Contoh PKMGT

23
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA TRASH INDUSTRIAL TOWN DALAM UPAYA MENAGGULANGI PENCEMARAN DAN PENGANGGURAN DI PULAU JAWA BIDANG KEGIATAN: PKM-GAGASAN TERTULIS Diusulkan oleh: LINGGA HARDINATA (NIM 24010213130074 / Angkatan 2013) MUSSANDINGMI ELOK NURUL ISLAM (NIM 24010212120015 / Angkatan 2012) NAUFAL RILANDA (NIM 21030113120004 / Angkatan 2013) ALWI ASSEGAF (NIM 24010213140064 / Angkatan 2013) ASRI CAHYANI (NIM 24010213130085 / Angkatan 2013) UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2015

description

Contoh Pkm - Gagasan Tertulis

Transcript of Contoh PKMGT

Page 1: Contoh PKMGT

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

TRASH INDUSTRIAL TOWN

DALAM UPAYA MENAGGULANGI PENCEMARAN DAN

PENGANGGURAN DI PULAU JAWA

BIDANG KEGIATAN:

PKM-GAGASAN TERTULIS

Diusulkan oleh:

LINGGA HARDINATA (NIM 24010213130074 / Angkatan 2013)

MUSSANDINGMI ELOK NURUL ISLAM (NIM 24010212120015 / Angkatan 2012)

NAUFAL RILANDA (NIM 21030113120004 / Angkatan 2013)

ALWI ASSEGAF (NIM 24010213140064 / Angkatan 2013)

ASRI CAHYANI (NIM 24010213130085 / Angkatan 2013)

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2015

Page 2: Contoh PKMGT
Page 3: Contoh PKMGT

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

RINGKASAN .............................................................................................. iv

PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

GAGASAN ................................................................................................... 3

KESIMPULAN ............................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 9

LAMPIRAN .................................................................................................. 10

Page 4: Contoh PKMGT

iv

RINGKASAN

Indonesia saat ini menghadapi masalah serius dalam hal pengelolaan

sampah perkotaan (Municipal Solid Waste). Pertumbuhan penduduk yang tak

terkendali turut memperbesar angka produksi sampah setiap tahun. Sistem yang

tidak tepat serta rendahnya partisipasi masyarakat menjadi kendala utama dalam

mengelola sampah di Indonesia terutama Pulau Jawa.

Sistem open dumping (penimbunan secara terbuka) yang dilakukan

pemerintah justru menimbulkan berbagai permasalahan lain seperti pencemaran

lingkungan sekitar TPA (Tempat Pemrosesan Akhir), meningkatnya biaya

operasional pengelolaan sampah, dan bencana alam. Pada tahun 2005, terjadi

bencana longsor di TPA Leuwi Gajah (Bandung) yang menewaskan 141 jiwa.

Selain itu, sistem open dumping akan selalu membutuhkan lahan baru untuk

dijadikan TPA, sedangkan lahan bekas TPA menjadi tercemar dan menghasilkan

gas metana hasil pembusukan sampah yang menyebabkan efek rumah kaca.

Semakin tinggi jumlah penduduk, maka semakin banyak produksi sampah

dalam suatu daerah. Memandang sampah sebagai sumber daya adalah solusi yang

paling rasional dalam menghadapi masalah sampah, mengingat banyaknya tenaga

kerja yang dibutuhkan dalam sistem ini. Tempat pembuangan sampah

menciptakan 40-60 lapangan kerja per satu juta ton sampah, insinerator

menciptakan 100-290 lapangan kerja, pembuatan kompos 200-300 lapangan kerja,

dan daur ulang menciptakan 400-590 lapangan kerja. Oleh karena itu,

membangun pusat pengelolaan sampah berbasis industri di setiap kabupaten/kota

diyakini mampu mengurangi pencemaran dan pengangguran.

