng. Terutama yang nimbang bertambah, dadi sregep ke Posyandu.”20
Ibu-ibu peserta Posyandu juga merasakan dampak positif dalam pelaksanaan
Posyandu. Sebagaimana penuturan Sulastri selaku pengunjung Posyandu Gandu
hasil wawancara peneliti (16/09/2010) berikut ini: “Sekarang Posyandu lebih
rame, dibanding dhisik. Kalau saya yang penting bisa kumpul bareng sama ibu-
ibu, terus arisan bayi itu. Terus makan bareng, bayi-bayinya dapat gizi (PMT),
kan jadi seneng”.21
Sedangkan untuk kegiatan pengobatan gratis, Tim CSR TPS Food
SEHATI memantau ke Puskesmas, terutama bagi masyarakat yang masih
membutuhkan perawatan. Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff
HRD TPS Food hasil wawancara dengan peneliti (12/08/2010) berikut ini:
“Masyarakat yang masih memerlukan controling kesehatan, kita pantau dan diberi
pengobatan sampai tahap akhir. Sehingga semua clear, dipastikan sembuh dan
tidak mengalami kecelakaan medis”.22
Selanjutnya Tim CSR TPS Food SEHATI melaporkan hasil yang didapat
dari pelaksanaan program kepada Direktur HRD untuk mengadakan
pengevaluasian. Selama proses pembuatan laporan, Tim CSR Food SEHATI 20 Kutipan wawancara peneliti dengan Giyarti selaku Kader Posyandu Gandu (16/09/2010). 21 Kutipan wawancara peneliti dengan Sulastri selaku peserta Posyandu Gandu (16/092010). 22 Kutipan wawancara peneliti dengan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food (12/08/2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
bekerja sama dengan seluruh stakeholders yang terlibat. Setiap bulan Tim CSR
TPS Food berkoordinasi dengan Bidan untuk membuat data pemberian PMT serta
jumlah pengunjung Posyandu meliputi Balita, ibu hamil dan menyusui, serta jenis
stimulan yang perlu diberikan, seperti vitamin dan imunisasi. Untuk kegiatan
pengobatan gratis, perlu pendataan dari Puskesmas mengenai jumlah masyarakat
yang berpartisipasi beserta kondisi kesehatan masing-masing, sampai pada
persediaan obat, seperti obat yang perlu ditambah atau dikurangi.
Pembuatan laporan ini sangat berguna untuk menghindari kesalahpahaman
yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan kegiatan. Seperti dalam kegiatan
Posyandu yang telah memunculkan Kader-Kader baru, terutama di Posyandu
Gandu. PMT yang dibuat oleh Kader-Kader baru berupa telur rebus atau buah
pisang yaitu berupa makanan yang siap makan. Namun, Kader-Kader lama
menghendaki PMT berupa bubur atau sop dimana pembuatannya diperlukan
proses pemasakan. Perbedaan pendapat ini jika dibiarkan berlarut-larut akan
menimbulkan konflik dalam pelaksanaan Posyandu. Oleh karena itu, laporan
pemberian PMT setiap bulan yang dilakukan oleh Kader kepada Bidan guna
mengevaluasi pemberian PMT. Sehingga mendapatkan keputusan bersama
mengenai variasi pemberian PMT.
Pengevaluasian laporan dilakukan oleh Tim CSR Food SEHATI untuk
mengatasi hambatan yang muncul serta solusi untuk pelaksanaan berikutnya.
Seperti hambatan yang terjadi pada kegiatan Posyandu adalah timbulnya
kecemburuan masyarakat Ring II – III mengenai pelaksanaan Posyandu mereka
yang ingin seperti Ring I. Sehingga menimbulkan ketidaknyamanan antar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
masyarakat Ring I dengan Ring II – III. Sedangkan TPS Food benar-benar
memprioritaskan program ini untuk Ring I. Melalui pertemuan antara Bidan
denang Kader-Kader Ring I – III yang diadakan setiap bulan, pihak TPS Food
SEHATI hadir memberikan pengertian dan solusi, bahwa TPS Food tetap
mengadakan koordinasi dengan Posyandu Ring II – III terkait informasi
kesehatan. Jika Posyandu Ring II – III mengalami masalah dan memerlukan
bantuan, Bidan yang akan menghubungi TPS Food untuk berkoordinasi.
Hasil dari pengevaluasian bukan hanya sekedar menganalisa laporan-
laporan yang diterima dari stakeholders. TPS Food lebih memandang ke arah
tujuan utama CSR TPS Food SEHATI bahwa masyarakat dapat menjadi mandiri
dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kesehatan, pendidikan, dan
kesejahteraan ekonomi. Bukan hanya sekedar merasakan manfaat dari adanya
CSR TPS Food SEHATI. Sebagaimana penuturan Mujiono selaku warga Sepat
hasil wawancara peneliti (24/09/2010) berikut ini:
“Alhamdulillah dari hasil jual tanah ke TPS Food, terus dapat tanah yang bisa digarap, saya bisa beli motor. Teman-teman saya juga senang bisa kerja di TPS Food, merasa nyaman karena kerjanya deket rumah. Masyarakat sini banyak yang sudah punya HP, motor, dulu jarang yang punya. Air juga sudah mengalir”.23
TPS Food berupaya untuk menjadi pelopor perusahaan di Sragen dalam
hal kesehatan masyarakat. Sebagaimana penuturan Sahida Ahmad selaku Lurah
Sepat hasil wawancara dengan peneliti (24/09/2010) berikut ini:
“Saya bandingkan dengan pabrik-pabrik lain, saya tanya-tanya Lurah lain, tidak ada yang yang perhatian terhadap masyarakatnya sebagus TPS Food, terutama untuk mendukung kesehatan masyarakat. CSR TPS Food
23 Kutipan wawancara peneliti dengan Mujiono selaku warga desa Sepat (24/09/2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
memang bertujuan untuk saling memiliki diantara masyarakat dengan perusahaan. Jadi keluhan-keluhan apa saja, sekecil apapun ditanggapi oleh TPS Food”.24
Upaya tersebut mendapat perhatian dari Bupati Sragen dengan
menganugrahkan penghargaan terkait CSR TPS Food SEHATI. TPS Food
semakin termotivasi untuk terus mengembangkan program CSR TPS Food
SEHATI agar tidak hanya memenuhi janji-janji atas permintaan masyarakat Sepat
saja tetapi mampu membuat masyarakat Sepat menjadi semakin mandiri.
Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff HRD hasil wawancara
peneliti (12/08/2010) berikut ini: “Masalah apa yang bisa diberikan masyarakat ke
TPS Food, kita mengupayakan supaya yang menjadi keinginan masyarakat,
sepanjang TPS Food bisa memenuhi, akan diupayakan. Dan kita berupaya
menuntun masyarakat agar selalu bekerjasama untuk mencari solusi setiap terjadi
masalah dengan melalui rapat rutin tiga bulanan”.25
Melihat keberhasilan program CSR TPS Food SEHATI, PR TPS Food
perlu terus memaksimalkan komunikasi dua arah, dalam hal ini strategi
komunikasi yang dilakukan PR, memegang peranan yang penting. Cara ini dapat
ditempuh dengan melibatkan masyarakat dalam pengevaluasian program, agar
masyarakat lebih mengerti dan memahami program CSR TPS Food SEHATI
sehingga masyarakat tidak hanya merasakan manfaat tetapi juga dapat
memberikan masukan dan solusi atas permasalahan bersama.
24 Kutipan wawancara peneliti dengan Sahida Ahmad selaku Lurah Sepat (24/09/2010). 25 Kutipan wawancara peneliti dengan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food (12/08/2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
BAB IV
ANALISIS DATA
Pada bab ini peneliti akan melaksanakan analisis data terhadap data-data
yang berkaitan dengan CSR TPS Food SEHATI bidang Kesehatan. Namun,
karena keterbatasan akses dalam mengikuti kegiatan, peneliti hanya dapat
melalukan observasi pada kegiatan Posyandu sehingga lebih mendominasi analisis
data pada bab ini. Sedangkan untuk kegiatan Khitanan Massal dan Pengobatan
Gratis, peneliti tidak dapat melalukan analisis pada tahap evaluasi kegiatan.
