contoh RKS

54
SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN SPESIFIKASI TEKNIS Kantor : Jl. Bangka Raya No.2 (Gd. AKA Lt. IX) Pela Mampang, Jakarta Selatan Telp./Fax : 021-79195511 Studio : Jl. Pengadegan Timur III No. 7 Jakarta Selatan Email : [email protected] PAKET PEKERJAAN : Tahun Anggaran Jasa Konsultan Perencanaan Gedung Arsip KKP Cileungsi

description

contoh RKS

Transcript of contoh RKS

Page 1: contoh RKS

SEKRETARIAT JENDERAL

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

SPESIFIKASI TEKNIS

Kantor : Jl. Bangka Raya No.2 (Gd. AKA Lt. IX) Pela Mampang, Jakarta Selatan Telp./Fax : 021-79195511 Studio : Jl. Pengadegan Timur III No. 7 Jakarta Selatan

Email : [email protected]

PAKET PEKERJAAN :

Tahun Anggaran

Jasa Konsultan Perencanaan

Gedung Arsip KKP Cileungsi

Page 2: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-1

BAB I

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN STRUKTUR _________________

Pasal 1

PEKERJAAN PEMANCANGAN

1-1 Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan ini meliputi pekerjaan setting-out (penentuan titik-titik posisi tiang

dilapangan sesuai dengan gambar rencana), mobilisasi dan demobilisasi alat,

pengadaan dan pemancangan dengan menggunakan injection pile (tiang tekan)

untuk tiang pancang beton pracetak Prategang tipe square pile, termasuk percobaan

beban vertikal dengan sistim PDA Test.

Daya dukung rencana adalah :

Ukuran 40/40 cm - daya dukung vertikal terpancang = 90 tonf/tiang

Kontraktor harus menyediakan semua peralatan bahan, tenaga kerja yang

berpengalaman dan Tenaga Ahli untuk pemancangan dan percobaan beban sesuai

dengan uraian dan syarat-syarat di dalam persyaratan teknis dan gambar

perencanaan.

1-2 Bahan.

(1) Dimensi Tiang Pancang

Tiang pancang yang digunakan disini adalah tiang pancang beton pracetak

Prategang tipe square pile :

Ukuran 40 x 40cm : dipancang sampai mencapai lapisan yang ditentukan dari

hasil penyelidikan tanah, kedalaman pancang 12~16 meter, dan daya dukung

ijin harus mencapai 90 tonf/tiang

Untuk menentukan panjang tiang pancang yang optimal, Kontraktor harus

melakukan pemancangan tiang pancang indikator sesuai gambar yang telah

diberikan sebelum melakukan pemesanan panjang tiang.

(2) Penulangan (reinforcement) dan kabel prategang

Kabel prategang diameter ½ in, menggunakan mutu 270 (ASTM A416-99),

uncoated, bright seven-wire, stresses relieved strand seperti yang disyaratkan

dalam gambar struktur. Batang-batang baja lunak harus mempunyai tegangan

leleh tarik/tekan minimal = 2400 kg/ma2, dan 4000 kg/cm2 untuk baja keras

ulir.

(3) Beton

Beton Mutu beton yang disyaratkan adalah fc' = 55 Mpa

Page 3: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-2

(4) Toleransi

Toleransi maksimum dari ukuran yang dapat diterima untuk tiang pancang

adalah sebagai berikut:

a) Penyimpangan dari keluaisan 1/500 atau maksimum 0.1 d (d=dimensi sisi

tiang pancang).

b) Penyimpangan dari penampang maksimum 10 mm.

Tiang pancang yang tidak sesuai dengan peraturan/petunjuk akan ditolak.

1-3 Persiapan Pemancangan.

Pekerjaan ini meliputi pekerjaan setting-out (penentuan titik-titik posisi tiang

dilapangan sesuai dengan gambar rencana), mobilisasi dan demobilisasi alat,

pengadaan dan pemancangan dengan menggunakan injection pile (tiang tekan)

untuk tiang pancang beton pracetak Prategang tipe square pile, termasuk percobaan

beban vertikal dengan sistim PDA Test.

Sebefum pekerjaan pemancangan dimulai, Kontraktor harus mengajukan data

lengkap dari peralatan yang akan dipergunakan, cara pemancangan dan prosedur

kerjanya termasuk jenis mesin pancang dan peratatan yang akan digunakan di

lapangan, dan rencana urutan pemancangan.

Type Alat Pancang, type Hammer, Berat Hammer dan Kalenderingnya harus

mendapat persetujuan Pengawas Pekerjaan.

1-4 Pelaksanaan Pemancangan.

(1) Ketentuan Umum.

Kontraktor harus menjamin kualitas dari tiang yang akan dipancang. Data-data

hasil penyelidikan tanah (sondir, boring dan lab test) yang dilampirkan dalam

dokumen ini adalah untuk informasi Kontraktor tentang keadaan strata tanah

dan kondisi tanah. Bilamana dianggap perlu oleh Kontraktor, Kontraktor

diijinkan untuk melakukan penyelidikan tanah tambahan atas biaya sendiri.

Tidak dibenarkan untuk meng-claim sehubungan dengan pekerjaan tambah

yang ditakukan oleh Kontraktor disebabkan karena ketidak-telitian dalam

menerima informasi.

Kontraktor harus memancang tiang sampai pada kedalaman lapisan tanah

yang memberikan daya dukung sesuai yang disyaratkan diatas dengan faktor

keamanan yang tidak lebih kecil dari 2.00 (S.F. > 2.00).

(2) Persiapan.

Kontraktor harus menempatkan tiap tiang pancang tepat pada daerah yang

telah ditentukan. Tiang pancang ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai

dengan urutan kerja yang telah direncanakan. Tiap tiang pancang harus

diberikan tanda dengan cat putih pada setiap interval 0,5m.

Page 4: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-3

Kontraktor agar mencatat semua data pemancangan dari setiap tiang dan

seteliti mungkin.

Kontraktor agar melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari

kerusakan pada kepala tiang pancang selama pemancangan. Untuk maksud

tersebut, helmet dan packing yang cocok dan disetujui oleh Pengawas harus

dipasang pada kepala tiang pancang.

(3) Instalasi.

Kontraktor harus memberi laporan kepada Direksi Pengawas rencana

pelaksanaan pemancangan sehingga Direksi Pengawas dapat melakukan

inspeksi.

Untuk mendapatkan panjang tiang pancang yang optimal, Kontraktor dapat

memancang "indicator pile(s)".

Kedalaman tiang pancang (yang terbenam) ditentukan berdasarkan hasil

penyelidikan tanah, test penetrasi dan final set dari tiang.

Kedalamam minimal dari tiang pancang akan ditentukan oleh Direksi

Pengawas berdasarkan data/catatan hasil pemancangan sebelumnya. Jika

diketemukan lensa maka harus dilakukan pre-boring dengan menggunakan

continuous flying auger atau peralatan lain yang disetujui. Bila ada keraguan-

raguan, Direksi Pengawas boleh memerintahkan untuk memancang sampai

kedalaman tertentu walaupun final set yang disyaratkan telah terpenuhi.

Jika ada kerusakan pada kepala tiang pancang selama pemancangan, maka

pada bagian yang rusak tersebut diperbaiki dengan pengarahan dari Direksi

Pengawas. Jika menurut Direksi Pengawas Kontraktor tidak dapat

memperbaiki kepala tiang pancang yang rusak secara baik atau jika Direksi

Pengawas meragukan perbaikan kepala tiang pancang tersebut, maka ia

dapat memerintahkan untuk mengganti dengan yang baru (cadangan).

Kontraktor harus menanggung seluruh biaya perbaikan, pengadaan tiang

pancang dan pemancangan tiang pengganti, dan persiapan perhitungan-

perhitungan serta gambar pondasi, kecuali jika ada persetujuan dengan

Direksi Pengawas.

Kontraktor diwajibkan untuk melaksanakan monitoring/pengecekan secara

kontinue posisi tiang-tiang yang sudah terpancang baik untuk posisi lateral

maupun posisi vertikal. Hasil monitoring tersebut harus dilaporkan kepada

Direksi Pengawas minimal seminggu sekali.

Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan alat pancang untuk kepertuan

lain/sementara. Semua pekerjaan lain atau keperluan sementara, yang

menggunakan alat pancang harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari

Direksi Pengawas.

(4) Toleransi Pelaksanaan.

Deviasi maksimum pada elevasi "cut-off level" untuk penjajaran pusat tiap

tiang adalah 50 mm dalam arah horizontal dari posisi pusat tiang yang

ditunjukkan dalam gambar.

Page 5: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-4

Ketidak lurusan tiang tidak boleh lebih dari 1 persen dalam arah vertikal. Tiang

tambahan harus dipancang jika penyimpangan pusat tiang melampaui batas

toleransi yang diijinkan, dan redesign menunjukkan beban diatas setiap tiang

ada yang meiebihi 10 persen beban rencana tiang.

(5) Laporan Pemancangan

Kontraktor harus membuat dan menyerahkan laporan kepada Direksi

Pengawas tentang hasil-hasil pemancangan untuk melengkapi laporan

standard. Laporan ini dikirim kepada Direksi Pengawas tidak melebihi satu hari

(1x24 jam) dari waktu pemancangan dengan data-data sebagai berikut:

- Nomor referensi halaman.

- Lokasi

- Nomor pile

- Ukuran pile

- Panjang tiang

- Elevasi muka tanah

- Tanggal dan waktu pemancangan

- Kedalaman tiang

- Elevasi ujung tanah tiang

- Metode dari pengangkatan dan pemancangan tiang

- Jenis dan type dari peralatan yang dipakai

- Waktu yang diperlukan untuk pemancangan

- Estimasi nilai daya dukung final.

Pada akhir pekerjaan pemancangan, Kontraktor harus membuat dan

menyerahkan gambar denah pondasi dan toleransi yang terdapat dilapangan

sebanyak yang diperlukan oleh Pemberi Tugas.

1-5 Kepala Tiang.

Setelah pemancangan selesai dilaksanakan Kontraktor wajib untuk memotong

kelebihan panjang tiang pancang sedemikian rupa sehingga panjang stek tulangan

setelah pemotongan kepala tiang minimum 40 diameter tulangan tiang pancang

terbesar atau 500 mm. Stek tulangan tiang setelah pemotongan kepala tiang harus

dalam keadaan bersih, lurus dan baik.

Kepala tiang setelah dipotong harus dibersihkan dengan sikat kawat.

Batas pemotongan kepala tiang harus tepat sesuai dengan petunjuk/gambar.

Kontraktor harus membuang reruntuhan beton, sisa-sisa potongan besi beton dan

tanah galian keluar lapangan/proyek atau ke suatu tempat yang ditentukan

oleh Pengawas, dan biaya untuk pembuangan tersebut ditanggung oleh pihak

Kontraktor.

1-6 PDA Test.

Antara pemancangan tiang yang akan ditest dan PDA Test pada tiang tersebut harus

ada jangka waktu paling sedikit 2 (dua) minggu untuk mengembalikan kondisi tanah

akibat pemancangan tiang kepada keadaan semula. Pemancangan tiang yang

berdekatan dengan tiang percobaan harus ditunda selama adanya percobaan

pembebanan tiang.

Page 6: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-5

Kontrator harus menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman, bahan dan semua

perlengkapan yang diperlukan untuk pelaksanaan, pencatatan dan pengukuran dari

percobaan beban termasuk penyediaan alat-alat yang digunakan dan pembongkaran

kembali.

Percobaan beban dilakukan pada tiang pancang yang ditentukan oleh Direksi

Pengawas. Hasil percobaan yang diterima digunakan untuk mengevatuasi

pelaksanan pekerjaan pemancangan. Set-up dan metode pelaksanaan percobaan

dan peralatannya, jenis beban, alat pengaman dan sertifikat kalibrasi peralatan yang

masih berlaku harus diajukan kepada Pengawas untuk mendapat persetujuan

sebelum pelaksanaan percobaan beban.

Selama pelaksanan percobaan beban, Kontraktor harus menempatkan tenaga kerja

yang berpengalaman untuk pelaksanaan pengamatan dan pencatatan hasil

percobaan.

Jumlah tiang pancang yang di test, minimal 2 tiang untuk setiap gedung.

Pasal 2

PEKERJAAN STRUKTUR BETON

2-1 Bekisting/Cetakan Dan Perancah.

(1) Umum.

a. Lingkup Pekerjaan

Kontraktor harus menyiapkan semua bahan dan tenaga kerja yang diperlukan.

Kontraktor harus menyiapkan, membuat dan membongkar semua cetakan dan

perancah beton cor yang diperlukan.

b. Gambar Kerja.

Kontraktor harus membuat dan mengajukan perhitungan dan gambar kerja

kepada Pengawas untuk mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan

dilaksanakan.

c. Standard.

Semua bahan dan konstruksi, jika tidak diberi catatan khusus harus

memenuhi standard yang umum dipakai di Indonesia SNI 03 - 2847 - 2002

(Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung), AC!-347

(Recommended Practice for Concrete Formwork), PUBI-1982 (Persyaratan

Umum Bahan Bangunan). Jika persyaratan yang tersebut diatas tidak cukup

memadahi, maka konstruksi harus disesuaikan dengan standard Internasional

yang diakui dan dapat dtterima oleh Perencana

(2) Bahan

Mutu beton yang disyaratkan adalah fc' = 37,35 Mpa

Semua balok-balok kayu dan multipleks untuk cetakan harus bahan baru.

Permukaan dan bahan cetakan harus licin, bebas dari celah dan kotoran. Hal

tersebut diatas berlaku untuk sistim konvensional maupun bekisting siap

pakai.

Page 7: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-6

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pembuatan bekisting adalah sebagai

berikut :

- Bekisting harus cukup tebal dan terikat kuat sehingga tidak akan

mengalami deformasi pada waktu pengecoran.

- Harus kedap air dengan menutup semua celah-celah bekisting.

- Tahan terhadap getaran vibrator dari luar maupun dari sebelah dalam

bekisting.

(3) Pelaksanaan

Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat, kokoh, stabil dan

dapat memikul beban-beban vertikal dan horizontal, dan beban-beban

pelaksanaan lainnya yang mungkin terjadi.

Kontraktor harus memperhitungkan penurunan atau lendutan dari perancah

dimana tidak boleh lebih dari 1/400 bentang dan mempertimbangkan

langkah-langkah seperlunya sehubungan dengan kedudukan garis permukaan

(level) yang disyaratkan; pada akhir pekerjaan beton bekisting harus

menghasilkan konstruksi yang sesuai dengan bentuk dan level yang sesuai

dengan gambar-gambar rencana.

Bila tidak ditentukan lain dalam gambar, cetakan dibuat dengan "camber"

pada tengah bentang sebagai berikut:

Balok dan pelat = 0.2% dari bentang yang bersangkutan

Cantilever (balok dan pelat) = 0.4% dari bentang yang bersangkutan

Cetakan harus diberi ikatan-ikatan secukupnya sehingga dapat terjamin

kedudukan dan bentuknya. Khusus untuk cetakan kolom, dinding dan balok

tinggi harus diadakan perlengkapan-perlengkapan untuk menyingkirkan

kotoran-kotoran, serbuk gergaji, potongan-potongan kayu, kawat pengikat dan

lainnya. Pekerjaan pengecoran beton boleh dilaksanakan hanya setelah

diinspeksi dan disetujui oleh Pengawas. Namun demikian biia ada cetakan dan

perancah/bekisting yang menurut Pengawas membahayakan atau tidak

memadai selama pekerjaan pengecoran beton berlangsung, maka Pengawas

dapat menginstruksikan kepada Kontraktor untuk memperkuat/memperbaiki

atau membongkar dan mengulangi pekerjaan beton-yang sudah dilaksanakan -

tersebut. Semua biaya yang timbul merupakan tanggung javyab Kontraktor.

Perancah harus diinspeksi secara rutin selama pengecoran beton berlangsung

untuk mengetahui lebih dini jika terjadi perlemahan pada sistim cetakan dan

perancah yang menyebabkan terjadinya perubahan kedudukan, ketidak-

stabilan dan perubahan bentuk. Jika hal ini terjadi, pekerjaan pengecoran

harus segera dihentikan dan Kontraktor diwajibkan untuk memperkuat,

memperbaiki atau membongkar dan mengulangi pekerjaan beton yang sudah

dilaksanakan tersebut jika kerusakan tidak dapat diperbaiki. Semua biaya

yang timbul menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Cetakan harus kokoh dan cukup kedap air, sehingga dijamin tidak timbul sirip

atau adukan keluar pada sambungan atau cairan keluar dari beton. Cetakan

harus terbuat dari bahan-bahan yang tidak mudah menyerap air dan harus

direncanqkan sedemikian rupa sehingga mudah dapat dilepaskan dari beton

tanpa menyebabkan kerusakan pada beton -pada saat pembongkaran dan

tanpa hapus memrndahkan penunjang utama yang7 masih dipertukan selama

waktu perawatan,

Page 8: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-7

Perancah dan cetakan harus sesuai dengan ukuran, bentuk dan kedudukan

vertikal maupun kedudukan horizontal, dan harus dilengkapi dengan block-out

untuk lubang-lubang atau opening, chamfers dan detail-detail lainnya yang

ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana arsitektur, struktur dan M&E.

Tolerasi dari permukaan cetakan untuk struktur beton bertulang adalah

sebagai berikut:

Terhadap Kelurusan vertikal (plumbness) untuk kolom dan dinding :

Untuk setiap 3 meter …….............................. 5 mm

Untuk panjang keseluruhan (maksimal)........25 mm

Terhadap ketinggian/level untuk sisi bawah pelat, balok.kolom dan dinding :

Untuk setiap 3 meter .................................... 5 mm

Untuk setiap bentang atau 6 meter ............. 10 mm

Untuk panjang keseluruhan (maksimal)...... 20 mm

Terhadap ukuran penampang kolom, balok, ketebalan dinding dan pelat :

Plus ……………………….......................... 12 mm

Minus ………………….................. 10 mm

Terhadap ukuran dan posisi bukaan atau sleeve di balok, pelat dan dinding :

Plus / minus ……………….......................... 5 mm

Bila digunakan bahan untuk pelepas cetakan (release agent), pelaksanaannya

harus sebelum pemasangan besi tulangan dan tidak boleh berlebihan.

