2.2 Rona lingkungan.docx

27
2.2 Deskripsi Rona Lingkungan Hidup Rona lingkungan hidup menggambarkan komponen-komponen lingkungan hidup yang berpotensi terkena dampak dari rencana usaha dan/atau kegiatan di wilayah studi rencana usaha dan/atau kegiatan. Rona lingkungan awal juga merupakan langkah awal pada studi AMDAL. Faktor-faktor yang dipertimbangkan adalah fisik, kimia, biologi, budaya, sosial-ekonomi, dan masyarakat. Tidak semua rona lingkungan awal perlu dicari datanya, hanya yang berhubungan dengan proyek yang akan dicari datanya. Pengumpulan data dapat berupa data primer dan sekunder dengan mempertimbangkan waktu, tenaga dan biaya. Tujuan dari rona awal sendiri adalah untuk Mengidentifikasi faktor lingkungan penting, membuat suatu daftar tentang perubahan lingkungan kritis, prediksi dan penilaian. Rona lingkungan yang dibahas mencakup komponen-komponen lingkungan hidup yang berkaitan dengan, atau berpotensi terkena dampak penting dan uraian usaha dan/atau kegiatan yang ada di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan. Adapun komponen-komponen lingkungan hidup yang berkaitan dengan, atau berpotensi terkena dampak pentingmeliputi komponen geo- fisik-kimia, biologi, sosio-ekonomi-budaya, dan komponen kesehatan masyarakat. 2.2.1 Lokasi Proyek dan Akses Masuk Lokasi proyek berada di 6°56'13.9 LS 107°41'28.7 BT, tepatnya di Jalan Rancanumpang. Bagian utara dibatasi oleh Jalan Soekarno Hatta, bagian selatan dibatasi oleh Jalan Tol Padaleunyi, bagian barat dibatasi oleh Jalan Gedebage, dan bagian timur dibatasi oleh Jalan Cimencrang.. Akses jalan untuk proyek yang akan berlangsung melibatkan Jalan Tol Padaleunyi dengan pertimbangan lokasinya paling dekat dengan proyek ditunjukkan pada Gambar 2.1. Akses masuk proyek melewati Jalan Tol Padaleunyi menuju Jalan Gedebage dirancang supaya tidak mengganggu lalu lintas jalan arteri yaitu

Transcript of 2.2 Rona lingkungan.docx

2.2 Deskripsi Rona Lingkungan Hidup

Rona lingkungan hidup menggambarkan komponen-komponen lingkungan hidup yang berpotensi terkena dampak dari rencana usaha dan/atau kegiatan di wilayah studi rencana usaha dan/atau kegiatan. Rona lingkungan awal juga merupakan langkah awal pada studi AMDAL. Faktor-faktor yang dipertimbangkan adalah fisik, kimia, biologi, budaya, sosial-ekonomi, dan masyarakat.

Tidak semua rona lingkungan awal perlu dicari datanya, hanya yang berhubungan dengan proyek yang akan dicari datanya. Pengumpulan data dapat berupa data primer dan sekunder dengan mempertimbangkan waktu, tenaga dan biaya. Tujuan dari rona awal sendiri adalah untuk Mengidentifikasi faktor lingkungan penting, membuat suatu daftar tentang perubahan lingkungan kritis, prediksi dan penilaian. Rona lingkungan yang dibahas mencakup komponen-komponen lingkungan hidup yang berkaitan dengan, atau berpotensi terkena dampak penting dan uraian usaha dan/atau kegiatan yang ada di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan. Adapun komponen-komponen lingkungan hidup yang berkaitan dengan, atau berpotensi terkena dampak pentingmeliputi komponen geo-fisik-kimia, biologi, sosio-ekonomi-budaya, dan komponen kesehatan masyarakat.

