CHA HT edit

109
I. NDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang bersifat asimtomatis sehingga banyak penderita yang tidak waspada terhadap perjalanan lanjut hipertensi. Penderita hipertensi banyak yang tidak menyadari gejala hipertensi, sehingga baru disadari setelah terjadi gangguan organ seperti penyakit jantung, saraf, ginjal, dan pembuluh darah dengan fatalitas tinggi seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan gagal ginjal kronik. Saat ini hipertensi disebut sebagai the silent killer. Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia dan 3 juta di antaranya meninggal. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat Data penelitian Kementerian Kesehatan RI menunjukkan prevalensi hipertensi cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Angka kejadian hipertensi cenderung meningkat di Indonesia. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penderita hipertensi meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004. (Tuminah, 2009). Badan Penelitian dan Pengembangan

description

cha

Transcript of CHA HT edit

I. NDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit yang bersifat asimtomatis sehingga banyak penderita yang tidak waspada terhadap perjalanan lanjut hipertensi. Penderita hipertensi banyak yang tidak menyadari gejala hipertensi, sehingga baru disadari setelah terjadi gangguan organ seperti penyakit jantung, saraf, ginjal, dan pembuluh darah dengan fatalitas tinggi seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan gagal ginjal kronik. Saat ini hipertensi disebut sebagai the silent killer. Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia dan 3 juta di antaranya meninggal. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat Data penelitian Kementerian Kesehatan RI menunjukkan prevalensi hipertensi cenderung meningkat dari tahun ke tahun.Angka kejadian hipertensi cenderung meningkat di Indonesia. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penderita hipertensi meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004. (Tuminah, 2009). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2008) menyatakan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia pada penduduk dengan usia lebih dari 18 tahun adalah sebesar 31,7%. Prevalensi hipertensi di Provinsi Jawa Tengah terdapat 37% yang berada melebihi prevalensi nasional. Penyakit hipertensi essensial pada tahun 2010 dan 2011 terjadi kenaikan jumlah kasus (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2011). Prevalensi paling banyak terjadi pada hipertensi adalah hipertensi essensial, terhitung 90%-95% dari semua kasus hipertensi. Sedangkan lima persen adalah penyakit hipertensi sekunder akibat penyakit lain seperti, kerusakan parenkim ginjal, kelainan pada korteks adrenal, pemakaian obat-obatan sejenis kortikosteroid, dan lain-lain (Brown, 2007; Yogiantoro, 2006).

Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk stroke, gagal jantung dan gagal ginjal. Selain itu, hipertensi selalu muncul dengan faktor risiko kardiovaskuler lainnya seperti, merokok, diabetes, hiperlipidemia, dan obesitas (WHO, 2003). Kejadian hipertensi menjadi perhatian semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkan baik jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga membutuhkan penanggulangan yang menyeluruh dan terpadu (Irza, 2009).

Timbulnya hipertensi akibat adanya interaksi dari berbagai faktor risiko yang dimiliki seseorang baik yang faktor risiko terkontrol maupun faktor risiko tidak terkontrol. Faktor risiko yang tidak terkontrol seperti, faktor usia, jenis kelamin, ras, dan genetik/keturunan. Sedangkan faktor risiko yang terkontrol seperti, stres, obesitas, diet dan asupan garam, merokok, dan aktivitas fisik (Yogiantoro, 2006). Tingginya prevalensi hipertensi dan urgensi intervensi penyakit tersebut pada tingkat promotif dan preventif membuat penyusun tertarik untuk melakukan analisis kesehatan komunitas (Community Health Analysis) dengan cara mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi di kecamatan pekuncen.B. Tujuan

1. Tujuan umum

Melakukan analisis kesehatan komunitas (Community Health Analysis) di wilayah kerja Puskesmas Pekuncen.2. Tujuan khusus

a. Menganalisis permasalahan Hipertensi yang terjadi di kecamatan Pekuncenb. Melakukan skrining hipertensi terhadap penduduk di wilayah kerja puskesmas Pekuncen.

c. Mengetahui faktor risiko yang dimiliki lansia terhadap Hipertensi yang paling dominan. d. Melakukan intervensi terhadap permasalahan Hipertensi untuk di Kecamatan Pekuncen.C. Manfaat

1. Manfaat Praktisa. Memberikan informasi pada warga masyarakat di wilayah Puskesmas Pekuncen khususnya tentang Hipertensi beserta pencegahannya.b. Membantu Puskesmas dalam menjalankan salah satu dari enam program pokok yang ada ke masyarakat.

2. Manfaat TeoritisMenjadi dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang permasalahan kesehatan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Pekuncen.II. ANALISIS SITUASI

A. Deskripsi Situasi Dan Kondisi Puskesmas Dan Wilayah Kerja

1. Keadaan Geografi Kecamatan Pakuncen

Kecamatan Pekuncen merupakan salah satu kecamatan yang berbatasan langsung dengan wilayah kabupaten lain yaitu Kabupaten Brebes. Kecamatan Pekuncen memiliki luas wilayah kurang lebih 92.70 Km2. Kecamatan Pekuncen terdiri dari 16 desa yaitu: Desa Pekuncen, Desa Kranggan, Desa Karangkemiri, Desa Banjaranyar, Desa Cikawung, Desa Krajan, Desa Glempang, Desa Pasiraman Lor, Desa Pasiraman Kidul, Desa Karangklesem, Desa Candinegara, Desa Cikembulan, Desa Cibangkong, Desa Semedo dan Desa Petahunan.

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Pakuncen

Dari 16 desa yang ada di Kecamatan Pekuncen tersebut, desa yang mempunyai wilayah terluas adalah Desa Krajan yaitu sekitar 24,61 Km2 sedangkan Desa Pasiraman Kidul merupakan desa yang mempunyai wilayah paling sempit yaitu sekitar 0,79 Km2.

Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Pekuncen adalah:- Sebelah Utara

: Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes

- Sebelah Selatan

: Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas

- Sebelah Barat

: Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas

- Sebelah Timur

: Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas

2. Keadaan Demografi Kecamatan Pekuncen

a) Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan data statistik Kecamatan Pekuncen, hasil Registrasi Penduduk pada tahun 2010 jumlah penduduk Kecamatan Pekuncen adalah 64.689 jiwa, yang terdiri dari 32.056 jiwa laki-laki (49,55%) dan 32.633 jiwa perempuan (50,44%). Terdiri dari 17.068 rumah tangga/KK dengan rata-rata jiwa/rumah tangga adalah 3 orang. Jumlah penduduk Kecamatan Pekuncen tahun 2012 yang tertinggi/terbanyak adalah di desa Pekuncen yaitu sebanyak 6.647 jiwa dan paling sedikit adalah Desa Pasiraman Kidul sebanyak 1.605 jiwa. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2011 , terjadi kenaikan sebesar1,09 %pada tahun 2012.

b) Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk Kecamatan Pekuncen Tahun 2012 sebesar 705 jiwa/km2, dengan tingkat kepadatan tertinggi yaitu di desa Cikembulan sebesar 2.459 jiwa/km2, sedangkan tingkat kepadatan terendah yaitu di desa Krajan sebesar 186 jiwa/km2c) Jumlah Penduduk menurut golongan umur

Berdasarkan data statistik kecamatan, dapat diketahui bahwa proporsi penduduk menurut umur di Kecamatan Pekuncen adalah kelompok umur terbesar pada umur 15-44 tahun yaitu sebanyak 27.659 jiwa, sedangkan kelompok umur terkecil yaitu pada kelompok umur >65 tahun sebanyak 5.051 jiwa.

d) Keadaan Sosial Ekonomi

1) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Pekuncen pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Tingkat Pendidikan Masyarakat Kecamatan Pakuncen

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk sebagian besar adalah tamat SD sebesar 30.422 orang atau 50,89% dari jumlah penduduk berusia 10 tahun keatas. Sedangkan jumlah tingkat pendidikan terkecil yaitu Perguruan tinggi sebanyak 803 orang atau 1,34 % dari jumlah penduduk berusia 10 tahun keatas. Angka melek huruf di Kecamatan Pekuncen juga sudah cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari penduduk usia 10 tahun ke atas yang melek huruf di kecamatan Pekuncen yaitu sebesar 84,2 %.

