BAB III Rona Lingkungan Hidup

22
BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP 3.1 Lingkungan Fisik-Kimia 3.1.1 Topografi Bandung secara umum terletak pada ketinggian 768 m dpl, titik tertinggi di daerah Utara dengan ketinggian 1.050 m dan terendah di sebelah Selatan adalah 675 m dpl. Daerah Tegalega diketahui terletak di daerah Bandung bagian selatan sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa daerah pelaksanaan proyek ini terletak di daerah dataran rendah. Daerah Bandung Selatan ini juga diketahui mempunyai permukaan tanah relatif datar. Ketinggian daerah Tegalega saat dilakukan pengukuran di lapangan adalah 725 m dpl. Keadaan geologis dan tanah yang ada di Kota Bandung dan sekitarnya terbentuk pada zaman Kwartier dan mempunyai lapisan tanah alluvial hasil letusan gunung Takuban Perahu. Jenis material di bagian Utara umumnya merupakan jenis andosol, dibagian Selatan serta Timur terdiri atas sebaran jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan tanah liat. Di bagian Tengah dan Barat tersebar tanah jenis andosol. 3.1.2 Tata Guna Lahan Tata guna lahan daerah Tegalega kecamatan Regol mayoritas adalah industri kecil yang cukup padat. Daerah yang sedang ditelaah ini terletak tepat di pinggir jalan raya, sehingga akses 24

Transcript of BAB III Rona Lingkungan Hidup

Page 1: BAB III Rona Lingkungan Hidup

BAB III

RONA LINGKUNGAN HIDUP

3.1 Lingkungan Fisik-Kimia

3.1.1 Topografi

Bandung secara umum terletak pada ketinggian 768 m dpl, titik tertinggi di daerah Utara

dengan ketinggian 1.050 m dan terendah di sebelah Selatan adalah 675 m dpl. Daerah Tegalega

diketahui terletak di daerah Bandung bagian selatan sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa

daerah pelaksanaan proyek ini terletak di daerah dataran rendah. Daerah Bandung Selatan ini

juga diketahui mempunyai permukaan tanah relatif datar. Ketinggian daerah Tegalega saat

dilakukan pengukuran di lapangan adalah 725 m dpl.

Keadaan geologis dan tanah yang ada di Kota Bandung dan sekitarnya terbentuk pada

zaman Kwartier dan mempunyai lapisan tanah alluvial hasil letusan gunung Takuban Perahu.

Jenis material di bagian Utara umumnya merupakan jenis andosol, dibagian Selatan serta Timur

terdiri atas sebaran jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan tanah liat. Di bagian Tengah dan

Barat tersebar tanah jenis andosol.

3.1.2 Tata Guna Lahan

Tata guna lahan daerah Tegalega kecamatan Regol mayoritas adalah industri kecil yang

cukup padat. Daerah yang sedang ditelaah ini terletak tepat di pinggir jalan raya, sehingga akses

transportasinya sangat baik. Lokasi proyek yang dekat dengan jalan raya menjadi penyumbang

potensial terhadap polusi kebisingan dan udara pada daerah rencana proyek. Gas dan partikulat

debu dari aktivitas transportasi jalan raya ini dirasakan cukup mengkuatirkan sehingga perlu

mendapatkan perhatian.

3.1.3 Iklim

Wilayah Indonesia berada pada posisi strategis, yaitu diantara Benua Asia dan Australia,

diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, serta dilalui garis khatulistiwa, menyebabkan

kondisi iklim di Indonesia secara keseluruhan dipengaruhi oleh fenomena global seperti El Nino,

La Nina, Dipole Mode, dan Madden Julian Oscillation (MJO). Untuk daerah Tegalega secara

24

Page 2: BAB III Rona Lingkungan Hidup

khusus pengaruh iklimnya ditambah oleh kondisi topografi Bandung yang dikelilingi gunung,

sehingga didapatkan daerah yang relatif lebih dingin dari daerah Indonesia lainnya.

a. Tipe Iklim

Tipe iklim di wilayah sekitar lokasi kegiatan adalah Iklim Tropis.

b. Suhu Udara

Berdasarkan data dari Stasiun BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika Kota Bandung,

2009) suhu udara rata-rata, min: 22.8 ˚ C dan max: 31.6˚ C

c. Curah Hujan

Berdasarkan data dari Stasiun BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika Kota Bandung,

2009) diketahui curah Hujan rata-rata pertahun: 2445.3 mm dan biasanya terdiri dari 4

bulan musim kemarau dan 8 bulan musim hujan.

