Contoh Rona Awal Kualitas Udara dan Air

16
A. Kualitas Udara dan Kebisingan Gambaran kualitas udara ambien dan bising di sekitar rencana lokasi pembangunan Apertemen dan Kondotel di Kota Makassar yang diperkirakan akan menerima dampak kegiatan ini dapat dilihat dari data hasil pengukuran pada bulan September 2015. Lokasi pengukuran meliputi Pemukiman masyarakat RT.05/RW.03 Kampung Malawang, Kel. Sudiang, Belakang SD Malawang (U1) pada titik kordinat S: 05°04'01,86" E:119°31'38,48"; jalan masuk lokasi kegiatan, Jalan Inspeksi Bandara, Kelurahan Sudiang (U2) pada titik kordinat S: 05°04'07,64" E:199°31'43,84"; pemukiman Bandara Estate Kelurahan Sudiang (U3) pada titik kordinat S: 05°04'09,66" E:199°31'49,88". Data hasil pengukuran kualitas udara dan bising pada lokasi tersebut seperti tercantum dalam Tabel ... Tabel ... . Data kualitas udara ambien dan bising pada beberapa lokasi dalam wilayah studi pembangunan Apertemen dan Kondotel Puspamaya No Parameter Baku Mutu* Satuan Hasil Analisis U1 U2 U3 1 Sulfur Dioksida (SO 2 ) 900 µg/Nm 3 24,351 22,36 6 21,16 9 2 Nitrogen Dioksida (NO 2 ) 400 µg/Nm 3 18,157 29,34 9 18,28 1 3 Karbon Monoksida (CO) 30.000 µg/Nm 3 27,309 43,32 5 25,71 4 4 Timbal (Pb) 2 µg/Nm 3 0,073 0,148 0,098

description

Contoh Rona Awal Kualitas Udara dan Air untuk ANDAL.Analisis Dampak Lingkungan Hidup selanjutnya disebut Andal, adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.

Transcript of Contoh Rona Awal Kualitas Udara dan Air

Page 1: Contoh Rona Awal Kualitas Udara dan Air

A. Kualitas Udara dan Kebisingan

Gambaran kualitas udara ambien dan bising di sekitar rencana lokasi

pembangunan Apertemen dan Kondotel di Kota Makassar yang diperkirakan

akan menerima dampak kegiatan ini dapat dilihat dari data hasil pengukuran

pada bulan September 2015. Lokasi pengukuran meliputi Pemukiman

masyarakat RT.05/RW.03 Kampung Malawang, Kel. Sudiang, Belakang SD

Malawang (U1) pada titik kordinat S: 05°04'01,86" E:119°31'38,48"; jalan

masuk lokasi kegiatan, Jalan Inspeksi Bandara, Kelurahan Sudiang (U2) pada

titik kordinat S: 05°04'07,64" E:199°31'43,84"; pemukiman Bandara Estate

Kelurahan Sudiang (U3) pada titik kordinat S: 05°04'09,66" E:199°31'49,88".

Data hasil pengukuran kualitas udara dan bising pada lokasi tersebut seperti

tercantum dalam Tabel ...

Tabel .... Data kualitas udara ambien dan bising pada beberapa lokasi dalam

wilayah studi pembangunan Apertemen dan Kondotel Puspamaya

No ParameterBaku

Mutu*Satuan

Hasil Analisis

U1 U2 U3

1 Sulfur Dioksida (SO2) 900 µg/Nm3 24,351 22,366 21,169

2 Nitrogen Dioksida (NO2) 400 µg/Nm3 18,157 29,349 18,281

3 Karbon Monoksida (CO) 30.000 µg/Nm3 27,309 43,325 25,714

4 Timbal (Pb) 2 µg/Nm3 0,073 0,148 0,098

5 Partikel ( TSP ) 230 µg/Nm3 23,597 33,943 28,441

6 Kebisingan 55 dBA 50,8 62,4 49,2

Sumber: Hasil pengukuran, September 2015 *Sesuai Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 69 Tahun 21, Tentang Baku Mutu dan

Kriteria Kerusakan Lingkungan Hidup

a. Kualitas udara ambien

Secara umum, data hasil pengujian beberapa parameter kualitas udara

di atas menunjukkan bahwa udara ambien di wilayah studi masih tergolong

bersih yang ditunjukkan oleh nilai semua parameter masih memenuhi baku

mutu yang ditetapkan.