2) Jenis Pekerjaan

Berdasarkan data statistik Kecamatan Pekuncen, dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk memiliki mata pencaharian pada sektor informal yaitu sebesar 50,33 % dari jumlah penduduk, sedangkan yang memiliki mata pencaharian pada sektor formal sebesar 1,89 % dari total penduduk. Secara spesifik, mata pencaharian sebagian besar penduduk Kecamatan Pekuncen adalah sebagai buruh tani yaitu sebanyak 11.890 orang atau sebesar 18,50% dari jumlah penduduk. Sedangkan jumlah terkecil adalah penduduk yang bekerja pada BUMN/BUMD yaitu sebanyak 18 orang atau sebesar 0,03 % dari total penduduk

B. Capaian Program Dan Derajat Kesehatan Masyarakat

Gambaran situasi derajat kesehatan suatu daerah dapat diketahui dari indikator kesehatan seperti angka Gambaran situasi derajat kesehatan suatu daerah dapat diketahui dari indikator kesehatan seperti angka kesakitan/morbiditasnya, angka kematian/mortalitas penduduk, dan status gizi masyarakat.

1. Angka Kesakitan (Morbiditas)

a) Penyakit diare

Kejadian atau kasus penyakit diare di wilayah Puskesmas Pekuncen, berdasarkan data dari programer P2 Diare Puskesmas Pekuncen adalah sebanyak 1.041 kasus atau sebesar 16,09 per 1000 penduduk. Berdasarkan analisis pelaporan kasus dapat diketahui bahwa kejadian diare tahun 2012, terbanyak terjadi pada bulan Januari dan Juli.

b) Penyakit Malaria

Kasus penyakit Malaria Klinis tahun 2012 sebanyak 0 kasus atau sebesar 0,00 per 1.000 penduduk. Kasus Malaria di Puskesmas Pekuncen biasanya merupakan kasus import dari luar jawa. Meski demikian ini perlu diwaspadai oleh petugas kesehatan dan masyarakat terutama untuk Desa Tumiyang, Cikembulan, Semedo, Petahunan dan Cibangkong.

c) TB Paru

Jumlah kasus TB Paru Positif pada tahun 2012 sebanyak 37 kasus atau CDR (Case Detection Rate) BTA positif sebesar 21,77 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2012 jumlah pasien TB Paru yang diobati sebanyak 15 kasus dan yang sembuh sebanyak 5 atau 33,33 % sembuh, dengan pengobatan lengkap sebanyak 18 atau sebesar 120%.

d) Demam Berdarah Dengue

Jumlah kasus DBD di Kecamatan Pekuncen tahun 2012 sebanyak 8 kasus atau sebesar 12,23 per 100.000 penduduk. Dari semua kasus DBD yang ada tersebut, semuanya (100%) mendapat penanganan dan tidak terdapat kematian akibat DBD.

e) HIV-AIDS

Jumlah kasus HIV-AIDS di kecamatan Pekuncen pata tahun 2012 adalah 0 kasus.Kasus HIV-AIDS merupakan fenomena gunung es sehingga kemungkinan adanya kasus HIV-AIDS yang tidak terdeteksi atau tidak terdata.

f) Pneumonia pada Balita

Jumlah kasus pneumonia pada balita ditemukan/ditangani di kecamatan Pekuncen adalah sebanyak 27 kasus dari jumlah perkiraan penemuan kasus pneumonia balita sebanyak 518 atau hanya sebesar 5,2 %.

2. Angka Kematian

Derajat kesehatan suatu masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat.Disamping itu angka kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Berikut ini akan diuraikan perkembangan tingkat kematian pada periode tahun 2012 yaitu sebagai berikut:

a) Angka Kematian Bayi

Berdasarkanlampiran Profil Kesehatan Puskesmas Pekuncen dapat diketahui bahwa, pada tahun 2012 terdapat 1.125 kelahiran hidup dimana jumlah lahir mati sebanyak 8 bayi, jumlah bayi mati sebanyak 10 bayi. Angka kematian bayi (AKB) di kecamatan Pekuncen pada tahun 2012 adalah sebesar 8,9 per 1000 kelahiran hidup.

b) Angka Kematian Ibu

Berdasarkan hasil laporan dari petugas KIA Puskesmas Pekuncen diketahui bahwa jumlah kematian ibu hamil di kecamatan Pekuncen sebanyak 0 orang, jumlah kematian ibu bersalin sebanyak 0 orang, dan jumlah kematian ibu nifas sebanyak 0 orang. Sehingga Angka Kematian Ibu (AKI) di Kecamatan Pekuncen sebesar 0 per 100.000 kelahiran hidup.

c) Angka Kematian Balita

Berdasarkanlampiran Profil Kesehatan Puskesmas Pekuncenmaka dapat diketahui bahwa jumlah kematian Balita sebanyak 0 balita.

d) Angka Kecelakaan

Kejadian kecelakaan lalu lintas di Kecamatan Pekuncen pada tahun 2012 sebanyak 85 kejadian, dengan korban mati sebanyak 1 orang, luka berat sebanyak 36 orang, dan luka ringan sebanyak 48 orang. Dengan demikian rasio kejadian kecelakaan per 100.000 penduduk adalah sebesar 129,97.

3. Status Gizi Masyarakat

Tujuan umum upaya perbaikan gizi puskesmas adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan setiap keluarga di wilayah Puskesmas untuk mencapai Keluarga Sadar Gizi agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Sedangkan tujuan khususnya adalah:

a. Meningkatkan cakupan dan kualitas pemberdayaan Keluarga menuju Keluarga Sadar Gizi.

b. Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan gizi (Pelayanan gizi masyarakat dan pelayanan gizi perorangan)..

Berdasarkan pemantauan status gizi Balita pada tahun 2012dengan jumlah balita yang ditimbang 4.222 ditemukana. Balita dengan Gizi Lebih sebanyak 61 anak (1,44%)

b. Balita dengan Gizi Baik sebanyak 4.151 anak (98,32%)

c. Balita dengan Gizi Kurang sebanyak 16 anak (0,38%)

d. Balita dengan Gizi Buruk sebanyak 0 anak (0 %)

Jumlah balita Gizi Kurang sebanyak 16 anak dan dari jumlah tersebut semuanya mendapat perawatan.SPM untuk balita gizi buruk mendapatkan perawatan adalah sebesar 100%.Sehingga cakupan gizi kurang mendapat perawatan di Kecamatan Pekuncen dibanding dengan SPM sudah memenuhi target. Disamping itu berdasarkan laporan petugas gizi puskesmas, Kecamatan Pekuncen termasuk kecamatan yang bebas rawan gizi.C. Upaya Kesehatan

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan memegang peranan yang penting karena fungsi dari puskesmas adalah mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya. Kegiatan pokok Puskesmas biasa dikenal dengan istilah basic six atau enam program pokok puskesmas yang meliputi: Pencegahan dan Pembrantasan Penyakit Menular, KIA-KB, Gizi Masyarakat, Kesehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan (Promkes), dan Pelayanan Kesehatan Dasar. Tiap program tersebut dilaksanakan melalui suatu rangkaian yang sistematis, meliputi perencanaan (P1), penggerakan dan pelaksanaan (P2), pengawasan, pengendalian dan penilaian (P3).

1. Pencegaan dan Pemberantasan Penyakit Menular

a) Pencegahan dan Pemberantasan TB Paru

Berdasarkan data dari programer TB Paru Puskesmas dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 kasus TB Paru sebanyak 10 kasus, diobati 10 kasus dan yang sembuh sebanyak 10 kasus atau 100%. Sedangkan pada tahun 2012 terdapat 15 kasus baru BTA positif, dari perkiraan kasus baru sebanyak 69 kasus.Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk kesembuhan penderita TBC BTA positif adalah > 85%.Sehingga jika dibandingkan dengan SPM maka kesembuhan penderita TBC BTA positif sudah memenuhi target.

b) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD

Pada tahun 2012 berdasarkan data petugas P2 DBD Puskesmas Pekuncen diketahui bahwa kasus penyakit DBD sebanyak 8 kasus, dan jumlah tersebut semuanya telah mendapat pelayanan/ ditangani (100%).Upaya pemberantasan demam berdarah terdiri dari 3 hal yaitu: Peningkatan kegiatan surveilance penyakit dan vektor; Diagnosis dini dan pengobatan dini; serta Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular DBD/PSN. Selain PSN dengan 3M, salah satu wujud kegiatan PSN yang juga dilakukan di kecamatan Pekuncen adalah dengan kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) yang dilakukan oleh kader kesehatan..c) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA dan Pnemonia

Pada tahun 2012 berdasarkan data petugas P2 ISPA Puskesmas Pekuncen, dapat diketahui bahwa kasus pneumonia balita sebanyak 27 kasus, yang ditangani sebanyak 27 kasus (100%). Perkiraan kasus pneumonia balita adalah sebanyak 518 kasus, sehingga pneumonia balita yang ditemukan/ ditangani belum memenuhi target. Sedangkan jika dibandingkan dengan SPM untuk balita dengan pneumonia yang ditangani sebesar 100% maka Puskesmas Pekuncen sudah memenuhi standar SPM.d) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Kusta

Berdasarkan data petugas P2 Kusta Puskesmas Pekuncen, pada tahun 2012 terdapat 2 penderita Kusta tipe MB (Kusta Basah) dan tidak ada penderita Kusta tipe PB (Kusta Kering). Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit kusta dilakukan dengan melakukan penemuan dini kasus kusta dan pengawasan terhadap penderita, keluarga penderita dan orang-orang yang melakukan kontak dengan penderita

e) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV-AIDS dan IMS

Berdasarakan data Puskesmas, jumlah kasus penyakit HIV-AIDS dan IMS pada tahun 2012 sebanyak 0 kasus.Angka ini bisa merupakan keadaan sebenarnya dan bisa juga bukan.Hal ini karena kasus penyakit HIV-AIDS dan IMS merupakan fenomena gunung es, sehingga bisa saja di kecamatan Pekuncen ada penderita HIV-AIDS dan IMS tapi tidak terdata karena penderita sulit terdeteksi.

2. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar

a) Pendataan Rumah Sehat

Salah satu usaha guna pembinaan kesehatan lingkungan adalah dengan dilakukannya pendataan rumah sehat. Berdasarkan hasil pendataan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dari jumlah rumah sebanyak 17.551 rumah dengan jumlah rumah yang diperiksa sebanyak 640 rumah atau 3,6%. Didapatkan bahwa sebanyak 430 rumah atau sebesar 67,2 % termasuk dalam rumah sehat.b) Akses rumah tangga terhadap air bersih

Akses rumah tangga terhadap air bersih dapat dilihat dalam tabel 64 lampiran profil kesehatan puskesmas pekuncen. Dari 20.710 kepala keluarga (KK) yang ada dengan jumlah KK yang diperiksa sebanyak 754 KK atau sebesar 3,6 %, didapatkan bahwa sebanyak 58 KK atau 7,7 % mengunakan ledeng sebagai sumber air bersihnya, sebanyak 0 KK atau 0 % menggunakan SPT sebagai sumber air bersihnya, sebanyak 263 KK atau 34,9% menggunakan SGL sebagai sumber air bersihnya, sebanyak 396 KK atau 52,5 % menggunakan Mata air sebagai sumber air bersihnya dan sebanyak 37 KK atau 4,9 % menggunakan sumber air lainya sebagai sumber air.

c) Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar

i. Persediaan Air Bersih

Dari jumlah kepala keluarga sebanyak 20.710 KK dengan jumlah KK yang diperiksa sebanyak 754 KK didapatkan bahwa sebanyak 847 KK atau 112,3 % memiliki persediaan air bersih dan 754 KK atau 100 % persediaan air bersihnya sehat.ii. Kepemilikan Jamban

Dari jumlah kepala keluarga sebanyak 20.710 KK dengan jumlah KK yang diperiksa sebanyak 754 KK didapatkan bahwa sebanyak 535 KK atau 71,0 % memiliki jamban dan dari jumlah tersebut, jumlah jamban yang sehat sebanyak 405 atau 75,7 %.iii. Kepemilikan tempat sampah

Dari jumlah kepala keluarga sebanyak 20.710 KK dengan jumlah KK yang diperiksa sebanyak 754 KK didapatkan bahwa sebanyak 609 KK atau 80,8% memiliki tempat sampah dan jumlah tempat sampah yang sehat sebanyak 112 atau sebesar 18,4%.iv. Kepemilikan Sarana Pengelolaan Air Limbah (SPAL)

Dari jumlah kepala keluarga sebanyak 20.181 KK dengan jumlah KK yang diperiksa sebanyak 837 KK didapatkan bahwa sebanyak 548 KK atau 65,50% memiliki sarana pengelolaan air limbah dengan jumlah sarana pengelolaan air limbah yang sehat sebanyak 11 atau 2,0 %.

d) Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat

Berdasarkan data petugas sanitarian Puskesmas Pekuncen, dapat diketahui bahwa terdapat 4 restauran dan Jumlah yang diperiksa ada 3 dg hasil pemeriksaan terdapat 2 restauran atau 66,67 % sehat.Sedangkan dari jumlah pasar yang ada yaitu sebanyak 1 pasar dan setelah dilakukan pemeriksaan diketahui bahwa pasar tersebut tidak memenuhi syarat sehat.Hasil pendataan pada TUPM lainya didapatkan hasil bahwa jumlah TUPM lainnya (selain hotel, pasar dan restauran) yaitu sebanyak 1.725, dari jumlah tersebut yang diperiksa sebanyak 11 TUPM dan yang berkategori sehat sebanyak 11 TUPM atau 100%. Sedangkan jumlah keseluruhan TUPM yang ada di wilyah Kecamatan Pekuncen adalah sebanyak 1.730 TUPM dan yang diperiksa sebanyak 15 TUPM dan yang termasuk dalam kategori sehat sebanyak 13 TUPM atau sebesar 86,67%.e) Pembinaan Kesehatan Lingkungan bagi Institusi

Jumlah sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Pekuncen adalah sebanyak 23 buah, yang terdiri dari Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), PKD, Balai Pengobatan/Klinik Swasta. Sedangkan jumlah sarana pendidikan yang ada adalah sebanyak 91 buah, tempat ibadah sebanyak 384 buah, perkantoran sebanyak 30 buah, instalasi pengelolaan air minum sebanyak 4 buah dan sarana lain sebanyak 8 buah. Sehingga jumlah keseluruhan dari institusi yang ada di wilayah Kecamatan Pekuncen adalah sebanyak 540 buah dengan jumlah intitusi dibina kesehatan lingkungannya adalah sebanyak 96 buah atau 17,8% dibina.

3. Perbaikan Gizi Masyarakat

a) Cakupan Bayi dan Balita Mendapat Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan laporan petugas gizi Puskesmas Pekuncen diketahui bahwa jumlah ibu hamil di wilayah Puskesmas Pekuncen pada tahun 2011 adalah sebanyak 1.057 orang. Dari jumlah tersebut yang sudah mendapat tablet Fe1 sebanyak 932 orang atau sebesar 88,17%, dan yang sudah mendapat tablet Fe3 sebanyak 945 orang atau sebesar 89,40%. Sedangkan jumlah ibu nifas adalah sebanyak 989 orang dengan 868 orang atau 87,76% diantaranya telah mendapat vit A.b) Cakupan Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe

Berdasarkan laporan petugas gizi Puskesmas Pekuncen diketahui bahwa jumlah ibu hamil di wilayah Puskesmas Pekuncen pada tahun 2012 adalah sebanyak 1.057 orang. Dari jumlah tersebut yang sudah mendapat tablet Fe1 sebanyak 932 orang atau sebesar 88,17%, dan yang sudah mendapat tablet Fe3 sebanyak 945 orang atau sebesar 89,40%. Sedangkan jumlah ibu nifas adalah sebanyak 989 orang dengan 868 orang atau 87,76% diantaranya telah mendapat vit A.4. KesehatanIbudanAnak (KIA)-KB1) CakupanKunjunganNeonatus, BayidanBayi BBLR yang Ditangani

Berdasarkan data koordinator KIA Puskesmas Pekuncen diketahui bahwa cakupan kunjungan neonatus KN1 adalah sebanyak 1.076 orang atau 100%, adapun cakupan kunjungan KN Lengkap adalah sebanyak 1.076 atau sebesar 100%. Jumlah bayi lahir hidup sebanyak 1.076 orang dengan jumlah bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 16 orang atau sebesar 1,50%. Dari sejumlah 16 bayi dengan BBLR tersebut, semuanya atau 100% telah mendapat penanganan..2) Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1, K4), Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, Dan Pelayanan Ibu NifasJumlah ibu hamil di wilayah Puskesma Pekuncen pada tahun 2011 tercatat sebanyak 1.057 orang. Dari jumlah tersebut yang melakukan pemeriksaan kesehatan ke petugas kesehatan untuk kunjungan pertama (K1) sebanyak 100%, sedangkan yang melakukan kunjungan ke empat (K4) sebanyak 987 orang atau 93,4%. Jumlah ibu bersalin sebanyak 997 orang, dan ibu bersalin yang ditolong tenaga kesehatan sebanyak 967 atau sebesar 97%.Sedangkan jumlah ibu nifas sebanyak 1.024 orang dan yang mendapat palayanan nifas sebanyak 1.024 orang atau 100%.

3) Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita

PemeriksaanKesehatanSiswa SD/SMP/SMU

Pada tahun 2011, di Kecamatan Pekuncen terdapat balita (Pra sekolah) sebanyak 4.861 orang, dan yang dideteksi sebanyak 3.506 orang atau sebesar 72,13%. Sedangkan jumlah anak usia SD sebanyak 7.286 orang dengan jumlah diperiksa sebanyak 1.312 orang atau sebesar 16,68%. 4) Jumlah PUS, Peserta KB, Peserta KB baru, dan KB aktif

Berdasarkan data koordinator KB Puskesmas Pekuncen, diketahui bahwa jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah Puskesmas Pekuncen sebanyak 14.012 orang. Dari jumlah PUS yang ada tersebut jumlah peserta KB baru sebanyak 2.562 orang atau 18,3%. Sedangkan jumlah peserta KB aktif sebanyak 10.470 orang atau 74,7%.5) Jumlah Peserta KB aktif Menurut Jenis Kontrasepsi

Jumlah seluruh peserta KB aktif di kecamatan Pekuncen pada tahun 2011 sebanyak 10.470 orang. Dari jumlah tersebut yang menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) jenis IUD sebanyak 1.018 orang, MOP/MOW sebanyak 456 orang dan implant sebanyak 1.395 orang. Sedangkan yang mengunakan Non MKJP jenis suntik sebanyak 5,855 orang, jenis PIL sebanyak 1.554 orang, dan kondom sebanyak 192 orang. Dari data tersebut dapat diketaui bahwa kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah jenis suntik yaitu sebesar 55,9%, sedangkan yang paling sedikit digunakan adalah kontrasepsi jenis kondom yaitu sebesar 1,82%.6) Pelayanan KB baru

Jumlah seluruh peserta KB baru baik untuk yang MKJP ataupun yang Non MKJP adalah sebanyak 2.562 orang. Jumlah untuk Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) IUD sebanyak 173 orang 6,8%, MOP/MOW sebanyak 29 sebesar 1,1%, KB implant sebanyak 391 orang atau sebesar 15,37%.Sedangkan untuk jumlah peserta KB baru Non MKJP suntik sebanyak 389 orang atau sebesar 15,2%, PIL sebanyak 1.141 orang sebesar 44,5%, dan kondom sebanyak 388 orang atau sebesar115,1%.

7) Cakupan Desa/Kelurahan UCI

Pada tahun 2011, berdasarkan data petugas koordinator imunisasi Puskesmas Pekuncen diketahui bahwa seluruh desa di wilayah Puskesmas Pekuncen sudah UCI 100%.Hal ini bisa dikatakan sangat baik dan sistem yang ada telah berjalan dengan baik pula.8) Cakupan Imunisasi Bayi

Berdasarkan data petugas koordinator imunisasi Puskesmas Pekuncen diketahui bahwa jumlah bayi di Kecamatan Pekuncen pada tahun 2011 sebanyak 600 bayi. Sedangkan cakupan imunisasinya untuk tiap jenis imunisasi adalah sebagai berikut: bayi mendapat imunisasi BCG sebanyak 1.057 atau sebesar 176%, bayi mendapat imunisasi DPT1+HB1 sebanyak 1.041 atau sebesar 173,5%, bayi mendapat imunisasi DPT3+HB3 sebanyak 1.063 atau 177.2%, bayi mendapat imunisasi polio 3 sebanyak 1.045 atau sebesar 174,167%, bayi mendapat imunisasi campak sebanyak 1.037 atau 172,8% . Sedangkan angka Drop Out (DO) sebesar 0,4%.9) WUS dengan Imunisasi TT

Data jumlah wanita usia subur (WUS) di wilayah Puskesmas Pekuncen pada tahun 2011 sebanyak 1.057 orang, dari jumlah tersebut yang telah mendapatkan imunisasi TT1 sebanyak 0 orang atau sebesar 0%, imunisasi TT2 sebanyak 0 orang atau sebesar 0%, imunisasi TT3 sebanyak 97 orang atau sebesar 9,2%, Sedangkan yang telah mendapat imunisasi TT4 sebanyak 366 orang atau sebesar 34,6%, dan TT5 sebanyak 207 orang atau sebesar 19,6%.10) Akses Ketersediaan Darah untuk Bumil dan Neonatus yang dirujuk

Pada tahun 2012, jumlah ibu hamil yang memerlukan darah sebanyak 0 orang.Sedangkan jumlah ibu hamil dan neonatus yang memerlukan 0 orang.11) Bumildan Neonatal Risti

Data petugas KIA Puskesmas Pekuncen menunjukan bahwa jumlah ibu hamil sebanyak 1.057 orang, dan dari jumlah tersebut ibu hamil dengan resiko tinggi/komplikasi sebanyak 211 orang dengan jumlah bumil risti ditangani sebanyak 287orang. Jumlah neonatal sebanyak 1.076, dengan jumlah perkiraan neonatal risti/komplikasi sebanyak 161 orang dan ditangani sebanyak 42 orang atau sebesar 26%.Rendahnya neonatal risti yang ditangani diakibatkan jumlah neonatal risti yang bisa ditangani di PKD tidak terlaporkan.5. Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan Kesehatan Nasional. Hal ini dapat dilihat bahwa Promosi kesehatan merupakan salah satu pilar dalam pembangunan kesehatan melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku hidup bersih dan sehat serta dalam lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.Guna mewujudkan visi tersebut, program-program yang dilakukan oleh Puskesmas Pekuncen khususnya dalam bidang Promosi Kesehatan adalah melalui kegiatan-kegiatan berikut::

1) Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.Penyuluhan tidak langsung bisa berupa pembagian leafleat, poster, pemutaran film maupun melalui media-media lainnya. Berdasarkan tabel 54 lampiran Profil Kesehatan Puskesmas Pekuncen tahun 2011, diketahui bahwa jumlah kegiatan penyuluhan kesehatan kelompok (secara langsung) yang dilakukan sebanyak 4.818 dan yang jumlah kegiatan penyuluhan massa adalah 18. Adapun materi atau topik penyuluhan adalah mengenai masalah-masalah kesehatan seperti PHBS, KIA, Kesehatan Lingkungan, Gizi, NAPZA dan Penyakit Menular.2) Stratifikasi PHBS Tatanan Rumah Tangga

Berdasarkan hasil pendataan dengan menggunakan kuesioner PHBS tatanan rumah tangga, dengan jumlah sampel sebanyak 17.068 KK, dan pada tahun ini semua desa yang di data, dengan cakupan pendataan sebesar 5.670 atau 33,2% dari seluruh jumlah yang dipantau. Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk rumah tangga sehat (Starata Utama dan Paripurna) sebesar 65%. Sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa pencapaian PHBS tatanan rumah tangga di wilayah Puskesmas Pekuncen sudah memenuhi SPM yaitu 4.855 atau 85,6%

3) Posyandu

Program promosi kesehatan juga melakukan upaya-upaya guna mengembangkan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.Salah satu bentuknya adalah pembinaan Posyandu.Guna meningkatkan kualitas Posyandu, salah satunya adalah dengan dilakukan stratifikasi Posyandu.Jumlah posyandu di wilayah puskesmas Pekuncen sebanyak 134 Posyandu.Hasil stratifikasi posyandu tahun 2011, didapatkan hasil sebagai berikut:i. Posyandu dengan strata Pratama sebanyak 7 posyandu atau sebesar 5,22%.

ii. Posyandu dengan strata Madya sebanyak 55 posyandu atau sebesar 41,04%.

iii. Posyandu dengan strata Purnama sebanyak 49 posyandu atau sebesar 36,57%.

iv. Posyandu dengan strata Mandiri sebanyak 23 posyandu atau sebesar 17,16%.

Standar Pelayanan Minimal 2011 untuk prosentase posyandu dengan strata purnama adalah sebesar 40% dan strata mandiri sebesar >2%. Sehingga pencapaian strata Posyandu purnama belum mencapai target dan posyandu mandiri di Kecamatan Pekuncen sudah mencapai target. Sedangkan tingkat partsipasi masyarakat di posyandu (D/S) adalah sebesar 74,04%, tingkat keberhasilan program posyandu (N/D) sebesar 70,01%. D/S belum mencapai target SPM yaitu 80% disebabkan kesadaran masyarakat yang kurang dan menganggap di posyandu hanya ditimbang saja. Untuk N/D juga belum mencapai target SPM yaitu 80% karena usia diatas 1-5 tahun kebanyakan mengalami kesulitan dalam hal makan.

6. Pelayanan Kesehatan DasarSalah satu upaya kesehatan wajib yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional,regional dan global serta yg mempunyai daya ungkit tinggi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyrakat.Upaya ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di Indonesia.

