Csr Indocement

108
ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk DALAM UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT (Studi Kasus : Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Oleh Yuni Muryaningrum I34060619 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Transcript of Csr Indocement

Page 1: Csr Indocement

i

ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk DALAM UPAYA

PENGEMBANGAN MASYARAKAT

(Studi Kasus : Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor,

Provinsi Jawa Barat)

Oleh

Yuni Muryaningrum

I34060619

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DANPENGEMBANGAN MASYARAKATFAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 2: Csr Indocement

ii

ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk DALAM UPAYA

PENGEMBANGAN MASYARAKAT

(Studi Kasus : Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor,

Provinsi Jawa Barat)

Oleh

Yuni Muryaningrum

I34060619

SKRIPSI

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DANPENGEMBANGAN MASYARAKATFAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 3: Csr Indocement

iii

ABSTRACT

YUNI MURYANINGRUM. THE ANALYSIS OF PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK’S CSR PROGRAM IN THE EFFORT OF COMMUNITY DEVELOPMENT. Case Study: Countryside of Bantarjati, District of Klapanunggal, Sub-Province of Bogor, Provinsi West Java. (Suppervised by FREDIAN TONNY NASDIAN).

This research essentially to see and understand the implementation and

participation of PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk’s in Corporate Social

Responsibility program. The subject of this research is local community in Desa

Bantarjati, the corporate staff and the Bengkel Sepeda Motor Terpadu staff. The method

of this research is using purposive sampling technique to decide the sample and use

approach qualitative with case study method having the character of research

explanatory. This research is conducted to explain how according between result and

target of execution in CSR progam with evaluate process program. Community

Development of CSR program have a principle to build independence community with a

development program not only determined by company. Participation in CSR program

can be seen as involvement of the parties (corporate and community) in managing CSR

programs of community development.

Keyword: Corporate Social Responsibility (CSR), Community Development, Process

Evaluation, Sustainable Development, Participation, and PT Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk.

Page 4: Csr Indocement

iv

ABSTRAK

YUNI MURYANINGRUM. ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESONSIBILITY (CSR) PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK DALAM UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT. Studi Kasus: Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. (Di bawah Bimbingan FREDIAN TONNY NASDIAN).

Penelitian ini dilakukan untuk melihat dan memahami implementasi dan

partisipasi masyarakat dalam program Corporate Social Responsibility (CSR) PT

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Sasaran dalam penelitian ini adalah komunitas lokal

di Desa Bantarjati, karyawan perusahaan, dan pengurus Bengkel Sepeda Motor

Terpadu. Metode penelitian ini menggunakan purposive sampling (secara sengaja)

untuk menentukan informan dan menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus

bersifat explanatory research, dimana penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan

bagaimana kesesuaian antara tujuan dan hasil dari pelaksanaan proram CSR dengan

melakukan evaluasi proses program CSR. Pengembangan masyarakat dalam program

CSR memiliki prinsip yaitu membangun masyarakat mandiri yang dilakukan tidak

hanya oleh pihak perusahaan saja. Partisipasi dalam program CSR dapat dilihat sebagai

keterlibatan para pihak (masyarakat dan perusahaan) di dalam mengelola program-

program community development.

Kata kunci: Corporate Social Responsibility, Pengembangan Masyarakat, Evaluasi

Proses, Pembangunan Berkelannjutan, Partisipasi, PT Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk.

Page 5: Csr Indocement

v

RINGKASAN

YUNI MURYANINGRUM. ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY (CSR) PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK DALAM

UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT. Studi Kasus: Desa Bantarjati,

Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. (Di bawah

Bimbingan FREDIAN TONNY NASDIAN).

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR), pihak perusahaan tidak

hanya mendapatkan keuntungan ekonomi, tetapi juga secara sosial dan lingkungan alam

bagi keberlanjutan perusahaan serta mencegah terjadinya konflik. (Budimanta, 2008).

Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam

Budimanta (2008) definisi corporate social responsibility atau tanggung jawab

perusahaan secara sosial adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam

pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan,

keluarga karyawan tersebut, dan juga komuniti-komuniti setempat (lokal) dan

masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.

Melalui pendekatan partisipatif ini masyarakat dapat memiliki pengaruh dan

kontrol terhadap berbagai inisiatif pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya yang

akan mempengaruhi kehidupannya maupun lingkungannya. Partisipasi sepadan dengan

arti peranserta, ikutserta, keterlibatan, atau proses belajar bersama saling memahami,

menganalisis, merencanakan dan melakukan tindakan oleh sejumlah anggota

masyarakat. Kegiatan evaluasi program merupakan salah satu tahapan penting yang

tidak dapat diabaikan dalam penyelenggaraan program pembelajaran dan pemberdayaan

masyarakat karena berkaitan dengan penyelenggaraan program yang selanjutnya.

Tujuan dari penulisan skripsi ini yaitu untuk mengetahui dan mempelajari

konsep pengembangan masyarakat dan partisipasi masyarakat; konsep tanggung jawab

sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), kebijakan, pandangan, sasaran,

tujuan, dan implementasi CSR, serta tahap evaluasi proses program CSR. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus yang bersifat

explanatory research, dimana penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan bagaimana

kesesuaian antara tujuan dan hasil dari pelaksanaan proram CSR dengan melakukan

Page 6: Csr Indocement

vi

evaluasi proses program CSR serta faktor-faktor yang akan mempengaruhinya.. Metode

pengumpulan data yang diterapkan peneliti adalah metode triangulasi untuk

memperoleh kombinasi data yang akurat berupa wawancara mendalam, pengamatan

berperanserta, dan penelusuran dokumen untuk mendapatkan data primer dan data

sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber rujukan seperti buku, situs internet,

makalah seminar/prosiding/jurnal, serta laporan penelitian mengenai tangggung jawab

sosial perusahaan (CSR). Selanjutnya, dilakukan analisis dan sintesis terhadap topik

program tanggung jawab sosial perusahaan dalam mewujudkan pengembangan

masyarakat

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dalam implementasi CSR didasarkan

pada konsep pembangunan berkelanjutan yang bertumpu pada tiga pencapaian yang

bermanfaat secara ekonomi, sosial dan lingkungan (triple bottom lines). Indocement

juga mendasarkan program ini pada Kerangka Lima Pilar Pembangunan Berkelanjutan

meliputi bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial-budaya-agama-olahraga dan

keamanan yang memiliki keterkaitan dengan konsep pengembangan dan partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan CSR. Jika dikaitkan dengan pengembangan masyarakat

maka perusahaan sudah melakukan upaya tersebut dengan pelaksanaan program dan

proyek CSR di12 desa binaan dengan melibatkan masyarakat.

Analisis yang dilakukan pada proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu

berdasarkan pandangan dan pendapat masyarakat menyatakan bahwa partisipasi

masyarakat pada tahap perencanaan dan evaluasi masih rendah sedangkan pada tahap

pelaksanaan dan menikmati hasil sudah baik. Hal ini terlihat pada tahap perencanaan

dan evaluasi masyarakat dan penerima program tidak diikutsertakan secara aktif,

mereka hanya menerima keputusan dari pihak pemerintah, tokoh masyarakat, dan tokoh

agama yang berdiskusi dengan pihak Departemen CSR PT Indocement. Pada tahap

pelaksanaan dan menikmati hasil, masyarakat terlihat aktif ikutserta dalam kegiatan

pelatihan dan pelaksanaan bengkel yang berada di Desa Bantarjati, dan merasakan

manfaat dengan didirikannya bengkel tersebut.

Page 7: Csr Indocement

vii

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh:

Nama Mahasiswa :Yuni Muryaningrum

NRP : I34060619

Program Studi : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Judul Skripsi : Analisis Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dalam Upaya Pengembangan

Masyarakat (Studi Kasus: Desa Bantarjati, Kecamatan

Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan pada untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS.

NIP. 19580214 198503 1 004

Mengetahui,

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Ketua

Dr.Ir. Soeryo Adiwibowo, MS.

NIP. 19550630 198103 1 003

Tanggal Lulus : _____________

Page 8: Csr Indocement

viii

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

”ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT

INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK DALAM UPAYA

PENGEMBANGAN MASYARAKAT (Studi Kasus : Desa Bantarjati, Kecamatan

Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)” BELUM PERNAH

DIAJUKAN DAN DITULIS PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA

LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK

TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI

MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG

BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH

PIHAK/ LEMBAGA LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG

DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Februari 2010

Yuni Muryaningrum

I34060619

Page 9: Csr Indocement

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Juni 1988. Penulis merupakan anak

pertama dari dua bersaudara berasal dari pasangan Karyanto dan Murni. Penulis

memiliki adik perempuan yang bernama Melita Wahyuningtias yang masih duduk kelas

2 di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Semenjak lahir, sekolah, dan sampai saat ini

penulis tinggal di kawasan Bekasi. Dan penulis juga menamatkan pendidikannya di TK

Al-Irsyad tahun 1994, SDN Satria Kencana Bekasi tahun 2000, SLTP 7 Bekasi 2003,

dan SMA Pusaka Nusantara Jakarta tahun 2006. Setelah itu pada Juli 2006 diterima di

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi

Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti pendidikan formal, penulis pernah mengikuti berbagai macam

pelatihan tingkat sekolah dan kursus bahasa asing. Diantaranya adalah Pendidikan dan

Pelatihan PMR tingkat SMP, serta Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) saat SMA,

mengikuti Jambore Nasional Narkoba di Cibubur tingkat SMA, Seminar Kanker

Payudara di BSI Jakarta, Pengembangan Bakat dan Kreatifitas di Jakarta, Seminar

tentang AIDS dan HIV. Pada tahun 2002-2003 mengikuti kursus Komputer, dan pada

tahun 2004-2006 mengikuti kusus Bahasa Inggris di LIA Galaksi, Bekasi, dan pada

tahun 2008 mengikuti kusus Bahasa Jepang. Selain itu penulis pun pernah mengikuti

berbagai macam kegiatan ekstrakulikuler, diantaranya adalah, OSIS SMA Pusaka

Nusantara Jakarta sebagai Ketua Divisi ROHIS, ROHIS (Rohani Islam) SMA Pusaka

Nusantara sebagai pengurus, tahun 2006-2008 sebagai pengurus Gentra Kaheman Unit

Kegiatan Mahasiswa Lingkungan Seni Sunda IPB, pada tahun 2008 sebagai pengurus

KEMSI (Keluarga Mahasiswa Bekasi) salah satu OMDA di IPB, tahun 2008 pada

Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FEMA IPB sebagai divisi Internal. Penulis juga

pada tahun 2008 pernah Magang selama satu bulan sebagai HUMAS di PT ASABRI

Persero, Jakarta.

Page 10: Csr Indocement

x

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Analisis Program Corporate Social

Responsibility (CSR) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dalam Upaya

Pengembangan Masyarakat (Studi Kasus: Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal,

Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)” ini berhasil diselesaikan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah memperoleh bantuan, dorongan,

semangat dan dukungan dari beberapa pihak baik secara langsung atau secara tidak

langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik, karena tanpa

bantuan dan dukungan dari mereka, mungkin penulisan skripsi ini tidak akan

terselesaikan.

Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. ALLAH SWT karena atas Rahmat dan Ridho-Nya juga curahan kemudahan-Nya,

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS, sebagai dosen pembimbing skripsi atas

kesabarannya membantu, serta memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan

skripsi ini.

3. Ir. Murdianto, MSi, sebagai dosen penguji utama skripsi atas saran dan kritik yang

membangun terhadap skripsi ini.

4. Ir. Nuraini W Prasodjo, MS, sebagai dosen penguji skripsi wakil koordinator mayor

atas saran dan kritik terhadap penulisan skripsi ini.

5. Keluarga tercinta, Ayah, Ibu dan “si gendut” Adik tercinta yang tiada henti

memberikan kasih sayang, doa, dukungan, perhatian dan semangat kepada penulis.

Semua yang telah diberikan tidak akan bisa terbalaskan. Terima kasih keluargaku

tercinta.

6. Sahabat-sahabatku tercinta Annisa, Icha, Ega yang selalu mengingatkan untuk tidak

lupa makan juga menjaga kesehatan dan sebagai teman bertukar pikiran dan juga

yang selalu memberikan masukan dan semangat kepada penulis untuk segera

Page 11: Csr Indocement

xi

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini yang tidak

akan pernah terlupakan.

7. Kepada teman-teman KPM 43 yang mengambil akselerasi, Nadra, Ayu, Lingga,

Mba Vani, Arif, dan Sita yang selalu menemani di perpustakan KPM (dokis) dalam

mencari bahan dan memberikan masukan juga bantuan kepada penulis.

8. Seluruh karyawan Departemen CSR PT. Indocement Tunggal Prakarsa Bu Via, Bu

Lia, Pa Ai, Pa Bambang, Pa Dedi, Pa Fajar, Pa Yatno, Pa Romi, Pa Yadi, Pa Arel,

Pa Sani, Pa H Agus, Pa Dadan, Pa Usman, dan kepada seluruh karyawan PT

Indocement yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua data, informasi dan

kemudahan yang telah diberikan dan kesediaannya untuk diganggu waktu kerjanya.

Terima kasih banyak.

9. Seluruh Staf Desa Bantarjati atas izinnya untuk melakukan penelitian di Desa

Bantarjati, serta terimakasih atas data dan informasi yang diberikan dalam penulisan

skripsi ini.

10. Seluruh mahasiswa KPM 43 atas perhatian dan kebersamaannya sampai saat ini.

Semoga selalu kompak.

11. Serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis sadar bahwa penyusunan skripsi ini belum dapat disusun secara

sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca senantiasa penulis

harapkan.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Februari 2010

Yuni Muryaningrum

Page 12: Csr Indocement

xii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT…………………………………………………………………... iiiRINGKASAN ………………………………………………………………… vLEMBAR PENGESAHAN………………………………………………….. viiLEMBAR PERNYATAAN………………………………………………….. viiiRIWAYAT HIDUP…………………………………………………………... ixUCAPAN TERIMA KASIH…………………………………………….…… xDAFTAR ISI ..................................................................................................... xiiDAFTAR TABEL ……………………………………………………….....… xivDAFTAR GAMBAR ………………………………………………..……..… xv

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………. 11.1 Latar Belakang.................................................................................... 11.2 Perumusan Masalah……………………………………………..….. 41.3 Tujuan Penulisan................................................................................ 41.4 Kegunaan Penulisan…....................................................................... 5

BAB II. PENDEKATAN KONSEPTUAL……………………………….…. 62.1 Tinjauan Pustaka…………………….. ………………………......... 6 2.1.1 Corporate Social Responsibility (CSR)……….…………….. 6

2.1.1.1 Konsep dan Definisi CSR…………………………... 6 2.1.1.2 Implementasi CSR…………………………….….... 9 2.1.1.3 Kebijakan Perusahaan dalam CSR……………….… 12 2.1.2 Pengembangan Masyarakat……………………………...…... 14 2.1.2.1 Konsep dan Definisi Pengembangan Masyarakat….... 14

2.1.2.2 Asas dan Prinsip Pengembangan Masyarakat…....…. 17 2.1.2.3 Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat....………. 18

2.1.3 Evaluasi Program…………………………………….…..….. 222.2 Kerangka Pemikiran………………………….……………..…...….. 252.3 Hipotesa Pengarah ...…………………………….………….…..….. 28 2.4 Definisi Konseptual…...…………………………………….…....... 28

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN…...……………….…................... 313.1 Lokasi dan Waktu Penelitian….…………………………................. 313.2 Pendekatan Penelitian………………….……….…………..……..... 313.3 Teknik Pemilihan Informan…………………...….…………….….. 323.4 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data………….……….…….. 333.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data…………………………….. 35

BAB IV. PROFIL PERUSAHAAN DAN LOKASI PENELITIAN………. 364.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk…………………………...… 36 4.1.1 Sejarah PT Indocement……………………………………… 36 4.1.2 Visi dan Misi PT Indocement…………………………....….. 37 4.1.3 Departemen CSR PT Indocement……………………....…… 39

Page 13: Csr Indocement

xiii

Halaman4.2 Profil Lokasi Penelitian Desa Bantarjati.…………….…….……… 42

4.2.1 Demografi Lokasi Penelitian…………………..….…….….. 42 4.2.2 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Lingkungan.……….………... 43 4.2.3 Profil Proyek Bengkel SepedaMotor Terpadu……………… 45 4.2.4 Mekanisme Proyek Bengkel Motor Terpadu………….……. 46

.BAB V. IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY………………………………………............… 495.1 Kebijakan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk………….…….… 495.2 Pandangan Perusahaan Terhadap CSR…………………….………. 505.3 Tujuan dan Sasaran Program CSR…………………………….…… 515.4 Pelaksanaan CSR PT Indocement……………………………..….... 52

BAB VI. ANALISIS PROGRAM CSR…….…..……………………………. 566.1 Sosialisasi Pelatihan……………………………….………...…….. 566.2 Partisipasi Penerima Program……………………….………..……. 57

6.2.1 Partisipasi Tahap Perencanaan……………….….……….….. 57 6.2.2 Partisipasi Tahap Pelaksanaan……………….….…….…….. 58 6.2.3 Partisipasi Tahap Menikmati Hasil……………….……….… 61 6.2.4 Partisipasi Tahap Evaluasi…………………………………... 62

6.2.5 Partisipasi Secara Keseluruhan…………………………..….. 63

BAB VII. PT INDOCEMENT DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT…………………………………………………... 65

BAB VIII. PENUTUP……..……………………………………….…………. 68 8.1 Kesimpulan…………………………………………….…………… 68 8.2 Saran…………………………………………………….…….……. 69

DAFTAR PUSTAKA………………………………………..…….…………. 71

LAMPIRAN……………………………………………………..….………… 73

Page 14: Csr Indocement

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

Tabel 1. Data Demografi Desa Bantarjati tahun 2008……………… 44

Tabel 2. Data Demografi Ekonomi Desa Bantarjati tahun 2008……. 44

Tabel 3. Data Pelayanan Motor Bengkel Sepeda Motor Terpadu

Indocement November 2009………………………………. 60

Lampiran

Tabel 1. Panduan Pengamatan Berperanserta…………………..…… 78

Tabel 2.. Daftar Peserta yang Mengikuti Pelatihan Bengkel…….…... 79

Tabel 3. Struktur Organisasi Bengkel Sepeda Motor Terpadu….…... 80

Page 15: Csr Indocement

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

Gambar 1. Matriks Karakteristik Tahap-Tahap Kedermawanan Sosial…………………………..…………………………... 8

Gambar 2. Gambar Triple Bottom Lines dalam CSR…………………. 11

Gambar 3. Matriks Tingkatan Partisipasi Masyarakat

Menurut Arstein (1969)……………………………………. 21

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis Program

PT Indocement Tunggal Prakarsa……………….....………. 27

Gambar 5. Skema Strategic Planning 2006-2010 Program CSR

PT Indocement……………………………………………. 41

Gambar 6. Skema Tahapan Pelaksanaan Program CSR

PT Indocement…………………………………………….. 42

Gambar 7. Gambar Struktur Organisasi Bengkel Sepeda

Motor Terpadu………………………………………….….. 45

Gambar 8. Skema Rencana Pengembangan Bengkel Sepeda

Motor Terpadu Di 12 Desa Binaan PT Indocement..…….... 48

Gambar 9. Gambar Tangga Partisipasi oleh Arnstein (1969)...………... 64

Gambar 10. Matriks Tingkatan Partisipasi dan Karakteristik CSR……... 67

Lampiran

Gambar 1. Matriks Alokasi Waktu Penelitian………………………... 74

Gambar 2. Matriks Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisa Data...…. 76

Gambar 3. Denah Desa Bantarjati……………………………………. 81

Gambar 4. Suasana Kegiatan Bengkel Sepeda Motor Terpadu………. 82

Page 16: Csr Indocement

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan dapat dikatakan sebagai salah satu aktor ekonomi dalam satu

wilayah, baik itu wilayah desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan negara. Sebagai

salah satu aktor ekonomi, perusahaan dituntut untuk menghasilkan profit yang

maksimal sebagai prinsip dasar ekonomi dari suatu perusahaan. Perusahaan juga sebisa

mungkin dapat memanfaatkan sumberdaya yang terbatas untuk memperoleh

keuntungan yang maksimal. Praktek kedermawanan sosial perusahaan dewasa ini

mengalami perkembangan pesat sejalan dengan berkembangnya konsep tanggung jawab

sosial perusahaan (CSR). Salah satu ide pokoknya yang terkait dengan mandat dunia

untuk tidak semata-mata mencari keuntungan, tetapi harus pula bersikap etis dan

berperan dalam penciptaan investasi sosial (Nursahid, 2006).

Menurut Wibisono (2007), sejalan dengan bergulirnya wacana tentang

kepedulian lingkungan kegiatan kedermawanan perusahaan terus berkembang dalam

kemasan Philanthropy serta Community Development (CD). Pada era 1980-an makin

banyak perusahaan menggeser konsep Philanthropy kearah Community Development.

Berkembangnya kegiatan kedermawanan perusahaan berdampak pada semakin

maraknya kegiatan-kegiatan sosial dan pengembangan masyarakat. Para perusahaan

melalui program CSR-nya mengalokasikan dana sosial untuk mendukung dan mendanai

berbagai kegiatan CSR tersebut.

Salah satu sektor industri utama dalam tatanan ekonomi global, industri

pertambangan dalam banyak kasus memiliki posisi dominan dalam pembangunan sosio-

ekonomi negara maju dan berkembang. Sektor industri ini berdampak sangat signifikan

dalam arti positif maupun negatif. Tanpa menafikan dampak positifnya, dampak negatif

dalam ranah sosial, lingkungan, politik dan budaya yang ditimbulkan sektor industri ini

sangat luar biasa. Dampak negatif tersebut cenderung membesar di negara-negara

berkembang atau di negara-negara yang menghadapi kendala ketidakefektifan sistem

pemerintahan, ketiadaan regulasi (dan perundangan) yang memadai serta tingginya

gejolak sosial-politik seperti di Republik Federasi Rusia (Republik Sakha) di mana

kasus-kasus kajian dari buku dikemukakan merujuk pada Yakovleva (2005).

Page 17: Csr Indocement

2

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR), perusahaan tidak hanya

mendapatkan keuntungan ekonomi, tetapi juga secara sosial dan lingkungan alam bagi

keberlanjutan perusahaan serta mencegah terjadinya konflik. (Budimanta, 2008).

Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam

Budimanta (2008) definisi corporate social responsibility atau tanggung jawab

perusahaan secara sosial adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam

pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan,

keluarga karyawan tersebut, berikut komuniti-komuniti setempat (lokal) dan masyarakat

secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.

Wujud dari pengaplikasian suatu program pengembangan masyarakat dapat

diwujudkan dalam berbagai macam bentuk dengan cara mengoptimalkan sumberdaya

perusahaan yang ada, juga dengan memanfaatkan tenaga ahli yang dimiliki oleh

komunitas lokal. Salah satu prinsip yang paling penting dilakukan adalah bagaimana

membuat masyarakat mandiri dan mampu menentukan keinginan mereka sendiri.

Sebagai kegiatan yang mengarah pada investasi sosial, kegiatan berdimensi sumbangan

yang ditujukan untuk investasi sosial mensyaratkan adanya evaluasi yang mengkaji

pencapaian hasil-hasilnya.Tumbuhnya modal sosial dalam masyarakat akan selaras

dengan penciptaan kepercayaan terhadap perusahaan menurut Soemanto (2007). Sejalan

dengan itu, Wibisono (2007) menjelaskan bahwa etika bisnis merupakan tuntunan

perilaku bagi dunia usaha untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang

buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.

Dalam prakteknya, Community Development sebagai bentuk CSR harus

menggunakan prinsip menuju kemandirian masyarakat sehingga pendanaan kegiatan

bukan sebagai charity yang apabila pendanaan itu selesai, maka selesai pula kegiatan

yang bersangkutan. Program pengembangan masyarakat tidak hanya ditentukan sepihak

oleh perusahaan. Dan rumusan program pengembangan masyarakat merupakan refleksi

kondisi riil dan keinginan masyarakat setempat, yang dalam pelaksanaanya memerlukan

peran serta mereka secara aktif. Perubahan paradigma ini pada gilirannya menempatkan

program pengembangan masyarakat sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosial

perusahaan, dan merupakan investasi program yang berpotensi sejajar dengan investasi

lain bagi industri atau perusahaan.

Page 18: Csr Indocement

3

Proses analisis suatu program diperlukan pengawasan yang baik yang dilakukan

oleh perusahaan terhadap sumbangan dan juga pihak masyarakat yang telah diberikan

kepada pihak masyarakat (penerima program). Tanggung jawab sosial seseorang atau

organisasi adalah etika dan kemampuan berbuat baik pada lingkungannya (lingkungan

sosial dan lingkungan hidup) berdasarkan nilai-nilai dan kebutuhan masyarakat. Berbuat

baik atau kebajikan merupakan bagian dari kehidupan sosial (Hardinsyah, 2007).1

Berdasarkan ISO 26000, yang menjadi alasan penelitian ini adalah adanya isu

lingkungan dan pengembangan masyarakat. Isu lingkungan yang melatar belakangi

dengan adanya pencegahan polusi debu dan limbah pabrik ynag dihasilkan dari proses

produksi semen dan perlindungan dan pemulihan lingkungan yang dilakukan

perusahaan terhadap derah sekitar lingkup pabrik, sedangkan isu pengembangan

masyarakat yang diangkat adalah tujuan perusahaan untuk membangun sosial ekonomi

masyarakat local.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk merupakan salah satu produsen semen

terbesar dan berkualitas di Indonesia, PT Indocement memiliki komitmen kuat untuk

meneruskan bisnis secara etis dan taat hukum, membantu usaha-usaha peningkatan

ekonomi, dan turut memperbaiki kehidupan para karyawan serta masyarakat sekitar

wilayah operasi. PT Indocement mendasarkan program-program CSR pada konsep

pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dengan tiga dasar utama

kepentingan (Triple Bottom Lines), yakni memelihara lingkungan, memberikan manfaat

bagi masyarakat lokal, dan menjaga pertumbuhan perusahaan. Dalam pelaksanaan

program-program CSR PT Indocement mengacu pada kegiatan yang terkelompok

dalam kerangka Lima Pilar (The Five Pilars) yaitu pendidikan, ekonomi, kesehatan,

(sosial, budaya, agama, dan olahraga), dan keamanan. Oleh karena itu, perumusan

masalah utama dalam penelitian ini adalah sampai sejauh mana PT Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk. telah melakukan pengembangan dan partisipasi masyarakat dalam

implementasi CSR.

