09 BAB IX Kajian Rona Awal Lingkungan Rev01

download 09 BAB IX Kajian Rona Awal Lingkungan Rev01

of 21

Transcript of 09 BAB IX Kajian Rona Awal Lingkungan Rev01

  • 8/17/2019 09 BAB IX Kajian Rona Awal Lingkungan Rev01

    1/21

     

    BAB 9

    Kajian Rona Awal Lingkungan9.1 POKOK KAJIAN TERHADAP LINGKUNGAN

    Setiap proyek pelabuhan selain menuntut pengelola pelabuhan untuk mempertimbangkan aspek teknis

    den ekonomis, juga harus ikut dipertimbangkan aspek lingkungan dan pencegahan pencemaran. Faktor

    yang terakhir ini terkadang lebih berperan dibandingkan faktor teknis dan ekonomis sehingga terkadang

    mendorong perencana untuk berusaha meminimalisir dampak negatif yang akan terjadi.

    Konsep Green Port adalah kerangka pengelolaan pelabuhan untuk mencapai kesetimbangan antara nilai

    biaya lingkungan dan manfaat ekonomi, sehingga ada harmonisasi aspek komersial dan lingkungan

    dalam menunjang pengelolaan yang berkelanjutan. Oleh karenanya master plan pelabuhan tidak hanya

    menyangkut segi ekonomis/komersial dan prospek, tetapi juga harus mengakomodasi aspek lingkungan

    mulai dari tahap perencanaan, perancangan, dan pengoperasian.

    Lingkungan dapat diartikan sebagai semua faktor baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang membawa

    akibat baik secara langsung maupun tidak langsung, cepat atau lambat pada makhluk hidup. Setiap

    gangguan terhadap sistem ini diartikan sebagai dampak dan survei lingkungan bertujuan untuk

    menemukan, memperkirakan, dan mengatasi dampak tersebut. Saat membuat rencana induk pelabuhan,

    sangatlah perlu diperhatikan aspek-aspek tersebut. Pengembangan suatu pelabuhan dapat membawa

    perubahan pada sifat kimia, fisik, dan biologi wilayah tersebut, Seperti :

      Peningkatan kadar debu dan peningkatan kebisingan

    Sumber dampak bersumber dari aktivitas proses pembangunan dan pengembangan pelabuhan

    dan aktivitas pelabuhan ketika operasional.

      Penurunan kualitas air di sekitar wilayah pelabuhan.

    Sumbar dampak barasal dari limbah rumah tangga yang masuk ke dalam perairan pelabuhan

    serta aktifitas perkapalan.

      Tata ruang kawasan pelabuhan

    Terjadinya tidak keserasian tata ruang kawasan pelabuhan, pemukiman penduduk dan fasilitas

    umum di dalam lingkungan kerja pelabuhan serta penumpukkan barang yang melebihi kapasitas.

    Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau  Draft Laporan Akhir 9-1 

  • 8/17/2019 09 BAB IX Kajian Rona Awal Lingkungan Rev01

    2/21

     

      Penurunan populasi makhluk hidup akuatis, misalnya plankton, benthos, dan kerang-kerangan

    serta Ikan. Sumber dampak berasal dari limbah rumah tangga yang masuk ke dalam perairan

    pelabuhan serta aktivitas perkapalan. Dan kegiatan penimbunan dan pembangunan dermaga.

      Peningkatan jumlah penduduk, serta adanya sarana dan prasarana yang menyangkut utilitas

    umum di dalam daerah lingkungan kerja pelabuhan.

      Gangguan kesehatan barasal dari tingginya kandungan debu akibat kegiatan pengangkutan

    komoditi di dalam lingkungan kerja pelabuhan.

    9.2 RONA LINGKUNGAN AWAL

    Rona lingkungan awal menjelaskan kondisi data awal eksisting baik yang berkaitan dangan kondisi fisik

    lingkungan, kondisi alam secara umum termasuk pula kondisi ekonomi, sosial, budaya. Rona lingkungan

    awal menjelaskan data-data dalam Garis Garis pokok kajian yang diharapkan dapat menjadi panduan

    untuk ditelaah lebih tajam pada Dokumen rona lingkungan awal dalam Penyusunan dokumen Arndal atauUKL-UPL.

    Data yang disajikan merupakan hasil dari pengumpulan data secara langsung di lapangan (survei) dan

    pengumpulan data serta laporan-laporan dari instansi-instansi terkait, literatur/laporan-laporan lainnya.

    Rona lingkungan awal ini juga menjelaskan data-data dalam garis-garis pokok kajian yang diharapkan

    dapat menjadi panduan untuk ditelaah lebih tajam pada dokumen rona lingkungan awal dalam

    penyusunan dokumen Amdal ataupun UKL-UPL.

    9.2.1 Keadaan Iklim, Topografi dan Geologi

    9.2.1.1 Ikl im

    Iklim di Kabupaten Natuna sangat dipengaruhi oleh perubahan arah angin. Musim kemarau biasanya

    terjadi pada Bulan Maret sampai dengan Bulan Juli. Curah hujan ratarata setahun berkisar 260,6

    milimeter dengan rata-rata kelembaban udara sekitar 85 persen dan temperatur berkisar antara 18,4ᵒC

    hingga 35,1 ᵒC

    9.2.1.2 Topografi

    Berdasarkan kondisi fisiknya, Kabupaten Natuna merupakan tanah berbukit dan bergunung batu.

    Dataran rendah dan landai banyak ditemukan di pinggir pantai. Ketinggian wilayah antar kecamatan

    cukup beragam, yaitu berkisar antara 3 sampai dengan 959 meter dari permukaan laut dengan

    kemiringan antara 2 sampai 5 meter.

    Pada umumnya struktur tanah terdiri dari tanah podsolik merah kuning dari batuan yang tanah dasarnya

    mempunyai bahan granit, dan alluvial serta tanah organosol dan gley humus.

    9.2.1.3 Geografis dan Topografi

    Secara geografis, Kabupaten Natuna terletak pada titik koordinat 1016’ LU – 7

    019’ LU dan 105

    0 00’ BT –

    1100

     00’ BT. Batas-batas wilayah Kabupaten Natuna sebagai berikut :

    Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau  Draft Laporan Akhir 9-2 

  • 8/17/2019 09 BAB IX Kajian Rona Awal Lingkungan Rev01

    3/21

     

      Sebelah Utara berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja.

      Sebelah Selatan dengan Kabupaten Bintan.

      Sebelah Timur dengan Kabupaten Malaysia Timur dan Kalimantan Barat.

      Sebelah Barat berbatasan dengan Kepulauan Anambas.

    Kabupaten Natuna memiliki luas wilayah 264.198,37 km2. Dengan luas daratan 2.001,30 km2 dan lautan

    262.197,07 km2. Ranai sebagai Ibukota Kabupaten Natuna.

    Di Kabupaten Natuna terdapat 154 pulau, dengan 27 pulau (17.53%) yang berpenghuni dan sebagian

    besar pulau (127 buah) tidak berpenghuni. Dua pulau terbesar diantaranya adalah Pulau Bunguran, dan

    Pulau Serasan.

