Contoh Rona Awal Kualitas Udara dan Air
-
Upload
hildayani-ildah -
Category
Documents
-
view
288 -
download
1
description
Transcript of Contoh Rona Awal Kualitas Udara dan Air
A. Kualitas Udara dan Kebisingan
Gambaran kualitas udara ambien dan bising di sekitar rencana lokasi
pembangunan Apertemen dan Kondotel di Kota Makassar yang diperkirakan
akan menerima dampak kegiatan ini dapat dilihat dari data hasil pengukuran
pada bulan September 2015. Lokasi pengukuran meliputi Pemukiman
masyarakat RT.05/RW.03 Kampung Malawang, Kel. Sudiang, Belakang SD
Malawang (U1) pada titik kordinat S: 05°04'01,86" E:119°31'38,48"; jalan
masuk lokasi kegiatan, Jalan Inspeksi Bandara, Kelurahan Sudiang (U2) pada
titik kordinat S: 05°04'07,64" E:199°31'43,84"; pemukiman Bandara Estate
Kelurahan Sudiang (U3) pada titik kordinat S: 05°04'09,66" E:199°31'49,88".
Data hasil pengukuran kualitas udara dan bising pada lokasi tersebut seperti
tercantum dalam Tabel ...
Tabel .... Data kualitas udara ambien dan bising pada beberapa lokasi dalam
wilayah studi pembangunan Apertemen dan Kondotel Puspamaya
No ParameterBaku
Mutu*Satuan
Hasil Analisis
U1 U2 U3
1 Sulfur Dioksida (SO2) 900 µg/Nm3 24,351 22,366 21,169
2 Nitrogen Dioksida (NO2) 400 µg/Nm3 18,157 29,349 18,281
3 Karbon Monoksida (CO) 30.000 µg/Nm3 27,309 43,325 25,714
4 Timbal (Pb) 2 µg/Nm3 0,073 0,148 0,098
5 Partikel ( TSP ) 230 µg/Nm3 23,597 33,943 28,441
6 Kebisingan 55 dBA 50,8 62,4 49,2
Sumber: Hasil pengukuran, September 2015 *Sesuai Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 69 Tahun 21, Tentang Baku Mutu dan
Kriteria Kerusakan Lingkungan Hidup
a. Kualitas udara ambien
Secara umum, data hasil pengujian beberapa parameter kualitas udara
di atas menunjukkan bahwa udara ambien di wilayah studi masih tergolong
bersih yang ditunjukkan oleh nilai semua parameter masih memenuhi baku
mutu yang ditetapkan.
Sulfur dioksida (SO2). Sulfur dioksida merupakan salah satu komponen
polutan udara hasil pembakaran pada proses industri, kendaraan bermotor,
generator listrik, atau sampah organik. Pada konsentrasi tinggi, gas ini dapat
menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan reaksi dengan uap air di
atmosfer dapat mengakibatkan hujan asam. Di wilayah studi, konsentrasi gas
ini berkisar antara 21,169 – 24,351 g/Nm3. Nilai parameter ini masih jauh
lebih rendah dibanding baku mutu yang ditetapkan sebesar 900 µg/Nm3 atau
kegiatan di sekitar lokasi pengukuran belum menyebabkan udara tercemar
oleh gas SO2. Sumber utama gas ini diperkirakan dari emisi gas buang
kendaraan bermotor yang beroperasi di sekitar lokasi pengukuran.
Nitrogen dioksida (NO2). Gas ini merupakan salah satu polutan udara
ambien yang dapat bersumber dari alam, hasil pembakaran bahan organik
atau asap kendaraan bermotor. Pada konsentrasi tertentu, misalnya diatas
nilai baku mutu, gas ini dapat menimbulkan iritasi hingga pendarahan paru-
paru pada manusia dan kerusakan terhadap vegetasi. Di samping itu, NO2
berkontribusi pada hujan asam. Di wilayah studi terdeteksi gas NO2, namun
masih sangat rendah dibanding nilai ambang batas yang dipersyaratkan,
yaitu berkisar antara 18,2 – 29,3 µg/Nm3 (baku mutu: 400 µg/Nm3). Pada
rentang konsentrasi tersebut, gas NO2 tidak akan berdampak terhadap
komponen lingkungan lainnya, seperti terhadap manusia, tumbuhan dan
lainnya.
