Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

23
CHAPTER 8 LEARNING OBJECTIVE I PROPRIETARY AND ENTITY THEORY Terdapat dua teori untuk membantu memahami akuntansi, kedua teori tersebut adalah Teori Kepemilikan (Proprietary Theory) dan Teori Entitas (Entity Theory). Teori Kepemilikan (Proprietary Theory) dibuat berdasarkan gagasan bahwa proprietor (atau pemilik) adalah centre of attention (pusat dari perhatian). Pada pandangan ini, semua konsep, prosedur dan aturan akuntansi diformulasikan dengan kepentingan pemilik. Sementara, Teori Entitas menerangkan bahwa bisnis adalah entitas yang terpisah dan akuntansi mencatat transaksi dari entitas. Proprietary Theory Proprietorship merepresentasikan “kekayaan bersih” (net worth) pemilik, dan dapat direpresentasikan dengan persamaan akuntansi sebagai berikut: Aktiva Kewajiban = Ekuitas Pemilik, atau P = A - L Di mana P mewakili “kekayaan bersih” (net worth) pemilik dari suatu bisnis. Seperti yang Sprague tekankan: Neraca dari Proprietorship merupakan penjumlahan semua elemen pada waktu tertentu yang membentuk kekayaan dari beberapa orang atau kumpulan orang... Maksud secara keseluruhan dari usaha bisnis adalah meningkatkan kekayaan, yang juga mengarah pada peningkatan Proprietorship. Di sini aset dimiliki oleh Proprietor dan liabilities menjadi kewajiban dari Proprietor. Konsep dari pendapatan meningkatkan kekayaan bersih, yang mana

description

TAK Chapter 8

Transcript of Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

Page 1: Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

CHAPTER 8

LEARNING OBJECTIVE I

PROPRIETARY AND ENTITY THEORY

Terdapat dua teori untuk membantu memahami akuntansi, kedua teori tersebut

adalah Teori Kepemilikan (Proprietary Theory) dan Teori Entitas (Entity Theory).

Teori Kepemilikan (Proprietary Theory) dibuat berdasarkan gagasan bahwa

proprietor (atau pemilik) adalah centre of attention (pusat dari perhatian). Pada

pandangan ini, semua konsep, prosedur dan aturan akuntansi diformulasikan

dengan kepentingan pemilik. Sementara, Teori Entitas menerangkan bahwa bisnis

adalah entitas yang terpisah dan akuntansi mencatat transaksi dari entitas.

Proprietary Theory

Proprietorship merepresentasikan “kekayaan bersih” (net worth) pemilik, dan

dapat direpresentasikan dengan persamaan akuntansi sebagai berikut:

Aktiva – Kewajiban = Ekuitas Pemilik, atau P = A - L

Di mana P mewakili “kekayaan bersih” (net worth) pemilik dari suatu bisnis.

Seperti yang Sprague tekankan:

Neraca dari Proprietorship merupakan penjumlahan semua elemen pada

waktu tertentu yang membentuk kekayaan dari beberapa orang atau kumpulan

orang...

Maksud secara keseluruhan dari usaha bisnis adalah meningkatkan kekayaan,

yang juga mengarah pada peningkatan Proprietorship.

Di sini aset dimiliki oleh Proprietor dan liabilities menjadi kewajiban dari

Proprietor. Konsep dari pendapatan meningkatkan kekayaan bersih, yang mana

Page 2: Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

CHAPTER 8

merupakan return untuk entrepreneurship. Ketika pemilik atau perwakilan dari

pemilik melakukan keputusan dan aksi, maka perusahaan akan memperoleh

pendapatan, dan di sisi lain, beban pun akan timbul akibat keputusan tersebut.

Pendapatan dan beban ini merupakan cabang dari akun P, yang secara sementara

terpisah untuk maksud menentukan profit dari pemilik. Pendapatan meningkat di

Proprietorship; beban berkurang di Proprietorship. Vatter menjelaskan:

Teori dari double entry didasarkan dari ide bahwa akun expense and revenue

memiliki karakteristik secara aljabar yang sama sebagai “kekayaan bersih”,

misalnya akun-akun yang condong untuk meningkatkan kekayaan bersih

meningkat di sisi kredit, akun-akun yang condong menurunkan kekayaan

bersih berada di sisi yang berbeda.

Perubahan pada net worth berasal dari pendapatan-aktivitas produksi seperti

perubahan pada nilai aset. Misalnya, nilai intrinsik pada headline koran akan

meningkatkan nilai dan dapat menarik perhatian pembaca ketika koran tersebut

dijual. Pada kasus ini,argumennya adalah peningkatan pada kekayaan bersih dari

proprietor harus diakui, meskipun perubahan pada kekayaan merupakan pendapat

saja sampai saatnya koran benar-benar terjual kepada pihak ketiga. Permasalahan

akuntansi di sini adalah mengukur pendapat perubahan pada nilai.

Pada jangkauan yang besar, praktik akuntansi saat ini berdasarkan Teori

Kepemilikan. Dividen dipertimbangkan sebagai distribusi dari profit daripada

beban karena mereka merupakan pembayaran kepada pemilik. Di sisi lain, bunga

pinjaman dan pajak penghasilan dipertimbangkan sebagai beban karena mereka

mengurangi kekayaan pemilik. Untuk persero dan persero komanditer, gaji yang

dibayar kepada pemilik yang bekerja dalam bisnis tidak dipertimbangkan sebagai

beban, karena pemilik dan perusahaan adalah entitas yang sama, sehingga tidak

dapat diperhitungkan sebagai beban. Metode ekuitas untuk investasi jangka

panjang mengakui kepemilikan atau kepentingan kepemilikan dari perusahaan

investor. Itu juga mengotorisasi perusahaan investor untuk mencatat sebagai profit

Page 3: Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

CHAPTER 8

setiap persentase kepemilikan dari profit investee. Pada laporan keuangan

konsolidasi, perusahaan induk menggunakan teori kepemilikan, dimana

perusahaan induk dilihat sebagai “pemilik” dari perusahaan cabang, sedangkan

para minority interest merepresentasikan kelompok outsiders. Jangkauan dari

minority interest dianggap sebagai pengurangan dalam kepemilikan.