Bilamana besi tulangan dan/atau permukaan beton lama pada sambungan cor

terkontaminasi oleh release agent ini, maka harus dibersihkan dengan baik

untuk menghindari hilangnya rekatan beton dengan besi tulangan atau beton

lama akibat bahan tersebut.

(4) Pengawasan Mutu Beton

Untuk menjaga kualitas mutu beton yang ingin dicapai, kontraktor perlu

melakukan kontrol mutu beton dilapangan.

Sampel beton berbentuk silinder dengan tinggi 30 cm dan diameter 15 cm,

yang diambil dari mixer di lapangan, dan diberi tanda sesuai dengan lokasi

pengecoran.

Jumlah sampel minimal 3 buah per 12m3 dari setiap fase pengecoran.

(5) Penanaman Pipa dan Lain-lain

Pipa, saluran dan lain-lainnya yang akan ditanam dan perlengkapan lain untuk

membuat lubang, saluran dan lain-lain harus dipasang pada posisi yang benar

dan kokoh agar tidak bergerak selama pelaksanaan pekerjaan pengecoran.

Penempatan pipa dan saluran harus direncanakan sedemikian rupa sehingga

tidak mengurangi kekuatan struktur dan tidak menyebabkan pemindahan atau

pembengkokan besi beton. Pembengkokan dan pemindahan besi tulangan

untuk memudahkan pemasangan pipa atau saluran harus dengan ijin

Pengawas.

Page 9: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-8

Pipa-pipa dan bagian-bagiannya yang terbuat dari allumunium tidak boleh

ditanam dalam beton, kecuali apabila ditutup dengan lapisan yang efektif

dapat mencegah terjadinya reaksi kimia antara allumunium dengan beton

dan/atau dapat mencegah proses elektrolisa antara allumunium dengan baja.

Pelaksanaan pekerjaan pemasangan benda-benda yang tertanam dalam beton

harus sesuai dengan ketentuan dalam Bab 8.3 dari SNI 03-2847-2002.

(6) Pembongkaran

Pembongkaran cetakan harus sesuai dengan ketentuan dalam Bab 8.2 dari

SNI 03-2847-2002. Seluruh bagian dari cetakan yang sudah dapt dibongkar

harus dilepas dengan tenaga statis,tanpa goncangan, getaran atau kerusakan

pada beton. Pemasangan kembali penunjang atau reshoring harus dilakukan

segera setelah pembongkaran cetakan dan harus tetap di tempat sampai

beton mencapai kriteria kekuatan umur 28 hari dan sampai seluruh pekerjaan

pengecoran beton diatasnya selesai dilaksanakan.

Pembongkaran bekisting/cetakan dan perancah yang memikul berat beton

tergantung dari kekuatan yang telah dicapai oleh beton berdasarkan hasil

pemeriksaan benda uji. Pengawas akan memberikan persetujuan

pembongkaran cetakan dan perancah berdasarkan hasil pemeriksaan benda

uji dan perhitungan-perhitungan kekuatan tersebut.

Bekisting/cetakan dan perancah yang memikul berat beton balok, pelat dan

elemen struktur lainnya hanya boleh dibongkar setelah beton mencapai

minimal 75% kekuatan yang disyaratkan, tetapi tidak boleh kurang dari

pedoman berikut ini :

Durasi pengerasan secara normal :

Kolom, dinding dan sisi balok ………….............................. 24 jam

Dasar cetakan pelat (penumpu masih terpasang)..……........ 7 hari

Dasar cetakan balok (penumpu masih terpasang) ……........ 14 hari

Penumpu balok ……………………………………………… 14 hari

Penumpu pelat dan balok kantilever ……………………….. 28 hari

Apabila cetakan dan perancah untuk pelat dan balok dibongkar setelah hari ke

14, panel pelat dan balok tersebut harus tetap ditunjang (re-shored) setempat-

setempat yang posisinya harus direncanakan dan harus mendapatkan

persetujuan dari Pengawas.

(7) Pemakaian Ulang.

Pemakaian ulang cetakan hanya diijinkan bilamana keadaan cetakan .masih

betul-betul dalam keadaan baik, dimana masih dapat dikencangkan dengan

baik, masih kedap air, tidak menyebabkan cacat pada permukaan beto.n yang

dicetak, dan dianggap layak oleh Pengawas.

(8) Perawatan Beton (Curing).

Kontraktor harus merawat beton (selain beton kuat awal) pada suhu diatas

10oC dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-kurang selama 7 hari

pengecoran.

Page 10: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-9

Untuk beton kuat awal (contoh : slab di daerah balok prategang) harus dirawat

pada suhu 10oC dan dalam kondisi lembab sekurang-kurangnya 3 hari setelah

pengecoran.

2-2 Pembesian.

(1) Umum

a. Lingkup Pekerjaan

Kontraktor harus menyiapkan, membengkokkan dan memasang pembesian

sesuai dengan apa yang tercantum didalam gambar dan apa yang dijelaskan

didalam spesifikasi. Dalam pekerjaan pembesian termasuk semua

pemasangan kawat beton, kaki ayam untuk penyanggah tulangan agar didapat

ketebatan penutup atau selimut beton yang akurat, penyediaan dan

pemasangan batang-batang "dowel" atau angkur-angkur yang ditanam dalam

beton seperti yang disyaratkan didalam gambar dan segala hal lainnya yang

periu untuk menghasilkan pekerjaan beton yang baik.

b. Gambar Kerja

Kontraktor harus membuat gambar kerja yang menunjukkan semua detail,

posisi dan ukuran pembesian, daftar pembesian dan gambar pembengkokan

dan menyerahkannya pada Pengawas untuk mendapatkan persetujuan dari

Pengawas.

c. Standard

Detail dan pemasangan pembesian harus sesuai dengan gambar standar

detail, catatan-catatan pada gambar dan peraturan atau standard yang

bertaku seperti pada SNI 03-2847-2002 (Tatacara Perhitungan Struktur Beton

untuk Bangunan Gedung), Sfl-0136 (Standard Industri Indonesia -Baja

Tulangan Beton), ACI-301 (Specification for Structural concrete of Building),

ACI-315 (Manual of Standard Practice for Reinforced Concrete), ACI-318

(Building Code Requirements for Reinforced Concrete).

(2) Bahan

Besi beton yang dipakai adalan besi beton ulir (deformed bar) dengan

tegangan leleh 4000 kg/cm2 (BJTD-40) dan besi beton polos (plain bar)

dengan tegangan leleh 2400 kg/cm2 (BJTP-24) seperti yang tertera didalam

gambar dengan ukuran diameter dalam metrik, sesuai dengan Sll 0136-84.

Semua besi beton harus berasal dari pabrik yang telah disetujui oleh

Pengawas dan setiap pengiriman baja tulangan harus disertai sertifikat hasil

uji tarik, lengkung dan analisa kimia dari pabrik.

Untuk setiap pengiriman atau 30 ton harus diambil secara acak 3 benda uji

untuk setiap jenis ukuran dimana 2 benda uji untuk pengujian tarik dan satu

benda uji untuk pengujian lengkung di laboratorium independen yang ditunjuk

oleh Pengawas. Bilamana dianggap perlu, Pengawas dapat meminta untuk

menambah jumlah benda uji tersebut.

(3) Pembengkokan Besi Beton.

Page 11: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-10

Pekerjaan pembengkokan besi beton harus dilaksanakan dengan teliti sesuai

dengan ukuran yang tertera pada gambar.

Pembengkokan dan toleransi pelaksanaan harus mengikut ketentuan yang

tercantum dalam SNI 03-2847-2002.

Harus diperhatikan khusus pada pembuatan sengkang agar diperoleh ukuran

yang sesuai, sehingga tebal selimut beton yang disyaratkan dapat terpenuhi.

Besi beton tidak boleh dibengkokkan atau diluruskan sedemikian rupa,

sehingga rusak atau cacat. Dilarang membengkokkan besi beton dengan cara

pemanasan.

Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan diluruskan kembali

tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokan sebelumnya.

Batang tulangan yang tertanam sebagian didalam beton tidak boleh dibengkok

dan diluruskan di tapangan, kecuali apabifa ditentukan di dalam gambar-

gambar rencana atau disetujui Pengawas.

Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam

keadaan dingin. Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan.

Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalam jarak 8

kali diameter batang dari setiap bagian dari bengkokan.

(4) Pemasangan Pembesian.

a. Pembersihan

Sebelum dipasang, besi beton harus bebas dari kotoran, minyak, dan karat

lepas, serta bahan-bahan lain yang dapat merusak atau mengurangi daya ikat.

Bila pengecoran beton ditunda, besi beton harus diperiksa kembali dan

dibersihkan.

b. Pemasangan

Pembesian harus disetel dengan cermat sesuai dengan gambar dan diikat

dengan kawat atau jepitan yang sesuai pada persilangan, dan harus ditunjang

oleh penumpu togam dan/atau penggantung togam, sehingga sebelum dan

selama pengecoran tidak berubah tempatnya.

Jepitan atau penumpu logam tidak boleh diletakkan menempel pada bekisting.

Kawat beton harus dibengkokkan kearah dalam bekisting, sehingga diperoleh

selimut beton yang telah ditentukan.

Bilamana tidak ditentukan lain, disamping perlengkapan yang biasa

dipakai untuk memegang pembesian secara kokoh pada tempatnya, harus

dipakai ketentuan berikut:

a. Dalam pelat, berdiameter 12 mm berbentuk U atau Z dengan jarak 80 - 100

cm, untuk menunjang penulangan bagian atas.

b. Dalam dinding dengan 2 lapisan penulangan, penjaga jarak (spacer)

berbentuk U atau Z dengan diameter 8 mm, berjarak 180 - 200 cm.

Page 12: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-11

Perhatian khusus perlu dibehkan terhadap ketepatan tebal penutup beton.

Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari

beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.

Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang

yang harus dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap 1 m2 cetakan atau

lantai kerja. Penahan-penahan jarak ini harus tersebar merata.

c. Selimut Beton

Bilamana tidak ditentukan lain dalam gambar, maka penulangan harus

dipasang dengan celah untuk selimut beton sebagai berikut:

Dinding, pelat dan pertemuan-pertemuan (joints)…............. 2.0 cm

Balok dan kolom penutup tulangan utama ………..……........ 4.0 cm

c. Toleransi

Toleransi pada pemotongan dan pembengkokan tulangan :

- Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurut ukuran dan

terhadap panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkokkan

……...

………………………………… ±2.5 cm

- Terhadap panjang total batang yang diserahkan menurut sesuatu ukuran..

……………………………….... +5.0 cm

-2.5 cm

- Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok untuk bagian

konstruksi berukuran 60cm atau kurang……………………………………… ±0.6 cm

- Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok untuk bagian

konstruksi berukuran 60cm atau lebih………………………………………….. ±1.2 cm

- Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan……… ±0.6 cm

Toleransi pada pemasangan penulangan adalah :

- Terhadap selimut beton ……………………………………………... ±0.6 cm

Toleransi pada ketidak lurusan adalah :

- Untuk rangkaian tulangan kolom ……………………………………. 1%

(5) Sambungan.

Bilamana tidak ditentukan lain, sambungan pembesian harus dibuat dengan

"overlap" minimum 40 kali diameter besi beton. Panjang overlap

penyambungan untuk diameter yang berbeda, harus didasarkan pada

diameter yang besar.

Penyambungan tulangan harus dilakukan pada titik dimana terjadi tegangan

yang terkecil. Sambungan tulangan atas balok dan pelat harus diadakan di

tengah bentang, dan tulangan bawah balok dan pelat pada tumpuan.

Penyambungan tulangan sebaiknya tidak dilakukan sekaligus pada satu

penampang tetapi dilaksanakan dengan sistim "staggered".

Sambungan mekanik dapat menggunakan Fuji Bolt Type R atau setara untuk

tulangan diameter 25 mm atau lebih besar. Sambungan mekanik yang akan

digunakan harus yang memenuhi syarat dan harus disetujui oleh Pengawas..

(6) Persetujuan dari Pengawas.

Page 13: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-12

Pemasangan penulangan harus diperiksa dan mendapat persetujuan dari

Pengawas terlebih dahulu sebelum dapat dilakukan pengecoran. Pengawas

harus diberitahu bila pemasangan penulangan sudah siap untuk diperiksa.

2-3 Beton Ready Mix dan Pengecoran.

(1) Umum

a. Lingkup Pekerjaan

Kontraktor harus menyiapkan semua gambar kerja, bahan dan tenaga kerja

yang diperlukan.

Kontraktor harus merencanakan, membuat dan melakukan test untuk

mendapatkan design campuran beton yang baik dan sesuai dengan yang

disyaratkan.

Kontraktor harus melaksanakan pengecoran beton termasuk pemasangan

semua alat-alat, pipa-pipa, selubung-selubung dan lainnya yang tertanam

dalam beton.

Kontraktor harus Tnemelihara, memperbaikir menyelesaikan : dan;

mengerjakan semua pekerjaan dan pekerjaan tambahan, sehingga

menghasilkan pekerjaan yang sesuai dengan gambar rencana.

b. Gambar Kerja

Kontraktor harus membuat dan mengajukan gambar kerja kepada Pengawas

untuk mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dilaksanakan.

Kontraktor harus memperbaiki gambar-gambar kerja sesuai dengan semua

perubahan yang dilakukan di lapangan (As-built) dan menyerahkan kepada

Pengawas pada akhirwaktu pelaksanaan.

c. Standard

Semua bahan dan konstruksi harus memenuhi standard yang umum dipakai di

Indonesia : SNI 03-2847-2002. (Tatacara Perhitungan Struktur Beton untuk

Bangunan Gedung), PUBI-1982 (Persyaratan Umum Bahan Bangunan), NI-8

(Peraturan Semen Portland Indonesia), Sll (Standard Industh Indonesia), ACI

318 (Building code requirement for Reinforced Condrete), ACI 301

(Specification for Structural Concrete for Buildings) dan ASTM (American

Society for Testing and Materials).

(2) Beton Ready Mix

a Pemakaian adukan “ Ready-mix “ harus mendapatkan persetujuan dari

Konsultan MK/Pengawas, demikian halnya dengan nama dan alamat

supplier tersebut.

b Kontraktor harus bertanggung jawab penuh bahwa adukan yang disuplai

tersebut telah memenuhi persyaratan dalam spesifikasi serta dijamin

homogenitasnya dan kualitas kontinyu (menerus) pada setiap kali

didatangkan dengan suhu 34 derajad C.

Page 14: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-13

c Konsultan Pengawas mempunyai wewenang pada setiap saat minta

kepada Kontraktor untuk mengadakan percobaan mutu betonnya, dan

bila diragukan kualitasnya, maka pengawas akan menghentikan dan

menolak suplai beton ready-mix tersebut diatas, dan sepenuhnya resiko

tersebut menjadi tanggung jawab kontraktor.

d Kontraktor diharuskan membuat adukan percobaan untuk mengetahui

slump beton.

(3) Persiapan Pengecoran

a. Peralatan yang ditanam.

Pipa listrik, angkur, penggantung dan bahan lain yang ditanam dalam beton

harus dipasang cukup kuat sebelum pelaksanaan pengecoran beton. Jaga

jarak antara bahan tersebut dengan setiap bagian pembesian sekurang-

kurangnya hams 5 cm.

b. Persiapan permukaan yang akan dicor beton.

Permukaan bekisting atau lantai kerja harus dibasahi dengan disiram air

sebelum pengecoran; permukaan tersebut harus tetap basah dengan

penyiraman air terns menerus sampai tiba saatnya pengecoran. Tetapi

permukaan tersebut harus bebas dan air yang tergenang dan juga bebas dan

lumpur serta kotoran-kotoran lainnya.

c. Sambungan Beton.

Permukaan beton yang akan dicor lagi, dimana pengecoran beton lama telah

berhenti atau terhalang dan Pengawas berpendapat bahwa beton yang baru

tidak dapat bersatu dengan sempuma dengan beton yang lama, dinyataKan

sebagai sambungan beton.

Permukaan beton lama harus dikasarkan dan dibersihkan dengan semprotan

udara bertekanan (compressed air) untuk memperoieh permukaan yang kasar

dan bebas dari kotoran, bahan yang terlepas atau beton yang cacat dan benda

asing lainnya. Pembersihan dengan compresor diikuti dengan pembersihan

dengan air sebaik-baiknya. Semua genangan air harus dihilangkan dari

permukaan sambungan beton sebelum beton yang baru dicor. Setelah

permukaan beton lama disiapkan, semua sambungan beton harus dilapisi

dengan campuran air dan semen murni dalam perbandingan 1:1 dalam

volume atau bahan perekat beton (concrete bonding agent).

Pengecoran beton harus dilakukan sesegera mungkin sebelum campuran air

dan semen mumi atau bahan perekat beton (concrete bonding agent) yang

dilapiskan pada permukaan beton lama belum mengering.

d. Persiapan Pengecoran.

Beton tidak diperbolehkan dicor, bila seluruh pekerjaan bekisting dan

pekerjaan penuiangan serta pemasangan benda-benda yang tertanam dalam

beton belum selesai dan persiapan serta pembersihan seluruh permukaan

tempat pengecoran belum dtsetujui oleh Pengawas. Seluruh permukaan

bekisting dan bagian instalasi yang akan dttanam didalam beton harus

dibersihkan terhadap seluruh kerak beton sebelum beton disekelilingnya atau

beton yang berdekatan di-cor. Ketepatan tebal penutup beton harus

Page 15: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-14

diperhatikan dan untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak

yang memadahi yang terbuat dari beton dengan muiu minimal sama dengan

mutu beton yang akan dicor.

e. Penyingkiran Air.

Beton tidak boleh dicor kedalam setiap struktur, sebelum semua air yang

memasuki tempat pengecoran tersebut dikeringkan dengan sebaik-baiknya

atau telah disalurkan dengan pipa atau alat lain. Beton tidak diperbolehkan

dicor didalam air tanpa iztn yang jelas dan tertulis dari Pengawas. Kontraktor

juga tidak diperbolehkan tanpa ijin Pengawas membiarkan air mengalir diatas

beton sebelum beton cukup umurnya dan mencapai pengerasan awal.

