Bab I, II- CHA ISPA

36
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular masih merupakan salah satu masalah di bidang kesehatan di Indonesia. Salah satu penyakit menular dengan angka prevalensi yang masih tinggi adalah ISPA. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pnemonia, terutama pada bayi dan balita (Permatasari, 2009). World Health Organization (WHO) memperkirakan insidensi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO ± 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara berkembang dan ISPA merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh ± 4 juta anak balita setiap tahun (WHO, 2007). Angka kematian bayi, balita dan anak merupakan salah satu indikator kesehatan yang sangat mendasar. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2007, menunjukkan bahwa

Transcript of Bab I, II- CHA ISPA

Page 1: Bab I, II- CHA ISPA

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit menular masih merupakan salah satu masalah di bidang

kesehatan di Indonesia. Salah satu penyakit menular dengan angka

prevalensi yang masih tinggi adalah ISPA. Infeksi saluran pernapasan akut

(ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara

berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya

angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pnemonia,

terutama pada bayi dan balita (Permatasari, 2009).

World Health Organization (WHO) memperkirakan insidensi

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan

angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO ± 13 juta anak balita di

dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat

di negara berkembang dan ISPA merupakan salah satu penyebab utama

kematian dengan membunuh ± 4 juta anak balita setiap tahun (WHO, 2007).

Angka kematian bayi, balita dan anak merupakan salah satu

indikator kesehatan yang sangat mendasar. Berdasarkan hasil Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)  tahun 2007, menunjukkan bahwa

proporsi kematian bayi akibat ISPA di Indonesia adalah sebesar 30,8%,

artinya dari 100 bayi meninggal, 30 diantaranya meninggal karena ISPA.

ISPA masih merupakan penyebab kematian terbanyak pada balita, yakni

sebesar 22,8 % atau sebesar 4,6 kematian per 1000 balita (Nurhadiyah,

2010).

Berdasarkan hasil laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

pada tahun 2007, prevalensi ISPA sekitar 25,5% dengan prevalensi tertinggi

terjadi pada bayi dua tahun (>35%). Di Jawa Barat kejadian ISPA berada di

angka 24,73%, untuk daerah Jawa Tengah sebesar 29,08%. Angka kematian

(mortalitas) pada bayi 23,8%, dan balita 15,5%. ISPA cenderung terjadi

lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran

rumah tangga yang rendah. ISPA merupakan salah satu penyebab utama

Page 2: Bab I, II- CHA ISPA

2

kunjungan pasien di sarana kesehatan yaitu sebanyak 40% - 60% kunjungan

berobat di Puskesmas dan 15% - 30% kunjungan berobat di bagian rawat

jalan dan rawat inap rumah sakit (Depkes, 2009).

Banyak faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian ISPA pada

anak bayi dan balita yakni faktor status gizi (usia, statu gizi, berat badan

lahir, status imunisasi, pemberian ASI, dan pemberian MP-ASI), faktor

lingkungan dan sanitasi (penggunaan kayu bakar, penggunaan obat nyamuk

bakar, kebiasaan merokok, luas bangunan rumah dan kepadatan hunian

rumah, serta keadaan jendela dan ventilasi) (Depkes, 2002; Wiwoho, 2005),

dan faktor pengetahuan ibu tentang ISPA. Risiko akan berlipat ganda pada

anak usia dibawah dua tahun yang daya tahan tubuhnya masih belum

sempurna. ISPA pada anak dibawah dua tahun harus diwaspadai oleh orang

tua, karena dapat menyebabkan kematian (Yulia, 2010).

Data Puskesmas Desa Banjaranyar Pekuncen menunjukkan bahwa

ISPA merupakan penyakit yang menempati peringkat pertama dari enam

belas pola penyakit di wilayah kerja Puskesmas Pekuncen. Pada tahun 2013

bulan Januari hingga April tercatat sebanyak 837 balita menderita Infeksi

Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Berdasarkan analisis pelaporan kasus

dapat diketahui bahwa kejadian ISPA pada balita tahun 2013 bulan Januari-

Maret, terbanyak terjadi pada bulan Februari sebesar 339. Tingginya

prevelalensi kejadian ISPA pada balita pada akibat dari beberapa faktor

risiko membuat penyusun tertarik untuk melakukan analisis kesehatan

komunitas dengan cara mengidentifikasi faktro risiko yang memperngaruhi

kejadian ISPA pada balita di Desa Banjaranyar Kecamatan Pekuncen,

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mengetahui faktor-faktor risiko penyebab terjadinya ISPA pada

balita di wilayah kerja Puskesmas Pekuncen, khususnya di Desa

Banjaranyar, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas.

Page 3: Bab I, II- CHA ISPA

3

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui angka kejadian ISPA di Desa Banjaranyar Kecamatan

Pekuncen.

b. Mengetahui hubungan pencemaran udara dalam rumah, ventilasi

rumah, status gizi, kepadatan hunian rumah, imunisasi, vitamin A,

umur anak, pemberian MP-ASI, berat badan lahir, status gizi, dan

perilaku keluarga angka kejadian ISPA di Desa Banjaranyar

Kecamatan Pekuncen.

C. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Menambah ilmu dan wawasan pengetahuan di bidang kesehatan

dalam mencegah penyakit ISPA yang sering muncul di masyarakat.

2. Manfaat Praktis

Sebagai sumber informasi untuk melakukan tindakan promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif dalam upaya menurunkan angka

kejadian penyakit ISPA di Desa Banjaranyar Kecamatan Pekuncen.

3. Manfaat bagi Masyarakat

Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai penyakit ISPA

dan cara untuk mencegah penyakit tersebut.

Page 4: Bab I, II- CHA ISPA

4

II. ANALISIS SITUASI

A. Deskripsi Situasi dan Kondisi Puskesmas dan Wilayah Kerjanya

1. Keadaan Geografi Kecamatan Pekuncen

Kecamatan Pekuncen merupakan salah satu wilayah bagian

kabupaten Banyumas yang berbatasan langsung dengan wilayah

kabupaten lain yaitu Kabupaten Brebes. Kecamatan Pekuncen memiliki

luas wilayah kurang lebih 92.70 Km2 dan terdiri dari 16 desa yaitu: Desa

Pekuncen, Desa Kranggan, Desa Karangkemiri, Desa Banjaranyar, Desa

Cikawung, Desa Krajan, Desa Glempang, Desa Pasiraman Lor, Desa

Pasiraman Kidul, Desa Karangklesem, Desa Candinegara, Desa

Cikembulan, Desa Cibangkong, Desa Semedo dan Desa Petahunan. Desa

Krajan merupakan desa dengan wilayah terluas di Kecamatan Pekuncen,

yaitu sekitar 24,61 Km2. Sedangkan Desa Pasiraman Kidul merupakan

desa yang mempunyai wilayah paling sempit yaitu sekitar 0,79 Km2.

Luas penggunaan lahan di Kecamatan Pekuncen dapat dirinci

sebagai berikut:

a. Tanah sawah : 1.858,29 Ha

b. Tanah pekarangan : 919,74 Ha

c. Tanah hutan : 38.434,7 Ha

d. Tanah Perkebunan : 1.743,7 Ha

e. Lain-lain : 224,8 Ha

Secara geografis, Kecamatan Pekuncen memiliki batas wilayah

sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Paguyangan Kabupaten

Brebes

b. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cilongok Kabupaten

Banyumas

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ajibarang Kabupaten

Banyumas

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gumelar Kabupaten

Banyumas

Page 5: Bab I, II- CHA ISPA

5

Gambar 2.1. Peta Kecamatan Pekuncen

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Pekuncen

2. Keadaan Demografi Kecamatan Pekuncen

a. Pertumbuhan penduduk

Berdasarkan data statistik Kecamatan Pekuncen, hasil

Registrasi Penduduk pada tahun 2012 jumlah penduduk Kecamatan

Pekuncen adalah 65.339 jiwa, yang terdiri dari 32.540 jiwa laki-laki

(49,76%) dan 32.859 jiwa perempuan (50,24%). Terdiri dari 17.212

rumah tangga/KK dengan rata-rata jiwa/rumah tangga adalah 3

orang.

Jumlah penduduk Kecamatan Pekuncen tahun 2012 yang

tertinggi/terbanyak adalah di desa Pekuncen yaitu sebanyak 6.647

jiwa dan paling sedikit adalah Desa Pasiraman Kidul sebanyak 1.605

jiwa. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2011 ,

terjadi kenaikan sebesar1,09 %pada tahun 2012.

b. Kepadatan penduduk

Kepadatan penduduk Kecamatan Pekuncen Tahun 2012

sebesar 705 jiwa/km2, dengan tingkat kepadatan tertinggi yaitu di

desa Cikembulan sebesar 2.459 jiwa/km2, sedangkan tingkat

kepadatan terendah yaitu di desa Krajan sebesar 186 jiwa/km2.

Krajan

Tumiyang

Semedo

Pekuncen

Glempang

Cibangkong

Karang Kemiri

Petahunan

Pasiraman Lor

Karang KlesemBanjar Anyar

Kranggan

Cirawung CikembulanCandi Nggara

Pasiraman Kidul CilongokPekuncen

Gumelar

Ajibarang

Bataskec

Pekuncen.shpBanjar AnyarCandi NggaraCibangkongCikembulanCirawungGlempangKarang KemiriKarang KlesemKrajanKrangganPasiraman KidulPasiraman LorPekuncenPetahunanSemedoTumiyang

SungaiSungai.shp

BataskecBatas KabupatenBatas Kecamatan

Jalan1Jalan KAJalan KA LamaJalan LokalJalan Propinsi

N

EW

S

Pekuncen

Page 6: Bab I, II- CHA ISPA

6

c. