BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

download BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

of 22

Transcript of BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

  • 5/19/2018 BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

    1/22

    BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN

    A. PENDAHULUAN

    Deterjen dirancang dengan formula yang bersifat membersihkan atau sifat

    melarutkan. Formula ini terdiri dari surfaktan dan komponen pendukung lainnya yakni

    builder (contohnya : tripoliposfat), filler, dan senyawa tambahan. Dalam kasus

    lingkungan, surfaktan dalam deterjen memiliki efek yang signifikan walaupun builder

    juga melahirkan masalah seiring pertambahan pemakaian. Periode tahun 1947 hingga

    1970 penggunaan tripoliposfat meningkat dari 100103 tons pa hinggga 100106 tons

    pa sebelum adanya larangan yang dilegalisasi. Sebagian besar materi mencapai

    lingkungan (di tanah maaupun perairan alami) berasal dari produk pemakaian melalui

    penggunaan lumpur limbah didarat, efluen industri pengolahan air limbah (WWTP) dan

    limbah industri yang dibuang ke air tawar maupun laut. Gambar 1. menunjukkan

    penggunaan utama surfaktan di Amerika Serikat, Jepang dan Eropa Barat. Sumber

    kontaminasi surfaktan lainnya adalah penggunaan dispersan surfaktan untuk tumpahan

    bahan bakar minyak dan surfaktan-disempurnakan remediasi tanah setelah tumpahan

    dan kontaminasi dengan cairan berair.

  • 5/19/2018 BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

    2/22

    Gambar 1. Penggunaan surfaktan di USA, Jepang, dan Eropa Barat

    Secara historis, potensi kontaminasi surfaktan di lingkungan diikuti pergeseran

    dari penggunaan deterjen berbasis sabun kepada surfaktan sintetis. Masa transisi ini

    sekitar 30 tahun 1940-1970 ketika penggunaan sintetis meningkat dari 4.5103ton per

    tahun di Amerika Serikat menjadi sekitar 4,5 ton per tahun dengan 106

    , sedangkan

    penggunaan sabun jatuh dari 1.4106ton per tahun untuk 0.6106ton pa. Selama ini ada

    juga transisi dari penggunaan deterjen padat domestik (bubuk) ke cairan. Sampai 1960

    surfaktan utama yang digunakan dalam deterjen adalah propylene tetramer benzene

    sulfonat (PT benzena). Kemudian muncul masalah ketika limbah bertambah dan juga

    masalah banyaknya muncul busa di sungai. PT benzena yang dibuang ke sistem air

    ditemukan resisten terhadap biodegradasi oleh bakteri dikarenakan rantai alkil

    bercabang. Pelarangan surfaktan non-biodegradable memaksa beralih ke yang lebih

    surfaktan biodegradable alkil rantai lurus dan sekarang surfaktan anionik utama yang

    digunakan adalah alkilbenzena sulfonat linier (LAS). Produksi surfaktan dari berbagai

    jenis di Amerika Serikat, Jepang dan Eropa Barat ditunjukkan pada Gambar 2. Pada

    tahun 1994 produksi LAS di Amerika Serikat, Eropa Barat dan Jepang adalah 840103

  • 5/19/2018 BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

    3/22

    (meter) ton per tahun meskipun konsumsi saat ini jatuh karena diperkenalkannya

    alternatif baru. LAS mewakili lebih dari 40% dari semua surfaktan yang digunakan.

    Hal ini tidak mengherankan bahwa sebagian besar literatur difokuskan pada masalah

    lingkungan yang timbul dari LAS.

    Gambar 2. Produksi beberapa tipe berbeda surfaktan yang digunakan di USA, Jepang

    dan Eropa Barat

    Kelas lain banyak digunakan adalah surfaktan etoksilat alkil fenol (APE), yang

    digunakan dalam deterjen, cat, pestisida, dan bahan kimia tekstil dan penambangan

    minyak bumi, logam dan produk personal. Produksi APE di seluruh dunia adalah

    500103ton per tahun. Formulasi komersial biasanya mengandung campuran dari APE

    (rantai panjang dan isomer berbeda) tetapi dengan proporsi yang tinggi dari gugus alkil

    nonil dan oktil. Pembatasan penggunaan APE telah muncul sejak adanya penemuan

    tahun 1984 yang menyatakan bahwa produk penguraiannya bersifat lebih toksik

    terhadap organisme air daripada APE sendiri. Biodegradasi APE menyebabkan

  • 5/19/2018 BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

    4/22

    pemendekan rantai etoksilat untuk karboksilat alkil fenol yang mengarah produknya ke

    fenol nonil dan oktil yang memiliki kelarutan dalam air rendah dan menyerap padatan

    tersuspensi dan sedimen. Nonil fenol (NP) adalah sekitar 10 kali lebih beracun dari

    prekursor etoksilatnya. Hal ini dikenal meniru efek hormon estrogen. Nonil fenolat

    dalam air limbah diambil dari lumpur limbah dapat dilewatkan ke sungai. Telah

    hipotesis bahwa gangguan endokrin mungkin bertanggung jawab untuk penurunan

    jumlah sperma laki-laki, kanker testis dan kanker payudara. Dampak racun subletal

    beracun dari NP pada zooplankton di perairan alami mengganggu penentuan kelamin

    dan perkembangannya. Masalah ini mengacu ke larangan dan pembatasan penggunaan

    APE untuk rumah tangga dan aplikasi industri pembersih di Eropa tapi tidak di Amerika

    Serikat. Peneliti AS kurang yakin akan dampak buruk dari fenol alkil, mungkin karena

    perbedaan dalam penanganan air limbah di Amerika Serikat yang menghasilkan tingkat

    penguraian yang lebih tinggi dibandingkan dengan Eropa.