1 Hardinsyah. Pandangan Tentang Tanggung jawab Sosial Dan Lingkungan Dalam Pasal 74 Undang Undang Perseroan Terbatas 2007. http://hardinsyah.com/?p=15 diakses tanggal 27 mei 2008 jam 13.39

Page 19: Csr Indocement

4

1.2 Perumusan Masalah

Aktivitas CSR yang dilakukan oleh PT Indocement merupakan program yang

dilaksanakan oleh Departemen CSR dengan tujuan memberdayakan masyarakat sekitar

pabrik dan lingkar perusahaan yang diimplementasikan dengan program CSR PT

Indocement terhadap para stakeholders-nya. Salah satunya dengan mereduksi dampak

dari kegiatan perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.

Keberhasilan program yang dicapai PT Indocement merupakan adanya

kerjasama yang baik antara perusahaan dan partisipasi aktif dari masyarakat. Oleh

karena itu, evaluasi diperlukan dalam proses pelaksanaan CSR di lapangan untuk

melihat kesesuaian konsep pembangunan yang berkelanjutan dengan implementasi

CSR.

Perumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah sampai sejauh mana PT

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. telah melakukan pengembangan masyarakat dan

tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi CSR. Dari rumusan masalah utama,

diturunkan beberapa pertanyaan yang lebih spesifik dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana kebijakan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dalam implementasi

CSR?

2. Bagaimana tujuan dan sasaran program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk berbasiskan pemberdayaan dan pengembangan masyakat?

3. Bagaimana proses pelaksanaan program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan umum dari

penelitian ini yaitu untuk mengetahui sampai sejauh mana PT Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk. telah melakukan pengembangan masyarakat dan peningkatan

perekonomian masyarakat dalam implementasi CSR dan pencapaian pembangunan

berkelanjutan. Adapun tujuan umum tersebut dapat dijawab melalui tujuan khusus

penelitian ini, yaitu:

1. Mengidentifikasi kebijakan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dalam

implementasi CSR.

Page 20: Csr Indocement

5

2. Menganalisis tujuan dan sasaran program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk. berbasiskan pemberdayaan dan pengembangan masyakat

3. Menganalisis proses pelaksanaan program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pembaca khususnya untuk:

1. Kalangan akademisi, dalam mengkaji permasalahan mengenai implementasi

tanggung jawab sosial perusahaan perusahaan dan evaluasi program.

2. Perusahaan khususnya PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. sebagai bahan

evaluasi terhadap pelaksanaan program CSR dan untuk bahan masukan bagi

pelaksanaan program selanjutnya.

3. Pemerintah, dalam menjalankan pengawasan terkait dengan pelaksanaan tanggung

jawab sosial perusahaan.

4. Kalangan non-akademisi dan masyarakat luas, dapat menjadi sumber pengetahuan

dan bisa bermanfaat dalam penerapan CSR di masyarakat sebagai wujud

pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG).

Page 21: Csr Indocement

6

BAB II

PENDEKATAN KONSEPTUAL

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Corporate Social Responsibility (CSR)

2.1.1.1 Konsep dan Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)

Dalam bukunya Sukada (2007) menyebutkan definisi CSR bagi dunia usaha

adalah sebagai sarana sekaligus wahana perwujudan sikap kooperatif serta sikap

tanggung jawab sosial dan lingkungan dari perusahaan-perusahaan yang memiliki

kesadaran bahwa kegiatan operasional mereka telah menimbulkan dampak positif dan

negatif yang besar dan luas. Gagasan dasar CSR memang bertumpu pada kekuatan

tanggung jawab moral dan praktik pengelolaan bisnis yang bersifat normatif.

Pelaksanaan CSR merupakan bagian yang menyatu dalam strategi bisnis perusahaan,

karena dalam pelaksanaan pada suatu perusahaan tidak ada satu bagianpun dari

perusahaan yang tidak terkait dengan tanggung jawab mewujudkan program CSR.

Implementasi CSR perusahaan adalah tangung jawab organisasi dalam arti menyeluruh.

Tuntutan etis dan moral implemantasi CSR tidak hanya bersifat eksternal (tekanan

masyarakat global terhadap paradigma praktik bisnis) tetapi juga bersifat tekanan

internal (memperbaiki kebijakan bisnis, kinerja, dan citra).

CSR adalah instrumen yang dapat digunakan untuk mendorong perusahaan

mewujudkan gagasan keadilan sosial serta pembangunan yang berkelanjutan. Menurut

Warhurst dalam Sukada (2007), perusahaan haruslah mengadopsi kenyataan bahwa ada

dua bentuk perizinan yang harus dipatuhi oleh perusahaan agar dapat beroperasi, yaitu

izin legal dari pemerintah dan izin sosial dari masyarakat bahwa program-program

sosial perusahaan dilaksanakan tidak lain untuk memperoleh izin sosial untuk berusaha.

Putri (2007) dalam Ambadar (2008) mendefinisikan CSR sebagai komitmen perusahaan

atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang

berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan

menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial

dan lingkungan.

Pendapat lain menyatakan CSR sesungguhnya mencakup manajemen dampak

sejalan dengan peraturan pemerintahan dan yang berada diluarnya. Ada pula yang

beranggapan bahwa CSR sebagai segala upaya manajemen yang dijalankan entitas

Page 22: Csr Indocement

7

bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasarkan pilar ekonomi,

sosial, dan lingkungan, dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimalkan

dampak positif di setiap pilar. CSR adalah cara menyeimbangi kekuatan perusahaan

yang semakin membesar dengan tanggung jawab yang setara dan telah terbukti

merupakan investasi dengan hasil yang menguntungkan. Sementara itu menurut

Budimanta (2008), corporate social responsibility atau tanggung jawab sosial

perusahaan merupakan komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan

yang lebih baik bersama dengan para pihak yang terkait, utamanya masyarakat

disekelilingnya dan lingkungan sosial dimana perusahaan tersebut berada yang

dilakukan terpadu dengan kegiatan usahanya secara berkelanjutan.

Partisipasi dunia usaha dalam pembangunan berkelanjutan adalah dengan

mengembangkan program kepedulian perusahaan kepada masyarakat sekitarnya yang

disebut tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility (CSR).

Corporate Sosial Responsibility (CSR) merupakan salah satu upaya juga untuk

menciptakan keberlangsungan usaha dalam menciptakan keberlangsungan usaha dalam

menciptakan dan memelihara keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi

sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup (triple bottom line). Konsep CSR merupakan

konsep baru dalam dunia bisnis, dengan demikian Corporate Sosial Responsibility

(CSR) adalah sebuah konsep manajemen yang menggunakan pendekatan “triple bottom

line” (profit, people, and planet) yaitu keseimbangan antara mencetak keuntungan,

harus seiring dan berjalan selaras dengan fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan

lingkungan hidup demi terwujudnya pembangunan yang sustainable (berkelanjutan)

seperti yang dipaparkan Ambadar (2008).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Sosial (2005) yang dikutip

Hardinsyah (2007)2 mendefinisikan CSR sebagai komitmen dan kemampuan dunia

usaha untuk melaksanakan kewajiban sosial terhadap lingkungan dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keseimbangan hidup ekosistem

disekelilingnya. Perusahaan tidak hanya mempunyai tanggung jawab ekonomis dan

legal kepada pesaham dan stakeholders tetapi juga mempunyai tanggung jawab secara

sosial termasuk masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

2 Hardinsyah, op. cit., hal 3.

Page 23: Csr Indocement

8

Dimensi kedermawanan menurut Saidi (2003) adalah sejauhmana derma yang

diberikan oleh perusahaan dilandasi oleh kerangka kesadaran dan komitmen dalam

mewujudkan tanggung jawab sosial. Ada perbedaan yang prinsipil diantara

kedermawanan perusahaan (corporate philanthropy) dan tanggung jawab sosial

perusahaan (CSR) (Gambar 1). Kedermawanan perusahaan sifatnya lebih eksternal dan

kurang melihat aspek internal perusahaan. Sementara dalam konteks tanggung jawab

sosial perusahaan tidak hanya melihat aspek eksternal, tapi juga melihat aspek internal

perusahaan.

Gambar 1. Matriks Karakteristik Tahap-tahap Kedermawanan Sosial Perusahaan

Tahapan Charity Philantropy Corporate

Citizenship

Motivasi Agama, tradisi,

adat

Norma etika dan

hukum universal:

redistribusi kekayaan

Pencerahan diri

dan rekonsiliasi

dengan ketertiban

sosial

Misi Mengatasi masalah

sesaat

Mencari dan mengatasi

akar masalah

Memberikan

kontribusi kepada

masyarakat

Pengelolaan Jangka pendek,

menyelesaikan

masalah sesaat

Terencana,

terorganisir,

terprogram

Terinternalisasi

dalam kebijakan

perusahaan

Pengorganisasian Kepanitiaan Yayasan/dana

abadi:profesionalisasi

Keterlibatan baik

dana maupun

sumber daya lain

Penerima manfaat Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luas

dan perusahaan

Kontribusi Hibah sosial Hibah pembangunan Hibah (sosial

maupun

pembangunan) dan

keterlibatan sosial

Inspirasi Kewajiban Kepentingan bersama

Sumber: Saidi, 2003

Page 24: Csr Indocement

9

Dalam bukunya Ambadar (2008) juga menjelaskan Community Development

merupakan ruh pelaksanaan aktivitas CSR perusahaan. Pelaksanaan kegiatan CSR

terlihat lebih sesuai jika berjalan berbarengan dengan program pemberdayaan

masyarakat. Aktivitas CSR yang bernafaskan Comdev dapat mencapai tujuan strategis

perusahaan, disamping untuk mencapai profit kontinum. Menurut Shardlow dalam

Ambadar (2008) pemberdayaan masyarakat intinya adalah bagaimana individu,

kelompok, atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan

mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Dalam

melakukan pengembangan masyarakat (berdasarkan acauan dari ICSD, 2004) sebaiknya

memegang prinsip-prinsip Comdev, antara lain: kerjasama, bertangung jawab,

kemungkinan dan kesesuaian, sumberdaya komunitas, adanya kebersamaan komunitas,

meningkatkan perasaan solidaritas.

Merujuk pada Wibisono (2007) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab

perusahaan kepada pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak

negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi sosial dan

lingkungan (triple bottom lines) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan

berkelanjutan. Karena itu CSR adalah nilai moral yang semestinya dilaksanakan atas

panggilan nurani pemilik atau pimpinan perusahaan bagi peningkatan kesejahteraan

stakeholders perusahaan.

2.1.1.2 Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)

Tahapan dan sistematika pelaksanaan CSR dimulai dengan melihat kebutuhan

masyarakat sekitar. Dengan mengidentifikasi masalah yang ada kemudian dicari solusi

yang tepat dan terbaik menurut kebutuhan masyarakat. Setelah itu membuat rencana

aksi, lengkap dengan anggaran dan jadwal juga sumberdaya manusia yang ditunjuk

untuk melakukannya. Monitoring yang dapat dilakukan melalui survei maupun

kunjungan lapang. Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu pendekatan yang

harus menjadi prinsip utama bagi seluruh unit-unit kepemerintahan maupun pihak

korporasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan sosial.

Menurut kaidah ekonomi, pemberdayaan masyarakat adalah proses kesempatan bagi

pelaku ekonomi untuk memperoleh surplus value sebagai hak manusia yang terlibat

dalam kegiatan produksinya.

Page 25: Csr Indocement

10

Soemanto (2007) menjelaskan setiap perusahaan selayaknya memahami bahwa

setiap perusahaan yang hadir ditengah komunitas tertentu, akan menjadi bagian dari

lingkungan sosial tertentu. Itulah sebabnya, perusahaan seharusnya menyadari dan tidak

hanya cukup mengetahui bahwa lingkungan sosial harus dijaga, dengan cara

mengusahakan kurangnya dampak atau imbas psikologis, ekonomi dan budaya terhadap

orang disekelilingnya. Perhatian terhadap manusia disekeliling perusahaan harus

semakin ditingkatkan jika perusahaan menyandang nama sebagai industri dengan skala

besar. Dengan ringkas bisa disimpulkan seperti dikatakan oleh Savitz (2006)

sebagaimana dikutip oleh Soemanto (2007) bahwa CSR akan sukses apabila perusahaan

mencermati persinggungan antara usaha mencari keuntungan dengan kepentingan

publik dan interaksi masyarakat.

John Elkington dalam Hardinsyah (2008) merumuskan Triple Bottom Lines

(TBL) atau tiga faktor utama operasi perusahaan dalam kaitannya dengan lingkungan

dan manusia, yaitu faktor manusia dan masyarakat (people), faktor ekonomi dan

keuntungan (profit), serta faktor lingkungan (planet). Ketika faktor ini juga terkenal

dengan sebutan triple-P (3P) yaitu people, profit dan planet. Ketiga faktor ini berkaitan

satu sama lain. Masyarakat tergantung pada ekonomi; ekonomi dan keuntungan

perusahaan tergantung pada masyarakat dan lingkungan, bahkan ekosistem global.

Ketiga komponen TBL ini bersifat dinamis tergantung kondisi dan tekanan sosial,

politik, ekonomi dan lingkungan, serta kemungkinan konflik kepentingan.

Oleh karena itu, piramida CSR yang di kembangkan Achie B. Caroll dalam

Hardinsyah (2008) harus dipahami sebagai satu kesatuan. Sebab, CSR merupakan

kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah

triple bottom lines, seperti yang tergambat pada Gambar 2 :

1. Profit. Perusahaan harus tetap berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang

memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.

2. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia.

Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian beasiswa

bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan,

penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang merancang

berbagai skema perlindungan sosial bagi masyarakat setempat.

Page 26: Csr Indocement

11

3. Plannet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman

hayati. Beberapa program CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa

penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan pemukiman,

pengembangan pariwisata (ekoturisme).

Gambar 2. Gambar Triple Bottom Lines dalam CSR

Sumber: Hardinsyah, 20083

Berdasarkan konsep Triple Bottom Lines (TBL) tersebut seharusnya konsep dan

implementasi CSR mencakup aspek ekonomi, lingkungan dan sosial dalam peningkatan

kualitas hidup pekerja beserta keluarganya serta masyarakat, termasuk konsumen.

Dalam perjalanannya, implementasi CSR sering mengalami pembiasan dari nilai-nilai

CSR yang “asli”. Pembiasan itu tampak manakala perusahaan hanya melakukan

kegiatan bantuan atau charity atau “pemadam konflik sementara“ kepada masyarakat

yang kemudian dianggap sebagai program CSR. Pada hal CSR ideal tidak sekedar

sebagai program bantuan untuk menghindari tekanan dari pihak lain, misalnya tekanan

masyarakat ataupun sebagai alat kehumasan untuk membentuk citra baik, melainkan

kegiatan pemberdayaan yang berkesinambungan ke arah yang lebih baik.

3 Hardinsyah, op. cit., hal 3.

Profit

(Keuntungan Perusahaan)

People

(Kesejahteraan

Manusia/Masyarakat)

Plannet

(Keberlanjutan Lingkungan Hidup)

Page 27: Csr Indocement

12

2.1.1.3 Kebijakan Perusahaan dalam CSR

Menurut Steiner (1997) yang dikutip oleh Mulyadi (2007) menyatakan bahwa

kebijakan dianggap sebagai pedoman untuk bertindak atau saluran untuk berfikir.

Secara lebih khusus, kebijakan adalah pedoman untuk melaksanakan suatu tindakan.

Kebijakan mencakup seluruh bidang tempat tindakan atau yang dilakukan. Kebijakan

biasanya berlangsung lama serta cenderung memiliki jangka waktu yang lama tanpa

peninjauan dan penyempuranaan.

Kebijakan menjelaskan bagaimana cara pencapaian tujuan dengan menentukan

petunjuk yang harus diikuti. Kebijakan dirancang untuk menjamin konsistensi tujuan

dan untuk menghindari keputusan yang berwawasan sempit dan berdasarkan kelayakan.

Berikut ini akan disajikan beberapa model yang menyangkut perangkat lengkap

kebijakan yang mengatur aktivitas sosial perusahaan menurut Steiner (1997)

sebagaimana dikutip Mulyadi (2007).

1) Perusahaan menetapkan kebijakan untuk mempertimbangkan tanggung jawab

sosialnya dengan seksama. Kebijakan ini tidak mengikat perusahaan dalam

program sosial tertentu, tetapi mengungkapkan bahwa perusahaan merasa

tanggung jawab sosialnya yang pertama adalah memikirkan tanggung jawab

sosialnya dengan seksama.

2) Perusahaan menetapkan kebijakan untuk benar-benar memanfaatkan keringanan

pajak melalui kontribusi. Kebijakan ini hanya memanfaatkan undang-undang

perpajakan tetapi tidak mengikat perusahaan di luar kedermawanan minimum

yang diperlihatkan saat sekarang kecuali apabila perusahaan merasa bahwa laba

yang didapat cukup tinggi untuk memberi sesuatu lebih banyak.

3) Perusahaan menetapkan kebijakan memikul biaya sosial dalam operasi

perusahaan tanpa mengorbankan posisi kompetisi atau keuangannya. Kebijakan

ini menyatakan bahwa perusahaan ingin menghindari dampak negatif operasi

terhadap masyarakat sejauh yang dapat dilakukan oleh perusahaan.

4) Perusahaan menetapkan kebijakan untuk memusatkan program sosialnya pada

tujuan terbatas. Perusahaan dapat mencapai lebih banyak kegiatan apabila

memiliki bidang-bidang tertentu agar dapat memusatkan upaya yang dilakukan,

sehingga perusahaan menetapkan batas tertentu pada program sosial.

Page 28: Csr Indocement

13

5) Perusahaan menetapkan kebijakan untuk memusatkan program sosial pada

sejumlah bidang yang secara strategis berkaitan dengan fungsi perusahaan pada

saat sekarang dan masa mendatang.

6) Perusahaan menetapkan kebijakan untuk memperlancar tindakan karyawan yang

dapat dilakukan sebagai perorangan dan bukan sebagai wakil resmi perusahaan.

Perusahaan tidak memaksa karyawan untuk terlibat dalam aktivitas yang lebih

baik bagi masyarakat, tetapi perusahaan mendorong dan menyediakan sarana

bagi para karyawan untuk memenuhi kepentingan sosial mereka.

7) Perusahaan menetapkan kebijakan untuk mengkaji ulang peluang produk dan

jasa yang memungkinkan perusahaan mendapatkan laba dan meningkatkan

kepentingan sosial; tetapi tidak semua tindakan sosial perlu dilakukan hanya

untuk memperoleh keuntungan.

8) Perusahaan menetapkan kebijakan untuk mengambil tindakan atas nama

tanggung jawab sosial tetapi tidak berarti harus mengorbankan tingkat

keuntungan yang diperluukan untuk mempertahankan kekuatan ekonomi dan

dinamika yang diinginkan manajemen puncak.

9) Perusahaan menetapkan kebijakan untuk melakukan tindakan responsif secara

sosial atas dasar keberlanjutan dan bukan bersifat ad hoc, sewaktu-waktu, atau

untuk waktu yang singkat. Kebijakan ini didasarkan atas keyakinan bahwa

persahaan akan dapat menimbulkan pengaruh yang lebih besar dengan biaya

sedikit, melalui program berkelanjutan dibandingkan dengan melakukan

tindakan yang terputus-putus.

10) Perusahaan menetapkan kebijakan untuk mengkaji kebutuhan sosial yang perlu

ditanggapi perusahaan, kontribusi yang dapat diberikan, resiko yang mungkin

timbul, dan kemungkinan manfaatnya bagi perusahaan dan masyarakat.

Kebijakan ini mengingatkan agar “melihat sebelum melompat”. Kebijakan ini

mendorong agar perusahaan mengambil tindakan yang terorganisir, nalar,

sistematis dan berlangsung dalam periode waktu tertentu.

Page 29: Csr Indocement

14

2.1.2 Pengembangan Masyarakat

2.1.2.1 Konsep dan Definisi Pengembangan Masyarakat

Dalam bukunya Ambadar (2008) mendefinisikan pengembangan masyarakat

sebagai sebuah aktualisasi dari CSR yang lebih bermakna daripada hanya sekadar

aktivitas charity ataupun tujuh dimensi CSR lainnya, antara lain: community relation.

Pemberdayaan masyarakat (comdev) intinya adalah bagaimana individu atau komunitas

berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk

masa depan sesuai keinginan mereka menurut Shardlow (1998) dalam Ambadar

(2008). Keragaman dalam menginterpretasikan beberapa pendekatan pengembangan

masyarakat semakin meluas mulai dari perbedaan orientasi sampai dengan berbagai

tujuan-tujuan.

Menurut Suharto (2005) pengembangan masyarakat adalah satu model

pekerjaan sosial yang tujuan utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat

melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada

prinsip partisipasi sosial. Sebagai sebuah metode pekerjaan sosial, pengembangan

masyarakat merujuk pada interaksi aktif antara pekerja sosial dan masyarakat terlibat

dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi suatu program

pembangunan kesejahteraan sosial atau usaha kesejahteraan sosial.

Community Development (comdev) memiliki fokus terhadap upaya membantu

anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama, dengan

mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian dilakukan kegiatan bersama untuk

memenuhi kebutuhan tersebut. Comdev seringkali diimplementasikan dalam bentuk (a)

proyek-proyek pembangunan yang memungkinkan anggota masyarakat memperoleh

dukungan dalam memenuhi kebutuhannya atau melalui (b) kampanye dan aksi sosial

yang memungkinkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak-pihak

yang bertanggung jawab (Payne, 1995) 4.

Pengembangan masyarakat adalah salah satu pendekatan yang harus menjadi

prinsip utama bagi seluruh unit-unit kepemerintahan maupun pihak korporasi dalam

menjalankan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan sosial menurut

Ambadar (2008). Sementara Shardlow (1998) dalam Ambadar (2008) menjelaskan

bahwa pengembangan masyarakat adalah bagaimana individu, kelompok atau

4 Jackie Ambadar. 2008. CSR dalam Praktik di Indonesia. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.

Page 30: Csr Indocement

15

komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk

membentuk masa depan sesuai keinginan mereka.

Upaya pemberdayaan yang cenderung tidak melihat mereka sebagai suatu

komunitas dan bersifat charity (sumbangan) seolah-olah hanya mempersubur eksistensi

mereka. Dalam kaitan dengan upaya pemberdayaan pada level komunitas, Rothman

(1995) yang dikutip oleh Adi (2003) menggambarkan bahwa proses pemberdayaan

masyarakat melalui intervensi komunitas ini dapat dilakukan melalui beberapa model

(pendekatan) intervensi, seperti pengembangan masyarakat lokal, perencanaan dan

kebijakan sosial, dan aksi sosial. Dari ketiga model intervensi di atas, maka proses

pemberdayaan terhadap masyarakat dapat dilakukan melalui pendekatan yang bersifat

konsensus seperti pengembangan masyarakat lokal, kepatuhan seperti pendekatan

perencanaan dan kebijakan sosial, atau pun melalui pendekatan konflik seperti aksi

sosial.

Dunham (1958) dikutip oleh Adi (2003) menyatakan lima prinsip dasar yang

amat penting bagi mereka yang berminat pada pengorganisasian masyarakat atau

pengembangan masyarakat, yaitu:

1) Penekanan pada pentingnya kesatuan kehidupan masyarakat

2) Perlu adanya pendekatan antar tim dalam pengembangan masyarakat

3) Kebutuhan akan adanya community worker yang serba bisa pada wilayah

pedesaan

4) Pentingnya pemahaman akan pola budaya masyarakat lokal

5) Adanya prinsip kemandirian yang menjadi prinsip utama dalam pengembangan

masyarakat

Tahapan dalam pengembangan masyarakat yang biasa dilakukan pada beberapa

Organisasi Pelayanan Masyarakat, yaitu:

1. Tahap persiapan, didalamnya terdapat tahap penyiapan petugas dan penyiapan

lapangan yang merupakan prasyarat.

2. Tahap assessment, dengan mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan =

felt needs) dan juga sumber daya yang dimiliki klien.

Page 31: Csr Indocement

16

3. Tahap perencanaan alternatif program suatu kegiatan, agen peubah (community

worker) secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang

masalah yang mereka hadapi dan bagaimana mengatasinya.

4. Tahap pemformulasian rencana aksi, agen peubah (community worker) membantu

masing-masing kelompok untuk memutuskan dan menentukan program dan

kegiatan apa yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.

5. Tahap pelaksanaan, sesuatu yang sudah direncanakan akan dapat melenceng

dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama antara agen peubah

dengan warga masyarakat.

6. Tahap evaluasi, sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap

program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat sebaiknya

dilakukan dengan melibatkan warga.

7. Tahap terminasi, merupakan tahap ‘pemutusan’ hubungan secara formal dengan

komunitas sasaran.

Indikator keberhasilan suatu program pembangunan komunitas dapat dilihat dari

bentuk-bentuk kebersamaan yang dijalin antar pihak-pihak pemerintah, perusahaan dan

komunitas lokal yang terlihat dalam partisipasi dan keberlanjutan (sustainability).

