Cover campur kode bahasa pada warga dusun teladan keutapang dua

12

Click here to load reader

Transcript of Cover campur kode bahasa pada warga dusun teladan keutapang dua

Page 1: Cover campur kode bahasa  pada warga dusun teladan keutapang dua

Judul: Campur Kode Bahasa Aceh dan Jawa terhadap Bahasa Indonesia

Pada warga Dusun Teladan Keutapang Dua

1. Latar belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang di mana setiap kegiatannya pasti

membutuhkan peranan individu lain untuk dapat hidup bermasyarakat yang

damai dan sejahtera. Untuk mencapai suatu kehidupan bermasyarakat ini maka

Manusia memerlukan Bahasa untuk dapat berkomunikasi, karena yang paling

penting dalam kehidupan adalah berkomunikasi untuk mencapai suatu tujuan dan

supaya tidak terjadi salah paham diantara manusia yang melakukan komunikasi

tersebut. Menurut Keraf (1997: 3) bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang

digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk

mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk

mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi

tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial.

Menurut Kridalaksana (2007: 1) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang

abriter yang dipergunakan dalam masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi,

dan mengidentifikasikan diri. Bahasa dipergunakan manusia dalam segala

aktivitas kehidupan. Kesimpulannya ialah bahasa merupakan hal yang paling

hakiki dalam kehidupan manusia. (Recing Koen dan Pateda dalam Aslinda dan

Leni Safyahya, 1993: 5) menyatakan, bahwa hakekat bahasa bersifat mengerti,

individual, kooperatif dan sebagai alat komunikasi.

Page 2: Cover campur kode bahasa  pada warga dusun teladan keutapang dua

Di Indonesia, komunitas pemakai bahasa sangatlah banyak dan beraneka

ragam karena teridiri dari suku-suku bangsa yang berbeda-beda sehingga dapat

dikatakan bahwa selain mampu menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat

komunikasi, juga mampu menggunakan bahasa ibunya (b1) dengan baik. Selain

itu, faktor sejarah dan perkembangan masyarakat turut pula berpengaruh pada

timbulnya sejumlah ragam bahasa Indoensia (Alwi, 2003:3). Kemampuan

menggunakan dua bahasa atau yang disebut bilingual dapat mendorong

pemakain bahasa yang berbeda secara bersamaan. Suatu keadaan berbahasa

seperti ini, bilamana orang mencampur bahasa dua atau lebih tampak ada sesuatu

dalam situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran bahasa itu. Dalam hal

demikian, hanya kesantain penutur dan/atau kebiasaanya yang dituruti. Tindakan

bahasa yang demikian kita sebut campur kode (Nabban, 1991: 32).

Campur kode bahasa yang terjadi kalangan masyarakat sangatlah menarik

untuk dibicarakan. Seperti yang dipaparkan sebelumnya di indonesia sendiri

terdiri dari berbagai suku budaya. Hal tersebut saja sudah menjadi pemicu

perhatian untuk mengulik lagi sejauh mana campur kode dan suku budaya

mempengaruhi bahasa indonesia pada saat ini. Campur kode (code-mixing)

terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu bahasa secara dominan

mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa lainnya. Hal ini biasanya

berhubungan dengan karakteristk penutur, seperti latar belakang sosil, tingkat

pendidikan, rasa keagamaan. Biasanya ciri menonjolnya berupa kesantaian atau

Page 3: Cover campur kode bahasa  pada warga dusun teladan keutapang dua

situasi informal. Namun bisa terjadi karena keterbatasan bahasa, ungkapan dalam

bahasa tersebut tidak ada padanannya, sehingga ada keterpaksaan menggunakan

bahasa lain, walaupun hanya mendukung satu fungsi. Campur kode dibagi

menjadi dua, yaitu Campur kode ke dalam (innercode-mixing) yaitu campur

kode yang bersumber dari bahasa asli dengan segala variasinya dan Campur kode

ke luar (outer code-mixing): campur kode yang berasal dari bahasa asing ( yang

sering terjadi saat ini terutama di kalangan remaja di kota-kota besar).