Salah satu upaya kesehatan wajib adalah upaya kesehatan dasar, upaya-upaya kesehatan dasar yang dilakukan oleh Puskesmas Pekuncen diantaranya adalah:

a) Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir

b) Pelayanan Kesehatan Bayi dan Anak Pra Sekolah

c) Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja

d) Pelayanan Kesehatan Usia Subur

e) Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut

f) Pelayanan Imunisasi

g) Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat

h) Pelayanan Pengobatan / Perawatan

7. Kefarmasian

Gambaran stok obat, pemakaian rata-rata obat per bulan, dan tingkat kecukupan obat di puskesmas pekuncen berdasarkan data dari petugas obat dapat diketahui bahwa secara umum tingkat kecukupan obat di puskesmas pekuncen sudah cukup terpenuhi.

III. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN PRIORITAS MASALAH

A. Daftar Permasalahan Kesehatan Yang Ada (Berdasar Data Sekunder Puskesmas Pekuncen) Januari-November 2013

Masalah adalah sesuatu yang menunjukkan adanya kesenjangan antara harapan dan sesuatu yang dicapai sehingga menimbulkan rasa tidak puas. Masalah dapat mengakibatkan ketidakmaksimalan dalam melaksanakan suatu kegiatan. Dalam penetapan masalah, perlu diperhatikan hal-hal yang diinginkan dan keadaan yang terjadi sekarang, sehingga dapat dicari penyebab atau hal-hal yang dapat membuat tujuan tidak tercapai.

Terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi untuk memutuskan adanya masalah, antara lain: adanya kesenjangan, adanya rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah dan adanya rasa tidak puas.

Tabel 3.1. Daftar 10 Penyakit Tertinggi di Puskesmas Pekuncen dan Periode Januari - November 2013NoPenyakitJumlah Kasus

1 ISPA (Common Cold)1976

2Hipertensi854

3Dyspepsia812

4Mialgia501

5Tuberkulosis BTA positif336

6Chepalgia Cluster269

7Diare234

8Diabetes Melitus207

9Dermatitis Kontak Alergi (DKA)138

10Faringitis107

Sumber: Data Sekunder Puskesmas Pekuncen 2013B. Penentuan Prioritas Masalah (Berdasarkan Metode Tertentu)

Penentuan prioritas masalah di Kecamatan Pekuncen dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Untuk keperluan ini digunakan 4 kelompok kriteria, yaitu:

1. Kelompok kriteria A: besarnya masalah.

2. Kelompok kriteria B: kegawatan masalah, penilaian terhadap dampak, urgensi dan biaya.

3. Kelompok kriteria C: kemudahan dalam penanggulangan, yaitu penilaian terhadap tingkat kesulitan penanggulangan masalah.

4. Kelompok kriteria D: PEARL faktor, yaitu penilaian terhadap propriety, economic, acceptability, resources availability, legality.

Adapun perincian masing-masing bobot kriteria pada prioritas masalah di Puskesmas Pekuncen adalah sebagai berikut :

Kriteria A (besarnya masalah)

Untuk menentukan besarnya masalah kesehatan diukur dari besarnya penduduk yang terkena efek langsung.

Masalah KesehatanBesarnya Masalah per 10000 pendudukNilai

600

(5)

ISPA (Common Cold)X5

HipertensiX5

DyspesiaX5

MialgiaX4

Tuberkulosis BTA positifX3

Chepalgia ClusterX2

DiareX2

Diabetes MelitusX2

Dermatitis Kontak Alergi (DKA)X1

FaringitisX1

Kriteria B (kegawatan masalah)

Severity (Memberikan mortalitas atau fatalitas yang tinggi)

1. Tidak gawat

2. Kurang gawat

3. Cukup gawat

4. Gawat

5. Sangat gawat

Urgency (Apakah masalah tersebut menuntut penyelesaian segera, menjadi perhatian publik)

1. Tidak urgent

2. Kurang urgent

3. Cukup urgent

4. Urgent

5. Sangat urgent

Cost (Besarnya dampak ekonomi kepada masyarakat)

1. Sangat murah

2. Murah

3. Cukup mahal

4. Mahal

5. Sangat mahal

Masalah kesehatanSeverityUrgencyCostNilai

ISPA (Common Cold)1111

Hipertensi3343,3

Dyspesia2222

Mialgia1111

Tuberkulosis BTA positif3222,3

Chepalgia Cluster1211,3

Diare3322,6

Diabetes Melitus3232,6

Dermatitis Kontak Alergi (DKA)1111

Faringitis1111

Kriteria C (Kemudahan dalam Penanggulangan)

Kriteria C digunakan untuk menilai kemudahan dalam penanggulangan masalah, maka dinilai apakan sumber daya dan teknologi yang ada dapat menyelesaikan masalah. Skor yang digunakan dari skala 1 sampai 5. Semakin sulit penanggulangan, skor yang diberikan semakin kecil.

Tabel 3.4 Skor nilai kriteria C

MasalahNilai

ISPA (Common Cold)3

Hipertensi3

Dyspesia2

Mialgia2

Tuberkulosis BTA positif4

Chepalgia Cluster2

Diare4

Diabetes Melitus3

Dermatitis Kontak Alergi (DKA)4

Faringitis4

Kriteria D (PEARL factor)

Kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat tidaknya suatu program dilaksanakan. Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Kesesuaian (Propriety)

b. Murah (Economic)

c. Dapat diterima (Acceptability)

d. Tersedianya sumber (Resources Availability)

e. Legalitas terjamin (Legality)

Dari diskusi kelompok, didapatkan nilai PEARL untuk masing-masing masalahTabel 3.5 Kriteria PEARL

Masalah KesehatanPEARLHasil Perkalian

ISPA (Common Cold)111111

Hipertensi111111

Dyspesia111111

Mialgia110110

Tuberkulosis BTA positif111010

Chepalgia Cluster100010

Diare111111

Diabetes Melitus110110

Dermatitis Kontak Alergi (DKA)100010

Faringitis111111

Penetapan nilai

Setelah nilai kriteria A, B, C, dan D didapatkan kemudian nilai tersebut dimasukkan ke dalam formula sebagai berikut :

Nilai prioritas dasar (NPD) = (A+B)x C

Nilai prioritas total (NPT) = (A+B) x C x D

Tabel 3.6. Skor total penilaian Hanlon

MasalahABC

DNPDNPTUrutan prioritas

PEARL

ISPA (Common Cold)5131111118183

Hipertensi53,331111124,924,91

Dyspesia5221111114144

Mialgia41211011100-

Tuberkulosis BTA positif32,341110121,20-

Chepalgia Cluster21,32100016,60-

Diare22,641111118,418,42

Diabetes Melitus22,631101113,80-

Dermatitis Kontak Alergi (DKA)1`141000180-

Faringitis11411111885

Prioritas pertama masalah diperoleh dengan nilai NPT tertinggi. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Hanlon kuantitatif urutan prioritas masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Hipertensi

2. Diare

3. ISPA

4. Dyspepsia

5. Faringitis

6. Mialgia

7. Tuberkulosis BTA Positif

8. Chepalgia Cluster

9. Diabetes Melitus

10. Dermatitis Kontak IritanIV. KERANGKA KONSEPTUAL MASALAHA. Tinjauan Pustaka

1. Definisi dan Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah dimana sistolik sama atau melebihi 140 mmHg dan/atau diastolik sama atau melebihi 90 mmHg pada seseorang yang tidak sedang menggunakan obat anti hipertensi (Wilson & Price, 2006). Hipertensi terjadi desakan darah yang berlebihan dan hampir konstan pada arteri. Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ tubuh yang umum ditemui pada pasien hipertensi antara lain penyakit jantung (infark miokard, gagal jantung), stroke, penyakit ginjal kronis, penyakit arteri perifer, dan retinopati (Yogiantoro, 2006). Klasifikasi tekanan darah dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Wilson dan Price, 2006).

Tabel 4.1. Klasifikasi Tekanan Darah Untuk Orang Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih (JNC VII)

KlasifikasiSistole (mmHg)Diastole (mmHg)

Normal< 120 dan< 80

Prehipertensi120-139 atau80-89

Hipertensi derajat 1140-159 atau90-99

Hipertensi derajat 2 160 atau 100

Sumber: Wilson dan Price, 20062. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan sebagai berikut:

a. Hipertensi esensial

Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Kasus hipertensi ini mencapai 95%. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem rennin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, dan merokok ( Mansjoer et al., 2001 ).

b. Hipertensi sekunder

Jumlah kasus hipertensi sekunder hanya sekitar 5%. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromasitoma, koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan ( Mansjoer et al., 2001 ).