Partisipasi dapat dilihat sebagai keterlibatan para pihak di dalam mengelola program-

program community development. Secara mendasar, partisipasi bukanlah milik dari

komunitas lokal, akan tetapi semua pihak harus berpartisipasi. Ada dua motivasi utama

yang mendasari perusahaan melakukan program CSR yaitu, pertama bersifat

akomodatif kebijakan bisnis yang hanya bersifat kosmetik dan tidak lengkap, CSR

dilakukan untuk memberi citra sebagai perusahaan yang tanggap terhadap kepentingan

sosial. Kedua, bersifat legitimatif dengan tujuan untuk mempengaruhi wacana yang

bermanfaat sebagai langkah awal dalam proses “metamorfosa” menjadi program CSR

yang benar.

Sedangkan menurut Jack Rothman dalam Suharto (2005) model-model

pengembangan masyarakat mengembangkan tiga model yang berguna dalam

memahami konsepsi tentang pengembangan masyarakat yaitu, pengembangan

masyarakat lokal, perencanaan sosial, dan aksi sosial. Paradigma ini merupakan format

ideal yang dikembangkan terutama untuk tujuan analisis dan konseptualisasi. Mengacu

pada dua perspektif yang dikemukakan di atas, model pertama dan kedua sejalalan

Page 32: Csr Indocement

17

dengan perspektif professional, sedangkan model ketiga lebih dekat dengan perspektif

radikal.

Menurut Rudito dan Famiola (2007) lancar atau terhambatnya jalan sebuah

korporasi tergantung pada kepekaan perusahaan dalam memperhatikan dan mengingat

gejala sosial budaya yang ada disekitarnya, seperti munculnya kecemburuan sosial

akibat dari pola hidup dan pendapatan yang sangat jauh berbeda antara perusahaan

(karyawan perusahaan) dengan komunitas sekitar. Dalam kenyataannya, komunitas

lokal tidak hanya berdiri pada sisi lingkungan sosial perusahaan, akan tetapi juga berada

di dalam perusahaan sebagai karyawan. Untuk itu diperlukan suatu wadah program

yang berguna untuk menciptakan kemandirian komunitas lokal untuk menata sosial

ekonomi mereka sendiri, maka diciptakan suatu wadah yang berbasis pada komunitas

yang sering disebut sebagai community development yang mempunyai tujuan untuk

pemberdayaan komunitas (empowerment).

Keberlanjutan sendiri memiliki pengertian sebagai strategi program yang

dipakai untuk menunjang kemandirian komunitas yang dapat dilihat dari sisi-sisi

manusia (human), sosial (social), lingkungan (environment) dan ekonomi (economic).

Sehingga dengan adanya keberlanjutan, suatu usaha dapat dinikmati tidak hanya oleh

generasi pada masa sekarang saja, akan tetapi juga oleh generasi selanjutnya dalam

bentuk alih teknologi maupun bentuk pola hidup yang berbeda dari sebelumnya. Salah

satu perangkat dalam melaksanakan community development yang baik adalah

menempatkan audit sosial sebagai perangkat terakhir untuk menjadi awal dalam proses

selanjutnya.

2.1.2.2 Asas dan Prinsip Pengembangan Masyarakat

Menurut Ife (1995) yang dikutip Nasdian (2006), pengembangan masyarakat

dipandang sebagai perencanaan sosial perlu berlandaskan pada asas-asas, yaitu:

komunitas dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan, mensinergikan

strategi komprehensif pemerintah, pihak-pihak terkait dan partisipasi warga, membuka

akses warga atas bantuan profesional, teknis, fasilitas, serta insentif lainnya agar

meningkatkan partisipasi warga, dan mengubah perilaku profesional agar lebih peka

pada kebutuhan, perhatian dan gagasan warga komunitas.

Page 33: Csr Indocement

18

Ife (2002:200-225) seperti dikutip oleh Nasdian (2006) membagi prinsip-prinsip

Community Development dalam tiga bagian penting, yaitu ekologi, keadilan sosial,

nilai-nilai lokal, proses, serta global-lokal, secara rinci dikemukakan sebagai berikut :

a. Prinsip ekologis, ada beberapa prinsip dalam kaitannya dengan masalah ekologi,

yaitu: holistik, keberlanjutan, keanekaragaman, pembangunan organis, dan

keseimbangan.

b. Prinsip keadilan sosial, yaitu: menghilangkan ketimpangan struktural,

memusatkan perhatian pada wacana yang merugikan (Addressing discourses of

disadvantage), pemberdayaan, mendefiniskan kebutuhan, dan menjunjung tinggi

hak asasi manusia.

c. Menghargai nilai-nilai lokal, yaitu: pengetahuan lokal, budaya lokal,

sumberdaya lokal, keterampilan lokal, dan menghargai proses lokal.

d. Proses, yaitu: proses, hasil, dan visi, keterpaduan proses, peningkatan kesadaran,

partisipasi, kooperasi dan konsensus, tahapan pembangunan, perdamaian dan

anti kekerasan, inklusif, dan membangun komunitas.

e. Prinsip global dan lokal, yaitu: hubungan antara global dan lokal dan praktik Anti

Penjajah (Anti-colonialist practice),

2.1.2.3 Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat

Payne (1979) dalam Nasdian (2006) menjelaskan bahwa pemberdayaan

ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya (kuasa) untuk mengambil keputusan

dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka,

termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal

ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk

menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya.

Nasdian (2006) menjelaskan bahwa partisipasi adalah proses aktif, inisiatif

diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri,

dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka

dapat menegaskan kontrol secara efektif. Sementara itu, Paul (1987) dalam Nasdian

(2006) memberikan pengertian mengenai partisipasi yaitu “.....participation refers to an

active process whereby beneficiaries influence the direction and execution of

development projects rather than mercly receive a share of project benefits”.

Page 34: Csr Indocement

19

Pengertian tersebut melihat keterlibatan masyarakat mulai dari tahap pembuatan

keputusan, penerapan keputusan, penikmatan hasil dan evaluasi (Cohen dan Uphoff,

1980 sebagaimana dikutip oleh Nasdian, 2006). Melihat berbagai pendapat yang ada

mengenai pemberdayaan dan partisipasi, maka pemberdayaan dan partisipasi di tingkat

komunitas dapat dikatakan dua konsep yang erat kaitannya (Nasdian, 2006).

Partisipasi diartikan sebagai keterlibatan masyarakat secara aktif dalam setiap

tahapan pembangunan mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan. Masyarakat tidak

lagi menjadi obyek dari pembangunan tetapi menjadi subyek pembangunan, dimana

masyarakat berperan dalam menyampaikan aspirasi, menentukan pilihan,

memanfaatkan peluang dan menyelesaikan masalahnya. Melalui pendekatan partisipatif

ini masyarakat dapat memiliki pengaruh dan kontrol terhadap berbagai inisiatif

pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya yang akan mempengaruhi kehidupannya

maupun lingkungannya. Partisipasi sepadan dengan arti peranserta, ikutserta,

keterlibatan, atau proses belajar bersama saling memahami, menganalisis,

merencanakan dan melakukan tindakan oleh sejumlah anggota masyarakat.

Partisipasi masyarakat juga dapat dikatakan sebagai proses yang melibatkan

masyarakat umum dalam pengambilan keputusan, perumusan, pelaksanaan, dan

pengawasan kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, serta

pembinaan masyarakat. Partisipasi adalah proses aktif dan inisiatif yang muncul dari

masyarakat serta akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi oleh tiga

faktor pendukungnya yaitu: (1) adanya kemauan, (2) adanya kemampuan, dan (3)

adanya kesempatan untuk berpartisipasi. Kemauan dan kemampuan berpartisipasi lebih

berasal dari masyarakat yang dalam hal ini dimaksudkan sebagai badan dunia dan

lembaga swadaya masyarakat, sedangkan kesempatan berpartisipasi datang dari pihak

luar yang memberi kesempatan, yang dimaksud ini adalah pihak pemerintah. Apabila

ada kemauan tetapi tidak ada kemampuan dari pihak luar yang dalam hal ini masyarakat

telah diberi kesempatan oleh negara atau penyelenggara pemerintahan, maka partisipasi

tidak akan terjadi. Demikian juga, jika ada kemauan dan kemampuan tetapi tidak ada

ruang atau kesempatan yang diberikan oleh negara atau penyelenggara pemerintahan,

maka tidak mungkin juga partisipasi masyarakat itu terjadi.

Page 35: Csr Indocement

20

Menurut Arnstein yang dikutip Soemarjo5 dalam tulisannya Ladder of Citizen

Participation6, partisipasi sering dilakukan tanpa adanya pengaruh signifikan terhadap

keputusan yang diambil. Pengalaman partisipasi yang telah berlangsung di berbagai

daerah studi juga menunjukkan adanya kelemahan-kelemahan untuk dapat

memproduksi suatu efek transformatif dan empowerment seperti yang diharapkan.

Beberapa kelemahan yang mempengaruhi kualitas dan efektivitas partisipasi antara

lain:

a) Belum meratanya kemauan politik maupun pemahaman di jajaran pemerintahan

tentang pentingnya dan tentang keuntungan apa yang bisa diperoleh dari proses

partisipasi. Tidak jarang partisipasi diselenggarakan semata sebagai formalitas

proyek yang semakin lama kualitasnya semakin menurun.

b) Kebijakan dan peraturan yang ada yang mengatur tentang proses partisipasi dalam

tata kepemerintahan di daerah tidak cukup mengikat dan tidak memberikan insentif

yang cukup berarti untuk diterapkan secara serius dan berkelanjutan. Sementara itu

proses monitoring dan penegakan hukum dari aturan-aturan ini juga belum menjadi

prioritas dari pemerintah pusat maupun pemerintah propinsi.

c) Forum-forum warga atau forum multi-stakeholders yang berpotensi menjadi media

penyalur suara warga seringkali tidak mampu mengembangkan dan mempertahankan

diri menjadi lembaga yang demokratis dan kuat. Anggota atau peserta membutuhkan

penguatan-penguatan untuk menjadikan dirinya lebih kompeten dalam berpartisipasi.

Walaupun masalah yang dihadapi setiap forum dan asosiasi berbeda secara detilnya,

ada beberapa persoalan dasar yang dihadapi yaitu yang terkait dengan aspek

kepemimpinan, transparansi, kompetensi, dan akses terhadap sumberdaya.

d) Para perencana, pelaksana dan fasilitator program partisipatif sering menghadapi

kesulitan untuk menjawab pertanyaan “bagaimana caranya?” agar warga bisa

berpartisipasi secara efektif dan agar tidak terjadi dominasi kepentingan tertentu

dalam suatu forum partisipatif. Pengetahuan dan ketrampilan menyelenggarakan

forum-forum partisipatif dan penguasaan metode serta teknik partisipasi harus diakui

tidak mengalami perkembangan yang cukup berarti dalam beberapa tahun

5 Saat ini adalah Direktur B-Trust Advocacy Group, suatu lembaga independen yang bekerja memperkuat inovasi dalam tata kepemerintah daerah. Dikutip dalam tulisan berjudul Mengangkat Partisipasi Warga yang Bermakna dalam Pembangunan Jawa Barat 20 Tahun Mendatang.6 Arnstein, S, ‘A Ladder of Citizen Participation in the USA’, Journal of the Royal Town Planning Institute, 1971.

Page 36: Csr Indocement

21

belakangan ini, bahkan dapat dikatakan sedang mengalami proses involusi dan

degradasi.

Pada Gambar 3 disajikan matriks tipologi yang dikenal dengan delapan tangga

peran serta masyarakat (Eight rungs on the ladder of citizen partisipation) menurut

Arstein (1969) yang dikutip Setiawan yang menjabarkan peran serta masyarakat yang

didasarkan pada kekuatan masyarakat untuk menentukan suatu produk akhir. Kedelapan

tingkatan partisipasi masyarakat dipaparkan sebagai berikut:

Gambar 3. Matriks Tingkatan Partisipasi Masyarakat Menurut Arsntein (1969)

Tangga/tingkatan

Partisipasi

Hakekat kesertaan Tingkatan pembagian

kekuasaan

1. Manipulasi Permainan oleh pemerintah

2. Terapi Sekedar agar masyarakat tidak

marah/mengobati

Tak ada partisipasi

3. Pemberitahuan Sekedar pemberitahuan

searah/sosialisasi

4. Konsultasi Masyarakat didengar, tapi

tidak selalu dipakai sarannya

Tokenisme/sekedar

justifikasi agar masyarakat

mengiyakan

5. Penentraman Saran masyarakat diterima

tapi tidak selalu dilaksanakan

6. Kemitraan Timbal-balik dinegosiasikan

7. Pendelegasian

Kekuasaan

Masyarakat diberi kekuasaan

(sebagian atau seluruh Progra)

Tingkatan kekuasaan ada di

masyarakat

8. Kontrol masyarakat Sepenuhnya dikuasai oleh

Masyarakat

Sumber: Arsntein, 1969: 217 yang dikutip oleh Setiawan7

7 Disampaikan pada Seminar Nasional dengan tema "Hak Suara Masyarakat dalam Proses Penyusunan dan Implementasi Kebijakan Tata Ruang"diselenggarakan oleh Pusat Studi Planologi, Fakultas Teknik,Universitas Unissula, Semarang Kamis, 27 Februari 2003.

Page 37: Csr Indocement

22

Dua tingkat teratas dikategorikan sebagai “non partisipatif”, sasaran dari kedua

bentuk adalah untuk mendidik dan mengobati masyarakat yang berperanserta. Tingkat

ketiga, keeempat dan kelima dikategorikan sebagai tingkat “tokenisme” yaitu suatu

tingkat partisipasi, dimana masyarakat didengar dan diperkenankan untuk memberi

saran atau berpendapat akan tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk

mendapatkan jaminan bahwa pendapat mereka akan dipertimbangkan atau diterima oleh

pemegang keputusan (perusahaan). Peran serta masyarakat hanya dibatasi pada tingkat

ini, maka kacil kemungkinannya ada upaya perbunahan dalam masyarakat menuju

keadaan yang lebih baik.

Tiga tingkatan yang berada terbawah dikategorikan ke dalam tingkat “kekuasaan

masyarakat” (citizen power), dimana masyarakat dalam tingkat ini memiliki pengaruh

dalam proses pengambilan keputusan dengan menjalankan kerjasama, kekuasaan dan

pengawasan masyarakat. Pada tingkat kedelapan, masyarakat memiliki mayoritas suara

dalam proses pengambilan keputusan bahkan, memiliki kewenangan penuh

melaksanakan suatu program.

2.1.3 Evaluasi Program

Evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan efisiensi, efektivitas, dan

dampak dari suatu program atau proyek sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan.

Menurut Musa (2005) evaluasi program adalah suatu kegiatan untuk memperoleh

gambaran tentang keadaan suatu objek yang dilakukan secara terencana, sistematik

dengan arah dan tujuan yang jelas. Secara umum evaluasi dapat diartikan sebagai upaya

seksama untuk mengumpulkan, menyusun mengolah dan menganalisa fakta, data dan

informasi untuk menyimpulkan harga, nilai, kegunaan, kinerja, dan lain-lain mengenai

sesuatu yang kemudian dibuat kesimpulan sebagai proses bagi pengambilan keputusan.

Kegiatan evaluasi program merupakan salah satu pilar penting yang tidak dapat

diabaikan dalam penyelenggaraan program pembelajaran dan pemberdayaan

masyarakat karena berkaitan dengan penyelenggaraan program yang selanjutnya.

Klausmeier dan Goodwin sebagaimana dikutip Fauziah (2007) mendefinisikan evaluasi

sebagai suatu proses yang kontinyu di dalam memperoleh dan menginterpretasi

informasi untuk menentukan kualitas dan kuantitas kemajuan perserta didik mencapai

tujuan pendidikan yaitu perubahan perilaku.

Page 38: Csr Indocement

23

Berdasarkan data yang diperoleh dari Deptan (1989) yang dikutip oleh Sasmita

(2009) evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektifitas

dan dampak kegiatan-kegiatan proyek atau program sesuai dengan tujuan yang akan

dicapai secara sistematik dan obyektif. Sedangkan menurut Jabar dan Arikunto (2004)

sebagaimana dikutip Sasmita (2009) evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui

implementasi dari suatu kebijakan. Dengan demikian, kegiatan evaluasi program

mengacu pada tujuan dan sasaran dengan kata lain bahwa tujuan tersebut dijadikan

tolak ukur keberhasilan suatu program.

Musa (2005) mengemukakan unsur-unsur pokok yang harus ada dalam kegiatan

evaluasi adalah: objek yang dinilai, tujuan evaluasi, alat evaluasi, proses evaluasi, hasil

evaluasi, standar yang dijadikan pembanding dan proses perbandingan antara hasil

evaluasi dengan standar. Hasil evaluasi adalah sebagai bahan bagi pengambilan

keputusan. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan suatu objek yang sedang

diukur dengan ukuran tertentu, yang sifatnya kuantitatif. Sedangkan pemantauan adalah

kegiatan untuk melihat dan mengambarkan suatu keadaan kegiatan yang sedang

berlangsung sebagaimana adanya. Dan pengendalian adalah kegiatan untuk menjaga

keajegan dan kesinambungan suatu kegiatan agar berjalan sesuai dengan standar-standar

tertentu.

Sedangkan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan saat melakukan evaluasi

program adalah:

1. Objektif, bahwa data dan informasi yang diperoleh adalah benar berdasarkan fakta

yang ada,

2. Menyeluruh, bahwa data dan informasi itu mencakup aspek-aspek dari program

yang bersangkutan,

3. Partisipatif, bahwa data dan informasi yang diperoleh bukan semata-mata dari

persepsi pihak evaluator, tetapi juga sumber informasi lain seperti: penyelenggara,

tutor, peserta belajar dan jika mungkin orangtua peserta belajar serta tokoh

masyarakat.

Jika kita akan mengevaluasi program perlu disepakati bersama aspek-aspek apa

yang akan dievaluasi agar tidak terlalu luas sehingga menyulitkan dalam

mengumpulkan data dan informasinya di lapangan. Jika mengacu pada konsep

kesisteman program, aspek-aspek evaluasi program mencakup:

Page 39: Csr Indocement

24

a. Peserta belajar (raw input)

Pada aspek peserta belajar dapat kita kembangkan beberapa variabel, diantaranya

berkenaan dengan jenis kelamin, usia, tempat tinggal, status sosial ekonomi

keluarga, dan lain-lain yang disesuaikan dengan karekteristik program yang

dievaluasi.

b. Masukan sarana (instrumental input)

Beberapa contoh aspek yang dievaluasi dari masukan sarana ini seperti tenaga

kependidikan (pengelola, tutor, narasumber, dan fasilitator) diantaranya jumlah,

usia, latar belakang pendidikan, keahilan yang dimiliki, tempat tinggal, kehadiran

dan kerjasama. Masukan sarana lain adalah berkenaan dengan program

belajar/kurikulum dan media belajar.

c. Proses pembelajaran (process)

Beberapa aspek yang dievaluasi dalam proses pembelajaran ini diantaranya

berkenaan dengan jadwal belajar, bimbingan dan latihan, lamanya kegiatan,

metode belajar yang digunakan, aktifitas tutor dan peserta belajar, aktifitas

pengelola dalam memberikan dukungan kegiatan belajar, bimbingan dukungan

kegiatan belajar, bimbingan dan latihan serta iklim belajar.

d. Masukan lingkungan (environmental input)

Aspek yang dievaluasi dari masukan lingkungan ini antara lain kondisi prasarana

belajar, cuaca, iklim dan keadaan sosio-kultural masyarakat dimana program

dilakukan.

e. Keluaran (output)

Aspek yang dievaluasi diantaranya berkenaan jumlah lulusan, prestasi belajar,

kemampuan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang telah dimiliki peserta

belajar setelah mengikuti program belajar.

f. Masukan lain (other input)

Adalah aspek-aspek yang berkenaan dengan bantuan, perhatian, dorongan,

fasilitas, aturan, kebijakan atau sesuatu yang lain (material maupun non material)

yang memberikan pengaruh secara langsung atau tidak langsung pada saat proses

kegiatan pembelajaran berlangsung maupun secara peserta belajar menyelesaikan

program belajar.

Page 40: Csr Indocement

25

g. Pengaruh (impact)

Aspek yang dievaluasi dari pengaruh ini misalnya perubahan-perubahan yang

terjadi pada diri peserta belajar setelah menyelesaikan program belajar, seperti

aspirasinya, fungsionalisasi pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam

kehidupannya, diterima sebagai karyawan/bekerja atau usaha sendiri, peningkatan

pendapatan dan peningkatan peran sertanya dalam kehidupan sosial

kemasyarakatan.

Indikator digunakan apabila aspek yang akan dinilai perubahannya tidak dapat

secara langsung seperti halnya tinggi badan, berat badan atau harga suatu barang yang

secara kuantitatif mudah diukur (Subakti, 1996 dalam Suharto, 1997). Indikator sosial

pada dasarnya menunjuk pada definisi konseptual atau bagian dari definisi operasional

dari suatu konsep utama yang memberikan gambaran sistem informasi tentang suatu

sistem sosial.

2.2 Kerangka Pemikiran

Implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan

oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk berupa keterlibatan pihak perusahaan secara

langsung dalam upaya pengembangan masyarakat sekitar dengan membentuk suatu

proyek atau program yang dibutuhkan oleh masyarakat itu sendiri berkaitan dengan tiga

dasar utama kepentingan (Triple Bottom Lines), yakni memelihara lingkungan,

memberikan manfaat bagi masyarakat lokal, dan menjaga pertumbuhan perusahaan.

Dalam pelaksanaan program-program CSR PT. Indocement mengacu pada kegiatan

yang terkelompok dalam kerangka Lima Pilar (The Five Pilars) yaitu pendidikan,

ekonomi, kesehatan, (sosial, budaya, agama, dan olahraga), dan keamanan.

Suatu tahapan dalam proses pelaksanaan program CSR PT Indocement terkait

langsung pada kebijakan PT Indocement itu sendiri sebagai landasan dan pedoman

dalam pelaksanaan program atau proyek pada masyarakat di 12 desa binaan. Dalam

lingkup perusahaan sendiri terdiri dari motivasi dalam melakukan program CSR, aspek

pengelolaan dimana akan diukur sejauh mana program tersebut tepat sasaran dan sesuai

dengan tujuan (jangka waktu dan SDM) yang terlibat dalam implementasi.

Pada awalnya Departemen CSR membuat rancangan kerja tahunan yang akan

dilakukan pada satu tahun kedepan. Sebelum pihak Departemen CSR memutuskan

Page 41: Csr Indocement

26

program atau proyek CSR, harus dilakukannya BILIKOM dan melihat socio demograpy

mapping juga data demografi desa tersebut. Tidak kalah pentingnya adalah proses

sosialisasi yang dilakukan pihak perusahaan sebelum melakukan program CSR dan

pada saat pelaksanaan program yang bekerja sama dengan masyarakat. Setelah

dianalisis kebutuhan dan masalah yang ada di masyarakat maka dipertimbangkan untuk

pengadaan pelatihan atau training untuk tiap program/proyek CSR.

Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu setelah pelatihan atau training mekanik

(mesin motor) yang telah dilakukan dua kali yaitu pada tahun 2008 dan 2009.

Berdasarkan keputusan dari perusahaan, akhirnya didirikan bengkel tersebut sebagai

tempat untuk mengembangkan masyarakat dengan pendampingan, pelatihan, dan

pemberian modal kepada masyarakat. Sedangkan tujuan khusus dari bengkel ini adalah

untuk menambah kemampuan dan keterampilan masyarakat mengenai motor, mendidik

masyarakat dalam mengorganisasikan usaha atau bisnis, dan juga meyadarkan dan

meningkatkan business mentally dalam diri masyarakat.

Sedangkan pada pihak masyarakat dalam pelaksanaan program akan melihat

tingkat partisipasi pada tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi

program. Keterlibatan dan partisipasi aktif dari masyarakat sangat penting sebagai

upaya dalam pemberdayaan dan pengembangan masyarakat. Oleh sebab itu, tingkat

implementasi prinsip-prinsip pengembangan masyarakat merupakan suatu tolak ukur

dalam pelaksanaan program CSR yang berbasiskan pengembangan masyarakat.

Evaluasi proses yang dilakukan termasuk dalam evaluasi proses baik dari tahap

perencanaan, sosialisasi, dan pelaksanaan program atau proyek CSR yang dilakukan

oleh pihak perusahaan PT Indocement dan masyarakat di salah satu desa binaan yaitu

Desa Bantarjati dimana didirikannya Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu. Evaluasi

proses dilakukan untukmengumpulkan, menyusun, mengolah dan menganalisa data dan

informasi untuk menyimpulkan kinerja yang kemudian disimpulkan sebagai proses

pengambilan keputusan. Implementasi CSR yang baik adalah yang melibatkan

partisipasi beberapa stakeholders baik itu perusahaan, masyarakat dan pihak lain yang

terlibat.

Page 42: Csr Indocement

27

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis Program CSR

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Keterangan : : Meliputi : Saling Berhubungan

: Mempengaruhi

PROSES PELAKSANAAN PROGRAM CSR

Pihak Masyarakat

Pihak Perusahaan

Kebijakan PT. Indocement Tunggal Prakarsa

Tingkat Implementasi Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat

Tingkat Partisipasi

a. Perencanaan program

b. Pelaksanaan program

c. Menikmati hasil program

d. Evaluasi program

a. Kebijakan perusahaan

b. Motivasi

c. Proses Sosialisasi

d. Proses pelaksanaan

e. Training /pelatihan

Rencana kerja tahunan

Evaluasi ProsesProgram CSR

Page 43: Csr Indocement

28

2.3 Hipotesa Pengarah

Kebijakan dan pandangan perusahaan mengenai CSR telah mempengaruhi

implementasi, sasaran, dan tujuan program CSR PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

Implementasi program CSR yang dilakukan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

berbasiskan pengembangan masyarakat jika melibatkan masyarakat secara aktif dalam

program CSR dan menciptakan kemandirian masyarakat.

