CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

31
CRITICAL REVIEW KERJASAMA PEMERINTAH SWASTA PADA PEKERJAAN REHABILITASI BERAT PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH : TATA KELOLA WILAYAH DOSEN : Dr. SRI YUWANTI, MA, MPD OLEH : PUJIATI SRI REJEKI NIM. 21040116410031 FAKULTAS TEKNIK MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS DIPONEGORO TAHUN 2016

Transcript of CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

Page 1: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

CRITICAL REVIEW KERJASAMA PEMERINTAH SWASTA PADA PEKERJAAN

REHABILITASI BERAT PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH : TATA KELOLA WILAYAH

DOSEN : Dr. SRI YUWANTI, MA, MPD

OLEH :

PUJIATI SRI REJEKI

NIM. 21040116410031

FAKULTAS TEKNIK

MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

TAHUN 2016

Page 2: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... 2

I. PENDAHULUAN...................................................................................................................... 3

A. LATAR BELAKANG ............................................................................................................ 3

B. MAKSUD DAN TUJUAN ..................................................................................................... 4

C. SISTEMATIKA PEMBAHASAN .......................................................................................... 5

II. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI ............................................................................... 6

III. LANDASAN TEORI ................................................................................................................. 9

A. KERJASAMA PEMERINTAH SWASTA (KPS) ....................................................................... 9

B. PENGELOLAAN PASAR TRADISIONAL .............................................................................12

IV. PEMBAHASAN .......................................................................................................................16

A. PROSES KPS REHABILITASI BERAT PASAR WELERI ..................................................16

B. KONDISI PASAR WELERI SAAT INI ................................................................................21

C. TINJAUAN KRITIS .............................................................................................................24

V. PENUTUP ................................................................................................................................29

A. KESIMPULAN .....................................................................................................................29

B. SARAN .................................................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................31

Page 3: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

3

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kelengkapan sarana prasarana pada berbagai bidang merupakan suatu syarat

penting yang harus ada guna mendukung percepatan perkembangan perekonomian di era

otonomi daerah dan era persaingan pasar bebas. Hal ini sebagai konsekuensi logis bagi

pemerintah daerah dan seluruh lapisan masyarakat yang menginginkan perkembangan

dan kesiapannya mengelola pemerintahannya sendiri dengan mengoptimalkan seluruh

potensi sumber daya yang ada, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia.

Penyediaan sarana kota yang dimaksud dalam hal ini yaitu penyediaan kelengkapan

sarana perdagangan berupa pembangunan ataupun rehabilitasi pasar tradisional.

Pembangunan pasar tradisional merupakan salah satu upaya optimalisasi sarana

ekonomi untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam melakukan transaksi

jual beli barang baik barang-barang yang bersifat konsumtif maupun produktif. Selain itu

pembangunan pasar tradisional juga memberikan peluang kesempatan kerja dan

peningkatan pendapatan bagi masyarakat sehingga pembangunannya akan memberikan

kontribusi bagi dinamika ekonomi masyarakat dan peningkatan pendapatan pemerintah

daerah. Akhir-akhir ini pasar tradisional baik di pusat maupun di daerah terus melakukan

pembenahan, disamping pembenahan manajemen juga melakukan renovasi ataupun

peremajaan pasar. Hal ini dilakukan karena pasar tradisional merupakan salah satu

jantung perekonomian masyarakat. Kedudukan pasar tradisional masih tetap penting dan

menyatu dalam kehidupan masyarakat. Banyak masyarakat yang masih membutuhkan

pasar tradisional dalam mencari pendapatan dan juga kebutuhan dalam transaksi jual beli.

Kabupaten Kendal memiliki potensi yang sangat besar untuk upaya pengembangan

infrastruktur pasar tradisional. Kabupaten Kendal memiliki 11 pasar tradisional yang

dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Kendal yang berada di tingkat kecamatan antara lain

Pasar Kendal, Pasar Cepiring, Pasar Weleri, Pasar Sukorejo, Pasar Boja, Pasar

Kaliwungu, Pasar Gladak, Pasar Sidorejo, Pasar Pegandon, Pasar Kangkung dan Pasar

Penyangkringan. Selain 11 pasar tradisional yang terdapat di tingkat kecamatan,

Kabupaten Kendal juga memiliki 4 pasar hewan yang dikelola pemerintah kabupaten dan

25 pasar desa yang dikelola oleh pemerintah desa setempat. Pasar tradisional ini memiliki

peran penting, salah satunya adalah melayani dan memberikan lapangan usaha untuk

Page 4: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

4

masyarakat ekonomi menengah maupun ekonomi menengah ke bawah. Peran pasar bagi

masyarakat di Kabupaten Kendal cukup kompleks meliputi fungsi sosial, ekonomi, dan

budaya.

Salah satu pasar tradisional terbesar di Kabupaten Kendal yang telah mengalami

rehabilitasi adalah Pasar Weleri yang terletak di Jalan Raya Utama Weleri Desa

Karangdowo Kecamatan Weleri. Rehabilitasi berat Pasar Weleri yang dilakukan pada

tahun 1995 dengan melibatkan pihak ketiga sebagai investor dalam kerangka konsep

Kerjasama Pemerintah dengan Swasta (KPS), telah banyak memberikan pengaruh

signifikan terhadap perkembangan dan pertumbuhan perekonomian masyarakat di

Kabupaten Kendal terutama di Kecamatan Weleri dan sekitarnya. Keberadaan Pasar

Weleri paska rehabilitasi semakin meningkatkan peran Kecamatan Weleri sebagai pusat

aktivitas perdagangan dan jasa di Kabupaten Kendal, karena memang kecamatan inilah

yang memiliki fasilitas pelayanan publik paling lengkap di Kabupaten Kendal.

Namun demikian, dampak positif dari keberadaan Pasar Weleri tidak serta merta

mampu mereduksi munculnya dampak negatif akibat rehabilitasi terhadap Pasar Weleri

karena banyak permasalahan yang terjadi justru muncul setelah adanya rehabilitasi berat

pada pasar Weleri. Permasalahan yang seringkali terjadi di Pasar Weleri antara lain

ketidaknyamanan pedagang dan pembeli di dalam pasar akibat mulai rusaknya sebagian

besar bangunan, ketidakteraturan dan kesemrawutan lokasi pasar dan pencemaran

lingkungan pasar. Latar belakang dari permasalahan yang timbul tersebut yaitu

keberadaan Pasar Weleri pada saat rehabilitasi merupakan hal yang menarik untuk

ditelaah dan ditinjau karena hal ini terkait dengan konsep kerjasama daerah dengan pihak

ketiga dalam proses rehabilitasi berat tersebut. Oleh karena itu, perlu analisis secara lebih

mendalam serta review dan tinjauan kritis secara lebih lengkap mengenai proses dan

mekanisme kerjasama daerah dengan pihak ketiga dalam rehabilitasi berat yang

dilakukan pada Pasar Weleri.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari penulisan paper mengenai “Critical Review Kerjasama Pemerintah

Swasta pada Pekerjaan Rehabilitasi Berat Pasar Weleri Kabupaten Kendal” ini adalah

untuk menelaah, selanjutnya melakukan penilaian dan saran rekomendasi atas proses

pembangunan yang telah dilakukan pada pelaksanaan rehabilitasi berat pada Pasar Weleri

yang telah berlangsung selama dua puluh satu tahun .

Page 5: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

5

Tujuan dari penulisan paper mengenai “Critical Review Kerjasama Pemerintah

Swasta pada Pekerjaan Rehabilitasi Berat Pasar Weleri Kabupaten Kendal” ini adalah

sebagai berikut.

1. Memperoleh informasi secara lebih lengkap mengenai proses rehabilitasi berat di

Pasar Weleri pada tahun 1995;

2. Melakukan analisis terhadap kondisi saat ini di Pasar Weleri; dan

3. Memberikan penilaian dan masukan terhadap proses rehabilitasi berat yang telah

dilakukan di Pasar Weleri.

C. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika penulisan paper mengenai “Critical Review Kerjasama Pemerintah

Swasta pada Pekerjaan Rehabilitasi Berat Pasar Weleri Kabupaten Kendal” ini adalah

sebagai berikut.