    Letak astronomis Kecamatan Serasan yaitu pada titik koordinat 2027’30”-2033’43” LU dan 108056’14”-

    109003’11” BT dan Letak Astronomis Kecamatan Subi yaitu pada titik koordinat 2038’55”-3003’21” LU

    dan 108033’19”-108056’23” BT.

    Kondisi Geografis di Kecamatan Serasan yaitu terdapat pantai, lereng bukit, rawa, dan gambut.

    Sedangakan untuk kondisi topografis nya terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi dan wilayah berbukit.

    Untuk kondisi geografis Kecamatan serasan hanya terdapat pantai, rawa, dan gambut. Sedangkan untuk

    kondisi topografisnya Kecamatan subi ini terletak di Dataran Rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

    pada tabel dibawah ini :

    Tabel 9. 1 Keadaan Geografis dan Topografis Kecamatan Serasan dan Kecamatan Subi.

    Pantai Lembah Lereng Bukit Rawa Gambut Dataran rendah Dataran Tinggi Berbukit

    Serasan 3 - 2 1 1 2 4 4

    Subi 7 - - 3 2 8 - -

    Geografis Topografis

    Kecamatan

     Sumber : Natuna Dalam Angka 2014

    9.2.2 Komponen Fisika dan Kimia

    9.2.2.1 Kuali tas Ai r Laut

    Kualitas Air Pesisir Kepulauan Natuna

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut

    dan Pesisir, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2014.

    Secara umum beberapa parameter kualitas air yang mengindikasikan kesuburan perairan masih

    berada dalam keadaan dan kondisi normal sesuai dengan standar baku mutu kualitas perairan yang

    ditetapkan oleh Kepmen Lingkungan Hidup No. 51, 2004. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

    tabel dibawah ini :

    Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau  Draft Laporan Akhir 9-3 

  • 8/17/2019 09 BAB IX Kajian Rona Awal Lingkungan Rev01

    4/21

     

    Tabel 9. 2 Kualitas air pesisir Kepulauan Natuna.

    Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, 2014

      Kecerahan

    Nilai kecerahan perairan dapat dipengaruhi oleh faktor biologi yang disebabkan oleh kandunganmikroorganisme dan juga faktor fisik yang disebabkan oleh padatan tersuspensi dan terlarut

    dalam air tersebut dan kondisi cuaca, faktor lain yang juga berpengaruh seperti waktu

    pengukuran dan ketelitian pengukuran. Bila mengacu pada baku mutu kecerahan air laut untuk

    biota laut berdasarkan Kementerian Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004, maka kecerahan

    perairan sekitar kepulauan Natuna ini dapat dikategorikan masih memenuhi syarat kecerahan

    yang mendukung kehidupan biota laut.

      pH

    Parameter pH merupakan satuan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan, biasanya digunakan

    untuk menyatakan derajat keasaman atau kebasaan suatu larutan. Nilai pH sangat berperan

    dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan sehingga tinggi rendahnya pH dapat

    dipengaruhi oleh banyak-sedikitnya bahan organik yang dibawa melalui aliran sungai. Hasil

    pengukuran pH air laut di perairan pesisir Kepulauan Natuna berkisar antara 8,09-8,24. Apabila

    mengacu kepada standar baku mutu air laut yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan

    Hidup No. 51 tahun 2004, pH yang disyaratkan untuk menunjang kehidupan biota laut adalah 7-

    8,5 sehingga dapat katakan bahwa perairan di pesisir selatan Kepulauan Natuna masih berada

    dalam kondisi yang cukup baik bagi biota laut.

      Oksigen Terlarut (DO)

    Oksigen terlarut dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk proses pernafasan dan metabolismenya.

    Hasil pengukuran oksigen terlarut (DO) insitu pada saat penelitian yaitu berkisar antara 6,34 -

    7,96 mg/l dengan rata-rata 7,38 mg/l sehingga kondisi tersebut masih dapat dikategorikan berada

    pada ambang batas normal. Meskipun demikian, berdasarkan baku mutu kualitas perairan yang

    dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 yang menyebutkan bahwa

    kadar oksigen terlarut yang diperlukan untuk menunjang kehidupan biota laut adalah lebih dari 5

    mg/l. Oleh karena itu kadar oksigen terlarut permukaan perairan pesisir selatan Kepulauan

    Natuna pada saat penelitian masih tergolong baik. Kadar oksigen terlarut di permukaan

    umumnya lebih tinggi karena adanya proses difusi antara air dan udara bebas serta adanya

    proses fotosintesis.

    Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau  Draft Laporan Akhir 9-4 

  • 8/17/2019 09 BAB IX Kajian Rona Awal Lingkungan Rev01

    5/21

     

      Salinitas

    Sebaran salinitas perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan,

    curah hujan, dan aliran air sungai (Nontji, 1987). Pada perairan lepas pantai yang dalam, angin

    dapat pula melakukan pengadukan lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen sampai

    kira-kira setebal 50-70 meter atau lebih tergantung dari intensitas pengadukan. Sebaran salinitas

    perairan pesisir dapat dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti: keberadaan sungai, antropogenik

    dari aktivitas manusia. Sebaran salinitas permukaan perairan pesisir selatan Kepulauan Natuna

    menjelaskan bahwa perairan tersebut memiliki sebaran salinitas yang homogen yang berkisar

    antara 29-31ppt. Salinitas perairan yang terpengaruh langsung oleh aktifitas penduduk dan

    keberadaan sungai memiliki nilai sedikit lebih rendah daripada salinitas perairan yang

    berhubungan langsung dengan perairan terbuka. Hal ini dikarenakan oleh pengaruh

    antropogenik dari darat yang masuk dan bercampur dengan perairan pesisir sehingga

    mempengaruhi salinitas perairan tersebut.

      Suhu

    Suhu hasil pengukuran insitu dilapangan menunjukan kisaran suhu pada stasiun pengamatan

    antara 29-31 ºC. Jika terdapat perbedaan suhu yang cukup signifikan disebabkan di karenakan

    pengaruh lokasi yang mungkin lebih dekat ke pesisir sehingga berpotensi membawa muatan

    baru (tambahan debit air) dan juga limbah dari aktivitas manusia, sedangkan untuk yang terletak

    terletak agak jauh dari pesisir dan aktivitas manusia dan cenderung lebih dipengaruhi oleh lautan

    lepas. Rendahnya suhu perairan seperti yang terjadi juga dapat mempengaruhi tingkat kelarutan

    perairan tersebut berupa meningkatnya tingkat kelarutan gas-gas yang dapat meningkatkan

    potensi penyerapan karbon serta kualitas perairan.

    Kualitas Air Laut Pelabuhan Subi

    Berdasarkan Observasi dilapangan kualitas air laut di wilayah rencana Pelabuhan Subi secara fisik

    tidak berbau dan tingkat kekeruhan rendah (tidak keruh) hal ini juga dapat dilahat dari belum

    banyaknya aktivitas pelayaran ataupun aktivitas lainnya yang ada di sekitar lokasi pelabuhan.

