Cpd
-
Upload
yunita-sari -
Category
Documents
-
view
72 -
download
8
description
Transcript of Cpd
CASE REPORT SESSION
CEPHALOPELVIC
DISPROPORTION
Oleh:
Wella Dwi Harsey, S.Ked
G1A107071
Pembimbing:
Dr. Rudy Gunawan, SpOG (K)Onk
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JAMBI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER
PROVINSI JAMBI
2013
LEMBAR PENGESAHAN
CASE REPORT SESSION
CEPHALOPELVIC
DISPROPORTION
Oleh:
Wella Dwi Harsey, S.Ked
G1A107071
Jambi, September 2013
Pembimbing,
dr. Rudy Gunawan, Sp.OG(K) Onk
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur yang sebesar – besarnya penulis ucapkan
kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya akhirnya penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul “Cephalopelvik Disproportion”.
Laporan kasus ini diajukan sebagai salah satu tugas di Kepaniteraan Klinik Senior
Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Raden Mattaher Fakultas Kedokteran
Universitas Jambi.
Dalam menyusun laporan kasus ini penulis mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar – besarnya.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan
dan kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan penulisan laporan kasus ini.
Akhir kata mudah – mudahan laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Jambi, September 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Mekanisme persalinan adalah suatu proses penyesuaian bayi terhadap
jalan lahir yang harus dilalui. Oleh karena itu ukuran dan bentuk pelvis sangat
penting dalam obstetrik.
Disproporsi sefalopelvik adalah ukuran pelvik yang tidak proporsional
dengan ukuran kepala bayi untuk dilalui bayi pada proses persalinan.
Disproportion dapat terjadi akibat pelvis sempit dengan kepala bayi normal, atau
pelvis normal dengan bayi besar, atau kombinasi antara bayi besar dengan pelvis
sempit.
Pengukuran panggul atau pelvimetri merupakan cara pemeriksaan yang
penting untuk menilai keadaan panggul. Wanita dengan tinggi badan kurang dari
150 cm dapat dicurigai mempunyai panggul yang sempit. Sutau penelitian
mengungkapkan bahwa 12.1% nullipara dengan tinggi badan kurang dari 5th
persetile akan mengalami distosia pada saat persalinan.
Istilah disproporsi sefalopelvik dan kegagalan kemajuan persalinan sering
digunakan unutk menjelaskan persalinan yang tidak efektif sehingga perlu
dilakukan seksio sesarea. Disproporsi sefalopelvik dikatakan sebagai salah satu
indikasi persalinan seksio sesarea. Angka seksiosesarea di Amerika Serikat
meningkat dari 4.5% pada tahun 1973 menjadi 10%.
BAB II
LAPORAN KASUS
MRS : 27 Agustus 2013 Jam : 13.15
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 35 tahun
Suku/bangasa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : MTs
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kumpe
Nama suami : Tn. J
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Petani
2. Riwayat Perjalanan Penyakit
Keluhan Utama : nyeri perut bawah menjalar ke pinggang sejak tadi malam
Riwayat perjalanan Penyakit :
Pasien datang datang atas rujukan dari Puskesmas Tanjung Soak
dengan panggul sempit. Pasien mengaku hamil cukup bulan. Pasien
mengeluhkan nyeri perut bawah yang menjalar ke pinggang sejak tadi
malam. Nyeri dirasakan makin lama makin sering dan terasa makin sakit.
Pasien juga mengeluhkan keluar lendir campur darah dari kemaluan,
banbyaknya satu kali ganti pakaian dalam. Keluar air-air dari kemaluan
disangkal. Riwayat trauma disangkal. Pasien mengatakan gerakan janin
aktif.
3. Data Kebidanan
a. Haid
Menarche umur : 14 tahun
Haid : teratur
Lama haid : 7 hari
Siklus : 30 hari
Dismenorrhea : tidak ada
Warna : merah tua
Bentuk perdarahan : encer
Bau haid : anyir
flour albus : sebelum haid, lamanya 2 hari, jumlah sedikit,
berwarna putih jernih
b. Riwayat perkawinan
Pasien sudah menikah 1 kali dengan lama pernikahan 3 tahun. Menikah
pada usia 32 tahun.
c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
- Pasien baru pertama hamil
d. Riwayat kehamilan sekarang
GPA : G1P0A0
HPHT : 17-11-2012
TP : 24-08-2013
ANC : K1 : 3x K2 : 3x K4 : 1x
Imunisasi TT : TT1 : bulan kelima TT2 : bulan ketujuh
e. Riwayat KB
Pasien belum pernah menggunakan KB.