Dalam pandangan proprietary, tidak ada perbedaan antara aset milik proprietor

dan aset milik entitas. Jadi semua profit entitas didistribusikan kepada pemilik

perusahaan. Pandangan proprietary mengenai akuntansi berkembang ketika bisnis

masih kecil dan sebagian besar proprietorship dan partnership. Ketika perusahaan

berkembang lebih besar, teori ini terbukti tidak cukup menjelaskan akuntansi

perusahaan, karena:

• Perusahaan terpisah dari pemiliknya

• Perusahaan merupakan entitas hukum dalam menjalankan haknya

• Sharehoders bergantung pada manajer untuk mendapatkan informasi

• No longer so relevant

Entity Theory

Teori Entitas diformulasikan pada cela pandangan proprietary dengan

mempertimbangkan pemisahan status legal dari perusahaan. Teori Entitas

memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari mereka yang

menyediakan modal bagi entitas tersebut. Teori ini dimulai dengan fakta bahwa

perusahaan adalah entitas yang terpisah dengan indentitas kepemilikan. Martin

merangkum dua asumsi terkait yang terkandung dalam pendapat dari accounting

entity:

1. Separation (pemisahan)

Untuk maksud akuntansi, perusahaan dipisah dari pemiliknya.

Page 4: Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

CHAPTER 8

2. Viewpoint

Prosedur akuntansi dijalankan dari viewpoint perusahaan. Meskipun teori

entitas ini lebh cocok untuk corporate accounting, para pendukung

percaya bahwa itu dapat diterapkan di proprietorship, partnership dan

bahkan perusahaan nirlaba, yang menyediakan:

- Akun dan transaksi yang diklasifikasikan dan dianalisis dari point of

view entitas sebagai operating unit, dan

- Prinsip dan prosedur akuntansi tidak diformulasikan dalam single

interest seperti proprietorship.

Memang benar bahwa entitas bukan merupakan orang dan tidak dapat bertindak

atas kesepakatannya sendiri. Entitas merupakan sebuah institusi, walaupun begitu

entitas merupakan “benda yang sangat nyata”, argumen dari Paton. Untuk

perusahaan, ketika share capital diterbitkan, hidup dari perusahaan tidak

tergantung dari hdup shareholder-nya. Dapat dikatakan bahwa, dari perspektif

akuntansi, sebuah entitas dapat didefinisikan sebagai area manapun dari

kepentingan ekonomi yang memiliki keberadaan yang terpisah dari pemiliknya.

Ketika perspektif entitas diambil, tujuan akuntansi dapat menjadi stewardship atau

accountability. Versi tradisional dari teori entitas adalah bahwa perusahaan bisnis

beroperasi untuk kebaikan atau memberikan manfaat bagi equityholders, mereka

yang menyediakan dana untuk entitas. Entitas harus melaporkan kepada

equityholders mengenai status dan konsekuensi dari investasi mereka. Pada

interpretasi yang lebih baru, memandang bahwa entitas sebagai bisnis untuk

dirinya sendiri dan tertarik dengan kelangsungan hidupnya sendiri. Karena hal ini

berkaitan dengan kelangsungan hidupnya sendiri, entitas bisnis melaporkan

kepada equityholders agar memenuhi persyaratan hukum dan dapat menjalin

hubungan yang baik dengan mereka ketika banyak dana dibutuhkan di masa yang

akan datang.

Page 5: Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

CHAPTER 8

Meskipun kedua pandangan berfokus pada entitas sebagai unit yang independen,

pandangan tradisional melihat equityholders sebagai “mitra” dalam bisnis,

sedangkan pandangan yang sekarang melihat mereka sebagai outsiders. Dalam

teori entitas ini, fokus persamaan akuntansi adalah aset dan kewajiban. Kekayaan

bersih dari proprietor bukanlah konsep yang tidak berguna, karena entitas

merupakan pusat dari perhatian. Pemilik dan creditors dipandang sebagai

equityholders, penyedia dana. Persamaan akuntansi adalah sebagai berikut:

Assets = Equities atau Aset = Ekuitas

Aset milik perusahaan dan liabilities merupakan kewajiban perusahaan, bukan

pemilik. Hal ini memang diperdebatkan karena dana yang diinvestasikan oleh

equityholders harus dihitung, tujuan ini secara logis akan mengarahkan pada

penggunaan historical cost untuk non-monetary assets, karena total di sisi kanan

dari posisi laporan keuangan harus sama dengan sisi kiri laporan keuangan.

Setelah menerima dana yang disediakan oleh equityholders, perusahaan

menginvestasikan dana tersebut ke dalam aset. Untuk non-monetary assets, ini

merupakan harga beli original. Current value mendukung teori entitas

mengasumsikan investor tidak cukup dekat terlibat dalam bisnis untuk membuat

penyesuaian nilai mereka sendiri. Oleh karena itu, akuntabilitas harus

menyiratkan penyesuaian ini, atau perubahan dalam nilai, harus dilaporkan. Hal

ini juga dapat diperdebatkan bahwa entitas perlu untuk tahu current value dari

asetnya ntuk membuat keputusan yang benar.

Dalam pandangan entitas, pendapatan didefinisikan sebagai arus masuk dari aset

karena transaksi yang dilakukan oleh perusahaan dan beban yang berkaitan

dengan biaya dari aset dan jasa lain yang digunakan oleh perusahaan untuk

menghasilkan pendapatan pada periode tersebut. Konsep proprietor memfokuskan

pada P dari persamaan akuntansi. Konsep entitas memfokuskan pada sisi lain dari

persamaan, aset.

