Cpd

37
CASE REPORT SESSION CEPHALOPELVIC DISPROPORTION Oleh: Wella Dwi Harsey, S.Ked G1A107071 Pembimbing: Dr. Rudy Gunawan, SpOG (K)Onk BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JAMBI

description

mmmmmmmmmmmmmmmmm

Transcript of Cpd

Page 1: Cpd

CASE REPORT SESSION

CEPHALOPELVIC

DISPROPORTION

Oleh:

Wella Dwi Harsey, S.Ked

G1A107071

Pembimbing:

Dr. Rudy Gunawan, SpOG (K)Onk

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JAMBI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER

PROVINSI JAMBI

2013

Page 2: Cpd

LEMBAR PENGESAHAN

CASE REPORT SESSION

CEPHALOPELVIC

DISPROPORTION

Oleh:

Wella Dwi Harsey, S.Ked

G1A107071

Jambi, September 2013

Pembimbing,

dr. Rudy Gunawan, Sp.OG(K) Onk

Page 3: Cpd

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur yang sebesar – besarnya penulis ucapkan

kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya akhirnya penulis dapat

menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul “Cephalopelvik Disproportion”.

Laporan kasus ini diajukan sebagai salah satu tugas di Kepaniteraan Klinik Senior

Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Raden Mattaher Fakultas Kedokteran

Universitas Jambi.

Dalam menyusun laporan kasus ini penulis mendapat bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar – besarnya.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan

dan kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan penulisan laporan kasus ini.

Akhir kata mudah – mudahan laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Amin.

Jambi, September 2013

Penulis

Page 4: Cpd

BAB I

PENDAHULUAN

Mekanisme persalinan adalah suatu proses penyesuaian bayi terhadap

jalan lahir yang harus dilalui. Oleh karena itu ukuran dan bentuk pelvis sangat

penting dalam obstetrik.

Disproporsi sefalopelvik adalah ukuran pelvik yang tidak proporsional

dengan ukuran kepala bayi untuk dilalui bayi pada proses persalinan.

Disproportion dapat terjadi akibat pelvis sempit dengan kepala bayi normal, atau

pelvis normal dengan bayi besar, atau kombinasi antara bayi besar dengan pelvis

sempit.

Pengukuran panggul atau pelvimetri merupakan cara pemeriksaan yang

penting untuk menilai keadaan panggul. Wanita dengan tinggi badan kurang dari

150 cm dapat dicurigai mempunyai panggul yang sempit. Sutau penelitian

mengungkapkan bahwa 12.1% nullipara dengan tinggi badan kurang dari 5th

persetile akan mengalami distosia pada saat persalinan.

Istilah disproporsi sefalopelvik dan kegagalan kemajuan persalinan sering

digunakan unutk menjelaskan persalinan yang tidak efektif sehingga perlu

dilakukan seksio sesarea. Disproporsi sefalopelvik dikatakan sebagai salah satu

indikasi persalinan seksio sesarea. Angka seksiosesarea di Amerika Serikat

meningkat dari 4.5% pada tahun 1973 menjadi 10%.

Page 5: Cpd

BAB II

LAPORAN KASUS

MRS : 27 Agustus 2013 Jam : 13.15

A. DATA SUBJEKTIF

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. N

Umur : 35 tahun

Suku/bangasa : Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : MTs

Pekerjaan : IRT

Alamat : Kumpe

Nama suami : Tn. J

Umur : 30 tahun

Pekerjaan : Petani

2. Riwayat Perjalanan Penyakit

Keluhan Utama : nyeri perut bawah menjalar ke pinggang sejak tadi malam

Riwayat perjalanan Penyakit :

Pasien datang datang atas rujukan dari Puskesmas Tanjung Soak

dengan panggul sempit. Pasien mengaku hamil cukup bulan. Pasien

mengeluhkan nyeri perut bawah yang menjalar ke pinggang sejak tadi

malam. Nyeri dirasakan makin lama makin sering dan terasa makin sakit.

Pasien juga mengeluhkan keluar lendir campur darah dari kemaluan,

banbyaknya satu kali ganti pakaian dalam. Keluar air-air dari kemaluan

disangkal. Riwayat trauma disangkal. Pasien mengatakan gerakan janin

aktif.