Gambar 1. Sistematika Penulisan Paper

Gambaran Umum Wilayah Studi

Landasan Teori

Konsep Kerjasama Pemerintah dengan Swasta

Pengelolaan Pasar Tradisional

Analisis dan Pembahasan

Proses KPS Rehabilitasi Berat Pasar Weleri

Kondisi Pasar Weleri Saat Ini

Tinjauan Kritis

Latar Belakang

Page 6: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

6

II. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Kabupaten Kendal merupakan salah satu dari 35 daerah tingkat II yang terletak di

Provinsi Jawa Tengah.Secara geografis Kabupaten Kendal terlet pada koordinat 6032’-7024’

Lintang Selatan dan 109040’-109018’ Bujur Timur. Batas wilayah Kabupaten Kendal yaitu

sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kota Semarang,

sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung dan

Kabupaten Wonosobo serta sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Batang.

Luas wilayah Kabupaten Kendal adalah 1.002,23 km2 yang terdiri dari pantai dan

dataran rendah di bagian utara, perbukitan dan pegunungan di bagian tengah serta bagian

selatan. Secara administratif, Kabupaten Kendal terdiri dari 20 kecamatan dan 286 desa

dengan 266.595 rumah tangga. Kecamatan paling luas wilayahnya adalah Kecamatan

Singorejo yaitu seluas 119,32 km2, sementara paling sempit wilayahnya adalah Kecamatan

Ringinarum dengan luas wilayah 23,50 km2 (BPS Kabupaten Kendal, 2016a).

Secara administratif, wilayah Kabupaten Kendal digambarkan pada Peta Administratif

Kabupaten Kendal berikut.

Gambar 2. Peta Administratif Kabupaten Kendal

Sumber : BPS Kabupaten Kendal (2016a)

Page 7: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

7

Kabupaten Kendal terdiri dari 20 kecamatan, salah satunya yang merupakan kecamatan

dengan fasilitas pelayanan terlengkap adalah Kecamatan Weleri. Kecamatan Weleri terletak

di jalur utama Pantai Utara Kabupaten Kendal, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut.

- Sebelah Utara : Kecamatan Rowosari

- Sebelah Selatan : Kecamatan Pegeruyung

- Sebelah Barat : Kabupaten Batang

- Sebelah Timur : Kecamatan Rowosari, Kec. Gemuh

Jarak dari Ibukota Weleri ke beberapa kota adalah sebagai berikut.

- Kota Provinsi Jawa Tengah : 50 Km

- Kota Kabupaten Kendal : 18 Km

- Kota Kecamatan Rowosari : 4 Km

- Kota Kecamatan Pageruyung : 14 Km

- Kota Kecamatan Grising : 3 Km

Berikut adalah peta administratif Kecamatan Weleri.

Gambar 3. Peta Administratif Kecamatan Weleri

Sumber : BPS Kabupaten Kendal (2016b)

Page 8: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

8

Wilayah bagian utara Kecamatan Weleri merupakan daerah dataran pantai dengan

ketinggian antara 0 - 5 meter diatas permukaan laut (dpl). Wilayah bagian selatan Kecamatan

Weleri merupakan tanah hutan negara dengan ketinggian antara ± 10 meter dpl. Kecamatan

Weleri terdiri dari 16 desa dengan luas wilayah seluruh kecamatan sebesar 30.29 Km2,

dimana sebagian besar digunakan sebagai lahan pertanian (tanah sawah dan tanah tegalan)

yaitu mencapai 66,4% dan sisanya 33,6% digunakan untuk tambak/kolam dan pekarangan

(lahan untuk bangunan dan halaman sekitar) dan lain-lain (BPS Kabupaten Kendal, 2016b).

Jumlah penduduk Kecamatan Weleri pada tahun 2015 mencapai 57.362 jiwa, terdiri

dari 28.811 jiwa (50,23 persen) laki-laki dan 28,551 jiwa (49,77persen) perempuan. Jumlah

penduduk terbesar berada di Desa Penyangkringan sebanyak 8,287 jiwa (14,45 persen) dari

total jumlah penduduk Kecamatan Weleri. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit

adalah Desa Ngasinan dengan jumlah penduduk 1,431 jiwa (2,49 persen) dari total jumlah

penduduk Kecamatan Weleri.

Kepadatan penduduk Kecamatan Weleri tahun 2015 mencapai 1,894 orang/km2. Desa

terpadat adalah Desa Penyangkringan dengan kepadatan penduduk sebesar 4.656 orang/km2,

sedangkan kepadatan penduduk terkecil adalah Desa Sambongsari dengan kepadatannya

1,354 orang/km2. Penduduk Kecamatan Weleri sebagian besar beragama Islam yaitu

sebanyak 55,165 orang (96,17 persen) dari total jumlah penduduk yang ada. Sisanya 2,197

orang (3,83 persen) beragama Kristen, Katholik, Budha, Hindu dan Konghucu. Dengan

tempat ibadah sebanyak 217 buah, terdiri dari masjid sebanyak 43, musholla sebanyak 166,

dan gereja sebanyak 7 (BPS Kabupaten Kendal, 2016b).

Kondisi kependudukan pada Kecamatan Weleri tersebut memungkinkan lengkapnya

fasilitas pelayanan publik yang tersedia. Hal ini memungkinkan aktivitas penduduk dalam

semua sektor baik ekonomi, pendidikan, sosial maupun budaya dapat berlangsung dengan

lancar. Aktivitas penduduk di Kecamatan Weleri yang berkaitan dengan sektor ekonomi

utamanya sangat terbantu dengan adanya berbagai fasilitas seperti pasar, terminal angkutan,

pertokoan, bank dan koperasi yang tersedia, sehingga perkembangan Kecamatan Weleri lebih

maju dibandingkan kecamatan lainnya di Kabupaten Kendal.

Page 9: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

9

III. LANDASAN TEORI

A. KERJASAMA PEMERINTAH SWASTA (KPS)

Sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar 1945, Pemerintah Daerah berwenang

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan

tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan

dan peran serta masyarakat. Disamping itu melalui otonomi luas, daerah diharapkan

mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,

keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah dapat menugaskan kepada

Daerah tugas-tugas tertentu dalam rangka tugas pembantuan disertai pembiayaan, sarana

dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya

dan mempertanggungjawabkannya kepada Pemerintah (Bratakusumah & Solihin, 2010).

Kerjasama daerah merupakan salah satu pilar penting dalam hal ini. Sebagai sebuah

bentuk kelompok kepentingan, kerjasama daerah ini bisa menjadi wadah bagi anggotanya

untuk memperjuangkan kepentingan bersama dalam menghadapi pihak lain, terutama

pemerintah pusat/pemerintahan tingkat di atasnya, serta pelaku swasta, dalam dan luar

negeri. Walaupun Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah telah menjamin jenis- jenis

kewenangan yang dimiliki oleh daerah otonom, namun setiap kebijakan pemerintah pusat

akan mempengangaruhi nasib daerah (Haris, 2007).

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Jo Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015

mengamanatkan bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, Daerah dapat

mengadakan kerja sama yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas

pelayanan publik serta saling menguntungkan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50

Tahun 2007, pihak yang menjadi subjek kerja sama dalam kerja sama daerah adalah

Gubernur, Bupati, Wali Kota dan Pihak ketiga. dan Objek kerja sama daerah adalah

seluruh urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan daerah otonom dan dapat

berupa penyediaan pelayanan publik.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007, Kerja sama daerah adalah

kesepakatan antara gubernur dengan gubernur atau gubernur dengan bupati/wali kota atau

antara bupati/wali kota dengan bupati/wali kota yang lain, dan atau gubernur, bupati/wali

Page 10: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

10

kota dengan pihak ketiga, yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan

kewajiban. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Pemerintahan

Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan

perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.(2014)(2007)

Adapun menurut Pamudji (1985), kerjasama pada hakekatnya mengindikasikan

adanya dua pihak atau lebih yang berinteraksi secara dinamis untuk mencapai suatu

tujuan bersama. Dalam pengertian itu terkandung tiga unsur pokok yang melekat pada

suatu kerangka kerjasama, yaitu unsur dua pihak atau lebih, unsur interaksi dan unsur

tujuan bersama. Jika satu unsur tersebut tidak termuat dalam satu obyek yang dikaji,

dapat dianggap bahwa pada obyek itu tidak terdapat kerjasama.

