Critical Review - Cikampek-Paimanan

6
Critical Review : Danial. 2012. “Ground Breaking Jalan Tol Cikampek- PalimananJawa Barat. Oleh : Tadaki Santoso Hasegawa No. Mahasiswa : NRP. 3609100061 Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Dewasa ini telah banyak terjadi perubahan pada kondisi perkotaan dari waktu ke waktu. Terjadi banyak pergerakan, baik barang, manusia, dan kendaraan, yang mengarah pada permintaan dan penyediaan kebutuhan prasarana jalan. Di lingkup regional, penyediaan infrastruktur prasarana jalan merupakan hal yang sangat krusial mengingat perkembangan sebuah wilayah ditentukan oleh struktur ruang, yang terbentuk oleh jaringan jalan, yang merupakan integrasi antarwilayah. Jaringan jalan tersebut direncanakan dan dibangun untuk memenuhi permintaan masyarakat yang menuntut cepat jadi. Namun apakah pembangunan jaringan jalan memang demikian? Apakah pembangunan jaringan jalan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat? Danial dalam artikelnya yang berjudul “Ground Breaking Jalan Tol Cikampek-Palimanan” cukup yakin dapat menunjukkan bahwa pembangunan jaringan jalan tidak sepenuhnya berjalan seperti hal tersebut. Dalam artikelnya, berdasarkan progress proyek pembangunan jalan tol Cikampek-Palimanan yang dilakukan oleh PT. Lintas Marga Sedaya sebagai pemegang konsesi (sah pada tahun 2007) ruas tol jalan sepanjang 116,7 km selama 35 tahun di Jawa Barat ini, Danial berpendapat bahwa membangun jalan tol saat ini rupanya menjadi tantangan tersendiri bagi para investornya. Karena, begitu dilakukan ground breaking atau launching tidak segera dibangun 1

description

Keywords : Pembiayaan Pembangunan, Proyek Pembangunan, Infrastruktur.

Transcript of Critical Review - Cikampek-Paimanan

Critical Review : Danial. 2012. “Ground Breaking Jalan Tol Cikampek-Palimanan” Jawa

Barat.

Oleh :

Tadaki Santoso Hasegawa

No. Mahasiswa :

NRP. 3609100061

Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi

Sepuluh Nopember Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.

Dewasa ini telah banyak terjadi perubahan pada kondisi perkotaan dari waktu ke waktu.

Terjadi banyak pergerakan, baik barang, manusia, dan kendaraan, yang mengarah pada

permintaan dan penyediaan kebutuhan prasarana jalan. Di lingkup regional, penyediaan

infrastruktur prasarana jalan merupakan hal yang sangat krusial mengingat perkembangan sebuah

wilayah ditentukan oleh struktur ruang, yang terbentuk oleh jaringan jalan, yang merupakan

integrasi antarwilayah. Jaringan jalan tersebut direncanakan dan dibangun untuk memenuhi

permintaan masyarakat yang menuntut cepat jadi. Namun apakah pembangunan jaringan jalan

memang demikian? Apakah pembangunan jaringan jalan dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat? Danial dalam artikelnya yang berjudul “Ground Breaking Jalan Tol Cikampek-

Palimanan” cukup yakin dapat menunjukkan bahwa pembangunan jaringan jalan tidak

sepenuhnya berjalan seperti hal tersebut.

Dalam artikelnya, berdasarkan progress proyek pembangunan jalan tol Cikampek-

Palimanan yang dilakukan oleh PT. Lintas Marga Sedaya sebagai pemegang konsesi (sah pada

tahun 2007) ruas tol jalan sepanjang 116,7 km selama 35 tahun di Jawa Barat ini, Danial

berpendapat bahwa membangun jalan tol saat ini rupanya menjadi tantangan tersendiri bagi para

investornya. Karena, begitu dilakukan ground breaking atau launching tidak segera dibangun

fisiknya, padahal telah ditargetkan pembangunan tersebut akan selesai pada Juni 2015

(poskotanews.com, 2013). Bisa saja persoalan tersebut disebabkan oleh ketidaksiapan investor

pada kondisi capaian pra-pembangunannya, seperti belum siapnya pembebasan lahan, faktor

administrasi, dan/atau faktor finansial yang tersedia. Hal ini dibuktikan dengan kondisi yang

berlangsung sekarang, dua atau tiga bulan bahkan lebih lama bagi pekerjaan fisiknya belum juga

dimulai. Selain itu, pelaksanaan pembangunan tol Cikampek-Palimanan tersebut dihentikan

sementara akibat proses perencanaan yang tidak melibatkan masyarakat setempat sehingga hasil

perencanaan dianggap dapat merugikan masyarakat mengingat perencanaan sistem irigasi dan

drainase masih belum jelas sehingga dapat berdampak buruk pada lahan pertanian masyarakat

setempat yang menjadi tulang punggung daerah (jpnn.com, 2013).