2.4 Definisi Konseptual

1. Kebijakan CSR perusahaan adalah kerangka dasar perusahaan (visi, misi, dan

peraturan) yang berupa dokumen tertulis yang menjadi landasan dalam

pelaksanaan program CSR.

2. Rencana kerja tahunan adalah rangkaian program atau kegiatan yang akan

dilakukan pada masa kurun waktu satu tahun, terdiri dari tujuan, rangkaian

kegiatan dan anggaran dana yang akan dilakukan.

3. Tingkat implementasi prinsip-prinsip pengembangan masyarakat adalah prinsip

yang menginformasikan suatu cara yang lebih berorientasi pada proses dan

pelaksanaan pogram agar pengembangan masyarakat dapat dilakukan secara

efektif.

4. Proses pelaksanaan program CSR adalah serangkaian proses pengelolaan

kegiatan dan program CSR dengan dimulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi program.

5. Pihak perusahaan adalah sekelompok orang yang mewakili suatu institusi atau

kelembagaan yang berada pada suatu wilayah dan memiliki satu tujuan

bersama.

6. Motivasi adalah alasan atau suatu hal yang mendasari pihak perusahaan

melakukan suatu program atau kegiatan. Motivasi dalam pelaksanaan suatu

program antara lain: Charity, dimana berdasarkan pada agama, tradisi dan adat

budaya masyarakat setempat yang bersifat jangka pendek, selain itu ada

motivasi Philantropy yang melihat dari norma etika dan hukum yang berlaku di

Indonesia (universal) dilakukan secara terencana dan terorganisir, dan

Corporate Citizenship yang bertujuan untuk merekonsiliasi dengan ketertiban

Page 44: Csr Indocement

29

sosial antara perusahaan dan pihak masyarakat dengan memberikan kontribusi

kepada masyarakat yang terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan.

7. Sosialisasi program CSR adalah publikasi atau penyampaian informasi

merupakan pendekatan yang dilakukan pihak perusahaan kepada masyarakat

sebelum dan pada saat pelaksanaan program CSR baik secara langsung maupun

tidak langsung dengan menggunakan media tertentu.

8. Proses pengelolaan adalah proses yang dilakukan perusahaan dalam mengatur

dan mengorganisir Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat (staf Div. CSR,

LSM, dan Yayasan) dalam pelaksanaan program CSR. Selain itu, tenggat waktu

(jangka waktu) merupakan pengorganisasian waktu dalam suatu program agar

mencapai target sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.

9. Training atau pelatihan merupakan tahap atau rangkaian awal untuk melakukan

program atau proyek yang berupaya untuk menambah pengetahuan,

keterampilan dan kemampuan peserta penerima program di bidang tertentu.

10. Evaluasi proses program CSR adalah evaluasi mengenai tahap pelaksanaan

program, dimulai dari sosialisasi program sampai program tersebut selesai

dilaksanakan.

11. Pihak masyarakat adalah orang atau sekelompok komunitas yang terlibat dan

ikut serta dalam seluruh tahapan pelaksanaan program CSR.

12. Tingkat partisipasi masyarakat adalah peran aktif masyarakat dalam pelaksanaan

program CSR baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan

evaluasi.

13. Tahap perencanaan program dinyatakan sebagai keikutsertakan informan dalam

mengikuti rapat penyusunan rencana atau kegiatan. Aspek yang akan dilihat

adalah kehadiran responden dalam rapat perencanaan program dan keaktifan

dalam rapat tersebut

14. Tahap pelaksanaan program adalah keikutsertaan dan keaktifan pada

pelaksanaan kegiatan/program. Partisipasi pada tahap pelaksanaan dilihat dari

banyaknya kegiatan yang diikuti responden serta kehadiran dan keaktifan dalam

tiap-tiap kegiatan tersebut.

15. Tahap menikmati hasil program adalah keikutsertaan masyarakat dalam

menikmati hasil proyek atau program CSR yang dilakukan oleh PT Indocement

Page 45: Csr Indocement

30

dan pihak masyarakat. Pada tahap menikmati hasil, peserta pelatihan, pihak

perusahaan dan masyarakat lingkungan sekitar merasakan manfaat dan

kegunaan setelah dilakukannya pelatihan. Tingkat partisipasi masyarakat dan

peserta pelatihan pada tahap menikmati hasil dilihat dari keterampilan yang

didapat oleh peserta pelatihan dan penerapan keterampilan tersebut dalam

kehidupan sehari-hari.

16. Tahap evaluasi program adalah keikutsertaan masyarakat dan peserta pelatihan

dalam mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan dalam proyek atau program.

Partisipasi warga dilihat dari keikutsertaan mereka dalam mengikuti rapat dan

pertemuan dengan pihak perusahaan dalam mengevaluasi proyek.

Page 46: Csr Indocement

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di dua tempat, yaitu di kantor PT. Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk yang berlokasi di Jl. Mayor Oking Jayaatmadja, Kecamatan Citeureup,

Kabupaten Bogor dan di Bengkel Sepeda Motor Terpadu Jl. Cikarang Kampung Sawah

Lulut, Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Sebelum

menentukan tempat penelitian, peneliti melakukan observasi dan telaah dokumen

melalui kepustakaan media cetak, internet, televisi, dan penjajagan awal untuk

mendapatkan informasi dari narasumber. Waktu penelitian dilakukan selama kurun

waktu dua bulan yaitu dimulai dari bulan November hingga akhir Desember 2009.

Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive). PT

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dipilih menjadi lokasi penelitian setelah berdiskusi

dengan dosen pembimbing dan diperkuat dengan informasi bahwa PT Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk pada Indonesian CSR Awards 2008 telah meraih “Penghargaan

Emas” dan “Penghargaan Terbaik 1” pada tanggal 23 Februari 2009 dan karena PT

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk merupakan perusahaan industri manufaktur yang

menghasilkan limbah dan polusi terhadap lingkungan sekitar, sehingga peneliti ingin

mengetahui kontribusi perusahaan dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial

perusahaan yang berbasiskan pemberdayaan masyarakat di lokasi sekitar pabrik dan

evaluasi program yang sudah dan akan dilaksanakan.

3.2 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan

kualitatif dipilih karena mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan rinci

tentang suatu peristiwa atau gejala sosial. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah studi kasus. Hal ini karena studi kasus merupakan studi aras mikro yang hanya

menyoroti satu atau beberapa kasus dan karena studi kasus merupakan strategi

penelitian yang bersifat multi metode (wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen).

Beberapa kasus pada aras mikro (komunitas lokal) akan dipilih komunitas yang telah

atau sedang melakukan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu yang dilakukan oleh PT

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

Page 47: Csr Indocement

32

Metode studi kasus yang digunakan adalah bersifat explanatory research,

dimana penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan bagaimana kesesuaian antara tujuan

dan hasil dari pelaksanaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu dengan melakukan

evaluasi proses proyek bengkel serta faktor-faktor yang akan mempengaruhinya.

Melihat keterlibatan masyarakat dalam melakukan proyek Bengkel Sepeda Motor

Terpadu sebagai upaya perusahaan untuk mengembangkan masyarakat atau di sebuah

komunitas yang berada di lingkungan perusahaan.

Adapun wawancara dilakukan untuk mengetahui proses pelaksanaan program

CSR. Wawancara tidak hanya dilakukan pada pembuat (perusahaan) atau penerima

(masyarakat) proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu saja, tetapi pada kedua belah

pihak, bahkan dilakukan pula kepada pihak-pihak yang terkait dalam proses

pelaksanaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu selain dari pihak perusahaan dan

masyarakat, seperti pemerintah setempat, akademisi, dan swasta. Pengamatan dilakukan

pada pelaksanaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu di masyarakat terhadap upaya

pengembangan masyarakat dan kesesuaian hasil dari program tersebut.

Strategi studi kasus ini diharapkan mampu menggali informasi mendalam

mengenai kontribusi perusahaan dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan

yang berbasiskan pengembangan masyarakat di lokasi sekitar pabrik dan evaluasi

program yang dilaksanakannya.

3.3 Teknik Pemilihan Informan

Subjek dalam penelitian ini adalah informan. Informan merupakan pihak yang

memberikan keterangan tentang diri sendiri, keluarga, pihak lain, dan lingkungannya.

Pemilihan informan dilakukan secara purposive, Informan kunci yang dipilih dalam

penelitan ini berjumlah sembilan orang, terdiri dari pihak perusahaan (3 orang) salah

satunya Ibu Dian Octavia sebagai CSR Head Development Officer yang akan

memberikan informasi dan data mengenai kebijakan, rancangan pelaksanaan proyek

Bengkel Sepeda Motor Terpadu yang dilakukan dan implementasi proyek tersebut,

komunitas/masyarakat penerima program (3 orang) yang memberikan informasi tentang

proses pelaksanaan proyek yang selama ini telah dilakukan. Sedangkan informan kunci

dari pemerintah dan aparat setempat (3 orang) yang memberikan informasi tentang

Page 48: Csr Indocement

33

gambaran umum dan potensi desa serta peran-peran pemerintah dalam pelaksanaan

proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu.

Selain informan kunci, peneliti juga melibatkan beberapa informan lainnya

yang terdiri dari kerabat atau tetangga dari infoman kunci tersebut dan informan yang

ikutserta dalam pelaksanaan program tersebut. Informan lainnya ini digunakan untuk

melengkapi data yang didapatkan dari informan kunci dan data yang diperoleh dari

infoman lainnya didiskusikan kembali dengan informan kunci. Pertimbangan pemilihan

pemerintah sebagai informan kunci adalah pemerintah mempunyai andil dan tanggung

jawab penuh terhadap segala sesuatu kegiatan yang diadakan di Desa Bantarjati.

Sedangkan yang menjadi dasar pertimbangan pemilihan komunitas/masyarakat

penerima program sebagai informan kunci, yakni keterlibatan mereka dalam proses

pelaksaaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu secara langsung. Sehingga peneliti

dapat memahami proses tersebut dari mulai perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil

dan evaluasi proyek bengkel yang dilakukan oleh perusahaan dan masyarakat.

Pengambilan informan yaitu peserta pelatihan angkatan II tahun 2008 dengan

pertimbangan informan sudah dapat menerapkan program yang di berikan mengenai

mesin motor dan aspek otomotif lainnya.

3.4 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Metode pengumpulan data yang diterapkan peneliti adalah metode triangulasi untuk

memperoleh kombinasi data yang akurat berupa wawancara mendalam, pengamatan

berperanserta, dan penelusuran dokumen. Hal ini dilakukan agar dapat memperoleh

kombinasi data yang akurat, sehingga dapat menjelaskan gejala sosial yang berkaitan

dengan evaluasi proses pada proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu. Pengumpulan data

yang dilakukan peneliti juga disesuaikan dengan kebutuhan data dan metode

pengumpulannya.

1) Wawancara Mendalam

Teknik wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan data primer dan

deskriptif yang dilakukan terhadap informan. Informan ditentukan melalui teknik

bola salju (snowball). Pemilihan informan pada awalnya dilakukan secara sengaja

(purposive) dengan mendatangi staf CSR Development Officer, aparat pemerintah

Page 49: Csr Indocement

34

di tingkat desa sebagai pemangku program pembangunan, dan juga tokoh

masyarakat dimana penelitian dilakukan, yang selanjutnya akan mengiringi peneliti

kepada informan lain. Untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data di

lapangan, maka penulis membuat panduan pertanyaan yang digunakan sebagai

pedoman dalam pengumpulan data.

2) Pengamatan Berperanserta dan Observasi

Pengamatan berperanserta bersifat participant as observer dimana peneliti hadir

sebagai pengamat dinamika subyek penelitian8. Hal ini dilakukan agar peneliti

dapat melihat dan mengamati kejadian dan proses sosial yang terjadi disekitar

informan, maka peneliti juga ikut mengobservasi kegiatan masyarakat dalam

melakukan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu tersebut.

3) Penelusuran Dokumen atau Literatur

Data sekunder diperoleh dari menganalisis dan melakukan kajian pustaka terhadap

berbagai literatur, yakni skripsi, tesis, disertasi, buku, jurnal, makalah, dan internet

yang terkait dengan pelaksanaan program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk baik itu dokumen pribadi maupun dokumen resmi. Selain itu, analisis data

sekunder juga diperlukan terhadap dokumen yang diperoleh di lokasi penelitian,

seperti monografi dan potensi desa, peta lokasi, data statistik.

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder dan primer. Data primer

merupakan data yang didapatkan dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan

dengan informan, disamping itu data primer juga didapatkan peneliti dari pengamatan

berperanserta yang dilakukan peneliti selama di lapangan. Sedangkan data sekunder

merupakan data yang didapatkan dari dokumen-dokumen tertulis baik yang berupa

tulisan ilmiah ataupun dokumen resmi yang diterbitkan instansi. Untuk menghindari

adanya distorsi pesan, maka peneliti setelah melakukan wawancara mendalam dengan

informan, peneliti menulis kembali hasil wawancara dalam bentuk catatan harian.

Catatan harian atau catatan lapangan adalah instrumen utama yang melekat pada

metode-metode pengumpulan data kualitatif (Sitorus, 1998).

8 Kolopaking, Lala M, dkk. Materi Pembekalan Kuliah Kerja Profesi .Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor tanggal 6,7, dan 9 Juli 2009.

Page 50: Csr Indocement

35

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis data kualitatif. Data

kualitatif baik data primer maupun sekunder yang telah didapatkan akan diolah dan

dianalisis secara kualitatif. Analisis data primer dan data sekunder diolah menggunakan

tiga tahapan kegiatan analisis data dan dilakukan secara bersamaan, yaitu reduksi,

penyajian data dan penarikan kesimpulan (Sitorus, 1998).

1) Mereduksi data, bertujuan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

mengeliminasi data-data yang tidak diperlukan dan mengorganisir data sedemikian

sehingga didapatkan kesimpulan.

2) Data yang telah direduksi akan disajikan dalam bentuk deskriptif maupun matriks

yang menggambarkan proses dari proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu yang

sedang dilakukan perusahaan dan masyarakat. Sehingga diharapkan dapat

menjawab perumusan masalah yang telah ditetapkan.

3) Kesimpulan, menarik simpulan melalui verifikasi. Verifikasi dilakukan sebelum

peneliti menarik kesimpulan akhir, dimana proses menyimpulkan tentang penelitian

ini dilakukan bersama dengan para informan yang merupakan subjek dalam

penelitian ini yang telah menyumbangkan data dan informasi terhadap penelitian

ini.

Page 51: Csr Indocement

36

BAB IV

PROFIL PERUSAHAAN DAN LOKASI PENELITIAN

4.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

4.1.1 Sejarah PT Indocement9

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah salah satu produsen semen terbesar

di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen bermutu, termasuk produk semen

khusus. Indocement didirikan pada tahun 1985 dan dioperasikan secara terpadu dengan

total kapasitas produksi terpasang sebesar 17,1 juta ton semen per tahun. Indocement

saat ini mengoperasikan 12 pabrik, sembilan di antaranya berlokasi di Citeureup, Bogor,

Jawa Barat; dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat; dan satu di Tarjun, Kotabaru,

Kalimantan Selatan.

Sejak tahun 2005, Indocement telah melakukan diversifikasi produk dengan

meluncurkan Semen Komposit Portland (Portland Composite Cement/PCC). Perseroan

juga memproduksi berbagai jenis semen lainnya, yaitu Semen Ordinary Portland Tipe I,

Tipe II dan Tipe V, serta Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement) dan Semen Putih.

Sampai saat ini, Indocement merupakan satu-satunya produsen Semen Putih di

Indonesia.

Produk-produk Indocement tersebut dipasarkan dengan merek dagang ‘Tiga

Roda’. Pada tahun 2001, HeidelbergCement Group, salah satu produsen semen

terkemuka di dunia yang berpusat di Jerman dan beroperasi di 50 negara, menjadi

pemegang saham mayoritas Indocement. Sejak itu, Indocement bertekad untuk

memulihkan kondisi keuangan yang sehat seperti sebelum terjadinya krisis keuangan di

Asia. Untuk mencapai hal tersebut, dan dengan dukungan HeidelbergCement Group,

Indocement kembali memfokuskan kegiatannya pada bisnis inti sebagai produsen

semen, beton siap-pakai dan agregat. Sejak 2006 hingga saat ini, Indocement telah

berhasil mencapai kondisi keuangan yang sehat.

Indocement menyelesaikan proyek modifikasi Pabrik ke delapan di Citeureup

pada tahun 2007, yang memberikan tambahan kapasitas produksi terpasang sebesar

600.000 ton semen per tahun. Hal ini memungkinkan Indocement meningkatkan

9 Sumber: Sekilas Indocement Departemen CSR (diakses pada tanggal 3 Desember 2009)

Page 52: Csr Indocement

37

volume penjualan secara signifikan pada 2008 untuk memenuhi permintaan pasar yang

meningkat. Sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan, Indocement

berhasil mengembangkan lebih dari 170 hektar perkebunan jarak (Jatropha curcas)

pada lahan bekas penambangan batu kapur. Indocement juga berhasil memprakarsai

proyek pengolahan sampah rumah tangga dalam skala kecil untuk masyarakat di sekitar

Pabrik Citeureup dan Cirebon. Sampah yang diproses dapat digunakan sebagai bahan

bakar biomassa yang menghasilkan energi pada proses produksi, dan juga menghasilkan

kompos.

4.1.2 Visi dan Misi PT Indocement

Visi dari PT Indocement ialah “Menjadi pemimpin pasar semen dalam negeri

yang berkualitas”. Sedangkan misi dari PT Indocement dalam mewujudkan visinya

ialah “Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan papan, semen dan bahan bangunan

yang terkait, serta jasa terkait yang bermutu dengan harga kompetitif dan tetap

memperhatikan pembangunan berkelanjutan”. PT Indocement juga mempunyai motto

untuk mendorong semangat para karyawan yaitu “Turut membangun kehidupan

bermutu (better shelter for a better life)” yang merupakan nilai-nilai dalam perusahaan

sebagai corporate identity (PT Indocement, 2008).

Berdasarkan visi yang telah diputuskan oleh perusahaan maka dapat terlihat

secara eksplisit di dalam misinya menekankan adanya pembangunan berkelanjutan

(sustainable development). Selanjutnya misi PT Indocement diterjemahkan ke dalam

empat kebijakan utama PT Indocement yang mencangkup (Dewani, 2009):

1. Kebijakan Mutu

a) Senantiasa meningkatkan sistem manajemen mutu dan melakukan

pengendalian mutu secara ketat pada seluruh tahapan proses sehingga produk

klinker dan semen yang dihasilkan serta pelayanan pendukung yang terkait

memiliki mutu yang konsisten untuk memenuhi persyaratan bahkan

melampaui kepuasan pelanggan.

b) Secara terus menerus melatih seluruh jajaran manajer dan karyawan agar

memahami serta menghayati prinsip dan metode Manajemen Mutu Terpadu

dan Sistem Manajemen Mutu Internasional.

Page 53: Csr Indocement

38

c) Memacu seluruh jajaran manajer dan supervisor untuk mengikutsertakan

segenap karyawan untuk secara terus menerus meningkatkan mutu produk

yang dihasilkan.

d) Membangun keyakinan bahwa sumber daya manusia adalah penyangga

utama bagi prakarsa mutu melalui pelatihan dan pengembangan tenaga kerja

berwawasan teknologi dan berorientasi pada mutu akan menghasilkan

teknologi dan terobosan baru.

2. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Keamanan, Lingkungan dan

Komunitas

a) Senantiasa manjalankan perusahaan untuk selalu mematuhi undang-undang,

peraturan yang berlaku dan standar yang relevan.

b) Senantiasa menjalankan perusahaan dengan melaksanakan pengendalian

resiko untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, selamat, dan sehat.

c) Senantiasa berupaya untuk menghemat sumberdaya alam, mengutamakan

keselamatan kerja serta mengendalikan dan mengurangi dampak terutama

emisi debu melalui kegiatan perbaikan secara terus-menerus.

d) Senantiasa berusaha meningkatkan program untuk menciptakan hubungan

kerjasama yang harmonis dengan lingkungan sekitar.

3. Kebijakan Gaya Manajemen

a) Senantiasa memberikan semangat pada segenap tingkatan dalam perusahaan

untuk berinisiatif dan berpartisipasi dalam rangka memenuhi tujuan dan

sasaran perusahan.

b) Senantiasa menghargai hubungan yang baik pada segenap tingkatan dengan

pihak eksternal dan internal yang dilandasi saling menghormati, kejujuran,

dan kepercayaan.

c) Senantiasa mengembangkan sistem komunikasi internal dan eksternal yang

efektif untuk mendukung keberhasilan penerapan sistem manajemen

perusahaan.

d) Senantiasa berkeyakinan seluruh jajaran manajer, selalu mematuhi prinsip-

prinsip kebijakan yang dideklarasikan ini dan memberikan keteladanan.

4. Kebijakan Karyawan

Page 54: Csr Indocement

39

a) Senantiasa mengharapkan segenap kemampuan karyawan untuk loyal,

kerjasama, tanggung jawab, siap melayani, kemauan belajar, mempunyai

integritas, dan disiplin.

b) Senantiasa meningkatkan bakat karyawan melalui pelatihan dan pendidikan

yang berkelanjutan.

c) Senantiasa mendorong karyawan untuk bertanggungjawab terhadap pekerjaan

dan tugas yang didelegasikan, serta mempunyai wawasan berpikir yang luas

dalam rangka mewujudkan mobilitas dan fleksibilitas.

d) Senantiasa mengutamakan budaya perusahaan secara terus menerus untuk

mendorong tim kerja yang prima.

Pelaksanaan dan implementasi program CSR berlandasakan pada kebijakan PT

Indocement yang mempertimbangkan konsep Sustainable Development dan prinsip

Triple Bottom Lines (ekonomi, sosial, dan lingkungan). Perumusan kebijakan PT

Indocement mengacu pada ISO 26000 dalam lingkup implementasi tanggung jawab

sosial perusahaan.

4.1.3 Departemen CSR PT Indocement

PT Indocement memiliki sebuah Departemen CSR yang dibentuk pada tahun

2005 yang berlandaskan pada Triple Bottom Lines. Kegiatan sosial perusahaan PT

Indocement sebenarnya sudah dilakukan sejak perusahaan berdiri pada tahun 1985

melalui divisi Community Development. Saat ini Departemen CSR unit Citeureup

dipimpin oleh Ibu Dian Octavia sebagai Head Officer Departemen CSR dan memiliki

15 orang staf yang terbagi menjadi Community Develeopment Section (Comdev Section)

yang dikepalai oleh Bapak Ayi Ibrohim dan Sustainable Development Project Section

(SDP Section) yang dikepalai oleh Ibu Lia Damayanti. Dalam menjalankan tugasnya,

Departemen CSR memiliki visi dan misi yang menjadi landasan tugas departemen. Visi

Departemen CSR adalah membangun kepentingan perusahaan untuk kepentingan

bersama perusahaan dan komunitas, khususnya komunitas lokal dimana perusahaan

beroperasi, sehingga tercipta hubungan yang harmonis. Sedangkan misi Departemen

CSR adalah menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap memperhatikan

kesejahteraan komunitas (wholesome community) dan dengan menerapkan konsep

ramah lingkungan (environment friendly) dengan tetap memperhatikan pengembangan

perusahaan yang berkelanjutan (sustainable development).

Page 55: Csr Indocement

40

Selain memiliki visi dan misi, Departemen CSR PT Indocement juga memiliki

motto yaitu “Turut membangun kehidupan bermutu (better shelter for a better life)”

yang selalu dijadikan pijakan bagi setiap karyawan perusahaan dari berbagai tingkatan

dalam menjalankan aktivitas perusahaan ini. Departemen CSR mempunyai tugas dan

tanggung jawab terhadap seluruh kegiatan sosial yang dilakukan PT Indocement di 12

desa binaan yang berada di sekitarlingkungan pabrik dan jalur konvayer khususnya dan

lingkup nasional umumnya. Ruang lingkup Departemen CSR meliputi kegiatan

memutuskan program/proyek yang akan dilaksanakan, membuat perencanaan,

melaksanakan prgram/proyek di 12 desa binaan, melakukan survai, monitoring

program/proyek CSR, dan melakukan dokumentasi.

PT Indocement yang beroperasi di Citeureup berada dalam tiga kecamatan, yaitu

Kecamatan Citeureup, Kecamatan Klapanunggal, dan Kecamatan Cileungsi. Dari tiap-

tiap kecamatan tersebut ditentukan desa binaan yang memiliki kedekatan lokasi dari

pabrik. Berdasarkan kedekatan tersebut maka jumlah seluruh desa binaan PT

Indocement sebanyak 12 desa binaan, yaitu: Desa Gunung Putri, Citeureup,

Puspanegara, Lulut, Bantarjati, Nambo, Hambalang, Leuwi Karet, Tarikolot, Gunung

Sahari, Pasir Mukti, dan Tajur.

Penentuan program CSR di 12 desa binaan dilakukan berdasarkan social

mapping atau pemetan sosial oleh pihak karyawan Departemen CSR untuk

mendapatkan gambaran umum dan data yang jelas mengenai situasi dan kondisi yang

ada di masyarakat binaan sehingga dapat menentukan prioritas program yang akan

dilaksanakan agar tepat guna dan tepat sasaran. Perencanaan program CSR dilandasi

oleh konsep Triple Bottom Lines dan dibuat dalam bentuk rencana strategis dengan

jangka waktu pelaksanaan program selama lima tahun (Gambar 5) yang menjadi acuan

pelaksanaan program CSR Indocement.