(4) Campuran Beton.

Beton yang digunakan harus berupa beton ready-mix dari sumber yang telah

disetujui oleh Pengawas dengan perbandingan campuran sesuai dengan

design mix yang telah diuji di laboratorium dan disetujui oleh Pengawas.

Takaran campuran serta cara pengiriman/pengangkutannya harus memenuht

persyaratan didafam SNI 03-2847-2002, ACI-304 dan ASTMC94.

Penambahan bahan aditif dalam proses pembuatan beton ready-mix harus

sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat aditiv tersebut dan dengan

persetujuan dari Pengawas. Bila diperlukan dua atau lebih jenis bahan aditif

maka pelaksanaannya harus dikerjakan secara terpisah.

Penambahan air selama pengangkutan beton tidak diijinkan. Penambahan air

di lapangan/proyek untuk meningkatkan slump beton atau untuk alasan lain

tidak diperkenankan, kecuali atas persetujuan dan dibawan pengawasan

Pengawas dan selama perbandingan air-semen maksimum belum tertampau.

(5) Pengecoran.

a. Pengangkutan dan Pengecoran.

Dua puluh empat jam sebelum pengecoran, Kontraktor harus memberikan

pemberitahuan tertulis kepada Pengawas.

Dalam cuaca normal adukan beton harus sudah dituang/dicor tidak lebih dari

90 menit sejak ditambahkannya air dalam campuran semen dan agregat,

tetapi dalam cuaca yang sangat panas (diatas 35" C) tidak boleh febih dari 60

menit, kecuali digunakan retarder.

Batas temperatur beton ready-mix sebelum dicor disyaratkan tidak melampaui

38" C. Beton tidak boleh dicor tanpa ijin Pengawas atau bila keadaan cuaca

hujan atau panas yang dapat menggagalkan pengecoran dan pengerasan yang

baik, kecuali jika telah disiapkan fasititas-fasilitas untuk hal tersebut seperti

yang ditentukan oleh Pengawas.

Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau kedalam papan

bekisting yang dalam, yang dapat menyebabkan teriepasnya koral dari adukan

beton (segregasi) karena berulang kali mengenai batang pembesian atau tepi

bekisting ketika adukan beton itu dijatuhkan. Dalam hal tersebuf, haais

disiapkan corong atau saluran vertikal (tremie) untuk pengecoran agar adukan

Page 16: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-15

beton dapat mencapai tempatnya tanpa teriepas satu sama lain.

Bagaimanapun juga tinggi jatuh dari adukan beton tidak boleh metampui 1,5

meter dibawah ujung corong, saluran atau kereta dorong untuk pengecoran.

Adukan beton harus dicor dengan merata selama proses pengecoran; setelah

adukan dicor pada tempatnya tidak boleh didorong atau dipindahkan lebih dari

2 (dua) meter dalam arah mendatar.

Adukan beton didalam bekisting harus dicor berupa lapisan horizontai yang

merata tidak lebih dari 30 ~ 50 cm dalamnya dan harus diperhatikan agar

terhindar terjadinya lapisan adukan yang miring atau sambungan beton yang

miring, kecuali diperiukan untuk bagian konstruksi miring. Tiap lapisan harus

dicor pada waktu lapisan yang sebelumnya masih lunak.

Bila rnetoda pelaksanaan pengecoran akan dilakukan ttdak sesuai dengan

ketentuan yang tercantum dalam SNI 03-2847-2002, maka Kontraktor harus

mengajukan usulan tersebut 14 hari sebelum pelaksanaan dimulai untuk

mendapat persetujuan dari Pengawas.

b. Pengecoran Beton Dalam Cuaca Buruk

Kontraktor harus menaruh perhatian khusus untuk segera memberi pelindung

pada beton yang baru dicor terhadap terik matahari maupun hujan agar dapat

dicegah pengeringan yang tehalu cepat atau masuknya air hujan pada adukan

beton yang baru dicor, yang mana dapat mempengaruhi kekuatan beton

tersebut.

Pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan, bilamana Pengawas berpendapat

bahwa Kontraktor tidak memiliki fasifitas yang baik untuk melayani

pengecoran proses pengerasan dan penyelesaian beton.

(6) Pemadatan Dan Penggetaran.

Pada waktu adukan beton dicor kedalam bekisting atau lubang galian, tempat

tersebut harus telah betul-betul padat dan tetap; tidak ada penurunan lagi.

Adukan beton tersebut harus memasuki semua sudut, melalui celah

pembesian, tidak terjadi sarang koral dan selama pengecoran kelebihan air

pada permukaan beton hams sedikit saja.

Pekerjaan pengecoran harus dilaksanakan sebaik-baiknya dan dipadatkan

dengan alat penggetar / vibrator untuk meyakinkan bahwa tidak terjadi

rongga-rongga kosong atau kantong udara dan sarang koral /beton yang

keropos. Perhatian khusus harus dibehkan untuk pengecoran beton dan

pemadatan beton di sekeliling waterstop agar tidak terjadi kantong udara

dibawah waterstop dan di sekitar angkur beton prategang dimana pada daerah

tersebut terdapat besi tulangan sangat padat.

Lapisan beton berikutnya tidak boleh dicor, bila lapisan sebelumnya tidak

dikerjakan secara seksama.

Kontraktor harus menggunakan alat penggetar listrik berkecepatan tinggi yang

bergetar -bagian dalamnya dari jenis "tenggelam" dengan amplitude yang

cukup, sehingga diperoleh hasil yang baik dalam jangka waktu 15 (limabetas)

menit setelah beton dengan konsistensi yang ditentukan dicor dalam cetakan.

Jarum alat penggetar harus dimasukkan kedalam adukan vertikal, dan dalam

Page 17: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-16

keadaan khusus boleh miring sampai 45 derajat tetapi jarum alat penggetar

tidak diijinkan untuk digerakkan dalam arah horizontal karena hal ini dapat

menyebabkan pemisahan bahan-bahan.

Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebai dari panjang jarum penggetar

dan pada umumnya tidak boleh lebih tebai dari 30 - 50 cm. Untuk pengecoran

bagian-bagian yang sangat tebai harus ditakukan lapis demi lapis, sehingga

ttap lapisnya dapat dipadatkan dengan baik.

Ujung vibrator beton tidak boleh sampai mengenai bekisting maupun

pembesian. Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila disekitar jarum

mulai nampak pemisahan air semen dan agregat, yang blasanya terjadi

sekitar 30 detik. Penarikan jarum penggetar tidak boleh terialu cepat agar

tidak rongga bekas jarum penggetar dapat terisi penuh. Penggetaran ulang

pada beton yang sudah muiai "set" (pengikatan awal) tidak diijinkan. Palam

keadaan khusus dimana pemakaian vibrator tidak praktis, Pengawas dapat

menganjurfcan dan menyetujui pengecoran tanpa vibrator. Kontraktor harus

menyediakan alat vibrator cadangan yang cukup dan harus diletakkan sedekat

mungkin dengan tempat pengecoran.

(7) Sambungan Pelaksanaan.

Sambungan pelaksanaan (construction joint) harus ditempatkan dan dibuat

sedemikian rupa hingga tidak mengurangi kekuatan konstruksi dan mampu

meneruskan gaya geser dan gaya-gaya lainnya. Sambungan pelaksanaan tipe

sambungan kunci dengan kedalaman 40 mm harus digunakan dalam

sambungan pelaksanaan pada pelat lantai, dinding dan balok.

Sambungan pelaksanaan pada petal dan balok pada prinsipnya harus

ditempatkan pada sekitar tengah-tengah bentang dari balok dan pelat

tersebut. Tetapi pada balok yang ditengah-tengah bentangnya ada pertemuan

atau persitangan dengan balok lainnya, maka lokasi siar pelaksanaan

ditempatkan sekitar 3 lebar balok persimpangan balok tersebut. Apabila

tempat sambungan pelaksanaan tidak drtunjukkan dalam gambar-gambar

rencana, maka sambungan pelaksanaan tersebut harus ditempatkan pada

tengah-tengah bentang atau tempat lainnya yang disetujui oleh Pengawas.

Permukaan beton pada sambungan pelaksanaan harus padat dan bersih dari

kotoran-kotoran atau beton yang rapuh dan bilamana dianggap perlu dapat

dipasang kawat ayam. Sebelum melaksanakan pengecoran beton, semua

sambungan pelaksanaan harus dalam kondisi bersih dan basah.

(8) Perawatan dan Perlindungan Beton.

Beton yang selesai dicor harus segera dilindungi terhadap proses pengeringan

yang berlebihan. Perawatan beton yang baru dicor harus dimulai setelah

pengecoran selesai dan harus berlangsung terus-menerus selama sekurang-

kurangnya 7 hari. Dalam jangka waktu tersebut kelembaban beton harus

dijaga dengan cara penyiraman atau penggenangan dengan air, menutup

dengan karung yang dibasahi, fog-spraying,- curing compound atau dengan

cara lain yang dapat disetujui oleh Pengawas.

Kontraktor harus melindungi semua permukaan beton terhadap kerusakan

akibat panas yang berlebihan, kurangnya pembasahan, tegangan yang

Page 18: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-17

berlebihan, benturan atau hal lain, sampai saat penyerahan pekerjaan oleh

Kontraktor pada Pengawas.

Beton yang keadaannya seperti tertera dibawah ini harus diperbaiki atau

dibongkar dan diganti dengan beton yang dapat disetujui oleh Pengawas dan

semua biaya yang timbul di tanggung oleh Kontraktor. Beton yang dimaksud

tersebut adalah:

a. Ternyata rusak.

b. Cacat sejak semula.

c. Cacat sebelum Penyerahan Pertama.

d. Menyimpang dari eievasi / ketinggian yang telah ditetapkan.

e. Tidak sesuai dengan spesiftkasi.

(9) Finishing Permukaan Beton.

a. Finishing permukaan beton

Semua permukaan atau permukaan yang dicetak harus dikerjakan secara

cermat sesuai dengan bentuk, garis, kemiringan dan potongan sebagaimana

tercantum dalam gambaratau ditentukan oleh Pengawas.

Permukaan beton harus bebas dari segala jenis kerusakan, dalam bentuk

apapun dan harus merupakan suatu permukaan yang rapi, licin, merata dan

keras. Permukaan bagian atas pelat beton yang tidak di-finish harus dijadikan

permukaan yang seragam dan dirapikan dengan menggunakan alat trowel

besi, kecuall bila ditentukan lain.

b. Perbaikan Cacat permukaan

Segera setelah cetakan dilepaskan, semua permukaan harus diperiksa secara

teliti dan bagian yang tidak rata harus segera diselesaikan dengan baik agar

diperoleh suatu permukaan yang licin, seragam dan merata.

Beton yang menunjukkan rongga-rongga, lobang, keropos atau cacat sejenis

lainnya harus diperbaiki atau dibongkar dan diganti. Perbaikan baru boleh

dikerjakan setelah ada pemeriksaan dan persetujuan dari Pengawas;

pekerjaan perbaikan tersebut harus mengikuti petunjuk Pengawas. Lubang

bekas batang pengikat cetakan harus diisi (di-grout). Permukaan beton yang

mengaiami perbaikan tersebut harus dirawat sebagaimana disyaratkan atau

diperlukan untuk beton.

(10) Lapisan Pelindung Beton.

Lantai beton ruang utilitas, loading dock, lantai parkir'dan ramp serta tempat-

tempat yang ditentukan pada gambar rencana arsitektur, harus dilindungi

dengan lapisan tahan tumbuk untuk beton (floor hardener).

Jenis bahan floor hardener yang digunakan adalah type Natural (non-metalic

hardener) dan harus berkualitas baik. Cara penyelesaiannya harus mengikuti

rekomendasi dari pabrik pembuat dan memenuhi ketentuan dan standard

yang berlaku serta mendapat persetujuan dari Pengawas.

Kecuali ditentukan lain oleh Perencana Arsitektur, banyaknya pemakaian

bahan floor hardener dibedakan berdasarkan penggunaan, yaitu :

Page 19: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-18

Ruang Utilitas - Light duty = 3 kgf/m2

Lantai Parkir (driveway) - Medium duty = 5 kgf/m2

Lantai Parkir (parking) - Light duty = 3 kgf/m2

Ramp way - Heavy duty = 5 kgf/m2

(11) Lapisan Kedap Air.

a. Umum

Pelat lantai daerah basah, pelat lantai atap atau yang berhubungan langsung

dengan udara luar, dan daerah lainnya seperti tertera di dalam gambar

arsitektur harus diberi lapisan kedap air.

Pekerjaan pemasangan lapisan kedap air harus mengikuti prosedur

pemasangan dan petunjuk yang direkomendasi oleh pabrik pembuat, dan

petunjuk Pengawas atau Sub kontraktor spesialis yang khusus dan telah ahli

dalam pemasangan material waterproofing, dan mengikuti ketentuan-

ketentuan dalam standar-standar seperti ASTM D 146, ASTM D 412, ASTM D

903 dan ASTM E 154.

b. Bahan

Membrane waterproofing untuk pemasangan pada pelat lantai daerah basah

dan pelat tantai atap harus memenuhi spesifikasi bahan sebagai berikut :

- Pada bagian-bagian sudut atau bidang patah di bawah lapisan kedap air

harus dipasang serat-serat fibre sesuai dengan persyaratan pabrik dan

dapat dipertanggung-jawabkan.

- Lapisan kedap air yang terbentuk harus dapat ditembusi uap air dari beton

tanpa terjadi gelembung-getembung udara yang dapat merusak lapisan

kedap air itu sendiri.

- Kontraktor harus memeriksa seluruh keadaan permukaan yang akan

dikenakan bahan ini dan harus memperbaiki kondisi permukaan yang akan

diberi lapisan kedap air. Permukaan beton harus bersih dan rata.

- Kontraktor harus mengajukan contoh dari bahan-bahan yang akan

dipakainya terlebih dulu, untuk mendapatkan persetujuan Pengawas.

c. Pelaksanaan

Semua pemasangan harus didasarkan pada prosedur pemasangan dan

petunjuk dari pabrik pembuat bahan-bahan tersebut.

Sebelum pemasangan lapisan kedap air dilaksanakan permukaan beton yang

akan dikenakan bahan ini harus diperbaiki jika ada kerusakkan-kerusakkan,

harus bersih, harus kering dan harus rata.

Sistem pelapisan kedap air yang dipilih harus dapat memberikan jaminan dari

produsen/pabrik pembuat terhadap mutu bahan selama minimal 10tahun.

Kontraktor harus melaksanakan tes rendam dengan air setinggi 10 cm

minimal selama 1x24 jam dan harus membehkan sertifikat jaminan terhadap

kemungkinan kebocoran karena pelaksanaan pekerjaan atau kerusakan.

Page 20: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-19

Jaminan ini harus beriaku selama minimal 10 tahun.

Kebocoran-kebocoran yang terjadi harus diperbaiki sampai dinyatakan

sempurna oleh Pengawas.

2-4 Pekerjaan Beton Prategang.

(1) Umum

Mutu beton yang disyaratkan adalah fc' = 37,35 Mpa

Pekerjaan beton Prategang yang dimaksud adalah beton Prategang bonded

dan dikerjakan sesuai dengan gambar yang telah disiapkan dan sesuai dengan

yang disyaratkan oleh peraturan, dalam hal ini adalah SNI 03-2874-2002

dan/atau ACI 318R-02.

Meskipun sistem beton Prategang telah diberikan dalam gambar bestek,

kontraktor dapat mengusulkan sistem alternatif jika dikehendaki. Sistem

alternatif yang diajukan harus dilengkapi dengan perhitungan yang dibuat oleh

ahli yang kompeten dan kemudian di-evaluasi oleh tenaga ahli untuk

mendapatkan per setujuan dengan syarat bahwa spesifikasi minimum

terpenuhi.

Masalah yang tidak diatur oleh paragraf ini harus tunduk pada peraturan yang

berlaku

Hal-hal yang harus diajukan sebelum melaksanakan pekerjaan beton

Prategang :

- Proposal alternatif (jika ada)

- Contoh sheathing (1 m)

- Metode kerja dan gambar detail (shop drawing)

- Urut-urutan dan prosedur pemasangan

- Sertifikat test dari pihak pabrik yang mencakup semua unsur baja dalam

sistem Prategang. Sertifikat juga harus memperlihatkan nomor batch dan

hubungan tegangan-regangan sampai putus.

(2) Kabel prategang

Kabel baja, kabel baja deformed dan kabel strand harus sesuai dengan ASTM

A416 atau JIS G3536 (Kabel baja tanpa lapisan pelindung, Kabel baja stress-

relieved dan Kabel strand untuk beton Prategang).

Jika menggunakan baja prategang yang tidak sesuai dengan ASTM A416 or JIS

G3536 (Kabel baja tanpa lapisan pelindung, Kabel baja stress-relieved dan

Kabel strand untuk beton Prategang), baja prategang tersebut hanya boleh

digunakan sesudah diuji dengan test yang diatur oleh standar ASTM atau JIS

dan mutunya dinyatakan sebanding dengan standar yang dikeluarkan oleh

ASTM atau JIS serta disetujui oleh tenaga ahli. Meskipun demikian, jika pihak

yang memproduksi baja prategang menjamin mutu dari barang yang

diproduksinya dan kemudian disetujui oleh tenaga ahli, pengujian terhadap

baja prategang tersebut dapat ditiadakan.

Page 21: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-20

(3) Pipa Ducting Kabel Prategang

a) Semua pipa ducting kabel prategang yang dibutuhkan dalam pekerjaan

beton Prategang harus mendapatkan persetujuan dari tenaga ahli.

b) Jenis pipa ducting kabel prategang harus cocok dengan sistem pasca-tarik

yang akan digunakan dan cukup kuat untuk menahan pengecoran dan

pemadatan adukan beton tanpa mengalami kerusakan atau deformasi.