Sistem pengelolaan sampah yang dibutuhkan oleh pemerintah saat ini

adalah sistem pengelolaan terpadu berbasis industri yang menarik masyarakat

sekitar untuk berpartisipasi didalamnya. Trash industrial town merupakan sistem

pengelolaan berbasis industri dalam kota yang melibatkan masyarakat sebagai

pelakunya. Dalam sistem ini, pengelolaan sampah dilakukan di masing-masing

kabupaten/kota sehingga lebih efektif. Dalam penerapannya, trash industrial town

menggunakan metode NSC (Node, Sub point, dan Center point). Metode ini

membagi kota menjadi 5 area, yaitu utara, selatan, barat, timur, dan tengah. Di

setiap area terdapat sub point, dan setiap sub point terdapat banyak node. Masing-

masing bagian menciptakan banyak kesempatan kerja, Jawa merupakan pulau

yang potensial dalam menerapkan metode ini, selain jumlah penduduk yang

tinggi, Pulau Jawa memiliki kondisi geografis yang mendukung.

Page 5: Contoh PKMGT

1

PENDAHULUAN

Jawa merupakan pulau dengan penduduk terbanyak di Indonesia. Badan

Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 136.619.998 jiwa atau 57.49% penduduk

Indonesia tinggal di pulau ini. Jumlah tersebut meningkat 11 persen dari tahun 2000

dan 24.4 persen dari tahun 1990 (BPS, 2010).

Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akan menimbulkan berbagai

masalah dan hambatan bagi upaya-upaya yang dilakukan karena pertumbuhan

penduduk yang tinggi tersebut akan menyebabkan capatnya pertambahan jumlah

tenaga kerja sedangkan kemampuan daerah dalam menciptakan kesempatan kerja

yang baru sangat terbatas (Arsyad, 2004).

Persentase penduduk perkotaan dari seluruh provinsi di Pulau Jawa relatif

tinggi, masing-masing Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta ( 100 % ), Daerah

Istimewa Yogyakarta (DIY) sebesar 70,2 % , Banten (67,2%), Jawa Barat (66,2 %),

Jawa Timur (56,5%), Jawa Tengah (56,2%). Tingginya persentase penduduk

perkotaan jika dikaitkan dengan masalah lingkungan terdapat hubungan antara

keduanya (Amin, 2009). Hal tersebut didukung oleh Sejati (2009), yang

mengemukakan bahwa semakin maju penguasaan teknologi dan industri maka

semakin banyak sampah yang diproduksi. Dengan demikian, rasional bila volume

produksi sampah di kota besar jauh lebih banyak dibanding kota kecil atau

pedesaan.

Tahun 2025, Jawa diperkirakan memproduksi sebanyak 74.737 ton sampah

setiap hari. Sistem pengelolaan sampah yang belum tepat menyebabkan munculnya

berbagai permasalahan lain, seperti pencemaran lingkungan, wabah penyakit, dan

bencana alam. Berdasarkan data BPS Tahun 2000, dari 280.235,87 ton sampah

yang ditimbulkan oleh 384 kota setiap harinya, 4,2% diangkut dan dibuang ke TPA,

37,6% dibakar; 4,9% dibuang ke sungai, dan 53,3% tidak tertangani. Hal tersebut

disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya pertambahan penduduk dan arus

urbanisasi yang pesat menyebabkan timbulan sampah pada perkotaan semakin

tinggi; kendaraan pengangkut yang jumlah maupun kondisinya yang kurang

memadai; sistem pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang kurang tepat

dan tidak ramah lingkungan serta belum diterapkannya pendekatan reduce, reuse,

dan recycle (Wibowo & Djajawinata, 2002:1).

TPA yang saat ini dijadikan tempat menimbun sampah memiliki banyak

keterbatasan. Selain luasnya yang kurang, keberadaan TPA menimbulkan

pencemaran lingkungan setempat, bahkan pelepasan gas metana oleh pembusukan

sampah menyebabkan efek rumah kaca. Saat ini Pulau Jawa memiliki 144 TPA, 47

TPA terletak di Jawa barat, 38 di Jawa tengah, 4 di Yogyakarta dan 55 di Jawa

Page 6: Contoh PKMGT

2

Timur (BIS PU, 2013). Namun, hingga saat ini pengelolaan sampah di pulau ini

masih belum dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat

setempat. Padahal, menurut Sally Morgan dalam bukunya yang berjudul “Waste,

Recycling and Reuse”, mengemukakan bahwa mengelola sampah akan

menciptakan lapangan kerja yang tidak sedikit, tempat pembuangan sampah

menciptakan 40-60 lapangan kerja per satu juta ton sampah, insinerator

menciptakan 100-290 lapangan kerja, pembuatan kompos 200-300 lapangan kerja,

dan daur ulang menciptakan 400-590 lapangan kerja. Semua jenis tempat

pembuangan sampah menciptakan lapangan pekerjaan, tetapi program daur ulang

yang dilakukan secara intensif memerlukan tenaga kerja dan menciptakan jauh

lebih banyak lapangan kerja. Ini merupakan hal penting bagi negera-negara yang

memiliki tingkat pengangguran yang cukup tinggi (Morgan, 2008).