    Gambar 9. 1 Kualitas air laut secara fisik dilokasi Pelabuhan Subi.

    Kualitas Air Laut di Pelabuhan Serasan

     Aktivitas yang ada di Pelabuhan Serasan sudah sedikit lebih ramai dibandingkan pelabuhan Subi, hal

    ini karena jumlah penduduk di Pulau Serasan Juga jauh lebih banyak dibandingkan dengan Pulau

    Subi. Sehingga aktivitas pelayaran baik penumpang ataupun barang hampir setiap saat. Tetapi hal

    tersebut pada saat ini tidak begitu berdampak buruk secara fisik Kualitas air laut di Pelabuhan

    Serasan masih dapat dikatakan cukup baik tidak berbau dan tingkat kekeruhan rendah (tidak keruh).

    Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau  Draft Laporan Akhir 9-5 

  • 8/17/2019 09 BAB IX Kajian Rona Awal Lingkungan Rev01

    6/21

     

    Gambar 9. 2 Kualitas air laut Pelabuhan Serasan secara fisik.

    9.2.2.2 Kualitas Udara dan Kebisingan

    Berdasarkan observasi dilapangan kualitas udara dan kebisingan baik di Pelabuhan Subi maupun

    Pelabuhan Serasan masih cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari belum banyaknya aktivitas yang terdapat

    di kedua pelabuhan tersebut. Tapi seiring berkembangnya wilayah ini akibat adanya pembangunan

    maupun pengembangan pelabuhan maka akan mempengaruhi penurunan kualitas udara terutama

    sebagai akibat aktivitas pelayaran yang bersumber dari cerobong kapal yang bersandar maupun yang

    hendak berlayar serta emisi dari kendaraan penumpang yang masuk kewilayah pelabuhan.

    9.2.3 Komponen Biologi

    9.2.3.1 Flora

    Berdasarkan hasil observasi dilapangan disekitar wilayah pelabuhan yang dicatat dan diamati pada

    analisis ini untuk Pelabuhan Subi mencapai 5 jenis flora, sedangkan untuk Pelabuhan Serasan

    mencapai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

    Tabel 9. 3 Jenis tumbuhan yang ditemukan dan dicatat pada lokasi Pelabuhan Subi.

    No Jenis Nama Latin Famil i

    1 Putri malu Mimosa pudica Fabaceae

    2 Kelapa Cocos nucifera L  Arecaceae

    3 Rumput belulang Dactyloctenium aegypium Poaceae

    4 Nanas  Ananas comocus Ananas comocus

    5 Bakau Rhizopora sp. Rhizoporaceae 

    Sumber : Observasi lapangan, 2015

    Tabel 9. 4 Jenis tumbuhan yang ditemukan dan dicatat pada lokasi Pelabuhan Serasan.

    No Jenis Nama Latin Famil i

    1 Kelapa Cocos nucifera L Arecaceae

    2 Rumput belulang Dactyloctenium aegypium Poaceae

    3 Pisang Musa paradisiaca Musa paradisiaca

    4 Bakau Rhizopora sp. Rhizoporaceae  

    Sumber : Observasi lapangan, 2015

    Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau  Draft Laporan Akhir 9-6 

  • 8/17/2019 09 BAB IX Kajian Rona Awal Lingkungan Rev01

    7/21

     

    9.2.3.2 Fauna

    Berdasarkan observasi dilapangan untuk fauna yang terdapat di disekitar pelabuhan baik Pelabuhan

    Subi maupun Pelabuhan Serasan diantaranya terdapat sapi, kambing, dan burung seperti burung

    gereja, dan burung kutilang.

    9.2.3.3 Biota Perairan

    Data berikut berdasarkan data sekunder penelitian terdahulu tentang identifikasi potensi dan pemetaan

    sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan Laut Kabupaten Natuna.

      Fitoplankton

    Jenis fitoplankton di Kepulauan Natuna adalah Bacillariophyceae sebanyak 7 spesies, Chloropyceae

    sebanyak 4 spesies, dan Cyanopphyceae sebanyak 5 spesies. Kelimpahan fitoplankton tertinggi

    sebesar 2575 ind/L dan terendah 699 ind/L. Pencemaran terhadap fitoplankton di perairan tersebut

    belum nampak dari adanya indikator indeks dominasi jenis fitoplankton tertentu.

      Zooplankton

    Zooplankton terdiri atas dua genus yaitu Ciliata Dan Rotifera. Ciliata terdiri dari 2 spesies dan

    Rotifera sebanyak 3 spesies. Kelimpahan zooplankton dalam plankton adalah 58-236 ind/L.

    9.2.4 Komponen Sosial, Ekonomi dan Kesehatan

    9.2.4.1 Jumlah Penduduk

    Masalah penduduk di Kabupaten Natuna sama halnya seperti daerah lain di Indonesia. Untuk mencapai

    manusia yang berkualitas dengan jumlah penduduk yang tidak terkendali akan sulit tercapai. Program

    kependudukan yang meliputi pengendalian kelahiran, menurunkan tingkat kematian bagi bayi dan anak,

    perpanjangan usia harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang serta pengembangan potensi

    penduduk sebagai modal pembangunan yang harus ditingkatkan.

    Pada tahun 2013 jumlah penduduk di Kecamatan Serasan sebesar 5.022 jiwa dan kecamatan Subi

    mempunyai jumlah penduduk sebesar 2.872 jiwa. Untuk jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin per-

    kecamatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

    Tabel 9. 5 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin.

    Laki-laki Perempuan Jumlah

    Serasan 43,65 2.535 2.487 5.022 101,93 115,05

    Subi 160,93 1.452 1.420 2.872 102,25 17,85

    Kepadatan

    PndudukKecamatan

      Ratio

    Jenis

    PendudukLuas (km2)

     

    Sumber : Natuna Dalam Angka 2014

    9.2.4.2 Mata Pencaharian

    Masalah kependudukan selalu berkaitan dengan masalah ketenagakerjaan, salah satu contoh adalah

    tingginya tingkat pertumbuhan penduduk akan berpengaruh juga pada tingginya penyediaan tenaga

    kerja. Penawaran tenaga kerja yang tinggi tanpa diikuti penyediaan kesempatan kerja yang cukup akan

    menimbulkan pengangguran dan setengah pengangguran. Banyaknya pencari kerja yang terdaftar pada

    Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Natuna pada tahun 2012 tercatat 36 orang terdiri dari 24

    Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau  Draft Laporan Akhir 9-7 

  • 8/17/2019 09 BAB IX Kajian Rona Awal Lingkungan Rev01

    8/21

     

    pencari kerja laki-laki dan 12 orang perempuan. Sedangkan untuk mata pencaharian di kabupaten

    Natuna sendiri sekitar 58 % di bidang pertanian, nelayan dan perkebunan.

    9.2.4.3 Tingkat Pendidikan

    Keberhasilan pembangunan daerah sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduknya. Semakin

    maju pendidikan berarti akan membawa berbagai pengaruh positif bagi masa depan berbagai bidang

    kehidupan. Demikian pentingnya peranan pendidikan, tidaklah mengherankan kalau pendidikan

    senantiasa banyak mendapat perhatian dari pemerintah maupun masyarakat. Gambaran secara umum

    perkembangan pendidikan di Kecamatan Subi dan Kecamatan Serasan dapat dilihat sebagai berikut.

