Critical Review Jurnal

5
Critical Review Jurnal Terciptanya Ketidakadilan karena Mandat Prosedur Keadilan: Bahaya Tersembuyi pada Rencana Pemberian Kompensasi Berdasarkan Kinerja Dari Jurmal yang berjudul “Terciptanya Ketidakadilan karena Mandat Prosedur Keadilan: Bahaya Tersembuyi pada Rencana Pemberian Kompensasi Berdasarkan Kinerja” dapat kita lihat bahwa untuk menciptaka keadilan didalam pemberian kompensasi terhadap karyawan maka dipergunkanya model gaji atau upah dan kompensasi terhadap kinerja, meski di sisi lain juga masih banyak karyawan yang merasa dengan adanya model tersebut justru kurang adil, karena masih banyaknya karyawan yang berfikir bahwa manajernya kurang adil dalam memberikan kompesasi terhadap kinerjanya, hal ini memang sering kali menjadi dilemma di dalam perusahaan. Lalu bagaiman dengan kondisi perusahaan yang ada di sekitar kita? Berdasarkan pengamatan saya pribadi, banyak perusahaan di Indonesia yang sudah meerapkan model pembayaran kinerja berdasarkan gaji/upah dan lagi di tambah kompensasi terhadap kinerja. Hal itu dirasa akan lebih efektif bagi perusahaan, karena kita ketahui budaya masyarakat Indonesia yang kurangya memiliki motivasi dalam bekerja. Apabila kompensasi

Transcript of Critical Review Jurnal

Page 1: Critical Review Jurnal

Critical Review Jurnal

Terciptanya Ketidakadilan karena Mandat Prosedur Keadilan: Bahaya

Tersembuyi pada Rencana Pemberian Kompensasi Berdasarkan Kinerja

Dari Jurmal yang berjudul “Terciptanya Ketidakadilan karena Mandat

Prosedur Keadilan: Bahaya Tersembuyi pada Rencana Pemberian Kompensasi

Berdasarkan Kinerja” dapat kita lihat bahwa untuk menciptaka keadilan didalam

pemberian kompensasi terhadap karyawan maka dipergunkanya model gaji atau

upah dan kompensasi terhadap kinerja, meski di sisi lain juga masih banyak

karyawan yang merasa dengan adanya model tersebut justru kurang adil, karena

masih banyaknya karyawan yang berfikir bahwa manajernya kurang adil dalam

memberikan kompesasi terhadap kinerjanya, hal ini memang sering kali menjadi

dilemma di dalam perusahaan.

Lalu bagaiman dengan kondisi perusahaan yang ada di sekitar kita?

Berdasarkan pengamatan saya pribadi, banyak perusahaan di Indonesia yang

sudah meerapkan model pembayaran kinerja berdasarkan gaji/upah dan lagi di

tambah kompensasi terhadap kinerja. Hal itu dirasa akan lebih efektif bagi

perusahaan, karena kita ketahui budaya masyarakat Indonesia yang kurangya

memiliki motivasi dalam bekerja. Apabila kompensasi diberikan berdasarkan

kinerjaya maka dirasa oleh para pengusaha hal itu akan jauh lebih efektif, karena

karyawan akan semakin terdorong untuk mencapai hasil kierjanya dengan yang

terbaik agar mendapatkan kompensasi yang lebih dari pekerjaanya. namun

bagaimana dengan karyawan sendiri, apakah karyawan sudah merasa adil dengan

model seperti itu? Ada banyak penilaian dari karyawan tentang model

pembayaran seperti itu, ada karyawan yang merasa adil karena kompensasi yang

mereka dapat memang telah sesuai dengan apa yang mereka kerjakan, tetapi juga

tidak sedikit karyawan yang merasa kurang adil dengan kebijakan tersebut,

karena banyak karyawan yang merasa walaupun kompensasi yang mereka dapat

bersifat fleksibel sesuai dengan apa yang mereka kerjakan tetapi tidak sedikit

yang merasa besarnya kompensasi tersebut tetap saja tidak sesuai, hal itu kerap

terjadi di model pemberian kompensasi berdasarkan target contohnya: seorang

Page 2: Critical Review Jurnal

karyawan dari penjual property yang telah memiliki gaji perbulan sebesar 800

ribu rupiah, dan apabila karyawan tersebut ingin mendapatkan penghasilan yang

lebih besar maka karyawan tersebut di beri target untuk menjual rumah 10 unit

dalam 1 bulan, dan apabila unit yang di jual tidak mencapai 10 unit atau tidak

mencapai target penjualan maka karyawan tersebut tidak akan mendapatkan

penghasilan tambahan selain gaji pokoknya, atau terkadang tetap mendapatkan

penghasialan tambahan dari unit yang terjual tetapi yang didapatnya tidak sebesar

