Contoh Tugas bhp
-
Upload
hasya-kinasih -
Category
Documents
-
view
129 -
download
6
Transcript of Contoh Tugas bhp
Kasus yang menggambarkan 4 Kaidah dasar bioetik dengan konteks yang sesuai (Prima Facie)
Tourniquet lupa dilepas
Alinea1Nn Dona, mengenakan jilbab, umur 23 tahun, datang ke rumah sakit dalam keadaan
sadar, karena mengalami open fracture di tibia kanan pada pukul 9.00 pagi. Setelah
dilakukan pemeriksaan di UGD dan di foto roentgen, Nn. Dona segera dipersiapkan
untuk operasi. Dokter Pujo yang menangani kasus Nn Dona memberikan pengertian
bahwa apa yang dialami Nn Dona termasuk kasus kegawatan, dan harus segera
dioperasi dalam tempo 6 jam dari kejadian. Setelah memahami betul apa yang
menimpa dan tindakan apa yang akan dilakukan terhadapnya, Nn Dona menyetujui
dilakukan operasi. Operasi dijadwalkan jam 12.00 siang, kebetulan Nn. Dona sudah
tidak makan sejak pukul 6.00 pagi tadi.
Alinea 2
Ketika akan dilakukan persiapan operasi, Nn. Dona terkejut dengan model baju
operasi rumah sakit yang tidak sesuai dengan standarnya. Nn Dona memutuskan
menolak mengenakan baju operasi yang tersedia karena tidak menggunakan jilbab
yang sesuai standardnya. Atas bujukan dokter Pujo yang akan berperan sebagai
ketua tim operasi akhirnya Nn. Dona mau memakai tutup kepala dan baju steril
operasi yang ada.
Alinea 3“Ini keadaan darurat Dona. Kalo Anda tidak mau memakai baju operasi yang ada,
atau menunggu baju operasi yang sesuai standar Anda, akan memakan waktu.
Infeksi segera menyebar ke seluruh tubuh. Dan tulang yang patah itu tidak akan mau
menyatu.” Kata dokter Pujo.
Dalam keadaan kesakitan dan lemah… akhirnya Dona mau memakai baju operasi
yang ada, walaupun tidak sesuai dengan standar yang ia maui.
“ya dokter” kata Dona lirih
Alinea 4Setelah ada pernyataan “ya” dari Dona, segera paramedis bertindak, menyiapkan
Dona agar “siap” dilakukan operasi. Ganti baju operasi, lavement, penyiapan obat-
obatan anestesi beserta infusnya. Dengan mobile bed Dona dibawa menuju ruang
operasi. Mengejar deadline waktu.
1
………………………….
Alinea 5Operasi dimulai, sebelumnya tourniquet di pangkal paha mulai dipasang dan
dikencangkan.
Pemasangan tourniquet berlangsung saat Dona mulai tidak sadar karena pengaruh
anestesi. Sehingga paramedis lebih leluasa memasang tourniquet tanpa hambatan
“psikologis” dari Dona. Karena kebanyakan paramedis serta dokter bedah dan
anestesi juga laki-laki.
…………………………
Alinea 6Reposisi dengan pemasangan pen telah dilakukan dengan sempurna, kondisi fisik
stabil dan segera Dona di pindahkan ke ruang recovery pasca pembedahan.
Beberapa saat kemudian Dona dipindah menuju bangsal.
………………………
Alinea 7Saat di ruang recovery dokter Pujo melakukan visite. Karena Dona memakai jilbab
dan baju jubah panjang, dokter Pujo agak sungkan untuk menyingkap bagian kaki
yang dioperasi. Jadi tidak sampai mengamati kondisi paha atau kaki di bawahnya
dengan seksama. Dia hanya melihat, yang penting tidak melihat ada rembesan
darah yang banyak, berarti sudah aman.
Alinea 8Sementara Dona terus mengeluh nyeri di seluruh tungkai dan kaki kanannya. Dokter
Pujo telah mendapat keluhan itu secara langsung dari Nn Dona.
“Ga pa pa Dona, biasa itu, namanya tulang yang patah kemudian dipasang pen,
terus timbul nyeri itu biasa. Nanti diberikan obat anti nyeri. Biar berkurang rasa
nyerinya.” Kata dokter Pujo menenangkan.
“Tapi dokter, ini nyerinya seluruh kaki, tidak di bagian yang dioperasi saja, bahkan
mulai ada rasa kesemutannya” sergah Dona yang menyeringai menahan rasa sakit.
“Nanti dikasih obat anti nyeri, insya Allah bisa mengurangi” kata dokter Pujo.
Alinea 9
2
Dokter Pujo memerintahkan kepada para medis untuk memberikan injeksi Novalgin
per bolus.
“Sudah ya Dona…nanti kalau ada apa-apa lapor sama perawat jaga” kata dokter
Pujo.
Malam itu tiga kali Dona mendapatkan injeksi Novalgin per bolus, untuk mengatasi
rasa nyerinya.
………………………………..
Alinea10Pagi hari jam 06.00, perawat mendapatkan laporan dari keluiarga bahwa seluruh
tungkai kanan atas dan bawah hingga kakinya berwarna biruPerawat jaga yang
berjenis kelamin pria ini, segera merespons….kali ini tanpa meminta persetujuan Nn
Dona, menyingkap jubah panjang yang menutupi tungkai bagian atas dan bawah,
hingga terlihat jelas paha Nn Dona.