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan keluarga
- Keturunan kembar : tidak ada
- Penyakit keturunan: DM (-), Hipertensi (-), Hepatitis (-), PJK (-),
TB (-)
b. Riwayat kesehatan yang lalu
- DM (-), Hipertensi (-), Hepatitis (-), PJK (-), TB (-), tifoid (-)
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum : baik
- Kesadaran : komposmentis
- Tanda Vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 72 kali/menit
Suhu : 37,10C
Pernafasan : 24 kali/menit
- Berat badan
Sebelum hamil : 32 Kg
Saat hamil : 38 Kg
- Tinggi badan : 136 cm
2. Pemeriksaan Obstetri
- Inspeksi
Kepala :
Wajah : pucat (-), sianosis (-)
Rambut : kebersihan baik, rontok (-)
Cloasma gravidarum : (-)
Konjungtiva : merah muda
Skelra : putih
Mulut : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Dada
Tarikan : (-)
Bentuk : simetris
Mammae : tidak ada benjolan
Puting susu : menonjol
Areola mamae : hiperpigmentasi areola
Colostrum : belum
Pembesaran mammae : simetris
Abdomen
Pembesaran perut : simetris
Linea : nigra
Striae : livida
Bekas luka operasi : (-)
Genitalia eksterna
Labia mayora/minora : simetris
Pembengkakan kelenjar bartolini : (-)
Pengeluaran vagina : lendir campur darah
Ekstremitas : simetris, edema (-)
- Palpasi
TFU : 32 cm
Leopold I : Teraba bagian lunak tidak melenting
Leopold II : Pu-Ka
Leopold III : Preskep
Leopold IV : U
TBJ : 3255 gram
His : 2 /10`/20”
- Auskultasi
DJJ : +, kanan bawah pusat
Frekuensi : 132 x/menit
Bising usus : +
- Pemeriksaan dalam
Portio : lunak
Pendataran : 100%
Pembukaan : 1 cm
Ketuban : +
Terbawah : kepala
Penunjuk : sulit dinilai
Penurunan : H1
- Pemeriksaan panggul
Pintu atas panggul
Linea ingeminata : teraba seluruhnya kiri kanan
Promontorium : teraba
Conjugata vera : < 10 cm
Pintu tengah panggul
Dinding panggul : divergen
Os sacrum : divergen
Spina ischiadica : tidak menonjol
Pintu bawah panggul
Os coccygeus : tidak elastis
Arcus pubis : < 900
3. Pemeriksaan Laboratorium
Urin rutin : tidak diperiksa
Darah rutin
Hb : 13 L g/dl
WBC : 11.9 H 103/mm3
RBC : 5.21 L 106/mm3
PLT : 214 103/mm3
HCT : 41.5 L%
Gol Darah : B
Kimia darah
GDS : 77 mg/dl
BT : 2` CT : 4`
C. DIAGNOSIS
G1P0A0 hamil 40-41 minggu inpartu kala I fase laten dengan CPD janin
tunggal hidup presentasi kepala
D. PLANNING
- IVFD RL 20 gtt/i
- SC cito pada pukul 18.00 wib
- Laporan Operasi
Pasien dalam posisi telentang dengan spinal anastesi
Dilakukkan tindakan aseptis dan antiseptis pada lapangan
operasi
Lapangan operasi diperkecil dengan duk steril
Lakukan insisi fanenstil 1 cm suprapubis lebar ± 10 cm cavum
Dilakukan insisi pada SBR sampai menembus cavum uteri. Air
ketuban jernih.