apabila dia mencapai target. Hal itu kerap menjadi permasalahan bagi karyawan,

karena biasanya karyawan merasa bahwa usaha yang dilakukanya sama dengan

karyawa lain yang telah berhasil mencapai target perusahaan. Dari situlahbanyak

karyawan yag merasa bahwa model kompensasi berdasarkan kinerja kurang

dirasa adil. Sebenarnya hal ini apabila di terapkan kepada orang/individu yang

memiliki motivasi tinggi maka dapat menjadikan hal tersebut menjadi motivasi

untuk mencapai target sehingga karyawan tersebut akan jauh lebih produktif,

tetapi kejadian akan berbeda lagi ketika karyawan tersebut merupakan seorang

yang memiliki motivasi kurang, karyawan tersebut akan berfikir ketika dia telah

berhasil menjual 8 unit rumah dalam 1 bulan maka dia tidak memenuhi terget,

sehingga dia akan berfikir 8 unitt rumah yang telah didapatnya merupakan hasil

yang sia-sia karena tidak ada penghargaan atas usaha yang dia lakuka. Dan juga

terkadang karyawan yang merasa tidak adil dengan kebijakan tersebut, ketika ada

seorang karyawan yang telah bekerja pada sebuah perusahaan lebih dari usia

setengah hidupnya, lalu di sisi lain ada karyawan yang baru saja masuk ke

perusahaan tersebut, tetapi karyawan tersebut memiliki kecakapan yang lebih

baik daripada karyawan yang telah lama mengabdi pada perusahaan tersebut

sehingga karyawan tersebut memungkikan utuk mendapatkan kompensasi atas

pekerjaanya lebih banyak daripada karyawan yang telah bekerja lebih lama dari

karyawan baru tersebut. Hal itu sensitive meimbulkan rasa ketidak adilan pada

karyawan yang telah lebih lama bekerja pada perusahaan tersebut, karena dia

merasa adalah senior di perusahaan tersebut, tetapi mengapa pendapatan yang

didapatnya jauh di bawah junior-junior yang baru saja masuk pada perusahaan

tersebut,

Page 3: Critical Review Jurnal

Memang tidaklah mudah dalam menentukan model pembayaran yang akan

dipakai oleh sebuah perusahaan, ada banyak pertimbangan yang dilakukan, Harus

dilihat apakah karyawan tersebut memang bisa diberikan model kompesasi

berdasarkan kinerja atau tidak, itu dapat dilihat dari lingkungan orgaisasi dan

lingkungan karyawan, seperti bagaimana mayoritas pendidikan dari karyawan,

apakah karyawan tersebut memiliki tingkat motivasi yang tinggi atau tidak dsb.

Karena dapat kita ambil contoh karyawan yang rata-rata meimiliki tingkat

pendidikan rendah pada umumnya memiliki kecenderungan motivasi kerja yang

rendah pula, yang ada di fikiran mereka biasanya hanya bekerja, sesuai apa yang

dipernitahkan atasan dan menerima gaji tetap perbulan. Seperti buruh pabrik,

cleaning service, officeboy dsb.

Dan kebalikanya, karyawan yang merasa diriya memiliki kelebihan di banding

karyawan yag lain tentu saja dia akan mengharapka adanya kompesasi yang

pantas akan kelebihanya, kita ambil contoh seperti seorang marketing yang

memiliki kecakapan lebih di banding yang lain.. Tentu saja dia tidak mau dibayar

sama dengan karyawan lainya, karena dia punya kelebihan, dia memiliki kinerja

yang lebih baik di banding karyawan lain, dan dia merasa bahwa dirinya

merupakan asset dari perusahaan. Apabila dia dibayar tidak sesuai dengan

kinerjanya maka karyawan tersebut akan merasa tidak adil atas kompensasi yang

diberikan perusahaan kepadanya.

Hal-hal tersebut memang perlu diperhatikan karena masalah kompensasi adalah

masalah yang paling sensitive dalam perusahaan. Banyak perusahaan yang

mengalami masalah karena tidak dapat memmberikan kompensasi yang sesuai

pada karyawanya.