    B. BIODEGRADASI DAN DAMPAK EKOLOGIS SURFAKTAN

    Balson dan Felix menggambarkan biodegradasi sebagai penghancuran bahan

    kimia dengan aktivitas metabolik dari mikroorganisme. Ketika meninjau literatur

    mengenai degradasi surfaktan kutipan studi membagi biodegradasi primer dan / atau

    akhir. Degradasi primer didefinisikan sebagai proses ketika struktur telah berubah

    sebagian yang menimbulkan penghilangan sifat surfaktannya. Degradasi sempurna

    diartikan apabila telah terjadi perubahan molekul surfaktan menjadi CO2, CH4, air,

    garam mineral dan biomassa.

    LAS dianggap sebagai surfaktan biodegradasi. Di beberapa pengolahan air

    limbah ditemukan tingkat biodegradasi LAS yang sangat tinggi (97-99%) menggunakan

  • 5/19/2018 BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

    5/22

    proses aerob. Sebaliknya, APE kurang terbiodegradasi dan memiliki nilai hanya 0-20%

    berdasarkan oksigen yang digunakan dan 0-9% berdasarkan tekhnik spektroskopi.

    Gambar 3. Jalur reaksi - dan - oksidasi dari rantai alkil selama degradasi surfaktan

  • 5/19/2018 BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

    6/22

    Mekanisme penguraian LAS meliputi degradasi rantai lurus alkil, gugus

    sulfonat, dan terakhir cincin benzena. Pemecahan rantai alkil dimulai dengan oksidasi

    pada gugus metil yang paling ujung ( oksidasi) menghasilka alkohol, aldehid, dan

    kemudian menjadi asam karboksilat seperti pada Gambar 3. Reaksi ini dikatalisis oleh

    enzim alkana monooksigenase dan dua dehidrogenase. Asam karboksilat bisa masuk ke

    siklus oksidasi dan fragmen dua atom carbonnya bisa masuk ke siklus asam

    trikarboksilat sebagai asetilCo-A.

    Tahap kedua penguraian LAS adalah pelepasan gugus sulfonat. Tiga

    mekanisme yang telah diajukan untuk desulfonasi berdasarkan reaksi berikut :

    Hidroksiatif desulfonasi :

    RSO3H + H2O + ROH2+

    (1)

    Monooksigenase katalis dalam kondisi asam :

    RSO3H + O2+ 2NADHROH + H2O + + 2NAD+ (2)

    Reduksi desulfonasi :

    RSO3H + NADH + H+RH + NAD++ H2SO3(3)

    Mekanisme ini berlaku untuk pemecahan LAS dan menghasilkan produk sulfit yang

    akan teroksidasi di lingkungan dan membentuk sulfat.

    Penghilangan alkil dan gugus sulfonat dari LAS meninggalkan penilasetat atau

    asam benzoat. Oksidasi mikroorganisme penilasetat menghasilkan asam fumarat dan

    asam asetoasetat, juga benzena yang dikonversi menjadi katekol.

    Pada penelitian biodegradasi LAS menggunakan kultur bakteri didapatkan dari

    muara sungai (Krka river estuary, Croatian Mid Adriatic region). Pada penelitian

    tersebut ditemukan fakta bahwa laju biodegradasi bergantung pada sumber kultur, suhu

  • 5/19/2018 BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

    7/22

    dan struktur gugus alkilbenzenanya. Kultur yang diisolasi dari permukaan air tawar

    sungai memiliki kemampuan yang lebih besar dalam mendegradasi LAS dibandingkan

    kultur yang diisolasi dari dasar air laut. Laju degradasi juga lebih cepat untuk rantai

    alkil LAS yang panjang (C13) dan lambat untuk isomer LAS yang memiliki gugus

    sulfopenil dalam kasus ini dikategorikan rantai sedang. Biodegradasi surfaktan

    sempurna membutuhkan konsorsium bakteri karena keterbatasan kapasitas metabolisme

    dari mikroorganisme individu. Peluang untuk simbiosis komensalisme (hanya salah satu

    organisme yang mendapatkan keuntungan) dan sinergisme terjadi pada sebuah

    konsorsium bakteri. Efek interaktif ini merujuk kepada biodegradasi yang lebih efektif

    dibandingkan kemungkinan yang dilakukan oleh mikroorganisme individual.

    Biodegradasi LAS membutuhkan empat anggota konsorsium, tiga diantaranya

    mengoksidasi rantai alkil tetapi sinergisme semuanya digunakan untuk memineralisasi

    cincin aromatik.