Sistem pengelolaan sampah yang dibutuhkan oleh pemerintah saat ini

adalah sistem NSC (Node, Sub point, dan Center Point), dimana sistem ini

didasarkan pada pengolahan sampah anorganik menjadi bahan daur ulang siap

pakai yang selanjutnya dikirim ke industri yang membutuhkan bahan baku tersebut

(Sejati, 2009). Sistem pengelolaan sampah dengan metode ini merupakan solusi

yang cukup efektif dalam menangani sampah dan pengangguran. Membangun

pusat pengolahan sampah di setiap kabupaten/kota di Pulau Jawa akan menyerap

tenaga kerja tinggi, menambah pendapatan daerah melalui produk daur ulang,

menanggulangi pencemaran lingkungan serta menjadi sarana edukasi bagi

masyarakat setempat.

Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah mencari solusi masalah

persampahan di Pulau Jawa dengan membuat desain konsep Trash Industrial Town.

Konsep ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pemerintah sebagai referensi

mengenai desain pengelolaan sampah yang efektif diterapkan di pulau dengan

jumlah penduduk yang relatif tinggi seperti Jawa.

Page 7: Contoh PKMGT

3

GAGASAN

Sistem Pengelolaan

Saat ini, Indonesia sedang menghadapi masalah serius dalam hal

pengelolaan sampah perkotaan (MSW, Municipal Solid Waste). Tahun 2013,

Direktorat Jenderal Cipta Karya menganggarkan dana sebesar 3,1 triliun rupiah

untuk pengaturan, pengembangan, pengawasan, dan pelaksanaan program-program

air limbah dan persampahan. Namun, hingga saat ini, efektifitas pengelolaan

sampah di Indonesia masih dipertanyakan, terutama di daerah perkotaan. (Landon,

2013)

Data statistik nasional untuk sampah yang dihasilkan pada tahun 2008,

Pulau Jawa menempati urutan pertama dengan 21,2 juta ton sampah per tahun,

diikuti Sumatera 8,7 juta ton per tahun (Tabel 1). Dengan jumlah sampah yang terus

bertambah, sistem open dumping (penimbunan sampah secara tebuka) yang saat ini

dilakukan pemerintah hanya akan memperpendek umur TPA.

Tabel 1. Statistik Persampahan Indonesia 2008

Wilayah

Populasi

Juta

Total Sampah

yang

Dihasilkan

Juta ton/

tahun

Sampah yang

dihasilkan per

orang

kg/hari

Pengankutan

Sampah

Aktual

Juta ton/

tahun

Sampah yang

tidak terangkut

Juta ton/ tahun

Sumatera 49,3 8,7 0,48 4,13 4,57

Jawa 137,2 21,2 0,42 12,49 8,71

Bali & Nusa

Tenggara

12,6

1,3

0,28

0,62

0,68

Kalimantan 12,9 2,3 0,49 1,07 1,23

Sulawesi &

Papua

20,8

5

0,66

3,41

1,59

Total 232,8 38,5 0,45 21,72 16,78

Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) – Dari IndII SWM Scoping Study.

Sistem pengelolaan sampah di Indonesia sudah dirancang sejak masa orde

baru dengan metode pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan. Namun,

setelah bencana longsor terjadi di TPA Leuwi Gajah (Bandung) yang memakan 141

korban jiwa pada tahun 2005, pemerintah mengubah sistem tersebut dengan

mengoptimalkan metode 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle). Metode ini dianggap

lebih baik dari metode sebelumnya, akan tetapi belum cukup efektif dalam

penyelesaian masalah sampah perkotaan. Metode 3R terkendala oleh beberapa hal

seperti fasilitas yang tidak memadai, rendahnya tingkat partisipasi masyarakat, dan

kurangnya sumber daya manusia.