Departemen CSR melakukan pertemuan BILIKOM (Bina Lingkungan dan

Komunikasi) di 12 desa binaan setiap tiga bulan sekali. Pertemuan ini dilakukan untuk

mengetahui permasalahan dan kebutuhan di masyarakat yang berlandasakan pada

Renbangdes (Rencana Pembangunan Desa) merupakan hasil dari pertemuan atau

musyawarah rencana pembangunan yang dilakukan di tiap desa.

Page 56: Csr Indocement

41

Gambar 5. Skema Strategic Planning 2006-2010 Program CSR PT Indocement

Sumber : Intranet Departemen CSR (diakses pada tanggal 23 November 2009)

Pada Gambar 6 disajikan proses tahapan pelaksanaan program CSR PT

Indocement melalui BILIKOM dan Renbangdes, pihak Departemen CSR menganalisis

kebutuhan masyarakat sesuai dengan prioritas dan target dengan skala yang telah

ditentukan dengan menggunakan social mapping dan disesuaikan pula dengan rencana

strategis. Hasil dari analisis kebutuhan tesebut ditetapkan melalui kebijakan perusahaan

yang selanjutnya dilaksanakan oleh Departemen CSR. Setelah selesai dilaksanakan

program, tahap selanjutnya adalah dilakukannya kegiatan pemantauan dan evaluasi

program yang kemudian di kembalikan kembali dalam BILIKOM dan kebijakan

Departemen CSR.

Page 57: Csr Indocement

42

Gambar 6. Skema Tahapan Pelaksanaan Program CSR PT Indocement Tahun 2006-

2010

Sumber : Intranet Departemen CSR (diakses pada tanggal 23 November 2009)

4.2 Profil Lokasi Penelitian Desa Bantarjati

4.2.1 Demografi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada dua lokasi penelitian, yaitu di Departemen CSR PT

Indocement Tunggal Prakarsa Unit Citeureup dan di Desa Bantarjati, Kecamatan

Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Desa Bantarjati adalah lokasi Proyek Bengkel Sepeda

Motor Terpadu yang merupakan salah satu lokasi implementasi program CSR. Adapun

batas-batas wilayah Desa Bantarjati sebagai berikut:

Sebelah utara : Kecamatan Gunung Putri

Sebelah barat : Kecamatan Citeureup

Sebelah timur : Desa Nambo

Sebelah selatan : Desa Lulut

Page 58: Csr Indocement

43

Desa Bantarjati berada di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi

Jawa Barat. Luas wilayah + 367 Ha. Berdasarkan profil Desa Bantarjati tahun 2009 dari

jumlah penduduk yang ada terbagi menjadi 5 RW, yaitu:

RW 1 dan RW 2 disebut dengan Kampung Nambo yang berada di Dusun 1

RW 3 dan RW4 disebut dengan Kampung Bantarkopo yang berada di Dusun 2

RW 5 disebut dengan Kampung Pasir Tangkil yang berada di Dusun 3

Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu berada di Desa Bantarjati, namun

berdasarkan letak monografis bengkel ini berada dan dekat dengan Desa Lulut karena

bengkel tersebut berada di perbatasan wilayah dan lebih banyak masyarakat Desa Lulut

yang mengakses Bengkel Sepeda Motor Terpadu dikarenakan letak yang berdekatan

dengan pemukiman masyarakat Desa Lulut.

4.2.2 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Berdasarkan Data Demografi tahun 2008, penduduk Desa Bantarjati terdiri dari

2071 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk mayoritas laki-laki, yaitu 3603 orang

sedangkan perempuan sebanyak 3518 orang dari total keseluruhan penduduk pada

(Tabel 1). Selain itu, mayoritas masyarakat Desa Bantarjati beragama Islam. Namun,

dari 4530 penduduk yang produktif hanya 3563 penduduk yang memiliki pekerjaan dan

sisanya sebanyak 967 penduduk menganggur.

Jumlah penduduk yang memiliki pekerjaan tetap sebanyak 168 orang adalah

sebagai karyawan swasta dan 15 orang sebagai PNS Tabel 1. Berdasarkan Tabel 2

diperoleh keterangan bahwa mayoritas masyarakat Desa Bantarjati berpendidikan

hingga sekolah menengah pertama dan mayoritas mereka mata pencahariannya adalah

sebagai buruh dan pedagang.

Kondisi lingkungan Desa Bantarjati merupakan daerah yang dekat dengan

pabrik dan tempat penambangan batu kapur. Oleh karena letak yang berdekatan dengan

daerah tambang Desa Bantarjati cenderung panas dan gersang. Akan tetapi masyarakat

Desa Bantarjati rajin menanami pohon di pekarangan rumahnya atau halamannya dan di

sepanjang jalan umum yang dapat menambah kesejukan suasana.

Kondisi jalan di Desa Bantarjati berupa jalan sebagian beraspal dan ada juga

yang masih berbatu, jalan tersebut dapat dilalui oleh motor, mobil, angkutan umum, dan

kandaraan besar (traktor). Pihak perusahaan belum melakukan perbaikan jalan umum

Page 59: Csr Indocement

44

untuk lalu lintas kendaraan besar di sepanjang jalur ke tempat pertambangan. Pihak

perusahaan tidak melakukan perbaikan jalan karena adanya peraturan dari Pemerintah

Daerah yang melarang jalanan lalu lintas kendaraan industri untuk diaspal.

Tabel 1. Data Demografi Desa Bantarjati Tahun 2008 (satuan jiwa atau orang)

Keterangan Rw 1 Rw 2 Rw 3 Rw 4 Rw 5 Total

Jumlah kepala keluarga 406 472 378 445 370 2071

Jumlah penduduk laki-laki 685 796 663 812 647 3603

Jumlah penduduk perempuan 643 783 660 807 625 3518

Jumlah penduduk produktif 795 983 830 1015 907 4530

Jumlah penduduk bekerja 690 705 594 788 786 3563

Jumlah penduduk 1328 1579 1323 1619 1272 7121

Jumlah pengganguran 105 278 236 227 121 967

Sumber: Social mapping Desa Bantarjati oleh Departemen CSR PT Indocement (2008)

Tabel 2. Data Demografi Mata Pencaharian Desa Bantarjati tahun 2008

Keterangan Rw 1 Rw 2 Rw 3 Rw 4 Rw 5 Total

Jumlah industri kecil (unit) 2 1 0 1 0 4

Jumlah usaha pertanian (unit) 35 35 39 0 27 136

Jumlah PNS (orang) 10 1 2 2 15

Jumlah jasa buruh (orang) 398 370 410 292 1470

Jumlah perdagangan (orang) 68 72 71 59 270

Jumlah pengrajin (unit) 6 2 5 2 15

Jumlah karyawan swasta (orang) 30 48 61 29 168

Jumlah usia produktif (orang) 289 207 312 191 999

Jumlah tenaga skill (orang) 11 9 30 15 65

Jumlah tenaga unskill (orang) 278 198 282 176 934

Sumber: Social mapping Desa Bantarjati oleh Departemen CSR PT Indocement (2008)

Sampah yang terdapat di Desa Bantarjati mayoritas berasal dari sampah

domestik dan sampah rumah tangga, baik berupa sampah organik dan anorganik.

Page 60: Csr Indocement

45

Sampah yang tergolong sebagai limbah domestik pabrik, yakni bahan sisa proses

penambangan batu kapur yang tidak terpakai atau terjatuh saat pendistribusian. Sampah

tersebut dipisahkan dipisahkan lagi untuk dimanfaatkan kembali, seperti sampah

organik dikumpulkan untuk dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos sedangkan

sampah anorganik yang masih dimanfaatkan diolah kembali.

Kondisi sampah yang ada di Desa Bantarjati, saat ini Departemen CSR sedang

membangun tampat pengolahan sampah organik dan anorganik untuk dijadikan

biomassa. Dari pengolahan ini menghasilkan biomassa yang dapat digunakan sebagai

bahan bakar alternatif, sedangkan kompos digunakan sebagai pupuk organik. Semua

hasil pengolahan sampah mempunyai nilai ekonomis.

4.2.3 Profil Proyek Bengkel Motor Terpadu

Program Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Program/SDP)

dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (“Indocement”) unit Citeureup salah satunya

adalah Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu yang berlokasi di Desa Bantarjati,

Kecamatan Klapanunggal, Bogor, yang saat ini masih beroperasi.

Gambar 7. Gambar Stuktur Organisasi Bengkel Sepeda Motor Terpadu, Desa Bantarjati

Tahun 2009

Sumber: Social mapping oleh Departemen CSR PT Indocement (2008)

Page 61: Csr Indocement

46

Latar belakang pelaksanaan Proyek Sepeda Motor Terpadu adalah untuk

mengatasi masalah yang terjadi di masyarakat Desa Bantarjati yaitu besarnya jumlah

angka pengangguran yaitu sebesar 967 orang dari 3540 jumlah penduduk yang

produktif dan adanya keluhan masyarakat akan modal atau dana untuk memulai usaha

atau bisnis baru. Setelah dilakukan observasi dan survai oleh staf karyawan Departemen

CSR, pihak perusahaan memutuskan untuk mengadakan pelatihan untuk memilih

mekanik yang berkualitas yang akhirnya akan didirikan sebuah bengkel. Bengkel ini

berdiri pada tanggal 1 April 2009, dan pada tahap awal struktur organisasi bengkel

terpadu (Gambar 7) dibentuk oleh pihak Departemen CSR dan masyarakat sekitar untuk

memumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging project) dan mengatur operasional

bengkel. Tujuan umum dari Proyek Bengkel Sepada Motor Terpadu adalah

mengembangkan masyarakat dengan cara pendampingan, pelatihan, dan pemberian

modal kepada masyarkat Desa Bantarjati. Adapun tujuan khusus dari proyek ini adalah:

1) Menambah kemampuan dan keterampilan

2) Mendidik masyarakat dalam manajemen usaha/bisnis

3) Menyadarkan dan meningkatkan bisnis mentally

Penerima manfaat dari Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu adalah warga

Desa Bantarjati, Masyarakat di 12 desa binaan pada umumnya, pemerintah dan aparat

dinas terkait, dan stakeholders yang terlibat dalam proyek ini dapat melihat pada

Lampiran 1.

4.2.4 Mekanisme Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu

Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu merupakan bentuk serangkaian program

yang diselenggarakan secara bertahap dan sistematis pada tahun 2007- sampai saat ini,

antara lain:

1) melakukan survai dan observasi di desa yang berada di sekitar lingkungan

pabrik dan alur konvayer.

2) melakukan social mapping untuk melihat kondisi demografi dan monografi di

12 Desa Binaan.

3) melakukan BILIKOM di Desa Bantarjati dengan pihak aparat desa, masyarakat

dan staf Departemen CSR.

Page 62: Csr Indocement

47

4) memutuskan program CSR (Proyek Bengkel Terpadu) dilaksanaan di RW 05

Desa Bantarjati.

5) melakukan sosialisasi pelaksanaan pelatian/training di 12 Desa Binaan PT

Indocement tentang keterampilan, kemampuan mengoperasikan dan

memperbaiki mesin motor melalui BILIKOM dan langsung dilakukan kepada

masyarakat.

6) membuka pendaftaran dan pengembalian formulir peserta pelatihan mekanik

sepeda motor.

7) pelaksanaan pelatihan dengan fasilitator (montir ahli) untuk diberikan

pendampingan dan pelatihan.

8) peserta yang masuk kemudian diseleksi dan yang terpilih kemudian diberikan

kesempatan untuk bekerja di Bengkel Sepeda Motor Terpadu.

9) pada bulan April 2009 Bengkel Sepeda Motor Terpadu resmi di buka.

10) setelah berjalannya bengkel pihak Departemen CSR melakukan monitoring

hingga saat ini untuk melihat kemajuan dan peningkatan pendapatan Bengkel

Terpadu.

Pada bulan Desember 2009 Indocement merencanakan untuk membuka bengkel

baru di salah satu area parkir pabrik Indocement. Untuk mekanisme pembayaran service

motor yang berasal dari Indocement dilakukan oleh pihak koperasi Indocement tiap

bulannya.

Pada Gambar 8 menerangkan bahwa tujuan umum dari pendirian Bengkel

Terpadu ini adalah membentuk bengkel plasma baru yang berada di 12 desa binaan.

Departemen CSR melakukan pendampingan dan pelatihan di bengkel saat proses

pelaksanaan untuk memberikan pemahaman dan memberikan wadah dan kesempatan

kepada para pemuda disekitar untuk berlatih dan belajar mengenai mesin motor dan

lainnya. Proyek Bengkel Terpadu ini juga sebagai satu unit usaha terpadu dan sekaligus

sebagai pusat pelatihan yang diperuntukkan bagi masyarakat, khususnya pemuda di

sekitar lingkungan Pabrik Citeureup dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat

yang diharapkan mampu menciptakan unit usaha baru di lingkungan tersebut. Saat ini

jumlah tenaga kerja yang terlibat sebanyak 9 (Sembilan) terdapat pada (Tabel 3 pada

lampiran) yang terdiri dari kepala bengkel, administrasi, mekanik, dan satpam yang

berasal dari desa Lulut, Bantarjati dan Puspanegara.

Page 63: Csr Indocement

48

Gambar 8. Skema Rencana Pengembangan Bengkel Terpadu di 12 Desa binaan

PT Indocement

Sumber: Social mapping oleh Departemen CSR PT Indocement (2008)

Departemen CSR mengirimkan wakilnya tiap bulan untuk melakukan evaluasi

dengan meminta laporan keuangan kepada pengurus bengkel. Hal ini dilakukan sebagai

bentuk pemantauan kinerja pelaksanaan bengkel disesuaikan dengan tujuan dan target

yang ingin dicapai oleh pihak perusahaan.

Page 64: Csr Indocement

49

BAB V

IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

5.1 Kebijakan PT Indocement Mengenai CSR

Kebijakan PT Indocement mengenai implementasi CSR telah dirumuskan sejak

berdirinya kantor dan pabrik Indocement. Kebijakan dalam implementasi CSR pada

awalnya hanya melakukan sumbangan dan bantuan kepada masyarakat sekitar tanpa

memiliki landasan dan konsep partisipasi dan pengembangan masyarakat. Saat ini,

perusahaan telah memiliki kebijakan dan konsep yang menjadi acuan dalam aspek

lingkungan, ekonomi, dan sosial (konsep triple bottom lines) seperti kutipan dibawah ini

yang terdapat pada Annual Report PT Indocement dan data Departemen CSR yaitu:

“Indocement melaksanakan gagasan-gagasan tanggung jawab sosial perusahaan untuk memberikan mata pencaharian, perhatian dan perlindungan yang layak bagi masyarakat dan lingkungannya untuk memastikan keberlangsungan pertumbuhan serta kesejahteraan bagi generasi berikutnya’(Departemen CSR PT Indocement, 2009).

Program tanggung jawab sosial perusahaan didasarkan pada konsep

pembangunan berkelanjutan yang bertumpu pada tiga pencapaian yang bermanfaat

secara ekonomi, sosial dan lingkungan (triple bottom lines). Perusahaan juga

mendasarkan program ini pada Kerangka Lima Pilar Pembangunan Berkelanjutan.

Selain itu, tujuan dari pembangunan milenium PBB pada tahun 2000 juga menjadi

inspirasi program tanggung jawab sosial perusahaan. Sebagaimana tersebut di bawah ini

Lima Pilar tersebut meliputi bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial-budaya-

agama-olahraga dan keamanan.

Terobosan dalam program tanggung jawab sosial perusahaan yang berhasil

dicapai Indocement pada tahun 2007 adalah pada saat menyelaraskan kepentingan

konservasi lingkungan dengan sumber bahan bakar alternatif dan pembangunan

komunitas, dimana momentumnya lebih terasa di tahun 2008. Aktivitas tanggung jawab

sosial perusahaan terpusat pada empat proyek berbeda yang memberikan peluang kerja

pada wilayah dengan kesempatan kerja yang langka, menawarkan pendapatan bagi

orang yang tidak memiliki penghasilan, mengubah pola pikir masyarakat tentang

kebersihan dan sanitasi di dalam dan sekitar desa mereka, dan yang lebih penting lagi,

membuka peluang untuk menggalang keterlibatan dan pengembangan masyarakat pada

Page 65: Csr Indocement

50

kegiatan yang memiliki nilai ekonomis dan memberi manfaat sosial yang berkelanjutan

dalam jangka panjang.

PT Indocement telah melakukan komitmen dalam menjalankan tanggung jawab

sosial perusahaan dengan kebijakan CSR PT Indocement yang menggunakan prinsip

triple bottom lines (profit, planet, and people), yaitu dengan memperhatikan

keberlanjutan pembangunan program dalam aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Sesuai hasil wawancara, dapat merujuk pada Lampiran 1.

5.2 Pandangan Perusahaan terhadap CSR

Indocement melaksanakan gagasan-gagasan tanggung jawab sosial perusahaan

untuk memberikan mata pencaharian, perhatian dan perlindungan yang layak bagi

masyarakat dan lingkungannya untuk memastikan keberlangsungan pertumbuhan serta

kesejahteraan bagi generasi berikutnya. Filosofi yang dianut oleh Indocement adalah

sebagai badan usaha yang berwawasan lingkungan, Indocement memiliki tanggung

jawab sosial dalam membantu meningkatkan kualitas kesejahteraan komunitas sehingga

komunitas dapat turut merasakan manfaat kehadiran perusahaan. Menurut Ibu Dian

Octavia selaku Head Office Departemen CSR mengatakan bahwa:

“Pada pelaksanaan CSR PT Indocement memandang bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah melakukan kerjasama dengan berbagai stakeholders dengan tidak mendahulukan kepentingannya sendiri melainkan adanya kesadaran dan kewajiban bersama (beyond compliance). Selain itu, adanya upaya perusahaan dalam manajemen dampak operasi perusahaan yaitu dengan meninimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif operasi perusahaan.”10

PT Indocement membentuk suatu organisasi atau divisi tersendiri yang

menangani keseluruhan pelaksanaan program CSR PT Indocement yaitu sebuah

Corporate Social Responsibility Departement. Departemen CSR memiliki misi yaitu

menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap memperhatikan kesejahteraan

komunitas (wholesome community) dan dengan menerapkan konsep ramah lingkungan

(environment friendly) dengan tetap memperhatikan pengembangan perusahaan yang

berkelanjutan (sustainable development). Departemen CSR juga memiliki visi, yaitu

membangun kepentingan perusahaan untuk kepentingan bersama perusahaan dan

komunitas, khususnya komunitas lokal dimana perusahaan beroperasi, sehingga tercipta

hubungan yang harmonis.

10 Hasil wawancara dengan Ibu Dian Octavia, Kepala Departemen CSR pada tanggal 22 Desember 2009

Page 66: Csr Indocement

51

5.3 Tujuan dan Sasaran Program CSR

Panduan dan landasan Departemen CSR melakukan CSR mengacu pada Konsep

Sustainable Development dan Konsep Triple Bottom Lines (sosial, lingkungan, dan

ekonomi) seiring dengan berjalannya zaman maka PT Indocement beradaptasi dengan

menggunakan standar ISO 26000 dalam setiap program atau proyek yang dilakukan.

Maka, saat ini PT Indocement sedang melakukan program-program yang mengacu

untuk pengembangan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan. Selain itu,

perusahaan juga melakukan kerja sama dengan berbagai stakeholders, seperti aparat

pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama, pihak bank dan pihak perguruan tinggi

atau universitas.

Sesuai dengan kebijakan dan konsep sebagai landasan dalam pelaksanaan CSR,

maka dirumuskan tujuan CSR PT Indocement, yaitu:

1) Mewujudkan kemandirian masyarakat,

2) Meningkatkan ekonomi lokal, dan

3) Mewariskan program-program yang berbasiskan Triple Bottom Lines kepada

generasi penerus untuk berkelanjutan hidup masyarakat sekitar.

Berdasarkan tujuan tersebut dapat dikerucutkan dengan sasaran pelaksanaan CSR

yaitu pemberdayaan masyarakat di 12 desa binaan Indocement dengan melibatkan

external stakeholders dan membangun daerah dengan melakukan kontribusi

pembangunan berkelanjutan untuk manusia dan wilayah baik dari segi hardware berupa

fisik dan bangunan atau software berupa bantuan kemasyarakatan dan pelatihan. Saat

ini, PT Indocemet sedang melakukan perubahan dari hardware ke software. Melihat

sejak berdirinya PT Indocement di Citeureup ini sudah banyak melakukan

pembangunan fisik baik itu, jalan, masjid, bangunan sekolah, jembatan, dan berbagai

perbaikan lainnya, sekarang Departemen CSR memfokuskan untuk melakukan program

pemberdayaan masyarakat dengan mengadakan berbagai pelatihan dan keterampilan

kepada masyarakat sekitar agar mereka tidak bergantung kepada perusahaan saja.

Prinsip sustainable development yang dilakukan PT Indocement dengan tidak

mengambil hak masyarakat dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, perusahaan

berkewajiban untuk membuat program atau proyek yang berkelanjutan untuk

masyarakat sebagai ganti untuk generasi yang akan datang dengan mewariskan usaha

atau kesempatan kerja di bidang lain.

Page 67: Csr Indocement

52

5.4 Pelaksanaan CSR PT Indocement

Pada pelaksanaan CSR PT Indocement yang berlandaskan pada konsep triple

bottom line (ekonomi, sosial, dan lingkungan) dan kerangka lima pilar pembangunan

berkelanjutan maka Departement CSR melakukan pembagian section atau bagian dalam

departemen menjadi Community Development Section (Comdev section) dan Social

Development Project Section (SDP section). Keduanya bekerja secara team work untuk

mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan awalnya.

Berdasarkan rencana strategis CSR PT Indocement, program yang menjadi

prioritas adalah konsep program Lima Pilar Pengembangan Masyarakat yang

dikoordinir oleh Comdev section dan Proyek Pembangunan Berkelanjutan atau

Sustainable Development Project yang dikoordinir oleh SDP section. Program Lima

Pilar yang di lakukan secara tersusun dan berkelanjutan di 12 Desa Binaan PT

Indocement diantaranya (PT Indocement CSR, 2009):

1. Pilar Pendidikan

Program pendidikan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan indeks

pembangunan manusia di desa-desa binaan sekitar wilayah operasi perusahaan.

Program-program tersebut meliputi pembangunan dan renovasi gedung-gedung

sekolah (PAUD, SD, SMP,dan SMA), beasiswa, latihan-latihan keterampilan

melalui Sekolah Magang Indocement (SMI), perpustakaan, dan fasilitas serta

perlengkapan lainnya berupa buku-buku, bangku, dan meja.

2. Pilar Ekonomi

Salah satu program yang dilakukan PT Indocement di bidang ekonomi adalah

dengan membangun usaha kecil dan menengah, yang disesuaikan dengan potensi

yang ada di 12 desa binaan. Usaha-usaha pemberdayaan yang dilakukan mencakup

serangkaian pelatihan, bimbingan dan arahan tentang bagaimana mengembangkan

bisnis mereka itu serta bantuan modal usaha, program ini juga bekerjasama dengan

PKBL Bank Mandiri. Perusahaan membangun berbagai infrastruktur, seperti jalan,

jembatan, rumah ibadah di 12 desa binaan sekitar pabrik Citeureup. Berkat

pemberdayaan itu, banyak diantara mereka telah menjadi panutan dibidangnya

masing-masing, seperti peternakan ayam, konveksi, pembuatan kue, dan bengkel

sepeda motor.

Page 68: Csr Indocement

53

3. Pilar Kesehatan

Program ini bertujuan memberikan prasarana untuk meningkatkan kesehatan

masyarakat desa setempat, dan secara umum juga merupakan partisipasi PT

Indocement dalam program pemerintah membangun masyarakat sekitar yang sehat

serta membantu prasarana pendukung Posyandu di Gunung Sari, Pasirmukti,

Nambo, Bantarjati, Citeureup dan desa yang lain yang termasuk 12 desa binaan

CSR unit Citeureup. PT Indocement juga membangun sarana fisik kesehatan yaitu

Posyandu di Desa Gunung Putri, Pasirmukti. PT Indocement juga mendirikan

sarana fasilitas air bersih di desa Citeureup dan Pasirmukti. Selain itu PT

Indocement juga mengadakan Posling (Puskesmas Keliling) di setiap desa

binaannya dengan menggunakan sistem rolling bergantian di setiap desanya.

Program ini memberikan bantuan PMT, pengurangan jumlah balita gizi buruk,

penyuluhan kesehatan dan pengobatan gratis bagi masyarakat yang berada di 12

desa binaan CSR unit Citeureup.

4. Pilar Sosbudag (Sosial, Budaya, dan agama) dan Olahraga

Pada bidang ini PT Indocement membangun berbagai infrastruktur, seperti jalan,

jembatan, rumah ibadah di desa-desa binaan sekitar daerah operasial perusahaan.

PT Indocement juga memberikan pembinaan kepada generasi muda melalui

pemberian sarana untuk kegiatan olah raga, memelihara budaya lokal, seperti tarian

Degung, Reog dan kesenian lokal lainnya. CSR PT Indocement juga mengadakan

program pembinaan sepak bola dengan peserta dari 12 desa binaan. Pada bulan

Ramadhan PT Indocement juga mengadakan buka puasa bersama yang diadakan di

Masjid As-Salam yang berada di lingkungan pabrik dengan mengundang

perwakilan tokoh masyarakat dari 12 desa binaannya. Selain itu, pada Hari Raya

Idul Fitri perusahaan juga melakukan pembagian zakat kepada masyarakat sekitar

dan membantu para korban gempa di Garut, Jawa Barat berupa paket bantuan yang

merupakan sumbangan pribadi dari Direksi Indocement, Ikatan Manajemen

Indocement (IMI) dan Serikat Pekerja (SP) Indocement serta Asosiasi Pengusaha

Indonesia (Apindo) Kabupaten Bogor.