Kerja sama daerah itu sendiri menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22

Tahun 2009 Tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerja Sama Daerah, terdiri dari

kerjasama antar daerah dan kerjasama daerah dengan pihak ketiga. Yang dimaksud

dengan Kerja Sama Daerah dengan Pihak Ketiga (KSPK) adalah kesepakatan antara

Gubernur, Bupati/Walikota atas nama Pemerintah Daerah dengan Departemen/Lembaga

Pemerintah Non Departemen (LPND) atau sebutan lain dan badan hukum. Teknis

pelaksanaan KSPK dalam Permendagri Nomor 22 Tahun 2009 tersebut, terutama dalam

hal proses seleksi untuk menetapkan pihak ketiga sebagai mitra kerjasama dalam KSPK,

mengacu pada peraturan mengenai pengadaan barang / jasa pemerintah, selanjutnya

perjanjian kerjasama dapat ditandatangani oleh kepala daerah dan badan hukum setelah

mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Adapun objek yang

dikerjasamakan adalah merupakan urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah

Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)

dan dapat pula berupa obyek kerja sama yang diusulkan oleh badan hukum dapat tidak

termasuk dalam daftar prioritas kerja sama daerah.

Dengan mendasarkan pada pengertian dalam peraturan ini, maka dapat dinyatakan

bahwa KSPK antara pemerintah daerah dengan badan hukum merupakan bagian dari

Kerjasama Pemerintah dengan Swasta (KPS). Karena KPS atau Public Private

Partnership (PPP) dapat diterjemahkan sebagai perjanjian kontrak antara swasta dan

pemerintah, yang keduanya bergabung bersama dalam sebuah kerjasama untuk meng-

gunakan keahlian dan kemampuan masing-masing untuk meningkatkan pelayanan

Page 11: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

11

kepada publik di mana kerjasama tersebut dibentuk untuk menyediakan kualitas

pelayanan terbaik dengan biaya yang optimal untuk publik (America’s National Council

on Public Private Partnership). Secara umum bentuk kontrak KPS / PPP terdiri dari

konsesi dan joint venture. Konsesi dalam infrastruktur seringkali mengacu sebagai

Bangun-Operasi-Transfer / BOT, meskipun mekanisme pembangunan aktual menca- kup

Desain – Bangun – Operasi - Pelihara / DBOM, Bangun – Miliki - Operasi / BOO,

Bangun-Miliki- Operasi-Transfer / BOOT, Desain-Bangun-Biayai- Operasi / DBFO,

Rehabilitasi – Operasi - Transfer / ROT, Bangun-Sewa-Transfer / BLT (Miller, 2000).

Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh Firdaus (2011), pasca UU otonomi

daerah, perkembangan tatakelola pemerintahan daerah saat ini telah berkembang pada

pemerintahan yang lebih terbuka yang salah satunya ditandai oleh model-model

pengembangan kerjasama dari tingkat lokal sampai dengan Internasional. Bersamaan

dengan hal ini, tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik, tuntutan terhadap

peningkatan kesejahteraan pun semakin meningkat. Disisi lain Pemerintah Daerah

tentunya memiliki keterbatasan sumber daya seperti Dana, Sumber Daya Manusia

(SDM), lahan dan peralatan ataupun perlengkapan. Untuk itulah kerjasama antara

pemerintah daerah dengan pihak lain (badan hukum) perlu dilakukan. Kerjasama atau

kemitraan tersebut tentunya perlu dilakukan secara terus menerus, sehingga output dan

outcome dapat secara maksimal dirasakan, khususnya oleh masyarakat. Khusus mengenai

kerjasama melalui Kemitraan Pemerintah dan Swasta (Public Private Partnership/PPP),

hal ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan publik dan mampu

menciptakan stimulus dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerahnya.

Kemitraan Pemerintah Swasta ini memiliki ciri-ciri diantaranya adalah adanya pembagian

investasi dan resiko serta adanya pembagian keuntungan.

Secara umum menurut Permendagri Nomor Nomor 22 Tahun 2009 bentuk kerja

sama dapat diklasifikasikan dalam 4 (empat) bagian besar, yaitu :

1. Kontrak Pelayanan, yang terdiri dari Kontrak Operasional/Pemeliharaan, Kontrak

Kelola, Kontrak Sewa dan Kontrak Konsesi.

2. Kontrak Bangun, terdiri dari Kontrak Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer /

BOT), Kontrak Bangun Serah Guna dan Kontrak Bangun Sewa Serah Cara.

3. Kontrak Rehabilitasi, terdiri dari Kontrak Rehabilitasi Kelola dan Serah Cara dan

Kontrak Bangun Tambah Kelola dan Serah Cara

4. Kontrak Patungan.

Selanjutnya Paskarina (2007) menjelaskan manfaat yang diharapkan dengan adanya

KPS ini yaitu :

Page 12: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

12

1. Dampak Biaya, diharapkan PPP mampu mereduksi biaya yang seharusnya

dikeluarkan oleh Pemerintah daerah. Hal ini dapat terjadi melalui pengurangan

biaya overhead pemerintah daerah, jumlah staf yang lebih ramping, dan penelolaan

yang lebih baik.

2. Inovasi, Keterlibatan pihak swasta dalam kemitraan dengan Pemerintah daerah

diharapkan memberikan dampak pada munculnya temuan-temuan baru, seperti

metode yang lebih efektif dan efisien.

3. Dampak pada kualitas, dengan adanya pihak swasta diharapkan ada persaingan

yang sehat antar pihak swasta dalam memberikan kualitas pelayanan kepada

mitranya (Pemerintah Daerah).

Beberapa prinsip dalam melakukan KPS menurut Paskarina (2007) yaitu :

1. Saling Percaya

2. Data yang lengkap mengenai apa yang akan dikerjakan

3. Jaminan keuntungan

4. Resiko yang dibagi secara proporsional

5. Dukungan stakeholder

Beberapa hal yang sering menjadi kendala dalam menjalin kemitraan Pemerintah

dengan Swasta diantaranya (Paskarina, 2007) adalah sebagai berikut.

1. Ketidakpastian keuntungan yang besar.

2. Birokrasi yang panjang

3. Belum mempunyai pola kerjasama yang saling menguntungkan

4. Kekhawatiran pada paradigma “ganti pemerintah ganti kebijakan”

5. Kekhawatiran dianggap sebagai kegiatan Kolusi Korupsi atau Nepotisme

B. PENGELOLAAN PASAR TRADISIONAL

Pengertian pasar sebagaimana Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112

Tahun 2007 adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu

baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa,

pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Lebih lanjut Perpres-RI tersebut

mendefinisikan pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha

Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios,

los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat

Page 13: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

13

atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang

dagangan melalui tawar menawar.(2007)

Pasar tradisional dikenal sebagai tempat transaksi rakyat yang berwajah semrawut

dengan ciri sampah berserakan, becek, kumuh, bau menyengat, dan sistem keamanan

yang minim. Dengan tampilan fisik yang demikian, ditambah realitas pertumbuhan pasar

moderen yang kian penetratif, membuat keberadaan pasar tradisional semakin surut daya

saingnya. Hampir seluruh pasar tradisional di Indonesia masih bergelut dengan masalah

internal pasar seperti buruknya manajemen pasar, sarana dan prasarana pasar yang sangat

minim, menjadi target penerimaan retribusi, menjamurnya pedagang kaki lima (PKL) dan

minimnya bantuan permodalan (Poesoro, 2007).

Menurut Kuncoro (2008), permasalahan umum yang dihadapi pasar tradisional

adalah sebagai berikut.

1. Banyaknya pedagang yang tidak tertampung di dalam pasar.

2. Stigma pasar tradisional yang mempunyai kesan kumuh.

3. Barang dagangan makanan siap saji mempunyai kesan kurang higienis.

4. Pasar moderen yang banyak tumbuh dan berkembang merupakan pesaing serius

pasar tradisional.

5. Rendahnya kesadaran pedagang untuk mengembangkan usahanya dan menempati

tempat yang sudah ditentukan.

6. Status tanah pasar yang tidak jelas, sebagian tanah berstatus milik pemerintah

daerah dan sebagian berstatus milik pemerintah desa.

7. Banyaknya pasar yang tidak beroperasi secara maksimal, karena adanya pesaing

pasar lain sehingga perlu pemanfaatan lokasi secara efektif.

8. Masih rendahnya kesadaran pedagang dalam membayar retribusi.

9. Masih adanya pasar yang beroperasi hanya pada hari pasaran.

Namun demikian keberadaan pasar tradisional di Indonesia sebenarnya memiliki

nilai yang sangat strategis. Menurut Kuncoro (2008) nilai strategis pasar tradisional

terlihat dari besarnya jumlah pedagang ritel tradisional yang berjumlah sekitar duabelas

juta pedagang, kemudian adanya kenyataan bahwa pasar tradisional merupakan pasar

yang paling sering dikunjungi pembeli dimana masyarakat Indonesia melakukannya

kurang lebih dua puluh lima kali dalam sebulan, adanya kemudahan akses bagi pemasok

kecil termasuk petani serta memiliki keunggulan dimana terjadi tawar menawar antara

penjual dan pembeli, kualitas barang yang segar serta lokasi pasar tradisional yang dekat

dengan masyarakat.