Karbon monoksida (CO). Gas CO ini dapat bersumber dari pembakaran
bermotor, batu bara, atau bahan organik lainnya. Pada konsentrasi tertentu,
yaitu di atas baku mutu yang ditetapkan, gas ini dapat menimbulkan efek
racun terhadap tubuh manusia dengan gejala seperti sakit kepala, pusing,
dan sesak nafas. Polutan ini dalam udara ambien di wilayah studi masih
relatif rendah, yaitu berkisar antara 25,7 – 43,3 g/Nm3. Rentang nilai
parameter tersebut masih jauh di bawah baku mutu yang ditetapkan sebesar
30000 g/Nm3 sehingga tidak akan berdampak terhadap kesehatan
masyarakat dan komponen lingkungan hidup lannya. Sumber utama CO
diperkirakan dari emisi gas buang kendaraan bermotor yang beroperasi di
sekitar lokasi pengukuran.
Timah Hitam (Pb). Timbal atau timah hitam merupakan salah satu
unsur logam berat yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Pb di udara
dalam bentuk partikel halus dengan diameter kurang dari 2 µm. Salah satu
sumber Pb di jalur transportasi adalah dari hasil pembakaran pada
kendaraan bermotor yang menggunakan bahan aditif tetraethyl lead dalam
bakar bensin. Keracunan Pb bisa menyebabkan hilang nafsu makan, sakit
kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan, kejang atau gangguan
penglihatan. Timbal dalam udara ambien di wilayah studi yaitu antara 0,073
g/Nm3 hingga 0,148 g/Nm3. Pb tersebut diduga dari hasil pembakaran
bahan bakar kendaraan bermotor yang masih menggunakan bahan aditif
senyawa Pb. Namun demikian, konsentrasi Pb yang terdeteksi masih di
bawah baku mutu yang ditetapkan sebesar 2 g/Nm3.
Partikel (Debu). Partikel atau disebut juga debu dihasilkan oleh
kegiatan mekanis atau alami berupa penghancuran, peledakan, resupensi
debu dan sebagainya. Ukuran partikel bervariasi, mulai dari 0,1 sampai 25
µm. Debu dapat menyebabkan gangguan sistem pernafasan, iritasi mata dan
gangguan pandangan. Kandungan partikel dalam udara ambien di wilayah
studi berada pada kisaran antara 23,5 hingga 34 g/Nm3. Kandungan partikel
debu dalam udara ini masih jauh di bawah baku mutu yang ditetapkan
sebesar 230 µg/Nm3.
Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Disamping menggunakan
baku mutu, kualitas udara ambien dapat pula dilihat dari angka ISPU dari
parameter-parameternya. ISPU adalah angka yang tidak mempunyai satuan
yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu
tertentu berdasarkan dampaknya terhadap kesehatan manusia, nilai estetika
dan makhluk hidup lainnya. Parameter ISPU sesuai Keputusan BAPEDAL
No:107/KABAPEDAL/11/1997 adalah PM10, CO, SO2, NO2 dan O3. Angka ISPU:
1-50 = Baik (Hijau), 51-100 = Sedang (Biru), 101-199 = Tidak Sehat (Kuning),
200-299 = Sangat Tidak Sehat (Merah), dan 300 atau Lebih= Berbahaya
(Hitam). Berkaitan dengan hal ini, ISPU dari parameter yang dapat
ditampilkan berdasarkan data hasil pengukuran pada bulan September 2015
adalah hanya parameter PM10 (TSP), SO2, CO dan NO2.