3. Patogenesis dan Patofisiologi Hipertensi

Tahanan perifer dan curah jantung mempengaruhi tekanan darah. Terdapat sistem di dalam darah yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem kontrol tersebut ada yang beraksi segera seperti refleks kardiovaskular melalui, refleks kemoreseptor, respon iskemia susunan saraf pusat, baroreseptor, dan rekfleks yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis, dan otot polos (Yusuf, 2008).

Tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh. Tekanan darah dinyatakan dalam satuan milimiter air raksa (mmHg) (Guyton, 2007). Besar tekanan darah seseorang dapat dihitung dengan rumus : Tekanan darah = Curah jantung x denyut Jantung (Sherwood, 2009)

Pengaturan tekanan darah melibatkan integritas berbagai komponen dalam sirkulasi darah dan sistem tubuh lain (Gambar 1)

Gambar 1. Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah (Sherwood, 2009)

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor pada medulla oblongata otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras simpatis yang berlanjut ke bawah menuju korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis (Price & Wilson, 2006).Peningkatan tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain stres, hiperinsulinisme, konsumsi garam yang berlebihan, obesitas, dan disfungsi endotel. Stres dan hiperinsulinisme akan meningkatkan saraf simpatis yang akan merangsang pengeluaran hormon katekolamin yang akan meningkatkan produksi renin dan kontraktilitas jantung. Pengeluaran renin yang berlebihan akan merangsang pengeluaran angiotensinogen dan dengan bantuan angiotensin converting enzyme akan mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II yang akan meningkatkan resistensi perifer dan berdampak dalam peningkatan tekanan darah. Sedangkan meningkatnya kontraktilitas jantung, konsumsi garam yang berlebih, dan obesitas akan meningkatkan cardiac output yang akan meningkatkan tekanan darah. Konsumsi garam dalam meningkatkan cardiac output dikarenakan meningkatnya konsentrasi Na+ sehingga meningkatkan venous return yang akan meningkatkan preload sehingga tekanan darah akan meningkat. Disfungsi endotel juga mempengaruhi kenaikan tekanan darah, hal ini karena disfungsi endotel akan menurunkan reaktivitas NO dan vasodilator, hal ini akan meningkatkan resistensi perifer sehingga akan terjadi peningkatan tekanan darah (Price dan Wilson, 2006).

Gambar 4.1. Patofisiologi Hipertensi (Price & Wilson, 2006)

4. Faktor Risiko Hipertensi

a) Faktor Keturunan atau Gen

Kasus hipertensi esensial 70%-80% diturunkan dari orang tua. Apabila riwayat hipertensi didapat pada orang tua, maka keturunannya akan memiliki risiko untuk menderita hipertensi esensial lebih besar (Gray, et. al., 2005).

b) Faktor Berat Badan (Obesitas atau Kegemukan)

Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks massa tubuh >25 (berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)) juga merupakan salah satu faktor risiko timbulnya hipertensi. Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkosumsi makanan yang mengandung tinggi lemak. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin darah. Hal inilah yang menimbulkan hipertensi (Sheps, 2005).c) Faktor Stres

Stres adalah yang kita rasakan saat tuntutan emosi, fisik, atau lingkungan tak mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan kita untuk mengtasinya dengan efektif. Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam waktu yang pendek, tetapi kemungkinan bukan penyebab meningkatnya tekanan darah dalam waktu yang panjang. Stres dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat (Sheps, 2005).d) Faktor Jenis Kelamin

Sampai usia 55 tahun pria beresiko lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan wanita. Seorang pria dewasa akan mempunyai peluang lebih besar yakni satu di antara 5 untuk mengidap hipertensi. Hormon estrogen melindungi wanita sebelum mengalami menopause karena berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi sebagai faktor pelindung terjadinya aterosklerosis. Wanita premenopause mulai kehilangan hormon estrogen yang melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Hormon estrogen akan berubah kuantitasnya sesuai dengan usia wanita secara alami, terjadi pada wanita usia 45-55 tahun (Kumar, 2005).e) Faktor Usia

Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturannya dan tekanan darah meningkat seiring bertambahnya usia sehingga kebanyakan orang mengalami hipertensi pada usia lima puluhan dan enam puluhan (Kumar, 2005).

f) Faktor Diet ( Asupan Garam)

Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume plasma dan tekanan darah. Asupan garam kurang dari tiga gram setiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram per hari menyebabkan prevalensi hipertensi meningkat 15-20%. WHO menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari (sama dengan 2400 mg Natrium). Konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan darah. Terdapat bukti bahwa mereka yang memiliki kecenderungan menderita hipertensi secara keturunan memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk mengeluarkan garam dari tubuhnya (Adrogue, 2007).Natrium bersama klorida yang terdapat dalam garam dapur dalam jumlah normal dapat membantu tubuh mempertahankan keseimbangan cairan tubuh untuk mengatur tekanan darah. Natrium dalam jumlah yang berlebih dapat menahan air (retensi), sehingga meningkatkan volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya dan tekanan darah menjadi tinggi (Mohan, 2009).

g) Kebiasaan Merokok

Rokok mempunyai beberapa pengaruh langsung yang dapat menimbulkan hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi (Nurkhalida, 2003).h) Konsumsi Alkohol

Konsumsi lebih dari 250 ml alkohol per hari dapat meningkatkan tekanan darah, melemahkan otot jantung, serta menyebabkan kegemukan dan aterosklerosis sehingga menyebabkan timbulnya penyakit jantung yang lebih parah. Selain itu, alkohol juga menurunkan efek obat antihipertensi (Stranges, 2004).i) Aktivitas Fisik (Olahraga)

Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olahraga teratur dapat menurunkan tekanan darah. Kurangnya melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi. Meskipun tekanan darah meningkat secara tajam ketika sedang berolahraga, namun jika berolahraga secara teratur akan lebih sehat dan memiliki tekanan darah lebih rendah dari pada mereka yang tidak melakukan olahraga (Stranges, 2004).5. Manifestasi Klinis

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Sheps,2005).

Corwin (2001) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial,Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi,Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat,Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus,Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Mayo,2005).6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya dilakukan urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah ( kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, dan kolesterol HDL ), EKG dan foto thorak. Pemeriksaan tambahan lain yang dapat dilakukan adalah klirens kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH, dan ekokardiografi ( Mansjoer et al., 2001 ).

7. Penatalaksanaan

a. Medikamentosa

1) Diuretik

Diuretik menurunkan tekanan darah melalui mekanisme penurunan natrium. Natrium memiliki sifat mengikat air, sehingga ketika kadar natrium menurun maka volume cairan akan menurun. Hal tersebut akan menurunkan volume darah dan penurunan tekanan darah. Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah thiazid, furosemid dan lain-lain.

2) Vasodilator

Mekanisme kerja obat golongan ini adalah dengan menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah. Hal tersebut akan menurunkan resistensi perifer, sehingga terjadi penurunan tekanan darah. obat yang termasuk golongan ini adalah hidralazin, minoxidil, nitroprusid dan golongan calcium channel blocker seperti nifedipin dan amlodipin.

3) Beta blocker

Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor beta adrenergic. Hal tersebut akan menyebabkan penurunan denyut jantung dan kontraktilitas miokard. Contoh obatnya adalah propanolol dan atenolol.

4) Angiotensin converting enzim inhibitorACE inhibitor bekerja dengan cara menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II. Oleh karena itu akan menghambat vasokontriksi, perangsangan terhadap aldosteron dan ADH, sehingga tekanan darah akan menurun. Obat golongan ini antara lain captopril, enalapril, dan lain-lain.

5) Angiotensin reseptor blockerMekanisme kerja obat ini dengan memblok reseptor angiotensin, sehingga tidak akan terjadi pembentukan angiotensin I dan II. Hal tersebut aan menurunkan tekanan darah. contoh obat golongan ini adalah valsartan, losartan, dan lain-lain.

b. Non medikamentosa

Perawatan penderita hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga dengan memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga yang menderita hipertensi. Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada klien hipertensi guna untuk mengurangai efek buruk dari pada hipertensi. Adapun cakupan pola hidup antara lain berhenti merokok, mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet. Dan yang mencakup psikis antara lain mengurangi sres, olahraga, dan istirahat (Dunitz, 2001 ).8. Komplikasi

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2001).

Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan (Corwin, 2001).

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik (Corwin, 2001).

Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki dan jaringan lain sering disebut edma.Cairan didalam paru paru menyebabkan sesak napas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema (Dunitz, 2001).B. Kerangka Konsep

Gambar 4.2. Kerangka Konsep

C. Hipotesis

A. Terdapat hubungan antara diet asupan garam dan hipertensiB. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dan hipertensiC. Terdapat hubungan antara obesitas dan hipertensiD. Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dan hipertensi

E. Terdapat hubungan antara konsumsi alcohol dan hipertensiV. METODOLOGI PENELITIANA. Desain Penelitiaan

Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian observasional analitik dengan metode Cross Sectional. Penelitian ini akan mencari hubungan antara variabel bebas berupa faktor risiko dengan variabel tergantung yaitu efek yang berupa kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pekuncen.B. Ruang Lingkup Kerja

Posyandu lansia wilayah Pekuncen desa Candinegara, di Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas.C. Populasi Sampel

1. Populasi

a. Populasi Target

Seluruh lansia yang memiliki riwayat hipertensi di Kecamatan Pekuncen.

b. Populasi Terjangkau

Peserta posyandu lansia yang tercatat pada bulan Desember 2013 di desa Candinegara Kecamatan Pekuncen.

2. Sampel/ Responden

Sampel/responden adalah sebagian dari peserta yang mengikuti posyandu lansia dan akan dijadikan obyek penelitiaan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Besar sampel

Besar sampel diambil dengan keseluruhan jumlah peserta posyandu lansia yang tercatat pada bulan Desember 2013.

b. Metode pengambilan sampel

Metode yang dipakai dalam pengambilan sampel adalah dengan metode random samplingKriteria inklusi :

1. Berumur diatas 55 tahun.

2. Bersedia menjadi subjek penelitian dengan menandatangai lembar persetujuan menjadi subjek penelitian setelah membaca lembar informed consent.

Kriteria eksklusi :

a. Tidak Mengisi data kuesioner secara lengkap.

3. Besar Sample

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan rumus :

N = Z2 PQ

d 2

keterangan :

n : besar sampel

Z : derivat baku alfa, maka Z = 1,96

P : prevalensi = 854

= 0,013

64689

Q: 1-P = 1-0,013 = 0,987

d: 0,05

berdasarkan rumus besar sample di atas maka besar sampel untuk penelitian ini adalah 27 orang ditambah 10 % yaitu 30 orangD. Variabel Penelitian1. Variabel terikat: Kejadian Hipertensi

2. Variabel bebas:Diet asupan garam, kebiasaan merokok, obesitas, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, pekerjaanE. Definisi Operasional

Tabel 5.1. Definisi Operasional

VariabelKeteranganSkala

Kejadian HipertensiKeadaan seseorang memiliki tekanan darah sistolik >140 mmHg dan atau Diastolik >90 mmHg.

Dikategorikan menjadi

Ya : hipertensi

Tidak : hipertensiNominal

Diet garamKebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi garam > 2,4 mg.

Ya : mengkonsumsi makanan tinggi garam.

Tidak : tidak mengkonsumsi makanan tinggi garam.Nominal

Kebiasaan merokokKebiasaan mengkonsumsi rokok

Ya : konsumsi rokok lebih dari satu batang perhari

Tidak : tidak mengkonsumsi rokokNominal

Obesitas Keadaan seseorang dengan Indeks Masa Tubuh > 25

Ya : Obesitas

Tidak : Tidak Obesitas Nominal

Aktivitas fisik Melakukan olah raga teratur 3 kali seminggu selama 30 menit.

Ya : melakukan olah raga

Tidak : tidak melakukan olah ragaNominal

Konsumsi alkoholKebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol lebih dari 220 ml (gelas belimbing)Ya : mengkonsumsi alkohol

Tidak : tidak mengkonsumsi alkohol Nominal

F. Instrumen Pengambilan Data

Sumber data adalah data primer yang diperoleh dari wawancara dengan menggunakan kuesioner. Wawancara dilakukan pada saat Posyandu Lansia.

G. Rencana Analisis Data

Data dianalisis dengan metode analisis deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan persentase tentang karakteristik sampel. Analisis bivariat menggunakan metode Chi-square untuk mengetahui hubungan antar variable jika syarat terpenuhi, jika tidak maka digunakan uji Fisher.H. Waktu dan Tempat

Kegiatan dilaksanakan pada:

Tanggal: 21 Desember 2013Tempat: Posyandu lansia desa CandinegaraVI. HASIL DAN ANALISIS PENYEBAB MASALAH

A. HasilPelaksanaan penelitian dilakukan di Desa Candinegara, Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas pada tanggal 21 desember 2013. Penelitian ini dilakukan bersamaan dengan Posyandu Lansia di RW 02, Desa Candinegara dengan jumlah peserta 35 lansia. Penelitian dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner kepada lansia yang memenuhi kriteria inklusi dan dari 35 lansia hanya 30 lansia yang memenuhi kriteria inklusi dikarenakan responden tidak hadir sampai acara selesai.

1. Analisis Univariat

Pada penelitian Cross-sectional yang dilakukan pada Lansia Desa Candinegara didapatkan responden sejumlah 30 lansia. Karakteristik responden dapat dilihat dalam Tabel 6.1. Pada tabel dapat dilihat bahwa distribusi responden menurut faktor internal dari jenis kelamin didapatkan 19 lansia (63,3 %) berjenis kelamin perempuan, sedangkan laki laki berjumlah 11 lansia (36,7 %).

Faktor eksternal pada tabel dapat diketahui bahwa responden yang obesitas berjumlah 8 lansia (26,7%), mengkonsumsi makanan asin berjumlah 26 lansia (86,7%), dan yang tidak melakukan olah raga secara teratur berjumlah 23 lansia (76,7%). Responden yang memiliki kebiasaan merokok berjumlah 11 lansia (36,7%), dan kebiasaan konsumsi alkohol berjumlah 0 lansia (0%).

Dari seluruh responden, responden yang memiliki teanan darah tinggi atau hipertensi berjumlah 21 lansia (70%) sedangkan 9 lansia lain tidak (30%).

Tabel 6.1. Karakteristik Responden

NoVariabelFrekuensi

(Orang)Presentase

(%)

1Jenis KelaminPerempuan1963,3

Laki - Laki1136,7

2ObesitasObesitas826,7

Non Obesitas2273,3

3Diet Ya2686,7

Tidak413,3

4Aktivitas fisikYa2376,7

Tidak723,3

5Konsumsi AlkoholYa00

Tidak30100

6HipertensiYa2170

Tidak 930

Total32100

Sumber: Data primer, 2013

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan antara diet dengan kejadian hipertensi

Tabel 6.2 Hasil uji chi square antara faktor risiko Diet tinggi garam dengan Hipertensi

DietHipertensiTotalX2p

Ya

N (%)Tidak

N (%)

Ya215260,1920,001

Tidak044

Jumlah21930

Tabel diatas menunjukan hasil uji chi square antara diet dengan kejadian hipertensi. Berdasarkan uji chi square menunjukkan hasil yang signifikan ditunjukkan dengan nilai p 0,001 atau p 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa kebiasaan merokok tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian hipertensi.

c. Hubungan antara Obesitas dengan kejadian Hipertensi

Tabel 6.4 Hasil uji chi square antara faktor risiko Obesitas dengan Hipertensi

ObesitasHipertensiJumlahX2p

Ya

N (%)Tidak

N (%)

Obesitas7184,0000,207

Non Obesitas14822

Jumlah21930

Tabel diatas menunjukan hasil uji chi square antara obesitas dengan kejadian hipertensi. Berdasarkan uji chi square menunjukkan hasil yang tidak signifikan ditunjukkan dengan nilai p 0,1,591 atau p >0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa obesitas tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian hipertensi.

d. Hubungan antara Akitvitas fisik dengan kejadian hipertensi

Tabel 6.5 Hasil uji chi square antara faktor risiko Aktivitas Fisik dengan Hipertensi

Aktivitas FisikHipertensiJumlahX2Nilai p

Ya

N (%)Tidak

N (%)

Ya2032340,0000,000

Tidak 167

Jumlah21930

Berdasarkan uji chi square variabel aktivitas fisik dan dengan terjadinya hipertensi menunjukkan hasil yang signifikan ditunjukkan dengan nilai p 0,000 atau p 6 kali

3. Apakah anda ditensi secara rutin? Jika ya biasanya kapan anda di tensi?

a. 1 minggu sekalib. 2 minggu sekalic. 1 bulan sekali

4. Berapa tensi terakhir anda?

..........................................................................................................................................