Page 6: Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

CHAPTER 8

Karakteristik dasar dari pendapatan adalah menghasilkan lebih banyak aset

padahal beban pada akhirnya memperkecil aset:

Teori akuntansi, oleh karena itu, harus menjelaskan konsep dari penerimaan

(pendapatan) dan beban dimana aset perusahaan berubah daripada

peningkatan atau pengurangan dalam ekuitas shareholders atau proprietors.

Kesimpulannya, kita dapat mengatakan bahwa baik teori proprietary dan entity

berpengaruh secara praktek. Teori akuntansi tradisional/konvensional berdasarkan

konsep entitas, dan laporan keuangan merefleksikan pandangan entitas, dengan

fokus pada dividen dan EPS. Perusahaan trade dalam saham mereka, yang

menganjurkan pasar menerima bahwa mereka merupakan entitas terpisah.

Bagaimanapun, teori proprietary berpengaruh. Sebagai contoh, berdasarkan

konsep proprietary, perubahan suku bunga dianggap sebagai beban dan dividen

sebagai distribusi keuntungan.

Page 7: Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

CHAPTER 8

LEARNING OBJECTIVE II

LIABILITIES DEFINED

Utang merupakan elemen kunci dalam akuntansi. Akuntan wajib

mempertimbangkan bagaimana mendefinisikan utang, kapan mereka seharusnya

diakui dan bagaimana mengukur mereka. IASB Framework paragraph 49(b)

mendefinisikan liabilitas sebagai:

Kewajiban saat ini dari entitas yang muncul dari kejadian masa lampau,

yang mana penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan pada

pengeluaran sumber daya perusahaan yang membentuk keuntungan

ekonomi.

Dari definisi tersebut, dapat memperoleh dua komponen utama, yaitu:

Keberadaan kewajiban saat ini, mengharuskan penyelesaian di masa depan

Hasil dari transaksi atau kejadian di masa lalu

Present Obligation

Definisi Framework menyatakan bahwa liabilitas diharapkan untuk memberikan

peningkatan pengeluaran dari keuntungan ekonomi. Definisi ini, mirip dengan

aset, berfokus pada „kejadian di masa mendatang‟. Karena itu, pengorbanan aktual

sudah dilakukan. Pertimbangan yang mendasarinya adalah bahwa kewajiban

sudah muncul dalam hubungannya dengan pengorbanan di masa mendatang.

Framework, paragraph 62, mengakui bahwa penyelesaian kewajiban dapat

dilakukan dengan beberapa cara seperti pembayaran kas, memberikan aset lain,

ketentuan jasa, penggantian kewajiban dengan kewajiban lain, perubahan

Page 8: Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

CHAPTER 8

kewajiban menjadi modal, atau kreditur melepaskan kewajiban. Dari metode-

metode penyelesaian kewajiban ini, hanya dua metode pertama yang meliputi

pengeluran aset yang diakui oleh entitas.

Past Transaction

Persyaratan bahwa kewajiban seharusnya merupakan hasil dari kejadian di masa

lampau, memastikan bahwa liabillitas di masa sekarang yang dicatat dan bukan

yang pada masa mendatang. Namun, kondisi di masa lalu seperti apakah yang

dapat diterima? Persyaratan ini merupakan hal yang paling penting dalam

menentukan ada atau tidaknya kewajiban.

Kontrak yang sudah dilakukan secara keseluruhan merupakan hal menarik untuk

menginterpretasikan “kejadian masa lalu”. Pertanyaannya adalah apakah

menandatangani kontrak menciptakan kewajiban? Sebagai contoh, apakah

kewajiban membeli yang tidak bersyarat merupakan kewajiban? Pertimbangkan

situasi di mana pembeli setuju untuk membayar sejumlah uang tertentu secara

berkala untuk memperoleh barang atau jasa, dan pembayaran ini dilakukan tanpa

memperhatikan apakah pembeli sudah menerima barang atau jasa tersebut.

Pembeli diwajibkan membuat pembayaran secara berkala, bahkan jika jasa

tersebut gagal memuat kuantitas minimum. Pada tahap ini, ada persetujuan di

antara dua pihak, yang mana belum dilakukan oleh keduanya. Dengan

mengasumsikan bahwa pembeli harus melakukan pembayaran tanpa

memperhatikan produk atau jasa diterima, keharusan untuk mengorbankan

keuntungan ekonomi di masa mendatang (dengan membayar uang) kepada entitas

lain muncul sejak penandatanganan kontrak. Oleh karena itu, kewajiban

pembelian tidak bersyarat merupakan liabilitas, yang mana muncul dari peristiwa

di masa lalu, yaitu penandatanganan kontrak. Kewajiban muncul meskipun belum

dilakukan.

Page 9: Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

CHAPTER 8

Liability Recognition

Pada saat definisi dari liabilitas ditemukan, akuntan membutuhkan aturan untuk

menentukan bagaimana hal ini harus diakui. Jenis aturan yang digunakan

sebelumnya mirip dengan yang digunakan dalam pengakuan aset, meliputi:

Bergantung pada hukum

Jika ada tuntutan hukum yang memaksa secara legal, maka sedikit

keraguan bahwa liabilitas tersebut ada. Meskipun kewajiban yang adil atau

konstruktif tercakup dalam definisi liabilitas, kebanyakan liabilitas

ditentukan berdasarkan ada atau tidaknya tuntutan legal terhadap entitas

yang harus dipenuhi.