Tabel .... ISPU dari parameter kualitas udara ambien di beberapa lokasi dalam wilayah studi AMDAL pembangunan Apertemen dan Kondotel Puspamaya
Lokasi PengukuranISPU
TSP SO2 CO NO2
Pemukiman masyarakat RT.05/RW.03 (U1)
23,6 15,2 0,27 -
Depan Tapak Proyek Kel. Sudiang (U2)
34 14 0,4 -
Di sekitar pemukiman Bandara Estate (U3)
28,4 13,2 0,26 -
Sumber: Hasil Perhitungan, September 2015
* tidak ada dampak yang dapat dilaporkan pada rentang konsentrasi terukur
Hasil perhitungan ISPU udara ambien di wilayah studi seperti
tercantum dalam Tabel ...... ISPU keseluruhan parameter yang diamati pada
beberapa lokasi dalam wilayah studi masih dibawah angka 50 atau masih
dalam kategori baik (hijau) atau skala 5 sesuai skala kualitas lingkungan.
b. Kebisingan.
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Pada umumnya kebisingan
sangat berkaitan dengan ketergangguan (annoyance). Intensitas bising yang
terukur di wilayah studi yaitu berkisar antara 49,2 hingga 62,4 dBA.
Intensitas bising yang terukur di depan tapak proyek sebesar 62,4 dBA, telah
melewati ambang baku mutu yang ditetapkan yaitu 55 dBA untuk lingkungan
perumahan dan pemukiman. Intensitas bising yang telah melewati ambang
baku mutu untuk pemukiman tersebut diduga berasal dari bunyi kendaraan
yang beroperasi di kawasan bandara, termasuk kegiatan operasional
penerbangan di Bandar Udara Sultan Hasanuddin. Paparan bising sesaat di
kawasan ini bahkan dapat mencapai 120 – 100 dB diakibatkan oleh aktivitas
bandara (Latief & Azmy, 2011). Kebisingan tersebut besifat semikontinyu
sehingga masuk skala 4 sesuai skala kualitas lingkungan.
B. Kualitas Air
Kualitas air pada perairan di sekitar lokasi rencana pembangunan
Apertemen dan Kondotel dapat dilihat dari data hasil pengujian beberapa
sampel air pada bulan September 2015. Sampel air diambil di tiga lokasi
yaitu Air Sumur Warga RW.03/RT.05 dan RW 03/ RT 05 Kelurahan Sudiang
serta saluran air belakang tapak proyek. Parameter uji kualitas air meliputi
parameter fisik dan kimia. Baku mutu air yang digunakan untuk air sumur
warga adalah air kelas I yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut. Sementara baku mutu yang
digunakan untuk saluran air belakang lokasi pembangunan yaitu air kelas IV.
Penetapan mutu sampel air didasarkan pada Peraturan Gubernur Sulawesi
Selatan Nomor 69 Tahun 2010 tentang Baku Mutu dan Kriteria Kerusakan
Lingkungan. Data hasil pengujian kualitas air terdapat pada Tabel ......
Tabel ...... Lokasi pengambilan sampel air dalam wilayah studi AMDAL pembangunan Apertemen dan Kondotel Puspamaya.