Page 2: Contoh Rona Awal Kualitas Udara dan Air

Sulfur dioksida (SO2). Sulfur dioksida merupakan salah satu komponen

polutan udara hasil pembakaran pada proses industri, kendaraan bermotor,

generator listrik, atau sampah organik. Pada konsentrasi tinggi, gas ini dapat

menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan reaksi dengan uap air di

atmosfer dapat mengakibatkan hujan asam. Di wilayah studi, konsentrasi gas

ini berkisar antara 21,169 – 24,351 g/Nm3. Nilai parameter ini masih jauh

lebih rendah dibanding baku mutu yang ditetapkan sebesar 900 µg/Nm3 atau

kegiatan di sekitar lokasi pengukuran belum menyebabkan udara tercemar

oleh gas SO2. Sumber utama gas ini diperkirakan dari emisi gas buang

kendaraan bermotor yang beroperasi di sekitar lokasi pengukuran.

Nitrogen dioksida (NO2). Gas ini merupakan salah satu polutan udara

ambien yang dapat bersumber dari alam, hasil pembakaran bahan organik

atau asap kendaraan bermotor. Pada konsentrasi tertentu, misalnya diatas

nilai baku mutu, gas ini dapat menimbulkan iritasi hingga pendarahan paru-

paru pada manusia dan kerusakan terhadap vegetasi. Di samping itu, NO2

berkontribusi pada hujan asam. Di wilayah studi terdeteksi gas NO2, namun

masih sangat rendah dibanding nilai ambang batas yang dipersyaratkan,

yaitu berkisar antara 18,2 – 29,3 µg/Nm3 (baku mutu: 400 µg/Nm3). Pada

rentang konsentrasi tersebut, gas NO2 tidak akan berdampak terhadap

komponen lingkungan lainnya, seperti terhadap manusia, tumbuhan dan

lainnya.

Page 3: Contoh Rona Awal Kualitas Udara dan Air

Karbon monoksida (CO). Gas CO ini dapat bersumber dari pembakaran

bermotor, batu bara, atau bahan organik lainnya. Pada konsentrasi tertentu,

yaitu di atas baku mutu yang ditetapkan, gas ini dapat menimbulkan efek

racun terhadap tubuh manusia dengan gejala seperti sakit kepala, pusing,

dan sesak nafas. Polutan ini dalam udara ambien di wilayah studi masih

relatif rendah, yaitu berkisar antara 25,7 – 43,3 g/Nm3. Rentang nilai

parameter tersebut masih jauh di bawah baku mutu yang ditetapkan sebesar

30000 g/Nm3 sehingga tidak akan berdampak terhadap kesehatan

masyarakat dan komponen lingkungan hidup lannya. Sumber utama CO

diperkirakan dari emisi gas buang kendaraan bermotor yang beroperasi di

sekitar lokasi pengukuran.

Timah Hitam (Pb). Timbal atau timah hitam merupakan salah satu

unsur logam berat yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Pb di udara

dalam bentuk partikel halus dengan diameter kurang dari 2 µm. Salah satu

sumber Pb di jalur transportasi adalah dari hasil pembakaran pada

kendaraan bermotor yang menggunakan bahan aditif tetraethyl lead dalam

bakar bensin. Keracunan Pb bisa menyebabkan hilang nafsu makan, sakit

kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan, kejang atau gangguan

penglihatan. Timbal dalam udara ambien di wilayah studi yaitu antara 0,073

g/Nm3 hingga 0,148 g/Nm3. Pb tersebut diduga dari hasil pembakaran

bahan bakar kendaraan bermotor yang masih menggunakan bahan aditif

senyawa Pb. Namun demikian, konsentrasi Pb yang terdeteksi masih di

bawah baku mutu yang ditetapkan sebesar 2 g/Nm3.

Page 4: Contoh Rona Awal Kualitas Udara dan Air

Partikel (Debu). Partikel atau disebut juga debu dihasilkan oleh

kegiatan mekanis atau alami berupa penghancuran, peledakan, resupensi

debu dan sebagainya. Ukuran partikel bervariasi, mulai dari 0,1 sampai 25

µm. Debu dapat menyebabkan gangguan sistem pernafasan, iritasi mata dan

gangguan pandangan. Kandungan partikel dalam udara ambien di wilayah

studi berada pada kisaran antara 23,5 hingga 34 g/Nm3. Kandungan partikel

debu dalam udara ini masih jauh di bawah baku mutu yang ditetapkan

sebesar 230 µg/Nm3.

Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Disamping menggunakan

baku mutu, kualitas udara ambien dapat pula dilihat dari angka ISPU dari

parameter-parameternya. ISPU adalah angka yang tidak mempunyai satuan

yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu

tertentu berdasarkan dampaknya terhadap kesehatan manusia, nilai estetika

dan makhluk hidup lainnya. Parameter ISPU sesuai Keputusan BAPEDAL

No:107/KABAPEDAL/11/1997 adalah PM10, CO, SO2, NO2 dan O3. Angka ISPU:

1-50 = Baik (Hijau), 51-100 = Sedang (Biru), 101-199 = Tidak Sehat (Kuning),

200-299 = Sangat Tidak Sehat (Merah), dan 300 atau Lebih= Berbahaya

(Hitam). Berkaitan dengan hal ini, ISPU dari parameter yang dapat

ditampilkan berdasarkan data hasil pengukuran pada bulan September 2015

adalah hanya parameter PM10 (TSP), SO2, CO dan NO2.

Tabel .... ISPU dari parameter kualitas udara ambien di beberapa lokasi dalam wilayah studi AMDAL pembangunan Apertemen dan Kondotel Puspamaya

Lokasi PengukuranISPU

TSP SO2 CO NO2

Pemukiman masyarakat RT.05/RW.03 (U1)

23,6 15,2 0,27 -

Depan Tapak Proyek Kel. Sudiang (U2)

34 14 0,4 -

Di sekitar pemukiman Bandara Estate (U3)

28,4 13,2 0,26 -

Page 5: Contoh Rona Awal Kualitas Udara dan Air

Sumber: Hasil Perhitungan, September 2015

* tidak ada dampak yang dapat dilaporkan pada rentang konsentrasi terukur

Hasil perhitungan ISPU udara ambien di wilayah studi seperti

tercantum dalam Tabel ...... ISPU keseluruhan parameter yang diamati pada

beberapa lokasi dalam wilayah studi masih dibawah angka 50 atau masih

dalam kategori baik (hijau) atau skala 5 sesuai skala kualitas lingkungan.

b. Kebisingan.

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan

dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan

kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Pada umumnya kebisingan

sangat berkaitan dengan ketergangguan (annoyance). Intensitas bising yang

terukur di wilayah studi yaitu berkisar antara 49,2 hingga 62,4 dBA.

Intensitas bising yang terukur di depan tapak proyek sebesar 62,4 dBA, telah

melewati ambang baku mutu yang ditetapkan yaitu 55 dBA untuk lingkungan

perumahan dan pemukiman. Intensitas bising yang telah melewati ambang

baku mutu untuk pemukiman tersebut diduga berasal dari bunyi kendaraan

yang beroperasi di kawasan bandara, termasuk kegiatan operasional

penerbangan di Bandar Udara Sultan Hasanuddin. Paparan bising sesaat di

kawasan ini bahkan dapat mencapai 120 – 100 dB diakibatkan oleh aktivitas

bandara (Latief & Azmy, 2011). Kebisingan tersebut besifat semikontinyu

sehingga masuk skala 4 sesuai skala kualitas lingkungan.

B. Kualitas Air

Kualitas air pada perairan di sekitar lokasi rencana pembangunan

Apertemen dan Kondotel dapat dilihat dari data hasil pengujian beberapa

sampel air pada bulan September 2015. Sampel air diambil di tiga lokasi

yaitu Air Sumur Warga RW.03/RT.05 dan RW 03/ RT 05 Kelurahan Sudiang

serta saluran air belakang tapak proyek. Parameter uji kualitas air meliputi

parameter fisik dan kimia. Baku mutu air yang digunakan untuk air sumur

warga adalah air kelas I yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

Page 6: Contoh Rona Awal Kualitas Udara dan Air

air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu

air yang sama dengan kegunaan tersebut. Sementara baku mutu yang

digunakan untuk saluran air belakang lokasi pembangunan yaitu air kelas IV.

Penetapan mutu sampel air didasarkan pada Peraturan Gubernur Sulawesi

Selatan Nomor 69 Tahun 2010 tentang Baku Mutu dan Kriteria Kerusakan

Lingkungan. Data hasil pengujian kualitas air terdapat pada Tabel ......

Tabel ...... Lokasi pengambilan sampel air dalam wilayah studi AMDAL pembangunan Apertemen dan Kondotel Puspamaya.