Tabel 3.1 Data Curah Hujan, Suhu, dan Kelembaban di Daerah Tegalega, Kec. Regol

Tahun Curah hujan

(mm)

Hari Hujan Suhu max

(0C)

Suhu min

(0C)

Kelembaban

(%)

2000 2288 139 32,07 22,4 79,67

2001 1467 65 32,53 23,17 76

2002 3002 201 31,81 21,58 86,02

2003 2106 157 32,03 21,79 88,37

2004 1916 137 28,82 23,85 89,3

2005 5669 107 30,95 23,74 88,92

2006 2583 154 32,68 23,29 89,67

2007 1475 58 31,9 23,03 82,3

2008 1895 67 31,04 22,95 81,75

2009 2052 102 32,09 22,56 81,53

Jumla

h

24453 1187 315,92 228,36 843,53

Rata-

rata

2445,3 118,7 31,592 22,836 84,353

Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Kota Bandung, 2009

25

Page 3: BAB III Rona Lingkungan Hidup

20002001

20022003

20042005

20062007

20082009

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Curah Hujan Kota Bandung (mm)

Curah hujan (mm)

Gambar 3.1 Curah Hujan di Kota Bandung Tahun 2000-2009

d. Angin dan Kecepatan Angin

Setelah dilakukan pengukuran, arah angin di Lapangan Tegalega dominan bertiup dari

arah Barat menuju ke Timur Laut, dengan kecepatan angin berkisar antara 0,2 – 1,5 m/s.

Berikut dapat dilihat kecepatan angin dari berbagai arah mata angin yang diambil pada

tanggal 1 Maret 2011.

26

Page 4: BAB III Rona Lingkungan Hidup

Gambar 3.2 Arah dan Kecepatan Angin di Lapangan Tegalega

3.1.4 Sumber Air dan Pemanfaatannya

Sumber mata air sebagian besar penduduk daerah Tegalega berupa air tanah, dan air

permukaan dari Sungai Cikapundung yang mengalir melewati daerah tersebut. Untuk keperluan

air bersih penduduk daerah tersebut dilayani oleh PDAM Badaksinga sehingga dapat

disimpulkan bahwa ketersediaan air di daerah pelaksanaan proyek ini cukup memadai. Rincian

pemanfaatan air bersih dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2 Pemanfaatan Air di Taman Tegalega

No. Jenis Kegiatan Kebutuhan Air

Total Kebutuhan Air(m3/hari)

1 Toilet dan wastafel    

 > Hari biasa (Senin-Jumat) --> pengunjung: 100 orang 50 per orang/L/hari 500 L/hari

 > Sabtu/Minggu/Hari Libur --> pengunjung: 1000 orang 50 per orang/L/hari 5000 L/hari

2 Pemeliharaan Taman Tegalega (taman, halaman, tanaman)

 500 L/hari

3 Kolam renang Tegalega   400.0 minggu

3.1.5 Sistem Drainase

Sistem drainase di daerah ini terpisah dengan sistem penyaluran air buangan, saluran ini

berupa saluran terbuka dan berbentuk segi empat dengan lebar dan kedalaman 0,5 m (Gambar

3.3). Saluran ini terletak di sepanjang lapangan (mengitari lapangan). Saluran drainase di

kawasan ini bebas sampah karena ada petugas yang membersihkan setiap hari.

27

Page 5: BAB III Rona Lingkungan Hidup

Gambar 3.3 Saluran Drainase

3.1.6 Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat

dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan

lingkungan. Sumber kebisingan di sekitar lokasi rencana pembangunan Taman Ria berasal

dari kendaraan yang lalu lalang seperti sepeda motor, angkot, sedan, truk, pick up, bus, dan

sebagainya.