Page 6: Cpd

3. Data Kebidanan

a. Haid

Menarche umur : 14 tahun

Haid : teratur

Lama haid : 7 hari

Siklus : 30 hari

Dismenorrhea : tidak ada

Warna : merah tua

Bentuk perdarahan : encer

Bau haid : anyir

flour albus : sebelum haid, lamanya 2 hari, jumlah sedikit,

berwarna putih jernih

b. Riwayat perkawinan

Pasien sudah menikah 1 kali dengan lama pernikahan 3 tahun. Menikah

pada usia 32 tahun.

c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

- Pasien baru pertama hamil

d. Riwayat kehamilan sekarang

GPA : G1P0A0

HPHT : 17-11-2012

TP : 24-08-2013

ANC : K1 : 3x K2 : 3x K4 : 1x

Imunisasi TT : TT1 : bulan kelima TT2 : bulan ketujuh

e. Riwayat KB

Pasien belum pernah menggunakan KB.

4. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan keluarga

- Keturunan kembar : tidak ada

- Penyakit keturunan: DM (-), Hipertensi (-), Hepatitis (-), PJK (-),

TB (-)

Page 7: Cpd

b. Riwayat kesehatan yang lalu

- DM (-), Hipertensi (-), Hepatitis (-), PJK (-), TB (-), tifoid (-)

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Fisik

- Keadaan Umum : baik

- Kesadaran : komposmentis

- Tanda Vital :

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 72 kali/menit

Suhu : 37,10C

Pernafasan : 24 kali/menit

- Berat badan

Sebelum hamil : 32 Kg

Saat hamil : 38 Kg

- Tinggi badan : 136 cm

2. Pemeriksaan Obstetri

- Inspeksi

Kepala :

Wajah : pucat (-), sianosis (-)

Rambut : kebersihan baik, rontok (-)

Cloasma gravidarum : (-)

Konjungtiva : merah muda

Skelra : putih

Mulut : dalam batas normal

Leher : dalam batas normal

Dada

Tarikan : (-)

Bentuk : simetris

Mammae : tidak ada benjolan

Puting susu : menonjol

Page 8: Cpd

Areola mamae : hiperpigmentasi areola

Colostrum : belum

Pembesaran mammae : simetris

Abdomen

Pembesaran perut : simetris

Linea : nigra

Striae : livida

Bekas luka operasi : (-)

Genitalia eksterna

Labia mayora/minora : simetris

Pembengkakan kelenjar bartolini : (-)

Pengeluaran vagina : lendir campur darah

Ekstremitas : simetris, edema (-)

- Palpasi

TFU : 32 cm

Leopold I : Teraba bagian lunak tidak melenting

Leopold II : Pu-Ka

Leopold III : Preskep

Leopold IV : U

TBJ : 3255 gram

His : 2 /10`/20”

- Auskultasi

DJJ : +, kanan bawah pusat

Frekuensi : 132 x/menit

Bising usus : +

- Pemeriksaan dalam

Portio : lunak

Pendataran : 100%

Pembukaan : 1 cm

Ketuban : +

Terbawah : kepala

Page 9: Cpd

Penunjuk : sulit dinilai

Penurunan : H1

- Pemeriksaan panggul

Pintu atas panggul

Linea ingeminata : teraba seluruhnya kiri kanan

Promontorium : teraba

Conjugata vera : < 10 cm

Pintu tengah panggul

Dinding panggul : divergen

Os sacrum : divergen

Spina ischiadica : tidak menonjol

Pintu bawah panggul

Os coccygeus : tidak elastis

Arcus pubis : < 900

3. Pemeriksaan Laboratorium

Urin rutin : tidak diperiksa

Darah rutin

Hb : 13 L g/dl

WBC : 11.9 H 103/mm3

RBC : 5.21 L 106/mm3

PLT : 214 103/mm3

HCT : 41.5 L%

Gol Darah : B

Kimia darah

GDS : 77 mg/dl

BT : 2` CT : 4`

C. DIAGNOSIS

G1P0A0 hamil 40-41 minggu inpartu kala I fase laten dengan CPD janin

tunggal hidup presentasi kepala

Page 10: Cpd

D. PLANNING

- IVFD RL 20 gtt/i

- SC cito pada pukul 18.00 wib

- Laporan Operasi

Pasien dalam posisi telentang dengan spinal anastesi

Dilakukkan tindakan aseptis dan antiseptis pada lapangan

operasi

Lapangan operasi diperkecil dengan duk steril

Lakukan insisi fanenstil 1 cm suprapubis lebar ± 10 cm cavum

Dilakukan insisi pada SBR sampai menembus cavum uteri. Air

ketuban jernih.