    Tabel 9. 6 Fasilitas pendidikan, jumlah sekolah, guru & murid Kecamatan Subi dan Kecamatan Serasan. 

    Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

    Serasan 1 4 9 22 77 114

    Subi 1 2 8 8 8 41

    Serasan 7 - 111 - 667 -

    Subi 5 - 46 - 362 -

    Serasan 1 - 15 - 174 -

    Subi 2 - 17 - 144 -

    Serasan - 1 - 11 - 72

    Subi - - - - - -

    Serasan 1 - 21 - 215 -

    Subi 1 - 17 - 107 -

    SD

    SMP

    Madrasah Tsanawiyah

    SMA

    Kecamatan   Sekolah Guru Murid

    TK

     

    Sumber : Natuna Dalam Angka 2014 

    9.2.4.4 Kesehatan Masyarakat

    Mortalitas (Angka Kematian) 

    Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada

    suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan.

       Angka kematian bayi (AKB)

    Berdasarkan buku profil kesehatan kabupaten Natuna Tahun 2012, Terjadi penurunan

    ditahun 2012 dengan jumlah kematian bayi sebanyak 9 bayi dari tahun 2011 yaitu 12 bayi.

       Angka kematian balita (AKABA)

     Angka Kematian Balita atau AKABA adalah jumlah akan yang meninggal sebelum mencapai

    usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan arget

    Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 adalah 32 per 1.000 kelahiran hidup. Di

    Kabupaten Natuna AKABA sebesar 5,77 per 1.000 kelahiran hidup. Ini disumbang oleh balita

    Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau  Draft Laporan Akhir 9-8 

  • 8/17/2019 09 BAB IX Kajian Rona Awal Lingkungan Rev01

    9/21

     

    umur 1-12 bulan (bayi). Sedangkan umur 1-5 tahun (anak balita) tidak terdapat kematian

    anak. Melihat angka ini, Kabupaten Natuna telah berada jauh dibawah target MDGs tahun

    2015 yaitu 32 per 1.000 kelahiran hidup.

       Angka kematian ibu maternal (AKI)

     Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau

    selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan,

    yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-

    sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu terjadi pada masa ibu bersalin

    sebanyak 3 kasus dan pada masa ibu nifas sebanyak 2 kasus. Melihat AKI pada tahun 2012,

    Kabupaten Natuna masih jauh dari target yang telah di tetapdalam MGDs yaitu 110 per

    100.000 KH.

       Angka harapan hidup

     Angka harapan hidup (AHH) waktu lahir dapat digunakan untuk menilai derajat kesehatan

    masyarakat. Selain itu AHH juga menjadi salah satu indikator yang digunakan untuk

    menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kabupaten Natuna 68,30 tahun. AHH

    Kabupaten Natuna mengalami kenaikan dari tahun 2006 yaitu 67,90 tahun dengan IPM

    70,56. IPM dikategorikan menjadi 3, yaitu IPM tinggi (IPM>= 80), IPM sedang (IPM 50-

    79,99) dan IPM rendah (IPM

  • 8/17/2019 09 BAB IX Kajian Rona Awal Lingkungan Rev01

    10/21

     

    9.2.5 Kondisi Sarana dan Prasarana

    9.2.5.1 Jaringan Jalan

    Pelabuhan Subi

    Kondisi jalan menuju dermaga dari perkampungan lain masih berupa jalan tanah dengan lebar jalan yang

    hanya dapat dilalui oleh kendaraan roda dua. Sedangkan untuk lokasi yang berada di pinggir pantai

    sebagian sudah cukup baik dengan kontruksi beton dan lebar jalan ± 4 meter.

    Gambar 9. 3 Kondisi jalan perkampungan menuju wilayah pelabuhan.

    Gambar 9. 4 Kondisi jalan perkampungan di Subi Besar menuju wilayah pelabuhan.

    Pelabuhan Serasan

     Akses jalan dari sekitar perkampungan menuju ke area pelabuhan sudah cukup baik dengan konstruksi

    beton dan lebar ± 5 meter. Begitu juga dengan sarana jalan menuju pelabuhan juga sudah bagus dengan

    konstuksi beton dan lebar ± 4 meter.

    Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau  Draft Laporan Akhir 9-10 

  • 8/17/2019 09 BAB IX Kajian Rona Awal Lingkungan Rev01

    11/21

     

    Gambar 9. 5 Akses jalan menuju Pelabuhan Serasan.

    Gambar 9. 6 Akses jalan menuju dermaga di area pelabuhan.

    9.2.5.2 Jaringan Air Bersih

    Pembangunan sarana air bersih pada hakikatnya bertujuan agar masyarakat mendapatkan air bersih

    yang memerlukan syarat. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk penyediaan dan pemanfaatan air

    bersih pada anggota keluarga merupakan tujuan dari program penyediaan air bersih.

    Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sebagian besar dipasok dari sumber mata air yang berada di

    wilayah Kabupaten Natuna. Saat ini hanya terdapat 2 unit instalasi pengolahan air bersih di Kabupaten

    Natuna khususnya Kota Ranai yang terletak di Gunung Ranai dengan kapasitas 10-20 L/detik dan

    Sumber air Hijau, sedangkan kebutuhan air untuk kecamatan lainnya dilakukan secara swadaya.

    Berdasarkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Natuna Tahun 2014 sistem penyediaan air minum dan

    perpipaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

    Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau  Draft Laporan Akhir 9-11 

  • 8/17/2019 09 BAB IX Kajian Rona Awal Lingkungan Rev01

    12/21

     

    Tabel 9. 8 Sistem penyediaan air minum dan perpipaan Kabupaten Natuna. 

    No Uraian Satuan Sistem Perpipaan Keterangan

    1 Pengelola PDAM/BPAM

    2 Tingkat Pelayanan % 70% Belum terlayanisemua

    3 Kapasitas Produksi Lt/detik 120

    4 Kapasitas Terpasang Lt/detik 111

    5 Jumlah Sambungan

    Rumah (Total)Unit 3.404

    6 Jumlah Kran Air Unit 3.404

    7 Kehilangan Air (UFW) % 32

    8 Retribusi/Tarif (Rumah

    Tangga)

    M³ Rp 1.500

    9 Jumlah Pelanggan per

    Kecamatan

    Bunguran Timur Pelanggan 3.404

    Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Natuna Tahun 2014

    9.2.5.3 Jaringan Air Limbah dan Drainase

    Sistem Penyaluran Air Limbah adalah menyalurkan air limbah dari perumahan dan fasilitas umum maupu

    industri. Sistem Penyaluran Air Hujan adalah membawa air limpasan dari hujan yang jatuh di atap

    gedung, jalan, dan permukaan lainnya.