2.2.1 Lokasi Proyek dan Akses MasukLokasi proyek berada di 6°56'13.9 LS 107°41'28.7 BT, tepatnya di Jalan Rancanumpang. Bagian utara dibatasi oleh Jalan Soekarno Hatta, bagian selatan dibatasi oleh Jalan Tol Padaleunyi, bagian barat dibatasi oleh Jalan Gedebage, dan bagian timur dibatasi oleh Jalan Cimencrang.. Akses jalan untuk proyek yang akan berlangsung melibatkan Jalan Tol Padaleunyi dengan pertimbangan lokasinya paling dekat dengan proyek ditunjukkan pada Gambar 2.1. Akses masuk proyek melewati Jalan Tol Padaleunyi menuju Jalan Gedebage dirancang supaya tidak mengganggu lalu lintas jalan arteri yaitu Jalan Soekarno Hatta dan permukiman penduduk yang berada di sekitar Jalan Gedebage.

Gambar 2.1 Akses Masuk Proyek

2.2.2 Data Lingkungan FisikData lingkungan fisik terdiri dari data iklim, kualitas udara dan kebisingan, kualitas air permukaan, topografi, kemiringan, dan struktur tanah.

1. IklimCurah hujan wilayah Gedebage ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Curah Hujan Wilayah Gedebage

BulanHujan Kelembaban

(%)Penyinaran Matahari

(%)mm hariJanuari 18.3 27.7 82.3 41.7Februari 18.2 28.4 80.4 55Maret 18 28.6 81.9 52.8April 17.9 28.8 83 55.6Mei 17.5 28.6 80.4 59.5Juni 17.5 28.6 78.5 62.6Juli 16.2 28.3 76.6 68.2Agustus 16.1 28.6 72.6 74September 16.9 28.9 76.1 57.5Oktober 17 29.3 73.9 62.4November 17.8 28.9 80.4 48.6Desember 17.8 28.4 81.6 49

Sumber: Kompilasi Data Rencana Detail Tata Ruang Kota, Meteorologi dan Geofisika (2006)

Iklim yang terbentuk di Wilayah Gedebage tidak jauh berbeda dengan iklim wilayah lainnya yang berada di Kota Bandung. Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh pegunungan di sekitarnya sehingga cuaca yang terbentuk sejuk dan lembab. Temperatur rata-rata yaitu 23,40C dan mencapai suhu tertinggi pada bulan september yaitu 30,90C. Sedangkan rata-rata curah hujan di Kota Bandung pada tahun 2012 adalah 209,23 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 18 hari per bulan. Iklim Kota Bandung ditunjukkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Iklim Kota Bandung

Tekanan Udara 923.1 mbKelembaban Nisbi 76%Temperatur 23.4 CCurah Hujan 209.23 mmHari Hujan 18 hari

Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Bandung

Arah dan kecepatan angin yang berhembus di daerah Gedebage akan mempengaruhi

penyebaran debu yang dihasilkan oleh pembangunan terminal terpadu Gedebage.

Arah angin dominan bertiup dari arah Barat menuju ke Timur Laut, dengan kecepatan

angin berkisar antara 0,2 – 1,5 m/s. Kecepatan angin tertera pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Arah Kecapatan Angin

2. Kualitas Udara dan KebisinganKualitas udara ditentukan oleh tingkat pencemaran udara, semakin tinggi tingkat pencemaran semakin rendah kualitas udara tersebut dan sebaliknya semakin rendah tingkat pencemaran udara semakin tinggi kualitas udara tersebut. Zat-zat pencemar udara dapat dikelompokkan menjadi parameter gas parameter partikulat/debu, dan parameter kebisingan. Kualitas udara untuk masing-masing parameter berdasarkan perhitungan laju pertumbuhan penduduk dan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup kota Bandung tahun 2006 untuk parameter gas tertera pada Gambar 2.3 sampai 2.7 dan parameter partikulat/debu tertera pada Gambar 2.8 dan 2.9. Titik pengukuran parameter kualitas udara dan kebisingan terdapat pada Gambar 2.1. Pengambilan sampel dilakukan di empat titik yaitu Jalan Hasan (1), Komplek Panyileukan (2), Komplek Griya Cempaka Arum (3), dan Komplek Adipura. Lokasi dipilih berdasarkan pertimbangan arah angin dan banyaknya reseptor di lokasi. Adapun metode analisis parameter kualitas udara terdapat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Metode Pengujian Parameter Kualitas Udara

Parameter Metode Analisis PeralatanSO2 Pararosanilin SpektrofotometerCO NDIR NDIR AnalyzerNO2 Saltzman SpektrofotometerO3 Chemiluminescent SpektrofotometerHC Flame Ionization Gas ChromatografiSPM Gravimetric Hi-VolPb Gravimetric Hi-Vol

2005 2006 2007 2008 2009 2010 20110

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

BMLJalan Hasan (1)Komplek Panyileukan (2)Komplek Griya Cempaka Arum(3)Komplek Adipura (4)

Gambar 2.3 Parameter Kualitas Udara CO

2005 2006 2007 2008 2009 2010 20110

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

BMLJalan Hasan (1)Komplek Panyileukan (2)Komplek Griya Cempaka Arum(3)Komplek Adipura (4)

Gambar 2.4 Parameter Kualitas Udara SO2

2005 2006 2007 2008 2009 2010 20110

20

40

60

80

100

120

140

160

180

BMLJalan Hasan (1)Komplek Panyileukan (2)Komplek Griya Cempaka Arum(3)Komplek Adipura (4)

Gambar 2.5 Parameter Kualitas Udara HC

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011300

320

340

360

380

400

420

BMLJalan Hasan (1)Komplek Panyileukan (2)Komplek Griya Cempaka Arum(3)Komplek Adipura (4)

Gambar 2.6 Parameter Kualitas Udara NO2

2005 2006 2007 2008 2009 2010 20110

50

100

150

200

250

BMLJalan Hasan (1)Komplek Panyileukan (2)Komplek Griya Cempaka Arum(3)Komplek Adipura (4)

Gambar 2.7 Parameter Kualitas Udara O3

2005 2006 2007 2008 2009 2010 20110

0.5

1

1.5

2

2.5

Baku MutuJalan Hasan (1)Komplek Panyileukan (2)Komplek Griya Cempaka Arum(3)Komplek Adipura (4)

Gambar 2.8 Parameter Kualitas Partikulat Pb

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011120

125

130

135

140

145

150

155

Baku MutuJalan Hasan (1)Komplek Panyileukan (2)Komplek Griya Cempaka Arum(3)Komplek Adipura (4)

Gambar 2.9 Parameter Kualitas Partikulat SPM

Faktor lain yang perlu diperhatikan untuk memperoleh kenyamanan dan kesehatan penghuni perumahan adalah tingkat kebisingan. Data hasil pengukuran tingkat kebisingan tertera pada Gambar 2.10.

2005 2006 2007 2008 2009 2010 20110

10

20

30

40

50

60

Baku Mutu

Jalan Hasan (1)

Komplek Panyileukan (2)

Komplek Griya Cempaka Arum(3)

Komplek Adipura (4)

Gambar 2.10 Tingkat KebisinganSumber: BPLH Kota Bandung (2006)

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Sumber kebisingan di sekitar lokasi rencana pembangunan terminal berasal dari kendaraan yang lalu lalang seperti sepeda motor, angkot, sedan, truk, pick up, bus, pembangunan gedung dan rel, dan banyak kegiatan lainnya.

3. Kualitas Air Permukaan

Hidrologi air permukaan yang terdapat di Wilayah Gedebage terbagi atas air tanah dangkal (bebas) dan air tanah dalam. Air tanah dangkal (bebas) berupa sumur pantek dan sumur gali, dimana ketersediaan dan kualitas airnya relatif baik, karena dapat diperoleh pada kedalaman kurang dari 5 – 10 meter dari permukaan. Sedangkan kondisi air tanah dalam secara umum mengikuti pola air tanah cekungan Bandung secara keseluruhan, yakni arah aliran air bertekanan ke selatan dengan kedalaman akuifer terbagi dalam 3 kelompok, yaitu :

• Kurang dari 40 m.• Antara 40 – 150 m.• Lebih dari 150 m.