1

Pembangunan jalan tol Cikampek-Palimanan ini direncanakan akan dilaksanakan melalui 6

tahapan dengan kerjasama dari beberapa investor lokal dari Kabupaten Purwakarta, Subang,

Majalengka, Indramayu, dan Cirebon (Investor Daily, 2013).

Gambar 1. Tol Cikampek-Palimanan yang Diajukan

Sebagai bagian terpenting dari Jalan Tol Trans Jawa, pembangunan Jalan Tol Cikampek-

Palimanan menghabiskan dana investasi sebesar 12,56 triliyun rupiah yang berasal dari modal

sendiri dan pinjaman sindikasi perbankan terpimpin oleh Bank Mandiri dan BCA. Menurut Danial,

kenaikan biaya tanah yang berlebihan dan berlarut-larutnya pelaksanaan pengadaan tanah dapat

menurunkan kelayakan investasi jalan tol sehingga mengakibatkan pembangunan jalan tol

tertunda atau bahkan tidak terbangun. Untuk mengatasi hal tersebut, menurut Menteri Pekerjaan

Umum, Ir. Djoko Kirmanto, ia akan mengajak Gubernur Jawa Barat beserta jajarannya untuk

mempercepat penyediaan lahan hingga tepat waktu dan tepat biaya. Meski demikian, hal tersebut

kontradiktif terhadap kondisi pembangunannya saat ini. Hal ini terbukti bermasalah semenjak

Danial menerbitkan tulisan ini hingga kini pada tahun 2013, berdasarkan informasi dari Indonesia

Finance Today (Sediaswati, 2013), bahwa kendala pembebasan lahan yang terjadi di jalan rencana

pembangunan tol Cikampek baru tuntas kini. Padahal dari tuntutan bank sebesar 100%

pembebasan lahan untuk pencairan dana pinjaman bank, hanya tinggal sekitar 5% lahan yang

belum dibebaskan sejak tahun 2012 (Wikipedia, 2013).

2

Perencanaan pembangunan Tol Cikampek-Palimanan di Jawa Barat tersebut dapat

dilaksanakan karena telah lolos proses legalisasi melalui pendekatan terhadap lingkungan, dampak

sosial, dan resiko , dalam bentuk AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan). Selain itu, untuk

mengamankan pendanaan proyek tersebut, telah diperoleh ESHIA (Environmental, Social, and

Health Impact Assessment) untuk memenuhi kebutuhan Performance Standards and the Equator

Principles dari International Finance Corporations (IFC). Sebagai pendukung, jalan tol yang telah

diajukan tersebut berada di bawah kontrak pembangunan dan pengoperasian antara Badan

Peraturan Jalan Tol (BPJT), Departemen Pekerjaan Umum, dan PT. Lintas Marga Sedaya (LMS),

dimana LMS merupakan pemilik utama dan pelaksana proyek (Executive Summary of Cikampek-

Palimanan Toll Road Project, 2011) dengan komposisi pemegang saham PLUS Expressway Berhard

dan PT. Bhaskara Utama Sedaya.

Dari beberapa penjelasan diatas, ditemukan sebuah ringkasan pembahasan dalam sebuah

poin penting :

1. Perencanaan pembangunan jalan tol Cikampek-Palimanan telah melalui proses legalisasi

AMDAL (Nasional) dan ESHIA (Internasional) dan didukung oleh sebuah kontrak investor

utama sekaligus pelaksana pembangunan oleh PT. Lintas Marga Sedaya dibawah Departemen

Pekerjaan Umum dan badan bentukan pemerintah, Badan Peraturan Jalan Tol (BPJT) dengan

masa konsesi selama 35 tahun lamanya.