Bayi dilahirkan dengan meluksir kepala jenis kelamin
perempuan, berat badan lahir 2400gr, apgar score 8/9
Plasenta dilahirkan secara manual 500 gr, panjang tali pusat 56
cm
Cavum uteri dibersihkan dengan kasa betadine
Dinding uterus dijahit dengan VGA 2/1 secara one layer,
perdarahan –, kontraksi baik, cavum dibersihkan
Peritoneum dijahit one layer dengan kromik 2.0
Fasia dijahit jelujur dengan vicryl 2.0
Subkutis dijahit dengan dengan vicryl 2.0
Kutis dijahit dengna benang vicryl 3.0
Lika operasi dibersihkan kemudian ditutup dengan kasa betadine
dan kasa kering
Operasi selesai
- Instruksi post operasi
IVFD RL : D5% 3:1 30 gg/i + 2 amp pitogin
Inj. Ceftriaxon 1x2 gr
Kaltofren 3x100 mg
Diet makanan lunak
Mobilisasi bertahap
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Anatomi Jalan Lahir
Jalan lahir terdiri atas jalan lahir bagian tulang dan jalan lahir bagina
lunak.
3.1.1. Jalan lahir bagian tulang
Jalan lahir bagian tulang terdiri dari tulang-tulang panggul, yaitu:
a. os koksa di sebelah depan dan samping. Yang terdiri dari 3 bagian:
- Os ilium yang merupakan tulang besar dengan permukaan anterior
berbentuk konkaf yang disebut fosaa iliaka, bagian atasnya disebut
krista iliaka dan ujung-ujungnya disebut spina iliaka anterior
superior dan spina iliaka posterior superior
- Os iskhhium merupakan bagian terendah dari os koksa.tonjolan di
bagian belakang disebut tuber iskhii yang menyangga tubuh pada
saat duduk.
- Os pubis terdiri dari ramus superior dan ramus inferior. Ramus
superior os pubis berhubungan dengan os ilium, sedang ramus
inferior kanan dan kiri membentuk arkus pubis. Ramus inferior
berhubungan dengan os iskhium kira-kira pada 1/3distal dari
foramen obturator. Kedua os pubis bertemu simfisis.
b. os sakrum. Berbentuk baji, terdiri atas 5 vertebra sakralis. Vertebra
pertamaa paling besar dan menghadap kedepan. Pinggir atas vertebra
ini dikenal sebagai promontorium yang merupakan penanda dalam
ukuran-ukuran panggul. Permukaan anterior sakrum berbentuk konkaf.
c. os koksigis disebelah belakang. Merupakan tulang kecil dan terdiri dari
4 vertebra koksigis.
Sendi panggul terdiri dari 4, yaitu 2 artikulasio sakroiliaka, simfisis
pubis dan artikulasio sakrokoksigeal. Dalam kehamilan artikulasio ini
dapat bergeser sedikit dan lebih longgar. Pada disproporsi sefalopelvik
ringan kelonggaran ini kadang-kadang dapat memungkinkan lahirnya janin
pervaginam. Artikulasio sakroiliaka menghubungkan sakrum dengan
ilium, yang memungkinkan gerakan terbatas kedepan dan kebelakang.
Artikulasio sakrokoksigea merupakakn hubungan os sakrum dengan os
koksigis.
Ligamen yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium pada
artikulasio sakroiliaka merupakan ligamen yang terkuat diseluruh tubuh.
Ligamen sakrotuberosum mengikat sakrum dengan tuber iskhii, sedangkan
ligamen sakrospinosum menghubungkan sakrum dengan spina iskhiadika.
Kedua ligamen ini membentuk dinding posterior dari pintu bawah
panggul.
Pelvis mayor adalah bagian pelvis di atas linea terminalis yang
tidak banyak kepentingannya di dalam obstetri. Pelvis minor dibatasi oleh
pintu atas panggul dan pintu bawah panggul. Pelvis minor berbentuk
saluran yang mempunyai sumbu lengkung ke depan.