5. Pilar Keamanan

Salah satu kegiatan yang dilakukan melalui bidang keamanan ini dengan

menggalang kerja sama dengan masyarakat guna memelihara suasana aman melalui

Page 69: Csr Indocement

54

pembinaan Pam Swakarsa. Hal itu dilaksanakan dengan memberikan pelatihan-

pelatihan keamanan kepada masyarakat atau petugas Linmas di desa-desa binaan

serta menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung dan peralatan, seperti pos

keamanan lingkungan dan seragam petugas keamanan lokal.

Selain itu PT Indocement juga melakukan Proyek Pembangunan Berkelanjutan

atau Sustainable Development Project yang mengacu pada Konsep Triple Bottom Lines

(profit, people,and planet), merupakan program yang memfokuskan pada kebutuhan

masyarakat, misalnya:

1. Perkebunan Jarak

Pada tahun 2007 PT Indocement sadar akan proyek konservasi lahan yang

mengubah lahan bekas penambangan batu kapur yang berlokasi di Citeureup,

Cirebon, dan Tarjun, menjadi perkebunan seluas 30 hektar yang ditanami dengan

lebih dari 75.000 pohon jarak yang kaya akan kandungan minyak. Selama tahun

2008, PT Indocement menanam lebih dari 90.000 bibit di tiga lokasi pabriknya,

memperluas total lahan perkebunan pohon jarak yang ditanami sehingga menjadi

lebih dari 170 hektar pada akhir tahun 2008. Proyek perkebunan pohon jarak PT

Indocement sampai saaat ini menunjukkan potensi yang baik dan akan lebih

berkembang jika perusahaan bekerja sama dengan universitas terkemuka, serta

melibatkan masyarakat dalam pemberdayaan lahan marjinal agar bermanfaat secara

ekonomis dan ramah lingkungan bagi masyarakat sekitar untuk kurun waktu jangka

panjang dan berkelanjutan (sustainable).

2. Pengolahan sampah rumah tangga

Setelah perkembangan proyek perkebunan pohon jarak membuahkan hasil yang

menggembirakan, PT Indocement kembali meraih keberhasilan melalui proyek

pengelolaan sampah rumah tangga, yang diselenggarakan bersama kepala desa dan

masyarakat sekitar pabrik. Program ini dirintis pada 2007, dan seperti halnya

inisiatif proyek perkebunan pohon jarak, menjadi semakin berkembang di tahun

2008, pada saat pihak yang terlibat dalam proyek ini mulai merasakan manfaat

pengolahan sampah tersebut. Mereka tidak hanya memperoleh lingkungan yang

bersih dan sehat, namun juga turut memetik manfaat ekonomis dengan

mengumpulkan dan mengolah sampah rumah tangga mereka secara benar. Hasil

pengolahan sampah saat ini hingga 1,7 ton sampah yang dikonversi sebagai

Page 70: Csr Indocement

55

biomassa dan kompos. Biomassa digunakan sebagai bahan bakar alternatif,

sedangkan kompos digunakan sebagai pupuk organik.

3. Menghasilkan energi dari kotoran sapi

Salah satu proyek tanggung jawab sosial perusahaan lainnya yang juga sedang

dikembangkan PT Indocement di tahun 2008, yaitu proyek biogas yang dihasilkan

dari kotoran sapi, yang mengandung gas metana yang dapat digunakan untuk

keperluan memasak. Proyek ini dimungkinkan oleh suatu temuan alat inovatif yang

sederhana dan ekonomis, yang mampu menyerap metana dan memprosesnya

menjadi gas untuk memasak.

4. Proyek Peternakan Terpadu

Proyek ini adalah peternakan domba. Teknis pelaksanaannya dibantu oleh Institut

Pertanian Bogor (IPB) dengan pola inkubator di mana para peternak dari

masyarakat dibina dan dilatih menjadi peternak yang tangguh. Setelah mereka

menguasai dengan baik, peternak dapat mengembangkan peternakan ditempatnya

sendiri dengan membawa ternak sesuai pengembangannya.

Berdasarkan penjelasan mengenai kebijakan, pandangan, dan pelaksanaan

CSR PT Indocement maka dapat terlihat keterkaitan antara kebijakan dan pendangan

perusahaan dalam pelaksanaan CSR yang berlandaskan konsep triple bottom lines dan

kerangka Lima Pilar Pembangunan PT Indocement. Kegiatan CSR yang dilakukan

perusahaan memiliki tujuan umum untuk membangun kemandirian masyarakat dan

peningkatan perekonomian dengan mengembangkan masyarakat di 12 Desa Binaan.

Page 71: Csr Indocement

56

BAB VI

ANALISIS PROGRAM CSR

Program CSR PT Indocement dalam pelaksanaannya menggunakan pendekatan

tingkat partisipasi dan pengembangan masyarakat. Salah satu program CSR dalam

penelitian ini dilakukan dengan mengevaluasi proses Proyek Bengkel Sepeda Motor

Terpadu. Evaluasi proses Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu dilakukan untuk

melihat partisipasi masyarakat Desa Bantarjati dan sekitar pada tahap perencanaan,

pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi. Program CSR ini dilakukan sebagai upaya

PT Indocement untuk menanggulangi masalah yang terjadi di Desa Bantarjati dan

sekitar yaitu jumlah pengangguran yang tinggi dan kurangnya modal dalam memulai

usaha bagi masyarakat sekitar.

Pelaksanaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu dimulai dari penetapan

wilayah, tujuan dan sasaran program sampai dengan sosialisasi program dan partisipasi

masyarakat, pelaksanaan proyek sesuai dengan apa yang direncanakan. Tingkat

partisipasi peserta dilihat dari keikutsertaannya dalam tahap perencanaan, pelaksanaan,

menikmati hasil dan evaluasi program. Proses partisipasi dari tahap awal PT

Indocement melakukan pelatihan atau training sampai pada didirikannya Bengkel

Sepeda Motor Terpadu.

Model evaluasi proses proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu secara filosofis

dikontruksikan berorientasi pada bagaimana PT Indocement bersama pemerintah lokal

dan stakeholders lainnya memberdayakan masyarakat (komunitas) di sekitar lingkungan

perusahaan. Komponen yang akan dilihat dalam salah satu proyek pengembangan

masyarakat ini dikelompokan berdasarkan komponen lunak (soft) dan keras (hard).

Merujuk pada BPMigas (2008) penilaian komponen yang lunak adalah penilaian

terhadap dokumen social / community mapping dan dokumen kebijakan dan

perencanaan pengembangan masyarakat perusahaan serta laporan evaluasi. Sedangkan

penilaian pada komponen keras adalah penilaian terhadap realitas di lapangan

(partisipasi masyarakat).

6.1 Sosialisasi Pelatihan

Tahap sosialisasi adalah tahap awal yang dilakukan oleh PT Indocement, pihak

aparat Pemerintah Desa Bantarjati dan tokoh masyarakat sekitar berupa tahap

penyampaian informasi dan publikasi. Bentuk sosialisasi proyek Bengkel Terpadu pada

Page 72: Csr Indocement

57

awalnya adalah dengan melakukan pemberitahuan kepada masyarakat di 12 desa binaan

akan diadakannya pelatihan otomotif (mekanik sepeda motor). Sosialisasi yang di

berikan oleh staf atau karyawan Departemen CSR PT Indocement merupakan proses

penyampaian informasi kepada tokoh masyarakat, aparat pemerintahan, dan kader-keder

di 12 desa mengenai program pelatihan.

Proses sosialisasi lain yang dilakukan oleh PT Indocement juga dilakukan

dengan pemberitahuan menggunakan surat undangan kepada pemuda atau remaja di

sekitar atau lingkungan pabrik mengenai kesediaan untuk mengikuti pelatihan yang

sebelumnya sudah di beritahukan pada saat BILIKOM (Bina Lingkungan Komunikasi)

yang dilakukan setiap tiga bulan sekali. Surat undangan diberikan kepada pemuda

disetiap desa setelah itu diseleksi di tiap desa dan setelah diseleksi hanya ada satu

perwakilan dari tiap desanya yang akan mengikuti pelatihan di SMI (Sekolah Magang

Indocement) seperti yang dituturkan oleh Hermansyah salah satu montir di Bengkel

Sepeda Motor Terpadu angkatan ke-II tahun 2008.

“iya neng, saya waktu itu dapet undangan dari indocement untuk pelatihan jadi montir, sebenernya banyak teman saya yang mau ikut tapi katanya perwakilan dari desa cuma dua orang aja. Semua itu diputuskan oleh pihak perusahaan.”

Selain itu, bentuk sosialisasi lain yang sudah dilakukan oleh pihak Departemen

CSR ialah dengan mengunjugi secara langsung ke masyarakat untuk memberikan

informasi yang rutin diadakan oleh koordinator dari tiap desa. Masyarakat di setiap desa

juga melakukan sosialisasi dengan memberitahukan kepada tetangganya mengenai

informasi pelatihan mekanik/otomotif.

6.2 Partisipasi Penerima Program

6.2.1 Partisipasi Tahap Perencanaan

Partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan adalah keikutsertaan masyarakat

dalam merencanakan dan membuat keputusan terhadap program yang akan dijalankan.

Pada tahap perencanaan yang dilihat adalah keterlibatan masyarakat, serta melihat

keaktifan dalam rapat BILIKOM dengan aparat desa dan perwakilan dari Departemen

CSR PT Indocement. Keterlibatan partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan ini

tidak hanya kehadiran saja akan tetapi kegiatan memberi usul atau pendapat dalam

rapat.

Page 73: Csr Indocement

58

Pada tahap perencanaan ini pihak dari Departemen CSR sebelumnya sudah

melakukan social mapping yang dilakukan pada tiap-tiap desa binaannya. Hal ini

dilakukan dalam lingkup kebupaten atau kawasan yang relatif luas melintasi wilayah

operasional perusahaan. Selain itu juga, PT Indocement melakukan community mapping

dengan cara penjajagan kepada masyarakat yang berada dalam binaan atau wilayah

operasional perusahaan. Menurut Sunim salah satu informan yang saya wawancarai

yang bekerja sebagai montir di bengkel mengatakan bahwa:

“duh neng, saya mah enggak tau masalah rencana tau sebelum bengkel ini ada, saya cuma tinggal terima dan ikut saja. Saya cuma tau bengkel ini dari tetangga, banyak juga masyarakat sini yang enggak ikut rapat dan pertemuan dengan pihak indocement, yang datang mah cuma dari kantor desa aja”.

Hal ini diperkuat dengan pernyataan selah satu dari pengurus bengkel yang tidak

mengetahui perencanaan dan alasan berdirinya bengkel yaitu Maya selaku pengurus

Bengkel Sepeda Motor Terpadu pada bidang administrasi.

“neng, waktu saya tau ada bengkel ini juga dari para tetangga katanya indocement sedang membutuhkan karyawan kontrak yang ingin bekerja dan ditempatkan di bengkel ini, jadi saya mah cuma tau kalau bengkel ini bantuan untuk masyarakat. saya tinggal bikin lamaran aja, eh ternyata diterima, Alhamdulillah. Saya kurang paham masalah perencanaan dan sosialisasi yang dilakukan indocement”.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, partisipasi masyarakat dalam tahap

perencanaan untuk proyek bengkel terpadu ini masih rendah. Hal ini terlihat dari

pernyataan informan yang saya wawancarai, mereka menyatakan bahwa hanya

segelintir orang yang turut serta dalam pelaksanaan BILIKOM untuk merumuskan dan

menentukan program atau proyek yang sesuai dengan kondisi dan permasalahan yang

terjadi di desa. Sebagian besar pihak yang mengukuti BILIKOM adalah pihak dari

Kantor Desa dan tokoh agama saja, hal ini terlihat dari informan yang saya temui tidak

tahu dan tidak mengerti dalam perencanaan dan perumusan dalam proses Proyek

Bengkel Sepeda Motor Terpadu. Masyarakat di Desa Bantarjati hanya menunggu saja

keputusan program yang akan direalisasikan di Desa Bantarjati. Sebagian besar

masyarakat Desa Bantarjati sudah percaya dan setuju dengan perwalikan dari desa

dalam rapat, seperti Kades, tokoh masyarakat dan tokoh agama.

6.2.2 Partisipasi Tahap Pelaksanaan

Page 74: Csr Indocement

59

Partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan adalah keikutsertaan masyarakat

dalam pelaksanaan Proyek Bengkel Terpadu sebagai upaya pengembangan masyarakat.

Partisipasi pada tahap pelaksanaan melihat keikutsertaan masyarakat dan peserta

pelatihan dalam kegiatan training atau pelatihan sampai dengan terpilihnya menjadi

mekanik di Bengkel Sepeda Motor Terpadu sebagai salah satu proyek Bengkel Terpadu

percontohan. Pada masa pelatihan peserta pelatihan dididik dalam membongkar dan

memasang kembali mesin motor, memperbaiki mesin yang rusak, dan melakukan

perbaikan motor yang dilakukan pada tahun 2008 dan 2009 masing-masing selama satu

bulan.

Jumlah peserta pelatihan pada tahun 2008 (angkatan II) diikuti sebanyak 12

peserta yang berasal dari 12 desa binaan yang bekerjasama dengan Sekolah Magang

Indonesia (SMI). Sedangkan pada tahun 2009 (angkatan III) diikuti oleh 22 peserta dan

termasuk 3 peserta angkatan ke-II untuk praktek langsung dan pemantapan

keterampilan mengenai mesin motor. Dalam tahap pelaksanaan didukung oleh

penuturan Sunim sebagai salah satu montirdi bengkel:

“oh iya neng saya senang sekali dipilih untuk ikut pelatihan motor dari Indocement, apalagi setelah selesai ikut pelatihan saya dibolehkan untuk kerja di bengkel ini. Selain itu, saya juga diberi gaji walaupun masih kontak. Saya yakin jika ada pelatihan lagi masih banyak teman saya di desa yang ingin ikut. Pengalaman saya selama di bengkel mah asik asik aja soalnya pak Agus (Kepala bengkel) baik dan suka bercanda jadi kami semua juga kerjanya enak.”.

Partisipasi masyarakat akan pelatihan mesin sepeda motor sudah cukup baik, hal

ini terlihat dari masih adanya peserta pelatihan (mekanik) yang tetap bekerja di bengkel

sampai saat ini dan melihat apresiasi masyarakat yang ikutserta dalam pelatihan dan

pelaksanaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu. Berdasarkan hasil wawancara

dengan peserta pelatihan (montir bengkel) memperkuat pernyataan tersebut, mereka

mengaku senang dan termotivasi dengan diadakannya pelatihan montir dan didirikannya

bengkel. Setiap informan yang saya temui memiliki motivasi tertentu dalam mengikuti

pelatihan. Jadi, pada tahap pelaksanaan bengkel ini sudah baik. Rencana jangka panjang

PT Indocement yaitu mendirikan bengkel motor plasma baru di desa binaan lainnya.

Masyarakat sekitar juga banyak yang berpartisipasi dengan memperbaiki motornya dan

percaya dengan Bengkel Sepeda Motor terpadu. Hal ini dapat terlihat dari Tabel 3.

Berdasarkan Tabel 3 terlihat pemasukan bengkel berasal dari masyarakat sekitar dan PT

Page 75: Csr Indocement

60

Indocement yang menservice motornya. Hal ini senada dengan pengakuan dari Empuy

selaku montir dari Bengkel Sepeda Motor Terpadu.

“iya neng, motor yang datang kesini kebanyakan dari Indocement, tapi banyak juga seh yang datang dari masyarakat sini. Sebenarnya kenapa masyarakat jarang perbaiki motornya disini karena onderdil yang dijual disini enggak sesuai sama motor masyarakat sini. Jadi, mereka banyak yang rela melakukan

perbaikan motornya di bengkel lain yang letaknya lebih jauh lagi dari sini.”

Kegitan lain yang dilakukan oleh para mekanik dan penjaga di bengkel adalah

setiap hari jumat melakukan pembersihan dan perapihan seluruh peralatan bengkel.

Pengurus bengkel juga melakukan promosi kepada masyarakat sekitar dengan

memberikan brosur, pamflet, dan pemberian discon 10-20% untuk jasa perbaikan

motor. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pendapatan bengkel dan melakukan

pendekatan dengan masyarakat sekitar dengan ebrdirinya bengkel ini.

Pada pemilihan mekanik yang akan ditempatkan di Bengkel Sepeda Motor

Terpadu ditentukan dan dipilih dengan beberapa kriteria, yaitu berdasarkan kehadiran

dalam kegiatan pelatihan, melihat minat dan motivasi peserta dalam pelatihan, dan

kemampuan atau keahlian dalam mengoperasikan sepeda motor. Semua itu, dilakukan

oleh pihak pelatih dan pihak Departemen CSR Indocement. Secara keseluruhan pada

tahap pelaksanaan Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu, partisipasi masyarakat dan

peserta pelatihan (mekanik) cukup tinggi. Hal ini terlihat dari antusias mereka

mengikuti pelatihan dan pastisipasi masyarakat sekitar dengan memperbaiki motornya.

Tabel 3. Data Pelayanan Motor Sepeda Motor BMT Indocement, November 2009

Minggu

Jumlah Pelayanan Berdasarkan Tipe Pelanggan

Indocement Umum Total

I 13 9 22

II 6 13 19

III 12 12 24

IV 2 7 9

V 1 2 3

Total 34 43 77

Sumber: Data Bengkel Sepeda Motor Terpadu Desa Bantarjati tahun 2009

Page 76: Csr Indocement

61

6.2.3 Partisipasi Tahap Menikmati Hasil

Partisipasi masyarakat pada tahap menikmati hasil adalah keikutsertaan

masyarakat dalam menikmati hasil proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu yang

dilakukan oleh PT Indocement dan pihak masyarakat. Pada tahap menikmati hasil,

peserta pelatihan, pihak perusahaan dan masyarakat lingkungan sekitar merasakan

manfaat dan kegunaan setelah dilakukannya pelatihan dan didirikannya bengkel sepeda

motor di Desa Bantarjati.

Tingkat partisipasi masyarakat dan peserta pelatihan pada tahap menikmati hasil

dilihat dari keterampilan yang didapat oleh peserta pelatihan Bengkel Sepeda Motor

Tepadu dan penerapan keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian

besar informan (mekanik bengkel) mengaku setelah mengikuti pelatihan atau training

mengenai otomotif/mesin motor dan bekerja di bengkel, mereka mendapatkan banyak

ilmu dan kemampuan dalam mengoperasikan dan memperbaikin mesin dan spare part

motor, kemudian mereka mendapatkan upah atau gaji tetap dengan bekerja di bengkel

walupun masih pekerja kontakan. Hal senada juga diutarakan Empuy yang merupakan

salah satu montir di Bengkel Sepeda Motor Terpadu berasal dari Desa Hambalang yang

letaknya cukup jauh dari Desa Bantarjati.

“neng, saya senang dapat diterima manjadi montir di bengkel ini, karena saya jadi memiliki perkerjaan. Saya juga senag bisa menginap disini walaupun tidur cuma pakai tikar saja, karena jauh jika pulang kerumah yang berada di Desa Hambalang. Saya bisa merasakan manfaat dari adanya bengkel ini”

Sedangkan menurut masyarakat setempat mengaku dengan berdirinya bengkel

ini dapat menjadi lapangan pekerjaan yang baru, dan sebagai tempat pelatihan untuk

pemuda yang ingin belajar mengenai mesin motor. Selain itu, dengan adanya bengkel

dapat menjadi alternative tempat perbaikan motor dengan letak yang berdekatan dengan

masyarakat. Menurut Bapak Yasin salah satu Masyarakat Desa Lulut mengatakan:

“Saya terbantu dengan adanya bengkel ini, karena saya tidak usah pergi jauh-jauh ke bengkel yang berada di pos 1 dekat gerbang indocement, karena letak bengkel yang lumayan dekat dan saya juga menyayangkan biaya service yang cukup mahal di bengkel ini”

Page 77: Csr Indocement

62

Pada tahap pelaksanaan bengkel ini pihak pengurus juga mengeluhkan jenis

spare part yang dikirim oleh Indocement tiap dua bulan sekali tidak sesuai dengan

kebutuhan di bengkel kerena jenis dan merk motor yang berbeda. Oleh karena itu, untuk

mengcukupi kebutuhan di bengkel pengurus bengkel harus membeli spare part yang

sesuai dengan jenis motor dan merk yang dibutuhkan.

Secara keseluruhan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu memberikan

manfaat tidak hanya bagi mekanik dan pengurus bengkel, akan tetapi para masyarakat

sekitar yang berada di sekitar bengkel juga merasakan manfaatnya. Tidak hanya

masyarakat sekitar, akan tetapi masyarakat dari desa lain juga dapat menikmati hasil

dari diadakannya pelatihan dan didirikannya bengkel, seperti dari pernyataan Empuy

yang berasaldari Hambalang.

6.2.4 Partisipasi Tahap Evaluasi

Partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi adalah keikutsertaan masyarakat dan

peserta pelatihan dalam mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan dalam proyek

Bengkel Sepeda Motor Terpadu. Partisipasi warga dilihat dari keikutsertaan mereka

dalam mengikuti rapat dan pertemuan dengan pihak perusahaan dalam mengevaluasi

proyek.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan pihak masyarakat, peserta pelatihan

(montir), dan pengurus bengkel mengeluhkan mereka tidak pernah diikutsertakan pada

tahap evaluasi. Tahap evaluasi ini hanya dilakukan oleh pihak karyawan Departemen

CSR dan pihak penanggung jawab atau koordinator bengkel terpadu. Jadi, pihak

pengurus hanya membuat laporan bulaan mengenai pemasukan dan pengeluaran yang

terjadi di bengkel, setelah itu di laporkan kepada Bapak Dedi selaku penanggung jawab

Bengkel. Kemudian beliau melakukan tahap evaluasi dengan Bapak Ayi, Bapak

Bambang, dan Ibu Via. Pernyataan dari Bapak Dedi selaku koordinator Proyek Bengkel

Sepeda Motor Terpadu mengatakan

“kegiatan evaluasi memang hanya dilakukan oleh pihak dari DepartemenCSR saja. Pihak penanggung jawab proyek dalam hal ini saya meminta laporan kerja di bengkel kepada Bapak Agus setelah itu saya dan Pa Bambang membuat suatu evaluation sheet mengenai pelaksanaan yang telah terjadi. Kemudian kami merumuskan jadwal atau perencanaan baru lagi misalnya dengan pembuatan bengkel plasma baru”

Page 78: Csr Indocement

63

Pihak pengurus bengkel juga mengeluhkan mengapa hasil evaluasi tidak

diberitahuan kepada mereka, kerana mereka ingin melihat sampai sejauhmana manfaat

dan hasil yang dicapai, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Agus Hikmat selaku

Kepala Bengkel:

“saya tidak tahu mengenai proses evaluasi tentang bengkel ini, saya hanya memberi laporan kepada bapak Bambang atau bapak Dedi tiap bulan atau pada saat mereka mengunjungi bengkel”

Secara keseluruhan, pada tahap evaluasi partisipasi masyarakat, pengurus

bengkel, dan para mekanik sangat rendah, terlihat dari proses evaluasi yang hanya

dilakukan oleh karyawan Departemen CSR PT Indocement. Hasil dari evaluasi tersebut

juga tidak di publikasikan atau di informasikan kepada pengurus dan mekanik bengkel

yang secara langsung bekerja di bengkel.

6.2.5 Partisipasi Secara Keseluruhan

Desain evaluasi program menurut Carol TF dan Gibbon LM (1987) dalam

Tayibnapis (2008) suatu desain adalah rencana yang menunjukan bila evaluasi

dilakukan dan dari siapa evaluasi dan informasi akan dikumpulkan selama proses

evaluasi. Desain ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan dilakukan

menurut organisasi yang teratur dan menurut evaluasi yang baik.

Berdasarkan tingkatan partisipasi yang dikemukakan oleh Arsntein (1969)

partisipasi masyarakat dalam keseluruhan pelaksanaan Proyek Bengkel Sepeda Motor

Terpadu ini termasuk pada tingkatan ke 5 yaitu penentraman atau peredaman

(Placation), dimana saran masyarakat diterima tapi tidak selalu dilaksanakan. Tangga ketiga,

keempat, dan kelima dikategorikan sebagai tingkat “Tokenisme” yaitu tingkat

partisipasi masyarakat yang sarannya didengar dan diberikan kesempatan untuk

berpendapat akan tetapi, mereka tidak memiliki kekuasaan untuk menjamin saran atau

pendapatnya akan diterima atau dipertimbangkan oleh PT Indocement sebagai pihak

yang mengambil keputusan. Jika, partisipasi masyarakat dibatasi maka kecil

kemungkinannya ada perubahan dalam masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.

Page 79: Csr Indocement

64

Gambar 9. Gambar Tangga Partisipasi oleh Arnstein (1969)

Sumber: Serry R. Arnstein (1969)11

Partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dari pihak pemerintah desa dan

pihak perusahaan memiliki andil yang besar dalam pelaksanaan proyek bengkel ini.

Pihak masyarakat hanya segelintir orang yang dilibatkan dalam tahap ini. Masyarakat

dianggap sebagai objek dalam pelaksanaan program CSR yang hanya melibatkan tokoh-

tokoh penting saja dalam rapat dan diskusi dengan pihak Departemen CSR. Pada tahap

pelaksanaan partisipasi masyarakat hanya sekedar pihak yang menjalankan rencana dari

pihak perusahaan, akan tetapi masyarakat juga merasakan manfaat dan keuntungan

dengan didirikannya bengkel ini. Alasan juga diperkuat pada tahap evaluasi yang tidak

melibatkan masyarakat dalam perbaikan dan rapat evaluasi hasil yang sudah dicapai

bengkel. Secara keseluruhan, penggabungan metode penilaian berdasarkan observasi

partisipatif, data sekunder merupakan proses triangulasi untuk menjamin validitas data

yang digunakan dalam penelitian sesuai yang di jelaskan BPMIGAS (2008).