Penentuan substansi ekonomi dari peristiwa

Apakah kewajiban “nyata” yang muncul? Seberapa penting bagi pengguna

pencatatan dan penyajian liabilitas pada neraca? Perusahaan James Hardie

menemukan bahwa beberapa karyawanny dan keluarga mereka menderita

penyakit karena konsekuensi pertambangan dan tinggal di anatara asbes di

Wittenoom di Australia Barat. Perusahaan mengakui hal ini memiliki

kewajiban “nyata” untuk menyediakan kompensasi untuk penderita

penyakit yang berhubungan dengan asbes ini. Selain itu, juga diketahui

bahwa pemegang saham, investor, dan karyawan (pengguna informasi

keuangan) akan sangat memperhatikan jumlah yang ditunjukkan dalam

neraca untuk liabilitas (yaitu perkiraan kewajiban perusahaan). Pemegang

saham dan investor memperhatikan jumlah yang pengeluaran keuntungan

ekonomi yang berhubungan dengan penyelesaian tuntutan kompensasi,

sementara itu karyawan dan keluarga mereka memperhatikan seberapa

banyak yang sudah disediakan perusahaan untuk memenuhi tuntutan

sekarang dan yang potensial di masa mendatang. Beberapa tahun

belakangan ini, banyak pemangku kepentingan (seperti pemegang saham,

kreditur, karyawan, dan kelompok komunitas) yang lebih memperhatikan

kewajiban perusahaan yang berhubungan dengan pengaruhnya pada

lingkungan.

Page 10: Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

CHAPTER 8

Kemampuan untuk mengukur nilai dari liabilitas

Kriteria ini berhubungan dengan menentukan nilai liabilitas. Untuk

beberapa liabilitas, nilai diwakilkan dengan nilai kontrak, seperti jumlah

uang yang dibayarkan untuk barang dan jasa yang diterima. Dalam hal

pesangon, jumlah nominal dari liabilitas mewakili jumlah yang harus

dibayar untuk menyelesaikan liabilitas. Namun, liabilitas yng meliputi

periode lebih dari 12 bulan, kita harus memperhitungkan nilai waktu dari

uang. Oleh karena itu, perhitungan nilai liabilitas akan berdasarkan pada

nilai sekarangg dari aliran kas yang diharapkan pada masa mendatang, dan

bukan nilai nominal.

Penggunaan prinsip konservatif

Sejak dulu, akuntan sudah mengambil pendekatan konservatif untuk

mengakui asset dan liabilitas. Secara umum, mereka mencatat liabilitas

lebih awal daripada asset karena lebih aman untuk kurang catat asset

daripada liabilitas. Tetapi, ada permasalahan utama dengan keputusan

perusahaan untuk mengadopsi pendekatan konservatif untuk pengukuran.

Pada titik mana perusahaan terlalu konservatif, sehingga bias terjadi dalam

pengukuran? Pembuat keputusan mencari informasi netral (tidak bias)

untuk membuat keputusan. Jika informasi bias, karena perusahaan

menginginkan menampilkan gambaran tertentu melalui informasi

keuangannyam pembuat keputusan memiliki informasi yang “berisik”

untuk mendasari keputusannya. Pada kenyataanya, mereka bahkan

membuat keputusan yang berbeda jika informasi yng tidak bias yang

ditampilkan.

IASB Framework

IASB Framework menyediakan panduan dalam hal mengakui elemen-elemen

dalam neraca dan laporan laba rugi. Paragraf 82 menyatakan bahwa jenis yang

memenuhi definisi dari elemen harus diakui jika:

Page 11: Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

CHAPTER 8

(a) item ini memungkinkan (probable) keuntungan ekonomi di masa

mendatang yang berhubungan dengan jenis yang akan mengalir

menuju atau dari entitas; dan

(b) item ini memiliki biaya atau nilai yang dapat diukur dengan andal.

Paragraf 91 memberikan panduan spesifik tambahan, menyatakan bahwa liabilitas

diakui dalam neraca ketika hal ini memungkinkan (probable) pengeluaran sumber

daya yang pembentuk keuntungan ekonomi yang mana merupakan penyelesaian

dari kewajiban masa sekarang dan jumlah penyelesaian dapat diukur secara andal.

Dalam praktiknya, sangat sulit untuk menerapkan criteria ini. Misalnya, apa yang

dimaksud dengan mungkin (probable)? Hal ini dapat diartikan lebih mungkin

daripada kurang mungkin (more likely than less likely). Namun, perbedaan

perkiraan kemungkinan dari sebuah kejadian oleh individu dapat bervariasi

sehingga menyebabkan ketidakkonsistenan dalam pengukuran.

Apakah yang dimaksud dengan pengukuran yang andal? Frameworks menyatakan

bahwa pengukuran yang andal merupakan pengukuran yang bebas dari kesalahan

dan bias yang material; lebih jauh, bahwa jenis tersebut diukur sehingga

“faithfully represents” apa yang menjadi pokok untuk diwakilkan (paragraf 31).

Framework menyatakan secara spesifik bahwa liabilitas tidak dapat dimasukkan

jika mereka tidak dapat diukur secara andal (para. 86). Satu contoh adalah

tindakan hukum. Jika kerugian yang dibayar tidak dapat diestimasikan secara

andal, maka jenis tersebut tidak dapat diakui sebagai liabilitas. Contoh tindakan

hukum mengilustrasikan pilihan yang dibuat antara relevance dan reliability.

Pengeluaran keuntungan ekonomi di masa mendatang yang mungkin yang mana

berhubungan dengan perkara hukum merupakan informasi yang relevan, tetapi

untuk mengakui jumlah yang tidak tepat dapat menyesatkan pengguna informasi

keuangan.

Page 12: Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

CHAPTER 8

Beberapa orang memandang pengukuran yang andal berarti pengukuran yang

dapat dibuktikan, yaitu pengukuran dari liabilitas dapat dihubungkan dengan bukti

yang objektif seperti jumlah kontrak atau nilai pasar. Tetapi, dalam banyak kasus

akuntan harus menggunakan penilaian untuk membuat perkiraan terbaik mereka

untuk liabilitas. Misalnya kewajiban untuk penuntutan garansi. Akuntan

menggunakan data masa lalu yang relevan (seperti tingkat penuntutan

sebelumnya) dan informasi yang diprediksi (seperti tingkat penjualan) untuk

memperkirakan liabilitas. Jika perkiraan cukup andal (yang mana hanya dapat

diketahui di masa mendatang) maka informasi ini dapat juga relevan bagi

pengguna informasi keuangan. Bukti bahwa ada perbedaan pandangan mengenai

bagaimana mendefinisikan dan kapan bag mengakui liabilitas muncul sebagai

bagian dari proyek IASB/FASB pada conceptual framework.