Sampel Lokasi Titik koordinat
A1Air Sumur Warga RW.03/RT.05, Kelurahan Sudiang (Sebelah Barat Lokasi)
S: 05°04'01,2"E: 119°31’38,2"
A2 Saluran Air Belakang Lokasi S: 05°04'03,48" E: 119°31’47,09"
A3Sumur Warga RW 03/ RT 05, Kelurahan Sudiang (sebelah timur lokasi)
S: 05°04'07,63" E: 119°31’49,39"
Sumber: Hasil survei, September 2015
Tabel .... Hasil uji kualitas air dalam wilayah studi pembangunan Apertemen dan Kondotel Puspamaya
No Parameter SatuanHasil Uji Baku
Mutu Air Kelas I*
Hasil Uji Baku Mutu Air Kelas
IV*
SPESIFIKASI METODEA1 A3 A2
A Fisika 1 Temperatur °C 29 30 Deviasi 3 29,5 Deviasi 5 Termometrik
2 Zat Padat Terlarut (TDS) mg/L 434 384 800 724 2000 Gravimetrik
3 Zat Padat Tersuspensi (TSS) mg/L 4,0 3,1 50 2,4 400 Gravimetrik
B KIMIA 1 pH - 7,3 7 6,0-8,5 6,9 5 – 8,5 Elektrometrik2 Besi (Fe) mg/L 0,043 0,051 0,3 0,099 (-) Spektrofotometrik3 Mangan (Mn) mg/L <0,0001 <0,0001 0,1 <0,0001 (-) AAS-Flame4 Barium (Ba) mg/L <0,0001 <0,0001 1 <0,0001 (-) AAS-Flame5 Tembaga (Cu) mg/L <0,0001 <0,0001 0,02 <0,0001 0,2 AAS-Flame6 Seng (Zn) mg/L <0,0001 <0,0001 0,05 <0,0001 2 AAS-Flame
7 Krom heksavalen (Cr6+) mg/L 0 0 0,05 0 0,1 Spektrofotometrik
8 Krom Total mg/L <0,0043 <0,0041 - <0,0043 (-) SNI 6989.17 : 20099 Cadmium (Cd) mg/L <0,0003 <0,0003 0,01 <0,0003 0,01 SNI 6989.16 : 2009
10 Timbal (Pb) mg/L <0,0074 <0,0065 0,03 <0,0074 0,1 SNI 6989.8 : 200911 Sulfat mg/L 59,021 51,076 400 115,9 (-) SNI 6989.20 : 200913 Hidrogen Sulfide (H2S) mg/L 0 0 0,002 0 (-) Titrimetrik14 Klorin bebas (Cl2) mg/L 0 0 0,03 0 (-) Titrimetrik15 Amonia Bebas (NH3-N) mg/L 0 0 0,5 0,33 (-) Spektrofotometrik16 Nitrat (NO3-N) mg/L 1,933 1,815 10 0,23 20 Spektrofotometrik
17 Nitrit sebagai N mg/L 0 0 0,06 0 (-) Spektrofotometrik
18 BOD5 mg/L 0,917 0,905 2 0,991 12 Titrimetrik
19 COD mg/L 4,827 4,24 10 5,215 100 Titrimetrik20 DO mg/L 7,543 7,403 6 7,283 0 Titrimetrik21 Chloride mg/L 23,856 24,854 600 142,28 (-) Titrimetrik23 Total Fosfat mg/L 0,196 0,191 0,2 0,185 5 Spektrofotometrik
24 Minyak dan Lemak mg/L 0 0 600 0 (-) Gravimetrik
C. Mikrobiologi
25 Total ColiformJml/100
mL47 42 1000 17 10000 MPN
Sumber: Hasil survey, September 2015
* Sesuai Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 69 Tahun 2010 tentang Baku Mutu dan Kriteria Kerusakan Lingkungan (Kriteria Mutu Air
berdasarkan Kelas Air, Kelas I dan Kelas IV).
1. Air Tanah
Air tanah atau air sumur penduduk di wialyah studi masih tergolong
baik berdasarkan hasil pengujian parameter fisik, kimia dan mikrobiologi.
Penilaian tersebut sesuai baku mutu air kelas I. Kualitas air berdasarkan
nilai paramater uji sebagaimana dalam uraian berikut.
Parameter Fisik. Kondisi fisik air di wilayah studi relatif masih baik
berdasarkan parameter suhu, TDS dan TSS. Suhu air masih normal, yaitu
berkisar antara 29 - 30 °C. Kandungan zat padat terlarut dalam air sumur
warga 384 - 434 mg/L, nilai ini masih memenuhi baku mutu TDS untuk air
kelas I yang sebesar 800 mg/L. Kandungan TSS dalam air sumur warga msih
lebih rendah dibandingkan baku mutu, yaitu 3 – 4 mg/L (baku mutu: 50
mg/L)
Parameter Kimia. Tingkat kemasaman sampel air masih berada pada
kisaran baku mutu pH air kelas I, dimana pH di lokasi pengukuran yaitu 6,9 –
7,3 (baku mutu: 6 – 8,5). Oksigen terlarut juga masih memenuhi baku mutu
yang ditetapkan, yaitu 7,283 – 7,543 mg/L (baku mutu: 6 mg/L), sementara
BOD5 berkisar antara 0,905-0,991 mg/L dan COD 4,24 - 5,215 mg/L. Nilai
parameter BOD5 dan COD tersebut masih jauh di bawah baku mutu yang
ditetapkan untuk air kelas I. Kandungan fosfat cukup tinggi yaitu 0,196 dan
0,191 mg/L yang hampir mencapai baku mutu fosfat total sebesar 0,2 mg/L.