11 Originally published as Arnstein, Sherry R. "A Ladder of Citizen Participation," JAIP, Vol. 35,No. 4, July 1969, pp. 216-224. I do not claim any copyrights.

Page 80: Csr Indocement

65

BAB VII

PT INDOCEMENT DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk merupakan salah satu perusahaan industri

semen terbesar di Indonesia. PT. Indocement memiliki komitmen yang kuat untuk

meneruskan bisnis secara etis dan taat hukum, membantu usaha-usaha peningkatan

ekonomi, dan turut memperbaiki kehidupan para karyawan serta masyarakat di sekitar

wilayah operasinya. Salah satu bentuk keseriusan perusahaan ini dalam komitmennya

terlihat dengan dilakukannya program CSR yang khusus menangani kegiatan tanggung

jawab sosial perusahaan. Bentuk tanggung jawab sosial PT Indocement adalah dengan

meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif bagi lingkungan

dan masyarakat sekitar. Terlihat jelas bahwa, program CSR yang dilakukan PT

Indocement merupakan salah satu cara untuk memberikan tanggung jawab sosial

perusahaan di aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial, sesuai dengan konsep Triple

Bottom Lines dan Konsep Lima Pilar Pembangunan Berkelanjutan yang menjadi

landasan PT Indocement dalam pelakasaan CSR.

PT Indocement sebagai salah satu produsen terbesar di Indonesia juga wajib

melakukan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Oleh karena itu, Indocement

memiliki suatu bagian dari organisasi perusahaan yang dikhususkan untuk menangani

segala kegiatan yang terkait dengan kewajibannya sebagai perusahaan ekstraktif

tersebut. Bagian yang khusus menangani kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan

adalah Corporate Social Responsibility Department (CSR Department). Departemen

CSR berada di bawah divisi Corporate Human Resources Development yang

merupakan bagian dari perusahaan yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan

meningkatkan hubungan yang baik antara perusahaan dengan masyarakat yang berada

di lingkungan sekitar perusahaan.

Ranah kerja Departemen CSR sebagai departemen yang menghubungkan antara

perusahaan dengan masyarakat dilandasi dengan dasar pengembangan masyarakat

dengan salah satu kewajiban yang harus dilakukan adalah memberi pendidikan kepada

warga masyarakat sekitar mengenai hak dan kewajiban yang dimiliki oleh masing-

masing pihak. Selain itu, Departemen CSR memiliki tugas utama yakni menjalankan

proyek CSR (Corporate Social Responsibility) atau tanggung jawab sosial perusahaan.

Departemen CSR selalu melaksanakan proyek-proyek CSR dengan landasan konsep

Page 81: Csr Indocement

66

triple bottom line (people, profit, and planet), yakni konsep yang menggambarkan

kewajiban perusahaan yang harus bertanggung jawab terhadap keseimbangan aspek

ekonomi, sosial dan lingkungan.

Salah satu bentuk pelaksanaan program CSR PT Indocement adalah Proyek

Bengkel Sepeda Terpadu yang terletak di Desa Bantarjati. Proyek Bengkel Sepeda

Motor Terpadu merupakan program CSR yang bertujuan untuk memberikan

kemampuan dan keahlian para peserta pelatihan yang berasal dari perwakilan di 12 desa

binaan PT Indocement dalam bidang otomotif (mesin motor). Proyek Bengkel Sepeda

Motor Terpadu sebagai satu unit usaha terpadu dan sekaligus sebagai pusat pelatihan

yang diperuntukkan bagi masyarakat, khususnya pemuda di sekitar lingkungan pabrik

unit Citeureup dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat yang diharapkan

mampu menciptakan unit usaha baru di lingkungan tersebut. Jumlah tenaga kerja yang

terlibat sebanyak 9 (sembilan) orang terdiri dari Kepala bengkel, administrasi, montir,

dan satpam yang berasal dari 12 desa binaan.

Keterkaitan antara program CSR dan pengembangan masyarakat dalam Proyek

Bengkel Sepeda Motor Terpadu memiliki pengaruh dan dampak bagi masyarakat

sekitar. Pada evaluasi proses yang dikakukan, peserta pelatihan (montir bengkel)

dengan melihat tingkat partisipasi mereka dalam implementasi program tersebut.

Partisipasi masyarakat berdasarkan hasil wawancara dengan para informan masih pada

tingkatan ke 5 yaitu penentraman atau peredaman (Placation), dimana saran masyarakat

diterima tapi tidak selalu dilaksanakan menurut Arnstein (1969). Tingkat partisipasi

masyarakat yang masih pada tingkatan “tokenisme” dalam proses pelaksanaan proyek

Bengkel Sepeda Motor Terpadu berarti menunjukan bahwa program tersebut masih

belum termasuk dalam pengembangan masyarakat.

Berdasarkan prinsip partisipasi Arstein (1969) tahap pelaksanaan program CSR

PT Indocement berada pada tingkatan yang kelima “Placation”, sedangkan pada

karakteristik tahap kedermawanan menurut Saidi (2003) menunjukan pada tahap

Philantropy, dimana terlihat tujuan dilakukannya CSR adalah untuk mengatasi dan

mencari akar masalah, pada pengelolaan juga hanya dilakukan oleh pihak perusahaan

saja tidak ada partisipasi aktif dari masyarakat (Gambar 10). Hal ini dikarenakan

kurangnya pendekatan dan sosialisasi yang dilakukan PT Indocement kepada

masyarakat, bilapun ada pendekatan yang dilakukan kurang sesuai dengan kebutuhan

Page 82: Csr Indocement

67

dan nilai yang diyakini masyarakat. Jadi, tidak adanya komunikasi yang efektif dan

partisipasi aktif dari masyarakat Desa Bantarjati sebagai penerima program CSR.

Gambar 10. Matriks Tingkatan Partisipasi dan Karakteristik CSR

Tingkatan

Partisipasi

Karakterisitk CSR

Charity Philantropy Corporate Citizenship

Manipulation Tidak ada partisipasi

masyarakat, pelaksanaan

CSR jangka pendek,

mengatasi masalah sesaat

Therapy

Informing “Tokenisme”, masyarakat

hanya didengar dan

diterima sarannya, tetapi

saran tersebut tidak

dilaksanakan, partisipasi

masyarakat terbatas

Consultation

Placation

Partnership Tingkat kekuasaan berada

di masyarakat, masyarakat

memiliki mayoritas suara

pengambilan keputusan,

program CSR memberikan

kontribusi kepada

masyarakat

Delegated Power

Citizen Control

Perusahaan mendirikan BILIKOM dan Renbangdes untuk tempat berdiskusi

dengan masyarakat, akan tetapi fungsi tersebut tidak terlaksana. Setiap saran dan

pendapat dari masyarakat didengar dan diteirma akan tetapi, semua keputusan berada

ditangan PT Indocement. Partisipasi masyarakat tidak terlihat nyata, pada tingkatan ini

sulit untuk memberdayakan dan membangun masyarakat ke arah yang lebih baik lagi.

Berdasarkan Gambar 10, jika posisi masyarakat bergerak ke arah bawah dan ke kanan,

maka masyarakat memiliki kekuasaan dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan

program CSR berada pada kontrol masyarakat. Pada kondisi ini, kedua belah pihak akan

saling sejajar dan bersama-sama untuk mencapai tujuan secara berkelanjutan.

Page 83: Csr Indocement

68

BAB VIII

PENUTUP

8.1 Kesimpulan

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menggunakan konsep Triple Bottom

Lines dan konsep Kerangka Lima Pilar Pembangunan Berkelanjutan mempengaruhi

dalam pelaksanaan, sasaran, dan tujuan dari proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu.

Hal ini terlihat dari upaya perusahaan dalam melakukan tanggung jawab dalam aspek

lingkungan, sosial, dan ekonomi di masyarakat. Pendekatan dan proses sosialisasi yang

dilakukan perusahaan dengan melakukan BILIKOM dan Renbangdes masih belum

maksimal, karena masyarakat masih dianggap objek dalam program CSR. Walaupun

pedoman dan landasan pelaksanaan CSR sudah terintegrasi pada kebijakan perusahaan,

akan tetapi dalam pelaksanaannya belum mendasarkan pada konsep pengembangan

masyarakat. Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu PT Indocement termasuk ke dalam

Philantropy, dimana dalam misinya untuk mencari dan mengatasi masalah. Pengelolaan

program bersifat terencana dan terorganisir oleh Departemen CSR dan penerima

manfaat adalah masyarakat sekitar lingkup pabrik PT. Indocement.

Kebijakan perusahaan PT Indocement dalam implementasi CSR didasarkan

pada konsep pembangunan berkelanjutan yang bertumpu pada tiga pencapaian yang

bermanfaat secara ekonomi, sosial dan lingkungan (triple bottom lines), yaitu people,

planet, and profit. Selain itu, PT Indocement juga mendasarkan program ini pada

kerangka Lima Pilar pembangunan berkelanjutan meliputi bidang pendidikan, ekonomi,

kesehatan, sosial-budaya-agama-olahraga dan keamanan. Pada tahap implementasi PT

Indocement membentuk suatu organisasi atau divisi tersendiri yang menangani

keseluruhan pelaksanaan CSR PT Indocement yaitu sebuah Corporate Social

Responsibility Departement yang memiliki misi yaitu menjalankan seluruh kegiatan

usaha dengan tetap memperhatikan kesejahteraan komunitas (wholesome community)

dan dengan menerapkan konsep ramah lingkungan (environment friendly) dengan tetap

memperhatikan pengembangan perusahaan yang berkelanjutan (sustainable

development) dan memiliki visi membangun kepentingan perusahaan untuk kepentingan

bersama perusahaan dan komunitas, khususnya komunitas lokal dimana perusahaan

beroperasi, sehingga tercipta hubungan yang harmonis.

Page 84: Csr Indocement

69

Kebijakan dan konsep sebagai landasan dalam pelaksanaan CSR, maka

dirumuskan tujuan CSR PT Indocement, yaitu: 1) Mewujudkan kemandirian

masyarakat, 2) Peningkatan ekonomi lokal, dan 3) Mewariskan program-program yang

berbasiskan Triple Bottom Lines kepada generasi penerus untuk berkelanjutan hidup

masyarakat sekitar. Berdasarkan tujuan tersebut dapat dikerucutkan dengan sasaran

dalam pelaksanaan CSR yaitu pemberdayaan masyarakat di 12 desa binaan PT

Indocement dengan melibatkan eksternal stakeholders dan membangun daerah dengan

melakukan kontribusi pembangunan berkelanjutan untuk manusia dan wilayah baik dari

segi hardware berupa fisik dan bangunan atau software bantuan kemasyarakatan dan

pelatihan.

Berdasarkan tingkatan partisipasi yang dikemukakan oleh Arsntein (1969)

partisipasi masyarakat dalam keseluruhan pelaksanaan Proyek Bengkel Sepeda Motor

Terpadu ini termasuk pada tingkatan ke 5 yaitu penentraman atau peredaman

(Placation), dimana saran masyarakat diterima tapi tidak selalu dilaksanakan. Tangga

ketiga, keempat, dan kelima dikategorikan sebagai tingkat “Tokenisme” yaitu tingkat

partisipasi masyarakat yang sarannya didengar dan diberikan kesempatan untuk

berpendapat akan tetapi, mereka tidak memiliki kekuasaan untuk menjamin saran atau

pendapatnya akan diterima atau dipertimbangkan oleh PT Indocement sebagai pihak

yang mengambil keputusan. Tingkat pertisipasi masyarakat yang masih pada tingkatan

“tokenisme” dalam proses pelaksanaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu berarti

menunjukan bahwa program tersebut masih belum termasuk dalam pengembangan

masyarakat.

8.2 Saran

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan berdasarkan paparan

kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan terhadap pelaksanaan Bengkel

Sepeda Motor Terpadu sebagai berikut:

1) Pihak PT Indocement lebih melakukan pendekatan dan sosialisasi yang lebih

dalam pelaksanaan program CSR dengan melibatkan langsung masyarakat

dalam stiap tahapan partisipasi. Sosialisasi kurang efektif terlihat hanya

masyarakat yang aktif ke kantor desa yang mendapatkan informasi pada saat

BILIKOM. Sebaiknya pihak Departemen CSR PT Indocement lebih aktif dalam

Page 85: Csr Indocement

70

sosialisasi program seperti pemberian leaflet atau brosur kepada masyarakat dan

menempelkan selebaran dan pengumuman di tempat yang sering didatangi

masyarakat.

2) Partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan evaluasi masih rendah,

diharapkan pihak Departemen CSR lebih melibatkan dan mengajak masyarakat

dalam merencanakan program dan proyek yang akan dilakukan serta

memberitahukan hasil atau evaluasi dari program atau proyek CSR.

3) Membentuk forum-forum warga yang menjadi penyalur aspirasi dan pendapat

masyarakat di Desa Bantarjati. Forum tersebut dapat manjadi salah satu wadah

yang menghubungkan masyarakat dengan pihak perusahaan. Media penyalur

suara warga seringkali tidak mampu mengembangkan dan mempertahankan diri

menjadi lembaga yang demokratis dan kuat. Oleh karena itu, Anggota atau

peserta membutuhkan penguatan-penguatan untuk menjadikan dirinya lebih

kompeten dalam berpartisipasi.

Page 86: Csr Indocement

71

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Ambadar, Jackie. 2008. CSR dalam Praktik di Indonesia. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.

Arena, Chistine. 2008. The High-Purpose Company Tren Terbaru Dalam Bisnis: Perusahaan Bertanggung Jawab dan Berprofit Tinggi. Jakarta: Gramedia.

BPMIGAS. 2008. Panduan Penilaian Program Community Development di Lingkungan Peusahaan MIGAS.

Budimanta, Arif.dkk. 2008. Corporate Sosial Responsibility Alternatif Bagi Pembangunan Indonesia. Jakarta: ICSD.

Dewani, Anggary Pasha. 2009. “Kebijakan, Implementasi dan Komunikasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk”. Skripsi. Fakultas Ekologi Manusia. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Jahya, Rusfadia Saktiyanti. 2006. “Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan CSR Perusahaan Ekstraktif” dalam Jurnal Galang: Jurnal Filantropi dan Masyarakat Madani edisi vol 1. No 2 Januari 2006 hal 22-35. Depok: PIRAC.

Musa, Safuri. 2005. Evalusi Program Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Y-Pin Indonesia.

Nasdian, Fredian Tonny. 2003. Diktat Mata Kuliah Pengembangan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan.

Nursahid, Fajar. 2006. Tangung Jawab Sosial BUMN. Jakarta: Piramedia.

Nursahid, Fajar. 2006. “Praktek Kedermawanan Sosial BUMN: Analisis Terhadap Model Kedermawanan PT Krakatau Stell. PT Pertamina, dan PT Telekomunikasi Indonesia” dalam Jurnal Galang: Jurnal Filantropi dan Masyarakat Madani edisi vol 1. No 2 Januari 2006 hal 5-2. Depok: PIRAC.

Pemerintah Desa Bantarjati. 2008. “Profil Desa Bantarjati”. Kecamatan Klapanunggal. Kabupaten Bogor.

Pemerintah Desa Bantarjati. 2009. “Profil Desa Bantarjati”. Kecamatan Klapanunggal. Kabupaten Bogor.

PT Indocement. 2008. Annual Report PT Indocement 2007. Jakarta: PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

PT Indocement. 2008. Profil Perusahaan PT Indocement. Jakarta: PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

Page 87: Csr Indocement

72

PT Indocement. 2009. Community Development Programme CSR PT Indocement. Jakarta: PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

Rudito, Bambang dan Melia Famiola. 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia. Bandung : Rekayasa Sains.

Saidi, Zaim dkk. 2003. Sumbangan Sosial Perusahaa: Profil dan Pola Distibusinya di Indonesia Survei 226 Perusahaan di 10 Kota. Jakarta: Piramedia.

Sasmita, Wulan Tri Eka. 2009. Evaluasi Program Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Skripsi. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan.

Sitorus, MT. Felix. 1998. Penelitian Kualitatif: Suatu Perkenalan. Bogor: Kelompok Dokumentasi Ilmu-Ilmu Sosial.

Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika Aditama.

Sukada, Sony dkk. 2007. CSR for Better Life Indonesian Content, Membumikan Bisnis Berkelanjutan: Memahami Kosep dan Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jakarta: Indonesia Bussines Link.

Sumarto, Hetifa SJ. Mengangkat Pertisipasi Warga yang Bermakna dalam Pembangunan Jawa Barat 20 Tahun Mendatang.

Suprapto, Siti Adiprigandari Adiwoso. 2006. “Pola Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Lokal” dalam Jurnal Galang: Jurnal Filantropi dan Masyarakat Madani edisi vol 1. No 2 Januari 2006 hal 36-61. Depok: PIRAC

Tayibnapis, Farida Yusuf. 2008. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Wahyuni, Ekawati Sri. 2004. Pedoman Teknis Menulis Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility). Gresik: Fascho Publishing.

Yakovleva, Natalia. 2005. Corporate Social Responsibility in the Mining Industry. Ashgate Publishing Limited

Zainal, Rabin Ibnu. 2006. Best Practices: Corporate Social Responsibility (CSR) Sebuah Pengalaman Membangun Multistakeholder Engagement bagi Penerapan CSR di Kabupaten Muba, Sumatera Selatan. Palembang: Usaha Musi.

Page 88: Csr Indocement

73

LAMPIRAN

Page 89: Csr Indocement

74

Gambar 1. Matriks Alokasi Waktu Penelitian

No. Kegiatan

Juli Agustus September Oktober November Desember Januari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

I Proposal dan

Kolokium

1. Penyusunan Draft

2. Konsultasi Proposal

3. Orientasi Lapangan

4. Kolokium

II Studi Lapangan

1. Pengumpulan Data

2. Analisis Data

III Penulisan Laporan

1. Analisis Lanjutan

2. Penyusunan Draft

Page 90: Csr Indocement

75

Revisi

3. Konsultasi Laporan

IV Ujian Skripsi

1. Ujian

2. Perbaikan Skripsi

Page 91: Csr Indocement

76

Gambar 2. Matriks Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data

No Tujuan Variabel Data yang dibutuhkan Sumber Data Metode

Pengumpulan Data

Metode Pengolahan dan

Analisis Data

1. Profil PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

1. Bidang usaha PT Indocement

2. Visi dan Misi PT Indocement

3. Lokasi Kantor PT Indocement: Letak pabrik, luas kantor.

4. Departemen CSR PT Indocement

1. Sejarah didirikannya PT Indocement

2. Bidang-bidang usaha PT Indocement

3. Letak pabrik PT Indocement

4. Luas pabrik PT Indocement

5. Mekanisme Departemen CSR PT Indocement

1. Data Sekunder: data dari PT Indocement

2. Data Primer: Karyawan PT Indocement

1. Studi literatur2. Wawancara3. Pengamatan

1. Pengumpulan data2. Reduksi data3. Penyajian data

2. Mengetahui pandangan dan kebijakan CSR PT Indocement

1. Pandangan perusahaan mengenai CSR

2. Kebijakan CSR perusahaan

3. Visi dan Misi Departemen CSR

1. Motivasi perusahaan menjalankan CSR

2. Kebijakan, konsep dan prinsip yang mengatur aktivitas CSR

1. Data Sekunder: data dari PT Indocement

2. Data Primer: Karyawan PT Indocement

1. Studi literatur2. Wawancara3. Pengamatan

1. Pengumpulan data2. Reduksi data3. Penyajian data4. Analisis data

3. Gambaran umum Desa Bantarjati, Bogor

1. Lokasi Desa Bantarjati: Letak desa, batas-batas desa, dan luas desa

2. Kondisi demografi3. Sarana dan prasarana

yang ada

1. Sejarah dan konteks lokasi secara geografis

2. Struktur sosial masyarakat

3. Jumlah penduduk4. Mata pencaharian5. Agama yang dianut

1. Data Sekunder: laporan CSR dari PT Indocement, data pemerintah setempat dan data instansi terkait

2. Data Primer: Karyawan PT Indocement, observasi lapang, masyarakat sasaran program dan instansi

1. Studi literatur2. Wawancara 3. Pengamatan Berperanserta

1. Pengumpulan data2. Reduksi data3. Penyajian data

Page 92: Csr Indocement

77

terkait4 Mengetahui tujuan dan

sasaran CSR yang dilakukan oleh PT Indocement

1. Model implementasi CSR PT Indocement

a) Perusahaan terlibat langsung

b) Bermitra dengan pihak lain

c) Membentuk atau bergabung dalam suatu konsorsium

2. Program CSR yang dijalankan PT Indocement

1. Bagaimana model implementasi CSR PT Indocement

2. Program CSR yang telah diimplementasikan oleh PT Indocement

3. Lokasi implementasi program CSR

4. Sasaran implementasi program CSR

1. Data Sekunder: laporan CSR PT Indocement

2. Data Primer: Karyawan PT Indocement, observasi lapang, masyarakat sasaran program dan instansi terkait

1. Studi literatur2. Wawancara3. Pengamatan

berperan serta

1. Pengumpulan data2. Reduksi data3. Penyajian data4. Analisis data

5. Mengetahui partisipsi masyarakat dalam implementasi CSR dan evaluasi proses pada proyek Bengkel Terpadu upaya pengembangan masyarakat

1. Tingkat partisipasi masyarakat:

a) Tahap perencanaanb) Tahap pelaksanaanc) Tahap evaluasi

2. Mekanisme imolementasi proyek Bengkel Terpadu

3. Prinsip Pengembangan masyarakat

1. Tingkat partisipasi/peran serta masyarakat dalam setiap tahapan program CSR yang dilaksanakan

2. Tahapan pelaksanaan dalam Proyek Bengkel Terpadu dan sosialisasi yang dilakukan

3. implementasi upaya pengembangan masyarakat

1. Data Sekunder: laporan CSR dari PT Indocement, data pemerintah setempat dan data instansi terkait

2. Data Primer: Karyawan PT Indocement, kuesioner, observasi lapang, masyarakat sasaran program dan instansi terkait

1. Studi literatur2. Wawancara

mendalam3. Pengamatan

berperan serta

1. Pengumpulan data2. Reduksi data3. Penyajian data4. Analisis data

Page 93: Csr Indocement

78

Tabel 1. Panduan Pengamatan Berperan Serta

Pengamatan berperan serta dilakukan oleh peneliti secara langsung dilokasi penelitian, selanjtnya peneliti melakukan pencatatan hasil pengamatannya secara manual ataupun menggunakan alat bantu yang dapat merekam serta memotret kejadian yang berkaitan dengan substansi penelitian yang dilakukan.