    Surfaktan dalam jumlah besar akan bergabung dengan padatan lumpur limbah.

    Bagaimanapun, LAS tidak bisa didegradasi oleh proses anaerob dengan bakteri

    mesophilicataupun thermophilic. Penguraian LAS telah diteliti oleh V.M. Leon et al

    bahwa suhu optimumnya adalah pada 90C dan bakteri yag digunakan termasuk kepada

    golonganPhyschrophile.

    Penilaian bahaya ke lingkungan oleh kontaaminasi surfaktan dan katabolit

    surfaktan merupakan hal yang paling penting dan bukan isu yang sederhana. Penelitian

    di Beanda tentang bahaya terhadap lingkungan perairan dari surfaktan hingga sabun,

    menempatkan urutan materi yang prioritas yakni LAS, alkohol etoksilat, alkohol

    etoksilat sulfat, dan sabun. Penelitian ini melihat perbandingan parameter prediksi

  • 5/19/2018 BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

    8/22

    konsentrasi lingkungan (PEC) pada 1000 dibawah limbah muara sungai dengan

    prediksi konsentrasi tidak berefek. (PNEC). Data diambil dari tujuh lokasi dan disokong

    oleh industri Belanda. Surfaktan memiliki perbandingan PEC/PNEC 0,05 sedangkan

    sabun hampir mendekati 1. Hasil ini menduga bahwa bahayanya terhadapa lingkungan

    perairan sangat kecil.

    Penilaian bahaya LAS terhadap tanaman darat dan hewan dilaporkan oleh

    Mieure et al. menyimpulkan adanya batas aman yang memadai dalam penggunaan air

    limbah untuk irigasi spesies tumbuhan. Spesies tanaman yang paling rentan adalah

    anggrek dan sayuran tumbuh hidroponik (lobak, kubis Cina dan beras). Efek buruk pada

    spesies tanaman dan hewan (cacing tanah Eisena foetids dan Lumbricus terrestris)

    diamati pada konsentrasi LAS dari 10 mg l-1, namun konsentrasi LAS dalam efluen air

    limbah berada dalam kisaran 0,09 mg l-1sampai 0,9 mg l-1. Angka ini memberikan batas

    keamanan dalam rentang 10 hingga 100. Pengaruh surfaktan terhadap pertumbuhan

    tanaman dari penggunaan lumpur limbah sulit untuk diketahui karena pada umumnya

    lumpur meningkatkan pertumbuhan tanaman. Efek buruk pada pertumbuhan tanaman

    diamati pada 392 g g-1 tetapi pemantauan jangka panjang pada kisaran 46 lokasi

    lingkungan memberikan LAS konsentrasi 63 g g-1. Angka ini memberikan batas

    keamanan dari 131. Untuk hewan darat batas tidak ada efek samping adalah 235 g g-1

    dan batas keselamatan 78.

    Namun, dalam melihat ekotoksisitas dari limbah efluen residu surfaktan kurang

    beracun dan catabolites surfaktan harus dipertimbangkan dan ini membutuhkan tes

    analitis untuk entitas ini. Pemantauan LAS dan produk degradasinya di lingkungan laut,

    terutama dari zona litoral, lebih kompleks karena gangguan potensial dari surfaktan

  • 5/19/2018 BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

    9/22

    alami lainnya dan senyawa organik lainnya. Beberapa masalah deteksi surfaktan dan

    estimasi dalam lingkungan mungkin diselesaikan di masa depan dengan menggunakan

    biosensor yang spesifik. Sebuah biosensor optik untuk penentuan surfaktan ionik

    berdasarkan imobilisasi acrylodan berlabel serum albumin sapi ke silikasilanisedserat

    optik telah dikembangkan. Ini memiliki jangkauan dinamis linier dari 5 sampai 60 M

    dan waktu respon kurang dari 30 s, meskipun stabilitas jangka panjang dari biosensor

    perlu meningkatkan.

    Biodegradasi LAS dipengaruhi oleh sejumlah faktor diantaranya konsentrasi

    oksigen terlarut, kompleks dengan surfaktan kationik, pembentukan kalsium tidak larut

    dan garam magnesium, kehadiran kontaminan organik lainnya dan pengaruh LAS

    terhadap pH selama degradasi aerobik. Pada air tanah terkontaminasi limbah tingkat

    biodegradasi LAS meningkat seiring dengan konsentrasi oksigen terlarut dan homolog

    rantai panjang alkil (C12 dan C13) yang dibiodegradasi. Namun, penghilangan LAS

    ditemukan menjadi 2-3 kali lebih besar dalam kondisi laboratorium dibandingkan

    dengan penelitian lapangan acak. Pembentukan kompleks LAS dengan surfaktan

    kationik (alkyltrimetilammonium klorida (TM) dan klorida dialkildimetilammonium

    (DM)) menyebabkan adsorpsi kompleks ke sedimen sungai. Adsorpsi kompleks yang

    terbentuk dengan rasio molar LAS untuk surfaktan kationik dalam kisaran 1:1hingga 6:

    1 (dengan TM) dan 1:1 hingga 2:1 (dengan DM) mematuhi Freundlich adsorpsi isoterm.