Sumber fosfat ini diperkirakan dari air limbah domestik. Nilai paramater
kimia lainnya masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan, bahkan
beberapa di antaranya sangat rendah atau dibawah batas deteksi
alat/metode uji, seperti beberapa logam berat, hidrogen sulfida, klorin, nitrit
serta minyak dan lemak.
Parameter Mikrobiologi. Coliform yang terukur dalam sampel uji air
sumur warga masing-masing adalah 47 dan 42 MPN. Jumlah coliform ini
masih jauh di bawah baku mutu air kelas I, yaitu 1000 MPN/100 mL.
2. Air Permukaan
Air permukaan atau air saluran dekat tapak proyek masih tergolong
baik berdasarkan hasil pengujian parameter fisik, kimia dan mikrobiologi.
Penilaian tersebut sesuai baku mutu air kelas IV. Kualitas air beredasarkan
nilai beberapa paramater uji sebagaimana dalam uraian berikut.
Parameter fisik. Suhu air saluran masih normal, yaitu 29,5 °C.
Kandungan padatan terlarut 724 mg/L, masih lebih rendah dibandingkan
baku mutu yang ditetaokan untuk air kelas IV sebesar 2000 mg/L. TSS di
saluran air hanya sebesar 2,4 mg/L, jauh di bawah baku mutu yang
ditetapkan sebesar 400 mg/L.
Parameter kimia. Kualitas air di saluran tersebut masih tergolong baik
berdasarkan semua parameter kimia yang diujikan. Nilai parameter DO,
BOD5 dan COD cukup menggambarkan bahwa air saluran di wilayah studi
belum tercemar oleh limbah organik maupun anorganik. Hal serupa
digambarkan oleh beberapa parameter lainnya, seperti kandungan fosfat
total sebesar 0,185 mg/L sedangkan baku mutu yang ditetapkan untuk air
kelas IV adalah 5 mg/L dan kandungan beberapa logam berat yang sangat
rendah atau di bawah batas deteksi alat uji.
Parameter mikrobiologi. Kandungan bakteri coliform dalam sampel air
dari saluran air belakang lokasi pembangunan hotel masih rendah, yaitu
hanya 17 MPN. Kandungan coliform tersebut, masih jauh lebih rendah
dibanding baku mutu yang ditetapkan sebesar 10000 MPN/100 mL.
3. Indeks Pencemaran
Indeks Pencemaran (IP) adalah analisis statistik untuk mengetahui
kualitas suatu perairan. Indeks Pencemaran (Pollution Index) digunakan
untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas
air yang diizinkan. Metode perhitungan dan penentuan status mutu air yang
digunakan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutus Air.
Perhitungan indeks pencemaran didasarkan pada titik pengambilan sampel
dan pada parameter uji yang telah ditentukan. Hasil perhitungan indeks
pencemaran pada titik pengambilan sampel tersaji pada Tabel ... berikut ini.
Tabel ..... Indeks Pencemaran air tanah dan air permukaan dalam wilayah studi pembangunan Apertemen dan Kondotel Puspamaya.
Lokasi Indeks Pencemaran Status
A1 0,683 Kondisi baik / Memenuhi baku mutu
A2 0,258 Kondisi baik / Memenuhi baku mutu
A3 0,662 Kondisi baik / Memenuhi baku mutu
Berdasarkan data hasil perhitungan IP pada Tabel ... di atas dan
dibandingkan dengan status mutu air sesuai Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No. 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air,
kualitas pada ketiga badan air tersebut berada pada status kondisi baik atau
memenuhi baku mutu, yaitu berada dalam rentang Nilai IP = 0 – 1,0.