5. Apakah anda pernah diberitahukan dokter/mantri/perawat bahwa anda menderita hipertensi?

a. Pernah

b. Tidak pernah

6. Apakah dikeluarga anda ada yang menderita hipertesi (nenek, kakek, ibu, bapak, saudara?

a. Ada

b. Tidak Ada

A. Merokok

1. Apakah anda saat ini seorang perokok?

a. Ya

b. Tidak

2. Jika Ya, berapa batang rokok perhari yang anda konsumsi?

a. Lebih dari 20 batang/hari

b. 10-20 batang/hari

c. Kurang dari 10 batang per hari

3. Sudah berapa lama Anda merokok (hari/bulan/tahun)?

Jika Tidak, Apakah anda merokok pada masa lalu?

a. Ya

b. Tidak

4. Kapan anda berhenti merokok (hari/bulan/tahun)?

B. Alkohol

1. Apakah Anda mengkonsumsi alkohol secara rutin?

a. Ya

b. Tidak

2. Jika tidak apakah dalam satu tahun terakhir ini, anda pernah mengkonsumsi minuman beralkohol?

a. Ya

b. Tidak

3. Seberapa sering anda mengkonsumsi alkohol?

a. Sering, setiap hari sampai dengan 3 kali seminggu mengkonsumsi

b. Kadang, < 1 kali seminggu mengkonsumsinya

4. Jenis alkohol yang anda minum? .......................................

5. Seberapa banyak Anda mengkonsumsi alkohol?

a. < 3 gelas belimbing (@200 cc)

b. > 3 gelas belimbing

C. Aktivitas fisik

1. Apakah anda seorang atlet/olahragawan?

a. Ya ...................... (sebutkan pada bidang olahraga apa)

b. Tidak

2. Apakah anda suka berolahraga?

a. Ya

b. Tidak

3. Seberapa sering anda berolahraga?

a. Kurang dari seminggu 3 kali

b. Minimal 3 kali dalam seminggu

4. Durasi anda berolahraga?

a. Kurang dari 30 menit

b. Minimal 30 menit

D. Konsumsi garam

1. Apakah Anda mengkonsumsi garam dalam masakan Anda?

a. Ya

b. Tidak

2. Seberapa sering anda mengkonsumsi garam dalam makanan anda?

a. Setiap hari s/d 3 x seminggu menkonsumsinya.

b. 1-2 x seminggu mengkonsuminya

c. Belum tentu seminggu sekali mengkonsumsi

d. Formulir Food Recall 24 Jam

e. Nama sampel:

No.:

f. Hari/tanggal:

Waktu MakanJenis Bahan MakananJumlah

URTGram

Pagi (sarapan)

Jam :

Siang

Jam :

Malam

Jam

g. URT = Ukuran Rumat Tangga, misalnya piring, sendok, gelas.

Lampiran Tabel statistik

Descriptives

StatisticStd. Error

umurMean1,70,128

95% Confidence Interval for MeanLower Bound1,44

Upper Bound1,96

5% Trimmed Mean1,67

Median2,00

Variance,493

Std. Deviation,702

Minimum1

Maximum3

Range2

Interquartile Range1

Skewness,499,427

Kurtosis-,781,833

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a)Shapiro-Wilk

StatisticdfSig.StatisticdfSig.

umur,27430,000,78130,000

a Lilliefors Significance Correction

jenis kelamin

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidPerempuan1963,363,363,3

Laki-laki1136,736,7100,0

Total30100,0100,0

umur

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid55-641343,343,343,3

65-741343,343,386,7

>75413,313,3100,0

Total30100,0100,0

Pekerjaan

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidIRT2376,776,776,7

Petani723,323,3100,0

Total30100,0100,0

Pendidikan

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidSD2790,090,090,0

SMP310,010,0100,0

Total30100,0100,0

IMT * Hipertensi Crosstabulation

HipertensiTotal

HipertensiNormalHipertensi

IMTobesitasCount718

% within IMT87,5%12,5%100,0%

normalCount14822

% within IMT63,6%36,4%100,0%

TotalCount21930

% within IMT70,0%30,0%100,0%

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square1,591(b)1,207

Continuity Correction(a),6571,417

Likelihood Ratio1,7821,182

Fisher's Exact Test ,374,214

Linear-by-Linear Association1,5381,215

N of Valid Cases30

a Computed only for a 2x2 table

b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,40.

Risk Estimate

Value95% Confidence Interval

LowerUpperLower

Odds Ratio for IMT (obesitas / normal)4,000,41438,649

For cohort Hipertensi = Hipertensi1,375,9122,073

For cohort Hipertensi = Normal,344,0512,333

N of Valid Cases30

Rokok * Hipertensi Crosstabulation

HipertensiTotal

HipertensiNormalHipertensi

RokokYaCount9211

% within Rokok81,8%18,2%100,0%

TidakCount12719

% within Rokok63,2%36,8%100,0%

TotalCount21930

% within Rokok70,0%30,0%100,0%

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square1,155(b)1,282

Continuity Correction(a),4371,508

Likelihood Ratio1,2131,271

Fisher's Exact Test ,419,258

Linear-by-Linear Association1,1171,291

N of Valid Cases30

a Computed only for a 2x2 table

b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,30.

Risk Estimate

Value95% Confidence Interval

LowerUpperLower

Odds Ratio for Rokok (Ya / Tidak)2,625,43715,777

For cohort Hipertensi = Hipertensi1,295,8322,016

For cohort Hipertensi = Normal,494,1241,971

N of Valid Cases30

Aktivitas fisik * Hipertensi Crosstabulation

HipertensiTotal

HipertensiNormalHipertensi

Aktivitas fisiktidakCount20323

% within Aktivitas fisik87,0%13,0%100,0%

YaCount167

% within Aktivitas fisik14,3%85,7%100,0%

TotalCount21930

% within Aktivitas fisik70,0%30,0%100,0%

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square13,496(b)1,000

Continuity Correction(a)10,2571,001

Likelihood Ratio13,0981,000

Fisher's Exact Test ,001,001

Linear-by-Linear Association13,0461,000

N of Valid Cases30

a Computed only for a 2x2 table

b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,10.

Risk Estimate

Value95% Confidence Interval

LowerUpperLower

Odds Ratio for Aktivitas fisik (tidak / Ya)40,0003,486458,984

For cohort Hipertensi = Hipertensi6,087,98537,623

For cohort Hipertensi = Normal,152,051,456

N of Valid Cases30

Garam * Hipertensi Crosstabulation

HipertensiTotal

HipertensiNormalHipertensi

GaramYaCount21526

% within Garam80,8%19,2%100,0%

TidakCount044

% within Garam,0%100,0%100,0%

TotalCount21930

% within Garam70,0%30,0%100,0%

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square10,769(b)1,001

Continuity Correction(a)7,2661,007

Likelihood Ratio11,1951,001

Fisher's Exact Test ,005,005

Linear-by-Linear Association10,4101,001

N of Valid Cases30

a Computed only for a 2x2 table

b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,20.

Risk Estimate

Value95% Confidence Interval

LowerUpperLower

For cohort Hipertensi = Normal,192,087,423

N of Valid Cases30

Alkohol * Hipertensi Crosstabulation

Count

HipertensiTotal

HipertensiNormalHipertensi

AlkoholTidak21930

Total21930

Chi-Square Tests

Value

Pearson Chi-Square.(a)

N of Valid Cases30

a No statistics are computed because Alkohol is a constant.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for Alkohol (Tidak / .).(a)

a No statistics are computed because Alkohol is a constant.

Dokumentasi Kegiatan

Gambar 1. Pengisian Kuesioner kepada responden

Gambar 2. Skrinning kesehatan di Posyandu Lansia

Gambar 3. Responden melakukan Senam Terra

Gambar 4. Penyuluhan tentang hipertensi

Tabel 3.2. Skor Besarnya Masalah

Tabel 3.3. Skor KegawatanMasalah

Keseimbangan garam dan air

Pergeseran cairan pasif antara kompartemen vaskuler dan cairan interstisium

Vasopresin dan RAA sistem

Vasopresin dan angiotensin II

Aktivitas simpatis dan epinefrin

Volume darah

Aktivitas pernapasan

Aktivitas otot rangka

Aktivitas parasimpatis

Aktivitas simpatis dan epinefrin

Aliran balik vena

Kontrol metabolik lokal

Kontrol vaso-konstriktor lokal

Jumlah eritrosit

Kecepatan denyut jantung

Volume sekuncup

Jari-jari arteriol

Viskositas darah

Tekanan darah arteri rata-rata

Resistensi perifer total

Curah jantung

HIPERTENSI

Genetik, Usia, Jenis kelamin, Stres

Diet asupan garam, Kebiasaan merokok, obesitas, aktivitas fisik, Konsumsi alkohol

= Faktor yang diteliti

= Faktor yang tidak diteliti