Jenis panggul menurut Caldwell-Moloy
a. Jenis ginekoid
Ditemukan pada 45% wanita . panjang diameter anteroposterior hampir
sama dengan diameter transversa.
b. Jenis android
Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Pria umumnya mempunyai
panggul jenis ini. Walaupun diameter anteroposterior hampir sama
panjangnya dengan diameter transversa, tetapi diameter transversa
dekat sakrum. Bagian dorsal dari pintu atas panggul gepeng, bagian
ventral menyempit ke muka.
c. Jenis antropoid
Bentuk pintu atas panggul agak lonjong sperti telor. Diameter
anteroposterior lebih besar dari pada diameter transversa.
d. Jenis platipelloid
Diameter trasnversa lebih besar dari diameter anteroposterior.
3.1.2. Panggul Normal
Dinding anterior simfisis pubis berukuran sekitar 5 cm dan
dinding posterior sekitar 10 cm. Panggul pada wanita berdiri tegak,
bagian atas canalis pelvis mengarah ke arah bawah dan belakang dan
bagian bawahnya melengkung menuju ke arah dan depan.
a. Pintu atas panggul
Pintu atas panggul atau pintu superior dibelakang di batasi
oleh promontorium dan ala sacrum, dan dilateral oleh linea
terminalis dan di anterior oleh rami horizontal tulang-tulang pubis
dan simfisis pubis. Empat diameter pintu atas panggul biasanya
disebutkan : antero posterior, transfersal dan dua oblik diameter
anteroposterior yang penting secara obstetrik adalah jarak
terpendek antara promontorium sacrum dan simfisis pubis yang
disebut sebagai konjugata obstetrik. Normalnya konjugata obstetrik
besarnya 10 cm atau lebih. Diameter transversal tegak lurus dengan
konjugata obstetrik dan biasanya diameter konjugata obstetrik di
titik sekitar 4 cm di depan promontorium.
Ukuran-ukuran pintu atas panggul yang perlu diketahui yaitu:
- diameter anteroposterior yang diukur dari promontorium sampai
ketengah permukaan posterior simfisis. Diameter
anteroposterior disebut juga konjugata obstetrika.
- Konjugata diagonalis. Yaitu jarak bagian bawah simfisis sampai
ke promontorium yang dapat diukur dengan memasukan jari
tengah dan jari telunjuk ke dalam vagina dan mencoba meraba
promontorium. Pada panggul normal promontorium tidak teraba
dengan jari yang panjangnya 12 cm.
- Konjugata vera yaitu jarak pinggir atas simfisis dengan
promontorium diperoleh dengan mengurangi konjugata
diagonalis dengan 1.5 cm
- Diameter transversa yaitu jarak terjauh garis lintang pintu atas
panggul biasanya sekitar 12.5-13 cm.
- Garis yang dibuat antara penyilangan konjugata vera dengan
diameter transversa ke artikulasio sakroiliaka disebut diameter
oblikua yang panjangnya sekitar 13 cm.
Ruang panggul merupakan saluran diantara pintu atas
panggul dan pintu bawah panggul. Dinding anterior sekitar 4 sm
terdiri atas os pubis dengan simfisisnya. Dinding posterior dibentuk
oleh os sakrum dan os koksigis sepanjang ± 12 cm. Sumbu ini adalah
garis yang menghubungkan titik temu konjugata vera dengan
diameter transversa di pintu atas panggul dengan titik-titik sejenis
hodge II, III, IV. Arah sumbu ini sesuai pula dengan tarikan cunam
atau vakum pada persalinan dengan tindakan. Pintu bawah panggul
setinggi spina iskhiadika. Jarak kedua spina ini disebut diameter
bispinosum yaitu sekitar 9.5-10 cm.
b. Pintu tengah panggul
Panggul tengah ditingkat spina ischiadika (bidang tengah),
diameter interspinosa, 10 cm atau lebih biasanya merupakan
diameter terkecil di pangggul. Diameter anteroposterior sampai
setinggi spina ischiadika normalnya berukuran sekurang-
kurangnya 11.5 cm. Komponen posterior antara sacrum dan
diameter interspinosa biasanya sekurang-kurangnya 4.5 cm.
c. Pintu bawah panggul
Tiga diameter pintu bawah panggul biasanya disebutkan :
antero posterior, transfersal, dan sagita posterior. Diameter antero
posterior (9.5 – 11.5 cm), diameter transfersal (11 cm) adalah jarak
antara tepi-tepi dalam tuberositas iskium. Diameter sagital
posterior tegak lurus dengan suatu garis kedua tuberositas iskium.
