Cr Retensi Urin

17
BAB I PENDAHULUAN Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem. Untuk mendapatkan sistem yang baik dan seimbang, maka dalam tubuh manusia terdapat mekanisme-mekanisme fisiologis yang berfungsi untuk mempertahankan homeostatis tubuh. Mekanisme fisiologis tersebut diantaranya adalah miksi atau berkemih. Dalam kehidupan sehari- hari kita menyebut miksi dengan istilah buang air kecil (BAK). Miksi diperlukan oleh tubuh karena miksi bertujuan untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh melalui penyaringan oleh ginjal, disalurkan oleh ureter, kemudian dikumpulkan di kandung kemih, dan kemudian di keluarkan keluar tubuh melalui urethra. Zat-zat tersebut dibuang dari tubuh karena mengandung racun atau kadarnya melebihi ambang normal sehingga 1

description

Retensi urin

Transcript of Cr Retensi Urin

BAB IPENDAHULUAN

Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem. Untuk mendapatkan sistem yang baik dan seimbang, maka dalam tubuh manusia terdapat mekanisme-mekanisme fisiologis yang berfungsi untuk mempertahankan homeostatis tubuh. Mekanisme fisiologis tersebut diantaranya adalah miksi atau berkemih. Dalam kehidupan sehari- hari kita menyebut miksi dengan istilah buang air kecil (BAK). Miksi diperlukan oleh tubuh karena miksi bertujuan untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh melalui penyaringan oleh ginjal, disalurkan oleh ureter, kemudian dikumpulkan di kandung kemih, dan kemudian di keluarkan keluar tubuh melalui urethra. Zat-zat tersebut dibuang dari tubuh karena mengandung racun atau kadarnya melebihi ambang normal sehingga harus dikeluarkan dari tubuh, karena bagaimnapun juga tubuh memiliki batas maksimum dan batas minimum.

Miksi memang merupakan hal yang sepele, namun kebanyakan orang menyadari bahwa miksi begitu penting bagi tubuh setelah mereka mendapatkan kelainan miksi. Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis untuk mempelajari lebih detail tentang miksi terutama mekanisme miksi.

BAB IIILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIENa. Nama: Tn. Hb. Umur: 64 thc. Pekerjaan: Petanid. Alamat: Negeri Saktie. Jenis kelamin: Laki-lakif. Bangsa: Indonesiag. Agama: Islam

1. Anamnesis Diambil dari autoanamnesis Pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 13.00 WIB1. Keluhan utama:Sulit buang air kecil

2. Keluhan tambahanKesulitan untuk memulai buang air kecil, pencaran urin lemah, urin menetes pada akhir buang air kecil, merasa tidak puas setelah buang air kecil, urin berhenti pada pertengahan buang air kecil, sering buang air kecil di malam hari, dan terkadang urin keluar sendiri tanpa disadari.

3. Riwayat perjalanan penyakitPasien datang dengan keluhan sulit buang air kecil yang telah dirasakan sejak 9 hari yang lalu. Pada saat 2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan urin yang tidak bisa keluar sama sekali. Selain itu, pasien mengeluhkan kesulitan untuk memulai buang air kecil, pencaran urin lemah, urin menetes pada akhir buang air kecil, merasa tidak puas setelah buang air kecil, urin berhenti pada pertengahan buang air kecil, sering buang air kecil di malam hari, dan terkadang urin keluar sendiri tanpa disadari. Urin pasien berwarna kuning dan tidak berdarah. Tidak ada demam, tidak ada mual, tidak ada mutah, dan tidak ada penurunan berat badan.

4. Riwayat keluargaPasien menyangkal dalam keluarga terdapat keluhan serupa dan tidak pernah ada riwayat diabetes melitus, riwayat hipertensi, dan riwayat asma di keluarga.

5. Riwayat masa lampaua. Penyakit terdahulu: Hipertensi (-), DM (+), hernia ingunal (+)b. Trauma terdahulu: Tidak adac. Operasi: Operasi Herniad. Sistem saraf: Tidak adae. Sistem kardiovaskuler: Tidak adaf. Sistem gastrointestinal: Tidak adag. Sistem urinarius: Tidak adah. Sistem genetalis: Tidak adai. Sistem musculoskeletal: Tidak ada

II.Status presentA. Status umuma. Keadaan umum: Tampak sakit ringanb. Kesadaran: Compos mentis, GCS : 15, E: 4, V: 5, M: 6c. Keadaan gizi: Kesan baikd. Kulit: Akral hangat, turgor cukup, sianosis (-)

B. Pemeriksaan fisik1. Tanda Vitala. Tekanan darah: 120/80 mmHgb. Pernafasan: 16 x/menitc. Nadi: 88 x/menitd. Suhu : 36,50C axila