Pipa ducting kabel prategang dan semua sambungannya harus kedap

terhadap adukan beton.

c) Diameter dalam dan luar dari pipa ducting kabel prategang harus disetujui

oleh tenaga ahli.

d) Lubang grout harus disediakan pada kedua ujung pipa ducting kabel

prategang dan diameternya lebih besar atau samadengan 10 mm. Setiap

lubang grout harus dilengkapi dengan katup penutup atau alat yang sejenis.

e) Lubang dan katup penutup tambahan harus disediakan pada titik-titik yang

dianggap penting sepanjang pipa ducting kabel prategang termasuk titik-

titik tertinggi atau terrendah yang dimaksudkan sebagai tempat

pembuangan udara dan air dan juga untuk memastikan terjadinya

pengisian grout yang sempurna kedalam pipa ducting kabel prategang.

f) Lubang dan pipa grout harus diikat dengan aman ke pipa ducting kabel

prategang dan juga ke bekisting atau ke tulangan non-prategang untuk

mence gah terjadinya pergerakan pada saat pengecoran.

g) Kabel/tendon prategang harus berada dalam pipa ducting dan dipasang

pada posisinya sebelum pengecoran.

h) Kabel/tendon prategang harus ditangani dengan hati-hati dan didorong

kedalam pipa ducting sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan

kerusakan atau kontaminasi baik terhadap kabel/tendonnya sendiri

maupun pada pipa ductingnya.

i) Pipa ducting harus dipasang dengan aman pada titik-titik yang jaraknya

berdekatan untuk menjamin terbentuknya profil kabel/tendon yang mulus

sepanjang balok beton Prategang dengan toleransi plus atau minus 5 mm

darii posisi yang diberikan dalam gambar bestek. Pipa ducting kabel

prategang harus dapat diatur posisinya sehingga berada dalam jarak

toleransi yang diijinkan sepanjang balok beton Prategang yang

bersangkutan.

j) Pipa ducting kabel prategang harus diikat dengan aman pada tempatnya

sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya kerusakan atau deformasi.

k) Apabila tenaga ahli menganggap bahwa pipa ducting kabel prategang

kemung kinan dapat mengalami kerusakan atau deformasi pada saat

pengecoran, kontraktor harus mengambil tindakan pencegahan untuk

memastikan posisi dan bentuk dari pipa ducting kabel prategang tidak

berubah.

l) Semua lubang yang bersifat sementara yang terdapat pada pipa ducting

harus ditutup dengan sempurna dan semua simpul antara pipa ducting dan

Page 22: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-21

bagian-bagian lain sistem prategang harus diplester dengan efektif untuk

mencegah masuknya adukan beton, debu, air atau benda-benda asing

lainnya.

m) Pipa ducting harus dipasang pada titik-titiknya dengan rapih tanpa tonjolan-

tonjolan atau berkurangnya diameter. Semua simpul harus kedap terhadap

adukan beton. Simpul-simpul yang berada pada pipa ducting yang

bersebelah an harus diberi jarak paling tidak 300 mm satu sama lain.

n) Pipa ducting kabel prategang untuk sistem bonded-tendon harus terbuat

dari seng yang bergelombang kecil.

(4) Bekisting

a) Konstruksi bekisting adalah sedemikian rupa sehingga tidak akan

menghambat regangan pada beton pada saat tegangan tarik terjadi, dan

kekuatannya harus ditentukan dengan memperhitungkan masalah

perubahan distribusi tegangan pada saat tegangan tarik terjadi.

b) Pembongkaran bekisting dan penempatan kembali penunjang harus

dilakukan sesuai petunjuk team ahli dari pihak pemberi tugas. Penunjang

dibawah balok Prategang tidak dibenarkan untuk dipindahkan sampai

seluruh pekerjaan penarikan kabel prategang selesai dilaksanakan.

(5) Penanganan dan pemrosesan kabel prategang

a) Dalam kondisi apapun kabel prategang tidak boleh diletakkan langsung

diatas tanah dan harus disimpan didalam gudang atau dibawah pelindung

yang memadai.

b) Jika menyimpan kabel prategang dan strand dalam bentuk gulungan (coil),

kabel prategang dan strand tersebut harus digulung dalam coilnya dengan

diameter tertentu, yang mana coil dengan diameter tertentu tersebut tidak

akan menyebabkan kabel prategang dan strand bergelombang atau patah.

c) Jika menekuk kabel prategang kedalam suatu bentuk tekukan tertentu,

pelaksanaannya harus dilakukan dengan metode yang disetujui oleh tenaga

ahli dan bentuk tekukan tersebut tidak akan mengurangi mutu kabel

prategangnya.

d) Jika pengerjaan dan fabrikasi kabel prategang dilaksanakan di lapangan,

pemanasan atau pengelasan tidak boleh digunakan.

e) Semua kabel prategang harus dipotong dari coil yang bersertifikat.

Kontraktor harus menyimpan catatan mengenai pemotongan kabel

prategang yang memungkinkan pihak kontraktor untuk mengidentifikasi

kabel prategang tersebut berasal dari gulungan (coil) yang mana.

f) Pemotongan kabel prategang atau strand dengan api yang berjarak 76 mm

dari tempat dimana angkur atau jack berada tidak diijinkan. Pemotongan

dengan api harus dikerjakan sesuai petunjuk tenaga ahli dan kehati-hatian

dalam pengerjaannya harus diambil untuk memastikan bahwa percikan api

tidak jatuh dalam jarak 25 mm dari angkur tendon.

Page 23: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-22

g) Kehati-hatian harus diambil untuk memastikan bahwa tendon tidak rusak,

kusut, terpuntir atau tertekuk dan tendon yang sudah sedemikian rusaknya

tidak boleh digunakan.

h) Hanya lapisan karat tipis yang melengket pada tendon yang diperbolehkan.

Tendon harus disimpan bebas dari karat lepas, gemuk, aspal, lumpur atau

bahan-bahan lain yang merusak.

(6) Fabrikasi dan pemasangan kabel prategang

a) Kabel prategang harus dipasang sesuai dengan gambar bestek dan diikat

pada posisinya sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan terjadinya

pergerakan atau pergeseran akibat proses pengecoran.

b) Jarak bersih diantara pipa ducting, jika tidak dijelaskan dalam gambar tidak

boleh lebih kecil dari 3 cm, atau tidak lebih kecil dari 1.25 kali ukuran

maksimum agregat kasar. Meskipun demikian, jika adukan beton dapat

dipadatkan secara memuaskan dan jika disetujui oleh tenaga ahli, pipa

ducting boleh dipasang bersentuhan satu sama lain.

c) Posisi kabel prategang harus sesuai dengan gambar bestek. Selimut beton

untuk melindungi pipa ducting kabel prategang tidak boleh lebih kecil dari

25 mm untuk plat dan 40 mm untuk balok.

d) Setelah selesainya pemasangan kabel prategang dan sebelum

dilaksanakannya pengecoran, pemeriksaan oleh tenaga ahli harus

dilakukan.

(7) Pengangkuran (pada beton Prategang pasca tarik)

a) Setiap alat pengangkuran harus dipasang tegak lurus terhadap garis

pemasangan tendon dan harus ditempatkan dengan aman untuk

menghindari terjadinya pergerakan pada saat pengecoran.

b) Penempatan dan pengamanan angkur harus dilakukan dengan ijin dari

tenaga ahli.

c) Alat-alat pengangkuran harus lulus pemeriksaan tenaga ahli sebelum penge

coran dilaksanakan.

d) Segala jenis adukan semen atau beton yang menempel pada permukaan

pe mikul atau permukaan aus harus dibersihkan secepatnya.

e) Persyaratan harus dibuat untuk menutup angkur dengan adukan semen

pasir atau beton sesudah penarikan kabel prategang selesai dilaksanakan.

Selimut minimum harus setebal 70 mm menutupi angkur dan 40 mm

menutupi tulangan non prategang.

f) Alat-alat pengangkuran harus terdiri dari plat pemikul atau besi tuang dan

ducting berbentuk terompet sebagai bagian transisi antara plat pemikul dan

ducting berbentuk terompet, dan harus mendapat persetujuan dari tenaga

ahli.

Page 24: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-23

g) Angkur harus memiliki kedalaman dan lebar yang cukup untuk

memindahkan gaya tarik tanpa melewati kuat tekan ijin beton.

h) Tulangan non prategang disekeliling angkur untuk menghindari pecahnya

(bursting) dan rontoknya (spalling) beton harus disediakan sesuai gambar

bestek.

i) Bagian-bagian angkur yang rusak tidak boleh digunakan. Semua bagian

yang terbuat dari besi/baja harus dilindungi dari karat dan lulus

pemeriksaan oleh tenaga ahli. Semua bagian yang berulir dan alat

penyambung harus dilindungi dengan cara dibungkus atau disumbat

sampai saatnya dipasang ditempatnya.

j) Alat-alat pengangkuran harus disimpan bersih dari kotoran, adukan, karat

lepas, cat atau bahan-bahan lain yang merusak.

k) Pengecoran cekungan angkur harus dilaksanakan sesuai dengan

spesifikasi berikut :

- Tendon harus dipotong mundur untuk memberikan selimut minimum

setebal 40 mm sesudah pengecoran cekungan angkur.

- Beton yang sesuai dengan syarat yang disebutkan dalam peraturan

harus dicor kedalam cekungan angkur mengikuti bentuk yang sudah

direncanakan. Sebelum pengecoran, permukaan cekungan angkur

harus dilapisi dengan bahan perekat epoxy resin yang sudah disetujui.

(8) Peralatan penarikan tendon dan pengukuran gaya penarikan tendon

a) Sistem dan metode penarikan tendon adalah seperti yang terdapat dalam

gambar bestek. Jika dilaksanakan tidak sesuai gambar bestek, sistem dan

metode penarikannya harus dibuat dengan ijin dari tenaga ahli.

b) Alat-alat penarikan yang akan digunakan pada sistem pasca tarik harus

didisain sedemikian rupa sehingga pekerjaannya dapat dilakukan dengan

aman. Jika sistem prapenegangan tertentu memiliki alat penarikan khusus,

alat tersebut harus digunakan.

c) Ketepatan pengukuran gaya penarikan harus diperiksa sehingga lulus

pemeriksaan tenaga ahli pada saat mulai pekerjaan dan kapanpun alat

pengukur tersebut dipindahkan ke alat jack yang lain atau atas permintaan

tenaga ahli. Kontraktor harus menyediakan alat kalibrasi yang dapat

diterima oleh tenaga ahli untuk mengkalibrasi alat jack.

d) Semua alat baca (gauges), load cell, dynamometer dan alat-alat lain yang

digunakan untuk mengukur gaya prapenegangan dan pemanjangan

(elongasi) tendon harus memiliki akurasi pembacaan plus dan minus 2

persen.

e) Gaya tarik yang dikerjakan pada semua tendon harus ditentukan dengan

cara pengukuran langsung terhadap pemanjangan (elongasi) tendon.

Pemanjangan (elongasi) tendon harus diukur dengan akurasi 1 mm.

Pengukuran pemanjangan tidak boleh dimulai sampai pengencangan

(slack) pada tendon terjadi.

f) Gaya penarikan tendon yang dibutuhkan ditunjukkan dalam gambar bestek.

Page 25: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-24

g) Jika pada saat selesainya penarikan setiap tendon sampai mencapai gaya

yang ditentukan, pemeriksaan pengukuran pemanjangan (elongasi)

berbeda dari nilai yang disyaratkan sebesar lebih dari 7% tenaga ahli dapat

memberikan peng arahan untuk mengambil sebagian atau semua tindakan

berikut :

- pengkalibrasian ulang peralatan

- pengetesan material tarik untuk memeriksa secant modulus

- tendon dilepas dan ditarik kembali (Secant modulus dapat diterapkan

untuk melakukan penarikan kedua)

- metode lain yang diarahkan oleh tenaga ahli

(9) Prosedur penarikan

a) Gaya Prategang tidak boleh diberikan pada balok beton sampai balok beton

tersebut mencapai kuat tekan seperti yang tercantum dalam gambar bestek

atau atas persetujuan tenaga ahli.

b) Jika gaya pada jack yang bekerja pada tendon akan dibuat lebih besar dari

nilai yang disyaratkan, persetujuan dari tenaga ahli harus diperoleh terlebih

dulu.

c) Pelaksanaan penarikan tendon harus dilakukan oleh personil yang terlatih

dan berpengalaman dalam bidang ini. Perhatian khusus harus diberikan

pada proses penarikan yang dilakukan secara bertahap dan dengan

penambahan gaya yang sedikit demi sedikit.

d) Urut-urutan penarikan tendon harus disetujui terlebih dulu oleh tenaga ahli.

e) Secara umum, penarikan tendon harus dilakukan secara simetris untuk

menghindari distorsi lateral dan terkonsentrasinya tegangan tarik pada satu

sisi saja.

f) Alat jack yang digunakan harus dipasang dengan akurat pada garis tendon

dan tegak lurus pada bearing plate.

g) Gaya tarik awal yang diberikan untuk memanfaatkan mengendornya tendon

haruslah cukup untuk memberi tempat pada alat jack sehingga dapat

duduk dengan kuat ditempatnya tetapi tidak melebihi nilai yang secara

umum diasosiasikan dengan metode prapenegangan tertentu. Jika diminta

oleh tenaga ahli, pembacaan gaya dan pemanjangan (elongasi) tendon

haruslah diambil dan dituliskan sesuai dengan tahapan selama

berlangsungnya penarikan tendon. Jika tendon terdiri dari sejumlah

komponen, setiap komponen harus diberi tanda sehingga setiap slip yang

terjadi dapat diamati.

h) Sebagai tambahan untuk sejumlah minimum silinder uji yang disyaratkan,

silinder uji harus dibuat sebanyak mungkin sesuai dengan permintaan

tenaga ahli dengan maksud untuk menentukan kekuatan beton pada saat

penarikan tendon selesai dan gaya Prategang berpindah ke beton. Silinder

uji ini harus disimpan dengan kondisi yang sama seperti kondisis beton

yang berada di lapangan.

(10) Rekaman data proses penarikan tendon.

Page 26: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-25

a) Rekaman data penarikan tendon yang lengkap baik dari pembacaan jarum

pressure gauge maupun pengukuran pemanjangan kabel prategang harus

dibuat untuk setiap kabel. Laporan harian harus diberikan pada tenaga ahli

untuk bahan rekaman data penarikan tendon.

b) Data berikut ini, jika memungkinkan dicatat, harus direkam :

- Nomor identifikasi dari setiap dynamometer, gauge, pompa dan jack

- Identifikasi khusus yang ada pada tendon

- Gaya awal (atau tekanan awal) pada saat tendon diberi tanda untuk

mengukur pemanjangan (elongasi)

- Gaya akhir (atau tekanan akhir) dan pemanjangan yang didapat pada

saat penarikan tendon selesai dilaksanakan

- Pemanjangan (elongasi) yang masih terjadi sesudah alat jack dilepas

- Pemanjangan (elongasi) yang didapat antara awal dan akhir proses

penarikan tendon, bersamaan dengan gaya (atau tekanan) yang sesuai

dengan pemanjangan (elongasi) tersebut, jika dikehendaki oleh tenaga

ahli.

(11) Kualitas grout dan metode grouting (pada sistem pasca tarik)

a) Jika menggunakan bahan tambahan (additive) pada bahan grout, pengguna

annya harus seijin tenaga ahli. Bahan tambahan yang akan digunakan

haruslah yang tidak akan menyebabkan karat pada kabel baja prategang

dan yang tidak akan merusak gaya lekat antara pipa ducting dan kabel baja

prategang.

b) Proporsi campuran bahan grout harus ditentukan untuk mendapatkan

konsistensi, pengembangan dan kuat tekan yang disyaratkan. Unit

kandungan air haruslah seminimum mungkin dalam batas yang diijinkan

untuk mengurangi terjadinya bleeding (lepasnya air dari adukan grout) dan

untuk mendapatkan konsistensi yang diperlukan untuk pekerjaan grouting.

Ratio semen-air tidak boleh lebih dari 50%.

c) Alat pencampur (mixer) bahan grout haruslah yang memiliki kemampuan

untuk mencampur bahan grout secara menyeluruh dalam waktu 5 menit

dan yang memiliki kapasitas yang cukup besar untuk memastikan

terlaksananya proses grouting yang kontinu.

Page 27: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-26

BAB II

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN ARSITEKTUR _________________

PASAL 01

PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN

Lingkup Pekerjaan Meliputi:

a. Pasangan Batu belah 1 Pc ; 6 Psr

b. Pasangan batu belah 1Pc ; 6 Psr

c. Pasangan batu bata 1 Pc ; 3 Psr

d. Plesteran batu bata spesi 1 Pc ; 6 Psr

e. Plesteran batu bata spesi 1 Pc : 3 Psr

f. Plesteran dinding beton spesi 1 Pc: 2 Psr

g. Pembuatan Sponengan dan tali air

Persyaratan Pekerjaan :

1. Yang termasuk lingkup pekerjaan ini adalah :

a. Pasangan dinding bata ½ batu dan batu belah

b. Plesteran dinding bata

c. Plesteran/aferking permukaan beton

d. Pasangan bata pada saluran dan segala sesuatu yang nyata termasuk kedalam

pekerjaan ini.

2. Bahan yang dipakai adalah :

a. Bata merah bermutu baik, pembakaran sempurna, bebas dari cacat dan retak,

minimum belah menjadi 2 bagian produk lokal dan memenuhi persyaratan dan

bahan-bahan PUBBI 1983.

b. Pasir pasang harus bersih, tajam dan bebas lumpur tanah liat, kotoran organik dan

bahan yang dapat merusak pasangan, untuk itu pasir yang akan dipakai terlebih

dahulu diayak lewat ayakan dengan diameter lubang sebesar 10 mm.

c. Pasir pasang diambil dari penambangan terdekat, Pasir Beton diambil dari Muntilan

atau tempat penambangan terdekat yang kualitasnya memenuhi.

d. Semen yang dipakai harus memenuhi persyaratan N.I.8 tipe I menurut ASTM dan

memenuhi S 400 Standart Portland Cement .

3. Adukan/campuran

a. Adukan trasraam 1 Pc : 3 Ps dilaksanakan untuk :

Semua pasangan bata setinggi 30 cm diatas sloof diatas lantai pada semua

dinding yang berhubungan dengan air , misal KM / WC setinggi 180 cm atau sesuai

petunjuk Direksi.