Di sebuah kawasan pemukiman yaitu di Dusun Teladan Desa Garot

Keutapang Dua mayoritas penduduknya adalah pendatang. Berbagai orang dari

berbagai daerah tinggal di kawasan tersebut, seperti Aceh, Jawa, Padang, Medan

dan lain-lain. Oleh karen itu, dalam peristiwa tutur yang terjadi di kawasan

tersebut tanpa disadari sering terjadi campur kode. Hal tersebut dipengaruhi

karena bahasa pertama mereka menggunakan bahasa daerah masing-masing jadi

ketika seseorang tersebut berasal dari jawa maka bahasa pertamanya

menggunakan bahasa jawa begitu juga jika sebuah keluarga penuturya bahasa

aceh maka bahasa aceh. Contohnya dua orang penutur bahasa Aceh sedang

berbicara menggunakan bahasa Aceh, ketika mereka sedang asyik bercakap-

cakap datang tetangga sebelah yang menggunakan tutur jawa menyapa mereka

dengan sedikit kosa kata bahasa aceh yang dikuasainya. ”teungoh apa?” karena

si penutur bahasa aceh tau kalau tetangganya tersebut hanya mampu memahami

beberapa kosa kata bahasa aceh, kemudian sipenutur bahasa aceh mejawab

Page 4: Cover campur kode bahasa  pada warga dusun teladan keutapang dua

dengan mencampur kosa kata aceh dan indonesia ”gak ada, duek-duek mantong

aja ni”. Seperti itulah penggambaran singkat peristiwan percakapan di Daerah

Dusun Teladan yang tanpa disadari justru menjadi sering digunakan dalam

percakapan sehari-hari mereka.

Berdasarkan uraian tersebut mengenai campur kode di atas penulis lebih

tertarik meneliti tentang campur kode Bahasa Aceh dan Jawa terhadap Bahasa

Indonesia yang terjadi di kawan tersebut. Oleh karena itu, dalam proses

penelitiannya peneliti hanya focus terhadap pengguna kedua bahasa tersebut dan

membahasa secara spesifik campur kode apa yang terjadi pada kawasan tersebut.

Judul yang pene;iti angkat adalah “Campur Kode Bahasa Aceh dan Jawa

terhadap Bahasa Indonesia Pada warga Dusun Teladan Keutapang Dua”

2. Masalah

Berdasarkan latar belakang masakah yang dikemukakan di atas,

permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah ” campur kode seperti

apa yang terjadi pada kawasan tersebut dan bagaimana Proses Campur Kode

Bahasa Aceh dan Jawa terhadap Bahasa Indonesia Pada warga Dusun Teladan

Keutapang Dua tersebut terjadi.

Page 5: Cover campur kode bahasa  pada warga dusun teladan keutapang dua

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang dirumuskan di atas, penelitian ini bertujuan

mendeskripsikan Campur Kode Bahasa yang terjadi pada warga Dusun Teladan

Desa Garot.

4. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan yang

berhubungan dengan teori kebahasaan yang lebih terutama dalam bidang

sosiolinguistik. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan tentang

kebahasaan dan sebagai bahan perbandingan dalam penelitian selanjutnya.

5. Kerangka Teori

Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif, sesuai dengan sifat penelitiannya

yaitu kualitatif. Hasil yang dicapai berupa deskripsi tentang campur kode bahasa warga

Dusun Teladan. Oleh karena itu penelitian ini terarah, efektif, dan efisien, diperlukan

teori yang relevan dengan sifat penelitian yang dilakukan.

6. Metodologi Penelitian

6.1 pendekatan penelitian

Page 6: Cover campur kode bahasa  pada warga dusun teladan keutapang dua

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif – kualitatif. Artinya,

dalam melakukan penelitian penulis mencatat secara teliti segala gelaja dan

fenomena yang dilihat dan didengar, baik melalui wawancara maupun

mendengar langsung tuturan campur kode bahasa pada warga dusun teladan.

Sugiyono (2008:13) menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan

penelitian pada kondisi alamiah, langsung kesumber data, dan penelitian adalah

instrumen kunci. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif sehingga data yang

terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, tidak menekankan pada angkat.

Penelitian deskriptif bertujuan membuat deskripsi, gambaran-gambaran atau

lukisan secara sistematik ,faktual,dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat

serta hubungan antar fenomena yang diselidiki ( Nasir, 1998:65).

6.2 Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Dusun Teladan Desan Garot Keutapang dua.

6.3 sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bertutur Jawa

dan Aceh. Sumber data tersebut diperoleh dari jawaban masyarakat yang

dijadikan informan. Data penelitiannya adalah tuturan masyarakat yang berupa

kata atau kalimat yang dituturkan.

Page 7: Cover campur kode bahasa  pada warga dusun teladan keutapang dua

Informan adalah masyarakat yang berbahasa Jawa dan berbahasa Aceh

yang menjadi sumber data lisan dalam penelitian ini. Jumlah informan yang akan

diambil adalah 4 orang. Jika data yang diperlukan tidak mencukupi, jumlah

informan akan ditambah sesuai dengan kebutuhan penelitian. Selain informan,

sumber data dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Syarat-syarat informan

adalah sebagai berikut:

(1) penutur asli bahasa atau dialek yang diteliti;

(2) berjenis kelamin pria atau wanita;

(3) orang dewasa dan memiliki daya ingat yang baik (tidak pikun);

(4) berpendidikan maksimal tamat pendidikan dasar (SD-SLTP);

(5) berstatus sosial menengah (tidak rendah atau tidak tinggi) dengan

harapan tidak terlalu tinggi mobilitasnya;

(6) sehat jasmani dan rohani (Samarin, 1988:55-70; Mahsun,

2007:143).