2. Kepala dan mukaa. Bentuk dan ukuran: Normocephal, simetrisb. Mata Konjungtiva: Anemis (-) Skelra: Ikterik (-) Reflek cahaya: (+) / (+) Pupil: Anisokorc. Telinga : Bentuk normal, liang lapang, membrane timpani intaked. Hidung: Deviasi septum (-), mukosa merah mudae. Tenggorokan: Tonsil T1-T1, mukosa merah mudaf. Mulut: Sianosis (-), pucat (-)g. Gigi: Gigitivitis (-), caries (-)

3. Leher Kelenjar getah bening: Tidak terdapat pembesaran Kelenjar gondok: Dalam batas normal JVP: Tidak terdapat peningkatan

4. Dada (thorax) Inspeksi:Normochest, pergerakan dinding dada simetris kanan kiri, ictus cordis terlihat di arcus costae Palpasi:Femitus taktil kanan sama dengan kiri, ictus cordis teraba di arcus costae, tidak ada nyeri tekan Perkusi: Sonor di semua lapang paru, cardiomegali (-) Auskultasi: Suara nafas vesikuler, bunyi jantung BJ1-BJ2 reguler

5. Perut (Abdomen) Inspeksi: Datar Palpasi: Organomegali (-) Perkusi: Timpani, asistes (-) Auskultasi: Bising usus (+) normal

6. Region lumbal (Flank Area) Inspeksi:Lordosis (-), kifosis (-), spondilitis (-), massa (-), jejas (-) Palpasi: Nyeri tekan (-), massa (-) Perkusi: Nyeri ketok CVA -/- Auskultasi: Tidak dilakukan

7. Ekstremitas Superior: Fraktur (-), oedema (-) Inferior: Fraktur (-), oedema (-)

8. Genitalia : Lihat status lokalis9. Perianal: Lihat status lokalis

10. Neuromuscular Sensibilitas: region superior (+++), region inferior (+++) Reflek fisiologis: + (positif) Reflek patologis: - (tidak ada)

11. Tulang belakang: spondilitis (-), kifosis (-), lordosis (-), fraktur terbuka (-)C. Status lokalis 1) Vesika urinaria Inspeksi: Datar, tanda-tanda inflamasi (-) Palpasi: Tidak ada nyeri tekan Perkusi: Redup2) Genitaliaa. Penis Inspeksi:Tanda-tanda inflamasi (-), Hidrokel (-), Varikokel (-), pus di muara uretra (-) Palpasi:Tidak ada nyeri tekan, tidak ada discharge yang keluar melalui muara uretra b. Skrotum Inspeksi: Tanda-tanda inflamasi (-) Palpasi: Tidak ada nyeri tekan Transiluminasi: (-)3) Rectal Toucher Inspeksi: Tanda-tanda inflamasi (-) Tonus sfingter ani eksternus (+) Ampula rektum tidak ada nyeri tekan Lumen rectum licin, nyeri (-) Teraba benjolan di arah jam 12 Konsistensi kenyal, tidak bernodul, tidak nyeri

III. Laboratorium rutina. Darah rutinHb: 11,8 gr/dlHt: 34 %LED: 39 mm/jamLeukosit: 12.800 /ulHitung jenis Basophil: 0 % Eosinophil: 0 % Batang: 0 % Segmen: 65 % Limposit: 20 % Monosit: 15 %Trombosit: 448.000 /ulSGOT: 22 U/LSGPT: 17 U/LUreum: 21 mg/dlCreatinin: 1,1 mg/dlGDS: 216 mg/dl

b. Urine Rutin: Tidak dilakukanc. Faces Rutin: Tidak dilakukan

IV. ResumePasien usia 64 tahun datang dengan keluhan sulit buang air kecil sejak 9 hari yang lalu. Pada saat 2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami retensi urin. Pasien juga mengeluhkan kesulitan untuk memulai buang air kecil (hestancy), pencaran urin lemah, urin menetes pada akhir buang air kecil (terminal dribbling), merasa tidak puas setelah buang air kecil, urin berhenti pada pertengahan buang air kecil (intermitensi), sering buang air kecil di malam hari (nokturi), dan terkadang urin keluar sendiri tanpa disadari (inkontinensia). Urin pasien berwarna kuning. Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik, kesadaran compos mentis, tanda vital stabil, dan status generalisata dalam batas normal. Status lokalis pada pemeriksaan regio lumbal dalam batas normal, genitalial dalam batas normal, dan rectal toucher terdapat benjolan dengan konsistensi kenyal arah jam 12 tidak bernodul dan tidak nyeri. Pada pemeriksaan leukosit 12.800 /ul, trombosit 448000 /ul, dan GDS didapatkan 216 mg/dl.