A. Analisis Pemahaman PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. akan
Permasalahan Kesehatan Masyarakat Desa Sepat
Masyarakat Sepat sebagai salah satu publik eksternal PT. Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk. telah berperan penting dalam pengembangan perusahaan.
Belajar dari pengalaman selama lebih dari setengah abad, TPS Food selalu
menjaga hubungan baik dengan masyarakat Sepat. Untuk menjaga hubungan baik
dengan masyarakat Sepat, PR TPS Food hadir melaksanakan tugas tersebut. Pada
awalnya PR TPS Food menjalin komunikasi dengan masyarakat Sepat melalui
kegiatan sosial kemasyarakatan. Dalam hal ini, PR TPS Food melaksanakan
fungsi komunikasi, yaitu sebagai pelaksana komunikasi perusahaan dengan
masyarakat Sepat secara berkesinambungan agar menciptakan sebuah hubungan
yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Mengingat bahwa setiap kegiatan operasional TPS Food tidak dapat
dipisahkan dari permasalahan, seperti masalah air dan limbah yang sewaktu-
waktu dapat muncul, maka fungsi PR TPS Food disini me-manage hubungan baik
tersebut agar tidak terjadi ketegangan. PR TPS Food melibatkan fungsi
manajemen dalam setiap permasalahan yang muncul dengan masyarakat Sepat
sehingga hubungan baik dengan masyarakat Sepat tetap terjaga. Sebagaimana
penuturan Rohmad selaku PR TPS Food yang telah dikutip pada bab terdahulu,
bahwa PR TPS Food mengadakan komunikasi dengan masyarakat sekitar
sehingga terjalin suatu hubungan yang baik. Tujuannya agar perusahaan dengan
masyarakat ada komunikasi yang berkesinambungan. Karena dengan
berkomunikasi, masyarakat merasa diperhatikan sehingga masalah dapat
terselesaikan. …. dan hubungan yang baik ini dapat terus berjalan. Dengan
demikian PR TPS Food menurut Morissan merupakan fungsi manajemen
membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara
organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan
organisasi tersebut.
External relations yang terjalin antara PR TPS Food dengan masyarakat
Sepat diwujudkan dengan membentuk community relations (CR). Sebagaimana
devinisi CR menurut DeMartinis adalah sebagai cara berinteraksi dengan berbagai
publik yang saling terkait dengan operasi perusahaan maka TPS Food membentuk
rapat tiga bulanan yang diikuti oleh stakeholders mulai dari tokoh masyarakat,
Ketua RT, sampai Lurah desa. Sedangkan pihak TPS Food diwakili oleh PR.
Dalam rapat tersebut terjadi komunikasi timbal balik antar kedua belah pihak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Sebagai pelaksana komunikasi, PR TPS Food berperan sebagai komunikator
dengan menyampaikan program apa yang akan dilaksanakan perusahaan dalam
waktu dekat sehingga dapat mengetahui tanggapan masyarakat. PR TPS Food
melakukan bentuk komunikasi berefek psikomotorik, yaitu menginginkan supaya
komunikan (masyarakat) berbuat seperti apa yang disarankan komunikator (PR).
Selain itu PR TPS Food dituntut untuk menjadi komunikan, yaitu mampu
mendengar keluh kesah masyarakat dan memberikan tanggapan, sejauh mana
perusahaan dapat membantu. Melalui model komunikasi dua arah yang seimbang
(Two Way Symmetrical Communication), rapat tiga bulanan ini dapat menciptakan
kesepahaman dan pengertian antar kedua belah pihak sehingga tercipta
keuntungan timbal balik guna mendukung tujuan perusahaan. Dukungan serta
partisipasi stakeholders dalam setiap kegiatan perusahaan merupakan salah satu
kunci sukses TPS Food dalam mencapai visi misinya.
Komunikasi timbal balik antara TPS Food dengan masyarakat Sepat yang
terus-menerus berlangsung menimbulkan pemahaman perusahaan terhadap
karakteristik publik eksternalnya. Pemahaman TPS Food terhadap karakteristik
masyarakat Sepat adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat Sepat dapat diajak duduk bersama dalam menyelesaikan masalah
tanpa harus menggunakan kekerasan. Karena melalui komunikasi dua arah,
masyarakat Sepat merasa diperhatikan.
2. Permasalahan yang paling vital pada masyarakat Sepat adalah air bersih yang
merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda dan polusi pabrik yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
dapat merugikan masyarakat. TPS Food akan selalu berhati-hati pada kedua hal
tersebut dan terus memberikan pemahaman kepada masyarakat.
3. Sebagian besar masyarakat Sepat bekerja sebagai petani. Namun, kondisi tanah
desa Sepat yang tidak subur menyebabkan masyarakat banyak yang bekerja
serabutan. Masyarakat menjadi berpenghasilan kurang sehingga menimbulkan
culture dimasyarakat Sepat bahwa “jika ada uang lebih baik digunakan untuk
makan sehari-hari”. Akhirnya masyarakat Sepat mengesampingkan kebutuhan
akan kesehatan dan pendidikan.
Melalui pemahaman TPS Food terhadap karakteristik masyarakat Sepat,
TPS Food dapat memahami pula permasalahan yang terjadi pada masyarakat
Sepat. TPS Food memahami bahwa permasalahan masyarakat Sepat lebih
mengarah pada kwalitas SDM (sumber daya manusia) yang rendah. Sebagai
perusahaan yang beretika dalam berbisnis (Good Corporate Governance), sudah
semestinya TPS Food bertanggungjawab mengatasi masalah tersebut. TPS Food
wajib melaksanakan peraturan UU PT No. 40 pasal 74 Tahun 2007, mengenai
tanggung jawab sosial perusahaan. Maka TPS Food berkomitmen untuk
meningkatkan kualitas SDM masyarakat Sepat. Sebagaimana penuturan Tantri
Kurniawati selaku staff HRD TPS Food yang telah dikutip pada bab terdahulu,
bahwa sebagai perusahaan yang menjunjung tinggi Good Corporate Governance,
TPS Food menjalankan etika bisnis dengan turut serta membangun sumber daya
manusia disekitar perusahaan, maka diwujudkan dengan salah satu misinya yaitu
pengembangan SDM desa Sepat. Pengembangan SDM ini dilihat dari tingkat
pendidikan dan kondisi kesehatannya. Dua hal yang saling berhubungan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
menjadi bekal manusia dimasa depan. Jika manusia tidak sehat sehingga
pendidikan yang didapat tidak bagus maka manusia tersebut tidak akan
berkembang. Pemikiran ini yang melatarbelakangi responsibility TPS Food
sebagai sebuah tanggung jawab yang wajib diwujudkan.
Dengan adanya responsibility dalam diri TPS Food berarti perusahaan
mampu menunjukkan bahwa mereka merupakan good corporate responsibility.
Sebagaimana telah dikutip pada bab terdahulu bahwa good corporate
responsibility dapat diwujudkan melalui program pembangunan masyarakat
(community development). Langkah TPS Food untuk membangun masyarakat
Sepat dilakukan melalui:
1. Membeli tanah masyarakat Sepat yang tidak subur. Setelah melalui
pembicaraan dengan Lurah dan perundingan harga dengan masyarakat, TPS
Food membeli tanah tersebut dengan harga berlipat dan menukarnya dengan
tanah yang produktif. TPS Food menjelaskan manfaat yang dapat dirasakan
masyarakat bahwa masyarakat dapat bertani dengan mudah. TPS Food pun
mendapatkan lahan untuk perluasan pabrik.
2. Mempekerjakan karyawan dari masyarakat sekitar dengan sistem outsourcing
yang kemudian berkembang menjadi karyawan tetap. Tanpa disadari, TPS
Food mendapat banyak kemudahan dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya. TPS Food tidak perlu menyediakan fasilitas antar jemput, serta
mempunyai karyawan yang sudah mengenal karakter perusahaan, begitu juga
sebaliknya. Kemudahan juga dirasakan oleh masyarakat Sepat terutama
meningkatnya taraf hidup karena mereka mendapatkan penghasilan tetap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Sebagaimana penuturan Mujiono selaku warga Sepat yang telah dikutip pada
bab terdahulu, bahwa dari hasil menjual tanah ke TPS Food sehingga warga
mendapat tanah yang bisa ditanami dan bisa membeli motor. Begitu juga
dengan warga lain juga senang dapat bekerja di TPS Food, merasa nyaman
karena tempat kerja yang dekat rumah. Warga juga banyak yang sudah
mempunyai ponsel dan motor, dibandingkan dengan dulu.