Data kebisingan dikumpulkan melalui pengukuran dengan menggunakan alat sound level

meter di lapangan sebagai data primer. Titik-titik sampling diambil untuk mengetahui intensitas

kebisingan di dalam lokasi kegiatan serta lingkungan sekitar yang diakibatkan oleh kegiatan

yang akan beroperasi dan merupakan rona awal kebisingan. Hasil pengukuran yang diperoleh

akan dibandingkan dengan baku mutu tingkat kebisingan sesuai SK Menteri LH No. 48 Tahun

1996. Hasil intensitas kebisingan akan digunakan sebagai bahan dalam melakukan prakiraan

dampak. Lokasi pengambilan sampel dipertimbangkan dari arah dan kecepatan angin dominan

dan pemukiman yang ada di sekitar lokasi. Titik lokasi untuk pengambilan sampel kebisingan

adalah (seperti pada Gambar 3.4):

Pada jarak terjauh dari sumber bising

Jarak terdekat dari sumber bising

Jarak antara jarak terjauh dan terdekat dari sumber bising

28

Page 6: BAB III Rona Lingkungan Hidup

Gambar 3.4 Titik Sampling Pengukuran Kebisingan di Kawasan Tegalega

Metode pengukuran

Cara sederhana, yaitu sound level meter (dalam dB) diukur selama 10 menit untuk tiap

pengukuran dan pembacaan dilakukan setiap 5 detik. Waktu pengukuran dilakukan selama

aktifitas 24 jam. Pada siang hari tingkat aktifitas tertinggi selama 16 jam (06.00-22.00),

dilakukan 4 waktu pengukuran dan malam hari 8 jam (22.00-06.00), dilakukan 3 waktu

pengukuran.

Jam 07.00, mewakili jam 06.00 - 09.00

Jam 10.00, mewakili jam 09.00 - 11.00

Jam 15.00, mewakili jam 14.00 - 17.00

Jam 20.00, mewakili jam 17.00 - 22.00

Jam 23.00, mewakili jam 22.00 - 24.00

Jam 01.00, mewakili jam 24.00 - 03.00

Jam 04.00, mewakili jam 03.00 - 06.00

Tabel 3.3 Hasil Pengukuran Kebisingan di Titik Sampling

Titik

Pengambilan

Sampel

Lokasi Sumber BisingIntensitas Kebisingan dB

(A)

1 Jalan ibu Inggit Garnasih Kendaraan lalu lintas 55-58

2 Jalan Mohammad Toha Kendaraan lalu lintas 57-59

3 Jalan BKR Kendaraan lalu lintas 58-60

4 Jalan Astana Anyar Kendaraan lalu lintas 57-60

5 Lapangan Tegalega Orang berbicara 38-41

6 Lapangan Tegalega Orang berbicara 37-41

7 Jalan Dewi Sartika Kendaraan lalu lintas 52-57

8 Jalan Kota Baru Kendaraan lalu lintas 54-56

9 Jalan Pelindung Hewan Kendaraan lalu lintas 53-57

10 Ciroyom Kendaraan lalu lintas 51-55

29

Page 7: BAB III Rona Lingkungan Hidup

3.1.7 Kualitas Udara

Data kualitas udara dikumpulkan melalui hasil analisis di laboratorium yang dilakukan

pengukuran di lapangan sebagai data primer. Hasil dari analisa kualitas udara akan digunakan

sebagai bahan dalam melakukan prakiraan dampak. Selanjutnya mengenai pengambilan sampel

ditetapkan atas pertimbangan rencana kegiatan. Penentuan Lokasi Sampling dilakukan

berdasarkan SNI 19-7119.9-2005 tentang Penentuan Lokasi Pengambilan contoh uji

pemantauan kualitas Udara. Penempatan peralatan berjarak 1-5m dari pinggir jalan yang akan

diambil contoh uji pada ketinggian 1,5 -3 m dari permukaan jalan (seperti pada Gambar 3.5).