Page 8: Contoh PKMGT

4

Kelemahan lain dari metode 3R adalah pemerintah kehilangan nilai jual dari

sampah daur ulang yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk membuka lapangan

kerja di daerah setempat melalui suatu industri pengelolaan sampah.

Dewasa ini, Indonesia telah melakukan langkah-langkah strategis dalam

mengelola sampah, Hal ini dibuktikan dengan adanya 120 bank sampah di Jakarta

pada tahun 2013. Bank sampah ini bertujuan untuk mempermudah dalam

memproses sampah. Pengumpulan sampah yang terpusat dan terintegrasi di bank

sampah dapat langsung diolah pada recycling center yang terdapat di setiap daerah.

Untuk menumbuhkan minat masyarakat dalam mengumpulkan sampah melalui

bank sampah, pemerintah juga perlu melakukan penyesuaian harga sampah (tabel

2)

Tabel 2. Harga Barang Bekas di Pasaran Tahun 2010

No Jenis Barang Lapak Harga/kg

1 Gelas air mineral 1.600

2 Kaleng oli 1.500

3 Ember biasa 1.100

4 Keras (kaset, botol kecap) 150

5 Ember hitam(antipecah) 800

6 Botol air mineral 700

7 Botol air besar 400

8 Kardus 500

9 Kertas putih 700

10 Majalah 350

11 Koran 500

12 Duplek(kardus tipis) 150

13 Botol minuman bersoda 200

14 Besi beton 700

15 Besi super 450

16 Besi pipa 250

17 Tembaga super 8000

Page 9: Contoh PKMGT

5

Sumber: koperasi pemulung, 2010

Target besar selanjutnya adalah membentuk industri pengelolaan sampah

menjadi salah satu senjata andalan untuk menambah pendapatan daerah maupun

nasional. Manfaat lain dari program ini adalah menghemat sumber daya yang

tersedia serta menambah jumlah lapangan pekerjaan.

Mengelola sampah dalam skala besar membutuhkan penerapan metode

NSC (Node, Sub Point, dan Center Point). Metode ini didasarkan pada

pengumpulan sampah-sampah anorganik menjadi bahan daur ulang siap pakai.

Misalkan kertas bekas diproses menjadi kertas daur ulang yang bernilai ekonomi

tinggi, plastik menjadi biji-biji plastik yang siap digunakan untuk industri barbahan

baku plastik. Kaca, kain, dan logam dikumpulkan untuk kemudian dikirimkan ke

industri-industri yang membutuhkan bahan baku tersebut.

Suatu kota akan dibagi menjadi 5 area, yaitu utara, selatan, barat, timur, dan

tengah. Di setiap area terdapat sub point. Dari setiap sub point terdapat banyak

node, yaitu tempat dimana bank sampah berada. Pekerja pada bank sampah direkrut

langsung dari pemulung karena mereka sudah berpengalaman serta mampu

memilah dan memisahkan jenis sampah yang diinginkan.

18 Tembaga bakar 7000

19 Aluminium tipis 4000

20 Aluminium tebal 6000

Page 10: Contoh PKMGT

6

Penerapan Sistem NSC dalam Trash Industrial Town:

1. Masyarakat menjual sampah yang bisa didaur ulang ke bank sampah yang

tersedia di setiap kecamatan

2. Bank sampah memilah sampah yang telah diperoleh berdasarkan

karakteristiknya (Pekerja adalah pemulung yang telah terbiasa memisahkan

jenis-jenis sampah)

3. Sampah yang siap didaur ulang dikirimkan ke pabrik pengelolaan sampah

yang telah disediakan di setiap kecamatan sebanyak 2 kali dalam seminggu

4. Bahan mentah hasil daur ulang dikirim ke industri-industri yang

membutuhkan bahan tersebut.