Dengan upaya TPS Food membangun masyarakat sekitar (community
development), maka dapat menciptakan hubungan timbal balik yang bersifat
simbiosa mutualisme antara TPS Food dengan masyarakat Sepat.
Melihat hubungan yang saling menguntungkan tersebut, TPS Food ingin
memaksimalkan karyawan dari masyarakat sekitar. TPS Food juga menginginkan
karyawan yang memiliki kualitas SDM yang baik sehingga TPS Food
memperhatikan kesejahteraan karyawannya yang mana merupakan masyarakat
sekitar perusahaan sendiri. Berdasarkan pemahaman TPS Food terhadap
permasalahan masyarakat Sepat maka TPS Food lebih memperhatikan faktor
penentu kualitas SDM rendah yang diukur dari tingkat pendidikan serta kondisi
kesehatan. Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food
yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa TPS Food mengharapkan karyawan
maksimal dari masyarakat sekitar. Jika kualitas SDM masyarakat sekitar rendah,
sama halnya TPS Food mendapatkan input yang tidak bagus. Kualitas SDM dapat
dilihat melalui tingkat pendidikan dan kesehatan. …. Dengan masyarakat yang
semakin sehat dan semakin pintar, ditunjang dengan SDA yang potensuial, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
suatu saat dapat membantu TPS Food dengan menjadi karyawan yang semakin
bagus. Impact-nya dapat dirasakan TPS Food untuk investasi jangka panjang. ….
Terutama untuk kondisi kesehatan masyarakat Sepat, dapat dikatakan baik
walaupun sempat mewabah DB (demam berdarah). Sehingga dapat dikatakan
bahwa kondisi masyarakat Sepat yang sehat tapi memiliki kualitas SDM yang
rendah. Untuk menelusuri hal tersebut, PR TPS Food melalukan fact finding
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Penentuan skala prioritas.
Desa Sepat terdiri dari lima kebayanan (Sepat, Gandu, Tekikrejo, Jatirejo, dan
Selorejo) yang memiliki 46 RT. Mengingat rapat tiga bulanan bersama
stakeholders yang terdiri dari 16 RT, maka PR TPS Food memprioritaskan fact
finding pada area tersebut sebagai sasaran utama atau kelompok primer.
Kelompok primer ini merupakan desa yang letaknya paling dekat dengan TPS
Food disebut dengan Ring I. Sedangkan kelompok sekunder atau Ring II
merupakan desa yang letaknya jauh dengan TPS Food (desa Wonorejo,
Nglelangan, Ndawungan, dan Pucuk) dan kelompok tersier atau Ring III
merupakan desa yang letaknya paling jauh dengan TPS Food (desa Tembok
Rejo, Krebet, Mojoroto, dan Bendungan). Sebagaimana penuturan Rohmad
selaku PR TPS Food yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa Ring I
adalah yang paling utama karena benar-benar daerah yang mengelilingi TPS
Food. Jika TPS Food membangun yang jauh terlebih dahulu sedangkan yang
terdekat masih tidak bagus, akan menjadi hal yang sia-sia. Maka Ring I adalah
wilayah sekitar TPS Food yang lebih dahulu diperbaiki, kemudian melebar ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Ring II-IV. Program yang sifatnya spesifik dikonsentrasikan dan difokuskan
pada Ring I, Ring II – IV merupakan program yang sifatnya umum.
2. Pemahaman tentang need assessment masyarakat.
Untuk mengetahui need assessment (taksiran kebutuhan) masyarakat Sepat
mengenai faktor kesehatan yang menyebabkan kualitas SDM masyarakat
rendah, PR TPS Food melakukan observasi ke Puskesmas dan Posyandu Sepat.
PR TPS Food menangkap bahwa masyarakat Sepat kurang mendapat asupan
gizi yang baik. Ternyata selama ini Posyandu kekurangan sarana prasarana dan
pemberian program makanan tambahan (PMT) yang jauh dari angka
kecukupan gizi (AKG). PMT dari pemerintah sangat minim padahal setiap
Posyandu rata-rata terdiri dari 50 – 60 orang. Sebagaimana penuturan Sri
Supadmi selaku Bidan desa Sepat yang telah dikutip pada bab terdahulu,
bahwa dana dari Pemerintah untuk Posyandu hanya sedikit, padahal jumlah
Balita banyak. Untuk sementara Bidan yang membelikan PMT tetapi tidak
mewah karena tidak hanya satu Posyandu …. Terkadang juga Kader yang
membelikan PMT sehingga dapat bergantian. …. yang terpenting ada PMT-
nya sehingga Posyandu menjadi sedikit hidup. Data yang diperoleh dari setiap
pelaksanaan Posyandu menunjukkan keikutsertaan masyarakat dalam
Posyandu sangat minim serta berat badan Balita yang rendah.
Hasil pemahaman PR TPS Food terhadap need assessment masyarakat
Sepat, khususnya pada pelaksanaan Posyandu sebagai salah satu tempat
pemeriksaan kesehatan terutama gizi sejak dini, dibedakan menjadi beberapa
kategori yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
a. Need (keperluan)
Masyarakat Sepat memerlukan fasilitas Posyandu yang memadai.
b. Desire (keinginan)
Masyarakat Sepat menginginkan pelaksanaan Posyandu berjalan maksimal.
c. Interest (ketertarikan)
Masyarakat Sepat memiliki ketertarikkan sendiri akan adanya PMT
sehingga angka kecukupan gizinya (AKG) tidak terpenuhi.
d. Wants (kebutuhan)
Masyarakat membutuhkan Kader Posyandu yang aktif dan berkompeten.
3. Dialog dengan opinion leader dalam masyarakat.
Setelah melakukan observasi ke Posyandu Sepat serta membuat need
assessment masyarakat Sepat mengenai Posyandu, PR TPS Food
berkomunikasi dengan opinion leader masyarakat, dalam hal ini adalah petugas
Puskesmas dan Bidan desa Sepat. Melalui proses komunikasi bertahap face to
face, PR TPS Food bekerja sama dengan Puskesmas dan Bidan desa Sepat
untuk meningkatkan gizi masyarakat sejak usia dini melalui kegiatan
Posyandu.
Sebagai kelanjutan dari pembangunan masyarakat, TPS Food ingin
mewujudkan kepeduliannya kepada masyarakat Sepat tersebut melalui program
tanggung jawab sosial perusahaan. Program kegiatan yang dimaksud adalah CSR
(Corporate Social Responsibility). TPS Food merencanakan program CSR yang
pada intinya mendapatkan manfaat bersama antara perusahaan dengan masyarakat
serta mengeratkan hubungan yang sudah terjalin baik karena menurut Sharma S.,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Sharma J. and Devi A., CSR dapat berperan memelihara hubungan sosial positif
antara perusahaan dan masyarakat.
B. Analisis Perencanaan Strategi Komunikasi Program CSR TPS Food
SEHATI Bidang Kesehatan
Sebagai institusi bisnis, TPS Food juga mempunyai kesadaran sebagai
bagian dari masyarakat Sepat (corporate citizenship). Sebagaimana penuturan
Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food yang telah dikutip pada bab
terdahulu, bahwa TPS Food berada di lingkungan atau lahir di tengah-tengah
masyarakat sehingga mengibaratkan bahwa TPS Food ini adalah RT yang
kesekian dan mempunyai semboyan “berdiri sama tinggi, duduk sama rendah”.
Untuk lingkungan sekitar perusahaan, TPS Food memberikan perhatian lebih agar
keberadaan perusahaan di tengah-tengah masyarakat bisa menyatu dalam satu
tujuan guna mendukung keberadaan perusahaan.
Community development yang telah dilakukan TPS Food berupa
penukaran tanah tidak subur menjadi tanah produktif bagi masyarakat Sepat, serta
menjadikan masyarakat Sepat sebagai karyawan perusahaan, merupakan implikasi
dari CSR yang diukur berdasarkan kenaikan taraf hidup masyarakat Sepat.