Alinea11Betapa terkejutnya sang perawat jaga, ternyata tourniquet operasi belum dilepas.
Spontan perawat ini bergumam..
“gimana tho yang operasi kok tourniquet tidak diambil” gumam perawat jaga.
“tourniquet saat operasi tidak diambil?” kata Dona dan ibunya yang menunggui.
………………………………
Alinea12Akhirnya orang tua Dona mengadukan kasus yang dialami anaknya ini kepada
direktur rumah sakit dengan marah-marah dan mengancam bila anaknya tidak pulih
akan diadukan ke pengadilan. Sementara dokter Pujo melakukan visite dengan
sembunyi-sembunyi saat orang tua Dona tidak ada (saat itu mereka masih
menghadap direktur).
Alinea13 “Maafkan saya Dona, seharusnya saya kemarin tidak sungkan untuk menyingkap
jubah Anda…biar jelas mengetahui penyebab nyeri yang Anda alami.” Kata dokter
Pujo
“Lha terus pertanggung jawaban Anda apa?” bentak Dona.
3
“Saya hanya bisa berharap, semoga kelumpuhan akibat tourniquet ini hanya
sementara…..mengenai biaya perawatan Anda sampai kelumpuhan kaki anda pulih
biar saya yang menanggung. Biar dipotong gaji saya.” Kata dokter Pujo.
………………………………….
Alinea14Pihak manajemen rumah sakit sangat intens sekali menjalin komunikasi, termasuk
menggratiskan biaya operasi dan rawat inap. Mereka sangat berharap kasus ini tidak
sampai keluar, apalagi tercium oleh wartawan.
…………………………………..
Happy ending. Kaki Dona yang lumpuh akibat tourniquet berangsur-angsur pulih.
Walaupun waktu yang diperlukan rawat inap bertambah panjang sampai dua
minggu. Dona akhirnya keluar rumah sakit dengan kaki terpasang pen tanpa
kelumpuhan.
Kaidah dasar bioethic yang sesuaiNon Maleficence
Kasus gawat darurat harus segera dioperasi dalam 6 jam Non Maleficence :
menolong pasien emergensi, mengobati pasien luka, do no harm to patient, melindungi
pasien dari akibat yang lebih buruk. (alinea 1 baris ke 6)
Autonomi
Mengomunikasikan kepada pasien (Dona) mengenai kegawatan yang di derita dan
keharusan untuk melakukan operasi (melaksanakan informed concent), menghargai
rasionalitas / pilihan pasien untuk memakai jenis baju operasi, walaupun akhirnya bisa
memberikan persuasi pada pasien, agar pasien menerima keadaan yang ada karena akan
memperpanjang waktu terbuang sia-sia. (alinea 3 percakapan dokter Pujo dan Dona)
rawan konflik antara autonomi dan non maleficence Prima Facie
memenangkan non maleficence.
Non Maleficence
….mengejar deadline waktu. (alinea 4 - 6). menolong pasien emergensi, mengobati
pasien luka, do no harm to patient, melindungi pasien dari akibat yang lebih buruk.
4
Autonomi
Tourniquet dipasang dan dikencangkan saat Dona mulai tidak sadar… (alinea 5).
Menghargai privasi pasien, dan menjaga rahasia pasien.
Konflik Autonomi dan Non Maleficence (alinea 7)
Autonomi menghargai hak pasien menjaga keyakinannya untuk tidak memperlihatkan
auratnya.
Dengan Non maleficence, tuntutan untuk mengambil alih sepenuhnya autonomi pasien,
karena ada kepentingan pemeriksaan yang bila tidak dilakukan dapat berakibat fatal bagi
pasien.
Harusnya berlaku PRIMA FACIE Non Maleficence mengalahkan Autonomi.
Beneficence
Dokter Pujo memberikan terapi untuk keluhan nyeri pasien (Dona)…. (alinea 8 – 9).
Meminimalisir akibat buruk, paternalisme bertanggung jawab / berkasih sayang.
Non maleficence
Perawat tanpa meminta persetujuan menyingkap…. (alinea 10 – 11).
menolong pasien emergensi, mengobati pasien luka, do no harm to patient, melindungi
pasien dari akibat yang lebih buruk.
Autonomi (alinea 12 – 14)
Menghargai harkat martabat pasien, menjaga hubungan dan tidak menghalangi autonomi
pasien. Memberikan kesempatan kepada orang tua Dona mengungkapkan kemarahan dan
kekesalannya. Tidak berbohong kepada pasien mengenai kenyataan yang terjadi.
Beneficence (alinea 12 – 14)
Ada tanggung jawab penuh walaupun terhadap kesalahan yang telah dilakukan.
Menghargai hak pasien secara menyeluruh, dalam hal ini memberikan kesempatan
kepada mengungkapkan rasa tidak puasnya, dan meminta bagaimana
5
pertanggungjawaban dokter Pujo terhadap “keteledorannya”. Serta memberikan
kompensasi atas kerugian yang diderita pasien. (maksimalisasi kepuasan tertinggi secara
keseluruhan).
( dr. Yusuf Alam Romadhon, PSPD Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta )
6