Bayi dilahirkan dengan meluksir kepala jenis kelamin

perempuan, berat badan lahir 2400gr, apgar score 8/9

Plasenta dilahirkan secara manual 500 gr, panjang tali pusat 56

cm

Cavum uteri dibersihkan dengan kasa betadine

Dinding uterus dijahit dengan VGA 2/1 secara one layer,

perdarahan –, kontraksi baik, cavum dibersihkan

Peritoneum dijahit one layer dengan kromik 2.0

Fasia dijahit jelujur dengan vicryl 2.0

Subkutis dijahit dengan dengan vicryl 2.0

Kutis dijahit dengna benang vicryl 3.0

Lika operasi dibersihkan kemudian ditutup dengan kasa betadine

dan kasa kering

Operasi selesai

- Instruksi post operasi

IVFD RL : D5% 3:1 30 gg/i + 2 amp pitogin

Inj. Ceftriaxon 1x2 gr

Kaltofren 3x100 mg

Diet makanan lunak

Page 11: Cpd

Mobilisasi bertahap

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Anatomi Jalan Lahir

Jalan lahir terdiri atas jalan lahir bagian tulang dan jalan lahir bagina

lunak.

3.1.1. Jalan lahir bagian tulang

Jalan lahir bagian tulang terdiri dari tulang-tulang panggul, yaitu:

a. os koksa di sebelah depan dan samping. Yang terdiri dari 3 bagian:

- Os ilium yang merupakan tulang besar dengan permukaan anterior

berbentuk konkaf yang disebut fosaa iliaka, bagian atasnya disebut

krista iliaka dan ujung-ujungnya disebut spina iliaka anterior

superior dan spina iliaka posterior superior

- Os iskhhium merupakan bagian terendah dari os koksa.tonjolan di

bagian belakang disebut tuber iskhii yang menyangga tubuh pada

saat duduk.

- Os pubis terdiri dari ramus superior dan ramus inferior. Ramus

superior os pubis berhubungan dengan os ilium, sedang ramus

inferior kanan dan kiri membentuk arkus pubis. Ramus inferior

berhubungan dengan os iskhium kira-kira pada 1/3distal dari

foramen obturator. Kedua os pubis bertemu simfisis.

b. os sakrum. Berbentuk baji, terdiri atas 5 vertebra sakralis. Vertebra

pertamaa paling besar dan menghadap kedepan. Pinggir atas vertebra

ini dikenal sebagai promontorium yang merupakan penanda dalam

ukuran-ukuran panggul. Permukaan anterior sakrum berbentuk konkaf.

c. os koksigis disebelah belakang. Merupakan tulang kecil dan terdiri dari

4 vertebra koksigis.

Page 12: Cpd

Sendi panggul terdiri dari 4, yaitu 2 artikulasio sakroiliaka, simfisis

pubis dan artikulasio sakrokoksigeal. Dalam kehamilan artikulasio ini

dapat bergeser sedikit dan lebih longgar. Pada disproporsi sefalopelvik

ringan kelonggaran ini kadang-kadang dapat memungkinkan lahirnya janin

pervaginam. Artikulasio sakroiliaka menghubungkan sakrum dengan

ilium, yang memungkinkan gerakan terbatas kedepan dan kebelakang.

Artikulasio sakrokoksigea merupakakn hubungan os sakrum dengan os

koksigis.

Ligamen yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium pada

artikulasio sakroiliaka merupakan ligamen yang terkuat diseluruh tubuh.

Ligamen sakrotuberosum mengikat sakrum dengan tuber iskhii, sedangkan

ligamen sakrospinosum menghubungkan sakrum dengan spina iskhiadika.

Kedua ligamen ini membentuk dinding posterior dari pintu bawah

panggul.

Pelvis mayor adalah bagian pelvis di atas linea terminalis yang

tidak banyak kepentingannya di dalam obstetri. Pelvis minor dibatasi oleh

pintu atas panggul dan pintu bawah panggul. Pelvis minor berbentuk

saluran yang mempunyai sumbu lengkung ke depan.