Gambar 1. Paradigma Sistem Pengelolaan Sampah dengan Trash Industrial Town

sampah

Organik

Diangkut oleh truk sampah

Pabrik kompos

(BUMN)

Pupuk

Anorganik

Warga menjual ke pengepul

Bank Sampah

Pabrik

(BUMN)

Pasar

Residu tak terolah

Diangkut oleh truk sampah

Insenerator

Energi listrik

Page 11: Contoh PKMGT

7

Industri Sampah dan Kota

Sasaran program Trash Industrial Town adalah penanganan masalah sampah di

setiap kabupaten/kota di Pulau Jawa. Jumlah produksi sampah di setiap

kabupaten/kota tentunya berbeda sesuai dengan jumlah penduduk dan aktivitas

daerah. Kondisi tersebut mempengaruhi rancangan kapasitas pabrik pengelolaan

sampah yang akan dibangun. Komponen yang harus sangat diperhatikan adalah

kriteria lokasi pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah sesuai

dengan peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia nomor

03/PRT/M/2013, yang meliputi:

a. geologi, yaitu tidak berada di daerah sesar atau patahan yang masih aktif, tidak

berada di zona bahaya geologi misalnya daerah gunung berapi, tidak berada di

daerah karst, tidak berada di daerah berlahan gambut, dan dianjurkan berada di

daerah lapisan tanah kedap air atau lempung;

b. hidrogeologi, antara lain berupa kondisi muka air tanah yang tidak kurang dari

tiga meter, kondisi kelulusan tanah tidak lebih besar dari 10-6 cm/detik, dan

jarak terhadap sumber air minum lebih besar dari 100 m di hilir aliran;

c. kemiringan zona, yaitu berada pada kemiringan kurang dari 20%;

d. jarak dari lapangan terbang, yaitu berjarak lebih dari 3000 m untuk lapangan

terbang yang didarati pesawat turbo jet dan berjarak lebih dari 1500 m untuk

lapangan terbang yang didarati pesawat jenis lain;

e. jarak dari permukiman, yaitu lebih dari 1 km dengan mempertimbangkan

pencemaran lindi, kebauan, penyebaran vektor penyakit, dan aspek sosial;

f. tidak berada di kawasan lindung/cagar alam; dan/atau

g. bukan merupakan daerah banjir periode ulang 25 tahun.

Tujuan selanjutnya dari Trash Industrial Town adalah menangani permasalahan

pengangguran. Dengan dibangunnya pabrik pengelolaan sampah di setiap

kabupaten/kota, maka secara otomatis akan membuka lapangan kerja secara merata

di Pulau Jawa meski tidak dalam porsi yang sama. Hal ini dapat pula mengatasi

salah satu faktor yang mendasari gencarnya urbanisasi, yaitu kurangnya lapangan

pekerjaan di kota asal. Perpindahan penduduk ke kota-kota besar dan kota

metropolitan dalam jumlah yang berlebihan mengakibatkan pertambahan jumlah

penduduk yang tidak terkontrol di kota tujuan,sedangkan luas wilayah tidak

bertambah. Sebagai contoh, Provinsi DKI Jakarta yang mana kota-kota di dalamnya

merupakan tujuan utama urbanisasi merupakan provinsi dengan penduduk terpadat

mencapai 15015 jiwa/km2, dan Jakarta Pusat menjadi kota dengan penduduk

terpadat mencapai 18.688,72 jiwa/km2. (Data BPS, 2013).

Page 12: Contoh PKMGT

8

KESIMPULAN

Dewasa ini, sistem open dumping yang dilakukan pemerintah dalam

mengelola sampah di Pulau Jawa justru menimbulkan berbagai permasalahan lain.

Pemerintah membutuhkan sistem baru yang memandang sampah sebagai sumber

daya dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam pengelolaannya.

Trash Industrial Town adalah sebuah mega konsep pembangunan industri

pengelolaan sampah untuk setiap kabupaten/kota di Pulau Jawa. Konsep ini

melibatkan ‘bank sampah’ yang terbukti efektif menarik minat masyarakat untuk

berpartisipasi dalam proses pengelolaan sampah. Trash Industrial town

menggunakan sistem NSC (Node, Sub point, dan Center point) dalam aplikasinya,

dimana sebuah kota dibagi menjadi 5 area, yaitu utara, selatan, barat, timur, dan

tengah. Di setiap area terdapat sub point, dan setiap sub point terdapat banyak node.