Page 13: Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

CHAPTER 8

LEARNING OBJECTIVE III

LIABILITY MEASUREMENT

Kerangka (framework) yang ada menyediakan sedikit petunjuk mengenai cara

untuk mengukur liability yang dapat memenuhi kriteria definisi dan recognition.

Berdasarkan IFRS, metode yang banyak dipakai untuk mengukur liability adalah

biaya historis (historical cost). Sedangkan pengukuran dengan fair value

digunakan dalam pengukuran awal transaksi liability yang berhubungan dengan

lease (ISA 17), Recognition and measurement of financial instrument (IAS 39),

share based payment (IFRS 2) dan business combination (IFRS 3).

Dalam IAS 17 paragraf 4, konsep fair value dijelaskan sebagai jumlah pertukaran

aset atau liability yang ditetapkan oleh pihak-pihak dalam transaksi. Sehingga,

pengukuran liability yang timbul dari finance lease diakui berdasarkan fair value

dari lease (harga pasar dari property lease) atau nilai sekarang dari pembayaran

minimum lease apabila jumlahnya lebih kecil (IAS 17 paragraf 20). Pada tahun-

tahun berikutnya, pengukuran liability didasarkan pada metode biaya amortisasi,

di mana biaya liability awal disesuaikan dengan dasar tahunan untuk

mencerminkan estimasi current value. Saldo beredar dari liability didasarkan pada

metode effective interest rate dari amortisasi (paragraf 25). Pada kasus lainnya,

pengukuran liability dengan fair value menimbulkan beberapa penolakan.

Bagaimana cara mengestimasi fair value dari liability yang tidak memiliki nilai

pasar? Banyak liability yang ditetapkan (settled), bukan diperjualbelikan.

Tabel di bawah menunjukkan jenis-jenis metode pengukuran liability dalam IFRS.

Metode yang paling banyak digunakan adalah metode amortised cost yang

merupakan modifikasi dari metode historical cost. Dua contoh di mana

pengukuran fair value digunakan adalah pada post employment obligation seperti

pensiun (IAS 19/AASB 119 employee benefit) dan provision jangka panjang (IAS

37/AASB 137 Provisions, Contingent liabilities and contingent assets). Keduanya

kasus tersebut merupakan liabilitas jangka panjang dan dipengaruhi oleh time

Page 14: Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

CHAPTER 8

value of money. Semakin lama waktu jatuh temponya, maka present value dari

liabilitas akan lebih rendah. Hal ini dikarenakan perusahaan memperoleh

keuntungan dari kemampuan untuk mendapatkan bunga dari dana yang saat ini

tidak digunakan untuk membayar liabilitas.

Subsequent measurement of liabilities in IFRS consolidated financia lstatement

Usual measurement basis allowed

by IFRS and adopted in practice

Fair Value

Option

Non Current Liabilities

Long term borrowing amortised cost No

Finance lease obligation amortised cost No

Defined benefit post

employment obligation

present value of expected payment

less fair value of plan assets No

Deferred tax expected payment No

Long term provisions present value of expected payment No

Current Liabilities

Trade payable amortised cost No

Derivative fair value -

Short term borrowing amortised cost No

Ourrent portion of long

term borrowing amortised cost No

Other financial liabilities amortised cost Yes

Current tax payable expected payments No

Short-term provision expected payments No

Employee Benefits- Pension (Superannuation) Plans

Di banyak negara, perencanaan pensiun ditetapkan oleh pemberi kerja untuk

menyediakan manfaat retirement bagi pekerja. Pemberi kerja melakukan

pembayaran kepada dana pensiun untuk membiayaan pembayaran ketika pekerja

pensiun. Perencanaan pensiun dapat contributory (pekerja dan pemberi kerja

berkontribusi terhadap dana) maupun non contributory (hanya pemberi kerja).

Dana pensiun dapat fully funded, partially funded atau unfunded. Perencanaan

fully funded memiliki kas atau investasi yang cukup untuk memenuhi kewajiban

pendanaan kepada anggota. Sebaliknya, perencanaan unfunded tidak memiliki kas

atau investasi untuk menutupi kemungkinan pengeluaran dalam perencanaan.

Sampai tingkat mana jumlah yang dipegang dan dibayarkan kepada dana pensiun

Page 15: Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

CHAPTER 8

tidak cukup memenuhi kewajiban yang seharusnya sesuai dengan perencanaan,

maka dana pensiun dikatakan underfunded.

Karena dana pensiun merupakan entitas legal dan terpisah dari perusahaan, maka

ada anggapan bahwa perencanaan dengan komitmen unfunded bukan merupakan

liabilitas perusahaan pemberi kerja untuk membayarkan dana. Tetapi, ada

pendapat bahwa perusahaan memiliki kewajiban yang pantas untuk memenuhi

komitmen unfunded tersebut, sehingga memiliki liabilitas. Whittred, Zimmer dan

Taylor memberikan contoh dari sebuah perusahaan yang membiarkan dana

pensiun gagal, kemudian konsekuensinya perusahaan kehilangan reputasi di mata

buruh dan pasar. Berdasarkan framework dan IAS 37/AASB 137, sulit untuk

memperlihatkan bahwa komitmen unfunded bukanlah liabilitas.

Perencanaan pensiun dapat dipandang sebagai sebuah perjanjian dari entitas untuk

menyediakan uang pensiun kepada pekerja sebagai pengembalian dari jasa pekerja

sekarang dan masa lalu. Manfaat pensiun menjadi kompensasi yang diberikan

oleh perusahaan, di mana pekerja menerima kompensasi lebih rendah saat ini

untuk pengembalian pensiun di masa mendatang.