Bentuk akuifer berupa pasir tufa setempat dengan debit air antara 2 liter/detik hingga 10 liter/detik dan kualitas umumnya sedang. Pada kawasan perencanaan terdapat beberapa sungai yang melaluinya diantaranya: Sungai Cipamokolan, Sungai Cidurian, Sungai Cikapundung, dan Sungai Cikapundung Kolot. Sungai-sungai ini umumnya kering pada musim kemarau, namun pada musim hujan pada beberapa sungai sering terjadi banjir. Kualitas air sungai ditunjukkan pada Tabel 2.4. Pengambilan sampel dilakukan di dua titik Sungai Cinambo dengan pertimbangan sungai tersebut melewati proyek. Titik pertama berada di bagian hulu dimana terdapat kawasan industri tekstil dan bangunan. Titik kedua berada di hilir yang merupakan perumahan penduduk. Penentuan titik ini berpengaruh terhadap kualitas air yang dihasilkan.

Tabel 2.4 Data Kualitas Air Sungai

Sumber: BPLH Kota Bandung

(2006)

4. Topografi Lahan

Wilayah Gedebage terdiri dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Buahbatu, Kecamatan Rancasari dan Kecamatan Gedebage. Masing-masing kecamatan memiliki topografi masing-masing. Secara topografi Kecamatan Buahbatu berada di ±700 meter diatas permukaan laut. Kecamatan Buahbatu terletak di bagian selatan Kota Bandung yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bandung. Kecamatan Buahbatu memiliki fungsi yaitu pemukiman. Secara topografi Kecamatan Rancasari berada di ±700 meter diatas permukaan laut. Sedangkan Kecamatan Gedebage berada di dataran rendah dengan ketinggian tanah ±627 meter diatas permukaan laut.

5. Kemiringan TanahKemiringan lahan sebagai bentuk alami permukaan tanah, merupakan salah satu faktor dalam penentuan kemampuan tanah untuk menampung kegiatan-kegiatan di atasnya. Kemiringan lahan antara 2 – 5 % merupakan kemiringan yang sangat

Parameter Satuan Kualitas Titik (1)

Kualitas Titik (2)

Baku Mutu Lingkungan

Kelas IIIFISIKA

Temperatur C 22.6 25 Deviasi 3Zat terlarut mg/l 224 442 1000

Zat tersuspensi mg/l 40 336 400

KIMIAAmoniak

Totalmg/l

NH3-N 0.025 0.68 -

Detergen ug/l 90 40 200Fenol ug/l 2 1 1

Fosfat Total ug/l PO4-P 0.05 0.05 1

BOD mg/l 16.78 14.21 6COD mg/l 102.11 56.43 50

Minyak-lemak ug/l 1000 1000 1000

Nitrat mg/l NO3-N 1.11 1.07 20

Nitrit mg/l NO2-N 0.05 0.05 0.06

DO mg/l O2 2.66 3.03 3Ph - 7.35 7.4 6-9

Air raksa mg/l Hg 0.0002 0.0002 0.002Sianida mg/l 0.01 0.01 0.02Khlorin mg/l 0.02 0.02 0.03Sulfida mg/l 0.17 0.013 0.002

BIOLOGI

Koli tinja Jml./100 ml 7000 3000 2000

Koli total Jml./100 ml 11000 5000 10000

dominan di lokasi wilayah perencanaan, dimana kondisi semacam ini merupakan kendala bagi saluran drainase kota. Untuk itu perlu penanganan khusus bagi Wilayah Gedebage yang rawan terhadap banjir terutama pada saat musim hujan.

6. Struktur TanahKawasan Gedebage terletak pada daerah dengan kondisi tanah berupa lapisan tanah lunak sangat tebal dan terletak pada cekungan danau purba Bandung yang mempengaruhi besarnya respon gempa dipermukaan tanah. Berdasarkan SNI-03-1726-2002 dan Uniform Building Code, tanah di kawasan Gedebage diklasifikasikan dalam kelas SE (tanah lunak) dan SF (tanah khusus) sehingga memerlukan evaluasi respons gempa lokal. Adapun sebaran batuan dan tanah di wilayah perencanaan terdiri dari: lempung lanauan, lapisan gambut, lapisan pasir dan lempung berpasir. Sedangkan Jenis tanah di wilayah ini berupa tanah alluvial sehingga membutuhkan kontruksi yang spesifik dan khusus untuk bangunan berat dan tinggi.

2.2.3 Ekologi

1. Keanekaragaman FaunaBerbagai spesies kelompok fauna yang dapat ditemui di kawasan Gedebage adalah sebagai berikut Bubalus bubalis (kerbau) dari taksa mamalia. Taksa insekta terdapat Dissosteira carolina (belalang, Neurothenis sp. (capung) dan Gryllus asimilis (jangkrik). Taksa amfibi Fejervarya cancrivora (katak sawah) dan dari taksa pisces terdapat Monopterus albus (belut). Selain itu terdapat hewan yang dilindungi yaitu  burung kuntul kerbau (Bubulcus ibis) dan burung blekok (Ardeola speciosa).

2. Keanekaragaman Flora

Keaneka ragaman pembentuk tipe vegetasi Kota Gedebage berupa ekosistem sawah, baik teresterial maupun air. Berikut diantaranya kelompok flora teresterial Oryza sativa (padi), Zea mays (jagung), Bambusa glaucescens (bambu pagar) dan Imperata cylindrica (ilalang). Sedangkan yang termasuk ke dalam kelompok biota air adalah Ipomoea aquatic (kangkung) dan Eichornia crassipas (eceng gondok).

2.2.4 Demografi

1. Jumlah PendudukKecamatan Gedebage terdiri dari empat kelurahan yaitu Cimincrang, Cisaranten Kidul, Rancanumpang, dan Rancabolang. Total jumlah penduduk Kecamatan Gedebage ialah 26940 jiwa dengan rincian 13628 laki-laki dan 13312 perempuan. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin tertera di Gambar 2.11.

Rancabolang

Rancanumpang

Cisaranten Kidul

Cimincrang

0 2000 4000 6000 8000 100001200014000

3329

2226

6502

1571

3175

2081

6545

1511

Laki-lakiPerempuan

Gambar 2.11 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis KelaminSumber: Badan Pusat Statistik (2014)

2. Tata Guna LahanTotal luas wilayah Gedebage adalah ± 2809,39 Ha. Penggunaan lahan dikawasan ini di dominasi oleh persawahan seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Fungsi lainnya adalah perdagangan, industri, perumahan terencana maupun tidak terencana dan perkantoran pemerintah. Fungsi sarana dan prasarana yang dikembangkan yaitu permukiman, industri, jasa dan perkantoran serta pusat pengembangan ekspor-impor.

3. EkonomiBerdasarkan tata guna lahan, pemanfaatan lahan Bandung Timur didominasi oleh permukiman dan ruang terbuka berupa persawahan dan tegalan. Kegiatan perdagangan dan jasa atau industri hanya sedikit sekali jumlahnya tidak melebihi 10% dari total keseluruhan lahan. Indikasi pola pemanfaatan ruang tersebut adalah belum optimalnya sektor industri, perdagangan, dan jasa. Pada umumnya, peranan industri sangat besar dalam hal meningkatkan perekonomian wilayah, salah satunya adalah melalui kas daerah dan penciptaan lapangan kerja.

Aktivitas perekonomian yang terdapat di wilayah Gedebage terdiri dari sarana perdagangan, indutri, dan jasa pemerintahan/swasta. Lokasi industri bagi wilayah Gedebage berpusat di sekitar Jalan Gedebage terutama di Jalan Gedebage bagian utara karena daerah itu merupakan daerah strategis untuk pengiriman dan pengangkutan barang serta dekat dengan akses Jalan Soekarno Hatta dan Terminal Peti Kemas. Sebagian industri yang berada di wilayah ini adalah industri besar seperti industri tekstil dan industri bahan bangunan sedangkan industri rumah tangga berupa industri kerajinan.