    Berdasarkan Buku Putih Sanitasi Tahun 2014 pada beberapa wilayah yang padat penduduk,

    pembangunan tangki septik masih banyak yang belum memenuhi syarat standar jarak tangki septik

    dengan sumber air bor/sumur sehingga menimbulkan resiko yang tinggi terhadap kondisi kesehatan

    masyarakat yang mengkonsumsi air bersih dengan adanya pencemaran air bawah tanah. Pada kawasan

    lainnya perilaku buang air besar sembarangan masih cukup tinggi terutama pada kawasan yang

    berdekatan dengan sungai dan pesisir pantai.

    Secara umum sistem drainase yang ada di Kabupaten Natuna adalah melalui selokan/parit baik yang

    berasal dari KM/WC maupun yang berasal dari dapur/tempat cuci. Kemudian mengalir ke sungai yang

    ada di sekitarnya tanpa ada pengolahan terlebih dahulu.

    Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau  Draft Laporan Akhir 9-12 

  • 8/17/2019 09 BAB IX Kajian Rona Awal Lingkungan Rev01

    13/21

     

    Tabel 9. 9 Fasilitas air limbah yang ada di Kecamatan Subi dan Kecamatan Serasan. 

    NamaSarana tidak

    layak

    Kecamatan/Offsite

    System

    KelurahanKawasan /

    terpusat

    Jamban

    keluarga dgn

    tangki septik

    aman

    MCK

    umumMCK++

    Tangki

    Septik

    Komunal

    IPAL

    (KK)/Jamban

    Bersama(KK) (KK) Komunal

    (KK) (KK)

    (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x)

    Desa Batu Berian 16 87 65 26 132 - - -

    Kampung Hilir 7 41 61 11 - - - -

    Serasan 5 251 301 8 - - - -Tanjung Balau 3 75 57 0 - - - -

    Tanjung Setelung 9 59 62 14 - - - -

    Meliah 13 47 21 7 - - - -

    Meliah Selatan 20 35 10 21 - - - -

    Pulau Kerdau 28 35 4 18 - - - -

    Pulau Panjang 24 83 16 43 - - - -

    Subi 35 52 41 17 - - - -

    Subi Besar 30 36 9 12 - - -

    Subi Besar Timur 7 39 8 32 - - - -

    Terayak 14 21 8 47 - - - -

    2

    Kecamatan Subi

    1

    Kecamatan Serasan

    No

    BABS*

    Sarana Layak

    Onsite System

    Individual Berbasis Komunal

    (KK)

    Cubluk,

    Tangki septik

    tidak aman**

    (KK)

    Sambungan

    Rumah (KK)

     

    Sumber : Buku Putih Sanitasi Tahun 2014

    9.2.5.4 Sampah

    Pengelolaan persampahan di Kabupaten Natuna belum dilaksanakan secara efektif baik di hulu maupun

    di hilir, utamanya dalam proses pengangkutan. Masyarakat sebagai produsen sampah belum

    berpartisipasi optimal dalam pengelolaan persampahan, masih terbatas pada usaha konvensional seperti

    melakukan pembakaran dan penimbunan.

    Pelabuhan Subi

     Adanya aktivitas pelayaran dari kapal-kapal nelayan yang ada di sekitar rencana wilayah pelabuhan

    dapat menimbulkan masalah terutama sampah. Namun untuk kondisi saat ini berdasarkan aktivitas

    nelayan yang berlayar dan mencari ikan hampir setiap hari dan kapal Pelni yang mengangkut

    penumpang hanya 2 minggu sekali makan belum banyak sampah yang berserakan. Jenis sampah yang

    ada disekitar rencana pelabuhan pun hanya berupa sampah organik seperti dedaunan, ranting pohon

    dan batok kelapa. Sedangkan untuk limbah cairnya hanya berupa limbah cair hasil perikanan. sistem

    pengelolaan sampah juga belum baik sampah yang dihasilkan hanya dibakar karena belum tersedianya

    sarana Tempat Penampungan Sampah (TPA) di Subi Besar ini.

    Pelabuhan Serasan

    Untuk pelabuhan serasan sudah banyak aktivitas yang dilakukan diantaranya adalah adanya aktivitaspelayaran baik penumpang maupun barang serta adanya aktivitas nelayan yang mencari ikan. Hal

    tersebut dapat menimbulkan sampah sebagai akibat dari adanya pelabuhan serasan ini. Untuk lebih jelas

     jenis kegiatan dan pencemarannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

    Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau  Draft Laporan Akhir 9-13 

  • 8/17/2019 09 BAB IX Kajian Rona Awal Lingkungan Rev01

    14/21

     

    Tabel 9. 10 Jenis sampah dari aktivitas yang ada di Pelabuhan Serasan.

    No. Jenis Kegiatan Sumber Pencemaran Jenis/Limbah Pencemaran

    • 

    Kegiatan pengoperasian kapal   • 

    Sludge minyak dan residu

    •  Kegiatan pembersihan kapal   •  Minyak pelumas bekas

    •  Kebocoran atau tumpahan

    • 

    Pembuangan limbah

    • 

    Buangan sampah, kotoran manusia

    yang berada di kapal

    • 

    Limbah cair perikanan   • 

     Air limbah

    • 

    Kotoran (sawage)

    • 

    Padatan/sampah domestik (kaleng, plastik,

    kayu, besi dll)

    • 

     Air limbah domestik

    • 

    Padatan sampah ke laut

    • 

    Sampah (garbage) seperti semua jenis sisa

    makanan, bahan buangan domestik (kertas,

    plastik, barang-barang sintetis dll)

    1. Kegiatan Pelayaran

    2. Kegiatan Nelayan

    3.Kegiatan disekitar seperti

    perdagangan(kantin-kantin kecil)

     

    Sumber : Hasil Observasi, 2015

    9.3 ANALISA SUMBER DAMPAK & RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

    Berdasarkan rona lingkungan awal wilayah Pelabuhan Subi dan Serasan dan rencana pembangunan

    baik fasilitas darat maupun laut hal ini akan memberikan dampak bagi lingkungan sekitarnya. Maka hal

    tersebut perlu diminimalisir agar aktivitas pembangunan tetap sejalan dengan upaya kelestarian

    lingkungan. Dengan mengidentifikasi sumber dampak serta rencana pengelolaannya. Untuk lebih jelas

    dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

    Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau  Draft Laporan Akhir 9-14 

  • 8/17/2019 09 BAB IX Kajian Rona Awal Lingkungan Rev01

    15/21

     

    Tabel 9. 11 Sumber dampak dan rencana pengelolaan dampak lingkungan akibat pembangunan Pelabuhan Subi dan Serasan.