Gambar 3.5 Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara

Berdasarkan SNI 19-7119.9-2005

30

Page 8: BAB III Rona Lingkungan Hidup

Gambar 3.6 Lokasi Sampling Kualitas Udara

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 20100

100

200

300

400

500

600

700

Parameter Kualitas Udara

NOxSOxNH3COPb

Tahun

ug/m

3

Gambar 3.7 Parameter Kualitas Udara di Kawasan Tegalega Tahun 2000-2010

31

2

1

3

5 4

Page 9: BAB III Rona Lingkungan Hidup

Tabel 3.4 Hasil Pengukuran Kualitas Udara di Kawasan Tegalega Bulan Maret 2011

No. Parameter SatuanLokasi Baku

MutuU1 U2 U3 U4 U5

 1 Arah angin -

Barat-

Timur

Laut

Barat-

Timur

Laut

Barat-

Timur

Laut

Barat-

Timur

Laut

Barat-

Timur

Laut

-

3 Suhu °C 31,7 32,4 33,2 30 31,2  

4 Kelembaban %RH 36,0 33,0 32,0 34,0 35,0  

5 Cuaca - Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah  

6 SO2 µg/m3 662,5 661,8 663 663 663,2 900

7 NO2 µg/m3 334,2 333,6 335,2 336 334,8 400

8 NH3 µg/m3 Ttd 1,1 2,11 1,25 1,4 2000

9 H2S µg/m3 Ttd ttd ttd ttd ttd 20

10 Debu µg/m3 207,5 216,7 212,3 209,7 210,9 230

11 Pb µg/m3 0,09 0,17 0,15 0,05 0,19 2

12 CO µg/m3 415.5 369.8 403,6 404,8 420,0 30000

3.2 Lingkungan Biologi

3.2.1 Flora

Pada saat ini salah satu fungsi Lapangan Tegalega yaitu sebagai taman kota dan tempat

konservasi tanaman, sehingga dapat ditemukan berbagai macam jenis flora di sana. Tanaman

tersebut terdiri dari tanaman keras yang tumbuh sendiri dan sengaja ditanam, antara lain dapat

dilihat pada Tabel 3.5.

32

Page 10: BAB III Rona Lingkungan Hidup

Tabel 3.5 Jenis Flora yang Tumbuh di Sekitar Lokasi

3.2.2 Fauna

Jenis fauna darat berdasar pengamatan dan informasi dari penduduk terdiri dari binatang

liar dan binatang piaraan yang dapat dilihat pada Tabel 3.6

Tabel 3.6 Jenis Fauna yang Tumbuh di Sekitar Lokasi

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

A. Burung (Aves)

1. Burung Gereja Passer montanus

B. Reptilia, Amphibi, Pisces

1. Belalang Mantis religiosa

2. Kadal Maburia

3. Cicak Hemidactylus Frenatus

4. Tokek Gecko gecko

5. Serangga Insect

6, Cacing tanah Annelida

C. Mammalia

1. Anjing Canis familiaris

2. Kucing Felis domedticus

3. Tikus Rattus norvegicus

3.3 Lingkungan Sosial, Ekonomi, dan Budaya

33

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

1. Rumput teki Cyperus rotundus

2. Trembesi Samanea saman

3. Akasia Acacia auriculiformis

4. Kayu manis Cinnamomum burmannii

5. Bintaro Cerbera manghas

6. Bambu Bambusa atra

7. Flamboyan Delonix regia

8. Palm botol Hyophorbe lagenicaulis

9. Palm kipas Livistona spp.

Page 11: BAB III Rona Lingkungan Hidup

3.3.1 Kependudukan

Jumlah Penduduk

Pembangunan Taman Ria berada di Kecamatan Regol dengan jumlah penduduk mencapai

62.589 jiwa pada tahun 2009, dengan kepadatan penduduk 158 jiwa/ha. Komposisi

penduduknya adalah 31.058 jiwa laki-laki dan 31.531 jiwa perempuan.

3105831531

Jumlah Penduduk

Laki-LakiPerempuan

Gambar 3.8 Keadaan Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Regol Pada

Tahun 2009

Komposisi penduduk menurut pendidikan

Survey komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan menunjukkan jumlah penduduk

yang tidak atau belum bersekolah 17%, tidak tamat SD 7%, belum tamat SD 17%, tamat

SD 16%, SLTP 17%, SLTA 17%, dan sarjana 9%. Sebagian besar penduduk daerah ini

bekerja setelah lulus SLTA, menjadi pekerja atau wiraswasta.