Provisions and Contingencies

Provisions dan contingencies muncul ketika batasan antara obligasi present dan

future menjadi kabur. IAS 37/AASB 137 Provision, Contingent Liabilities and

Contingent Asset, menyatakan bahwa semua provision menjadi contingent karena

memiliki waktu atau jumlah yang tidak pasti. Mencoba untuk membedakan antara

kewajiban present, future dan potential (contingent) tidak mudah, dipengaruhi

oleh tingkat sifat dasar (nature) dari past event.

IAS 37 / AASB 137 paragraf 10 mendefinisikan contingent liability sebagai:

a. Kewajiban yang mungkin timbul dari peristiwa masa lalu dan

keberadaanya diperjelas oleh kejadian peristiwa masa depan yang tidak

pasti, bukan dari pengendalian perusahaan.

Page 16: Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

CHAPTER 8

b. Kewajiban saat ini yang timbul dari peristiwa masa lalu tetapi tidak diakui

karena:

Tidak mungkin bahwa outflow dari manfaat ekonomis penambahan

sumber daya akan dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban

Jumlah kewajiban tidak dapat diukur dengan cukup andal.

Pada IAS 37/AASB 137 paragraf 14, kriteria pengakuan provision konsisten

dengan kriteria framework untuk pengakuan liabilitas. Misalnya liabilitas dan

provision dapat diakui ketika terdapat present obligation, mungkin bahwa outflow

dari manfaat ekonomis penambahan sumber daya digunakan untuk menyelesaikan

kewajiban dan jumlah kewajiban dapat diukur dengan andal. Sedangkan

contingent liability tidak memenuhi kriteria tersebut. Paragraf 27 menyatakan

kategori bahwa contingent liabilities tidak diakui dalam laporan keuangan. IAS

37 sekarang berada dibawah tinjauan IASB pada bagian projek liabilitas. Salah

satu proposal adalah untuk mengeliminasi istilah provision dan contingent

liability menjadi non financial liability.

IAS 37 berdampak membatasi kegunaan provision. Berdasarkan IAS 37, liabilitas

tidak dapat diakui sampai dengan kejadian dari suatu peristiwa mengharuskan

sacrifice of assets melalui laporan entitas. Pada paragraf 86, dinyatakan bahwa

dalam beberapa keadaan, catatan akun diharuskan karena pengetahuan liabilitas

tersebut relevan bagi pengguna laporan keuangan dalam mengambil dan

mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya yang langka. Sehingga,

future settlement mungkin diharuskan, tetapi estimasi kemungkinannya tidah

cukup besar untuk menjamin pengakuan secara formal. Tes probabilitas subjektif

menyediakan peluang bagi perusahaan untuk meniadakan liabilitas dari laporan

keuangan. Tetapi, liabilitas harus tetap diungkapkan ketika informasi

mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pengguna.

Owners’ Equity

Modal merupakan konsep fundamental terakhir yang terangkum dalam persamaan

akuntansi, yang mana mewakili nilai net assets (assets dikurangi liabilities).

Page 17: Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

CHAPTER 8

Modal merepresentasikan kepemilikan dalam sebuah perusahaan. Modal juga

merupakan klaim atau hak sang pemilik atas aset bersih perusahaan. Modal

bukanlah kewajiban untuk menyerahkan aset kepada perusahaan, melainkan

sebuah klaim. Sebagai akibat dari nature-nya, jumlah yang tertera di balance

sheet tergantung pada tidak hanya bagaimana aset dan kewajiban diakui, akan

tetapi juga bagaimana mereka diukur. Pertanyaan yang paling sering terlintas

ketika menyajikan nilai equity adalah apakah item tersebut merepresentasikan

kewajiban ataukah modal perusahaan bersangkutan. Terdapat 2 buah petunjuk

yang dapat membantu dalam menentukan apakah mengarah pada kewajiban

ataukah modal perusahaan, yakni:

1. Rights of the parties

Hak untuk pihak-pihak yang terlibat dapat berasal dari hukum ataupun

kebijakan perusahaan sehubungan dengan hak terhadap entitasnya. Hak

kreditor dan pemilik berkaitan dengan penggunaan aset atau operasi bisnis

perusahaan. Kreditor tidak memiliki hak untuk menggunakan aset yang

dimiliki perusahaan, selain yang tertulis dalam kontrak. Kreditor juga tidak

memiliki hak untuk mengambil keputusan strategis yang berkaitan dengan

bisnis. Namun, terkadang dalam kontrak disebutkan bahwa kreditor dapat

terlibat dalam penentuan retained earnings dan aset mana saja yang bisa

dijual berdasarkan persetujuan mereka. Di sisi lain, pemilik modal memiliki

hak untuk menjalankan otoritasnya terkait bisnis perusahaan.

2. Economic substance

Baik kewajiban dan modal perusahaan mengandung klaim terhadap entitas.

Yang membedakan hanyalah seberapa besar risiko yang ditanggung.

Umumnya kreditor menanggung risiko yang lebih rendah dibandingkan

dengan pemilik modal. Pada beberapa perusahaan, derajat risiko untuk

kreditor dan pemilik modal bergantung pada hak yang dimiliki. Kreditor

memiliki hak untuk ikut serta dalam settlement (penyelesaian). Sementara,

pemilik modal memiliki hak untuk berpartisipasi dalam operasi bisnis.

Kreditor menanggung less risk, dan mendapatkan imbal hasil yang tetap

(fixed return). Di sisi lain, pemilik modal menanggung risiko yang lebih

besar namun menghasilkan imbal hasil yang bervariari (kadangkala tinggi).