Pasangan bata kedua sisi saluran dan bata sebagai pondasi serta tempat - tempat

lainnya yang diperlukan seperti pasangan dinding yang dimaksud.

Plesteran dinding yang masuk kedalam tanah, seluruhnya pasangan trasraam, plint

plesteran, aferking permukaan beton dan seluruh pasangan bata 1 Pc : 3 Ps

tersebut diatas.

Adukan 1 Pc : 6 Ps dilaksanakan untuk pasangan dinding dan plesteran yang tidak

trasraam seperti tercantum diatas.

Plesteran khusus untuk pemasangan pelapisan dinding keramik, granite tile, batu

alam menggunakan mortar instan sekualitas Mortar Utama atau Lemkra jenis

sesuai penggunaan.

4. Pelaksanaan Pekerjaan Dinding Bata ½ batu

a. Pekerjaan pasangan dinding bata harus terkontrol waterpass baik arah vertikal

maupun horisontal. Setiap 8 baris bata harus di pasang anker besi dari kolom.

Page 28: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-27

Pelaksanaan pasangan dinding bata tidak boleh melebihi ketinggian 1 meter setiap

hari.

b. Semua siar di permukaan dinding baru harus dikerok sedalam 1 cm agar

plesteran dapat lebih merekat. Sebelum pelaksanaan pekerjaan plesteran dimulai

harus dalam keadaan basah.

c. Tebal plesteran harus sama di kedua sisi dan hasil akhir dari dinding tembok

setelah diplester adalah 15 cm (Jumlah tebal plesteran dalam + tebal pasangan

bata + tebal plesteran luar).

d. Dinding di atas plafond diplester tanpa aci.

e. Semua jenis aduk plesteran tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa

sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu

pelaksanaan pemasangan.

f. Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu pencampuran

aduk plesteran dengan pemasangan tidak melebihi 30 menit, terutama untuk

plesteran kedap air.

g. Kontraktor harus menyediakan Pekerja/Tukang yang ahli untuk melaksanakan

pekerjaan plesteran ini, khususnya untuk plesteran aci halus.

h. Kecuali untuk beraben, permukaan semua aduk plesteran harus diratakan.

i. Permukaan plesteran tersebut khususnya plesteran halus/aci halus, harus rata,

tidak bergelombang, penuh dan padat, tidak berongga dan berlubang, tidak

mengandung kerikil ataupun benda-benda lain yang membuat cacat.

j. Untuk permukaan dinding pasangan, sebelum diplester harus dibasahi terlebih

dahulu dan siar-siarnya dikerok sedalam kurang lebih 1 cm.

k. Sedangkan untuk permukaan yang akan diplester, permukaannya harus

dibersihkan dari sisa-sisa bekisting kemudian dikerek/scratched.

l. Semua lubang-lubang pengikat bekisting atau “formtie” harus tertutup aduk

plesteran.

m. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenakan setelah selesai pemasangan

instalasi pipa yang ada diseluruh bagian dinding bangunan.

n. Untuk semua bidang dinding yang akan dilapisi dengan cat dipakai plesteran halus

(acian) di atas permukaan plesterannya.

o. Untuk bidang dinding pasangan menggunakan bahan/material akhir lain,

permukaan plesterannya harus diberi alur-alur garis horizontal untuk memberikan

ikatan yang lebih baik terhadap bahan/material yang akan digunakan tersebut.

p. Untuk setiap pertemuan bahan/material yang berbeda jenisnya pada satu bidang

datar, harus diberi nat dengan ukuran lebar 0,7 cm dalam 0,5 cm.

q. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan

bidang tidak boleh melebihi 5 mm, untuk setiap area 2 m2.

r. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom seperti

yang dinyatakan dan dicantumkan dalam Gambar Kerja.

s. Tebal plesteran adalah minimal 1,5 cm dan maksimal 2,5 cm.

t. Jika ketebalan melebihi 2,5 cm, maka diharuskan menggunakan kawat ayam yang

dikaitkan/dipakukan ke permukaan dinding pasangan yang bersangkutan, untuk

memperkuat daya lekat plesteran.Termasuk untuk plesteran penutup talang pada

dinding.

u. Pemeliharaan

Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan

wajar dan tidak secara tiba-tiba.

o Hal ini dilaksanakan dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali

terlihat kering dan melindunginya dari terik panas matahari langsung

dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan air secara cepat.

o Pembasahan tersebut adalah sebagai berikut selama 7 (tujuh) hari setelah

pengacian selesai, Kontraktor harus selalu menyiram dengan air sekurang-

kurangnya 2 (dua) kali sehari sampai jenuh.

Page 29: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-28

Selama permukaan plesteran belum dilapisi dengan bahan/material akhir

Kontraktor wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan

dan pengotoran dengan biaya adalah tanggungan Kontraktor, tidak dapat

diclaim sebagai pekerjaan tambah.

Tidak dibenarkan pekerjaan penyelesaian dengan bahan/material akhir di atas

permukaan plesteran dilakukan sebelum plesteran berumur lebih dari 2 (dua)

mingg, cukup kering, bersih dari retak, noda dan cacat lain seperti yang

disyaratkan tersebut diatas.

v. Apabila hasil pekerjaan tidak memenihi semua yang disyaratkan oleh

Konsultan/Direksi lapangan, maka Kontraktor harus membongkar dan

memperbaiki sampai disetujui oleh Konsultan/Direksi lapangan.

w. Semua sudut horizontal, luar maupun dalam serta garis tegaknya dalam pekerjaan

plesteran harus dikerjakan secara sempurna, tegak dan siku sudut bagian luar

hendaknya dibaut tumpul (bulat).

x. Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak (tidak rata) harus diperbaiki.

Baigan-bagian yang akan diperbaiki dibobok secara teratur dan plesteran baru

harus dibuat rata dengan sekitarnya.

y. Pekerjaan plesteran hanya bisa dilaksanakan setelah pekerjaan atap sudah

selesai/bangunan terlindungi.

z. Bilamana diperlukan pemasangan pipa/alat-alat yang ditanam pada dinding, maka

harus dibuat pahatan secukupnya. Pahatan tersebut setelah pipa terpasang harus

ditutup dengan plesteran yang dilaksanakan secara sempurna.

5. Pekerjaan Pondasi Batu Belah , terdiri dari :

a. Alas pondasi dari pasir urug yang dipadatkan setebal 10 cm, ditimbris dan disiram air

sampai kepadatan maksimum.

b. Lantai kerja pondasi/aanstamping adalah 20 cm ditimbris pasir atau batu pecah

hingga kokoh.

c. Material batu kali/belah yang keras, bermutu baik dan tidak cacat dan tidak retak.

Batu kapur, batu berpenampung bulat atau berpori besar dan terbungkus lumpur

tidak diperkenankan dipakai.

d. Adukan yang dipakai untuk pasangan pondasi adalah 1PC : 6 PS.

e. Air yang digunakan harus bersih, tawar dan bebas dari bahan kimia yang dapat

merusak pondasi, asam alkali atau bahan organik.

f. Pasir pasang harus bersih, tajam dan bebas lumpur tanah liat, kotoran organik dan

bahan yang dapat dipakai terlebih dahulu diayak lewat ayakan dengan diameter

lubang sebesar 10 mm. Apabila kondisi tanah tidak stabil maka pada pekerjaan

pondasi harus ada perlakuan khusus/sesuai yang diusulkan oleh Perencana.

g. Penggalian pondasi dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan lay out , titik as

pondasi tersebut dan ditentukan dengan teliti sesuai gambar dan disetujui Direksi.

h. Pemeriksaan tiap galian pondasi dilaksanakan terhadap betulnya penempatan,

kedalaman, besaran, lebar, letak dan kondisi dasar galian. Sebelum pemasangan

pondasi dimulai ijin dari Direksi mengenai hal tersebut harus didapat secara tertulis.

i. Pemborong harus memperhatikan adanya stek tulangan kolom, stek tulangan ke

sloof dan sparing pipa plumbing yang menebus pondasi.

6. Plesteran

a. Pada dasarnya, spesi pada plesteran sama dengan campuran spesi untuk pekerjaan

pasangannya.

b. Sebelum pekerjaan plesteran dilakukan, bidang - bidang yang akan diplester harus

dibersihkan terlebih dahulu, kemudian dibasahi dengan air agar plesteran tidak

cepat kering dan retak - retak.

c. Semua permukaan beton yang diplester harus dikasarkan terlebih dahulu.

d. Adukan untuk plesteran harus benar - benar halus sehingga plesteran tidak terjadi

pecah-pecah.

e. Tebal plesteran tidak boleh lebih dari 2 cm dan tidak boleh kurang dari 2 cm, kecuali

plesteran beton tebal maksimum 1 cm.

Page 30: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-29

f. Plesteran supaya digosok berulang-ulang sampai mantap dengan acian Pc sehingga

tidak terjadi retak - retak dan pecah dengan hasil halus dan rata.

g. Pekerjaan plesteran terakhir harus lurus, rata vertikal dengan bidang lainnya.

h. Pekerjaan beton yang tampak diplester dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.

i. Semua pekerjaan plesteran harus menghasilkari bidang yang tegak lurus, halus,

tidak bergelombang, sedang sponeng / tali air harus lurus dan baik.

7. Rabat Keliling

a. Untuk fìnishing seluruh bangunan dipakai rabat beton 1 pc: 3 ps : 5 kr

b. Pelapisan rabat dilakukan melalui tepi dinding luar setiap bangunan sehingga

kansteen beton saluran air hujan keliling bangunan.

PASAL 02

PEKERJAAN LANTAI

Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah

1. Lingkup pekerjaan

a. Lantai Keramik 40 x 40 cm setara Roman untuk ruang sesuai yang ditunjukkan

dalam gambar.

b. Lantai KM/WC keramik ukuran 20x20 cm serta untuk dinding 20x25 cm

sekualitas Roman

c. Keramik plint lantai 10 x 40 cm untuk pemasangan keramik dan keramik border 10

x 20 cm.

d. Lantai batu candi (batu andesit) ukuran 30x30/15 x 30 dicoating anti lumut dan

anti jamur untuk lantai drop off atau selasar sesuai desain

2. Bahan / material

a. Sebelum dilaksanakan pemasangan bahan, pemborong harus mengajukan contoh

terlebih dahulu untuk mendapat persetujuan pemimpin proyek/ pengawas

lapangan. Bahan tersebut harus disimpan di tempat yang terlindung dan tertutup,

kering dan bersih.

b. Semua keramik tersebut dapat digunakan produk lokal yang telah memiliki SII dan

memenuhi syarat PUBI 1972

3. Adukan

a. Adukan dengan perbandingan 1 pc : 5 ps dipakai untuk pemasangan lantai diatas

landasan yang sudah stabil dalam ketebalan adukan maksimal 5 cm

b. Lantai rabat beton memakai adukan beton 1 pc: 3 ps : 5 kr tebal 8 cm

4. Pelaksanaan Pekerjaan

a. Pemasangan lantai keramik dan lainnya di atas pasir urug padat setebal 15 cm

terlebih dahulu diteliti kebenaran pemadatan tanah urug dan pasir urug

dibawahnya serta ketepatan pada peil yang ditentukan / diatas pasangan batu

bata setebal 10 cm atau sesuai standar fabrikasi ubin yang bersangkutan.

b. Semua keramik yang akan dipasang terlebih dahulu direndam (atau sesuai standar

fabrikasi bahan) dalam air. Pengisian siar-siar harus cukup merata/ padat. Setelah

dibersihkan dari kotoran. Perkolotan lantai dapat dilakukan dengan semen atau

sesuai petunjuk.

c. Pekerjaan lantai yang tidak lurus/ waterpass, siarnya tidak lurus berombak, turun

naik dan retak harus dibongkar dan diperbaiki atas biaya pemborong. Lantai yang

sudah terpasang harus dipel dan dibersihkan.

d. Lantai rabat dipasang diatas pasir urug (10 cm) satu elemen dengan elemen

lainnya harus dipisah. Ketebalan rabat beton minimal 8 cm atau sesuai gambar

dan difinish dengan pukulan sapu lidi atau tekstur.

e. Pemasangan keramik dengan adukan 1 : 4 dan acian dipermukaan keramik yang

akan ditempel diatas adukan.

f. Pemasangan lantai khusus mengacu standar fabrikasi material yang bersangkutan.

Page 31: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-30

PASAL 03

PEKERJAAN FINISHING DINDING DAN PELAPIS DINDING

1. Bahan

a. Semen/ portand (Portland cement) yang digunakan sekualitas Holcim

b. Mortar instan yang digunakan setara dengan produk LEMKRA atau Mortar Utama (

khusus semen untuk perekat keramik/granite tile/batu alam pada dinding )

c. Pasir

Pasir yang digunakan dalam pekerjaan ini harus halus dengan warna asli

d. Bahan khusus

Finishing cat ( interior dan eksterior ) , nat/ plint dan pelapis keramik /granite tile

dan atau batu alam sesuai desain

2. Pekerjaan Pelapis Dinding

a. Pelapis dinding untuk dinding gedung atau lainnya sesuai desain : dinding keramik

sesuai desain.

b. Pelapisan aluminium composite panel sekualitas Alumetalec rangka aluminium

untuk aksen dinding gedung eksterior atau yang ditunjukkan untuk itu.

c. Pelapisan batu alam sesuai desain ( misal : batu blondos pada kolom), dengan

coating anti lumut dan anti jamur sekualitas Propan

3. Jenis plesteran

Jenis-jenis plesteran yang digunakan sebagai berikut : Plesteran tahan air 1 pc : 3 psr

digunakan untuk menutup dinding yang selalu berhubungan dengan air, plesteran sudut

dan plesteran beton (1 pc : 2 ps ) sedangkan Plesteran 1 pc : 6 ps digunakan untuk

seluruh dinding selain dinding tahan air.

PASAL 04

PEKERJAAN KUSEN ALUMINIUM

1. Ketentuan Umum

a. Kusen, daun pintu / jendela dibuat dibengkel / pabrik oleh tukang yang ahli hingga

mendapatkan hasil baik, kokoh dan rapi.

b. Setelah kusen-kusen terpasang dibidang permukaan kusen harus diwaterpass dan

kemudian dibersihkan.

c. Kusen-kusen dibuat sesuai dengan ukuran dan cara pelaksanaan sesuai dengan

rencana gambar.

d. Pada pekerjaan pintu dan jendela setelah terpasang harus mudah dibuka dan

tidak ada yang cacat.

2. Bahan

a. Untuk kusen pintu ( khusus kusen untuk daun pintu double triplek menggunakan

perkuatan besi hollow ), jendela dan lain-lain menggunakan bahan aluminium

Natural Anodised sekualitas Alexindo dengan ketebalan 1,2 mm.

b. Lem kualitas baik produksi Racol, Aica Aibon, Herferin atau Pastola yang setara.

c. Kaca rayban 40% / bening tebal 5 mm atau lainnya kualitas baik produksi

Asahimas atau setaraf sesuai desain.

d. Accessories sekrup kepala tertanam, weather strip dari vinyl, pengikat alat

penggantung yang dihubungkan dengan aluminium harus ditutup caulking dan

sealant angkur-angkur untuk rangka/kosen aluminium terbuat dari steel plat tebal

2-3 mm dengan lapisan zink tidak kurang dari 13 micron sehingga dapat bergeser.

e. Bahan finishing treatment untuk permukaan kusen jendela dan pintu yang

bersentuhan dengan bahan alkaline seperti beton aduk atau plester dan bahan

lainnya harus diberi lapisan finishing dari laquer yang jernih atau anti corrosive

treatment dengan insulating varnish seperti asohaltic varnish atau bahan

insulation lainnya.

3. Pelaksanaan Kusen Pintu Jendela

Page 32: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-31

a. Sebelum memulai pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan meneliti Gambar Kerja dan

kondisi lapangan.

b. Tipe pintu dan jendela yang terpasang harus sesuai daftar tipe yang tertera dalam

Gambar Kerja dengan memperhatikan ukuran-ukuran, bentuk profil, material,

detail, arah bukaan, perlengkapan pintu dan jendela, dan lain-lain.

c. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan membuat Shop Drawing dan

membuat contoh jadi detail hubungan bagian tertentu untuk disetujui

Konsultan/Direksi lapangan.

d. Di dalam Shop Drawing harus jelas tercantum semua informasi yang diperlukan

untuk melaksanakan pekerjaan ini.

e. Semua rangka dan kusen pintu, jendela dan lain-lain dikerjakan secara fabrikasi

dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat

dipertanggung jawabkan.

f. Bahan yang akan diproses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu sesuai dengan

bentuk, toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan dan pewarnaan yang

dipersyaratkan.

g. Daun pintu dan jendela harus dapat dibuka dengan sempurna, apabila terjadi

kemacetan, Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki, biaya yang timbul

adalah tanggungan Kontraktor.

h. Kaca harus diteliti dengan seksama pada saat terpasang, tidak boleh

menimbulkan getaran.

i. Pemasangan bahan kedap air antara kaca dan kusen aluminium disyaratkan tebal

minimum 5 mm.

j. Bahan sealant yang tampak harus merupakan garis lurus, sejajar garis kusen,

bahan yang mengenai kaca terpasang tidak melebihi 5 mm dari dari kusen.

k. Kotor akibat noda-noda permukaan kusen, setelah pemasangan harus

dibersihkan dengan Volatile Oil.

l. Bila kusen ternoda oleh semen, adukan dan bahan lainnya, bahan pelindung

harus digunakan.

m. Kemudian bercak noda tersebut dicuci dengan air bersih, sebelum kering dilap

dengan kain yang halus kemudian diberi material pelindung.

PASAL 05

PEKERJAAN KAYU

1. Lingkup pekerjaan

a. Lingkup pekerjaan bangunan ini meliputi :

Pekerjaan rangka daun pintu

Pekerjaan elemen ruangan seperti meja counter , rak atau backdrop

b. Sebelum kayu dipesan untuk dikerjakan terlebih dahulu diawetkan dengan bahan

anti rayap residu.

c. Sebelum kayu dipesan untuk dikerjakan terlebih dahulu mengajukan contoh kepada

konsultan pengawas/ Direksi lapangan

2. Persyaratan bahan

a. Semua kayu yang dipakai harus kering, berumur tua, lurus dan tidak retak, tidak

bengkok, serta tidak mempunyai kelembaban kurang dari 15 % dan memenuhi

persyaratan yang tercantum dalam PKKI – NI.5

b. Multipleks jenis kualitas baik dengan bahan pelapis sesuai yang ditunjukkan dalam

desain.