    Tingkat biodegradasi yang diukur selama 14 hari untuk 1:1 dan 2:1 kompleks relatif

    terhadap laju biodegradasi LAS (diambil sebagai 100%) adalah sebagai berikut: 2LAS:

    TM (56%), LAS: TM (36% ), 2LAS: DM (31%) dan LAS: DM (29%). Kinetika

    biodegradasi materi LAS dan organik oleh campuran kultur bakteri seperti yang

  • 5/19/2018 BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

    10/22

    digunakan dalam pengolahan lumpur aktif dapat dipengaruhi oleh LAS pada

    konsentrasi tinggi (>20 mg l-1). Ini muncul sebagai konsekuensi dari penurunan pH LAS

    selama degradasi aerobik. Tingkat tertinggi biodegradasi ditemukan untuk homolog

    terpanjang rantai alkil.

    Biodegradasi APE oleh bakteri dalam air laut tercemar dengan limbah

    perkotaan disebabkan oleh bakteri dari genus Pseudomonas yang berasal dari laut.

    Beberapa spesies lain bakteri Gram-negatif dapat mendegradasi APE 9-10 gugus etoksi.

    Strain Pseudomonas mendegradasi hanya empat atau lima gugus etoksi, meskipun

    spesies lain dari bakteri yang tidak mampu mendegradasi APE rantai panjang tetapi

    hanya dapat mendegradasi APE dengan empat atau lima gugus etoksi menjadi dua

    senyawa gugus etoksi.

    C. SURFAKTAN DALAM LUMPUR LIMBAH

    Karena sifat amphiphilic alami surfaktan di limbah mentah dapat menyerap ke

    permukaan partikel penghuni. Surfaktan juga dapat mengendapkan dari larutan dengan

    adanya ion logam (terutama Ca2+.). Perilaku tersebut dapat mengakibatkan sebagian dari

    jumlah surfaktan limbah mentah dikaitkan dengan fraksi partikel. Sebuah langkah awal

    yang umum di IPAL adalah penghilangan partikel di tangki pengendapan primer.

    Lumpur dikumpulkan dari tangki ini biasanya kaya surfaktan. Penanganan lumpur

    tersebut umumnya secara anaerobik pada suhu tinggi. Surfaktan yang umum digunakan

    biasanya mudah biodegradasi dalam kondisi aerobik namun karena jalur metabolisme

    dibatasi mayoritas tidak terdegradasi dalam kondisi anaerobik. Oleh karena itu, lumpur

    diperlakukan anaerob masih mungkin kaya surfaktan pasca perawatan. Matthews

    melaporkan bahwa selama tahun 1977 dari 1,3 ton M dari lumpur limbah yang

  • 5/19/2018 BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

    11/22

    dihasilkan di Inggris 45% dijadikan sebagai pupuk untuk lahan pertanian. 55% sisanya

    dibuang melalui situs TPA atau insinerator. Lumpur digester anaerobik (berat kering)

    dapat berisi LAS 0,3-1,2%. Penambahan anaerobik lumpur limbah digester untuk lahan

    pertanian merupakan sumber potensial yang besar dan surfaktan LAS lain ke

    lingkungan tanah.

    1. Linear alkilbenzena sulfonat (LAS)

    LAS adalah garam sulfanik acid. LAS memiliki banyak isomer (sekitar 26)

    dengan struktur C6H4SO3- Na+. Senyawa ini memiliki berat molekul 380 dan termasuk

    surfaktan anionik.

    Gambar 4. Linear alkil benzena sulfonat

    Sifat atau karekteristik dari senyawa LAS (Rosen, 1978) adalah:

    Letak cincin benzennya acak sepanjang rantai karbon

    Biasanya berbentuk garam Na atau Ca

    Panjang rantai alkilnya 12

    Murah dan banyak digunakan

    Terionisasi sempurna sehingga larut dalam air, kehadiran sulfonik acid

    Resisten terhadap pengolahan anaerob

    Dapat terbiodegradasi pada kondisi aerob

  • 5/19/2018 BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

    12/22

    LAS merupakan bahan deterjen yang paling banyak dikonsumsi, mencapai

    2,8x 106 ton/thn pada tahun 1995 (ainsworth, 1996). Pada LAS biasanya terdapat

    senyawa sulfonat aromatik yang produksinya mencapai 1,8 x 106 ton/thn pada tahun

    1987 . LAS adalah senyawa biodegradbleyang biasanya terkandung pada air buangan

    sekitar 120 mg/l (Kertesz,1987).