4. Transportasi

Wilayah Gedebage diapit dua jalan arteri yaitu jalan tol Padalarang-Cileunyi dan jalan Sukarno Hatta yang menyebabkan lokasi wilayah relatif strategis. Wilayah Gedebage memiliki jaringan jalan khususnya jalur regional sepanjang jalan Soekarno-Hatta, jalan Terusan Kiaracondong, Terusan Buahbatu yang berpotensi untuk pengembangan kawasan dengan skala regional, jalan Margacinta jalan Ciwastra dan jalan Gedebage yang berfungsi sebagai jalan kolektor dan berpotensi untuk dikembangkan guna menopang pengembangan pusat primer Gedebage. Di kelurahan Cisaranten Kidul terdapat terminal peti kemas Gedebage dan rencana pembangunan sarana olah raga. Hal ini berdampak positif pada wilayah Gedebage antara lain terhadap naiknya nilai tanah, nilai komersial kawasan yang tinggi dan mudahnya aksesibilitas keluar dan masuk wilayah, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi pengembangan wilayah Gedebage secara menyeluruh. Di lokasi proyek terdapat permukiman penduduk sehingga akses jalan akses proyek cukup ramai. Jumlah kendaraan yang melintasi jalan akses proyek terdapat pada Tabel 2.5. Sampel kendaraan diukur pada saat pagi, siang, dan sore dengan pertimbangan di waktu tersebut penduduk sekitar memiliki mobilitas yang tinggi.

Tabel 2.5 Jumlah Kendaraan

Jenis Kendaraan Waktu Jumlah Kendaraan

Mobil06.30-07.00 3912.00-12.30 1416.30-17.00 31

Motor07.00-07.30 5312.00-12.30 3416.30-17.00 48

5. Konsumsi AirTerminal Terpadu Gedebage yang akan dibangun membutuhkan pasokan air bersih. Terminal ini nantinya akan mempengaruhi tingkat konsumsi air masyarakat. Tingkat konsumsi air masyarakat sangat berhubungan dengan jumlah penduduk. Kebutuhan akan air masyarakat biasanya diperuntukkan untuk kebutuhan sehari-hari pada sambungan rumah dan fasilitas-fasilitas umum kota.

Berikut adalah tabel kebutuhan air masyarakat Gedebage pada tahun 2011.

Tabel 2.6 Kebutuhan Air Bersih tahun 2011

Sumber: Karlinda (2014)

Seperti ditunjukkan pada Tabel 2.6, kebutuhan air bersih untuk fasilitas umum dan rekreasi adalah sebesar 332180 l/s.

6. Tingkat PendidikanUraian mengenai penduduk menurut tingkat pendidikan berkaitan erat dengan kualitas dari penduduk dan potensi pemenuhan lapangan pekerjaan yang ada. Penilaian terhadap kesejahteraan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilakukan berdasarkan asumsi bahwa makin tinggi tingkat pendidikan makin tinggi pula tingkat kesejahteraannya. Gambar 2.12 menunjukkan tingkat pendidikan masyarakat Gedebage tahun 2014.

Tidak sekolah

Belum tamat SD

SD/MI/Sederajat

SMP/MTS/Sederajat

SMA/MA/Sederajat

SMK/Sederajat

Diploma I/II

Dipoma III/Sarjana muda

Diploma IV/S1

S2/S3

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

4182

4409

4014

4506

4455

1670

1874

Gambar 2.12 Tingkat Pendidikan Penduduk GedebageSumber: Badan Pusat Statistik (2014)

7. Jenis Pekerjaan

Sambungan umum (l/detik) 7775153.01Hidran Umum (l/detik) 1318740

Fasilkitas Pendidikan (l/detik) 1276800Fasilitas Peribadatan (l/detik) 1360500Fasilitas Kesehatan (l/detik) 515400