Demikian halnya dengan community relations yang telah terjalin baik antara PR
TPS Food dengan masyarakat Sepat sehingga dapat menanggulangi keluhan
masyarakat akan dampak operasional pabrik. Maka konsep CSR TPS Food
didesain menjadi bagian dari strategi bisnis TPS Food (corporate strategy) untuk
mendapatkan keuntungan, dalam hal ini mendapat investasi jangka panjang dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
mengurangi resiko. Konsep ini dapat dikatakan Tara J. Radin dalam jurnal
berjudul “Families To Feed: The Challenge of Corporate Ctizenship” sebagai
paradigma baru dalam manajemen perusahaan untuk melaksanakan CSR.
Jika ditelaah melalui konsep triple bottom line oleh John Elkington bahwa
perusahaan yang ingin terus menjalankan usahanya harus memperhatikan 3P yaitu
profit, people, dan plannet. TPS Food dalam menjalankan bisnisnya tidak hanya
mengejar tanggung jawab ekomoni saja yaitu keuntungan semata (profit), tetapi
juga terlibat pada pemenuhan tanggung jawab sosialnya terhadap kesejahteraan
masyarakat Sepat (people) serta berperan aktif dalam menjaga kelestarian
lingkungan (planet) dengan sistem pengolahan limbah. Maka CSR TPS Food
bernama CSR TPS Food SEHATI dengan tema utama Pendidikan dan Kesehatan
dirancang sebagai program yang berkelanjutan. Sebagaimana penuturan Tantri
Kurniawati selaku staff HRD TPS Food yang telah dikutip pada bab terdahulu,
bahwa …. kualitas SDM dapat dilihat melalui tingkat pendidikan dan kesehatan.
Inilah alasan CSR TPS Food lebih mengarah pada kesehatan dan pendidikan,
walaupun masih ada arah lain dalam program CSR, yaitu pengembangan SDA
dan infrastruktur. …. Impact-nya dapat dirasakan TPS Food untuk investasi
jangka panjang. Masyarakat pun juga nantinya sangat terbantu sekali dengan
adanya CSR ini. Maka CSR ini bersifat continue atau berkelanjutan.
Guna membahas kegiatan-kegiatan apa saja yang akan diberikan dalam
program CSR TPS Food SEHATI beserta startegi komunikasinya, TPS Food
membuat perencanaan dengan pendekatan top down, yaitu perencanaan yang
dilakukan oleh perusahaan sebagai pemberi gagasan awal serta perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
berperan lebih dominan dalam mengatur jalannya program yang berawal dari
perencaan hingga proses evaluasi, dimana peran masyarakat tidak begitu
berpengaruh. Fact finding dari PR TPS Food di lapangan dibahas bersama dengan
Divisi HRD TPS Food terutama bagian Personnel Department dan Organization
Development Department. Mereka tergabung dalam Tim CSR TPS Food SEHATI
terdiri dari penanggung jawab program, PR TPS Food, staff pembimbimg dan
staff pendukung, yang kemudian mengadakan sebuah rapat besar yang dihadiri
juga oleh Direktur HRD TPS Food tapi tanpa keterlibatan masyarakat Sepat di
dalamnya. Mengingat masyarakat Sepat memiliki kualitas SDM yang rendah
maka peran masyarakat Sepat disini hanya sebagai penerima hasil dari
perencanaan program CSR TPS Food SEHATI tanpa mengetahui jalannya proses
pembentukan program tersebut dari awal hingga akhir. Sebagaimana penuturan
Rohmad selaku PR TPS Food yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa
masyarakat hanya sebagai penerima sedangkan TPS Food yang membawa bahan,
konsep, dan masyarakat hanya mengetahui pelaksanaannya.
Adapun kelemahan dari pendekatan top down adalah:
1. Masyarakat tidak bisa berperan lebih aktif dikarenakan peran perusahaan yang
lebih dominan bila dibanding peran dari masyarakat itu sendiri.
2. Masyarakat tidak bisa melihat seberapa jauh suatu program telah dilaksanakan.
3. Peran masyarakat hanya sebagai penerima keputusan atau hasil dari suatu
program tanpa mengetahui jalannya proses pembentukan program tersebut dari
awal hingga akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
4. Pesan dari program tersebut yang akan dikirimkan kepada masyarakat
kemungkinan tidak terwujud.
5. Masyarakat akan merasa terabaikan karena suara mereka tidak begitu
diperhitungkan dalam proses berjalannya suatu proses.
6. Masyarakat menjadi kurang kreatif dengan ide-ide mereka.
Sedangkan kelebihan dari dari pendekatan top down adalah:
1. Masyarakat tidak perlu bekerja serta memberi masukan, program tersebut
sudah dapat berjalan sendiri karena adanya peran perusahaan yang optimal.
2. Mengoptimalkan kinerja para pekerja perusahaan dalam menyelenggarakan
suatu program.
Melihat banyaknya kekurangan dalam pendekatan top down, PR TPS Food
membutuhkan strategi komunikasi mengenai pemilihan pesan yang akan
disampaikan beserta metode penyampaian pesan. Dalam rapat tersebut juga
menargetkan visi dan misi CSR TPS Food SEHATI bidang Kesehatan serta
melahirkan perencanaan kegiatan sebagaimana telah dikutip pada bab terdahulu,
yaitu:
Tabel 4. Perencanaan program CSR TPS Food SEHATI kegiatan Posyandu
Nama
Kegiatan
Rumusan Kebijakan Sasaran Jangka
Waktu
”Bapak Asuh
Posyandu”
artinya TPS
Food bersedia
dan sanggup
untuk
1. Memberikan bantuan sarana
dan prasarana Posyandu
seperti timbangan bayi, serta
penyediaan fasilitas
penunjang PMT seperti
gelas, mangkuk, dan
Ring I yang
terdiri dari
empat
Posyandu,
yaitu:
Satu bulan
sekali dan
setiap
Posyandu
memikili
tanggal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
menyediakan
apa saja
fasilitas yang
dibutuhkan
untuk
Posyandu.
sendok.
2. Memberikan PMT (Program
Makanan Tambahan) bagi
ibu hamil, ibu menyusui,
dan Balita (anak usia 0-5
tahun), untuk Balita, ibu
hamil dan menyusui.
3. Memberikan dana motivasi
bagi Kader setiap bulan.
4. Mengadakan pemeriksaan
dan penyuluhan kesehatan
terhadap ibu hamil dan
menyusui oleh Bidan.
1. Sepat
2. Seketeng
3. Tekik Rejo
4. Gandu
yang
berbeda,
yaitu:
tanggal 6
tanggal 5
tanggal 7
tanggal 10
Selain program yang bersifat continue, program CSR TPS Food SEHATI
bidang kesehatan ada yang sifatnya incidental atau dilaksanakan pada jangka
waktu tertentu. Walau sifatnya incidental, TPS Food melihat masyarakat sangat
antusias dan membutuhkan pelaksanaan secara berkelanjutan. Kegiatan tersebut
adalah pengobatan gratis. Sebagaimana penuturan Suyatno selaku Ketua RT 45
desa Sepat yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa ….. pada hari
pelaksanaan pengobatan gratis, masyarakat senang sekali dan berbondong-
bondong pergi ke balai desa terutama Lansia. Banyak Lansia yang sebenarnya
tidak sakit, tetapi ingin diperiksa dokter karena merasa nyaman, ingin disuntik,
dan mendapat vitamin. Warga yang sakit menjadi tau penyakitnya beserta
obatnya. Warga dari RT lain yang perlu penanganan medis secara khusus, TPS
Food memberikan rujukan ke Puskesmas. Jadi Ketua RT 45 berpendapat bahwa
kegiatan pengobatan gratis ini memang perlu untuk dilanjutkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Sebagai rangkaian dari CSR TPS Food SEHATI bidang kesehatan maka
kegiatan khitanan massal juga diikutkan sebagai program kegiatan yang
berkelanjutan. Perencanaan kedua program tersebut sebagaimana telah dikutip
pada bab terdahulu, adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Perencanaan program CSR TPS Food SEHATI kegiatan Pengobatan Gratis dan Khitanan Massal
Pengobatan Gratis Khitanan Massal
Latar
Belakang
Kegiatan
Sebelumnya TPS Food sudah
pernah mengadakan
pengobatan gratis, terutama
saat bencana alam banjir di
Solo tahun 2007 dan gempa di
Yogyakarta. TPS Food
melihat bahwa ternyata
masyarakat memang
membutuhkan kegiatan
semacam ini. Masyarakat
Sepat takut untuk berobat
karena tidak ada biaya, maka
TPS Food meminimalisir
keadaan tersebut. Karena
tingkat perekonomian
masyarakat sekitar rendah
sedangkan kebutuhan
kesehatan tinggi, maka TPS
Food mempunyai wacana
untuk memberikan
pengobatan gratis secara
berkelanjutan.