V. Diagnosa banding : 1. Retensi urin et causa BPH2. Retensi urin et causa Ca Prostat3. Retensi urin et causa batu uretra

VI. Diagnosis kerjaRetensi Urin et causa susp BPH

VII. Penatalaksanaan dan Pengobatan :1. Non Medikamentosa: Pemasangan kateter urin ukuran 182. Medikamentosa: Ciprofloxacin tab 500 mg3. Operatif: Belum dilakukan

VIII. Pemeriksaan Penunjang :1. Radiologi : Belum dilakukan2. Laboratorium khusus: Belum dilakukan

IX. Pemeriksaan anjurana. Foto BNO-IVPb. USG abdomenc. Pemeriksaan Prostat Antigen Spesific (PSA)

X. PrognosisQuo ad Vitam: Dubia ad bonamQuo ad Fungtionam: Dubia ad bonamQuo ad Sanationam: Dubia ad bonam

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI RETENSI URIN

Retensi urine adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengeluarkan urine yang terkumpul di dalam buli-buli sehingga kapasitas maksimal buli-buli terlampaui. Retensi urin bisa dibagi menjadi 2 keadaan yaitu akut dan kronik. Retensi urin yang akut adalah ketidak mampuan berkemih yang tiba-tiba dan disertai rasa sakit meskipun kandung kemih terisi penuh, berlangsung kurang dari 24 jam. Berbeda dengan kronis, tidak ada rasa sakit karena sedikit demi sedikit menimbunnya, dan berlangsung lebih dari 24 jam. Kondisi yang terkait adalah tidak dapat berkemih sama sekali, kandung kemih penuh, terjadi tiba-tiba, disertai rasa nyeri, dan keadaan ini termasuk kedaruratan dalam urologi. Kalau tidak dapat berkemih sama sekali segera dipasang kateter.

Normalnya manusia memproduksi urin dalam waktu 24 jam adalah sebanyak 1000-1500cc. sedangkan kapasitas buli-buli secara umum adalah sebanyak 300cc saja dan dalam sehari manusia dapat berkemih 4-5kali.B. ANATOMI SALURAN KEMIHSecara anatomi organ-organ yang membentuk Proses Miksi adalah sebagai berikut :

Gambar : dan posisinya sesuai tulang vertebra, serta tulang panggul.

a. Dua buah Ginjal (Ren) Ginjal ini berfungsi untuk menghasilkan urin dengan penyaringan zat-zat yang berasal dari darah. Penyaringan ini terjadi dalam nefron-nefron ginjal. Urin inilah yang akan dikeluarkan dalam proses miksi. Gambar : Ginjal struktur yang terdapat didalamnyab. Dua buah Ureter Ureter berfungsi untuk menyalurkan urin yang telah terbentuk di ginjal untuk kemudian di salurkan ke Vesica Urinaria. c. Sebuah Vesica Urinaria (Kandung Kemih)Vesica Urinaria ini berfungsi untuk menampung urin yang disalurkan melalui kedua ureter. Jika vesica urinaria ini merupakan ruangan berdinding otot polos yang disebut otot detrusor. Serat-seratnya meluas kesegala arah dan apabila berkontraksi, dapat meningkatkan tekanan dalam vesica urinaria.

Gambar : Vesica Urinariad. Sebuah UrethraUrethra ini menyalurkan urin yang telah ditampung vesica urinaria dan kemudian dikelurkan keluar tubuh. Ada perbedaan panjang urethra pada laki-laki dan pada perempuan. Pada laki-laki panjangnya kurang lebih 20 cm, dan perempuan hanya 4 cm. Perbedaan ini dipengaruhi oleh organ genitalia. Pada laki-laki, urethra terdapat dalam penis, sedangkan pada perempuan urethra hanya berada pada daerah perineum saja.

Gambar : Urethra pada laki-laki (terdapat dalam corpus spongosus penis)

Gambar : Letak urethra dan organ-organ lain yang berada di sekitarnya.

C. FISIOLOGI MIKSI

DAFTAR PUSTAKA

1. Alberts P.2012. testicular cancer. American cancer society. http.Cancer.org 2. Beauchamp, Evers, Mattox. 2012. Sabiston Textbook of Surgery 19th Edition. Philadelphia: Elsvier.3. Brunicardi, F.C., Anderson, D.K., Billiar, T.R., Dunn, D.L., Hunter, J.G., Matthews, J.B., Pollock, R.E. 2012. Schwartzs Principles of Surgery 10th Edition. New York: McGraw Hill.4. Purnomo, B.B. 2003. Dasar-dasar Urologi, edisi ke dua. Jakarta: Sagung Seto.5. Tanagho, E.A., McAninch J.W. 2008. Smiths General Urology 17th Edition. New York: McGraw Hill. 6. Wein, Kavoussi, Novick, Partin, Peters. 2012. Campbell-Walsh Urology 10th Edition. Philadelphia: Elsvier.7. Sachdeva, K., Javeed, M., et al. Testicular Cancer Medication. Medscape.

10