3. Pelaksanaan Pekerjaan

a. Semua pekerjaan kayu yang tampak harus diserut rata dan licin hingga memberikan

penyelesaian yang baik dan sedikit penghalusan.

b. Pekerjaan kayu tidak rata , melentur, bengkok harus dibongkar dan diperbaiki atas

biaya kontraktor.

Page 33: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-32

c. Permukaan kayu yang tampak harus diserut rata dan licin. Setiap sambungan agar

diperhatikan adanya pen/ joint yang berfungsi pengunci atau sistem sambungan

yang benar.

4. Pekerjaan daun pintu

a. Kayu yang dipakai untuk seluruh pekerjaan rangka daun pintu adalah kayu kanfer

kering dengan ukuran yang tercantum dalam gambar adalah ukuran jadi.

b. Penyambungan pada sudut daun pintu/ jendela, list kaca harus betul – betul rapih,

tegak lurus dan tidak terdapat celah-celah

c. Daun pintu menggunakan double tripleks 4 mm, sesuai gambar kerja difinish cat

duko

d. Rangka harus betul-betul kaku, lurus, dan rata agar dengan mudah ditutup/ dibuka

e. Penyambungan antara rangka kayu dengan kaca dipakai list dan harus rapi

f. Pekerjaan kayu yang tidak rapih, kasar, bengkok, retak dan tidak menggunakan

bahan yang telah ditentukan, harus dibongkar dan diganti dengan biaya pemborong.

5. Pekerjaan Counter dan Backdrop

a. Kayu yang dipakai untuk seluruh pekerjaan counter dan backdrop adalah multipleks

tebal variasi sesuai desain, dilapis veneer megateak dan difinish melamin doff

dengan ukuran sesuai yang tercantum dalam gambar adalah ukuran jadi.

b. Penyambungan pada sudut counter/backdrop, list kaca harus betul – betul rapih,

tegak lurus dan tidak terdapat celah-celah

c. Rangka harus betul-betul kaku, lurus, dan rata agar dengan mudah ditutup/ dibuka

sesuai desain

d. Penyambungan antara rangka kayu dengan kaca dipakai list dan harus rapi

e. Pekerjaan kayu yang tidak rapih, kasar, bengkok, retak dan tidak menggunakan

bahan yang telah ditentukan, harus dibongkar dan diganti dengan biaya pemborong.

PASAL 06

PEKERJAAN PLAFOND

A. PEKERJAAN ACOUSTIC BOARD/ACOUSTIC TILE

1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan

peralatan dan alat bantu lainnya yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan ini

secara lengkap meliputi :

a. Pemasangan ceilling Acoustic Tile

b. Pekerjaan lainnya seperti yang tercantum dalam gambar kerja

c. Pemasangan dengan rangka crosstee

2. Persyaratan Bahan

Data performance material acoustic tile / gypsum board

a. Akustik Tile : sekualitas Jayaboard

Tebal : 9 mm ukuran 60x120 cm

Dipasang pada ruang koridor atau yang ditunjukkan untuk itu.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Pada pekerjaan plafond perlu diperhatikan adanya pekerjaan lain yang dalam

pelaksanaannya sangat berkaitan erat.

b. Sebelum dilaksanakan pemasangan plafond, pekerjaan lain yang terletak di

atas plafond harus sudah terpasang dengan sempurna a.l : elektrikal dan

perlengkapan instalasi lain yang diperlukan.

c. Apabila pekerjaan tersebut di atas tidak tercantum dalam Gambar Rencana

Plafond, maka harus diteliti terlebih dahulu pada gambar instalasi yang lain.

d. Rangka penggantung plafond harus sesuai dengan pola Gambar kerja dan

wajib diperhatikan terhadap peil rencana. Rangka yang datar harus rata air.

Page 34: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-33

B. PEKERJAAN PLAFOND KALSIBOARD dan GYPSUMBOARD

Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan yang dimaksud meliputi pekerjaan pemasangan plafond yang

ditunjukkan dalam gambar kerja.

Persyaratan Bahan/Spesifikasi Bahan

a. Kalsiboard

Jenis : Kalsiboard sekualitas Eternit Gresik

Tebal : 4,5 mm

Ukuran : 120 x 240 mm

b. Gypsumboard

Jenis : Gypsumboard sekualitas Jayaboard

Tebal : 9 mm

Ukuran : 120 x 240 mm

Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Pada pekerjaan plafond perlu diperhatikan adanya pekerjaan lain yang dalam

pelaksanaannya sangat berkaitan erat.

b. Sebelum dilaksanakan pemasangan plafond, pekerjaan lain yang terletak di

atas plafond harus sudah terpasang dengan sempurna, a.l : elektrikal, AC,

sound system, fire alarm/fire detector, dan perlengkapan instalasi lain yang

diperlukan.

c. Apabila pekerjaan tersebut di atas tidak tercantum dalam gambar Rencana

Plafond, maka harus diteliti terlebih dahulu pada gambar instalasi yang lain.

d. Rangka penggantung plafond harus sesuai dengan pola Gambar Kerja dan

wajib diperhatikan terhadap peil rencana. Rangka yang datar harus rata air.

e. Rangka panel memakai suspension yang terdiri dari metal furing/ besi hollow (

ukuran 4x4 cm tebal 0,8 mm untuk rangka utama dan ukuran 2x4 cm tebal 0,8

mm untuk rangka pembagi) sesuai yang ditutup dengan cat ulang.

f. Pemasangan sambungan antar panil plafond harus memperhatikan prosedur

yang berlaku yaitu dengan menggunakan perekat perban kemudian

dicompound dengan adukan khusus kalsiboard/gypsumboard dan difinish rata.

g. Finishing plafond adalah cat.

PASAL 07

PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA

1.Bahan

a. Engsel produksi sekualitas Dekson atau SES.

b. Pintu Ruang Tidur dilengkapi door stopper.

c. Kunci-kunci.

Dipakai produk Sekualitas Beleza produksi Kenari Djaja.

d. Cylinder

Dipakai produksi sekualitas Beleza produk Kenari Djaja sesuai dengan sistem penguncian

yang dipilih yaitu sistem anak kunci dari 2 arah.

e. Pintu Lipat ( ruang diskusi sesuai desain)

2.Pemasangan Kunci, Handel dll

a. Kunci-kunci/pegangan pintu dipasang setinggi 105 cm dari lantai dan tidak

boleh mengenai ujung rangka horizontal daun pintu. Ketinggian pemasangan

kunci/pegangan daun pintu satu dengan yang lain harus sama.

b. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik untuk itu harus dilakukan

pengujian secara kasar dan halus

Page 35: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-34

c. Untuk pintu yang menggunakan engsel kupu-kupu, engsel atas dipasang 28 cm

(as) dari permukaan atas pintu, engsel tengah dipasang ditengah-tengah antara

kedua engsel tersebut.

d. Untuk pintu toilet, engsel atas dan bawah dipasang 28 cm dari permukaan pintu,

engsel tengah dipasang ditengah-tengah antara kedua engsel tersebut.

e. Pembuka pintu/handle jenis pull handle dipasang 100 cm (atau sesuai desain)

dari permukaan lantai.

3. Pemasangan Engsel/Floor Hinge dll.

a. Dipasang pada lantai, letaknya diatur agar daun pintu dan kunci tidak membentur

dinding pada saat pintu dibuka.

b. Pemasangan seluruh “Hardware” pintu dan jendela harus rapi, lurus dan sesuai

dengan letak posisi yang telah ditentukan oleh Konsultan/ Direksi lapangan.

c. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan

pengujian secara kasar dan halus.

d. Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya.

e. Kontraktor wajib membuat Shop Drawing berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak

yang telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan.

a. Di dalam Shop Drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan

termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau detail-detail khusus yang

belum tercakup secara lengkap di dalam Gambar Kerja, sesuai dengan Standart

Spesifikasi pabrik. Shop Drawing sebelum dilaksanakan harus disetujui dahulu

oleh Konsultan/Direksi lapangan.

b. Bila hasil pemasangan “Hardware” pada pintu dan jendela tidak sesuai dengan

yang disyaratkan oleh Konsultan/Direksi lapangan, Kontraktor wajib membongkar

dan memperbaiki kembali sampai sempurna dan disetujui oleh Konsultan/Direksi

lapangan. Biaya yang timbul menjadi tanggungan Kontraktor dan tidak dapat

diajukan sebagai pekerjaan tambah.

PASAL 08

PEKERJAAN KACA

1. Lingkup Pekerjaan

Meliputi penyediaan bahan kaca dan cermin serta pemasangannya pada tempat-

tempat yang sesuai dengan gambar rencana.

2. Bahan

a. Kaca Rayban ( 40 % ) tebal 5 mm untuk bagian bangunan yang berhubungan

dengan sisi luar, sedang untuk pintu utama menggunakan Kaca tempered tebal 12

mm ( frameless )

b. Untuk jendela dan pintu lainnya (interior) kaca bening 5 mm ( interior ) keluaran

pabrik Asahimas atau yang setara.

c. Dan kaca serit atau kaca es tebal 5 mm sesuai desain dalam gambar kerja.

d. Kaca jenis tempered yaitu type Clear Temperlite Laminated Glass sekualitas

Asahimas tebal 12 mm untuk atap kaca Canopy.

e. Cermin dipasang diatas wastafel atau yang ditunjukkan untuk itu

3. Pemasangan

a. Syarat dan Mutu

Dimensi

Toleransi tebal :

Ketebalan kaca dan cermin lembaran tidak boleh melebihi toleransi tebal

sebagai berikut :

Jenis : polos

Tebal : 5 mm

Toleransi : 0,3 mm

Toleransi lebar dan panjang

Page 36: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-35

Ukuran lebar dan panjang dari kaca dan cermin lembaran tidak boleh melampaui

toleransi sebagai berikut :

Jenis : polos

Tebal : 5 mm

Toleransi : 2,0 mm

b. Pekerjaan pemasangan kaca

Sebelum pemasangan kaca, semua rangka pemegang sudah terpasang sesuai

dengan Gambar Kerja dan persyaratan pekerjaan untuk bahan rangka

pemegang tersebut.

Pemasangan kaca pada rangka pemegang harus sedemikian rupa sehingga

tidak bocor (watertight) dan harus sesuai dengan persyaratan pemasangan

yang dikeluarkan oleh pabrik.

Tepi kaca pada sambungan atau antara kaca dengan rangka pemegangnya

harus diberi sealant atau dempul khusus untuk menutupi celah dengan rangka

seperti yang disyaratkan dalam Gambar Kerja.

Tidak diperkenankan sealant mengenai kaca terpasang lebih dari 0,5 cm dari

batas garis sambungan dengan kaca.

PASAL 09

PEKERJAAN PENGECATAN

1. Pekerjaan pengecatan kayu / besi

a. Pekerjaan cat yang harus dilaksanakan adalah semua rangka atap baja

b. Cat kayu dipakai adalah ultran-melamic doff dan atau jenis cat duko , bahan cat

yang akan digunakan terlebih dahulu harus mengajukan contoh contoh untuk

disetujui direksi, warna cat ditentukan kemudian. Digunakan untuk pengecatan

jenis melamin doff atau cat duko yaitu pada panil pintu, meja counter , dan lainnya

yang ditunjukkan untuk itu.

c. Pekerjaan dempulan, manie, plamur dan penghalusan (di ampelas) harus

dilaksanakan hingga rapi dan halus sebelum pengecatan dilaksanakan.

d. Sedangkan pekerjaan pengecatan kayu dan logam di laksanakan minimal 3 kali,

cat dasar manie 2 kali.Pelaksanaan pengecatan dengan sistem semprot dan

mengacu prosedur yang berlaku sehingga hasil akhir rata dan tidak muncul

gelembung atau terkena butiran kotoran yang lain.

2. Pengecatan langit-langit

a. Pengecatan dilaksanakan pada semua plafond ( Gypsumboard/Kalsiboard ) yang

tampak sesuai desain, permukaan beton yang tidak dilindungi bahan lain dan

ringbalk.

b. Cat yang digunakan adalah setaraf Mowielex atau Dulux. Semua contoh cat

terlebih dulu harus mendapat persetujuan Konsultan MK/Pengawas

c. Semua langit-langit yang akan dicat harus dilampiri atau didempul dari jenis yang

sama dari cat tembok atau sesuai prosedur bahan plafond sebagaimana

disebutkan dalam prosedur pemasangan plafond , dihaluskan dengan amplelas

hingga licin dan rata. Pekerjaan cat dapat dilaksanakan setelah mendapat ijin dari

Konsultan MK/Pengawas.

d. Pengecatan dilakukan minimal 3 kali dengan roller.

e. Semua pekerjaan cat yang tidak rata, belang, pecah-pecah serta masih tipis harus

diulang dan diperbaiki atas biaya pemborong.

3. Pekerjaan Cat Dinding

Pengecatan dinding dilakukan pada bagian luar ( dengan cat jenis weathercoat sekualitas

produk Mowielex atau weathershield dari Dulux ) dan dinding dalam serta pada seluruh

detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.

4. Semua bahan cat besi yang digunakan adalah : Avian Paint , Ftalit atau setara

Page 37: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-36

a. Primer : Primer Chromate setebal 50 micron interval 8

jam.

b. Undercoat : 1 lapis Undercoat setebal 35 micron, interval 6 jam.

c. Cat-catan akhir : 2 lapis Super Gloss setebal 2x 30 micron, interval 16 jam.

d. Pengecatan dilakukan sampai memperoleh hasil pengecatan yang rata dan

sama tebalnya.

e. Bahan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam

PUBI 1982 pasal 53,BS Bo.3900:1971,AS K-41 dan NI.4. serta mengikuti

ketentuan-ketentuan dari pabrik yang bersangkutan.

f. Warna akan ditentukan kemudian.

5.Syarat-syarat Bahan

Semua bahan cat yang digunakan adalah produk Mowielex / Dulux atau setara

Cat Dinding Eksterior :

Cat dinding luar/exterior : 1 lapis Resisting Primer, interval 2 jam..

Undercoat : 1 lapis Acrylic Wall Filler interval 2 jam

Cat-Catan akhir utk exterior : 2 lapis Weathershield setebal 2 x 30 micron, interval 2

jam, semua lapis sehingga dicapai permukaan yang

merata dan sama tebal.

c. Cat Dinding Interior :

Cat akhir untuk interior : 2 lapis setebal 2 x 30 micron, dengan interval 2 jam,

semua lapis sehingga dicapai permukaan yang merata

dan sama tebal

Cat akhir gloos untuk interior : 2 lapis Synthetic Super Gloss setebal 2 x 30 micron,

dengan interval 2 jam, semua lapisan sehingga dicapai

permukaan yang merata dan sama tebal.

d. Pengendalian seluruh pekerjaan ini, harus memenuhi ketentuan-ketentuan dari pabrik yang

bersangkutan dan memenuhi persyaratan pada PUBI 1982 pada pasal 54 dan NI-4.

5. Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Semua bidang pengecatan harus betul-betul rata, tidak terdapat cacat (retak,

lubang dan pecah-pecah).

b. Pengecatan tidak dapat dilakukan selama masih adanya perbaikan pekerjaan pada

bidang pengecatan.

c. Bidang pengecatan harus bebas dari debu, lemak, minyak dan kotoran-kotoran lain

yang dapat merusak atau mengurangi mutu pengecatan.

d. Seluruh bidang pengecatan diplamir dahulu sebelum dilapis dengan cat dasar,

bahan plamir dari produk yang sama dengan cat yang digunakan.

e. Pengecatan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Direksi/Pengawas serta

instalasi didalamnya telah selesai dengan sempurna.

f. Sebelum bahan dikirim kelokasi pekerjaan, kontraktor harus

menyerahkan/mengirimkan contoh bahan dari beberapa macam hasil produk

kepada Direksi/Pengawas, selanjutnya akan diputuskan jenis bahan dan warna

yang akan digunakan, dan akan menginstruksikan kepada Kontraktor selama tidak

lebih 7 (tujuh) hari kalender setelah contoh bahan diserahkan.

g. Contoh bahan yang digunakan harus lengkap dengan label pabrik pembuatnya.

h. Percobaan-percobaan bahan dan warna harus dilakukan oleh Kontraktor untuk

mendapatkan persetujuan Direksi/MK/Pengawas sebelum pekerjaan

dimulai/dilakukan, serta pengerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang

diisyaratkan oleh pabrik yang bersangkutan.

i. Hasil pengerjaan harus baik, warna dan pola tekstur merata, tidak terdapat noda-

noda pada permukaan pengecatan. Harus dihindarkan terjadinya kerusakan akibat

dari pekerjaan-pekerjaan lain.

Page 38: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-37

j. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kesempurnaan dalam pengerjaan dan

perawatan/keberhasilan pekerjaan sampai penyerahan pekerjaan.

k. Bila terjadi ketidak sempurnaan dalam pengerjaan atau kerusakan, Kontraktor

harus memperbaiki/mengganti dengan bahan yang sama mutunya tanpa adanya

tambahan biaya.

l. Kontraktor harus menggunakan tenaga-tenaga kerja terampil/berpengalaman

dalam pelaksanaan pekerjaan pengecatan tersebut, sehingga dapat tercapainya

mutu pekerjaan yang baik dan sempurna.

Page 39: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-38

BAB III

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL

_________________

I. MEKANIKAL

A. SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

1. LINGKUP PEKERJAAN

1.1. Pemadam Api Ringan

1.2. Sistem Hidrant

1.3. Sistem Sprinkler Otomatis

1.4. Sistem Pemadam Otomatis CO2

2. DASAR PELAKSANAAN

2.1. Peraturan dan Pedoman

- Peraturan SNI 03-1745-2000

- National Fire Protection Association (NFPA)

2.2. Pemadam Api Ringan (PAR)

a. Pemadam Api Ringan disediakan sebagai sarana untuk mengadakan

pemadaman dini yang dapat dilakukan oleh petugas keamanan gedung.

b. PAR dipasang di dinding dengan tanda yang mencolok dan jumlah yang cukup

sehingga mudah di raih oleh petugas keamanan gedung dan setiap penghuni

yang berada di gedung tersebut.

c. PAR yang digunakan adalah jenis bubuk kimia (Dry Powder) dan CO2.

d. Jumlah APAR (Alat Pemadam Api Ringan) menurut NFPA 10, minimum satu

APAR di tempatkan pada luas maksimum 200 m2, dan jarak 15 meter.