34

Page 12: BAB III Rona Lingkungan Hidup

17%

7%

17%16%17%

17%9%

Tingkat Pendidikan awal

tidak/belum sekolahtidak tamat SDbelum tamat SDtamat SDSLTPSLTASarjana

Gambar 3.9 Keadaan Tingkat Pendidikan Awal Pada Tahun 2009

Komposisi penduduk menurut jenis pekerjaan

Survey jenis pekerjaan penduduk, yaitu pelajar, petani, pegawai swasta, pedagang, PNS,

ABRI/TNI, buruh swasta, penjahit, tukang kayu, dokter, sipil, dll. Dapat dilihat pada Tabel

3.7 berikut ini:

Tabel 3.7 Keadaan Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Regol Tahun 2009

No Lapangan Usaha Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Petani 820 595 1415

2 Pelajar/Mahasiswa 8659 11673 20332

3 Pegawai Swasta 4483 4533 9016

4 Pedagang 7550 4702 12252

5 Pegawai Negeri Sipil 1032 1686 2718

6 TNI/ABRI 249 60 309

7 Buruh Swasta 7256 6535 13791

8 Pengrajin 329 1294 1623

35

Page 13: BAB III Rona Lingkungan Hidup

9 Penjahit 91 120 211

10 Tukang Kayu 196 99 295

11 Dokter 31 31 62

12 Sopir 198 100 298

13 Pengusaha 164 163 327

  Jumlah 31058 31531 62589

Berdasarkan Tabel 3.7, dapat dilihat bahwa lapangan usaha yang banyak menyerap

tenaga kerja adalah pelajar/mahasiswa sebesar 20332 jiwa, sedangkan yang terendah yaitu

lapangan usaha dokter dengan menyerap tenaga kerja sebesar 62 jiwa. Jika dilihat dari segi jenis

kelamin, laki-laki lebih banyak bekerja pada lapangan usaha pelajar/mahasiswa yaitu sekitar

28%. Begitupula dengan perempuan di Kecamatan Regol masih banyak yang

bermatapencahariaan sebagai pelajar/mahasiswa yaitu sekitar 37%. Hal ini dapat dilihat dari

gambar 3.10 dan 3.11 berikut:

3%

28%

14%

24%

3%1%

23%

1%0% 1% 0% 1% 1%

Mata Pencaharian Laki-Laki di Kec. RegolPetaniPelajar/mahasiswaPegawai SwastaPedagangPegawai Negeri SipilTNI/ABRIBuruh SwastaPengrajinPenjahitTukang KayuDokterSopirPengusaha

Gambar 3.10 Mata Pencaharian Laki-Laki di Kecamatan Regol Pada Tahun 2009

36

Page 14: BAB III Rona Lingkungan Hidup

2%

37%

14%

15%

5%0%

21%

4%

0% 0%0%0% 1%

Mata Pencaharian Perempuan di Kec. RegolPetaniPelajar/mahasiswaPegawai SwastaPedagangPegawai Negeri SipilTNI/ABRIBuruh SwastaPengrajinPenjahitTukang KayuDokterSopirPengusaha

Gambar 3.11 Mata Pencaharian Perempuan di Kecamatan Regol Pada Tahun 2009

3.3.2 Konflik Sosial

Konflik sosial merupakan salah satu parameter sosial yang perlu dikaji, terutama jika

dikaitkan dengan potensi dampak akibat adanya kegiatan pembangunan Taman Ria. Konflik

sosial antara lain dapat disebabkan oleh adanya kesenjangan akses dalam memperoleh

kesempatan kerja yang berimplikasi pada harapan peningkatan kesejahteraan penduduk,

ketimpangan dalam distribusi pendapatan, eksklusifitas dan sebagainya. Namun hal ini tidak

nampak di wilayah ini.

Salah satu parameter yang dapat dilihat dari aspek sosial budaya adalah penerimaan

masyarakat lokal atas kehadiran warga pendatang serta tidak pernah terjadinya konflik di antara

masyarakat pendatang dan masyarakat lokal. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa potensi

konflik sosial dapat muncul apabila harapan masyarakat terlalu besar terhadap perusahaan dalam

hal bantuan sosial dan penerimaan tenaga kerja yang tidak dapat terpenuhi.

3.3.3 Kesehatan Masyarakat

Komponen kesehatan merupakan komponen utama dan esensial (mutlak) dari kualitas

sumber daya manusia. Oleh karena itu tanpa sumber daya manusia yang berkualitas

37

Page 15: BAB III Rona Lingkungan Hidup

pembangunan akan terhenti. Penduduk atau masyarakat yang sakit - sakitan tidak akan mampu

melanjutkan pembangunan, maka untuk menjamin kelangsungan pembangunan tersebut

diperlukan masyarakat yang sehat.