Page 14: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

14

Keberadaan pasar diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pembeli,

pedagang, pengelola pasar dan pemerintah daerah. Pada era sekarang ini, salah satu

tuntutan masyarakat terhadap pelayanan pasar adalah adanya peningkatan kualitas

pelayanan. Menurut Poesoro (2007) pelayanan adalah setiap kegiatan yang

menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan

meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.

Untuk menjalankan tugasnya pengelola pasar tidak terlepas dari aktivitas dalam

peningkatan pelayanan kepada pelanggan dan stakeholders. Pelanggan dan stakeholders

bagi sektor publik menurut Poesoro (2007) yaitu mereka yang secara langsung atau tidak

langsung menggunakan pelayanan publik atau mereka yang secara langsung maupun

tidak langsung terpengaruh oleh tindakan-tindakan atau kebijakan-kebijakan publik.

Pelayanan publik menurut Kuncoro (2008) diartikan sebagai pemberian layanan

(melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada

organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

Dengan pengelolaan pasar yang baik, pelanggan dan stakeholders akan memperoleh

keuntungan. Pembeli akan memperoleh kemudahan dalam mendapatkan barang

kebutuhan dan bahan mentah yang bersih dan sehat, memperoleh kenyamanan dan

jaminan keamanan serta mendapatkan perlindungan akan hak-haknya. Bagi pedagang

sendiri diharapkan akan mendapatkan layanan fasilitas yang lebih baik, mendapatkan

kenyamanan dan keamanan, mendapatkan perlindungan akan hak-haknya, peningkatan

jumlah pembeli serta peningkatan pendapatan. Dengan pengelolaan pasar yang baik,

tentunya akan memberikan manfaat bagi pengelola pasar dan pemerintah daerah berupa

pengembangan dan promosi produk-produk tradisional setempat, rekelola limbah pasar,

optimalisasi dan efisiensi dalam pengelolaan pasar, peluang mendapatkan apresiasi dari

individu, lembaga pemerintah atau lembaga lain, peningkatan pembeli serta peningkatan

pendapatan asli daerah (PAD). Pengelolaan pasar yang baik pada akhirnya akan

memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar pasar dengan tersalurkannya produk-

produk lokal, penyerapan sumberdaya setempat, terkelolanya dampak cemaran kegiatan

pasar serta tertatanya akses transportasi.

Pemerintah melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007

telah mengatur mengenai penataan pasar tradisional dimana lokasi pendirian pasar

tradisional wajib mengacu pada Rencana Tata Ruang Wi1ayah Kabupaten/Kota, dan

Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota, termasuk peraturan zonasinya. Pendirian

pasar tradisional wajib memenuhi ketentuan diantaranya adalah memperhitungkan

kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keberadaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan

Page 15: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

15

dan toko moderen serta usaha kecil, termasuk koperasi, yang ada di wilayah yang

bersangkutan; menyediakan areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1 (satu)

buah kendaraan roda empat untuk setiap 100 m2 (seratus meter per segi) luas lantai

penjualan pasar tradisional; dan menyediakan fasilitas yang menjamin pasar tradisional

yang bersih, sehat (hygienis), aman, tertib dan ruang publik yang nyaman serta

penyediaan areal parkir dapat dilakukan berdasarkan kerjasama antara pengelola pasar

tradisional dengan pihak lain.

Page 16: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

16

IV. PEMBAHASAN

A. PROSES KPS REHABILITASI BERAT PASAR WELERI

Pekerjaan rehabilitasi berat Pasar Weleri yang dilaksanakan pada tahun 1995

merupakan bentuk pelaksanaan Kerja Sama Daerah dengan Pihak Ketiga (KSPK)

sebagaimana terdapat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009

Tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerja Sama Daerah. Meskipun regulasi yang ada

pada saat itu yaitu pada tahun 1995 belum mengatur secara spesifik mengenai bentuk

KSPK ataupun bentuk kerjasama daerah yang tercakup dalam kerjasama pemerintah

dengan swasta, namun secara prinsip substantif telah menggunakan konsep KPS yang

selanjutnya berkembang setelah era otonomi daerah dengan lahirnya beberapa peraturan

mengenai kerjasama daerah khususnya dalam pembangunan infrastruktur.

Regulasi yang menjadi dasar dari pelaksanaan Pekerjaan rehabilitasi berat Pasar

Weleri di Kabupaten Kendal adalah sebagai berikut.

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di

Daerah;

2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun

1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pengurusan

Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah;

4. Peraturan pemerintah Nomor 6 Tahun 1975 tentang Cara Penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan

Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1979 tentang Pengelolaan Barang

Pemerintah Daerah;

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1986 tentang Penyertaan Modal

Daerah pada Pihak Ketiga;

7. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kendal Nomor 13 Tahun 1991

tentang Penyertaan Modal Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kendal;

8. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kendal

Nomor : 188.4/511.3/95-96 tanggal 30 Oktober 1995 tentang Persetujuan

Page 17: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

17

Penyertaan Modal Daerah kepada Pihak Ketiga dalam rangka Rehabilitasi Berat

Pasar Weleri;

9. Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kendal Nomor : 573/1157/95 tanggal

20 November 1995 tentang Penunjukan Perseroan Terbatas (PT) Karsa Bayu

Bangun Perkasa sebagai Mitra Kerja dalam Pelaksanaan Kerjasama Kontrak bagi

Tempat Usaha untuk Merehabilitasi Berat Pasar Weleri Kabupaten Daerah Tingkat

II Kendal;

10. Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kendal Nomor : 573/1158/95 tanggal

29 November 1995 tentang Kontrak bagi Tempat Usaha dalam Rangka Rehabilitasi

Berat Pasar Weleri antara Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Kendal dengan

Perseroan Terbatas (PT) Karsa Bayu Bangun Perkasa;

11. Perjanjian Kerjasama Nomor : 573/1159/95 dan Nomor : 110/KBBP/11/95 tanggal

9 November 1995 tentang Kontrak bagi Tempat Usaha dalam rangka Rehabilitasi

berat Pasar Weleri Kabupaten daerah Tingkat II Kendal.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di

Daerah dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 16

tahun 1976 tentang Perluasan Kotamdya Daerah Tingkat II Semarang, memberikan

landasan mengenai kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kendal

ketika itu untuk melaksanakan Pekerjaan rehabilitasi berat Pasar Weleri. Selanjutnya

Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pengurusan Pertanggungjawaban dan

Pengawasan Keuangan Daerah dan Peraturan pemerintah Nomor 6 Tahun 1975 tentang

Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha

Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah, menjabarkan kondisi-kondisi dan proses untuk mengusahakan adanya dukungan

pemerintah, antara lain penjaminan-penjaminan terutama dalam hal penganggaran.

Adapun Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1979 tentang

Pengelolaan Barang Pemerintah Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3

Tahun 1986 tentang Penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga serta Peraturan Daerah

Kabupaten Daerah Tingkat II Kendal Nomor 13 Tahun 1991 tentang Penyertaan Modal

Daerah Kabupaten daerah Tingkat II Kendal, merupakan dasar pelaksanaan kerjasama

daerah dengan konsep KPS, dimana di dalamnya diatur mengenai bentuk-bentuk

kerjasama daerah dengan pihak ketiga (KSPK) sebagaimana saat ini terdapat dalam

Permendagri Nomor 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama

Daerah.

Page 18: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

18

Di dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kendal Nomor 13 Tahun

1991 tentang Penyertaan Modal Daerah Kabupaten daerah Tingkat II Kendal tersebut,

telah secara detail menjelaskan mengenai tata kelola dalam penetapan dan pelaksanaan

kerjasama daerah dalam bentuk penyertaan modal daerah. Penyertaan modal daerah

menurut perda ini adalah setiap usaha bersama dengan pihak ketiga dan atau pemanfaatan

modal daerah oleh pihak ketiga, dengan suatu imbalan tertentu, dimana pihak ketiga yang

dimaksud adalah instansi atau badan usaha dan atau perseorangan yang berada di luar

organisasi Pemda Kabupaten Dati II Kendal antara lain pemerintah pusat, pemda lainnya,

BUMN, BUMD, usaha koperasi, swasta nasional dan atau swasta asing yang tunduk pada

hukum Indonesia. Tujuan dari kerjasama daerah melalui penyertaan modal daerah

menurut Perda Nomor 13 Tahun 1991 tersebut adalah untuk meningkatkan pertumbuhan

perekonomian daerah dan menambah pendapatan daerah berdasarkan prinsip-prinsip

ekonomi perusahaan. Kemudian dijelaskan pula mengenai tata cara penyertaan modal

melalui kontrak manajemen, kontrak produksi, kontrak bagi keuntungan, kontrak bagi

hasil usaha dan kontrak bagi tempat usaha, dimana Bupati Kepala Daerah meminta

persetujuan terlebih dahulu dari DPRD atas rencana kontrak dimaksud. Setelah mendapat

persetujuan DPRD, dilakukan perjanjian bersyarat antara Bupati Kepala Daerah dan

Pihak ketiga yang memuat materi pokok identitas masing-masing pihak, bidang usaha,

jangka waktu perjanjian, hak dan kewajiban serta sanksi-sanksi dan lain-lain yang

dianggap perlu. Kemudian pelaksanaan kontrak sebagaimana perjanjian ditetapkan

dengan SK Bupati Kepala Daerah yang berlaku setelah disahkan Menteri Dalam Negeri,

kecuali untuk kontrak dengan jangka waktu pelaksanaan kurang dari 5tahun, maka

wewenang pengesahannya dilakukan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa

Tengah atas nama Menteri Dalam Negeri dan pelaksanaannya dilaporkan kepada Menteri

Dalam Negeri Cq. Direktur Jenderal PUOD.

Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kendal

Nomor : 188.4/511.3/95-96 tanggal 30 Oktober 1995 tentang Persetujuan Penyertaan

Modal Daerah kepada Pihak Ketiga dalam rangka Rehabilitasi Berat Pasar Weleri,

Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kendal Nomor : 573/1157/95 tanggal 20

November 1995 tentang Penunjukan Perseroan Terbatas (PT) Karsa Bayu Bangun

Perkasa sebagai Mitra Kerja dalam Pelaksanaan Kerjasama Kontrak bagi Tempat Usaha

untuk Merehabilitasi Berat Pasar Weleri Kabupaten Daerah Tingkat II Kendal dan

Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kendal Nomor : 573/1158/95 tanggal 29

November 1995 tentang Kontrak bagi Tempat Usaha dalam Rangka Rehabilitasi Berat

Pasar Weleri antara Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Kendal dengan Perseroan

Page 19: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

19

Terbatas (PT) Karsa Bayu Bangun Perkasa, memuat tentang dasar penetapan kerjasama

daerah dalam rehabilitasi berat Pasar Weleri antara Pemerintah Daerah Kabupaten Dati II

Kendal dengan pihak ketiga dalam hal ini adalah PT. Karsa Bayu Bangun Perkasa yang

beralamat di Kavling Otorita Blok G Nomor 7 Tanjung Barat Pasar Minggu Jakarta

Selatan. Selanjutnya dengan berdasarkan pada ketiga peraturan tersebut, maka dilakukan

Perjanjian Kerjasama Nomor : 573/1159/95 dan Nomor : 110/KBBP/11/95 tanggal 9

November 1995 tentang Kontrak bagi Tempat Usaha dalam rangka Rehabilitasi berat

Pasar Weleri Kabupaten daerah Tingkat II Kendal.

Perjanjian Kerjasama Nomor : 573/1159/95 dan Nomor : 110/KBBP/11/95 tanggal

9 November 1995 tentang Kontrak bagi Tempat Usaha dalam rangka Rehabilitasi berat

Pasar Weleri Kabupaten daerah Tingkat II Kendal memuat materi pokok identitas

masing-masing pihak, bidang usaha, jangka waktu perjanjian, hak dan kewajiban serta

sanksi-sanksi. Perjanjian kerjasama ini sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam

Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kendal Nomor 13 Tahun 1991 tentang

Penyertaan Modal Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kendal, merupakan kontrak bagi

tempat usaha, dimana dalam hal ini Pemda mempunyai sebidang tanah yang berstatus

Hak Pengelolaan (HPL) dan memungkinkan untuk mendirikan tempat usaha, sedang

untuk membangunnya diserahkan kepada Pihak Ketiga dengan persyaratan yang saling

menguntungkan, antara lain sebagai berikut.

1. Semua biaya penyelesaian bangunan tempat usaha dimaksud menjadi tanggung

jawab pihak ketiga.

2. Sebagian dari tempat usaha yang sudah dibangun dimanfaatkan atau dikelola oleh

pihak ketiga, sedang yang sebagian lainnya dimanfaatkan dan atau ditentukan

statusnya oleh pihak Pemda.

3. Atas bangunan yang dibangun oleh pihak ketiga tersebut diberikan sertifikat Hak

Guna Bangunan (HGB) di atas tanah HPL.

4. Bangunan yang dibangun tersebut masuk dalam inventaris Pemda.

5. Kepada pihak ketiga diberikan wewenang penuh untuk mengelola bagian gedung

tersebut seumur HGB yang diberikan.

6. Seluruh bangunan tersebut menjadi milik Pemda setelah berakhir HGB yang

bersangkutan.

Dalam perjanjian kerjasama itu disebutkan bahwa Pihak Kesatu yaitu Bupati

Kepala Daerah Tingkat II Kendal menyertakan modal berupa tanah Pasar Weleri yang

terletak di Desa Karangdowo Kecamatan Weleri dengan luas 17.860 m2 yang bernilai Rp.

3.482.700.000,00 dan bekas bangunan Pasar Weleri yang bernilai Rp.74.050.000,00

Page 20: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

20

sehingga nilai total modal yang disertakan seluruhnya adalah sebesar Rp.

3.556.750.000,00. Kemudian Pihak Kedua yaitu PT. Karsa Bayu bangun Perkasa

menyertakan modal berupa biaya rehabilitasi berat Pasar Weleri beserta seluruh fasilitas

penunjangnya sesuai dengan proposal yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

perjanjian kerjasama yaitu sebesar Rp. 8.010.916.650,00 dan semua biaya penyelesaian

perijinan dan pembayaran pajak sesuai ketentuan yang berlaku. Pihak Kedua memperoleh

HGB seluas 7.219 m2 di atas tanah HPL Pemkab Dati II Kendal seluas 17.860 m2 selama

25 tahun sejak keputusan tentang HGB pada Pihak Kedua dan Pihak Kedua dapat

memindahkan atau mengalihkan HGB kepada pihak lain. Jangka waktu penyelesaian

rehabilitasi berat Pasar Weleri menurut perjanjian kerjasama rehabilitasi berat Pasar

Weleri adalah selama 24 bulan terhitung sejak selesainya pembongkaran Pasar Weleri

dan dapat diberikan perpanjangan waktu penyelesaian rehabilitasi berat Pasar Weleri

maksimal selama 60 hari kalender.

Kemudian dalam perjanjian kerjasama rehabilitasi Pasar Weleri itu disebutkan

adanya kewajiban bagi Pihak Kedua dalam menanggung pembiayaan relokasi para

pedagang di atas tanah dengan spesifikasi teknis pasar sementara yang telah ditetapkan

oleh Pihak Kesatu, sedangkan pengelolaan atas pasar sementara tersebut menjadi hak

Pihak Kesatu. Dalam perjanjian diatur pula mengenai pembagian resiko jika terjadi

kebakaran pada pasar sementara. Pihak Kedua berkewajiban untuk mengasuransikan

seluruh bangunan sejak awal pembangunan sampai dengan 2 tahun setelah perjanjian.

Selama pelaksanaan rehabilitasi berat Pasar Weleri, Pihak Kedua berkewajiban

memberikan penggantian retribusi sebesar Rp. 300.000.000,00 per tahun kepada Pihak

Kesatu, apabila jangka waktu pelaksanaan pekerjaan lebih dari 1 tahun maka Pihak kedua

wajib memberi tambahan penggantian retribusi yang diperhitungkan tiap bulan waktu

kelebihan sebesar 1/12 x Rp. 300.000.000,00.

Perjanjian kerjasama rehabilitasi berat Pasar Weleri ini juga memuat sanksi-sanksi

anatara lain.