Saat TPS Food melakukan
proses CSR bidang
pendidikan, PR TPS Food
mendapatkan temuan dari
guru-guru dan orang tua siswa
yang mengeluh anak-anak
mereka belum dikhitan karena
tidak mempunyai biaya untuk
itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Rumusan
kebijakan
Memberikan pengobatan
gratis untuk jangka waktu
tertentu. TPS Food
bekerjasama dengan dokter-
dokter dari wilayah sekitar,
yaitu Kebak Kramat,
Karanganyar, termasuk dokter
dari wilayah Solo.
Bagi masyarakat yang masih
membutuhkan perawatan, Tim
CSR TPS Food SEHATI
mengadakan pemantauan ke
Puskesmas sampai dinyatakan
sehat kembali.
Bagi anak-anak peserta
khitanan massal diberikan
pelayanan kesehatan di
Puskesmas sampai dipastikan
benar-benar sembuh.
Sasaran Ring I – III Ring I – II
Jangka waktu Setahun sekali, pada event
sosial.
Setahun sekali, pada saat libur
sekolah.
Konsep dasar kegiatan Pengobatan Gratis pada awalnya dilatarbelakangi
oleh motivasi TPS Food yang sifatnya filantropi, yaitu kepedulian perusahaan
terhadap korban bencana alam. Sedangkan kegiatan Khitanan Massal bersifat
charity yaitu pemberian amal kepada masyarakat Sepat. Program CSR tersebut
sebenarnya hanya bentuk kegiatan perusahaan untuk berbuat baik (do good)
sehingga terlihat baik (good image). Agar menciptakan kebaikan (to make good)
dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka program CSR tersebut
telah dilakukan secara melembaga dan disesuaikan dengan need assessment
sehingga tidak menciptakan ketergantungan pada masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Seluruh program CSR TPS Food SEHATI Bidang Kesehatan
direncanakan akan disosialisasikan melalui acara “Launching” dengan
mengundang seluruh stakeholders TPS Food. Dalam acara tersebut PR TPS Food
berperan besar sebagai komunikator guna menyampaikan seluruh kegiatan dan
pesan dari program CSR TPS Food SEHATI kepada komunikan yaitu
stakeholders masyarakat Sepat. Selanjutnya PR TPS Food berperan juga sebagai
perantara antara TPS Food dengan stakeholders TPS Food dalam tahap
pelaksanaan program CSR TPS Food SEHATI.
Wacana TPS Food untuk mengembangkan SDA adalah dengan
mengembangkan perkebunan cassava (ketela pohon) di wilayah sekitar.
Menyadari bahwa harga tepung terigu terus melonjak tinggi maka TPS Food
menggunakan tepung casava sebagai bahan baku produk mie keringnya,
menggantikan tepung terigu. Hasil yang diharapkan dari wacana tersebut adalah
TPS Food dapat memperoleh bahan baku utama dengan mengoptimalkan SDA di
wilayah sekitar. Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS
Food yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa untuk mengurangi biaya
produksi dengan menggunakan terigu, TPS Food sudah menggunakan tepung
cassava. TPS Food juga mempunyai TPS Agro Cassava yang terdapat di
Trenggalek. TPS Food mempunyai planning untuk menuju memberikan
perkebunan cassava di wilayah Sepat. Karena memang di daerah atas TPS Food
adalah bukan area persawahan tetapi sudah perkebunan cassava. Namun, ini
masih dalam tahap planning, untuk mewujudkan salah satu misi CSR TPS Food
SEHATI ini ternyata masih membutuhkan riset mendalam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Jika nantinya wacana tersebut dapat terlaksana melalui fact finding yang
mendalam serta perencanaan yang matang, maka akan menjadi program
community empowerment bagi masyarakat Sepat. Program community
empowerment ini akan menjadi berbeda dengan community development yang
telah dilakukan TPS Food sebelumnya. Jika perkebunan tersebut nantinya akan
dikerjakan oleh masyarakat sekitar yang telah dibekali dengan pengetahuan cara
berkebun cassava yang baik maka hasil yang akan didapat adalah pemberdayaan
masyarakat sekitar dengan berkebun cassava serta bagi TPS Food memperoleh
bahan baku utama dengan mudah. Selain kedua belah pihak diuntungkan, program
community empowerment ini juga dapat mengembangkan SDA sekaligus SDM di
wilayah Sepat. Jadi program community empowerment bukan lagi diukur melalui
peningkatan taraf hidup masyarakat tapi juga dapat menjadikan masyarakat Sepat
menjadi lebih mandiri.
C. Analisis Pelaksanaan Strategi Komunikasi Program CSR TPS Food
SEHATI Bidang Kesehatan
Pada tahap pelaksanaan, Tim CSR TPS Food SEHATI mengawalinya
dengan pengkomunikasian program kepada seluruh lapisan strakeholders sesuai
dengan tahap perencanaan. Salah satu strategi komunikasi program CSR yang
dilakukan PR TPS Food bahwa pengkomunikasian ini menjadi lebih optimal jika
dikaitkan dengan peristiwa yang mudah diingat masyarakat maka Tim CSR TPS
Food SEHATI membuat acara Launching CSR TPS Food SEHATI yang
bertepatan dengan hari ulang tahun TPS Food yang ke lima puluh tahun. Tepat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
pada tanggal 8 Agustus 2008, TPS Food mensosialisasikan program CSR TPS
Food SEHATI kepada stakeholders-nya mulai dari tokoh masyarakat sekitar,
ketua RT, Bidan, Dokter, sampai pada Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan
Kabupaten Sragen. Sebagaimana penuturan Sugianto selaku Ketua RT 37
(19/08/2010) dan Suyatno selaku Ketua RT 45 (25/09/2010) desa Sepat yang telah
dikutip pada bab terdahulu bahwa mereka megetahui program CSR TPS Food
pertama kali pada saat diundang acara “Launching” bertepatan dengan ulang
tahun TPS Food. Dalam acara tersebut, PR TPS Food menjelaskan seluruh
program-program CSR kemudian dilanjutkan dengan acara makan bersama.
Pada acara Launching ini PR TPS Food berperan seoptimal mungkin
dalam menyampaikan seluruh program CSR agar stakeholders menyadari dan
mengetahui program CSR TPS Food SEHATI. PR TPS Food berusaha
menyampaikan pesan kepada stakeholders berdasarkan kebenaran yang
diperolehnya dari fact finding. Pesan “SEHATI” dipilih PR TPS Food agar dalam
program CSR ini antara TPS Food dan masyarakat Sepat menjadi satu pikiran
sehingga dapat menyamakan tujuan. Melalui metode Two Way Asymmetrical
Communication, yaitu komunikasi dua arah yang ditujukan agar publik menerima
pesan, maka PR mengharapkan umpan balik (feedback) dari publik untuk segera
ditanggapi. Sehingga tercipta saling terbuka dan dapat saling bekerja sama.
Setelah launching kegiatan Bapak Asuh Posyandu segera dilaksanakan.
Tahapan pelaksanaan TPS Food menjadi Bapak Asuh Posyandu adalah sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
1. Menyerahkan sarana dan prasarana Posyandu Sepat, mulai dari timbangan
bayi, timbangan balita, timbangan badan biasa, tikar, sampai peralatan untuk
program makanan tambahan (PMT) seperti panci, mangkok, sendok, dan gelas
kepada ketua RT Sepat, tempat Posyandu berlangsung. Hal ini bertujuan agar
masyarakat dapat bertanggungjawab pada pelaksanaan Posyandu agar lebih
sistematis.