Masing-masing bagian akan menciptakan banyak kesempatan kerja. Konsep ini

diyakini mampu memberikan dua fungsi utama sekaligus, yaitu menangani masalah

sampah di Pulau Jawa dan mengurangi jumlah pengangguran karena terciptanya

lapangan pekerjaan dalam jumlah yang relatif besar. Bonusnya, program ini bisa

juga menambah pendapatan daerah maupun nasional, menghemat sumber daya

yang tersedia, dan mengontrol arus urbanisasi sehingga terhindar dari masalah

kepadatan penduduk yang berlebih di kota-kota tujuan urbanisasi.

Page 13: Contoh PKMGT

9

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2013. “Distribusi persentase penduduk dan kepadatan penduduk menurut

provinsi, 2000-2013”. http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1277

(dilihat 7 Februari 2015).

Cooper, D. & Schindler, P. 2003. Business research methods. New York: McGraw-

Hill.

Damanhuri, E. 2006. Konsep rancang bangun dan pengembangan prototipe

pengomposan dan daur ulang sampah terpadu skala kawasan RT/RW.

Bandung: TL ITB.

Depkes. 2014. “Statistik kejadian bencana tahun 2014”.

www.penanggulangankrisis.depkes.go.id (diakses 9 Februari 2015)

Dias L, Pingkan. 2009. “Fasilitas pengolahan sampah di TPA Jatibarang

Semarang”. www.eprints.undip.ac.id/1504/ (diakses pada 14 Februari 2015)

Hadiwiyoto, S. 1983. Penanganan dan pemanfaatan sampah. Jakarta: Yayasan

Idayu.

Manning, C. & Effendi, T. 1985. Urbanisasi, pengangguran, dan sektor informal

di kota. Jakarta: Gramedia.

Morgan, Sally. 2008. Waste, recycling and reuse. London: Evans Brother Ltd.

Octaviani, Dian. 2001. Inflasi, pengangguran, dan kemiskinan di Indonesia:

Analisis Indeks Forrester Greer & Horbecke. Media Ekonomi, Hal 100-118,

Vol. 7, No.8.

Outerbridge, Thomas B. 1991. Limbah padat di Indonesia: masalah atau sumber

daya?. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Pujiati, Amin. 2012. Aspek lingkungan dalam pertumbuhan kota di wilayah

aglomerasi perkotaan Semarang dan DIY. Kinerja. Jilid 16 No. 1.

Sejati, Kuncoro. 2009. Pengolahan sampah terpadu dengan sistem node, sub point,

dan center point. Yogyakarta: Penerbit Kansius.

Wibowo, A. & Djajawinata, D. 2002. Penanganan sampah perkotaan terpadu,

dokumen yang tidak dipublikasikan.

Worrell, A. & Vesilind, P. 2012. Solid waste engineering, second edition. USA:

Cengage Learning.

Page 14: Contoh PKMGT
Page 15: Contoh PKMGT
Page 16: Contoh PKMGT
Page 17: Contoh PKMGT
Page 18: Contoh PKMGT
Page 19: Contoh PKMGT
Page 20: Contoh PKMGT
Page 21: Contoh PKMGT
Page 22: Contoh PKMGT

18

Lampiran II Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

No Nama/NIM Program

Studi

Bidang Ilmu Alokasi Waktu

(jam/minggu)

Uraian Tugas

1 Lingga

Hardinata/

24010213130

074

S-1

Statistika

Algoritma dasar 7 Menyusun

algoritma sistem

pengelolaan

sampah

2 Mussandingmi

Elok Nurul

Islam/

24010212120

015

S-1

Statistika

Statistika

keuangan dan

aktuaria

7 Memperkirakan

potensi

keuntungan dari

sistem

pengelolaan

sampah terpadu

3 Naufal

Rilanda/

21030113120

004

S-1

Teknik

Kimia

Kimia lingkungan 7 Menganalisa

dampak positif

dan negatif dari

perlakuan

terhadap sampah

4 Alwi Assegaf/

24010213140

064

S-1

Statistika

Statistika bisnis 7 Membuat peluang

bisnis dari sumber

daya yang

tersedia

5 Asri Cahyani/

24010213130

085

S-1

Statistika

Statistika industri 7 Mengumpulkan

data terkait

pembangunan

industri

Page 23: Contoh PKMGT

19

Lampiran III Surat Pernyataan Ketua Pelaksana