1. Apabila Pihak Kedua mengalami keterlambatan sehingga persentase fisik tidak

sesuai dengan waktu yang ditentukan atau dalam pelaksanaan pembangunan tidak

sesuai dengan bestek, maka Pihak Kesatu wajib memberikan peringatan tertulis

maksimal 3 kali dalam tenggang waktu 45 hari.

2. Apabila teguran tertulis Pihak Kesatu tersebut tidak ditanggapi oleh Pihak Kedua,

maka disamping dikenakana tambahan retribusi, Pihak Kedua juga wajib

memeperbaiki bangunan sesuai bestek dengan menanggung sendiri pembiayaannya.

Page 21: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

21

3. Apabila Pihak Kedua tidak mampu menyelesaikan pekerjaan secara keseluruhan,

maka Pihak Kesatu dapat menunjuk pihak lain sebagai pengganti dengan terlebih

dahulu mengganti biaya yang telah dikeluarkan oleh Pihak Kedua.

Kemudian mengenai kondisi kahar (force major) kedua belah pihak bersepakat

untuk menyelesaikannya dengan jalan musyawarah untuk mufakat.

Pihak Kedua dalam perjanjian kerjasama rehabilitasi berat Pasar Weleri memiliki

hak antara lain sebagai berikut.

1. Menjual kios kepada para pedagang dan pemakai jasa pasar yang membutuhkan

dan yang harganya berpedoman pada proposal yang telah disetujui oleh kedua

belah pihak.

2. Pihak Kedua berhak melaksanakan penjualan kios kepada para pedagang dan

pemakai jasa pasar apabila dalam jangka waktu lima tahun terhitung sejak

peresmian, ada kios yang belum dijual, maka Pihak Kedua berkewajiban membayar

retribusi atas kios yang belum terjual.

3. Dalam penjualan kios Pihak Kedua wajib memberikan prioritas utama kepada para

pedagang lama yang menggunakan fasilitas umum Pasar Weleri dapat menempati

lokasi pasar Weleri yang baru.

4. Atas Pemindahan HGB dan perjanjian kios dari Pihak kedua kepada para pedagang

diwajibkan bagi Pihak kedua untuk mengadakan perjanjian dengan pihak ketiga

(para pedagang) yang surat perjanjiannya harus diketahui Pihak Kesatu.

Setelah peresmian kios dan loos yang belum laku dipasarkan, retribusi dan biaya

penerangan listrik atas kios dan loos menjadi tanggung jawab Pihak Kedua dan

pemeliharaan kios di Pasar Weleri tetap menjadi kewajiban Pihak kedua selama 12 bulan

sejak diresmikannya Pasar Weleri. Dalam pasal 18 perjanjian kerjasama disebutkan

bahwa Pihak Kesatu dan Pihak Kedua bersepakat, bahwa perjanjian kerjasama kontrak

bagi tempat usaha ini tidak akan berubah bila terjadi pergantian pimpinan dan personil

baik dari Pihak Kesatu maupun Pihak Kedua.

B. KONDISI PASAR WELERI SAAT INI

Pada saat ini, kondisi Pasar Weleri sebagaimana berita yang didapatkan dari media

masa adalah sebagai berikut.

1. Pasar tradisional Weleri dinilai tidak layak dipakai sebagai pusat perdagangan.

Pasalnya pasar terbesar di Kendal ini kondisinya sudah rusak parah. Jika hujan air

Page 22: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

22

hujan bisa masuk ke pasar karena eternit dan genteng rusak. Selain itu instalasi

listrik yang ada di pasar rawan terjadi korsleting karena instalasi yang dipasang

tidak sesuai standar. kondisi pasar sudah mengalami kerusakan sejak lima tahun

terakhir. Meski sudah cukup lama mengalami kerusakan hingga kini belum ada

perbaikan signifikan. Beberapa eternit yang jebol belum diganti. Jika hujan turun

pedagang di lantai dua terkena air hujan. Apalagi jumlah pedagang yang ada sudah

over dibandingkan kondisi pasar saat dibangun. Justru pedagang kaki lima (PKL)

memenuhi seluruh akses jalan ke pasar. Pemandangan kumuh ini menyebabkan

pengunjung enggan ke pasar. Akibatnya pedagang mengalami penurunan omzet

yang cukup besar (Jowonews.com, 2014).

2. Puluhan pasar tradisional di Kendal dinilai tak layak dipakai karena banyak

mengalami kerusakan akibat dimakan usia. Salah satu pasar tradisional yang perlu

segera mendapatkan penanganan adalah Pasar Weleri. Pasar tradisional terbesar di

Kendal ini kondisinya "compang-camping." Jika hujan turun, air hujan bisa

menerobos pasar karena atapnya bocor (Kompas.com, 2011).

3. Pedagang yang menempati kios dan loos di Pasar Weleri sebagian besar

mendapatkan kios atau loos untuk mereka berjualan tidak dengan membeli kios

atau loos tersebut tetapi dengan sistem sewa kepada pemilik kios atau loos di Pasar

Weleri. Jadi pembeli kios ataun loos yang mendapatkan pemindahan HGB dari PT.

Karsa Bayu Bangun Perkasa selanjutnya tidak memanfaatkannya untuk berjualan di

kios atau loos Pasar Weleri tetapi menyewakannya kepada para pedagang yang saat

ini berjualan di Pasar Weleri (Hasil Survey, 2016).

Kondisi Pasar Weleri saat ini dapat diketahui sebagaimana gambar berikut.

Gambar 4. Kondisi Salah Satu Blok di Pasar Weleri

Sumber : Kompas.com (2011)

Page 23: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

23

Gambar 5. Kondisi di Bagian Depan Pasar Weleri

Sumber : Google Maps (2016)

Gambar 6. Kondisi di Bagian Depan Pasar Weleri

Sumber : Google Maps (2016)

Page 24: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

24

Saat ini, peranan Pemerintah Kabupaten Kendal dalam pengelolaan Pasar Weleri

adalah dalam hal pemungutan retribusi (karcis) kepada pedagang Pasar Weleri dengan

besaran sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 8 Tahun

2011 tentang Retribusi Jasa Umum di Kabupaten Kendal. Selanjutnya Pemerintah

Kabupaten Kendal melalui Dinas Perindustri dan Perdagangan Kabupaten Kendal juga

telah mengalokasikan anggaran dari APBD Kabupaten Kendal untuk kegiatan

pemeliharaan di Pasar Weleri setiap tahunnya.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal mengaku kewalahan

mengelola seluruh pasar tradisional yang ada di Kabupaten Kendal. Hal itu disebabkan

oleh besaran anggaran pengelolaan yang berasal dari APBD sangat minim. Bahkan,

Bidang Pasar Disperindag Kendal hanya mendapatkan kucuran dana Rp. 200.000.000,00,

dimana alokasinya bukan hanya untuk renovasi namun meliputi anggaran pengelolaan 11

pasar besar lainnya (Jawa Pos Radar Semarang, 2014).

Adapun sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 8 Tahun 2011

tentang Retribusi Jasa Umum di Kabupaten Kendal, 40 persen dari total retribusi pasar

akan dikembalikan untuk perbaikan dan perawatan pasar tradisional. Namun demikian,

jika membutuhkan anggaran yang lebih besar Dinas Perindustrian dan Perdagangan bisa

mengajukan anggaran di APBD Kabupaten Kendal (Portal Resmi Provinsi Jawa Tengah,

2014).

C. TINJAUAN KRITIS

Berdasarkan hasil kajian literatur sebagai landasan teori dalam Critical Review

Kerjasama Pemerintah Swasta pada Pekerjaan Rehabilitasi Berat Pasar Weleri Kabupaten

Kendal ini dan analisis terhadap proses KPS dalam rehabilitasi berat Pasar Weleri serta

kondisi Pasar Weleri saat ini, maka dapat diperoleh beberapa hal yang perlu dikritisi

dalam hal ini antara lain :

1. Jenis Kontrak dalam rehabilitasi berat Pasar Weleri menurut Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara

Kerjasama Daerah adalah Kontrak Bangun Guna Serah (Built Operate Transfer /

BOT), dengan keterangan sebagai berikut.

- Cara kerja sama : Badan usaha memperoleh hak untuk mendanai dan

membangun suatu fasilitas/infrastruktur, yang kemudian dilanjutkan dengan

pengelolaannya dan dapat menarik iuran selama jangka waktu tertentu untuk

memperoleh pengembalian modal investasi dan keuntungan yang wajar. Setelah

Page 25: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

25

jangka waktu itu berakhir badan usaha menyerahkan kepemilikannya kepada

pemerintah daerah.