    Senyawa LAS yang umum digunakan dalam deterjen yaitu Natrium cilbenzene

    Sulfonate (C18H29O5S-Na+) dengan spesifikasi sebagai berikut (sumber: PT.Kao

    Indonesia chemicalc, 2002):

    Penampakan berupa cairan kental berwarna coklat tua

    Warna (20 % gardner aktif) max`1 %

    Warna (10 % kleff aktif) max 60 %

    Kelembaban maksimum 1 %

    H2SO4bebas max 2,0 %

    Umur aktif min 96 %

    Nilai keasaman (mg KOH/gr) dengan nilai 178 s/d 188

    Proses adsorpsi LAS untuk partikulat terutama yang digerakkan oleh efek

    hidrofobik dan interaksi spesifik atau elektrostatik. Besarnya adsorpsi telah terbukti

    tergantung pada sejumlah faktor. Prats et al. menyatakan bahwa kehadiran tipe dari

    homolog LAS mungkin berpengaruh signifficant. Alkil rantai panjang diberikan

    hidrofobisitas yang lebih besar sehingga meningkatkan kecenderungan adsorptif.

    Painter menyatakan bahwa untuk setiap atom karbon ditambahkan ke rantai alkil terjadi

    peningkatan Ka (konstanta asosiasi) dua sampai tiga kali lipat.

  • 5/19/2018 BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

    13/22

    Karakteristik air yang membawa effuent dapat memiliki dampak yang

    signifikan pada adsorpsi LAS. Berna et al. menunjukkan bahwa kesadahan air secara

    signifikan bisa mengubah koefisien partisi dari LAS di limbah mentah. Air dengan

    kandungan Ca2+menghasilkan lumpur dari tangki pengendapan primer yang berisi 30-

    35% konsentrasi LAS dari limbah mentah, namun air yang relatif lunak hanya

    menghasilkan 10-20%.

    Kehadiran konsentrasi tinggi LAS di lumpur limbah keluar dari IPAL

    tergantung pada jenis pengolahan lumpur tersebut. Hal ini juga melaporkan bahwa LAS

    adalah mudah terdegradasi dalam kondisi aerobik. Oksidasi rantai alkil di gugus metil

    ujung (-oksidasi) membutuhkan adanya molekul oksigen. Degradasi selanjutnya dari

    rantai (-oksidasi) yang diikuti dengan fisi oksidatif dari cincin aromatik untuk

    memberikan asam dikarboksilat penganti sulfonat. Akhirnya terjadi desulfonation cincin

    yang merupakan produk degradasi. -oksidasi rantai alkil dan pemutusan cincin

    benzena membutuhkan molekul oksigen, karena itu di bawah degradasi kondisi anaerob

    melalui jalur tersebut tidak mungkin. Saat ini tidak ada bukti membandingkan degradasi

    LAS dalam kondisi anaerobik. Holt et al. menyatakan bahwa lumpur limbah umumnya

    dicerna dalam kondisi anaerobik. Jensen mengkompilasi sebuah hasil dari sepuluh studi

    LAS lumpur limbah dari berbagai lokasi di seluruh dunia. Ia menemukan bahwa lumpur

    limbah yang telah diolah aerobik memiliki konsentrasi LAS dari 100-500 mg kg -1berat

    kering. Hal ini jauh lebih rendah daripada tingkat yang ditemukan di lumpur yang

    diolah anaerob (5000-15000 mg kg-1berat kering). Oleh karena itu, tingkat kontaminasi

    LAS lumpur limbah yang sangat tergantung pada WWTP individu dan metode

    pengolahan lumpur.

  • 5/19/2018 BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

    14/22

    Selama 15 tahun terakhir nasib LAS dalam lumpur diubah menjadi tanah telah

    menerima banyak perhatian. Tabel 1. menunjukkan ringkasan hasil yang dilaporkan dari

    beberapa studi yang memeriksa kenyataan dari surfaktan. Studi yang paling

    komprehensif yang dilakukan oleh Holt et al., Holt dan Bernstein dan Waters et al.

    Studi ini meneliti LAS dan LAB (prekursor LAS tidak bereaksi sekitar 1-3%

    konsentrasi LAS) di lumpur pertanian diubah menjadi tanah. Perbandingan dibuat

    antara perkiraan beban tanah kumulatif LAS / B (dihitung dari jumlah aplikasi lumpur

    sebelumnya dan LAS / B isi tersebut lumpur) dan konsentrasi LAS / B tanah. Studi ini

    mencakup 51 bidang pada 24 pertanian terletak di kawasan Thames Water Authority di

    Inggris selatan. Lokasi sampel memiliki beberapa tipe tanah (tanah liat, tanah liat lanau,

    lempung liat berpasir dan loam) dan penggunaan pertanian (garapan atau padang

    rumput), komposisi lumpur yang berbeda dan asal-usul (homolog distribusi, 2,7- 34 %

    padatan kering, 15-341 mg LAS l-1lumpur), frekuensi aplikasi (0-6 tahun), konsentrasi

    tanah pasca aplikasi (0-293 mg LAS kg-1 tanah) dan metode aplikasi sludge (injeksi

    bawah permukaan atau surface dressing). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 42

    bidang yang belum dirawat dalam 1987 (tahun studi) diperlihatkan konsentrasi tanah