Jenis panggul menurut Caldwell-Moloy

a. Jenis ginekoid

Ditemukan pada 45% wanita . panjang diameter anteroposterior hampir

sama dengan diameter transversa.

Page 13: Cpd

b. Jenis android

Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Pria umumnya mempunyai

panggul jenis ini. Walaupun diameter anteroposterior hampir sama

panjangnya dengan diameter transversa, tetapi diameter transversa

dekat sakrum. Bagian dorsal dari pintu atas panggul gepeng, bagian

ventral menyempit ke muka.

c. Jenis antropoid

Bentuk pintu atas panggul agak lonjong sperti telor. Diameter

anteroposterior lebih besar dari pada diameter transversa.

d. Jenis platipelloid

Diameter trasnversa lebih besar dari diameter anteroposterior.

3.1.2. Panggul Normal

Dinding anterior simfisis pubis berukuran sekitar 5 cm dan

dinding posterior sekitar 10 cm. Panggul pada wanita berdiri tegak,

bagian atas canalis pelvis mengarah ke arah bawah dan belakang dan

bagian bawahnya melengkung menuju ke arah dan depan.

a. Pintu atas panggul

Pintu atas panggul atau pintu superior dibelakang di batasi

oleh promontorium dan ala sacrum, dan dilateral oleh linea

terminalis dan di anterior oleh rami horizontal tulang-tulang pubis

dan simfisis pubis. Empat diameter pintu atas panggul biasanya

Page 14: Cpd

disebutkan : antero posterior, transfersal dan dua oblik diameter

anteroposterior yang penting secara obstetrik adalah jarak

terpendek antara promontorium sacrum dan simfisis pubis yang

disebut sebagai konjugata obstetrik. Normalnya konjugata obstetrik

besarnya 10 cm atau lebih. Diameter transversal tegak lurus dengan

konjugata obstetrik dan biasanya diameter konjugata obstetrik di

titik sekitar 4 cm di depan promontorium.

Ukuran-ukuran pintu atas panggul yang perlu diketahui yaitu:

- diameter anteroposterior yang diukur dari promontorium sampai

ketengah permukaan posterior simfisis. Diameter

anteroposterior disebut juga konjugata obstetrika.

- Konjugata diagonalis. Yaitu jarak bagian bawah simfisis sampai

ke promontorium yang dapat diukur dengan memasukan jari

tengah dan jari telunjuk ke dalam vagina dan mencoba meraba

promontorium. Pada panggul normal promontorium tidak teraba

dengan jari yang panjangnya 12 cm.

- Konjugata vera yaitu jarak pinggir atas simfisis dengan

promontorium diperoleh dengan mengurangi konjugata

diagonalis dengan 1.5 cm

- Diameter transversa yaitu jarak terjauh garis lintang pintu atas

panggul biasanya sekitar 12.5-13 cm.

Page 15: Cpd

- Garis yang dibuat antara penyilangan konjugata vera dengan

diameter transversa ke artikulasio sakroiliaka disebut diameter

oblikua yang panjangnya sekitar 13 cm.

Ruang panggul merupakan saluran diantara pintu atas

panggul dan pintu bawah panggul. Dinding anterior sekitar 4 sm

terdiri atas os pubis dengan simfisisnya. Dinding posterior dibentuk

oleh os sakrum dan os koksigis sepanjang ± 12 cm. Sumbu ini adalah

garis yang menghubungkan titik temu konjugata vera dengan

diameter transversa di pintu atas panggul dengan titik-titik sejenis

hodge II, III, IV. Arah sumbu ini sesuai pula dengan tarikan cunam

atau vakum pada persalinan dengan tindakan. Pintu bawah panggul

setinggi spina iskhiadika. Jarak kedua spina ini disebut diameter

bispinosum yaitu sekitar 9.5-10 cm.

b. Pintu tengah panggul

Panggul tengah ditingkat spina ischiadika (bidang tengah),

diameter interspinosa, 10 cm atau lebih biasanya merupakan

diameter terkecil di pangggul. Diameter anteroposterior sampai

Page 16: Cpd

setinggi spina ischiadika normalnya berukuran sekurang-

kurangnya 11.5 cm. Komponen posterior antara sacrum dan

diameter interspinosa biasanya sekurang-kurangnya 4.5 cm.

c. Pintu bawah panggul

Tiga diameter pintu bawah panggul biasanya disebutkan :

antero posterior, transfersal, dan sagita posterior. Diameter antero

posterior (9.5 – 11.5 cm), diameter transfersal (11 cm) adalah jarak

antara tepi-tepi dalam tuberositas iskium. Diameter sagital

posterior tegak lurus dengan suatu garis kedua tuberositas iskium.