Sampel Lokasi Titik koordinat

A1Air Sumur Warga RW.03/RT.05, Kelurahan Sudiang (Sebelah Barat Lokasi)

S: 05°04'01,2"E: 119°31’38,2"

A2 Saluran Air Belakang Lokasi S: 05°04'03,48" E: 119°31’47,09"

A3Sumur Warga RW 03/ RT 05, Kelurahan Sudiang (sebelah timur lokasi)

S: 05°04'07,63" E: 119°31’49,39"

Sumber: Hasil survei, September 2015

Page 7: Contoh Rona Awal Kualitas Udara dan Air

Tabel .... Hasil uji kualitas air dalam wilayah studi pembangunan Apertemen dan Kondotel Puspamaya

No Parameter SatuanHasil Uji Baku

Mutu Air Kelas I*

Hasil Uji Baku Mutu Air Kelas

IV*

SPESIFIKASI METODEA1 A3 A2

A Fisika     1 Temperatur °C 29 30 Deviasi 3 29,5 Deviasi 5 Termometrik

2 Zat Padat Terlarut (TDS) mg/L 434 384 800 724 2000 Gravimetrik

3 Zat Padat Tersuspensi (TSS) mg/L 4,0 3,1 50 2,4 400 Gravimetrik

B KIMIA        1 pH - 7,3 7 6,0-8,5 6,9 5 – 8,5 Elektrometrik2 Besi (Fe) mg/L 0,043 0,051 0,3 0,099 (-) Spektrofotometrik3 Mangan (Mn) mg/L <0,0001 <0,0001 0,1 <0,0001 (-) AAS-Flame4 Barium (Ba) mg/L <0,0001 <0,0001 1 <0,0001 (-) AAS-Flame5 Tembaga (Cu) mg/L <0,0001 <0,0001 0,02 <0,0001 0,2 AAS-Flame6 Seng (Zn) mg/L <0,0001 <0,0001 0,05 <0,0001 2 AAS-Flame

7 Krom heksavalen (Cr6+) mg/L 0 0 0,05 0 0,1 Spektrofotometrik

8 Krom Total mg/L <0,0043 <0,0041 - <0,0043 (-) SNI 6989.17 : 20099 Cadmium (Cd) mg/L <0,0003 <0,0003 0,01 <0,0003 0,01 SNI 6989.16 : 2009

10 Timbal (Pb) mg/L <0,0074 <0,0065 0,03 <0,0074 0,1 SNI 6989.8 : 200911 Sulfat mg/L 59,021 51,076 400 115,9 (-) SNI 6989.20 : 200913 Hidrogen Sulfide (H2S) mg/L 0 0 0,002 0 (-) Titrimetrik14 Klorin bebas (Cl2) mg/L 0 0 0,03 0 (-) Titrimetrik15 Amonia Bebas (NH3-N) mg/L 0 0 0,5 0,33 (-) Spektrofotometrik16 Nitrat (NO3-N) mg/L 1,933 1,815 10 0,23 20 Spektrofotometrik

Page 8: Contoh Rona Awal Kualitas Udara dan Air

17 Nitrit sebagai N mg/L 0 0 0,06 0 (-) Spektrofotometrik

18 BOD5 mg/L 0,917 0,905 2 0,991 12 Titrimetrik

19 COD mg/L 4,827 4,24 10 5,215 100 Titrimetrik20 DO mg/L 7,543 7,403 6 7,283 0 Titrimetrik21 Chloride mg/L 23,856 24,854 600 142,28 (-) Titrimetrik23 Total Fosfat mg/L 0,196 0,191 0,2 0,185 5 Spektrofotometrik

24 Minyak dan Lemak mg/L 0 0 600 0 (-) Gravimetrik

C. Mikrobiologi        

25 Total ColiformJml/100

mL47 42 1000 17 10000 MPN

Sumber: Hasil survey, September 2015

* Sesuai Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 69 Tahun 2010 tentang Baku Mutu dan Kriteria Kerusakan Lingkungan (Kriteria Mutu Air

berdasarkan Kelas Air, Kelas I dan Kelas IV).

Page 9: Contoh Rona Awal Kualitas Udara dan Air

1. Air Tanah

Air tanah atau air sumur penduduk di wialyah studi masih tergolong

baik berdasarkan hasil pengujian parameter fisik, kimia dan mikrobiologi.

Penilaian tersebut sesuai baku mutu air kelas I. Kualitas air berdasarkan

nilai paramater uji sebagaimana dalam uraian berikut.