    LAS dari 0 -2,5 mg kg-1(83% mengandung 98% dari LAS bila dibandingkan dengan beban estimasi

    kumulatif. Sembilan bidang yang telah dirawat dalam 1987 menunjukkan konsentrasi

    tanah 0,2-19,8 mg kg-1dibandingkan dengan beban estimasi kumulatif dari 15-206 mg

    kg-1, pengantian LAS 70-90% dari beban estimasi kumulatif. Lima bidang yang

    dipantau dalam kursus waktu untuk menentukan tingkat hilangnya LAS menunjukkan

    degradasi waktu paruh sekitar 7 -22 hari. Holt et al. menyimpulkan bahwa degradasi

  • 5/19/2018 BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

    15/22

    mikroba terutama didorong dan jenis tanah, penggunaan lahan pertanian, metode

    aplikasi dan apakah tanah yang telah dibajak atau tidak, tidak berpengaruh terhadap

    tingkat degradasi. LAS distribusi homolog tidak menunjukkan aplikasi perubahan

    signifikan pasca menunjukkan ada penurunan diferensial. LAB ditemukan memiliki

    waktu paruh sekitar 15 hari. Bidang dengan aplikasi selama 1989 (tahun sampling)

    menunjukkan konsentrasi 5-390 g kg-1 tanah dan ladang tidak menerima perlakuan

    selama tahun 1989 umumnya memiliki konsentrasi 65 g kg-1(penggantian 99%).

    Tabel 1. Kenyataan surfaktan dalam lumpur yang berubah menjadi tanah

    Marcomini et al. mengamati bahwa setelah periode awal konsentrasi tanah

    penghilangan LAS muncul tidak meningkat dan tidak menurun jauh. Level tanah pasca

    pengolahan lumpur turun cepat dari 45 mg kg-1hingga 5 mg kg-1, diamati dari titik tidak

  • 5/19/2018 BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

    16/22

    ada perubahan signifikan lebih lanjut. Para penulis menyarankan bahwa pengamatan ini

    mungkin disebabkan oleh LAS yang dimasukkan ke dalam partikel tanah dan / atau

    dikaitkan dengan bahan organik tanah. Hal ini secara efektif membuat mereka tersedia

    untuk mikroorganisme yang bertanggung jawab untuk biodegradasi mereka.

    Pada penelitian yang dilakukan oleh Budiawan et al. Acinetobacter spterbukti

    lebih efisien dalam mendegradasi LAS dibandingkan Psudomonas putida,

    Pseudomonas fluorescencedanBacillaria spp.Tetapi pada penelitian ini hanya tercapai

    reaksi pada rantai alifatik, belum sampai pada tahap pembukaan cincin aromatik.

    Degradasi juga bisa terjadi karena penggunaan reaksi fotokimia melalui sinar UV.

    Penelitian ini dilakukan pada panjang gelombang 254 nm dan diberi kombinasi dengan

    menggunakan H2O2.

    2. Alkil fenol etoksilat

    APE mengalami degradasi primer hampir sempurna dengan adanya oksigen.

    Jones dan Westmoorland mengamati degradasi nonil fenol etoksilat (NPE) dalam

    lumpur kompos dikumpulkan dari wol. Mereka mengamati 98% berat bersih

    terdegradasi primer dari NPE dalam 100 hari. / -oksidasi ini disebabkan oleh

    degradasi rantai alkil, tapi sedikit bukti diamati dari setiap degradasi ikatan eter

    aromatik. Observasi ini didukung oleh penambahan dari NP menjelang akhir periode

    pemantauan. Kravetz et al. mengamati di perbedaan yang mirip laju degradasi produk

    pecahan APE. Pelabelan APE (3H label konstituen aromatik, 14C label rantai alkil)

    ditempatkan dalam bioreaktor dan produk degradasi terminal dipantau. Dua puluh

    sembilan persen dari label 3H diubah menjadi air tetapi 58% dari 14C itu dikonversi

    menjadi CO2. Hal ini menunjukkan bahwa degradasi primer berlangsung cepat, produk

  • 5/19/2018 BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

    17/22

    degradasi yang tidak untuk mikroorganisme. Rantai polioksietilena tampaknya mudah

    biodegradasi tetapi turunan NP lebih tangguh. Karena sifat amphiphilic alami APE dan

    produk pemecahan menunjukkan ketertarikan dengan permukaan partikulat, dan

    proporsi yang signifikan tidak bisa diamati dalam fraksi lumpur. Konsentrasi APE

    dilaporkan dalam literatur tampaknya jauh lebih tinggi dalam lumpur digester anaerobik

    (900-1.100 mg kg-1) daripada di lumpur aerobik (0,3 mg kg-1). Degradasi APE dan

    produk penguraiannya muncul dibatasi dalam lingkungan anaerobik. Tanpa kehadiran

    molekul oksigen awal -oksidasi rantai alkil tidak dapat terjadi, membatasi pemecahan.

    Oleh karena itu, peningkatan konsentrasi APE dan turunan pemecahannya yang hadir

    dalam konsentrasi yang relatif tinggi dalam lumpur dan dapat memasuki lingkungan

    melalui aplikasi untuk lahan pertanian. Namun, Marcomini et al. [53] mengamati bahwa

    lumpur limbah diubah tanah memperlihatkan penurunan yang cepat konsentrasi NP

    dalam pasca aplikasi sekitar 80% dalam waktu 3 minggu, menunjukkan bahwa dalam

    lingkungan tanah aerobik NP tidak akan menumpuk.