Hasil pengamatan berperan serta dicatat dalam tabel dibawah ini

Hari/tanggal :

No Hari/tanggal Lokasi Hasil Keterangan

Page 94: Csr Indocement

79

Tabel 2. Daftar Peserta yang Mengikuti Pelatihan Bengkel PT Indocement Tahun 2008 dan 2009

No. Nama Alamat Pendidikan Nama Pelatihan No. Siswa Tahun

1.Acit bin H. Lasmin Kp./Ds. Lulut, RT. 03 / 02 SMA

Mekanik Sepeda Motor

01/SMI-MSM/II/08 2008

2. Ade bin Jaelani Kp./Ds. Lulut, RT. 03 / 02 SDMekanik Sepeda Motor

02/SMI-MSM/II/08 2008

3. U d i n Kp. Bojong, Rt. 02 / 02 Desa Lulut SDMekanik Sepeda Motor

03/SMI-MSM/II/08 2008

4. Enjum Kp./Ds. Lulut, RT. 03 / 02 SDMekanik Sepeda Motor

04/SMI-MSM/II/08 2008

5. Gilang Januari Kp./Ds. Lulut, RT. 03 / 02 SMPMekanik Sepeda Motor

05/SMI-MSM/II/08 2008

6. Hermansyah Kp. Bojong , Rt. 03 / 02 Desa Lulut SMPMekanik Sepeda Motor

06/SMI-MSM/II/08 2008

7. T o n i Kp./Ds. Lulut Rt. 03 / 02 SDMekanik Sepeda Motor

07/SMI-MSM/II/08 2008

8. Saih bin Supri Kp./Ds. Lulut, RT. 03 / 02 SDMekanik Sepeda Motor

08/SMI-MSM/II/08 2008

9. M. Jarkasih Kp.Bojong RT. 03 / 02 SMPMekanik Sepeda Motor

09/SMI-MSM/II/08 2008

10. Sunim Kp./Ds. Lulut, RT. 03 / 02 SMPMekanik Sepeda Motor

10/SMI-MSM/II/08 2008

11. AmirudinKp.Tonggoh Rt 02/01 Ds. Gn. Sari Ctrp. SLTP

Mekanik Sepeda Motor

01/SMI-MSM/III/09 2009

12. Andri Setiawan Kp. Muhara Rt 07 / 04 Ds. Ctrp. SLTAMekanik Sepeda Motor

02/SMI-MSM/III/09 2009

13. AriadinGn. Putri Sel Rt 03/03 Ds./Kec Gn.puti SMK

Mekanik Sepeda Motor

03/SMI-MSM/III/09 2009

14. E m p u yKp.Cikalahang Rt14/05 Ds.Hamblng Ctrp. SMK

Mekanik Sepeda Motor

04/SMI-MSM/III/09 2009

15. Ferri ArfianKp.Babakan Rt 02/05 Ds. Trkolot Ctrp. SLTP

Mekanik Sepeda Motor

05/SMI-MSM/III/09 2009

16. HermawanKp./Ds Lulut Rt 01/05 Klapanunggal SMK

Mekanik Sepeda Motor

06/SMI-MSM/III/09 2009

17. MaditullohKp.Walahir Rt 09/05 Ds. Nambo Klpng SMP

Mekanik Sepeda Motor

07/SMI-MSM/III/09 2009

18. MuhamadGn. Putri Utara Rt 02/12 Ds./Kec Gn.puti SLTA

Mekanik Sepeda Motor

08/SMI-MSM/III/09 2009

19. Mulyadin Kp./Ds. Tajur Rt 01/02 Citeureup SMKMekanik Sepeda Motor

09/SMI-MSM/III/09 2009

20. Sabar SlametKp./Ds Lulut Rt 01/06 Klapanunggal SLTP

Mekanik Sepeda Motor

10/SMI-MSM/III/09 2009

21. Ujang SupendiKp. Nambo Rt 01/01 Ds. Bntrjt. Kplng SLTP

Mekanik Sepeda Motor

11/SMI-MSM/III/09 2009

22.Wawan Darmawan Kp/Ds. Puspanegara Rt02/03 Ctrp. SLTA

Mekanik Sepeda Motor

12/SMI-MSM/III/09 2009

Page 95: Csr Indocement

80

Tabel 3. Struktur Organisasi Bengkel Sepeda Motor Terpadu

No Nama Jabatan

1. Agus Hikmat Kepala Bengkel

2. Maya Mariana Administrasi

3. Hasanudin KepalaMekanik

4. Arief Slamet Riyadi Mekanik

5. Hermansyah Mekanik

6. Sunim Mekanik

7. Ade Mekanik

8. Usman Suprihatin Keamanan

9. Bedin Keamanan

Sumber: Data proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu Desa Bantarjati tahun 2009

Page 96: Csr Indocement

81

Gambar 3. Denah Lokasi di Desa Bantarjati

Sumber: social mapping Departemen CSR PT Indocement tahun 2008

Page 97: Csr Indocement

82

Gambar 4. Suasana Kegiatan Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu

Tampak depan Bengkel Sepeda Motor Terpadu PT Indocement

Sparepart atau onderdil motor dan daftar harga barang/service motor yang ada di Bengkel Sepeda Motor Terpadu (Penggunaan banner sebagai media promosi)

Page 98: Csr Indocement

83

Peralatan yang digunakan di bengkel Time Schedule Bengkel Motor Terpadu

Kegiatan service motor yang dilakukan para mekanik dan konsumen di Bengkel Sepeda

Motor Terpadu PT Indocement

Page 99: Csr Indocement

84

Lampiran 1. Kebijakan, Pandangan dan Tujuan Perusahaan dalam Implementasi

CSR12

PT Indocemet memiliki divisi khusus untuk menangani CSR yaitu Departemen

CSR yang berada di bawah social, security and community development (SSCD), saat

ini Departemen CSR dipinpin oleh Ibu Dian Octavia sebagai Head Officer Departemen

CSRt dan memiliki 15 orang staf yang terbagi menjadi Community Develeopment

Section (Comdev Section) yang diatur oleh Bapak Ayi Ibrohim dan Sustainable

Development Project Section (SDP Section) yang diatur oleh Ibu Lia Damayanti. Dalam

menjalankan tugasnya, Departemen CSR memiliki visi dan misi yang menjadi landasan

tugas departemen. Visi Departemen CSR adalah membangun kepentingan perusahaan

untuk kepentingan bersama perusahaan dan komunitas, khususnya komunitas lokal

dimana perusahaan beroperasi, sehingga tercipta hubungan yang harmonis. Sedangkan

misi Departemen CSR adalah menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap

memperhatikan kesejahteraan komunitas (wholesome community) dan dengan

menerapkan konsep ramah lingkungan (environment friendly) dengan tetap

memperhatikan pengembangan perusahaan yang berkelanjutan (sustainable

development).

Pelaksanaan CSR PT Indocement yang berlandasakan pada konsep triple bottom

line (ekonomi, sosial, dan lingkungan) dan kerangka lima pilar pembangunan

berkelanjutan maka Departemen CSR melakukan pembagian section (bagian) dalam

departemen menjadi Community Development Section (Comdev section) dan Social

Development Project Section (SDP section). Program Lima Pilar yang di lakukan secara

tersusun dan berkelanjutan di 12 Desa Binaan PT Indocement diantaranya:

1. Pilar Pendidikan

Program pendidikan yang dilakukan bertujukan untuk meningkatkan indeks

pembangunan manusia di desa-desa binaan sekitar wilayah operasi perusahaan.

Program-program tersebut meliputi pembangunan dan renovasi gedung-gedung sekolah

(PAUD,SD, SMP,dan SMA), beasiswa, latihan-latihan keterampilan melalui Sekolah

Magang Indocement (SMI), perpustakaan, dan fasilitas serta perlengkapan lainnya

berupa buku-buku, bangku, dan meja.

2. Pilar Ekonomi

12 Bersumber dari catatan harian hasil wawancara mendalam dengan informan (Ibu via, Bapak Bambang, Bapak Dedi, Bapak Fajar sebagai staf Departemen CSR PT Indocement )

Page 100: Csr Indocement

85

Salah satu program yang dilakukan PT Indocement di bidang ekonomi adalah dengan

membangun usaha kecil dan menengah, yang disesuaikan dengan potensi yang ada di

12 desa binaan.. Usaha-usaha pemberdayaan yang dilakukan mencakup serangkaian

pelatihan, bimbingan dan arahan tentang bagaimana mengembangkan bisnis mereka itu

serta bantuan modal usaha. Program ini juga bekerjasama dengan PKBL Bank Mandiri.

Perusahaan membangun berbagai infrastruktur, seperti jalan, jembatan, rumah ibadah di

12 desa binaan sekitar pabrik Citeureup. Berkat pemberdayaan itu, banyak diantara

mereka telah menjadi panutan dibidangnya masing-masing, seperti peternakan ayam,

konveksi, pembuatan kue, dan bengkel sepeda motor.

3. Pilar Kesehatan

Program ini bertujuan memberikan prasarana untuk meningkatkan kesehatan

masyarakat desa setempat, dan secara umum juga merupakan partisipasi PT Indocement

dalam program pemerintah membangun masyarakat sekitar yang sehat serta membantu

prasarana pendukung Posyandu di Gunung Sari, Pasirmukti, Nambo, Bantarjati,

Citeureup dan desa yang lain yang masuk 12 desa binaan CSR unit Citeureup. PT

Indocement juga membangun sarana fisik kesehatan yaitu Posyandu di Desa Gunung

Putri, Pasirmukti. PT Indocement juga mendirikan sarana fasilitas air bersih di desa

Citeureup dan Pasirmukti. Selain itu PT Indocement juga mengadakan Posling

(Puskesmas Keliling) di setiap desa binaannya dengan menggunakan sisitem rolling

bergantian di setiap desanya. Program ini memberikan bantuan PMT, pengurangan

jumlah balita gizi buruk,penyuluhan kesehatan dan pengobatan gratis bagi masyarakat

yang berada di 12 desa binaan CSR unit Citeureup.

4. Pilar Sosbudag (Sosial, Budaya, dan agama) dan Olahraga

Pada bidang ini PT Indocement membangun berbagai infrastruktur, seperti jalan,

jembatan, rumah ibadah di desa-desa binaan sekitar operasi kami. Kami juga

memberikan pembinaan kepada generasi muda melalui pemberian sarana untuk

kegiatan olah raga, memelihara budaya lokal, seperti tarian Degung, Reog dan kesenian

lokal lainnya. CSR PT Indocement juga mengadakan program pembinaan sepak bola

dengan peserta dari 12 desa binaan. Pada bulan Ramadhan PT Indocement juga

mengadakan buka puasa bersama yang diadakan di MAsjid As-Salam yang berada di

lingkungan pabrik dengan mengundang perwakilan tokoh masyarakat dari 12 desa

binaannya. Selain itu, pada Hari Raya Idul Fitri perusahaan juga melakukan pembagian

Page 101: Csr Indocement

86

zakat kepada masyarakat sekitar dan membantu parakorban gempa di Garut, Jawa

Barat.

5. Pilar Keamanan

Salah satu kegiatan yang dilakukan melalui bidang keamanan ini dengan menggalang

kerja sama dengan masyarakat guna memelihara suasana aman melalui pembinaan Pam

Swakarsa. Hal itu dilaksanakan dengan memberikan pelatihan-pelatihan keamanan

kepada masyarakat atau petugas Linmas di desa-desa binaan serta menyediakan

fasilitas-fasilitas pendukung dan peralatan, seperti pos keamanan lingkungan dan

seragam petugas keamanan lokal.

Selain itu PT Indocement juga melakukan Proyek Pembangunan Berkelanjutan

atau Sustainable Development Project yang mengacu pada Konsep Triple Bottom Lines

(profit, people,and planet) merupakan program yang memfokuskan pada kebutuhan

masyarakat, misalnya:

1. Perkebunan jarak

Pada tahun 2007 PT Indocement sadar akan proyek konservasi lahan yang mengubah

lahan bekas penambangan batu kapur yang berlokasi di Citeureup, Cirebon, dan Tarjun,

menjadi perkebunan seluas 30 hektar yang ditanami dengan lebih dari 75.000 pohon

jarak yang kaya akan kandungan minyak. Selama tahun 2008, PT Indocement menanam

lebih dari 90.000 bibit di tiga lokasi pabriknya, memperluas total lahan perkebunan

pohon jarak yang ditanami sehingga menjadi lebih dari 170 hektar pada akhir tahun

2008. Proyek perkebunan pohon jarak PT Indocement sampai saaat ini menunjukkan

potensi yang baik dan akan lebih berkembang jila perusahaan bekerja sama dengan

universitas terkemuka, serta melibatkan masyarakat dalam pemberdayaan lahan

marjinal agar bermanfaat secara ekonomis dan ramah lingkungan bagi masyarakat

sekitar untuk kurun waktu jangka panjang dan berkelanjutan (sustainable).

2. Pengolahan sampah rumah tangga

Setelah perkembangan proyek perkebunan pohon jarak membuahkan hasil yang

menggembirakan, PT Indocement kembali meraih keberhasilan melalui proyek

pengelolaan sampah rumah tangga, yang diselenggarakan bersama kepala desa dan

masyarakat sekitar pabrik. Program ini dirintis pada 2007, dan seperti halnya inisiatif

proyek perkebunan pohon jarak, menjadi semakin berkembang di tahun 2008, pada saat

pihak yang terlibat dalam proyek ini mulai merasakan manfaat pengolahan sampah

tersebut. Mereka tidak hanya memperoleh lingkungan yang bersih dan sehat, namun

Page 102: Csr Indocement

87

juga turut memetik manfaat ekonomis dengan mengumpulkan dan mengolah sampah

rumah tangga mereka secara benar. Hasil pengolahan sampah saat ini hingga 1,7 ton

sampah yang dikonversi sebagai biomassa dan kompos. Biomassa digunakan sebagai

bahan bakar alternatif, sedangkan kompos digunakan sebagai pupuk organik.

3. Menghasilkan energi dari kotoran sapi

Salah satu proyek tanggung jawab sosial perusahaan lainnya yang juga sedang

dikembangkan PT Indocement di tahun 2008, yaitu proyek biogas yang dihasilkan dari

kotoran sapi, yang mengandung gas metana yang dapat digunakan untuk keperluan

memasak. Proyek ini dimungkinkan oleh suatu temuan alat inovatif yang sederhana dan

ekonomis, yang mampu menyerap metana dan memprosesnya menjadi gas untuk

memasak.

4. Proyek Peternakan Terpadu

Proyek ini adalah peternakan domba. Teknis pelaksanaannya dibantu oleh Institut

Pertanian Bogor (IPB) dengan pola inkubator di mana para peternak dari masyarakat

dibina dan dilatih menjadi peternak yang tangguh. Setelah mereka menguasai dengan

baik, peternak dapat mengembangkan sendiri peternakan ditempatnya sendiri dengan

membawa ternak sesuai pengembangannya.

Beliau juga menjelaskan struktur organisasi yang ada di Departemen CSR, yaitu:

1. Bu Via (head officer) sebagai kepala devisi

2. SDP section Pa ai (head) sebagai kelapa seksi yang beranggotakan: Pa dedi, Pa

fajar, Pa bambang, Pa yatno Pa subarno, dan Pa samsudi

3. Comdev section Bu Lia (head) sebagai kepala seksi

a) Pa Romi sebagai foreman dan membantu kepala seksi

b) Pa Dadan sebagai koordinator Desa Tajur dan Desa Pasirmukti juga

bertanggung jawab pada bidang ekonomi

c) Pa Usman sebagai koordinator Desa Gunung Sahari dan Desa Citeureup dan

juga bertanggung jawab pada bidang kesehatan

d) Pa Yadi sebagai koordinator Desa Bantarjati dan Desa Nambo juga

bertanggung jawab pada bidang pendidikan

e) Pa Agus sebagai koordinator Desa Gunung Putri dan Desa Puspanegara

f) Pa Arel sebagai koordinator Desa Hambalang dan Desa Tarikolot dan

bertanggung jawab pada bidang sosbudag

Page 103: Csr Indocement

88

g) Pa Sani sebagai koordinator Desa Lulut dan Desa Leuwikaret dan

bertanggung jawab pada bidang pendidikan

Bu Via memaparkan bahwa Indocement melakukan partisipasi dan langsung

turun ke desa yang dikoordinir oleh tiap koordinator desa dalam implementasi CSR,

oleh karena itu perusahaan dapat memperoleh data yang akurat, informasi yang baik dan

menghasilkan program atau proyek yang bagus pada tiap desa dengan menyesuaikan

dengan minat dan kebutuhan masyarakat. Semua proses dan tahapan tersebut akhirnya

dirumuskan menggunakan social mapping. Jika menginginkan dan melihat partisipasi

maka sebaiknya kita melihat proyek atau program dilihat dari kacamata masyarakat

untuk mengetahui sense of belonging (rasa kepemilikan) terhadap program atau proyek

tersebut.

Pada tahap evaluasi ini kita membutuhkan komunikasi yang baik antara

perusahaan dan masyarakat, oleh karena itu kita menempatkan para koordinator desa

yang dapat beradaptasi dengan baik kepada masyarakat sekitar. Semua program tidak

berjalan sesuai rencana jika tidak ada dukungan dari masyarakat dan tidak sesuai

dengan permasalahan dan kebutuhan masyarakat, oleh karena itu social mapping sangat

dibutuhkan pada pelaksanaan CSR. Selain itu juga program kita akan berjalan mulus

jika masyarakat termotivasi untuk mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam program.

Dalam implementasi CSR perusahaan bertindak sebagai fasilitator dengan

memberikan sarana dan prasarana dalam pembangunan masyarakat agar masyarakat

mandiri dan dibutuhkan partisipasi masyarakat sebagai penggerak dan agent of chage

(panjang tangan dari pemerintah desa). Dengan adanya komunikasi yang efektif antara

perusahaan dan masyarakat maka informasi dan tujuan yang diinginkan sesuai dengan

kebutuhan masyarakat. Pada pelaksanaan CSR PT Indocement memandang tanggung

jawab sosial perusahaan adalah melakukan kerjasama dengan berbagai stakeholders

dengan tidak mendahulukan kepentingannya sendiri melainkan adanya kesadaran dan

kewajiban bersama (beyond compliance). Selain itu, adanya upaya perusahaan dalam

manajemen dampak operasi perusahaan yang negatif diminimalkan sedangkan sampak

operasi perusahaan yang positif dimaksimalkan. Sesuai dengan kebijakan dan konsep

sebagai landasan dalam pelaksanaan CSR, maka dirumuskan tujuan CSR PT

Indocement, yaitu: Mewujudkan kemandirian masyarakat, Peningkatan ekonomi lokal ,

dan Mewariskan program-program yang berbasiskan Triple Bottom Lines kepada

generasi penerus untuk berkelanjutan hidup masyarakat sekitar.

Page 104: Csr Indocement

89

Implementasi Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu13

Bapak Dedi menceritakan awal mula didirikannya bengkel motor adalah karena

ada permasalahan di desa Banjarjati yaitu banyaknya pengangguran dan keterbatasan

skill atau kemampuan para remaja yang ada disana. Selain itu, mereka juga

mengeluhkan kurangnya modal untuk mendirikan suatu usaha. Oleh karena itu, setelah

dilakukan beberapa survai dan mendatangkan langsung masyarakat Banjarjati, pihak

CRS dept melakukan sosialisasi kepada masyarakat di 12 desa binaan untuk

dilakukannya pelatihan atau training menjadi montir. Pelatihan tersebut dilakukan pada

tahun 2007-2008 selama dua minggu. Setelah dilakukan pelatihan maka pihak CSR dept

menyeleksi para peserta pelatihan untuk dijadikan montir. Tujuan dari dibentuknya

bengkel motor terpadu ini adalah sebagai pusat pelatihan untuk para remaja yang ingin

belajar mengenai motor dan juga sebagai bisnis unit maksudnya setelah didirikannya

bengkel motor terpadu ini diharapkan dapat menghasilkan unit plasma bengkel baru

(anak cabang bengkel baru) dari pesarta yang sudah mengikuti pelatihan.

Bengkel motor terpadu ini juga memiliki sasaran untuk menambah keahlian atau

kemampuant para remaja yang menganggur, memberikan pengetahuan mengenai

manajemen usaha, memberikan motivasi bisnis mentally. Para montir atau pekerja di

bengkel masih diberikan upah oelh pihak CSR dept, padahal pemasukan dari bengkel

menjadi hak pekerja bengkel. Jadi, para pekerja disana masih ingin “disuapi” oleh pihak

inducement. Walaupun sudah dibuatkan bengkel, diberikan seluruh peralatan bengkel

dan dilengkapi oleh listrik dan air bersih, pekerja disana masih ingin diberi lebih oleh

pihak perusahaan.CSR dept menginginkan kemandirian dari masyarakat yang ada

disana, karena jika terjadi sesuatu pada perusahaan, pihak perusahaan tidak bisa selalu

memberikan upah ataupun fasilitas yang lain. Target yang sampai saat ini sudah tercapai

adalah berdirinya bengkel dan pengembangkan usaha bengkel motor terpadu di desa

Banjarjati.

Bapak Bambang menjelaskan yang menjadi kriteria pemilihan montir yang

dipekerjakan di bengkel minimal memiliki ijazah SMP dan memiliki keahlian dan

ketermapilan dalam bidang bengkel yang mengerti mesin motor. Jadi setelah para

perserta melakukan pelatiahan/training maka harus diseleksi untuk dipilih yang

13 Bersumber dari catatan harian hasil wawancara mendalam dengan informan (Bapak Dedi dan Bapak Fajar sebagai staf Departemen CSR, Ibu Sutrisna sebagai Sekretaris Desa Bantarjati, Bapak Agus dan Mba Maya sebagai pengurus bengkel, Hermansyah, Empuy, dan Sunim sebagai Mekanik Bengkel, dan Bapak Yasin sebagai Warga Desa Lulut )

Page 105: Csr Indocement

90

memiliki persyarakatn yang sudah ditentukan. Beberapa tahapan yang dilakukan pada

proyek bengkel, yaitu tahap sosialisasi berupa BILIKOM dan surat undangan yang

dapat melihat apakah masyarakat antusias dan bermotivasi untuk mengikuti tes

penyeleksian selanjutnya sebelum mengikuti pelatihan. Dan seberapa jauh masyarakat

yang berada di 12 desa binaan menyebarkan informasi mengenai pelatihan bengkel

kepada tetangga dan masyarakat lainnya.

Ibu Sutrisna selaku sekretaris desa, Beliau menceritakan kondisi Desa Bantarjati

sebelum dan sesudah didirikannya pabrik Indocement. Beliau juga menjelaskan

program CSR apa saja yang sudah dilakukan Indocement. Manfaat dan keuntungan

yang didapat dan dirasakan oleh masyarakat tidak merata jika dibandingkan dengan

desa binaan lainnya. Melihat SDA yang sudah dikeruk oleh perusahaan timbal balik

yang didapat masyarakat tidak seimbang, apalagi jika dilihat lebih lanjut hanya

masyarakat yang memiliki kedekatan dengan jalan raya yang sering mendapatkan

bantuan. Pada saat ini, pihak perusahaan melakukan perbaikan di segala bidang

termasuk dalam pelaksanaan CSR, perusahaan sekarang lebih melihat kondisi dan

permasalaha yang ada di desa, oleh karena itu, sekarang masyarakat di Desa Bantarjati

sudah merasakan masfaat seperti bantuan sarana dan fasilitas pendidikan di Sekolah

Dasar Nambo1 yang berada di pinggir jalan Desa Bantarjati. Beliau juga mengaku

pelaksanaan CSR inducement sudah cukup baik akan tetapi, masih banyak masyarakat

yang belum tahu tentang informasi mengenai pelatihan atau bantuan yang dilakukan

Indocement. Oleh karena itu, pihak perusahaan harus lebih mendekatkan diri dengan

masyarakat sekitar.

Bapak Agus selaku Ketua Bengkel menceritakan pada awalnya sebelum bengkel

ini terbentuk, pihak perusahaan melakukan pelatihan di Sekolah Magang Indocement

(SMI). Tahap awal yang dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan sosialisasi

dengan menyebarkan surat undangan kepada pemuda di 12 desa dan memberitahuan

infromasi pada saat BILIKOM di tiap desa. Pelatihan ke-II diadakan pada bulan maret

2008 dengan peserta pelatihan sebanyak 12-15 orang setalah dilakukan penyeleksiaan di

tiap desa. Setelah itu, mereka dididik mengenai cara mengoperasiakn mesin motor,

membongkar dan menservice motor. Kemudian, setelah 2 minggu berjalan maka dari

pihak perusahaan dan pelatih motor mengadakan menyeleksian kembali unutk memilih

peserta yang memiliki motivasi yang tinggi dan keterampilan yang bagus.

Page 106: Csr Indocement

91

Pada pelatihan angkatan ke-III pada bulan Maret 2009 juga dilakukan tahapan

yang sama seperti sebelumnya. Jumlah peserta pelatihan pada angkatan ke III ini

sebanyak 22 orang ditambah dengan angkatan ke II 4 orang untuk praktek langsung di

bengkel dan pemantangan keterampilan. Beberapa kriteria yang dipilih untuk bekerja di

bengkeladalah melihat kehadiran dalam pelatihan, minat dan motivasi dalam mengikuti

pelatihan, serta kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Bengkel terpadu juga memiliki

visi dalam pelaksanaanya yaitu meningkatkan kemampuan peserta pelatihan dengan

misi bagi peserta pelatihan yang lulus dalam pelatihan dapat langsung mempraktekkan

ilmunya untuk bekerja dibengkel. Dengan tujuan akhirnya adalah mampu

mengembangkan usaha atau bisnis sendiri dengan kemampuan yang sudah dimiliki.

Dan pada akhirnya dapat mandiri dan meningkatkan pendapatan dan perekonomian

masyarakat Desa Bantarjati.

Setiap minggu pihak dari Departemen CSR dating untuk melihat dan memonitor

bagaimana keadaan di bengkel dan meminta laporan mingguan pemasukan dan

pengeluaran kepada mba maya. Untuk tahap evaluasi pa agus mengaku tidak tahu

mengenai proses evaluasi tentang bengkel ini, beliau hanya memberi laporan kepada

bapak Bambang atau bapak Dedi tiap bulan atau pada saat mereka mengunjungi

bengkel. Sebaiknya pihak dari pengurus bengkel dilobatkan dalam tahap evaluasi agar

dapat melihat sampai sejauhmana manfaat dan hasil yang dicapai.

Saya juga melakukan wawancara dengan Sunim yang merupakan salah satu

mekanik yang bekerja di bengkel dan termasuk dalam angkatan ke II yang melakukan

pelatihan pada tahun 2008. Sunim berasal dari Desa Lulut yang rumahnya berada tidak

jauh dari bengkel. Motivasinya mengikuti pelatihan adalah untuk menambah ilmu

mengenai mesin motor karena dirumahnya, ia sering membongkar motornya sendiri

karena sejak kecil ia sudah tertarik dengan motor. Sunim juga mengaku sebelumnya ia

juga sudah memiliki pekerjaan akan tetapi sunim lebih tertarik untuk bekerja dibengkel

karena hobinya bongkar-bongkar motor. Ia juga mengetahui tentang pelatihan dari surat

undangan yang diberikan perusahaan. Selain itu, saya juga mewawancarai Hermanysah

merupakan salah satu pemuda Desa Lulut yang mengikuti pelatihan pada bulan maret

2008, jadi ia termasuk pada peserta angkatan ke-II. Ia menjelaskan sosialisasi yang

dilakukan perusahaan sebelum megadakan pelatihan adalah dengan memberikan surat

undangan kepada para pemuda melalui BILIKOM jadi hanya pemuda yang aktif saja

yang mendapatkan informasi mengenai rencana diadakannya pelatihan. Jadi partisipasi

Page 107: Csr Indocement

92

masyarakat dalam sosialisasi rencana pelatihan bengkel sangat minim hanya

memberitahuan dari mulut ke mulut kepada tetangga terdekat.

Sebenarnya dengan diadakannya pelatihan ini dapat menambah ilmu dan

kemampuan masyrarakat sekitar mengenai otomotif, ia menyarankan kegiaatan

pelatihan dapat dilakukan tiap tahunnya dan lokasi pelatihan bisa berada di desa lain

tidak hanya di Desa Bantarjati. Mungkin hal ini dapat menjadi saran kepada pihak

perusahaan dalam melakukan pelatihan lain selanjutnya.

Page 108: Csr Indocement

93