    Lokasi Periode Pelaksana Pengawas Laporan

    PRA KONSTRUKSI

    Persepsi Negatif

    Masyarakat

    Gangguan Kawasan

    konservasi

    ada/tidaknya penolakan

    masyarakat

    menghindari terjadinya konflik

    dan penolakan m asyarakat

    Pengembangan kawasan sesuai dengan

    peruntukan dalam RTRW dan aspirasi

    masyarakat

    kelurahan/desa

    sekitar 

    1x ketika

    pembebasan

    lahan

    Pelabuhan Subi

    dan Serasan

    Pemerintah

    Kabupaten Natuna

    *Pemprov Kepri *

    BLHD Kabupaten

    Natuna

    KONSTRUKSI

    Kerusakan JalanLalu lintas kendaraan

    beratJalan rusak

    Memelihara kualitas jalan

    umum

    memperbaiki jalan yang rusak akibat

    mobilisasi alat berat dan pengangkutan

    material

    sepanjang

    lintasan

    1x setelah selesai

    konstruksi

    Pelabuhan Subi

    dan Serasan

    DLLAJ Kabupaten

    Natuna

    *Pemprov Kepri *

    BLHD Kabupaten

    Natuna

    Penurunan Kualitas

    Udara

    emisi gas buang dan

    penyebaran debuBaku mutu Ambient

    meminimalkan penyebaran

    debu dan emisi gas buang

    menutup kendaraan pengangkut material

    yang berpotensi menyebarkan debu

    sepanjang

    lintasan

    selama kegiatan

    konstruksi

    Pelabuhan Subi

    dan Serasan

    Pemerintah

    Kabupaten Natuna

    *Pemprov Kepri *

    BLHD Kabupaten

    Natuna

    Penyerapan Tenaga

    Kerja

    kebutuhan tenaga

    konstruksi

    Jumlah tenaga local

    yang terlibat

    Memaksimalkan penyerapan

    tenaga kerja lokal

    menginformasikan kebutuhan tenaga lokal di

    setiap kelurahan sekitar pelabuhan

    kelurahan/desa

    sekitar 

    2x per tahun

    selama konstruksi

    Pelabuhan Subi

    dan Serasan

    Pemerintah

    Kabupaten Natuna

    *Pemprov Kepri *

    BLHD Kabupaten

    Natuna

     Adanya Peluang

    Usaha

    kebutuhan thidup

    pekerja

    Jumlah pelaku usaha

    lokal yang terlibat

    memaksimalkan keterlibatan

    penduduk lokal untuk berusaha

    sebagai pendukung

    memfasilitasi dan m emberi prioritas kepada

    penduduk lokal untuk berusaha di bidang

     jasa pe ndukung kegia tan konstruks i

    kelurahan/desa

    sekitar 

    2x per tahun

    selama konstruksi

    Pelabuhan Subi

    dan Serasan

    Pemerintah

    Kabupaten Natuna

    *Pemprov Kepri *

    BLHD Kabupaten

    Natuna

    OPERASI

    Kerusakan JalanLalulintas kendaraan

    beratJalan rusak

    Memelihara kualitas ja;an

    umum

    mewajibkan kendaraan yang terlibat dalam

    operasi pelabuhan m ematuhi aturan tentang

    emisi jalan maskimal

    sekitar pintu

    gerbang

    pelabuhan

    selama operasiPelabuhan Subi

    dan Serasan

    PU Kabupaten

    Natuna*Pemprov Kepri

    Penurunan Kualitas

    Udara

    emisi gas buang

    kendaraanBaku mutu Ambient

    meminimalkan penyebaran

    emisi gas buang

    mewajibkan kendaraan yang terlibat dalam

    operasi pelabuhan m ematuhi aturan tentang

    emisi gas buang kendaraan

    sekitar pintu

    gerbang

    pelabuhan

    selama operasiPelabuhan Subi

    dan Serasan

    Pemerintah

    Kabupaten Natuna

    *Pemprov Kepri *

    BLHD Kabupaten

    Natuna

    Penurunan Kualitas

     Air 

    ceceran oli dan

    sampah

    PermenLH No. 51/2004

    Lampiran 1

    menjaga kebersihan/mutu air

    laut di kolam pelabuhan

    membuat larangan pembuangan sampah

    dan oli bekas ke lautkolam pelabuhan selama operasi

    Pelabuhan Subi

    dan Serasan

    Pemerintah

    Kabupaten Natuna

    *Pemprov Kepri *

    BLHD Kabupaten

    Natuna

    Sampah Domestikkegiatan manusia

    dipelabuhanTimbulan sampah

    kawasan darat dan perairan

    pelabuhan bebas dari

    sebagaran sampah

    menyediakan bak bak sampah di setiap

    sudut kawasan dan dekat tambatan kapal,

    menerapkan larangan pembuangan sampah

    ke perairan

    kawasan

    pelabuhan dan

    kolam pelabuhan

    selama operasiPelabuhan Subi

    dan Serasan

    Pemerintah

    Kabupaten Natuna

    *Pemprov Kepri *

    BLHD Kabupaten

    Natuna

    Penyerapan Tenaga

    Kerja

    kebutuhan tenaga

    operasi bongkar

    muat

    Jumlah Tenaga lokal

    yang terlibat

    Memaksimalkan penyerapan

    tenaga kerja lokal

    menginformasikan kebutuhan tenaga lokal di

    setiap kelurahan sekitar pelabuhan

    kelurahan/desa

    sekitar 1x per tahun

    Pelabuhan Subi

    dan Serasan

    Pemerintah

    Kabupaten Natuna

    *Pemprov Kepri *

    BLHD Kabupaten

    Natuna

     Adanya Peluang

    Usaha

    kebutuhan pekerja

    dan penunjang

    pelabuhan

    Jumlah pelaku usaha

    lokal yang terlibat

    memaksimalkan keterlibatan

    penduduk lokal untuk berusaha

    sebagai pendukung

    memfasilitasi dan m emberi priroritas kepada

    penduduk lokal untuk berusaha di bidang

     jasa pe ndukung pela buhan

    kelurahan/desa

    sekitar 1x per tahun

    Pelabuhan Subi

    dan Serasan

    Pemerintah

    Kabupaten Natuna

    *Pemprov Kepri *

    BLHD Kabupaten

    Natuna

     Apresiasi Pos itif

    Masyarakat

    adanya manfaatn

    pelabuhan

    Jumlah konflik dengan

    masyarakat

    menghindari terjadinya konflik

    dan penolakan m asyarakat

    Pengembangan kawasan sesuai dengan

    peruntukan dalam RTRW dan aspirasi

    masyarakat

    kelurahan/desa

    sekitar 1x per 3 tahun

    Pelabuhan Subi

    dan Serasan

    Pemerintah

    Kabupaten Natuna

    *Pemprov Kepri *

    BLHD Kabupaten

    Natuna

    Pengembangan

    Wilayah

    kegiatan ekonomi

    pendukung

    pelabuhan

    Peningkatan

    Infrastruktur wilayah

    memaksimalkan pengaruh

    positif pelabuhan terhadap

    masyarakat

    berpartisipasi dalam pembangunan

    insfrastruktur di masyarakat sekitar

    pelabuhan

    kelurahan/desa

    sekitar 1x tahun

    Pelabuhan Subi

    dan Serasan

    Pemerintah

    Kabupaten Natuna

    *Pemprov Kepri *

    BLHD Kabupaten

    Natuna

    Pengelolaan Lingk ungan Ins tit us i Pengelolaan Lingk unganJen is Da mp ak S um be r Da mp ak To lo k Ukur Da mp akTujuan Pengelolaan

    LingkunganRencana Pengelolaan Lingkungan

    Sumber : Hasil Analisis, 2015

    Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau   Draft Laporan Akhir 9-15 

  • 8/17/2019 09 BAB IX Kajian Rona Awal Lingkungan Rev01

    16/21

     

    9.4 PENERAPAN KONSEP LINGKUNGAN PADA RENCANA PENGEMBANGAN PELABUHAN 

    Berdasarkan analisis rona lingkungan awal operasional pelabuhan dapat membawa dampak terhadap

    lingkungan laut khususnya dampak terhadap perubahan komponen fisik, kimia, biologi, sosial ekonomi,

    dan kesehatan masyarakat. Tak dipungkiri, aktivitas di pelabuhan juga memberikan dampak kepada

    pemanfaatan sumber daya alam berupa ruang lahan, perairan, dan udara yang akan tercemar oleh

    polusi air buangan dan polusi udara hasil dari bahan bakar laut, serta aktivitas lainnya yang berada di

    pelabuhan.