2. Pembangunan jalan tol tersebut dibiayai oleh investor lokal dan investor utama PT. LMS,

dengan komposisi pemegang saham PLUS Expressway Berhard dan PT. Bhaskara Utama

Sedaya, melalui dana pribadi dan pinjaman dari Bank Mandiri dan Bank BCA, hingga dana

mencapai lebih dari 12 triliyun, tepatnya 12,56 triliyun.

3. Pembangunan jalan tol Cikampek-Palimanan dilangsungkan dalam 6 tahap dan melalui 5

kabupaten di Jawa Barat, dari Barat ke Timur, yakni Purwakarta, Subang, Majalengka,

Indramayu, dan Cirebon.

4. Berbagai permasalahan muncul sebelum pelaksanaan pembangunan fisik akibat dari

terlambatnya proses pembebasan lahan sebagai prasyarat dari bank yang berdampak pada

keterlambatan pencairan dana pinjaman dari bank-bank terkait. Selain pembangunan fisik,

dari aspek perencanaan, diketahui bahwa masyarakat setempat tidak terlibat dalam

penyusunan perencanaan sehingga meresahkan masyarakat.

Pendapat dari Danial menarik dan tepat prediksi. Dia menemukan bakal permasalahan

akan keterlambatan pembangunan yang terjadi saat ini di masa lampau. Hal ini menegaskan

bahwa pembangunan akan selalu menghadapi dinamika pembebasan lahan yang ‘memakan’

3

waktu dan biaya bila tidak segera terlaksana. Secara khusus, apa yang disampaikannya fokus

kepada proses pembangunan jalan tol tersebut. Selain itu, tulisannya cukup mudah dimengerti

karena menggunakan penyampaian pesan yang sering digunakan sehari-hari.

Namun masih terdapat beberapa permasalahan pada laporan Danial. Penjelasannya

mengenai pembangunan tersebut masih kurang terstruktur. Paragraf-paragraf masih merupakan

segmentasi poin-poin catatan, kurang seperti khasnya penjelasan dalam sebuah karya tulis ilmiah

yang naratif dan critical review yang sistematis. Meski penyampaiannya tegas dan informatif,

tetapi segmentasi tersebut menimbulkan kesan kurang sistematis untuk dibaca.

Jaringan jalan merupakan barang publik dengan sifat non-eksklusif dan non-rival, artinya

barang tersebut tidak akan habis digunakan tanpa harus membayar untuk menikmati manfaat

suatu barang dan tidak dapat dimiliki perseorangan sehingga dapat digunakan bersama-sama.

Selain itu, bentuk permasalahan yang sedang dihadapi merupakan hubungan eksternalitas

disekonomis (kerugian yang diderita pelaku ekonomi) antara investor pembangunan tol tersebut

dengan petani daerah setempat. Alhasil, dapat terjadi konsekuensi berupa inefisiensi pasar dan

munculnya pemanfaat luar.

Sebagai penyelesaian, permasalahan yang telah disebutkan pada beberapa paragraf

sebelumnya, dapat digunakan beberapa solusi sebagai hasil dari evaluasi terkait pembiayaan

pembangunan jalan tol Cikampek-Palimanan tersebut di atas. Seperti yang telah dijanjikan oleh

Menteri Pekerjaan Umum, Ir. Djoko Kirmanto, bahwa ia akan mengajak Gubernur Jawa Barat

beserta jajarannya untuk mempercepat penyediaan lahan hingga tepat waktu dan tepat biaya

sehingga perlu memperkuat kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara dengan memperkuat isi

komitmen, pemberian insentif dan disinsentif, dan memperkuat peraturan dan sanksi bagi

keterlambatan pembangunan guna memperkuat pengendalian bagi penyimpangan yang mungkin

terjadi.

Selain itu, perlu memperkuat Partnership Publik-Privat (3P) untuk memperoleh akses,

kualitas, bidan keahlian, pengelolaan sumberdaya, manajemen, perluasan skup dan skala,

kepemilikan program, dan optimasi perlengkapan, yang lebih baik sebelum dan selama

pelaksanaan pembangunan. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki tingkat efisiensi, seperti yang

telah dilakukan oleh Negara Amerika Serikat. Selain itu, pendekatan ini dapat memperbaiki

kemungkinan diterimanya proyek oleh masyarakat, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan

antarpelaku ekonomi yang tengah terjadi saat ini dalam proyek pembangunan jalan tol Cikampek-

Palimanan tersebut.

4