Diameter sagital posterior pintu bawah yang normal biasanya lebih
dari 7.5 cm.
Bidang hodge, untuk menentukan berapa jauh bagian depan anak
itu turun ke dalam rongga panggul:
- Hodge I : sama dengan pintu atas panggul
- Hodge II : sejajar dengan hodge I, melalui pinggir bawah
simpisis
- Hodge III : sejajar dengan hodge I melalui ischiadicae
- Hodge IV : sejajar dengan hodge I melalui ujung os coccygis
3.2. Teknik pengukuran panggul
a. Melalui mata telanjang penolong persalinan bisa memprediksi apakah
seorang ibu mempunyaipanggul adekuat atau tidak. Bila ibu bertubuh
tinggi besar bisa dipastikan ukuran panggulnya relatif luas. Bila ibu tidak
terlalu tinggi, hanya 150 cm atau kurang kemungkinan besar ukuran
panggulnya kecil dan sempit. Namun, ini hanya asumsi.
b. Pemeriksaan pelvimetri klinis
Pemeriksaan dalam dilakukan pada usia kehamilan 36 minggu.
Dengan cara memasukan dua jari (jari telunjuk dan jari tengah) ke jalan
lahir hingga menyentuh bagian tulang belakang (promontorium),
kemudian hitung jarak dari tulang kemaluan hingga ke promontorium
untuk mengetahui ukuran pintu atas panggul dan pintu tengah panggul.
Maka akan didapatkan konjugata diagonal (jarak antara promontorium
dengan simfisis bawah). Selanjutnya konjugata diagonal dikurangi dengan
1.5 cm maka akan didapatkan konjugata vera. Jarak minimal antara tulang
kemaluan dengan promontorium adalah 11 cm, jika kurang maka
dikategorikan sebagai panggul sempit.
1. Pintu atas panggul
- Promontorium hanya bisa tercapai oleh jari kita dengan
pemeriksaan salama pada panggul yang sempit. Pada panggul yang
ukurannya normal, promontorium tidak tercapai.
- Konjugata vera lebih besar dari 10 cm, maka p.a.p dianggap cukup
luas.
2. Bidang tengah panggul
Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat dinilai secara klinis
dan memerlukan pengukuran secara rontgenologis
3. Pintu bawah panggul
Ukuran yang lebih besar dianggap cukup mencukupi, kareana
pengukuran transversa kurang tepat maka dianjurkan untuk
memperhatikan bentuk arcus pubis hendaknya merupakan sudut yang
tumpul.
c. Pelvimetri radiologis
Selama pemotretan ibu berada dalam posisi setengah duduk,
intensitas cahaya yang digunakan lebih rendah dari pemeriksaan anggota
tubuh yang lain. Pada proyeksi ini diukur diameter melintang pintu atas
panggul , jarak antara spina isiadika panggul tengah dan jarak antara tuber
isiadikum panggul bawah. Selain ukuran-ukuran panggul dapat diketahui
bentuk-bentuk anggul melalui pemeriksaan x-ray pelvimetri.
Pemeriksaan rontgenlogik sudah mulai ditinggal karena bahaya
radiasi terhadap janin. Namun radiografi konvensional masih dilakukan
pada keadaan-keadaan tertentu dengan indikasi yang tepat dan dilakukan
pada akhir kehamilan.
3.3. Definisi panggul sempit
Dikatakan pangggul sempit bila ukurannya 1-2 cm kurang dari ukuran
normal. Kesempitan panggul bisa pada pintu atas panggul (inlet), ruang
tengah panggul (mid pelvis), pintu bawah panggul (pelvic outlet) atau
kombinasi.
3.4. Pembagian panggul sempit
Pintu atas panggul dianggap sempit bila diameter anteroposterior
kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 11.5 cm atau
konjugata obstetriknya kurang dari 12 cm. Dengan menggunakan pelvimetri
klinis kita dapat mengidentifikasi diamater anteroposterior paling pendek
yang harus dilewati kepala janin. Sebelum persalinan telah terbukti diameter
kepala janin rata-rata berukuran 9.5 cm sampai 9.8 cm. Jadi sebagian janin
sangat sulit atau mustahil melewati pintu atas dengan diameter
anteroposterior kuranng dari 10 cm.