- Obyek kerja sama : Dapat diterapkan untuk penyediaan pelayanan umum berupa

prasarana dan sarana dasar, seperti jalan, sampah, air bersih, taman hiburan dll.

- Kelebihan:

a. Pemerintah Daerah tidak perlu mengeluarkan/ penyertaan modal tetapi

hanya cukup mengeluarkan izin.

b. Mendorong percepatan pemenuhan kebutuhan infrastruktur di daerah -

daerah yang membutuhkan.

- Kekurangan :

a. Terdapat kemungkinan setelah berakhirnya, aset yang diterima oleh

Pemerintah Daerah dari badan usaha sudah tidak punya nilai ekonomis atau

rusak.

b. Pemerintah selalu diposisikan untuk menyelesaikan permasalahan yang sulit

seperti pembebasan lahan.

Dengan mengacu pada Permendagri Nomor 22 Tahun 2009 dan melihat

kondisi terkini dari bangunan Pasar Weleri maka kemungkinan besar pada saat

berakhirnya kontrak yaitu pada tahun 2020, bangunan Pasar Weleri sudah tidak

memiliki nilai ekonomis ataupun mengalami kerusakan, sehingga pada akhirnya

pemerintahlah yang akan menanggung resiko akhir dari pelaksanaan kontrak KPS

tersebut.

Kondisi bangunan Pasar Weleri yang terus mengalami penurunan nilai dan

kualitasnya jauh sebelum jangka waktu pelaksanaan KPS berakhir sampai dengan

25 tahun yaitu pada tahun 2020. Berdasarkan fakta yang ada, penurunan kualitas

bangunan dengan indikasi kerusakan yang terjadi telah berlangsung sejak 2009

(Jowonews.com, 2014). Jangka waktu kontrak KPS rehabilitasi berat Pasar Weleri

selama 25 tahun ini merupakan prediksi umur ekonomis yang mendekati pedoman

indikasi umur ekonomis bangunan menurut MAPPI (2016) sebagai berikut dengan

asumsi bangunan dibangunan sesuai norma-norma yang biasa dilakukan di

Indonesia, secara terus menerus dimanfaatkan sesuai fungsinya dan dilakukan

perawatan secara teratur.

Page 26: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

26

Gambar 7. Umur Ekonomis Bangunan

Sumber : MAPPI (2016)

2. Keberadaan Pihak Kedua yaitu PT. Karsa Bayu Bangun Perkasa sebagai Mitra

Kerja dalam Pelaksanaan Kerjasama Kontrak bagi Tempat Usaha untuk

Merehabilitasi Berat Pasar Weleri sesuai dengan alamat dalam perjanjian kontrak

yaitu di Kavling Otorita Blok G Nomor 7 Tanjung Barat Pasar Minggu Jakarta

Selatan ataupun alamat sebagimana disebutkan dalam akta pendrian perusahaan

yaitu di Jalan Pondok Bambu Asri Barat Nomor III Jakarta Timur, setelah ditinjau

lokasinya saat ini dengan menggunakan Google Maps tidak menunjukkan

eksistensi alamat, sehingga kondisi ini semakin mempersulit proses monitoring dan

evaluasi kegiatan rehabilitasi berat Pasar Weleri. Apalagi dengan jangka waktu

pelaksanaan pekerjaan hingga mencapai 25 tahun, akan semakin mempersulit

koordinasi karena kondisi struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) pemerintahan

di Kabupaten Kendal sudah banyak berubah seiring dengan perubahan kondisi

politik dan perubahan personil dalam satuan kerja yang menangani pengelolaan

pasar, meskipun dalam pasal 18 perjanjian kerjasama disebutkan bahwa Pihak

Kesatu dan Pihak Kedua bersepakat, bahwa perjanjian kerjasama kontrak bagi

tempat usaha ini tidak akan berubah bila terjadi pergantian pimpinan dan personil

baik dari Pihak Kesatu maupun Pihak Kedua. Untuk itu diperlukan monitoring dan

Page 27: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

27

evaluasi oleh Pemkab Kendal dalam mensikapi kondisi ini, yaitu dengan

membentuk tim khusus dengan penanggungjawab Bupati Kendal dan Ketua Tim

Sekretaris Daerah Kabupaten Kendal, sedangkan tim khusus monitoring dan

evaluasi rehabilitasi berat Pasar Weleri dapat terdiri dari :

a) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemkab Kendal dari unsur

perencanaan (Bappeda Kabupaten Kendal dan Bagian Administrasi

Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Kendal), unsur pelaksana teknis

(Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal dan Dinas Cita

Karya dan Tata Ruang Kabupaten Kendal) dan unsur pengawasan (Inspektorat

Kabupaten Kendal);

b) Lembaga legislatif yaitu Komisi B Dewan perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Kabupaten Kendal;

c) Masyarakat (masyarakat, LSM, media);

d) Sektor swasta dalam hal ini adalah PT. Karsa Bayu Bangun Perkasa.

3. Menurut Rosadin (2011), BOT memang merupakan cara yang efektif untuk

menarik modal swasta dalam pembangunan fasilitas infrastruktur baru. Perjanjian

BOT akan dapat mengurangi pasar dan resikonya kecil untuk pihak swasta karena

pemerintah adalah pengguna tunggal, pengurangan resiko disini berhubungan

dengan apabila ada permasalahan tidak cukupnya permintaan dan permasalahan

kemampuan membayar. Pihak swasta akan menolak mekanisme BOT apabila

pemerintah tidak memberikan jaminan bahwa investasi swasta akan kembali.

Dalam pekerjaan rehabilitasi berat pasar Weleri, sebelumnya telah dilakukan

perhitungan dan penjaminan mengenai break even point investasi yang akan

diterima oleh Pihak Kedua, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan sesuai kontrak

oleh investor.

4. Meskipun kontrak KPS dengan model BOT di pekerjaan rehabilitasi berat Pasar

Weleri ini sangat critical resikonya, namun menurut Rosadin (2011) ada beberapa

keuntungan dalam pelaksanaan kontrak BOT antara lain.

A. Bagi Pemerintah Kabupaten Kendal selaku pemilik proyek

- Kontrol pemilik proyek terhadap kinerja operasional, standar pelayanan,

dan perawatannya.

- Kemampuan untuk mengakhiri kontrak jika standar kinerja tidak

terpenuhi, walaupun fasilitas dapat terus digunakan.

- Pemilik proyek dapat memberikan lapangan kerja baru bagi masyarakat.

- Penghematan terhadap desain, konstruksi, dan arsitekturnya.

Page 28: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

28

- Pemilik proyek dapat membangun infrastruktur dengan biaya perolehan

dana dan tingkat bunga yang relatif rendah atau tidak mengeluarkan dana

untuk pembangunan sebuah proyek.

- Pemilik proyek dapat mengurangi beban penggunaaan dana APBN/APBD

atau pinjaman luar negeri.

- Proyek BOT secara financial menguntungkan, karena tidak perlu

mengeluarkan biaya untuk melakukan studi kelayakan, biaya operasional.

- Pemilik proyek daerah juga tidak menanggung risiko kemungkinan

terjadinya perubahan kurs.

B. Bagi Pelaksana Pekerjaan

- Pembangunan infrastruktur dengan metode BOT merupakan pola yang

menarik, karena memiliki hak penguasaan yang tinggi terhadap

infrastruktur yang dibangunnya.

- Dengan proyek BOT, pelaksan proyek dapat membuka peluang dan diberi

kesempatan untuk memasuki bidang usaha yang semula hanya ditangani

pemerintah atau BUMN/BUMD.

- Pelaksana proyek dapat melakukan ekspansi usaha yang mempunyai

prospek menguntungkan serta dapat memanfaatkan lahan strategis yang

dimiliki pemilik proyek.

- Merupakan inovasi dalam pembiayaan proyek yang umumnya berbeda

dengan proyek biasa, meningkatkan profesionalisme dan meningkatkan

daya saing perbankan dalam negeri.

C. Bagi Masyarakat

- Publik akan mendapatkan sarana dan prasarana utnuk umum yang

dibutuhkan oleh masyrakat.

- Publik mendapat manfaat dari keahlian partner swastanya.

- Publik mendapatkan manfaat dari penghematan operasi dari partner

swasta.

- Publik dapat mempertahankan kepemilikan aset.

- Kepemilikan publik dan kontrak diluar operasi tidak dapat dikenai pajak.