Diameter sagital posterior pintu bawah yang normal biasanya lebih

dari 7.5 cm.

Bidang hodge, untuk menentukan berapa jauh bagian depan anak

itu turun ke dalam rongga panggul:

- Hodge I : sama dengan pintu atas panggul

- Hodge II : sejajar dengan hodge I, melalui pinggir bawah

simpisis

- Hodge III : sejajar dengan hodge I melalui ischiadicae

- Hodge IV : sejajar dengan hodge I melalui ujung os coccygis

3.2. Teknik pengukuran panggul

a. Melalui mata telanjang penolong persalinan bisa memprediksi apakah

seorang ibu mempunyaipanggul adekuat atau tidak. Bila ibu bertubuh

Page 17: Cpd

tinggi besar bisa dipastikan ukuran panggulnya relatif luas. Bila ibu tidak

terlalu tinggi, hanya 150 cm atau kurang kemungkinan besar ukuran

panggulnya kecil dan sempit. Namun, ini hanya asumsi.

b. Pemeriksaan pelvimetri klinis

Pemeriksaan dalam dilakukan pada usia kehamilan 36 minggu.

Dengan cara memasukan dua jari (jari telunjuk dan jari tengah) ke jalan

lahir hingga menyentuh bagian tulang belakang (promontorium),

kemudian hitung jarak dari tulang kemaluan hingga ke promontorium

untuk mengetahui ukuran pintu atas panggul dan pintu tengah panggul.

Maka akan didapatkan konjugata diagonal (jarak antara promontorium

dengan simfisis bawah). Selanjutnya konjugata diagonal dikurangi dengan

1.5 cm maka akan didapatkan konjugata vera. Jarak minimal antara tulang

kemaluan dengan promontorium adalah 11 cm, jika kurang maka

dikategorikan sebagai panggul sempit.

Page 18: Cpd

1. Pintu atas panggul

- Promontorium hanya bisa tercapai oleh jari kita dengan

pemeriksaan salama pada panggul yang sempit. Pada panggul yang

ukurannya normal, promontorium tidak tercapai.

- Konjugata vera lebih besar dari 10 cm, maka p.a.p dianggap cukup

luas.

2. Bidang tengah panggul

Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat dinilai secara klinis

dan memerlukan pengukuran secara rontgenologis

3. Pintu bawah panggul

Ukuran yang lebih besar dianggap cukup mencukupi, kareana

pengukuran transversa kurang tepat maka dianjurkan untuk

memperhatikan bentuk arcus pubis hendaknya merupakan sudut yang

tumpul.

c. Pelvimetri radiologis

Selama pemotretan ibu berada dalam posisi setengah duduk,

intensitas cahaya yang digunakan lebih rendah dari pemeriksaan anggota

tubuh yang lain. Pada proyeksi ini diukur diameter melintang pintu atas

panggul , jarak antara spina isiadika panggul tengah dan jarak antara tuber

isiadikum panggul bawah. Selain ukuran-ukuran panggul dapat diketahui

bentuk-bentuk anggul melalui pemeriksaan x-ray pelvimetri.

Pemeriksaan rontgenlogik sudah mulai ditinggal karena bahaya

radiasi terhadap janin. Namun radiografi konvensional masih dilakukan

pada keadaan-keadaan tertentu dengan indikasi yang tepat dan dilakukan

pada akhir kehamilan.

3.3. Definisi panggul sempit

Dikatakan pangggul sempit bila ukurannya 1-2 cm kurang dari ukuran

normal. Kesempitan panggul bisa pada pintu atas panggul (inlet), ruang

Page 19: Cpd

tengah panggul (mid pelvis), pintu bawah panggul (pelvic outlet) atau

kombinasi.