Fasilitas Perdagangan dan Jasa (l/detik)

411420

Fasilitas Umum dan Rekreasi (l/detik)

332180

Fasilitas Olahraga (l/detik) 105000Kegiatan Industri (l/detik) 2386900Hidran Kebakaran (l/detik) 1548209.3

Tata Kota (l/detik) 774104.651TOTAL (l/detik) 17804407

Mata pencaharian masayarakat Gedebage berdasarkan Badan Pusat Statistik (2014) paling dominan adalah sebagai pegawai swasta. Hal ini berkaitan dengan banyaknya industri di wilayah tersebut. Rincian mata pencaharian masyarakat Gedebage tertera pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Mata Pencaharian Penduduk GedebageSumber: Badan Pusat Statisik (2014)

8. KesehatanJenis sarana kesehatan yang terdapat di Wilayah Gedebage adalah Rumah Sakit, Poliklinik, Puskesmas, Pos Kesehatan/Pos Yandu, Dokter, Bidan, Mantrim Kesehatan, Apotik dan lainnya. Rincian sarana kesehatan di wilayah Gedebage tertera pada Gambar 2.14.

Rumah Sakit

Puskesmas

Posyandu

Praktik Dokter

Praktik Bidan

Poliklinik

Apotek

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

2

45

6

7

1

3

PNS

ABRI/POLRI

Pegawai Swasta

Petani

Pedagang

Pelajar

Mahasiswa

Pensiunan

Lainnya

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000

1603

1386

3891

1543

1422

7634

1368

846

5427

Gambar 2.14 Sarana Kesehatan di GedebageSumber: Badan Pusat Statistik (2014)

9. AgamaSecara umum sarana peribadatan yang ada di wilayah Gedebage adalah Mesjid, Langgar, Gereja, sedangkan tidak terdapat Pura, Vihara dan Kuil. Adapun agama yang dominan dianut adalah Islam seperti ditunjukkan pada Gambar 2.15.

Islam

Protestan

Katholik

Hindu

Budha

Lainnya

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000

27389

685

121

43

36

Gambar 2.15 Agama yang Dianut Penduduk GedebageSumber: Badan Pusat Statisik (2014)

10. UsiaDilihat dari struktur usianya, penduduk wilayah Gedebage didominasi oleh penduduk usia muda, dimana penduduk usia balita jumlahnya mencapai ± 11.449 jiwa (9,98%). Penduduk usia kerja, yaitu antara usia 10 – 14 tahun sampai 50 – 54 tahun mencapai jumlah ± 95.492 jiwa atau sebesar 83,20%. Sedangkan penduduk yang bukan usia kerja berjumlah 33.571 jiwa. Dari data ini diperoleh angka/jumlah ketergantungan di wilayah perencanaan adalah sebesar 29,25%. Dengan demikian komposisi penduduk antara usia kerja dan non usia kerja cukup seimbang.

2.2.3 Karakteristik Sarana dan Prasarana Kota

Unsur-unsur yang tergolong dalam utilitas umum dan prasarana sanitasi lingkungan dapat diuraikan sebagai berikut :- Utilitas umum yang meliputi pelayanan air bersih, jaringan listrik serta jaringan telepon dan gas.- Prasarana sanitasi lingkungan meliputi drainase, pengelolaan pembuangansampah dan pengelolaan air limbah.

Berikut akan dibahas mengenai beberapa utilitas yang berkaitan dengan lingkungan.a. Air bersihAir bersih merupakan kebutuhan pokok bagi suatu lingkungan perumahan, oleh sebab itu kawasan perumahan harus mendapat distribusi air bersih yang cukup. Jenis sumber air yang ditemui di Wilayah Gedebage umumnya menggunakan sumur pompa dan sumur terbuka, sebagian telah memanfaatkan jaringan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

b. DrainaseSistem drainase merupakan prasarana sanitasi lingkungan yang harus dipenuhi pada setiap lingkungan perumahan maupun perkotaan yang berfungsi untuk mengeringkan air hujan dan harus mempunyai kapasitas tampung yang cukup agar suatu lingkungan terbebas dari genangan banjir. Di beberapa tempat di wilayah perencanaan sering terkena banjir akibat kondisi wilayah berada di bawah ketinggian jalan terutama jalan arteri dan regional (Jl. Raya Soekarno-Hatta dan Jl. Tol Padalarang – Cileunyi), saluran drainase yang belum sempurna maupun saluran yang tersumbat oleh sampah atau buangan limbah industri.