Kesempitan pintu atas panggul berdasarkan konjugata vera:
1. Pembagian tingkat panggul sempit
- Tingkat I : CV = ≥ 9 - <10 cm = borderline
- Tingkat II : CV = ≥ 8 - <9 cm = relative
- Tingkat III : CV = ≥ 6 - <8 cm = ekstrim
- Tingkat IV : CV = < 6 cm = mutlak (absolut)
2. Pembagian menurut tindakan
- CV = 11 cm : partus biasa
- CV = ≥ 8 - 10 cm : partus percobaan
- CV = ≥ 6 - <8 cm : SC primer
- CV = <6 cm : SC mutlak
a. Kesempitan ruang tengah panggul
Terjadi bila :
a. Diameter transversa 9 cm
b. Diameter transversa ditambah diameter sagitalis posterior kurang
dari 13.5 cm. Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan dengan
rontgen pelvimetri, kemungkinan kesempitan midpelvis, jika:
- Spina menonjol. Partus akan tertahan disebut midpelvis arest
- Side wall konvergen
- Ada kesempitan outlet
Midpelvis contraction dapat memberikan kesulitan sewaktu
partus sesudah kepala melewati pintu atas panggul. Adanya
kesempitan ini sebetulnya merupakan kontraindikasi untuk forsep
karena akan menambah sempitnya ruangan.
Dengan sakrum melengkung sempurna, dinding-dinding
panggul tidak berkonvergensi, foramen ischiadikum mayor cukup
luas, dan spina ischiadica tidak menonjol ke dalam dapat
diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan menyebabkan
rintangan bagi lewatnya kepala janin.
b. Kesempitan pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul tidak merupakan bidang yang datar, tetapi
terdiri atas segitiga depan dan segitiga belakang yang mempunyai
dasarnya yang sama, yakni distansia tuberum. Apabila ukuran yang
terakhir ini lebih kecil dari biasa, maka sudut arkus pubis juga mengecil
(< 800). Supaya kepala janin dapat lahir maka diperlukan ruangan yang
lebih besar pada bagian belakang pintu bawah panggul. Dengan
diameter sagitalis posterior yang cukup panjang, persalinan pervaginam
dapat dilaksanakan, walaupun dengan perlukaan luas pada perineum.
Bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior < 15
cm. Meskipun tidak menghalangi lahirnya janin namun dapat
menyebabkan ruptur perineal yang hebat karena arkus pubis sempit
sehingga kepala janin terpaksa melalui ruang belakang.
3.5. Diagnosis
a. Anamnesis
Ada riwayat kesalahan letak, partus yang lalu berlangsung lama,
anak meninggal atau persalinan ditolong dengan alat-alat dan operasi.
b. Inspeksi
Ibu kelihatan pendek, ada skoliosis, kifosis dan sebagainya.
Kelaianan panggul luar (rachitis), kalau kepala belum masuk PAP
kelihatan kontur seperti kepala menonjol diatas simfisis.
c. Palpasi
Kepala tidak masuk PAP atau masih goyang dan terdapat tanda
OSBORN, yaitu kepala didorong kearah PAP dengan satu tangan di
atas simfisis pubis sedang tangan lain mengukur tegak lurus pada
kepala yang menonjol.
+ : 3 jari
_ : masuk PAP
± : antara kesalahan-kesalahan letak
d. Pelvimetri klinis
a. Pemeriksaan panggul luar apakah ukurannya kurang dari normal
b. Pemeriksaan dalam : apakah promontorium teraba, lalu diukur CD
dan CV, linea ingeminata teraba seluruhnya atau tidak, spina
ischiadica, dll.
e. Rontgen pelvimetri
Dari foto rontgen ditentukan ukuran-ukuran CV : CO apakah kurang
dari normal.