3.4. Pembagian panggul sempit

Pintu atas panggul dianggap sempit bila diameter anteroposterior

kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 11.5 cm atau

konjugata obstetriknya kurang dari 12 cm. Dengan menggunakan pelvimetri

klinis kita dapat mengidentifikasi diamater anteroposterior paling pendek

yang harus dilewati kepala janin. Sebelum persalinan telah terbukti diameter

kepala janin rata-rata berukuran 9.5 cm sampai 9.8 cm. Jadi sebagian janin

sangat sulit atau mustahil melewati pintu atas dengan diameter

anteroposterior kuranng dari 10 cm.

Kesempitan pintu atas panggul berdasarkan konjugata vera:

1. Pembagian tingkat panggul sempit

- Tingkat I : CV = ≥ 9 - <10 cm = borderline

- Tingkat II : CV = ≥ 8 - <9 cm = relative

- Tingkat III : CV = ≥ 6 - <8 cm = ekstrim

- Tingkat IV : CV = < 6 cm = mutlak (absolut)

2. Pembagian menurut tindakan

- CV = 11 cm : partus biasa

- CV = ≥ 8 - 10 cm : partus percobaan

- CV = ≥ 6 - <8 cm : SC primer

- CV = <6 cm : SC mutlak

a. Kesempitan ruang tengah panggul

Terjadi bila :

a. Diameter transversa 9 cm

b. Diameter transversa ditambah diameter sagitalis posterior kurang

dari 13.5 cm. Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan dengan

rontgen pelvimetri, kemungkinan kesempitan midpelvis, jika:

- Spina menonjol. Partus akan tertahan disebut midpelvis arest

- Side wall konvergen

Page 20: Cpd

- Ada kesempitan outlet

Midpelvis contraction dapat memberikan kesulitan sewaktu

partus sesudah kepala melewati pintu atas panggul. Adanya

kesempitan ini sebetulnya merupakan kontraindikasi untuk forsep

karena akan menambah sempitnya ruangan.

Dengan sakrum melengkung sempurna, dinding-dinding

panggul tidak berkonvergensi, foramen ischiadikum mayor cukup

luas, dan spina ischiadica tidak menonjol ke dalam dapat

diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan menyebabkan

rintangan bagi lewatnya kepala janin.

b. Kesempitan pintu bawah panggul

Pintu bawah panggul tidak merupakan bidang yang datar, tetapi

terdiri atas segitiga depan dan segitiga belakang yang mempunyai

dasarnya yang sama, yakni distansia tuberum. Apabila ukuran yang

terakhir ini lebih kecil dari biasa, maka sudut arkus pubis juga mengecil

(< 800). Supaya kepala janin dapat lahir maka diperlukan ruangan yang

lebih besar pada bagian belakang pintu bawah panggul. Dengan

diameter sagitalis posterior yang cukup panjang, persalinan pervaginam

dapat dilaksanakan, walaupun dengan perlukaan luas pada perineum.

Bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior < 15

cm. Meskipun tidak menghalangi lahirnya janin namun dapat

menyebabkan ruptur perineal yang hebat karena arkus pubis sempit

sehingga kepala janin terpaksa melalui ruang belakang.

3.5. Diagnosis

a. Anamnesis

Ada riwayat kesalahan letak, partus yang lalu berlangsung lama,

anak meninggal atau persalinan ditolong dengan alat-alat dan operasi.

b. Inspeksi

Page 21: Cpd

Ibu kelihatan pendek, ada skoliosis, kifosis dan sebagainya.

Kelaianan panggul luar (rachitis), kalau kepala belum masuk PAP

kelihatan kontur seperti kepala menonjol diatas simfisis.

c. Palpasi

Kepala tidak masuk PAP atau masih goyang dan terdapat tanda

OSBORN, yaitu kepala didorong kearah PAP dengan satu tangan di

atas simfisis pubis sedang tangan lain mengukur tegak lurus pada

kepala yang menonjol.

+ : 3 jari

_ : masuk PAP

± : antara kesalahan-kesalahan letak

d. Pelvimetri klinis

a. Pemeriksaan panggul luar apakah ukurannya kurang dari normal

b. Pemeriksaan dalam : apakah promontorium teraba, lalu diukur CD

dan CV, linea ingeminata teraba seluruhnya atau tidak, spina

ischiadica, dll.

e. Rontgen pelvimetri

Dari foto rontgen ditentukan ukuran-ukuran CV : CO apakah kurang

dari normal.