    D. SURFAKTAN DALAM AIR LIMBAH

    Surfaktan dapat mencapai lingkungan sebagai akibat dari keluarnya cairan dari

    IPAL ke sungai dan muara atau pembuangan langsung limbah mentah. Pembuangan

    limbah mentah semakin jarang terjadi di sebagian besar negara-negara industri

    meskipun jumlah kecil masih dibuang dengan cara ini. Nasib semua polutan organik di

    IPAL ditentukan oleh beberapa proses termasuk pertukaran gas dengan atmosfer,

    penyerapan dengan padatan tersuspensi dan biodegradasi aerobik dan anaerobik.

    Pengolahan yang efisien di IPAL akan menghasilkan pembuangan surfaktan ke

    lingkungan dengan tingkat yang sangat rendah. Untuk LAS, SAS dan surfaktan kationik

  • 5/19/2018 BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

    18/22

    DTDMAC penyerapan ke jalur endapan limbah selama 26, 16 dan 23 sampai 53%

    masing-masing dari bahan influen, sementara biodegradasi menghilangkan 73, 43 dan

    36 menjadi 43% masing-masing. Efluen dari IPAL hanya meninggalkan 1% LAS, 61%

    SAS dan 6-41% DTDMAC. Surfaktan akan mengalami biodegradasi lebih lanjut dalam

    lingkungan yang bersama dengan pengenceran akan mengurangi efek toksikologis

    mereka lebih lanjut.

    Studi dari IPAL khususnya di Jerman telah dilaporkan oleh Schrder et al.

    Pembuangan dari IPAL di sungai Rur dan Angerbach, anak sungai kecil di sekitar

    Dusseldorf . Dalam studi kedua IPAL yang ditampilan jumlah penduduk sekitar 59000

    ditambah industri 10000 dan kapasitas pabrik total 25 000 m3 air. Konsentrasi LAS

    dalam influen memuncak pada siang hari sekitar pukul 19.00 pada sekitar 3500 g l -1,

    untuk AES puncak adalah 4500 g l-1dan sulfat alkohol (AS) 600 g l-1. Pemantauan

    surfaktan konsentrasi influen dan efluen memungkinkan laju eliminasi yang akan

    dihitung untuk surfaktan anionik. Hasilnya didapatkan menjadi 99,7% (LAS), 99,9%

    (AS) dan 99,99% (AES).

    Hal ini jelas dari studi dan data yang dilaporkan oleh Alder et al. untuk IPAL

    bahwa eliminasi berbagai surfaktan anionik sangat effcient di IPAL modern, tapi agak

    kurang begitu untuk surfaktan kationik. Hal ini seharusnya tidak terjadi . Bagaimanapun

    harus ada alasan untuk puas, penghilangan konstituen dalam formulasi deterjen seperti

    agen fluoresensi pemutih, naftalena sulfat digunakan dalam kimia, farmasi dan industri

    tekstil dan juga senyawa organotin dalam cat antifouling laut seperti tributiltin, jauh

    kurang efisien . Dalam kasus naftalena sulfat 95% dari polutan ini masih hadir dalam

    limbah IPAL.

  • 5/19/2018 BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

    19/22

    Pembuangan langsung dari limbah mentah menjadi semakin langka, tetapi studi

    dari Sungai Llobregat dekat Barcelona (Spanyol) dimana limbah mentah dari Caserres

    dibuang, menunjukkan bahwa laju biodegradasi LAS yang cepat memberikan kondisi

    yang rendah di sungai yang memadai. Gambar 6. menunjukkan penurunan konsentrasi

    LAS (pada skala log) sebagai fungsi jarak dari titik pembuangan kotoran. Ada

    penurunan cepat dalam konsentrasi LAS dalam air sungai sebesar 1,5 km dari titik

    pembuangan terutama di musim dingin ketika air rendah di sungai yang tinggi (75 m3

    min-1). Dalam bulan-bulan musim panas (tingkat rendah 4,5 m3 min-1) penurunan

    kurang nyata. Pada 4,8 km dari titik pembuangan konsentrasi yang sama pada kedua

    musim dan sesuai sekitar 0,06% dari konsentrasi pembuangan. Perlu dicatat bahwa

    penurunan konsentrasi berhubungan dengan baik biodegradasi dan kerugian akibat

    adsorpsi pada sedimen sungai dan padatan tersuspensi dalam limbah mentah.

  • 5/19/2018 BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

    20/22

    Gambar 6. Penurunan konsentrasi air dari LAS di Llobregat sungai sebagai akibat dari

    biodegradasi / bioadsorption setelah keluarnya limbah mentah dari Caserres (Barcelona,

    Spanyol) sebagai fungsi jarak dari titik pembuangan.