2. Men-suplay PMT tiap bulannya sesuai dengan data jumlah Balita, ibu hamil,
dan menyusui yang diajukan oleh Bidan desa kepada TPS Food. Alur
pemberian PMT sebagai berikut:
Gambar 14. Alur pemberian PMT
3. Memberikan dana insentif untuk Kader Posyandu tiap bulannya. Hal ini
sebagai langkah awal TPS Food agar masyarakat termotivasi menjadi aktif
dalam program CSR TPS Food SEHATI dengan adanya Kader Posyandu yang
diambil dari peserta Posyandu sendiri. Agar lebih bermanfaat, Bidan tidak
menyampaikan dana tersebut kepada kader satu tahun sekali. Alur dana insentif
Kader Posyandu sebagai berikut:
setiap bulan setiap tahun
Gambar 15. Alur pemberian dana insentif Kader Posyandu
Tim CSR TPS Food
SEHATI (diwakili PR)
Bidan desa Sepat
Kader Posyandu
Posyandu
Tim CSR TPS Food
SEHATI (diwakili PR)
Bidan desa Sepat
Kader Posyandu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Setiap bulan PR TPS Food juga memantau pelaksanaan Posyandu mulai
dari menimbang dan pencatatan berat badan Balita, pemeriksaan pada ibu hamil
sampai pada penyuluhan kesehatan oleh Bidan. Pemantauan ini dilakukan untuk
melihat perkembangan pelaksanaan Posyandu guna menambahi fasilitas suntikan
dan pemberian vitamin untuk balita serta ibu hamil bila diperlukan. Jika
berhalangan hadir, PR berkoordinasi dengan Bidan desa secara face to face,
Sebagaimana penuturan Sri Supadmi selaku Bidan desa Sepat yang telah dikutip
pada bab terdahulu, bahwa Bidan selalu menyampaikan keluh kesah masyarakat
terkait Posyandu kepada PR TPS Food. Misalnya saja, Posyandu Gandu
merupakan Posyandu susulan, setelah Sepat, Tekik Rejo, dan Seketeng. Dahulu
tidak mempunyai dana dan pengunjungnya sedikit. Bidan mengusulkan untuk ikut
dalam program CSR. Setelah disetujui TPS Food lalu mulai membentuk Kader.
…. Sekarang menjadi paling banyak pengunjungnya. Ibu-ibu Posyandu Gandu
juga menginginkan piknik kemudian Bidan memberitau PR TPS Food supaya bisa
membantu peminnjaman bus perusahaan, tapi karena pihak TPS Food masih
sibuk, sehingga belum bisa memenuhi.
Kegiatan-kegiatan lain dalam program CSR TPS Food SEHATI bidang
kesehatan, mulai dilaksanakan tahap demi tahap oleh masing-masing
penanggungjawab kegiatan dan dibantu oleh pamong desa. Dalam kegiatan yang
bersifat incidental ini Tim CSR TPs Food SEHATI bekerja sama dengan pamong
desa. PR TPS Food berperan sebagai perantara pelaksana, antara Tim CSR TPS
Food SEHATI dengan pamong desa. Sebagaimana penuturan Rohmad selaku PR
TPS Food yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa PR TPS Food lebih pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
bagaimana mensosialisaikan semua yang berkaitan dengan CSR. Program CSR di
perusahaan ini ada yang jemput bola secara door to door jika memang yang
sifatnya segera, ada juga yang melalui pertemuan tiga bulanan dengan para ketua
RT. Cara mensosialisakan yang door to door yaitu langsung ke rumah-rumah
ketua RT, tokoh masyarakat atau Pak Lurah dan juga sekolah-sekolah. Terkadang
dari bawah dahulu yaitu ke RT atau terkadang dari atas dahulu yaitu ke Pak
Lurah. Dengan demikian PR TPS Food menggunakan Two Step Flow
Communications (Komunikasi Dua Tahap) dan khusus untuk kegiatan CSR yang
sifatnya segera menggunakan Multi Step Flow Communications (Komunikasi
Banyak Tahap).
Kegiatan Khitanan Massal merupakan rangkaian dari CSR TPS Food
SEHATI yang bersifat segera. PR TPS Food menggunakan Multi Step Flow
Communications (Komunikasi Banyak Tahap), yaitu PR TPS Food
mengkomunikasikan kegiatan tersebut kepada masyarakat terutama para orang tua
di sekolah-sekolah juga door to door ke rumah Ketua RT. PR TPS Food juga
menggunakan media cetak, yaitu poster sebagai media penyebaran informasi. Jika
digambarkan tahap komunikasi PR, sebagai berikut:
Gambar 16. Multi Step Flow Communications
PR TPS Food
Masyarakat Sepat (orang tua)
Ketua RT Media Cetak (poster)
Masyarakat Sepat (orang tua)
Masyarakat Sepat (orang tua)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Khitanan Massal ini dilaksanakan saat liburan sekolah bersamaan dengan
kegiatan pembagian peralatan sekolah yang bertempat di halaman TPS Food. Bagi
anak-anak yang dikhitan diberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas sampai
dipastikan benar-benar sembuh. Sedangkan untuk kegiatan Pengobatan Gratis, PR
TPS Food langsung mendatangi rumah Lurah desa Sepat dan beberapa ketua RT
untuk mengkomunikasikannya. Sebagaimana penuturan Suyatno selaku Ketua RT
45 desa Sepat yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa setelah mendapat
informasi dari PR TPS Food yaitu TPS Food akan mengadakan kegiatan
pengobatan gratis, Ketua RT 45 langsung mengumumkannya ke warga melalui
rapat RT, mengenai waktu pelaksanaanya, bertempat di balai desa, dan rangkaian
acaranya. Kemudian warga langsung memberitau keluarga atau tetangga.
PR TPS Food menggunakan Two Step Flow Communications (Komunikasi
Dua Tahap), yaitu PR TPS Food mengirimkan pesan tidak langsung pada
masyarakat tetapi melalui Lurah desa Sepat dan Ketua RT melalui rapat rutin tiga
bulanan. Jika digambarkan tahap komunikasi PR, sebagai berikut:
Gambar 17. Two Step Flow Communications
PR TPS Food
Ketua RT Lurah Sepat Ketua RT
Masyarakat Sepat
Masyarakat Sepat
Masyarakat Sepat
one step
two step
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Kegiatan pengobatan gratis ini merupakan kelanjutan dari pemberian
bantuan bencana alam yang melanda Yogyakarta dan Solo pada tahun 2007.
Kegiatan ini mendapat apresiasi positif tersendiri dari masyarakat sekitar yang
ditunjukkan dengan jumlah peserta pengobatan gratis sudah melebihi quota yang
telah ditentukan sebelumnya.
Setelah semua program CSR TPS Food SEHATI bidang kesehatan
terlaksana, Tim CSR TPS Food SEHATI melakukan evaluasi mengenai program
CSR-nya yang dapat digunakan sebagai masukan bagi perencanaan dan realisasi
program berikutnya. Pembenahan pada program CSR bila diperlukan akan
meningkatkan keberhasilan program CSR.
D. Analisis Pengevaluasian Program CSR TPS Food SEHATI Bidang
Kesehatan
Tahap terakhir dari program CSR TPS Food SEHATI adalah
pengevaluasian. Salah satu mekanisme program CSR adalah dapat dievaluasi
maka tahap pengevaluasian mutlak masuk dalam rangkaian kegiatan CSR.
Sebagaimana penuturan Rohmad selaku PR TPS Food yang telah dikutip pada
bab terdahulu, bahwa setelah program-program diberikan, TPS Food tidak
melepaskan pandangan begitu saja. Jika TPS Food hanya memberi tanpa tau
kelanjutannya, merupakan hal yang tidak baik, bukan CSR namanya. TPS Food
melakukan review setiap bulan. Pada kegiatan Posyandu dilihat, apakah uang
yang diberikan sudah menjadi PMT atau belum, PMT-nya juga bervariasi. ….
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Anak-anak yang dikhitan juga dipantau sampai sembuh, tentunya kerjasama
dengan Puskesmas.
Tim CSR TPS Food SEHATI melaporkan hasil yang didapat dari
pelaksanaan program kepada Direktur HRD untuk mengadakan pengevaluasian.