2.3. Sistem Hidran

a. Hidran Gedung (Hydrant Box)

- Hidran gedung dengan selang 40 mm disediakan sebagai sarana pemadam

kedua yang harus dilakukan oleh keamanan gedung.

- Segera setelah katup hidran dibuka, akan memancarkan air dengan

tekanan 4,5 bar.

- Katup hidran 65 mm disediakan untuk pemadam kebakaran yang telah

meluas dan dilakukan oleh petugas pemadam kebakaran dengan

membawa selang 65 mm.

b. Hidran Halaman

Hidran halaman dengan kuota dan selang 65 mm disediakan untuk

mengadakan pemadaman kebakaran besar yang dilakukan dari halaman

oleh petugas keamanan dan barisan pemadam kebakaran.

c. Sambungan Dinas Kebakaran (Seamese Connection)

Seamese Connection (SC) disediakan untuk menyambungkan selang

pemadam kebakaran dari mobil Dinas Pemadam Kebakaran yang berisi air

langsung kedalam system dan digunakan apabila air dalam tangki bawah

(Reservoir) gedung habis atau pompa pemadam (hidran) tidak berfungsi. SC

ditempatkan di dekat jalan masuk dan keluar bangunan dan dilokasi yang

mudah dilihat dan dijangkau oleh petugas Dinas Pemadam Kebakaran.

2.4. Sistem Sprinkler Otomatis.

a. Perlengkapan dan jumlah Katub Kendali Utama

katup kendali dipasang pada setiap system pipa tegak dan mudah dilihat,

mudah dijangkau dan mudah dalam pemeliharaan.

b. Peletakan Kran Pengetesan

Kran pengetesan terdapat pada pipa penguji yang berukuran minimum 25

mm (1”) dan harus disambung ke pipa sprinkler paling ujung setiap lantai.

Page 40: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-39

Ujung pipa harus licin, tahan karet dan dapat mengalirkan air ekivalen

dengan satu kepala sprinkler jika dilakukan pengujian aliran, maka tanda

bahaya akan berbunyi. Kran pengetesan (katup inspeksi) ditempatkan pada

lokasi yang mudah dilihat, dijangkau dan dicapai dengan jarak tidak lebih

dari 2,1 m dari lantai. Keamanan juga perlu diperhatikan sehingga tidak

diganggu orang yang tidak berkepentingan.

c. Jenis Kepala Sprinkler (Head Sprinkler)

Jenis Kepala Sprinkler yang dipakai di gedung ini adalah

Kantor = type pendant

Kepala Sprinkler (Head Sprinkler) berdiameter = 1/2” (15 mm)

Temperatur operasi = 57ºC atau 135ºF.

d. Ukuran pipa yang dipakai

Pipa Baja Hitam (Black Steel Pipe)

Ukuran pipa (inci) Jml Maksimum kepala Sprinkler

1”

11/4”

11/2”

2”

21/2”

3”

4”

2

3

5

10

30

60

100

2.5. Sumber Air Pemadam Kebakaran

Sumber air yang digunakan berasal dari PAM (sumber utama) dan sebagai

sumber cadangan dari sumur dalam (Deep Well) dan harus mempunyai aspek

kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Air dari PAM dan sumur dalam di masukkan

kedalam Tangki Air Bawah. Kapasitas Tangki Air Bawah khusus untuk system

penanggulan kebakaran sebesar 85 m3 untuk keperluan selama 30 menit

menunggu barisan Dinas Kebakaran dating. Tangki Air Bawah untuk pemadam

kebakaran menjadi satu dengan tangki air bersih. (Total kapasitas tangki bawah

193 m3).

2.6. Pompa Sistem Kebakaran

- Pompa pemacu (Jockey Pump) berfungsi untuk mempertahankan tekanan air

didalam jaringan pemipaan tetap konstan.

- Pompa Utama Elektrik (Main Electric pump) berfungsi untuk mempertahankan

tekanan apabila pompa pemacu sudah tidak bisa mempertahankan

tekanannya (Tekanan menurun).

- Pompa Utama Diesel (Main Diesel Pump) berfungsi untuk menggantikan

pompa utama elektrik apabila pompa utama elektrik mati (tidak bisa bekerja

karena PLN mati).

Cara Kerja Pomp :

Pompa pemacu (Jockey Pump) berfungsi untuk mempertahankan tekanan air di

dalam jaringan pemipaan tetap konstan. Pompa akan hidup/start apabila

tekanan turun sampai pada batas yang ditentukan dan akan mati/stop pada

saat tekanan air kembali naik ke batas tekanan yang telah ditentukan. Pompa

utama pemadam kebakaran akan hidup/start apabila pompa pemacu sudah

tidak sanggup menangani penurunan tekanan pada jaringan pemipaan akibat

pecahnya kepala Sprinkler atau di bukanya katup hidran sehingga tekanan air

turun sampai batas yang telah ditentukan, dan pompa akan mati/stop secara

manual. Apabila pompa utama tidak bisa hidup/start dikarenakan sesuatu hal

pada saat tekanan air sudah turun pada batas yang telah ditentukan air terus

menurun, maka pompa cadangan (diesel pump) akan hidup pada saat tekanan

air sudah berada pada batas yang telah ditentukan, dan pompa juga akan

mati/stop secara manual.

Page 41: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-40

3. BAHAN DAN PERALATAN UTAMA

3.1. 1 Set pompa, terdiri dari :

- 1 buah pompa jockey electric 25 USGPM/95 ℓ/menit, head = 50 m

- 1 buah pompa utama electric 500 USGPM/1893 ℓ/menit, head = 40 m

- 1 buah pompa utama diesel 500 USGPM/1893 ℓ/menit, head = 40 m

- 1 buah pressure tank 500 liter

- 1 Set panel pompa

- Header, pipa hisap dll.

3.2. Hydrant Box 2 buah/lantai = 8 buah

3.3. Hydrant pillar (Hidran halaman) 5 buah (4”x21/2”x21/2”)

3.4. Seamese Connection 2 buah (4”x21/2”x21/2”)

3.5. Katup kendali utama sprinkler (MCV) 1 buah

3.6. Katup kendali cabang sprinkler (BCV) 4 buah

3.7. Sprinkler Test & Drain Value (TDC) 4 buah

3.8. Kepala Sprinkler (Head Sprinkler)

3.9. Tabung Pemadam Dry Powder 2 kg = 10 buah

3.10. Tabung Pemadam CO2 2 kg = 4 buah

3.11. Pipa Baja Hitam (Black Steel Pipe) ERW Schedule 40 ASTM 53 dengan kopling.

Victaulic untuk perpipaan Hidran dan Sprinkler.

3.12. Unit Tangki Pemadam Kebakaran kapasitas 193m3 (menjadi satu dengan

tangki air Bersih)

Page 42: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-41

B. SISTEM PLAMBING

1. LINGKUP PEKERJAAN

1.1. SISTEM AIR BERSIH

Sistem Air Bersih Meliputi :

a. Sumber air bersih

b. Pengolahan air bersih

c. Persediaan air bersih

d. Perpipaan air bersih

1.2. SISTEM AIR LIMBAH

Sistem Air Limbah Meliputi :

a. Perpipaan air limbah dari alat plambing di setiap lantai ke pipa air tegak

(Risek) di Shaft.

b. Perpipaan air limbah dari pipa tegak (Risek) ke Bak Pengolah Limbah

(Sewage Traetment Plant)

1.3. SISTEM AIR HUJAN

Sistem Air Hujan Meliputi :

a. Perpipaan dari atap bangunan melalui Roof Drain ke pipa tegak Air Hujan

(PAH)

b. Perpipaan dari pipa tegak ke bak kontrol

c. Perpipaan air hujan dari bak kontrol di alirkan ke Sumur Resapan

1.4. SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Sistem Pengolahan Air Limbah Meliputi :

a. Tangki pengolahan limbah

b. Pembuangan air limbah

c. Pembuangan air limbah yang sudah di olah ke saluran kota (Drainage)

2. DASAR PERENCANAAN

2.1. STANDAR

SNI 03-6481-2000 SISTEM PLAMBING 2000

2.2. BUKU PANDUAN

Perencanaan dan pemeliharaan sistem Plambing (Soufyan M Noerbambang

dan Takeo Morimara), Tahun 1987

3. KRITERIA PERENCANAAN

3.1. SISTEM AIR BERSIH ATAU AIR MINUM

Sumber utama dari perencanaan ini diambil dari PAM dan sumber air cadangan

di dapat dari Deepwell

1. Standar Sistem Air Bersih

a. Minimum tekanan air yang di butuhkan alat Plambing:

- WC Flash Valve : 1.0 bar

- WC Flash Tank : 0.7 bar

- Urinal Flash Valve : 0.4 bar

- Lavatory (Wastafel) : 0.3 bar

- Faucet (Kran Air) : 0.3 bar

b. Beban kebutuhan unit beban alat plambing dalam Fixture unit

- WC Flash Valve : 10

- WC Flash Tank : 5

- Urinal Flash Valve : 5

Page 43: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-42

- Lavatory (Wastafel) : 2

- Bah Cue dapur : 4

3.2. SISTEM AIR KOTOR, AIR KOTORAN DAN VENT

Yang dimaksud dengan Air Kotor adalah semua buangan yang berasal dari WC

dan Urinoir, sedangkan Air Kotoran adalah semua buangan dari Lavatory, Floor

Drain, Kitchen Zink, dan Janitor Beban kebutuhan unit beban alat plambing

dalam Fixture Unit

- WC Flash Valve : 8

- WC Flash Tank : 4

- Urinal : 4

- Lavatory (Wastafel) : 1

- Bah Cue dapur (Kitchen Zink) : 2

- Floor Drain : 1

Drainase saniter dari toilet / kamar mandi terbagi dalam beberapa (shaft) pipa

tegak di mana dari beberapa pipa tegak tersebut disatukan di lantai

penghubung dan selanjutnya disalurkan ke pipa utama dan kemudian

disalurkan ke Sewage Treatment Plan (STP).

Kecepatan aliran air kotor dan air kotoran di rencanakan sebesar 0.6 m/detik

sampai maksimum 1.2 m/detik, sedangkan kemiringan pipa sebagai berikut :

- Pipa dengan diameter kurang dari 80 mm (3”) kemiringan 2%

- Pipa dengan diameter lebih dari 80 mm (3”) kemiringan 1%

Ukuran Pipa Vent

Ukuran pipa vent dapat dihitung sesuai dengan standard dan ketentuan-

ketentuan yang berlaku.

Drainase Lantai Parkir

Adanya system drainase lantai tempat parker kendaraan di maksudkan untuk

menyalurkan adanya air limpahan, Rembesan, Drain Kondersat, Air dari

pencucian kendaraan dsb, ke Saluran Pembuangan.

Instalasi drainase meliputi pembuatan saluran terbuka / parit (open gutter),

lubang drain, pipa saluran, lubang – lubang kontrol.

3.3. SISTEM AIR HUJAN

Air hujan dari atap bangunan direncanakan di resapkan ke Sumur Resapan Air

Hujan (SRAH) dan over flownya di salurkan ke saluran kota. Sistem pemipaan

drainase air hujan diperhitungkan untuk mengatasi turun hujan hujan dengan

intensitas 200 mm/jam.

Dan ukuran-ukuran Pipa Air Hujan (PAH) di tentukan paling tidak untuk dapat

mengatasi turun hujan dengan intensitas 200 mm/jam. Material pipa yang di

gunakan adalah Pipa PVC kelas AW (10 kg/cm).

3.4. SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Pada bangunan ini sistem pengolahan air limbah menggunakan SATS SYSTEM.

SATS adalah Rakitan Unit Pengolah Limbah yang dibuat dari bahan FRP (Fibre

Reinforcad Plastic). Sistem ini menggunakan proses lumpur aktif (Activated

Sludge) melalui pemakaian pompa untuk menghasilkan udara ke dalam tangki

Aerasi. Proses ini akan meningkatkan pertumbuhan mikro organism untuk

mencerna dan mengubah beban organic dan bio – chemical di dalam air

buangan menjadi beban sisa yang lebih sederhana dan tidak berbahaya.

Dipakai type MA1126 (2 Tangki) : 2 buah

4. KEBUTUHAN AIR BERSIH / AIR MINUM

Page 44: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-43

Kebutuhan Air Bersih pada bangunan ini direncanakan dari PAM, dimana disediakan

pompa transfer, tangki air bawah (ground Water Tank), Tangki Atap dan Pompa

Booster. Jumlah kebutuhan air maksimum setiap hari untuk bangunan ini dihitung

berdasarkan jumlah total fixture unit sebagai berikut :

- WC Flash Valve 20 unit = 20 x 10 = 200 UBAP

- WC Flash Tank 9 unit = 9 x 5 = 45 UBAP

- Urinal 8 unit = 8 x 3 = 24 UBAP

- Lavatory (Wastafel) 8 unit = 8 x 2 = 16 UBAP

- Fucet (Kran air) 20 unit = 20 x 1 = 20 UBAP

TOTAL = 305 UBAP

UBAP = Unit Beban Alat Plambing

Dari hasil jumlah unit beban alat plambing di dapat laju aliran air sebesar : 300 l/menit

dengan menggunakan pipa 80 mm (3”) (kecepatan 2 m/detik)

Jadi kebutuhan air bersih per hari = 20 m³/jam

= 220 m³/hari

Direncanakan kapasitas air bersih dapat menampung olahan selama 2.5 jam

√= Qd x 2.5 jam

h

dimana :

Qd = Kebutuhan air bersih perhari = 220 m³/hari

H = Pemakaian rata – rata perhari = 10 jam/hari

√ = Volume tangki air bawah

√= 220 m³/hari x 2.5 jam = 55 m³

10 jam/hari

Kebutuhan untuk Air Pemadam Kebakaran selama minimum 30 menit adalah : 85 m³.

Jadi besarnya tangki Air Bawah untuk menampung kebutuhan air adalah :

55 m³ + 85 m³ = 140 m³.

Tangki Air Bawah tersebut dari Fibre Glass

Untuk besarnya tangki air atap adalah : 36 m³ dibagi dua bagian = 2 x 18 m³, dengan

material fibre glass

Catatan :

Untuk menghindari terkena gempa yang sering melanda di daerah ini, maka

tangki air bawah tidak di buat dari beton ( untuk menghindari retak – retak akibat

dari gempa ) dan di buat dari fibre glass yang diletakkan diatas tanah tidak

ditanam dalam tanah.

5. MATERIAL YANG DIGUNAKAN

Material yang digunakan untuk instalasi plambing pada bangunan ini adalah :

- Pipa Air Bersih : GIP ( Galvaniz Iron Pipe ) kelas medium Merk : PPI,

SPINDO

- Pipa Air Kotor, Air : PVC Kelas 10 kg / cm² (AW) Kotoran, Vent, Air

Hujan, Merk : WAVIN

- Gate Valve, Check Valve : Cast Iron Valves J15 10 K & Strainer Merk : KITZ,

TOYO atau setaraf

- Flexible Joint

- Pompa Transfer : Kapasitas 250 l / menit, 1450 Rpm

- Pompa Booster : Kapasitas 150 l / menit, 1450 Rpm Merk Pompa :

EBARA

Page 45: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-44

II. ELEKTRIKAL

1. PENDAHULUAN

1.1. Data umum

Informasi dan data – data yang digunakan dalam penyusunan dan dasar –

dasar Sistem Instalasi listrik Arus Lemah pada bangunan Kantor

yang

Terletak di jln .1, Jakarta pusat .

1.2. Nama dan Lokasi Bangunan

Nama : Renovasi Gedung Arsip

Lokasi : Jl. Juanda No. 2 Jakarta Pusat

Peruntukan : Kantor / ARSIP

Jumlah Lantai : 4 Lantai, Basemen 2 Lantai

1.3. Data Bangunan

Secara umum bangunan ini terdiri dari 1 (satu) blok/massa bangunan

yang

Berfungsi sebagai kantor dengan data-data pendukung sebagai berikut :

N0

Bangunan

Luas (m2)

1. Lantai

2. Lantai

3. Lantai

4. Lantai

5. Lantai

Jumlah

2. LINGKUP PEKERJAAN SISTEM LISTRK

2.1. Instalasi Tegangan Rendah

a. Kabel tegangan rendah

b. Panel distribusi utama tegangan rendah lengkap dengan peralatan

Proteksinya.

c. Panel sub distribusi tegangan rendah lengkap dengan peralatan

Proteksinya.

2.2. Instalasi penerangan dan Kotak kontak ( stop kontak )

a. Instalasi penerangan dalam dan luar bangunan.

b. Instalasi kontak kontak / stop kontak biasa dan khusus.