c. Pengelolaan Air LimbahPengelolaan air limbah merupakan komponen yang sangat penting bagi suatu lingkungan perumahan, yang mana pengelolaan air limbah mempunyai fungsi utama sebagai saluran yang membuang limbah air kotor ke tempat pembuangan akhir. Sistem pembuangan air limbah di wilayah perencanaan masih menggunakan selokan dan sebagian menggunakan septik tank, namun cenderung menggunakan sungai sebagai pembuangan air limbah terutama dari rumah tanggga dan industri–industri. Pada umumnya industri di wilayah perencanaan belum mempunyai tempat pengolahan air limbah, sehingga dialirkan ke sungai-sungai yang ada di wilayah Gedebage.

d. Sarana PendidikanPada gambar di bawah ini fasilitas yang paling banyak adalah fasilitas untuk TK dan RA sedangkan penduduk dengan rentang diatas 15 tahun sangatlah banyak. Fasilitas untuk SD hingga SMA yang ada jumlahnya kurang memadai untuk jumlah penduduk wilayah Gedebage. Jika terjadi perkembangan penduduk maka fasilitas sekolah pun akan meningkat jumlahnya terutama tingkat pendidikan SD hingga SMA. Sarana pendidikan di wilayah Gedebage terdapat pada Gambar 2.16.

Perguruan Tinggi

SMA, MA, SMK

SMP, MTs

SD, MI

TK, RA

Taman Bacaan

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

3

15

13

55

186

0

Gambar 2.16 Sarana Pendidikan di Wilayah GedebageSumber: Badan Pusat Statisik (2014)

e. Sarana KesehatanBerdasarkan Gambar 2.14 terlihat bahwa fasilitas kesehatan yang paling banyak adalah posyandu, sedangkan fasilitas kesehatan yang jumlahnya sangat sedikit adalah balai pengobatan dan puskesmas. Jika penduduk berkembang pesat maka diperkirakan orang yang akan jatuh sakit pun akan semakin banyak, untuk itu diperlukan peningkatan fasilitas kesehatan di Wilayah Gedebage.

f. Sarana PeribadatanBerdasarkan Gambar 2.17 terlihat bahwa fasilitas Peribadatan yang paling banyak adalah masjid, hal ini sesuai dengan mayoritas agama di wilayah Gedebage adalah agama Islam. Tetapi, untuk pura dan vihara tidak ada sama sekali.

Masjid

Langgar

Mushola

Gereja

Vihara

Pura

0 5 10 15 20 25 30 35 40

36

31

6

3

0

0

Gambar 2.17 Sarana Peribadatan di Wilayah GedebageSumber: Badan Pusat Statistik (2014)

g. Sarana Umum dan RekreasiBerdasarkan Gambar 2.18 terlihat bahwa sarana umum dan rekreasi sangatlah kurang. Berdasarkan RTRW Kota Bandung , Wilayah Gedebage akan dijadikan pusat kota kedua setelah Alun-alun. Dengan dijadikannya Gedebage sebagai pusat kota kedua maka sarana umum dan rekreasi akan meningkat pula. Kondisi sebelum menjadi pusat kota, wilayah Gedebage sangatlah minim sarana umum dan rekreasi.

Gambar 2.18 Sarana Umum dan Rekreasi di Wilayah Gedebage(Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014)

Kantor Pos

Kantor Polisi

Penginapan

Kolam renang

Gedung Bioskop

Gedung Serbaguna

Balai Serbaguna

Balai Warga

0 1 2 3 4 5 6

0

4

4

5

0

0

0

0