Selama proses pembuatan laporan, Tim CSR Food SEHATI bekerja sama dengan
seluruh stakeholders yang terlibat. Seperti pengevaluasian terhadap program
Bapak Asuh Posyandu setiap bulan yang melalui tahapan sebagai berikut:
Gambar 18. Pengevaluasian kegiatan Posyandu
Sedangkan untuk kegiatan pengobatan gratis dan khitanan massal,
pengevaluasiannya memerlukan pendataan dari Puskesmas mengenai jumlah
masyarakat yang berpartisipasi beserta kondisi kesehatan masing-masing.
Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food yang telah
dikutip pada bab terdahulu, bahwa masyarakat yang masih memerlukan
controling kesehatan, dipantau dan diberi pengobatan sampai tahap akhir.
Sehingga semua clear, dipastikan sembuh dan tidak mengalami kecelakaan medis.
Pengevaluasian program pengobatan gratis dan khitanan massal melalui tahapan
sebagai berikut:
Gambar 19. Pengevaluasian kegiatan pengobatan gratis dan khitanan massal
Pemantauan PR dan hasil laporan dari Bidan
Pelaporan oleh Tim CSR TPS Food SEHATI
Pengevaluasian oleh Tim CSR TPS Food SEHATI bersama Direktur HRD
Pendataan dari Puskesmas
Pemantauan oleh Tim CSR TPS Food SEHATI
Pengevaluasian oleh Tim CSR TPS Food SEHATI bersama Direktur HRD
Pelaporan oleh Tim CSR TPS Food SEHATI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Dalam pengevaluasian ini dapat dilihat tingkat keberhasilan program CSR
TPS Food SEHATI bidang kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat Sepat,
yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat Sepat dalam hal ini peneliti melihat
dari peningkatan gizi pada kegiatan Bapak Asuh Posyandu. Sedangkan bagi TPS
Food, keberhasilan program CSR TPS Food SEHATI adalah mendapat sikap
positif dari masyarakat Sepat yang dilihat dari kualitas komunikasi. Untuk
mengetahui hal tersebut digunakan parameter indikator sebagai berikut:
1. Indikator kesehatan.
a. Tingkat pertambahan prasarana kesehatan.
Penambahan fasilitas Posyandu dan peralatan penunjang PMT (program
makanan tambahan).
b. Tingkat kesesuaian program dengan kebutuhan kesehatan masyarakat.
Tabel 6. Kesesuaian program dengan kebutuhan kesehatan masyarakat
Need assessment Realisasi program
Need (keperluan): masyarakat
Sepat memerlukan fasilitas
Posyandu yang memadai.
Memberikan bantuan sarana dan
prasarana Posyandu seperti timbangan
bayi, serta penyediaan fasilitas
penunjang PMT seperti gelas,
mangkuk, dan sendok.
Desire (keinginan): masyarakat
Sepat menginginkan pelaksanaan
Posyandu berjalan maksimal.
Mengadakan pemeriksaan dan
penyuluhan kesehatan terhadap ibu
hamil dan menyusui oleh Bidan.
Interest (ketertarikan): masyarakat
Sepat memiliki ketertarikkan
sendiri akan adanya PMT sehingga
angka kecukupan gizinya (AKG)
Memberikan PMT (Program Makanan
Tambahan) bagi ibu hamil, ibu
menyusui, dan Balita (anak usia 0-5
tahun), untuk Balita, ibu hamil dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
tidak terpenuhi. menyusui.
Sebagaimana penuturan Giyarti selaku Kader Posyandu Sepat yang
telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa Kader berterimakasih sekali karena
Posyandu mendapat bantuan PMT yang menjadi daya tarik. …. Tidak hanya
Balita saja yang merasakan, para ibu juga senang. Terutama yang
menimbang bertambah dan menjadi rajin ke Posyandu.
Wants (kebutuhan): masyarakat
membutuhkan Kader Posyandu
yang aktif dan berkompeten.
Memberikan dana motivasi bagi
Kader setiap bulan.
Sebagaimana penuturan Darsini selaku Kader Posyandu Gandu yang
telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa Kader Posyandu Gandu sangat
minim sekali hanya 1 – 2 orang saja yang seharusnya 5 orang. Lalu Bidan
dengan perangkat desa menunjuk siapa kira-kira yang mau dan mampu
ditunjuk menjadi Kader untuk melaksanakan program CSR ini. Kader
sebenarnya adalah orang yang berjiwa sosial, membantu mengurus
Posyandu tapi tidak dibayar. Dengan adanya program CSR ini Kader
diberikan motivasi, juga ada dana insentifnya. Sehingga sekarang Posyandu
Gandu mempunyai banyak Kader baru.
c. Tingkat peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat.
Status Gizi Posyandu Ring I (Sepat, Seketeng, Tekik Rejo, Gandu) per
Februari 2010 adalah dari 205 Balita memiliki berat badan normal sejumlah
198 Balita, sisanya 4 Balita kurus dan 3 Balita gemuk. Sehingga Posyandu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Ring I dinyatakan status gizinya baik sejumlah 185 Balita, sisanya 2 Balita
memiliki gizi lebih dan 18 Balita memiliki gizi kurang.1
2. Indikator keterlibatan masyarakat.
a. Kritik, masukan ataupun umpan balik yang diberikan stakeholder (Bidan)
tentang pelaksanaan program Bapak Asuh Posyandu. Sebagaimana
penuturan Sri Supadmi selaku Bidan desa Sepat yang telah dikutip pada bab
terdahulu, bahwa Bidan selalu menyampaikan keluh kesah masyarakat
terkait Posyandu kepada PR TPS Food. Misalnya saja, Posyandu Gandu
merupakan Posyandu susulan, setelah Sepat, Tekik Rejo, dan Seketeng.
Dahulu tidak mempunyai dana dan pengunjungnya sedikit. Bidan
mengusulkan untuk ikut dalam program CSR. Setelah disetujui TPS Food
lalu mulai membentuk Kader. …. Sekarang menjadi paling banyak
pengunjungnya. Ibu-ibu Posyandu Gandu juga menginginkan piknik
kemudian Bidan memberitau PR TPS Food supaya bisa membantu
peminnjaman bus perusahaan, tapi karena pihak TPS Food masih sibuk,
sehingga belum bisa memenuhi.
b. Keterlibatan stakeholder (Bidan) dalam perencanaan program: tidak terlibat.
Stakeholders (Bidan) hanya terlibat pada saat proses komunikasi fact finding
oleh PR TPS Food.
c. Keterlibatan stakeholders (Bidan) dalam realisasi program: terlibat
langsung.
1 Sumber: Laporan Bulanan Gizi Desa Sepat, Puskesmas Masaran I, Februari 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan Bapak Asuh Posyandu per Februari
2010 adalah dari 205 Balita yang ada, sejumlah 175 Balita datang yang
mengalami berat badan naik sejumlah 160 Balita.2 Sebagaimana penuturan
Sulastri selaku pengunjung Posyandu Gandu yang telah dikutip pada bab
terdahulu, bahwa sekarang Posyandu menjadi lebih rame, dibanding dahulu.
Berkumpul bersama ibu-ibu, Balita mendapat gizi dari PMT, kemudian
arisan bayi dan makan bersama.
d. Keterlibatan stakeholders (Bidan) dalam evaluasi program: membuat
laporan tiap bulan mengenai data pemberian PMT serta jumlah pengunjung
Posyandu meliputi Balita, ibu hamil dan menyusui, serta jenis stimulan yang
perlu diberikan, seperti vitamin dan imunisasi.
3. Indikator kualitas komunikasi.
a. Bentuk kegiatan komunikasi yang dilakukan antara TPS Food dengan
masyarakat Sepat adalah rapat rutin tiga bulanan dengan Ketua RT di Ring I
(community relations).
b. Model komunikasi yang digunakan: two way symmetrical communication.
Dari hasil parameter indikator diatas menunjukan bahwa:
1. Adanya peningkatan kesehatan masyarakat Sepat yang dilihat dari penambahan
prasarana Posyandu, program yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan
masyarakat Sepat terutama gizi, serta peningkatan kualitas hidup bagi
masyarakat Sepat dengan balita yang mempunyai gizi baik.