Anamnesis tentang persalinan-persalinan terdahulu dapat memberi
pentunjuk tentang keadaan panggul. Apabila persalinan tersebut berjalan lancar
dengan dilahirkannya janin dengan berat badan normal, maka kecil kemungkinan
bahwa wanita yang bersangkutan menderita kesempitan panggul yang berarti.
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan cara pemeriksaan yang
penting untuk mendapat keterangan lebih banyak tentang keadaan panggul.
Pelvimetri dalam dengan tangan mempunyai arti yang penting untuk menilai pintu
atas panggul serta panggul tengah dan untuk memberi gambaran yang jelas
mengenai pintu bawah panggul.
3.6. Mekanisme persalinan
Bila panggul sempit dalam ukuran muka belakang dan CV < 9 cm
maka diameter ini tidak dapat dilalui oleh diameter biparietal janin yang
cukup bulan. Oleh sebab itu bila kepala turun biasanya terjadi defleksi
sehingga yang melewati diameter anteroposterior adalah diameter
bitemporalis. Jadi pada panggul sempit yang sering dijumpai letak defleksi.
Karena panggul sempit maka persalinan berlangsung lama karena ada
obstruksi pada :
- Kala I : kepala tidak masuk PAP maka pembukaan berlangsung
lama dan ada kemungkinan ketuban pecah sebelum waktunya.
Setelah ketuban pecah maka kepala tidak dapat menekan serviks
kecuali his kuat sekali sehingga terjadi moulage yang hebat pada
kepala.
- Kala II : menjadi lama karena diperlukan waktu untuk turunya
kepala dan untuk moulage.
3.6.1. Penatalaksanaan
a. Persalinan percobaan
Berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada hamil tua diadakan
penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul dalam semua
bidang dan hubungan antara kepala janin dan panggul, dan setelah
dicapai kesimpulan bahwa ada harapan persalinan dapat
berlangsung pervaginam dengan selamat, dapat diambil keputusan
untuk menyelenggarakan persalinan percobaan.
Partus percobaan dimulai saat penderita dinyatakan inpartu dengan
penilaian kemajuan persalinan dimulai setelah persalinan masuk
fase aktif. Persalinan berdasarkan kemajuan-kemajuan persalinan
terdiri dari pembukaan serviks, turunnya kepala, dan putar paksi
dalam. Bila terdapat perubahan yang bermakna dari ketiga
komponen tersebut maka partus percobaan dikatakan ada kemajuan
dan dapat diteruskan. Namun, bila tidak ada kemajuan yang
bermakna maka patus percobaan dinyatakan gagal dan dipastikan
adanya CPD, persalinan dilanjutkan dengan seksio sesarea.
b. Seksio sesarea
Seksio sesarea dilakukan secara elektif atau primer, yakni
sebelum persalinan dimulai atau pada awal persalinan. Seksio
sesarea elektif dilakukan pada kehamilan cukup bulan karena
kesempitan panggul yang cukup berat atau karena terdapat
disproporsi sefalopelvik yang nyata. Secara sekunder yakni setelah
persalinan berlangsung selama beberapa waktu. Seksio sesarea
sekunder dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal
atau karena timbul komplikasi.
3.6.2. Komplikasi
Bahaya pada ibu dapat berupa partus lama yang dapat
menimbulkan dehidrasi serta asidosis, infeksi intrapartum, ruptur
uteri, resiko terjadinya fistula vesikoservikalis, fistula
vsikovaginalis atau fistula rektovaginalis karena tekanan yang lama
antara kepala jannin dan tulang panggul.
Bahaya pada bayi berupa peningkatan kematian perinatal dan
perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala janin bahkan bisa
menimbulkan fraktur pada os parietal.
BAB III
ANALISIS KASUS
Dari anamnesis terhadap pasien didapatkan pasien datang atas rujukan dari
Puskesmas Tanjung Soak dengan panggul sempit. Pasien mengaku hamil cukup
bulan. Pasien mengeluhkan nyeri perut bawah yang menjalar ke pinggang sejak
tadi malam. Nyeri dirasakan makin lama makin sering dan terasa makin sakit.