Anamnesis tentang persalinan-persalinan terdahulu dapat memberi

pentunjuk tentang keadaan panggul. Apabila persalinan tersebut berjalan lancar

dengan dilahirkannya janin dengan berat badan normal, maka kecil kemungkinan

bahwa wanita yang bersangkutan menderita kesempitan panggul yang berarti.

Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan cara pemeriksaan yang

penting untuk mendapat keterangan lebih banyak tentang keadaan panggul.

Pelvimetri dalam dengan tangan mempunyai arti yang penting untuk menilai pintu

atas panggul serta panggul tengah dan untuk memberi gambaran yang jelas

mengenai pintu bawah panggul.

3.6. Mekanisme persalinan

Page 22: Cpd

Bila panggul sempit dalam ukuran muka belakang dan CV < 9 cm

maka diameter ini tidak dapat dilalui oleh diameter biparietal janin yang

cukup bulan. Oleh sebab itu bila kepala turun biasanya terjadi defleksi

sehingga yang melewati diameter anteroposterior adalah diameter

bitemporalis. Jadi pada panggul sempit yang sering dijumpai letak defleksi.

Karena panggul sempit maka persalinan berlangsung lama karena ada

obstruksi pada :

- Kala I : kepala tidak masuk PAP maka pembukaan berlangsung

lama dan ada kemungkinan ketuban pecah sebelum waktunya.

Setelah ketuban pecah maka kepala tidak dapat menekan serviks

kecuali his kuat sekali sehingga terjadi moulage yang hebat pada

kepala.

- Kala II : menjadi lama karena diperlukan waktu untuk turunya

kepala dan untuk moulage.

3.6.1. Penatalaksanaan

a. Persalinan percobaan

Berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada hamil tua diadakan

penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul dalam semua

bidang dan hubungan antara kepala janin dan panggul, dan setelah

dicapai kesimpulan bahwa ada harapan persalinan dapat

berlangsung pervaginam dengan selamat, dapat diambil keputusan

untuk menyelenggarakan persalinan percobaan.

Partus percobaan dimulai saat penderita dinyatakan inpartu dengan

penilaian kemajuan persalinan dimulai setelah persalinan masuk

fase aktif. Persalinan berdasarkan kemajuan-kemajuan persalinan

terdiri dari pembukaan serviks, turunnya kepala, dan putar paksi

dalam. Bila terdapat perubahan yang bermakna dari ketiga

komponen tersebut maka partus percobaan dikatakan ada kemajuan

dan dapat diteruskan. Namun, bila tidak ada kemajuan yang

bermakna maka patus percobaan dinyatakan gagal dan dipastikan

adanya CPD, persalinan dilanjutkan dengan seksio sesarea.

Page 23: Cpd

b. Seksio sesarea

Seksio sesarea dilakukan secara elektif atau primer, yakni

sebelum persalinan dimulai atau pada awal persalinan. Seksio

sesarea elektif dilakukan pada kehamilan cukup bulan karena

kesempitan panggul yang cukup berat atau karena terdapat

disproporsi sefalopelvik yang nyata. Secara sekunder yakni setelah

persalinan berlangsung selama beberapa waktu. Seksio sesarea

sekunder dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal

atau karena timbul komplikasi.

3.6.2. Komplikasi

Bahaya pada ibu dapat berupa partus lama yang dapat

menimbulkan dehidrasi serta asidosis, infeksi intrapartum, ruptur

uteri, resiko terjadinya fistula vesikoservikalis, fistula

vsikovaginalis atau fistula rektovaginalis karena tekanan yang lama

antara kepala jannin dan tulang panggul.

Bahaya pada bayi berupa peningkatan kematian perinatal dan

perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala janin bahkan bisa

menimbulkan fraktur pada os parietal.

Page 24: Cpd

BAB III

ANALISIS KASUS

Dari anamnesis terhadap pasien didapatkan pasien datang atas rujukan dari

Puskesmas Tanjung Soak dengan panggul sempit. Pasien mengaku hamil cukup

bulan. Pasien mengeluhkan nyeri perut bawah yang menjalar ke pinggang sejak

tadi malam. Nyeri dirasakan makin lama makin sering dan terasa makin sakit.