Page 18: Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

CHAPTER 8

Berikut merupakan hubungan antara economic substance dan rights:

Pemilik modal memiliki kontrol dalam akuisisi, komposisi, penggunaan dan

disposisi dari aset perusahaan. Mereka juga memiliki kontrol atas operasi bisnis

dan bertanggungjawab atas berjalannya kegiatan usaha untuk tetap bertahan dalam

pasar dan meraih profitabilitas.

Concept of Capital

Perlakuan akuntansi untuk shareholders’ equity dipengaruhi oleh hukum dan

legal. Modal dapat dikonseptualisasikan sebagai invested money atau sebagai

invested financial capital atau sebagai physical capital perusahaan. Lebih lanjut,

modal dapat diukur dengan nominal mata uang atau skala purchasing power.

Classifications within owners’ equity

Retained earnings mungkin cocok untuk tujuan tertentu, namun yang perlu digaris

bawahi adalah retained earnings bukanlah aset. American Accounting

Association menjelaskan bahwa terdapat 3 tipe apropriasi retained earnings:

Didesain untuk menjelaskan kebijakan manajerial dalam reinvestasi

Diharapkan membatasi dividen sesuai hukum atau kontrak

Disediakan untuk mengantisipasi kerugian

RIGHTS

Interest & settlement;

Participation in profits

Use of assets

ECONOMIC SUBSTANCE

Risk and return

Control

Page 19: Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

CHAPTER 8

LEARNING OBJECTIVE IV

CHALLENGES FOR STANDARD SETTERS

Debt vs Equity Distinction

Berdasarkan definisi serta kriteria pengakuannya, saham yang diisukan kepada

investor merupakan ekuitas sedangkan pinjaman dari kreditor merupakan

liabilitas. Namun seringkali muncul perdebatan pada kasus hybrid instruments.

Hybrid instrument adalah instrumen keuangan yang memiliki karakter utang dan

ekuitas sekaligus. Contohnya adalah convertible bonds dan preference shares.

Preference shares atau saham preferen diakui sebagai bagian dari ekuitas namun

juga memiliki karakteristik sebagai liabilitas seperti adanya prioritas atas saham

biasa dalam pembagian return atau imbal hasil, kreditur memiliki klaim tetap,

tidak memiliki hak voting, dan tidak berpartisipasi atas dividen selain yang sudah

ditetapkan.

IAS 32/AASB 132 menyatakan bahwa saham preferen yang menyediakan

mandatory redemption (perintah penebusan) dari pihak yang mengisukan saham

tersebut untuk sejumlah nominal uang yang telah ditentukan pada tanggal di masa

depan yang juga telah ditentukan, maka harus diklasifikasikan sebagai liabilitas

keuangan. Begitu juga dengan instrumen keuangan yang memberikan hak bagi

pemegangnya untuk mengembalikan instrumen kepada pihak yang mengisukan

untuk sejumlah uang atau aset juga diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan.

Klasifikasi instrumen keuangan sebagai liabilitas atau ekuitas memberi dampak

pada neraca karena klasifikasi tersebut menentukan apakah bunga, dividen,

kerugian mapun keuntungan terkait instrumen tersebut diakui sebagai pendapatan

atau beban, atau apakah mereka diperlakukan sebagai distribusi keuntungan.

Pengklasifikasian instrumen keuangan lebih berdasar pada substansi ekonominya

dibandingkan dengan bentuk hukumnya. Tujuan dari pembedaan antara liabilitas

Page 20: Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

CHAPTER 8

dan ekuitas pemilik adalah untuk meningkatkan kegunaan informasi dalam

pembuatan keputusan. Namun, banyak pihak yang mengkritik standar tersebut

karena kesulitan dalam pengaplikasiannya dan malah bisa menyebabkan salah

mengklasifikasikan instrumen keuangan.

Extinguishing Debt

IAS 32/AASB 132 menyatakan penghapusan utang, di mana pihak peminjam

(debtor) dapat menghapus utang dari neracanya dan melaporkan net financial

asset or liability hanya jika entitas tersebut memiliki hak secara hukum untuk

menghapus (set-off) jumlah yang diakui dan bermaksud untuk (a)

menyelesaikannya secara net basis atau (b) mengakui aset dan menyelesaikan

liabilitas secara simultan.

Selain penghapusan utang secara normal, dikenal juga “in-substance defeasance”

yakni suatu proses di mana utang entitas disingkirkan dari neraca namun tidak

sesungguhnya dihapus atau telah diselesaikan. Substansi ekonomi yang terlibat

dalam transaksi untuk menempatkan risk-free assets atau kas untuk pembayaran

utang adalah serupa dengan penghapusan utang. Lalu kapan liabilitas berhenti

diakui? Liabilitas berhenti diakui ketika aset atau jasa telah ditransfer kepada

entitas lain. Jika pihak trustee ternyata tidak dapat diandalkan dan aset yang

ditransfer tersebut hilang atau disalahgunakan maka pihak peminjam (debtor)

harus memunculkan kembali liabilitasnya. Keuntungan bagi perusahaan debtor

adalah: (1) utang tersebut dapat disingkirkan dari neraca sehingga debt to equity

ratio meningkat, (2) profit untuk tahun berjalan meningkat karena adanya gain,

(3) memungkinkan perusahaan mengelola sisi liabilitas di neracanya.

Perusahaan umumnya mempunyai insentif untuk menyingkirkan beberapa item

dari neracanya atau memastikan bahwa item-item tertentu tidak muncul di neraca

perusahaan. Hal semacam itu dapat menjadi kendala bagi pengguna laporan

Page 21: Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

CHAPTER 8

keuangan dalam menaksir risiko perusahaan. Sehingga IASB mengusulkan

adanya single concept of control serta pengungkapan yang lebih luas, maka

pengguna laporan keuangan dapat lebih memahami hubungan antara aset yang

ditransfer dengan liabilitas yang terkait.