Parameter Fisik. Kondisi fisik air di wilayah studi relatif masih baik

berdasarkan parameter suhu, TDS dan TSS. Suhu air masih normal, yaitu

berkisar antara 29 - 30 °C. Kandungan zat padat terlarut dalam air sumur

warga 384 - 434 mg/L, nilai ini masih memenuhi baku mutu TDS untuk air

kelas I yang sebesar 800 mg/L. Kandungan TSS dalam air sumur warga msih

lebih rendah dibandingkan baku mutu, yaitu 3 – 4 mg/L (baku mutu: 50

mg/L)

Parameter Kimia. Tingkat kemasaman sampel air masih berada pada

kisaran baku mutu pH air kelas I, dimana pH di lokasi pengukuran yaitu 6,9 –

7,3 (baku mutu: 6 – 8,5). Oksigen terlarut juga masih memenuhi baku mutu

yang ditetapkan, yaitu 7,283 – 7,543 mg/L (baku mutu: 6 mg/L), sementara

BOD5 berkisar antara 0,905-0,991 mg/L dan COD 4,24 - 5,215 mg/L. Nilai

parameter BOD5 dan COD tersebut masih jauh di bawah baku mutu yang

ditetapkan untuk air kelas I. Kandungan fosfat cukup tinggi yaitu 0,196 dan

0,191 mg/L yang hampir mencapai baku mutu fosfat total sebesar 0,2 mg/L.

Sumber fosfat ini diperkirakan dari air limbah domestik. Nilai paramater

kimia lainnya masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan, bahkan

beberapa di antaranya sangat rendah atau dibawah batas deteksi

alat/metode uji, seperti beberapa logam berat, hidrogen sulfida, klorin, nitrit

serta minyak dan lemak.

Parameter Mikrobiologi. Coliform yang terukur dalam sampel uji air

sumur warga masing-masing adalah 47 dan 42 MPN. Jumlah coliform ini

masih jauh di bawah baku mutu air kelas I, yaitu 1000 MPN/100 mL.

Page 10: Contoh Rona Awal Kualitas Udara dan Air

2. Air Permukaan

Air permukaan atau air saluran dekat tapak proyek masih tergolong

baik berdasarkan hasil pengujian parameter fisik, kimia dan mikrobiologi.

Penilaian tersebut sesuai baku mutu air kelas IV. Kualitas air beredasarkan

nilai beberapa paramater uji sebagaimana dalam uraian berikut.

Parameter fisik. Suhu air saluran masih normal, yaitu 29,5 °C.

Kandungan padatan terlarut 724 mg/L, masih lebih rendah dibandingkan

baku mutu yang ditetaokan untuk air kelas IV sebesar 2000 mg/L. TSS di

saluran air hanya sebesar 2,4 mg/L, jauh di bawah baku mutu yang

ditetapkan sebesar 400 mg/L.

Parameter kimia. Kualitas air di saluran tersebut masih tergolong baik

berdasarkan semua parameter kimia yang diujikan. Nilai parameter DO,

BOD5 dan COD cukup menggambarkan bahwa air saluran di wilayah studi

belum tercemar oleh limbah organik maupun anorganik. Hal serupa

digambarkan oleh beberapa parameter lainnya, seperti kandungan fosfat

total sebesar 0,185 mg/L sedangkan baku mutu yang ditetapkan untuk air

kelas IV adalah 5 mg/L dan kandungan beberapa logam berat yang sangat

rendah atau di bawah batas deteksi alat uji.

Parameter mikrobiologi. Kandungan bakteri coliform dalam sampel air

dari saluran air belakang lokasi pembangunan hotel masih rendah, yaitu

hanya 17 MPN. Kandungan coliform tersebut, masih jauh lebih rendah

dibanding baku mutu yang ditetapkan sebesar 10000 MPN/100 mL.

3. Indeks Pencemaran

Indeks Pencemaran (IP) adalah analisis statistik untuk mengetahui

kualitas suatu perairan. Indeks Pencemaran (Pollution Index) digunakan

untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas

air yang diizinkan. Metode perhitungan dan penentuan status mutu air yang

digunakan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutus Air.

Perhitungan indeks pencemaran didasarkan pada titik pengambilan sampel

Page 11: Contoh Rona Awal Kualitas Udara dan Air

dan pada parameter uji yang telah ditentukan. Hasil perhitungan indeks

pencemaran pada titik pengambilan sampel tersaji pada Tabel ... berikut ini.

Tabel ..... Indeks Pencemaran air tanah dan air permukaan dalam wilayah studi pembangunan Apertemen dan Kondotel Puspamaya.

Lokasi Indeks Pencemaran Status

A1 0,683 Kondisi baik / Memenuhi baku mutu

A2 0,258 Kondisi baik / Memenuhi baku mutu

A3 0,662 Kondisi baik / Memenuhi baku mutu

Berdasarkan data hasil perhitungan IP pada Tabel ... di atas dan

dibandingkan dengan status mutu air sesuai Keputusan Menteri Lingkungan

Hidup No. 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air,

kualitas pada ketiga badan air tersebut berada pada status kondisi baik atau

memenuhi baku mutu, yaitu berada dalam rentang Nilai IP = 0 – 1,0.