    Konsentrasi LAS dalam air permukaan Laut Utara, antara 1 dan 70 km dari

    pantai, diukur dengan Proctor and Gamble pada Februari 1989. Hasil bersama-sama

    dengan orang-orang dari pengukuran lebih lanjut, mulai dari muara sungai Scheldt

    hingga 15 km lepas pantai, yang dibuat pada bulan Oktober 1989 dilaporkan pada tahun

    1991. Konsentrasi LAS dalam studi ini berkisar antara 60,05 g l -1menjadi 9,4 g l-1.

    Kadar garam air merupakan faktor utama mengendalikan konsentrasi LAS dalam

    lingkungan laut. LAS adsorbsi pada sedimen sungai di muara dan tingkat pengendapan

    sedimen meningkat seiring dengan kadar garam ketika air sungai bercampur dengan air

    laut. Penurunan dalam tingkat surfaktan karena kadar garam jauh lebih besar dari yang

    diperkirakan karena pengenceran. Stalmans et al. [91] menyimpulkan bahwa yang khas

    LAS konsentrasi di Laut Utara akan lebih rendah dari 1 g l-1. Diambil dalam konteks

    batas keamanan bagi organisme laut, nilai LC50 untuk berbagai spesies adalah sebagai

    berikut: cod (Gadus morrhua) 1 mg L31, pendiri (Platichthys Jesus) 1,5 mg l-1, plaice

    (Pleuronectes platessa) 5 mg l-1, tiram 0,025 mg l-1dan udang merah muda 19-154 mg

    l-1, bahkan untuk organisme yang paling sensitif (misalnya tiram) batas keamanannya

    25. estrogenik senyawa.

    Dalam jangka panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah deterjen

    berpotensi sebagai salah satu penyebab penyakit kanker (karsinogenik). Proses

    penguraian deterjen akan menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi dengan klor

    akan membentuk senyawa klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan

  • 5/19/2018 BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

    21/22

    klor sangat mungkin terjadi pada pengolahan air minum, mengingat digunakannya

    kaporit (dimana di dalamnya terkandung klor) sebagai pembunuh kuman pada proses

    klorinasi.

    E. KESIMPULAN

    1. Beberapa surfaktan dapat mengalami biodegradasi seperti linear

    alkilbenzena sulfonat dan alkil fenol etoksilat

    2. Pendegradasian dilakukan dengan cara proses aerob dengan kultur bakteri

    konsorsium maupun campuran.

    3.

    Penguraian LAS dilakukan dengan 3 tahap yakni : pendegradasian rantai

    alkil, desulfonasi dan pemutusan cincin aromatik

    4. Hasil degradasi surfaktan dapt dimanfaatkan ke tanah pertanian.

    5. Jumlah komposisi surfaktan berbeda-beda pada jenis limbah buangan.

    6.

    Konsentrasi LAS berpengaruh juga pada kadar garam, karena LAS akan

    membentuk sedimen.

  • 5/19/2018 BIODEGRADASI SURFAKTAN DI LINGKUNGAN.docx

    22/22

    F. DAFTAR PUSTAKA

    Budiawan, Fathisa. Yuni, Khairani. Neera, Biodegradabilitas dan uji toksisitas hasildegradasi surfaktan linear alkilbenzena sulfonat (LAS) sebagai detejen pembersih,

    Makara. Sains. Vol 13. No 2. November 2009 : 125-133

    Juju, Deterjen, Surfaktan, dan LAS, http://jujubandung.com/2012/06/04/deterjen-

    surfaktan-dan-las-2/.Diakses tanggal 6 Januari 2013

    M.J. Scott, M. N. Jones, The biodegradation of surfactants in the environment,

    Biochimica et Biophysica Acta 1508 (2000) 235-251

    Tabrizi, Gelareh Bankian. Mehrvar, Mehrab. Pilot-plant study for the photochemical

    treatment of aqueous linear alkylbenzene sulfonate. Separation and PurificationTechnology 49 (2006) 115121

    Unknown. Bahaya Deterjen Bagi Kesehatan & Lingkungan.

    http://www.rajagrosir.com/news/1/Bahaya-Deterjen-Bagi-Kesehatan-Lingkungan.

    Diakses tanggal 6 Januari 2013.

    V.M. Leon et al. Removal of linear alkylbenzene sulfonates and their degradation

    intermediates at low temperatures during activated sludge treatment.

    Chemosphere 64 (2006) 11571166

    http://jujubandung.com/2012/06/04/deterjen-surfaktan-dan-las-2/http://jujubandung.com/2012/06/04/deterjen-surfaktan-dan-las-2/http://jujubandung.com/2012/06/04/deterjen-surfaktan-dan-las-2/http://www.rajagrosir.com/news/1/Bahaya-Deterjen-Bagi-Kesehatan-Lingkunganhttp://www.rajagrosir.com/news/1/Bahaya-Deterjen-Bagi-Kesehatan-Lingkunganhttp://www.rajagrosir.com/news/1/Bahaya-Deterjen-Bagi-Kesehatan-Lingkunganhttp://jujubandung.com/2012/06/04/deterjen-surfaktan-dan-las-2/http://jujubandung.com/2012/06/04/deterjen-surfaktan-dan-las-2/