6.4 Metode dan Teknik Penyediaan data

Metode penyediaan data dalam penelitian ini menggunakan metode cakap

disebabkan cara yang ditempuh dalam pengumpulan data itu adalah berupa

percakapan antara peneliti dengan informan. Adanya percakapan antara peneliti

dengan informan mengandung arti terdapat kontak antara mereka karena itulah

data diperoleh melalui penggunaan bahasa secara lisan (Mahsun, 2005: 93).

Sementara itu, teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data lisan adalah

Page 8: Cover campur kode bahasa  pada warga dusun teladan keutapang dua

teknik cakap semuka. Pada pelaksanaan teknik cakap semuka peneliti langsung

melakukan percakapan dengan informan yang telah ditentukan berdasarkan

kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam menghimpun data dari informan, peneliti melalukan pancingan

yang sudah disiapkan (berupa daftar tanya) atau secara spontanitas. Teknik cakap

semuka diwujudkan dengan percakapan langsung tatap muka antara peneliti

dengan informan. Percakapan dikendalikan dan diarahkan oleh peneliti sesuai

dengan kepentingan untuk memperoleh data selengkapnya (Sudaryanto, 1988:7-

9). Pengumpulan data dilakukan dalam situasi nonformal. Dengan teknik ini

diharapkan informan berkenan memberikan informasi selengkap-lengkapnya.

6.5 Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan, data tersebut diseleksi terlebih dahulu sebelum

diklasifikasikan. Adapun langkah selanjutnya adalah analisis data. Analisis data

merupakan tahapan yang sangat menentukan, karena tahapan ini kaidah-kaidah

yang mengatur keberadaan objek penelitian harus sudah diperoleh. (Mahsun,

2005:112). Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode padan

intralingual. Adapun teknik yang digunakan dalam menganalisis data yang telah

diklasifikasikan adalah teknik hubung banding menyamakan.

6.6 Metode dan Teknik Penyajian Data

Page 9: Cover campur kode bahasa  pada warga dusun teladan keutapang dua

Setelah analisis data dilakukan, lahirlah analisis data yang berupa hasil

penelitian. Untuk menyajikan hasil penelitian agar tersaji dengan baik diperlukan

adanya metode penyajian hasil. Dalam penyajian hasil penelitian ini menggunakan

metode formal dan metode informal. Metode formal adalah metode penyajian hasil

analisis dengan menggunakan lambang atau tanda-tanda. Tanda yang dimaksud

adalah tanda kurung biasa (( )); tanda garis miring digunakan untuk menunjukkan

satuan di dalamnya adalah fonem (/ /); dan tanda untuk menyatakan terjemahan

dari satuan lingual yang disebutkan sebelumnya („...„). Metode penyajian informal

yaitu perumusan dengan kata-kata biasa atau sederhana agar mudah dipahami

(Mahsun, 2005:116-117). Analisis penyajian informal dalam penelitian ini

mempermudah pemahaman terhadap hasil analisis.

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: Cover campur kode bahasa  pada warga dusun teladan keutapang dua

Aslinda, dan Leni Syafyahya. Pengantar Sosiolinguistik. Yogyakarta: Duta Wacana

University. Press.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Edisi

Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.

Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Nababan, P. W. J. 1993 Sosiolinguistik: Perkekenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Nazir, Muhammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ohoiwutun, Paul. 1996. Sosiolinguistik. Memahami Bahasa dalam Konteks Masyarakat

dan Kebudayaan. Jakarta: Kesaint Blanc.

Samarin, William J. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan. Terjemahan H.J.S. Badudu.

Yogyakarta: Kanisius.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumarsono dan Paina Partana. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.

Page 11: Cover campur kode bahasa  pada warga dusun teladan keutapang dua

CAMPUR KODE BAHASA ACEH DAN JAWA TERHADAP BAHASA

INDONESIA PADA WARGA DUSUN TELADAN

KEUTAPANG DUA

proposal

diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan

memenuhi syarat-syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Shinta Darmiati

0806102040031

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM, BANDA ACEH

2012

Page 12: Cover campur kode bahasa  pada warga dusun teladan keutapang dua

CAMPUR KODE penyiar oz radio

PEMAKAIAN BAHASA GAUL pada siaran RADIO

ANALISIS RAGAM BAHASA PENYIAR RADIO

variasi bahasa penyiar radio