2.3. Instalasi pertanahan ( Grounding Systam ) system listrik dan peralatannya.

2.4. Instalasi system sumber daya listrik cadangan dengan Diesel Generator.

2.5. Instalasi penangkal petir.

3. DASAR PERENCANAAN

Page 46: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-45

3.1. Umum

Menyipkan suatu perancangan Sistem Instalasi Listrik yang memenuhi

Standar/kode dan criteria perencanaan, antara lain :

a. Suplay daya listrik dan penyediaan sarana instalasi Listrik untuk

melayani

Beban-beban listrik keseluruhan sehingga memenuhi kebutuhan dan

Juga untuk oprasionalnya.

b. Penyediaan sarana sumber daya listrik utama PLN dan sumber daya

Listrik cadangan/darurat dengan pengadaan Diesel Generator

3.2. Sumber daya listrik

a. Sumber daya listrik utama akan diambil dari PLN dengan tegangan

380/220 volt, 3 phase, 50 Hz, kapasitas 415,800 Kva

b. Sumber daya listrik cadangan akan diambil dari Diesel Generator

dengan out put tegangan 380 / 220 Volt, 3 Phase dan Frekuensi 50 Hz

3.3. FAKTOR KEBUTUHAN ( DEMAND FACTOR )

- Penerangan : 0.8

- Kotak Kontak (Stop Kontak) : 0.8

- Pendingin Udara : 0.9 – 1.0

- Pompa – pompa : 0.9 – 1.0

3.4. Faktor Keserempakan (Diversity Factor) : 1.1

3.5. Rugi / Jatuh Tegangan ( Voltage Drop )

- Maksimum jatuh tegangan antara panel Distribusi utama sampai ke sub

distribusi panel penerangan dan stop kontak adalah 2.5%

- Maksimum jatuh tegangan antara panel distribusi utama sampai ke panel

pompa dan panel AC adalah 5 %

3.6. Tingkat Penerangan ( Illumination Level )

- Ruang tamu, koridor, lobby : 120 – 150 lux

- Ruang M/E, gudang toilet : 180 – 250 lux

- Kantor : 300 – 400 lux

- Kantin : 200 – 250 lux

- Mushalla : 200 – 250 lux

- Parkir area : 50 – 100 lux

Catatan :

* Perencanaan penempatan titik lampu, tipe / jenis lampu yang akan digunakan

dan pengaturan komposisi cahaya disesuaikan dengan besar dan jenis ruangan

yang direncanakan

4. URAIAN SISTEM

a. Sistem distribusi akan menggunakan tipe radial, dimana tiap pusat beban akan

langsung di suplai dari panel distribusi utama TR ke panel sub distribusi melalui

kabel daya jenis NYFGBY dan NYY

Page 47: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-46

b. Khusus untuk beban pemadam kebakaran seperti pompa hydrant dan peralatan

penunjang baik untuk peringatan dini dan evaluasi harus menggunakan kabel

tahan api.

c. System proteksi yang digunakan untuk mengurangi / menghilangkan bahaya lanjut

dari suatu gangguan pada system distribusi adalah :

- Proteksi Arus Hubungan Singkat (Short Circuit)

- Proteksi Beban Lebih (Over Load)

- Proteksi Gangguan Tegangan (Over / Under Voltage)

- Proteksi Gangguan Arus Tanah (Earth Foult)

- Proteksi Daya Balik (Power Reverse)

- Proteksi Sambaran Petir (Lightning Stroke)

d. Sistem pertanahan (Grounding System) listrik akan digunakan system TN-C dan TN-

S

Grounding khusus harus di siapkan untuk peralatan – peralatan yang sensitive

seperti computer, PABX, Sound System, Fire Alarm dan lain – lain, dipasang

terpisah dengan grounding system listrik

e. Sistem penangkal petir yang digunakan adalah Electrostatic Lightning System yang

dipasang pada bagian tertinggi dari bangunan dan harus mempunyai Radius

pengaman yang bisa melindungi seluruh areal bangunan, penghantar penurunan

dengan menggunakan Coaxial Cable dan di hubungkan langsung ke elektroda

pertanahan ( Grounding Electroda )

5. PERKIRAAN DAYA TERPASANG

DAYA TERPASANG FAKTOR TOTAL DAYA

( VA ) BEBAN ( VA )

1 Penerangan & Stop kontak

a. Lantai 01 SDP 1 40.942,5 0.8 32.754

b. Lantai 02 SDP 2 37.992,5 0,8 30.394

c. Lantai 03 SDP 3 30.132,5 0,8 24.106

d. Lantai 04 SDP 4 6.250 0,8 5.000

e. Penerangan Luar SDP 8 L 2.500 0,8 2.000

2 Pendingin Ruang ( AC )

a. Lantai 01 SDPAC 1 68.640 0,9 61.776

b. Lantai 02 SDPAC 2 72.580 0,9 65.322

c. Lantai 03 SDPAC 3 67.760 0,9 60.984

d. Lantai 04 SDPAC 4 30.600 0,9 27.540

3 Pompa - Pompa

a. Pompa Hydrant PPH 22.500 1,0 22.500

b. Pompa Transfer PPT 8.750 1,0 8.750

c. Pompa Boster PPB 7.500 1,0 7.500

d. Pompa Sumur Dalam PPDW 6.000 1,0 6.000

4 Peralatan Elektronik (Fire

Alarm, Telepon, Tata Suara

Komputer)

359.351 VA

No. URAIAN PANEL

Total Daya

Page 48: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-47

Spare 10 % : 35.925,1 VA

Total : 395.176,1 VA

Divercity Factor : 434.693,71 VA

Total Daya Terpasang : 434,70 VA

Apabila sumber daya dari PLN mati atau ada gangguan maka akan di gantikan

sumber daya Cadangan dari Diesel Generator secara otomatis besarnya /

kapasitas Diesel Generator adalah 450 KVA

6. PERBAIKAN FAKTOR DAYA COS Ø Untuk mengurangi arus terbelakang (lagging / terhadap tegangan dengan sudut

yang besar diakibatkan adanya beban- beban induk tip antara lain, motor – motor

(pompa), kabel feeder, lampu TL dll dan menyebabkan besarnya daya KVAR yang

merugikan, maka untuk memperbaikinya menggunakan kapasitas Bank.

Kapasitas Kapasitor Bank adalah : 250 KVAR

7. BAHAN DAN PERALATAN UTAMA a. Panel TR Utama (MDP)

- Tegangan Kerja : 380 VOH, 50 Az

- Kapasitas : 800 A

- IP : 51

- Box Panel : ex Lokal

- MCCB : ex Merlin Gerin (MG)

- Ampere meter, Volt meter : ex AXLE

- KWH meter, Frekwensi meter : ex AXLE

- Lampu Indicator : T & T

- Fuse – 3 A : T & T

- Capasitor 3 Ph 5 x 50 KVAR : NOKIAN

- AMF Deep Sea Elc Pbc 720 : Deep Sea

- Contractor 3 Ph 5 x 50 KVAR : Telemecanique

b. Panel TR Sub Distribusi (SDP)

- Tegangan kerja : 300 volt, 50 Hz

- Kapasitas : di sesuaikan dengan masing –

masing personel

- IP : 51

- Box Panel : ex Lokal

- MCCB, MCB : ex Merlin Gerin (MG)

- Lampu Indicator : ex T & T

- Fuse 3 A : ex T & T

c. Genset ( Diesel Generator )

- Kapasitas : 450 KVA

- Tegangan kerja : 380 / 220 Volt, 50 Hz

- Jenis : Multi Cylinder 4 & 2 Stroke

- Putaran : 1500 Rpm

- Kapasitas beban lebih : min 10% selama 1 jam dalam 12 jam per

hari

- Merk / buatan : Cummin, Perkins

d. Kabel TR

- Tegangan Kerja : 600 – 1000 volt

Page 49: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-48

- Isolasi : PVC

- Konduktor : Tembaga

- Temperatur Max : 90° C

- Jenis : NYFGbY, NYY, NYM, NYA, NYAHY

- Merk / buatan : Kabel Metal, Kabelindo, Tranka Kabel,

Suprem ( 4 Besar )

e. Kabel Tahan API

- Tegangan Kerja : 600 – 1.000 Volt

- Isolasi : Mineral

- Konduktor : Tembaga

- Temperatur Max : 750° C

- Jenis : FRC

- Merk / buatan :

f. Lampu – lampu

- Lampu TL, SL, PL, Mercary dll : ex Phillips

- Box Lampu ( Down Light, Banet dl) : ex Lokal Standard SNI

g. Saklar dan Stop Kontak

- Kapasitas :

- Merk / buatan : National, Berker atau setaraf

h. Penangkal Petir

- Tahanan Pertanahan max : 2 ohm

- Kabel : COAXIAL

- Merk / buatan : PREVECTRON

Page 50: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-49

RANGKUMAN SPESIFIKASI MATERIAL

PEMBANGUNAN GEDUNG ARSIP– TA 2016

No. Komponen Uraian pekerjaan Material Spesifikasi

1. Pondasi Pondasi Utama Pondasi Tiang Pancang dan

Sumuran serta foot plat

beton

Beton bertulang

dengan

perbandingan 1pc :

2ps : 3split,

pengecoran sesuai

desain

2. Kerangka

Struktur

Struktur bangunan Rangka struktur beton Sloof, Kolom, Balok

Rangka Atap Konstruksi rangka atap beton

, atap dak beton, luifel beton

Sesuai desain

Plat Lantai Beton plat – jenis pre

fabrikasi

Sesuai persyaratan

spesifikasi dan

prosedur lainnya

3. Dinding Pasangan dinding

bangunan

Dinding tembok batu bata ½

batu plester finish cat dinding

atau keramik atau sesuai

yang ditunjukkan dalam

gambar

1pc : 3kpr : 10ps

Atau 1pc : 6ps

Partisi Partisi double kalsiboard 6

mm rangka hollow sesuai

desain

Kalsiboard

sekualitas Eternit

Gresik

Panil kaca frame aluminium Kaca bening, kaca

es, kaca bening

difinish stiker

sandblast sesuai

desain

4. Kusen Pintu,

Jendela dan BV

Kusen Pintu Kusen aluminium (Natural

Anodised)

Setara Alexindo

ukuran 5/10

Daun Pintu Panil kaca frame aluminium

(natural anodised) , double

tripleks rangka kayu finish

melamin doff ( sesuai

desain), panil kaca

framelless 12 mm

Kaca bening, kaca

rayban, kaca es,

kaca bening difinish

stiker sandblast

sesuai desain

Daun Jendela Panil Kaca frame aluminium

Natural Anodised

Kaca Bening 5 mm

Untuk Kaca sisi

eksterior bangunan

menggunakan Kaca

Rayban 40 %

Daun BV Panil Kaca frame aluminium

Natural Anodised

Kaca bening/rayban

5 mm atau Kaca Es

5 mm

Teralis Besi hollow/strip finish cat

semprot

Sesuai desain

5. Kaca Pekerjaan Pintu,

Jendela, BV dan

Partisi

Kaca ≤ 1m² menggunakan

kaca tebal 5 mm, kaca ≥ 1

m² menggunakan kaca tebal

8 mm, atau 12 mm sesuai

Sekualitas

Asahimas; dapat

berupa kaca bening,

kaca es, kaca

Page 51: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-50

yang ditunjukkan dalam

gambar

bening difinish

stiker sandblast

sesuai desain

5. Lantai Untuk lantai

Ruang Umum,

seperti Lobby Hall,

Ruang Tamu, R.

Serbaguna,

Selasar, dan

Ruang Tidur

Kombinasi :

- Keramik 40 x 40 cm ,

- Plint keramik 10 x 40 cm,

pekerjaan lantai yang lain

20 x 20 cm atau keramik

30x30 cm

Keramik sekualitas

Roman

Eksterior dan

area basah:

keramik

rustic/tekstur

Interior : keramik

polos

Untuk lantai

Ruang Servis,

seperti pantry dan

Laundry

Keramik 20x20 cm anti selip Keramik sekualitas

Roman

6. Pelapisan

Dinding

Keramik Keramik 20x25 cm untuk

pelapisan dinding Ruang

KM/WC, Ruang Laundry, dan

atau yang ditunjukkan untuk

itu

Keramik sekualitas

Roman

Dinding KM/WC

: lapis keramik

20x25 tinggi

175 cm + border

keramik motif

10x20 cm

Dinding R.

Laundry : lapis

keramik 20x25

cm tinggi 150

cm + border

keramik motif

10x20 cm

Cladding

aluminium

Aluminium Composite Panel

ukuran sesuai desain rangka

aluminium ( untuk aksen

area entrance sesuai desain)

Sekualitas

Alumetalec/Seven

Granite Tile Granite Tile 60x60 (polished)

sesuai desain (finishing

eksterior)

Granite Tile

sekualitas Gelaisi

Pemasangan

Pelapisan Dinding

Untuk pemasangan

pelapisan dinding jenis ubin

keramik atau granite tile

menggunakan jenis mortar

instan

Produk Mortar

sekualitas Mortar

Utama atau Lemkra

Pengecatan

Dinding, Plafond

Dinding dan Plafond interior

dengan cat interior

Dinding dan plafond eksterior

dengan cat eksterior jenis

(weather coat / weather

shield)

Produk cat

sekualitas Mowielex

atau Dulux

7. Dinding

/Plafond

Khusus

Detail khusus

sesuai desain

Plafond koridor jenis cross

tee (T hanger) akustik tile

60x120 cm

Produk akustik tile

sekualitas

Jayaboard

8. Plint Lantai Plint Ubin Keramik ,Granite Tile, sesuai

desain

Berlaku untuk lantai

seluruh ruang.

Menyesuaikan spek

Page 52: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-51

ubin yang

digunakan/sesuai

desain

9. Plafond/langit-

langit

Sesuai

ditunjukkan dalam

gambar

Gypsumboard 9 mm atau

Kalsiboard 4,5 mm rangka

hollow metal , Plafond

akustik dan atau beton

ekspose

Gypsumboard

sekualitas

Jayaboard &

Kalsiboard

sekualitas produk

Eternit Gresik

10. Penutup Atap Penutup Atap

Bangunan (sesuai

ditunjukkan dalam

gambar)

Atap Dak Beton

Atap dak beton

dengan water

proofing, untuk area

atas KM/WC yang

digunakan untuk

penempatan tandon

air dan area jemur

Atap Canopy Kombinasi plat beton dan

Kaca Lamisafe rangka baja

finish cat semprot

Kaca sekualitas

Asahimas

11. Penerangan Lampu sesuai

desain

Lampu down light, lampu TL

dalam armatur, lampu spot,

lampu SL, dll

Lampu sekualitas

Philips, Armatur

sekualitas

Centralight

12. Pintu utama Pintu utama dan

daun pintu utama

Frameless door, kaca 12 mm

dengan frame beton lapis

granite sesuai desain

Floor hinge –

sekualitas

Dorma/Dekkson

13. Handel Pintu Handel pintu,

Pengunci

Sesuai desain (produk jadi

atau costumized)

Sekualitas Beleza

produk Kenari Djaja

14. Railing Tangga Railing tangga

atau lainnya

sesuai desain

Jenis stainless steel jenis

polos / hairline sesuai desain

dan atau besi holo finish cat

semprot

Kombinasi dinding

bata plester finish

cat, hand rail

stainless steel

ukuran dia 2 inch

15. Saniter Closet &

Washtafel

Closet jongkok atau duduk

sesuai desain

Washtafel meja (counter

washtafel) atau gantung

sesuai desain

Produk saniter

sekualitas Toto

lengkap dengan

aksesorinya

Aksesori KM/WC Floor drain, kran, fitting

lainnya, jetwash

Produk sekualitas

San Ei

Washbak atau

Sink

Jenis stainless steel

KM/WC for

disabled

Dilengkapi keperluan

pendukung seperti hand grip,

tempat duduk (lapis

keramik), dll

16. Perkerasan

Halaman

Pavement Kombinasi : Paving

Jenis/Type Holland 0x20 K

300, Grass Block K300, atau

lainnya sesuai desain

Produk press mesin

sekualitas Aldas

Kombinasi keramik rustic,

batu templek, batu candi

sesuai desain

Untuk taman,

amphitheatre,

selasar

17. Instalasi Kabel power Sesuai jenis dalam desain Produk sekualitas

Page 53: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-52

supply Clipsal atau Suprim

18. Penangkal Petir Jenis EF Sesuai desain Penempatan

menyesuaikan

posisi atap

bangunan tertinggi,

dan sesuai radius

pelayanan

19. Pemadam

Kebakaran

Deteksi kebakaran

(smoke and heat),

sistem peringatan

dan pemadaman

kebakaran

Smoke Detector, Fire Alarm,

dan Pemadam Kebakaran

jenis extinghuiser sesuai

desain

Fire Extinghuiser

Sekualitas Vulcan

atau Chubb

20. Lain-lain Meja Pantry Meja beton lapis keramik

20x20 cm

Keramik sekualitas

Roman

Exhaust/Baling-

baling

Untuk menyedot atau

membantu sirkulasi udara

alami

Jenis siklon

21. Pos jaga Sesuai Desain Pondasi : batu belah lajur

Kolom , balok : beton

bertulang

Aatap : plat beton dengan

waterproofing

Dinding : bata plester finish

cat kombinasi lapis batu

candi 15x30 coating anti

lumut dan anti jamur natural

Kusen pintu jendela :

aluminium NA 5/10 sesuai

desain

Panil pintu jendela : Kaca

frame aluminium NA

25. Counter

Reception

Kombinasi bata

plester lapis granit

tile dan multipleks

18 mm

Sesuai desain termasuk drop

ceiling di atasnya dan back

drop

Ruang administrasi

dan Room Leader

28. Bak tanaman

dan aksen pada

kolom

Bata plester lapis

batu alam - Bak tanaman : batu

templek

- Kolom : batu blondos

Coating anti jamur

dan anti lumut

29. Water Feature Kolam dengan air

muncrat

Aksen depan drop-off

entrance utama :

- Kolam bata plester

lapis batu alam, sisi

dalam finish plester

coating anti lumut

dan anti jamur

- Bak air muncrat :

beton pre cast motif

tekstur batu

30. Perlengkapan

dan Prasarana

lain

Sesuai desain Lampu penerangan halaman,

genset, pompa, dll

Mengacu RKS

Page 54: contoh RKS

SPESIFIKASI TEKNIS

I-53

BAB IV

DAFTAR KUANTITAS, ANALISA HARGA SATUAN

DAN METODA PELAKSANAAN

1. Daftar Kuantitas terdiri dari :

a. Rekapitulasi Daftar Kuantitas dan Harga

b. Daftar Kuantitas dan Harga

2. Analisa Harga Satuan terdiri dari :

a. Analisa Harga Satuan Pekerjaan

b. Daftar Harga Satuan Dasar Upah

c. Daftar Harga Satuan Dasar Bahan

d. Daftar Harga Satuan Dasar Peralatan

3. Metode Pelaksanaan pekerjaan terdiri dari :

a. Metode Pelaksanaan Pekerjaan

b. Jadwal Waktu Pelaksanaan Pekerjaan

c. Daftar Personil Inti

d. Daftar Peralatan Utama