Pasien juga mengeluhkan keluar lendir campur darah dari kemaluan, banyaknya
satu kali ganti pakaian dalam. Keluar air-air dari kemaluan disangkal. Riwayat
trauma disangkal. Pasien mengatakan gerakan janin aktif. Dengan riwayat
kehamilan baru pertama kali hamil, HPHT tanggal 17-11-2012. Berdasarkan
anamnesis tersebut disimpulkan bahwa pasien dalam keadaan hamil dan inpartu.
Menurut kepustakaan melalui inspeksi penolong persalinan bisa
memprediksi apakah seorang ibu mempunyai panggul adekuat atau tidak. Bila ibu
bertubuh tinggi besar bisa dipastikan ukuran panggulnya relatif luas. Bila ibu
tidak terlalu tinggi, hanya 150 cm atau kurang kemungkinan besar ukuran
panggulnya kecil dan sempit. Pada pemeriksaan fisik didapatka berat badan
sebelum hamil 32 Kg, saat hamil 38 Kg, tinggi badan 136 cm. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pasien dapat dicurigai memiliki panggul sempit karena
proporsi tubuh pasien yang tidak ideal.
Dari pemeriksaan palpasi menurut kepustakaan panggul dikatakan sempit
bila kepala tidak masuk PAP atau masih goyang. Pemeriksaan palpasi terhadap
pasien didapatkan TFU 32 cm, leopold I teraba bagian lunak tidak melenting,
leopold II Punggung kanan, leopold III presentasi kepala, leopold IV kepala
belum masuk PAP. Taksiran berat janin yaitu 3255 gram. Berdasarkan hasil
pemeriksaan tersebut, dapat menunjang diagnosa ke arah disproporsi sefalopelvik
dengan taksiran berat janin normal.
Panggul dikatakan normal bila, konjugata obstetrik besarnya 10 cm atau
lebih. Promontorium tidak tercapai. Konjugata vera lebih besar dari 10 cm. Spina
ischiadica menonjol. Side wall konvergen. Bentuk arcus pubis hendaknya
merupakan sudut yang tumpul. Dari pemeriksaan dalam terhadap pasien,
didapatkan portio lunak, pendataran 100%, pembukaan 1 cm, ketuban +, penunjuk
sulit dinilai, presentasi sulit dinilai, penurunan H1. Pemeriksaan panggul, linea
ingeminata teraba seluruhnya kiri dan kanan, promontorium teraba, conjugata vera
< 10 cm, dinding panggul divergen, os sacrum divergen, spina ischiadica tidak
menonjol, os coccygeus tidak elastis, arcus pubis < 900. Dari pemeriksaan dalam
tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki panggul yang sempit.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat ditegakan diagnosa G1P0A0
hamil 40-41 minggu inpartu kala I fase laten dengan CPD janin tunggal hidup
presentasi kepala.
Menurut kepustakaan penatalaksanaan pada CPD dapat dilakukan melalui
persalinan percobaan, seksio sesarea. Tindakan pada CPD berdasarkan ukuran
konjugata vera yaitu bila CV 11 cm dilakukan partus biasa, CV ≥ 8 - 10 cm
partus percobaan, CV <8 cm dilakukan SC. Pada pasien dilakukan
penatalaksanaan berupa seksio sesarea. Tindakan ini sudah tepat karena ukuran
panggul pasien kurang dari ukuran normal, dengan ukuran CV < 8, promontorium
teraba, kemungkinan pasien memiliki panggul sempit absolut. Maka dilakukan
persalinan melalui proses seksio sesarea.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Bagian obstetri & ginekologi FK UNPAD. Obstetri Fisiologi. Bandung:
FK UNPAD; 1983.
2. Prawirohardjo, S. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: PT Bina Sarwono
Prawirohardjo; 2010.
3. Cunningham, G. Distosia (persalinan abnormal dan disproporsi feopelvik)
dalam Obstetri Williams. Jakarta: EGC; 2004
4. Winkjosastro, H. Distosia karena kelaianan panggul dalam Ilmu
Kebidanan. Jakarta: PT Bina Sarwono Prawirohardjo; 2006
5. Mochtar, R. Panggul Sempit (pelvic Contraction) dalam sinopsis Obstetri.
Jakarta: EGC; 1998.