- Publik mempertahankan otoritas terhadap kualitas layanan dan

pembayarannya.

- Bagi pihak swasta, termasuk lawyer, perbankan, enginer, dan yang lain,

dapat berperan mengambil bagian dalam penanganan dan pengoperasian

proyek yang sangat potensial mendatangkan keuntungan.

Page 29: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

29

V. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dalam Critical Review Kerjasama Pemerintah Swasta

pada Pekerjaan Rehabilitasi Berat Pasar Weleri Kabupaten Kendal ini, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut.

1. Pekerjaan rehabilitasi berat Pasar Weleri yang dilaksanakan pada tahun 1995

merupakan bentuk pelaksanaan Kerja Sama Daerah dengan Pihak Ketiga (KSPK)

sebagaimana terdapat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun

2009 Tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerja Sama Daerah. Meskipun regulasi

yang ada pada saat itu yaitu pada tahun 1995 belum mengatur secara spesifik

mengenai bentuk KSPK ataupun bentuk kerjasama daerah yang tercakup dalam

kerjasama pemerintah dengan swasta, namun secara prinsip substantif telah

menggunakan konsep KPS.

2. Regulasi yang menjadi dasar dalam pelaksanaan KPS pekerjaan rehabilitasi berat

Pasar Weleri tahun 1995 menurut Perjanjian Kerjasama Nomor : 573/1159/95 dan

Nomor : 110/KBBP/11/95 tanggal 9 November 1995 tentang Kontrak bagi Tempat

Usaha dalam rangka Rehabilitasi berat Pasar Weleri Kabupaten daerah Tingkat II

Kendal, adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1986 tentang

Penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga dan Peraturan Daerah Kabupaten

Daerah Tingkat II Kendal Nomor 13 Tahun 1991 tentang Penyertaan Modal Daerah

Kabupaten Daerah Tingkat II Kendal.

3. Kondisi saat ini paska rehabilitasi berat Pasar Weleri yaitu terjadi penurunan nilai

ekonomis bangunan yang cukup signifikan meskipun jangka waktu pelaksanaan

kontrak belum berakhir, sehingga pada akhirnya pemerintahlah yang akan

menanggung resiko akhir dari pelaksanaan kontrak KPS tersebut.

4. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan hingga mencapai 25 tahun, akan semakin

mempersulit koordinasi karena kondisi struktur organisasi dan tata kerja (SOTK)

pemerintahan di Kabupaten Kendal sudah banyak berubah seiring dengan

perubahan kondisi politik dan perubahan personil dalam satuan kerja yang

menangani pengelolaan pasar, meskipun dalam pasal 18 perjanjian kerjasama

disebutkan bahwa Pihak Kesatu dan Pihak Kedua bersepakat, bahwa perjanjian

Page 30: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

30

kerjasama kontrak bagi tempat usaha ini tidak akan berubah bila terjadi pergantian

pimpinan dan personil baik dari Pihak Kesatu maupun Pihak Kedua.

5. Meskipun kontrak KPS dengan model BOT di pekerjaan rehabilitasi berat Pasar

Weleri ini sangat critical resikonya, namun ada beberapa keuntungan dalam

pelaksanaan kontrak BOT bagi pemilik proyek yaitu Pemerintah Kabupaten

Kendal, pelaksana proyek yaitu PT. Karsa Bayu Bangun Perkasa dan bagi

masyarakat.

B. SARAN Berdasarkan hasil analisis dalam Critical Review Kerjasama Pemerintah Swasta

pada Pekerjaan Rehabilitasi Berat Pasar Weleri Kabupaten Kendal ini, saran yang dapat

disampaikan sebagai berikut.

1. Klausula perjanjian BOT seharusnya memuat klausula yang mempertimbangkan

kepentingan rakyat sehingga harus memuat mengenai tanggung jawab sosial dari

pihak investor terhadap masyarakat daerah misalnya dengan mencantumkan

klausula tentang tenaga kerja lokal dan pemeliharaan lingkungan hidup.

2. Untuk meningkatkan ketertarikan pihak swasta berinvestasi dalam penyediaan

infrastruktur, salah satu caranya adalah dengan memberikan dukungan pemerintah

baik berupa dukungan yang ditujukan untuk meningkatkan atraktifitas proyek

(dukungan non kontinjen) maupun dukungan yang ditujukan untuk menjamin

apabila terjadi risiko-risiko yang mampu mempengaruhi pendapatan (dukungan

kontinjen).

3. Hal lain yang bisa dilaksanakan adalah dengan penguatan lembaga yang ada di

Pemerintah Kabupaten Kendal untuk mengimbangi semakin besarnya peran swasta

serta peningkatan kualitas SDM dan penyederhanaan birokrasi dalam implementasi

KPS melalui kerjasama daerah dengan pihak ketiga (KSPK), seiring dengan

perubahan struktur organisasi tata kelola pemerintahan di Kabupaten Kendal dan

perubahan personil-personil yang menduduki jabatan pengampu tanggung jawab

pengelolaan pasar tradisional terutama Pasar Weleri.

4. Perlu pembetukan tim khusus dalam rangka monitoring dan evaluasi rehabilitasi

berat Pasar Weleri yang teridiri dari unsur pemerintah, lembaga legislatif,

masyarakat dan swasta.

Page 31: CRITICAL REVIEW KPS PASAR WELERI KABUPATEN KENDAL

31

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kabupaten Kendal. (2016a). Kabupaten Kendal Dalam Angka Tahun 2016. Kendal: BPS Kabupaten

Kendal.

BPS Kabupaten Kendal. (2016b). Kecamatan Weleri Dalam Angka Tahun 2016.

Bratakusumah, D. S., & Solihin, D. (2010). Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Jakarta:

Gramedia.

Firdaus, M. A. (2011). Kemitraan Pemerintah dan Swasta dalam Pembangunan Sumber Daya Manusia melalui

Implementasi CSR.

Haris, S. (2007). Desentralisasi dan Otonomi Daerah : Desentralisasi, Demokratisasi dan Akuntabilitas

Pemerintah Daerah. Jakarta: LIPI Press.

Jawa Pos Radar Semarang. (2014, May 30). Anggaran Minim, Sulit Pugar Pasar. Semarang. Retrieved from

http://www.radarsemarang.com/20140530/anggaran-minim-sulit-pugar-pasar

Jowonews.com. (2014, December 27). Pasar Weleri Tak Layak Pakai. Semarang. Retrieved from

http://jowonews.com/2014/12/27/pasar-weleri-tak-layak-pakai/

Kompas.com. (2011, March 9). Puluhan Pasar Tradisional Rusak. Semarang.

Kuncoro, M. (2008). Strategi Pengembangan Pasar Modern dan Tradisional. Yogyakarta.

MAPPI. (2016). Umur Ekonomis. Retrieved December 11, 2016, from http://www.mappi.or.id/static-321-umur-

ekonomis.html

Miller, J. B. (2000). Priciples of Public and Private Infrastructure Delivery. Boston: Kluwer Academic

Publishers.

Pamudji, S. (1985). Kerjasama Antar Daerah Dalam Rangka Pembinaan Wilayah : Suatu Tinjauan Dari Segi

Administrasi Negara. Jakarta: Bina Aksara.

Paskarina, C. (2007). Kemitraan Pemerintah dan Swasta. Cianjur.

Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah. (2007).

https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat

Perbelanjaan dan Toko Modern (2007).

Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kendal Nomor 13 Tahun 1991 tentang Penyertaan Modal

Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kendal.

Perjanjian Kerjasama Nomor : 573/1159/95 dan Nomor : 110/KBBP/11/95 tanggal 9 November 1995 tentang

Kontrak bagi Tempat Usaha dalam rangka Rehabilitasi berat Pasar Weleri Kabupaten daerah Tingkat II

Kendal.

Poesoro, A. (2007). Pasar Tradisional Di Era Persaingan Global. Jakarta: Lembaga Penelitian SMERU.

Portal Resmi Provinsi Jawa Tengah. (2014, June 2). Perbaikan Pasar Andalkan Retribusi. Semarang. Retrieved

from http://www.jatengprov.go.id/id/newsroom/perbaikan-pasar-andalkan-retribusi

Rosadin, M. I. (2011). Optimasi Skema Kerjasama Pemerintah Swasta Dalam Pembangunan Jalan Tol Study

Kasus : Jalan Tol Bandara Juanda-Tanjung Perak. Universitas Indonesia.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah (2014). Retrieved from

http://www.hukumonline.com