    Penerapan prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam konteks kegiatan pelabuhan adalah upaya

    menciptakan pelabuhan yang berwawasan lingkungan dengan melaksanakan “program Green Port”

    pada seluruh pelabuhan. Dalam program ini mempunyai visi untuk tercapainya kelestarian fungsi

    lingkungan pelabuhan, sehingga terjadi hubungan yang serasi, seimbang, selaras anatara manusia

    dan lingkungannya yang dapat mendukung pembangunan berkelanjutan serta berwawasanlingkungan.

    Dalam pencapaian pelabuhan ramah lingkungan tahapan-tahapan dan usulan tindak lanjut

    pelaksanaan program green port dapat diuraikan sebagai berikut:

     A. Jangka Pendek

     A.1 Kegiatan Non Struktural

    1. Pelatihan Pemahaman Pengelolaan Lingkungan

    Ketersediaan SDM yang faham akan pengelolaan lingkungan kurang sehingga diperlukan

    pelatihan pemahaman tentang lingkungan dasar, SML ISO 14001, Penanganan B3,

    Penanganan Limbah B3, HSE Supervisor. Serta penyuluhan kepada Masyarakat tentang

    upaya pengelolaan lingkungan.

    2. Perencanaan dan Implementasi Green Office

    Teknis penghematan energi listrik untuk sistem pencahayaan dapat dilakukan sebagai berikut:

    a. Gunakan lampu hemat listrik, kondensor pada lampu TL (Neon), saklar otomatis untuk

    lampu taman, koridor, teras, serta satu saklar untuk satu lampu.

    b. Kurangi penggunaan lampu assesoris dan manfaatkan cahaya alami (matahari) pada

    siang hari.

    c. Bersihkan lampu dan ruang lampu jika kotor atau berdebu agar tidak menghalangi

    cahaya lampu.

    d. Buka tirai jendela secukupnya sehingga tingkat cahaya memadai untuk melakukan

    kegiatan pekerjaan.

    e. Matikan penerangan pada ruangan dan pantry jika tidak dipergunakan atau jika akan

    meninggalkan ruangan dalam waktu cukup lama.

    f. Nyalakan lampu kamar mandi secukupnya.

    Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau 

  • 8/17/2019 09 BAB IX Kajian Rona Awal Lingkungan Rev01

    17/21

     

    Teknis penghematan energi listrik untuk sistem tata udara dapat dilakukan sebagai berikut:

    a. Matikan AC dan kipas angin jika tidak dipergunakan.

    b. Gunakan timer untuk mengatur pemakaian AC dan kipas angin agar sesuai kebutuhan.

    c. Atur suhu ruangan-ber AC pada suhu antara 25-27 derajat celcius dan kecepatan kipas

    angin sesuai kebutuhan

    d. Tutup pintu dan jendela jika AC sedang menyala serta menghindarkan AC terkena

    langsung sinar matahari.

    e. Gunakan kaca film pada jendela ruangan.

     A2. Keg iatan Struk tural

    1. Perencanaan dan Optimalisasi Ruang terbuka Hijau

    Salah satu kunci untuk mengoptimalkan fungsi ekologis RTH adalah pemilihan jenis tumbuhan

    yang akan ditanam. Dengan memilih jenis tumbuhan yang tepat dan lebih menekankan pada aspek

    ekologis, tidak berarti akan mengabaikan fungsi estetika atau sosial dari RTH. Jika aspek ekologis

    yang lebih ditekankan maka jenis tumbuhan yang ditanam di satu kawasan dengan kawasan lain

    kemungkinan akan berbeda. Daerah pantai atau kawasan pesisir dapat memilih beberapa jenis

    vegetasi mangrove seperti bakau (Rhizophora sp), Api-api ( Avicennia sp), Pedada (Sonneratia sp)

    dan Tanjang (Bruguiera sp). Pohon-pohon ini terbukti mampu tumbuh dengan baik di daerah pesisir

    yang dipengaruhi air laut atau kondisi air tanahnya payau. Fungsi RTH di wilayah pesisir ini sangat

    penting, yaitu mencegah terjadinya abrasi (erosi pantai) dan intrusi air laut.

    2. Perencanaan dan implementasi Sistem Drainase dan Sistem Penyaluran Air Buangan

    Perencanaan pembuatan sumur resapan/bidang resapan untuk mencegah banjir. Begitu Pun

    sistem sanitasi seperti rencana pembuatan septic tank dan sistem sanitasi lainnya, karena sebagian

    besar berhubungan dengan limbah, maka perlu diusahakan juga saluran yang benar-benar sehat

    agar nantinya dapat diolah di IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dan output-nya memenuhi

    standar baku air.

    B. Jangka Menengah

    B1. Kegiatan Non Struktural

    1. Efisiensi Penggunaan Air

    a. Mengoptimalkan pengunaan air dengan memanfaatkan jaringan pipa yang sudah

    disediakan pihak PDAM untuk memenuhi kebutuhan air bersih khusus pelabuhan

    b. Gunakan air sesuai kebutuhan, memanfaatkan air tanah sebagai cadangan, dan mendaur

    ulang air buangan untuk keperluan non konsumtif

    c. Matikan kran, shower, penggelontor otomatis bila tidak digunakan dan menggantinya bila

    peralatan tersebut sudah tidak dapat bekerja dengan baik

    d. Rawat peralatan pipa air kran dan penampungan air dengan baik

    Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau  Draft Laporan Akhir 9-17 

  • 8/17/2019 09 BAB IX Kajian Rona Awal Lingkungan Rev01

    18/21

     

    2. Rekruitmen Tenaga Kerja

    Pelaksanaan rekruitmen tenaga kerja masyarakat lokal sesuai dengan tingkat pendidikan

    masing-masing.

    3. Menyediakan Perlengkapan K3

    Untuk meminimalisir adanya kecelakaan kerja di tempat kerja khususnya di area Pelabuhan

    Subi dan Serasan perlu disiapkan peralatan K3, seperti masker dan rubber boot.

    B2. Kegiatan Struktural

    1. Perencanaan Pembuatan Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS)

    Dengan diminimalisirnya jumlah sampah di hulu dengan perencanaan membuat TPS (Tempat

    Penampungan Sementara), maka diharapkan dapat memperpanjang usia sarana

    persampahan, memperpanjang umur TPA serta meminimasi pencemaran di kawasan TPA.