Saham Pegawai (Share-based payment)

Akuntan memperdebatkan apakah pembayaran berdasarkan-saham akan

meningkatkan beban. Aspek isu yang lain yaitu apakah remunerasi yang diberikan

kepada pegawai dengan opsi saham (opsi untuk membeli saham) meningkatkan

kewajiban atau ekuitas. Rencana pembayaran berdasarkan saham biasanya

mencakup beberapa tahun. Ketika saham atau opsi telah ditawarkan pada sebuah

rencana, namun sebelum isu saham, apakah perusahaan memiliki kewajiban?

Apakah manfaat ekonomi yang dikorbankan di masa depan? Ketika saham

dikeluarkan dalam rencana, apakah ekuitas meningkat, atau hanya direstribusi?

Mereka yang berpendapat bahwa isu saham membuat beban dan kewajiban

berpendapat pegawai memperoleh suatu nilai, oleh sebab itu, ada biaya yang

ditanggung perusahaan. Biaya ini adalah beban, dan bersamaan dengan itu

kewajiban ada sampai itu diselesaikan dengan saham, ketika ekuitas meningkat

karenanya. Mereka yang berpendapat bahwa isu saham untuk rencana

pembayaran berdasarkan-saham bukan merupakan pembayaran atas beban

pemeliharaan yang mana perspektif entitas menganggap bahwa suatu entitas tidak

dapat mengorbankan manfaat ekonomi masa depan melalui isu ekuitasnya sendiri

ketika ia tidak memberikan sesuatu. Mereka berpendapat bahwa perusahaan tidak

menjadi lebih buruk dengan mengeluarkan tambahan saham. Sebaliknya,

shareholders yang merupakan individu pemegang saham dapat mengalami

penurunan nilai.

Page 22: Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

CHAPTER 8

IASB memutuskan memperlakukan remunerasi berdasarkan-saham sebagai

beban. IFRS 2/AASB 2 pembayaran berdasarkan-saham dibedakan antara

pembayaran berdasarkan-saham yang cash-settled dan yang equity-settled. Ketika

barang dan jasa diberikan atau diperoleh berdasarkan transaksi pembayaran

berdasarkan-saham, entitas mencatat kejadian ketika memperoleh barang atau jasa

diterima. Jika barang atau jasa diterima berdasarkan transaksi pembayaran

berdasarkan-saham equity-settled, entri sisi kredit merupakan owners’ equity.

Sebaliknya, jika barang atau jasa diterima dalam transaksi yang dilakukan dengan

kas, entri kredit-nya adalah kewajiban (liability).

Pendekatan saat ini di IFRS 2/AASB 2 menyebabkan perlakuan yang berbeda

untuk perubahan fair value terkait dengan equity-settled dibandingkan dengan

rencana cash-settled. Fair value atas transaksi di rencana equity-settled ditentukan

pada tanggal diberikan dan perubahan selanjutnya diabaikan. Namun, transaksi

yang diklasifikasikan sebagai kewajiban (liability) atas rencana cash-settled

disesuaikan dengan fair value setiap balance date, dengan keuntungan dan

kerugian dimasukkan ke pendapatan (income). Perbedaan perlakuan menimbulkan

pertanyaan apakah item dengan substansi yang sama (pembayaran berdasarkan-

saham) seharusnya dipertanggungjawabkan dengan cara yang berbeda.

Isu Bagi Auditor

Kelengkapan pengakuan kewajiban (liability) pada neraca dan catatan

pengungkapan mengenai kemungkinan dan kewajiban yang lain merupakan isu

utama untuk auditor. Mereka membutuhkan menggabungkan bukti-bukti atas

hutang dagang, accruals, dan kewajiban yang lain yang termasuk kewajiban bagi

entitas kepada pihak lain. Auditor butuh mempertimbangkan kemungkinan waktu

yang tidak beraturan, di mana kewajiban masuk pada akhir periode akuntansi

sebelumnya yang tidak dicatat oleh entitas sampai periode akuntansi yang baru.

Tes cut-off dirancang untuk mengumpulkan bukti bahwa transaksi dicatat pada

Page 23: Chapter 8 (I Made Ari Mahadi Dkk) TAK

CHAPTER 8

periode yang seharusnya. Lalu, auditor butuh menguji apakah kewajiban dicatat

pada nilai yang sebenarnya.

Penyembunyian oleh manajer atas kewajiban entitas contohnya seperti tambahan

kewajiban, garansi pinjaman, atau komitmen dengan berbagai kesepakatan

kontraktual, understates kewajiban, dan membuat solvabilitas yang lebih besar

untuk perusahaan. Pada kasus yang ekstrim, penyembunyian berarti sesuatu yang

tidak tepat atas laporan keuangan yang disiapkan untuk basis going concern, dan

auditor akan gagal untuk qualify opini audit. Standar audit ASA 570

membutuhkan auditor untuk mempertimbangkan secara spesifik apakah

manajemen penggunaan basis going concern dengan tepat dan, jika ada yang

meragukan, apakah keadaan yang relevan telah diungkapkan dengan benar. Jika

auditor menyimpulkan bahwa entitas tidak dapat melanjutkan going concern,

auditor akan menyatakan opini adverse jika laporan keuangan yang telah

disiapkan pada basis going concern (ASA 570 para.63).

Meskipun kewajiban yang understatement merupakan perhatian bagi auditor,

khusunya jika menimbulkan keraguan tentang solvabilitas perusahaan,

overstatement juga menimbulkan isu bagi auditor. Umumnya dinamakan

cadangan „cookie-jar‟, ketentuan untuk pengeluaran masa depan, seperti

pemeliharaan, memperbolehkan perusahaan untuk „menyimpan‟ earning yang

kelebihan untuk „rainy day’. Seperti yang telah didiskusikan sebelumnya,

penggunaan teknik ini yang berlebihan sekarang telah dibatasi oleh IAS 37/

AASB 137, namun auditor masih dapat melakukan tes kelayakan atas ketentuan

tersebut.