2 Sumber: Data Program Kesehatan Ibu dan anak (KGI) Desa Sepat, Puskesmas Masaran I, Februari 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
2. Adanya antusiasme masyarakat Sepat terhadap kegiatan Bapak Asuh Posyandu
dalam program CSR TPS Food SEHATI yang dilihat dari sebagian besar
masyarakat Sepat terlibat dalam realisasi program dan ikut mendukung
program tersebut. Stakeholder (Bidan) terlibat pada tahap realisasi sampai
evaluasi program.
3. Adanya komunikasi yang seimbang antara TPS Food dengan masyarakat Sepat
secara intensif yaitu tiga bulan sekali sehingga dapat meminimalisir terjadinya
masalah antara ke dua belah pihak.
Hasil dari analisis evaluasi tersebut memperlihatkan dampak positif dan
negatif dari pelaksanaan program CSR TPS Food SEHATI bidang kesehatan baik
bagi TPS Food maupun masyarakat Sepat. Dampak positif yang dirasakan
masyarakat adalah kebutuhan akan gizi baik terpenuhi sehingga masyarakat Sepat
mendukung program Bapak Asuh Posyandu. Adanya dukungan tersebut
menunjukan bahwa TPS Food berhasil meraih simpati masyarakat Sepat sehingga
dapat bersikap positif terhadap perusahaan. Dengan demikian program CSR TPS
Food SEHATI dapat dikatakan berhasil, baik bagi TPS Food maupun masyarakat
Sepat.
Sedangkan dampak negatifnya bagi masyarakat Sepat sebagai penerima
program, masyarakat hanya merasakan manfaat dari adanya program CSR dan
belum muncul kemandirian dari masyarakat Sepat. Tim CSR TPS Food SEHATI
harus berhati-hati agar tidak tercipta ketergantungan pada mayarakat Sepat
terhadap program CSR. Sebaiknya selalu disesuaikan dengan need assessment
masyarakat dengan mengoptimalkan fact finding di lapangan serta melibatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
masyarakat Sepat dalam tahap evaluasi agar tetap terjadi komunikasi yang
seimbang (two way symmetrical communication) antara TPS Food dan
masyarakat Sepat, khususnya dalam program CSR TPS Food SEHATI. Sehingga
nantinya masyarakat Sepat dapat lebih memahami bahwa dengan adanya program
CSR TPS Food SEHATI merupakan wujud dari tanggung jawab TPS Food atas
dampak operasional pabrik (bau limbah dan kebutuhan air).
Tahapan dalam program CSR TPS Food SEHATI yang dijalankan oleh PR
TPS Food inilah yang dinamakan strategi komunikasi. Berdasarkan pernyataan
John Cameron Asplay sebagaimana telah dikutip pada bab terdahulu bahwa PR
mempunyai kesempatan besar untuk membantu perusahaan dalam melakukan hal-
hal yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam hal ini, PR
TPS Food berperan mulai dari memahami permasalahan masyarakat Sepat,
merencanakan dan melaksanakan program CSR, sebagaimana PR
mengkomunikasikannya ke masyarakat sampai pada tahap terahir yaitu
pengevaluasian program.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai penghubung antara TPS Food dengan masyarakat Sepat, PR TPS
Food berperan penting dalam implementasi program CSR TPS Food. PR TPS
Food menggunakan suatu strategi komunikasi yang menekankan pada
terwujudnya komunikasi dua arah dalam rangka menumbuhkan pemahaman dan
pengertian antara perusahaan dengan publiknya. Strategi komunikasi yang
dijalankan yaitu:
1. Pemahaman TPS Food akan permasalahan kesehatan masyarakat desa Sepat.
PR TPS Food melakukan fact finding yang diawali dengan menentukan sasaran
utama program CSR TPS Food SEHATI (Ring I). Setelah mengetahui sasaran
utamanya, PR TPS Food berdialog dengan opinion leaders Ring I yang
dilakukan secara face to face guna pengumpulan fakta terkait permasalahan
yang terjadi. Fakta yang terkumpul ini digunakan untuk merumuskan
perencanaan beserta strategi komunikasi program.
2. Perencanaan strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI yang
sesuai dengan permasalahan.
Program CSR TPS Food SEHATI direncanakan dengan pendekatan top down.
Karena pendekatan top down tidak mengikutsertakan masyarakat didalamnya
maka PR TPS Food melakukan planning yaitu merencanakan strategi
komunikasi yang sesuai dengan hasil fact finding. Planning ini bertujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
menentukan pesan yang tepat pada program CSR TPS Food untuk disampaikan
pada masyarakat agar masyarakat menerima dan memahami maksud
perusahaan.
3. Pelaksanaan strategi komunikasi program CSR TPS Food SEHATI yang telah
direncanakan.
PR TPS Food berperan dalam pengkomunikasian program (communicating).
Melalui acara Launching, PR TPS Food mensosialisaikan program kepada
stakeholders TPS Food dengan model two way asymmetrical communication.
Pesan dari program CSR TPS Food SEHATI disampaikan secara terbuka dan
konsisten dengan metode penyampaian pesan secara bertahap tergantung pada
jenis program kegiatan.
4. Pengevaluasian program CSR TPS Food SEHATI.
Evaluating dilakukan PR TPS Food dengan monitoring dan pelaporan. PR
selalu mengadakan komunikasi dengan stakeholders yang terlibat guna
penyusunan laporan. Hasil pelaporan ini dievaluasi bersama dengan Tim CSR
TPS Food SEHATI rutin setelah pelaksanaan program.
Berdasarkan hasil analisis diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
strategi komunikasi CSR TPS Food SEHATI sudah menunjukkan komunikasi dua
arah, tetapi belum seimbang. Hal ini disebabkan oleh pihak TPS Food lebih
dominan menjadi komunikator sedangkan masyarakat Sepat lebih dominan
menjadi komunikan. Komunikasi dua arah dapat dikatakan seimbang jika tidak
ada batasan antara komunikator dengan komunikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
B. Saran
Setelah penulis melakukan analisa, maka penulis dapat memberikan saran
bagi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. maupun penelitian selanjutnya. Adapun
saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
a. Penulis ingin memberikan saran mengenai pengevaluasian program CSR
TPS Food SEHATI. Agar tetap terjadi komunikasi yang seimbang (two way
symmetrical communication) antara TPS Food dan masyarakat Sepat maka
sebaiknya masyarakat Sepat ikut dilibatkan dalam tahap evaluasi.
Masyarakat Sepat tidak hanya menerima program tapi juga ikut memberikan
kritik dan saran mengenai program CSR TPS Food SEHATI bukan sekedar
keluhan. Sehingga program CSR TPS Food SEHATI tidak membuat
masyarakat Sepat menjadi ketergantungan.
b. Program CSR TPS Food SEHATI yang sudah berjalan selama dua tahun
masih berbentuk pemberian bantuan untuk masyarakat Sepat. Melalui fact
finding di lapangan serta perencanaan yang matang, diharapkan satu atau
dua tahun kedepan CSR TPS Food SEHATI lebih mengarah pada
community development yang berkembang menjadi community
empowerment yang mampu meningkatkan taraf hidup serta pemberdayaan
masyarakat Sepat, seperti dalam wacana perkebunan casava.
c. Program CSR TPS Food SEHATI yang merupakan program tetap TPS
Food, diharapkan dapat menjadi sebuah divisi CSR yang dimasukkan dalam
struktur organisasi TPS Food. Hal ini bertujuan agar CSR TPS Food
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
SEHATI lebih melembaga dan lebih fokus pada setiap kegiatan. Serta dapat
meningkatkan peran PR TPS Food dalam fungsi manajemen strategis pada
program CSR TPS Food SEHATI.
2. Bagi penelitian selanjutnya.
Perlu diadakan suatu penelitian selanjutnya yaitu studi evaluasi untuk
mengevaluasi program Corporate Social Responsibility (CSR). Sejauh mana
efektivitas program CSR suatu perusahaan untuk menjadi solusi terhadap
permasalahan masyarakat serta pengaruhnya bagi perusahaan. Sebaiknya
penelitian studi evaluasi menggunakan model CIPP yaitu dengan mengevaluasi
Context, Input, Process, dan Product.