Pasien juga mengeluhkan keluar lendir campur darah dari kemaluan, banyaknya

satu kali ganti pakaian dalam. Keluar air-air dari kemaluan disangkal. Riwayat

trauma disangkal. Pasien mengatakan gerakan janin aktif. Dengan riwayat

kehamilan baru pertama kali hamil, HPHT tanggal 17-11-2012. Berdasarkan

anamnesis tersebut disimpulkan bahwa pasien dalam keadaan hamil dan inpartu.

Menurut kepustakaan melalui inspeksi penolong persalinan bisa

memprediksi apakah seorang ibu mempunyai panggul adekuat atau tidak. Bila ibu

bertubuh tinggi besar bisa dipastikan ukuran panggulnya relatif luas. Bila ibu

tidak terlalu tinggi, hanya 150 cm atau kurang kemungkinan besar ukuran

panggulnya kecil dan sempit. Pada pemeriksaan fisik didapatka berat badan

sebelum hamil 32 Kg, saat hamil 38 Kg, tinggi badan 136 cm. Jadi dapat

disimpulkan bahwa pasien dapat dicurigai memiliki panggul sempit karena

proporsi tubuh pasien yang tidak ideal.

Dari pemeriksaan palpasi menurut kepustakaan panggul dikatakan sempit

bila kepala tidak masuk PAP atau masih goyang. Pemeriksaan palpasi terhadap

pasien didapatkan TFU 32 cm, leopold I teraba bagian lunak tidak melenting,

leopold II Punggung kanan, leopold III presentasi kepala, leopold IV kepala

belum masuk PAP. Taksiran berat janin yaitu 3255 gram. Berdasarkan hasil

pemeriksaan tersebut, dapat menunjang diagnosa ke arah disproporsi sefalopelvik

dengan taksiran berat janin normal.

Page 25: Cpd

Panggul dikatakan normal bila, konjugata obstetrik besarnya 10 cm atau

lebih. Promontorium tidak tercapai. Konjugata vera lebih besar dari 10 cm. Spina

ischiadica menonjol. Side wall konvergen. Bentuk arcus pubis hendaknya

merupakan sudut yang tumpul. Dari pemeriksaan dalam terhadap pasien,

didapatkan portio lunak, pendataran 100%, pembukaan 1 cm, ketuban +, penunjuk

sulit dinilai, presentasi sulit dinilai, penurunan H1. Pemeriksaan panggul, linea

ingeminata teraba seluruhnya kiri dan kanan, promontorium teraba, conjugata vera

< 10 cm, dinding panggul divergen, os sacrum divergen, spina ischiadica tidak

menonjol, os coccygeus tidak elastis, arcus pubis < 900. Dari pemeriksaan dalam

tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki panggul yang sempit.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat ditegakan diagnosa G1P0A0

hamil 40-41 minggu inpartu kala I fase laten dengan CPD janin tunggal hidup

presentasi kepala.

Menurut kepustakaan penatalaksanaan pada CPD dapat dilakukan melalui

persalinan percobaan, seksio sesarea. Tindakan pada CPD berdasarkan ukuran

konjugata vera yaitu bila CV 11 cm dilakukan partus biasa, CV ≥ 8 - 10 cm

partus percobaan, CV <8 cm dilakukan SC. Pada pasien dilakukan

penatalaksanaan berupa seksio sesarea. Tindakan ini sudah tepat karena ukuran

panggul pasien kurang dari ukuran normal, dengan ukuran CV < 8, promontorium

teraba, kemungkinan pasien memiliki panggul sempit absolut. Maka dilakukan

persalinan melalui proses seksio sesarea.

Page 26: Cpd

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Bagian obstetri & ginekologi FK UNPAD. Obstetri Fisiologi. Bandung:

FK UNPAD; 1983.

2. Prawirohardjo, S. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: PT Bina Sarwono

Prawirohardjo; 2010.

3. Cunningham, G. Distosia (persalinan abnormal dan disproporsi feopelvik)

dalam Obstetri Williams. Jakarta: EGC; 2004

4. Winkjosastro, H. Distosia karena kelaianan panggul dalam Ilmu

Kebidanan. Jakarta: PT Bina Sarwono Prawirohardjo; 2006

5. Mochtar, R. Panggul Sempit (pelvic Contraction) dalam sinopsis Obstetri.

Jakarta: EGC; 1998.