    2. Perencanaan Perbaikan Jalan

    Salah satu upaya untuk mengurangi debu yaitu dengan memperbaiki jaringan jalan dengan

    pengaspalan atau konstruksi beton serta penyiraman pada daerah berdebu.

    C. Jangka Panjang

    C1. Non Struktural

    1.Perencanaan Penggunaan Teknologi yang Ramah Lingkungan

    Pada periode jangka panjang diharapkan teknologi yang digunakan di kawasan pelabuhan

    sudah menggunakan teknologi yang ramah lingkungan. Misalnya listrik tenaga surya, listrik

    tenaga air, atau Plastik tapioka ramah lingkungan. Ecoplas atau biobag merupakan tas ramah

    lingkungan yang terbuat dari kombinasi tepung singkong (tapioka) dan polimer sintetik.

    Kandungan tepung singkong yang ada dalam ecoplas mendorong mikroorganisme tanah untuk

    mengurai sampah plastik tersebut sampai hancur, sehingga tidak menimbulkan pencemaran

    bagi tanah, air, laut, maupun udara seperti halnya yang disebabkan oleh kantong plastik

    biasanya.

    C2. Struktural

    1. Perencanaan dan Implementasi Pengelolaan Sampah.

    Pelaksanaan pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

    a) Pengelolaan sampah di pelabuhan berusaha mencari terobosan, salah satunya dengan

    mengembangkan proses 4 R (recycling, reduce, reuse dan replace). Operasional pengelolaan

    sampah secara terpadu antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut (Modul

    Pelatihan Teknologi Tepat Guna dan Manajemen Persampahan, Puslitbang Permukiman,

    2002) :

    Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau  Draft Laporan Akhir 9-18 

  • 8/17/2019 09 BAB IX Kajian Rona Awal Lingkungan Rev01

    19/21

     

    1. Pengomposan, yang dapat berupa : (a) Pengomposan sampah skala rumah tangga (1 kk

    dan 10 kk). Prinsip kerja pengomposan skala rumah tangga adalah pengomposan sampah

    dapur secara aerobik dengan bantuan bakteri yang ada dalam sampah dan tanah. (b)

    Pengomposan skala lingkungan. Prinsip kerjanya adalah pengolahan sampah rumah

    tangga skala lingkungan (± 3500 orang) atau sampah organik pasar dengan penumpukan

    sampah di atas permukaan tanah dengan bantuan mikroorganisme yang ada dalam

    sampah.

    2. Daur ulang sampah, Sampah organik (kertas) dan sampah anorganik (plastik, kaca, logam

    dan lain-lain) dapat didaur ulang oleh para pemulung atau kelompok masyarakat.

    3. Incinerator (pembakaran sampah), Incenerator adalah sistem pembakaran sampah yang

    bersumber dari pabrik, rumah sakit, kantor maupun lingkungan permukiman. Pemakaian

    kembali sampah. Dengan memanfaatkan kembali kaleng / botol bekas menjadi wadah

    baru yang bermanfaat dan mengembangkan model isi ulang seperti minyak, shampoo,

    cairan pembersih dll.

    b) Untuk mendukung proses pengolahan sampah terpadu ini diharapkan dapat menyediakan

    tempat dan peralatan dan tempat untuk proses pengomposan dan daur ulang sampah.

    Sehingga dapat dapat bernilai ekonomi.

    Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau  Draft Laporan Akhir 9-19 

  • 8/17/2019 09 BAB IX Kajian Rona Awal Lingkungan Rev01

    20/21

     

    TABLE OF CONTENTS

    Kajian Rona Awal Lingkungan ................................................................................................................ 1 

    9.1  POKOK KAJIAN TERHADAP LINGKUNGAN ............................................................................. 1 

    9.2 

    RONA LINGKUNGAN AWAL...................................................................................................... 2 

    9.2.1  Keadaan Iklim, Topografi dan Geologi ................................................................................. 2 

    9.2.2  Komponen Fisika dan Kimia ................................................................................................ 3 

    9.2.3  Komponen Biologi ................................................................................................................ 6 

    9.2.4  Komponen Sosial, Ekonomi dan Kesehatan ........................................................................ 7 

    9.2.5  Kondisi Sarana dan Prasarana .......................................................................................... 10 

    9.3 

     ANALISA SUMBER DAMPAK & RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN ......................... 14 

    9.4  PENERAPAN KONSEP LINGKUNGAN PADA RENCANA PENGEMBANGAN PELABUHAN ....................... 16 

    Gambar 9. 1 Kualitas air laut secara fisik dilokasi Pelabuhan Subi. ........................................................... 5 

    Gambar 9. 2 Kualitas air laut Pelabuhan Serasan secara fisik. .................................................................. 6 

    Gambar 9. 3 Kondisi jalan perkampungan menuju wilayah pelabuhan. ................................................... 10 

    Gambar 9. 4 Kondisi jalan perkampungan di Subi Besar menuju wilayah pelabuhan. ............................. 10 

    Gambar 9. 5 Akses jalan menuju Pelabuhan Serasan. ............................................................................ 11 

    Gambar 9. 6 Akses jalan menuju dermaga di area pelabuhan. ................................................................ 11 

    Tabel 9. 1 Keadaan Geografis dan Topografis Kecamatan Serasan dan Kecamatan Subi. ....................... 3 

    Tabel 9. 2 Kualitas air pesisir Kepulauan Natuna. ...................................................................................... 4 

    Tabel 9. 3 Jenis tumbuhan yang ditemukan dan dicatat pada lokasi Pelabuhan Subi. ............................... 6 

    Tabel 9. 4 Jenis tumbuhan yang ditemukan dan dicatat pada lokasi Pelabuhan Serasan. ......................... 6 

    Tabel 9. 5 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin. ........................................................................... 7 

    Tabel 9. 6 Fasilitas pendidikan, jumlah sekolah, guru & murid Kecamatan Subi dan Kecamatan Serasan.

     ............................................................................................................................................................ 8 

    Tabel 9. 7 Sepuluh penyakit terbesar menurut kunjungan puskesmas di Kabupaten Natuna, Tahun 2012.

     ............................................................................................................................................................ 9 

    Tabel 9. 8 Sistem penyediaan air minum dan perpipaan Kabupaten Natuna. .......................................... 12 

    Tabel 9. 9 Fasilitas air limbah yang ada di Kecamatan Subi dan Kecamatan Serasan. ........................... 13 

    Tabel 9. 10 Jenis sampah dari aktivitas yang ada di Pelabuhan Serasan. ............................................... 14 

    Penyusunan RIP Subi dan Serasan Provinsi Kepulauan Riau  Draft Laporan Akhir 9-20 

  • 8/17/2019 09 BAB IX Kajian Rona Awal Lingkungan Rev01

    21/21

     

    Tabel 9. 11  Sumber dampak dan rencana pengelolaan dampak lingkungan akibat pembangunan

    Pelabuhan Subi dan Serasan. .......................................................................................................... 15