Derajat kesehatan manusia dipengaruhi oleh 4 hal (Teori Blum) yaitu : 5 % Keturunan,

15 % Pelayanan Kesehatan, 35 % Perilaku dan 45 % oleh lingkungan. Berdasarkan teori

tersebut diatas ternyata faktor lingkungan yang paling dominan. Sebagaimana negara - negara

sedang berkembang yang lain, Indonesia juga masih menghadapi masalah tingginya angka

penyakit menular terutama yang berkaitan dengan kondisi lingkungan yang kurang baik, seperti

penyakit : ISPA (Iritasi saluran Pernafasan Atas), Diare, TBC, Malaria, Demam berdarah, kulit,

dan sebagainya. Di samping itu penyakit tidak menular pada skala nasional juga mulai

menunjukkan peningkatan yang signifikan, seperti penyakit: kanker, Jantung, dan penyakit

kronik lainnya serta angka kecelakaan akibat kerja juga perlu mendapat perhatian yang sama.

Dalam menunjang Kesehatan Masyarakat, sarana kesehatan mempunyai peranan sangat

penting. Sarana kesehatan yang terdapat di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Regol dapat

dilihat pada Tabel 3.8 berikut ini:

Tabel 3.8 Jumlah dan Jenis Sarana Kesehatan

No

.Jenis Sarana Kesehatan Jumlah (unit)

1. Puskesmas 1

2. Puskesmas Pembantu 1

3. Puskesmas keliling 1

4. Balai pengobatan swasta 1

5. Rumah Bersalin Swasta 1

6. Praktek dokter swasta 2

7. Praktek bidan swasta 1

8. Apotik 1

9. Posyandu 3

Sumber : Puskesmas Regol tahun 2008

Untuk masalah sampah di Taman Tegaleaga telah dikelola oleh pihak Pemerintah Daerah

Kebersihan (PD Kebersihan). Sampah yang terkumpul diangkut ke Tempat Penampungan

38

Page 16: BAB III Rona Lingkungan Hidup

Sementara (TPS) Tegalega yang berada di samping taman. Saat ini ada 25 pekerja yang

mengelola sampah di Taman Tegalega. Pekerja tersebut dibagi ke dalam beberapa bagian seperti

parit, taman, lapangan, dll.

3.3.4 Gambaran Kondisi Sosial Ekonomi, Tanggapan dan Harapan Warga Masyarakat

terhadap Kegiatan Pembangunan Taman Ria di Tegalega

Untuk memperoleh gambaran tentang dampak dari kegiatan penataan dan pembangunan

Taman Ria Tegalega, terlebih dahulu dilakukan survey. Survey tersebut bertujuan untuk

memperoleh gambaran secara umum tentang kondisi sosial, ekonomi dan kesehatan masyarakat

yang tinggal di daerah Tegalega. Lapangan Tegalega yang terdiri dari taman dan kolam renang

merupakan tempat hiburan yang terjangkau bagi masyarakat dengan ekonomi menengah ke

bawah. Rencana pembangunan taman ria cukup disambut dengan baik, terutama oleh pengelola

Lapangan Tegalega. Hal ini karena akhir-akhir ini hiburan di daerah Tegalega terlalu monoton.

Di samping untuk mengetahui kondisi tersebut juga studi ini bertujuan untuk menggali

tanggapan dan harapan warga masyarakat terhadap kegiatan pembangunan Taman Ria. Melalui

survey diharapkan bisa memperoleh informasi langsung dari warga masyarakat. Adapun

tanggapan masyarakat adalah sebagai berikut:

- Sebaiknya lahan parkir perlu ditambah agar tidak memakan badan jalan di luar area

taman tegalega.

- Biaya tiket masuk diharapkan terjangkau untuk masyarakat, khususnya ekonomi

menengah ke bawah, tetapi masih mampu menutupi biaya taman tegalega itu sendiri,

meliputi maintenance lokasi, wahana, dan sarana-sarana lainnya

- Dengan adanya Taman Ria di Lapangan Tegalega juga dapat membuka lapangan kerja

baru seperti menjadi petugas kebersihan, keamanan, manajemen dan operasional.

- Selain itu para pekerja kaki lima berharap agar usahanya dapat tetap berjalan meskipun

Lapangan Tegalega berubah fungsi menjadi taman ria

39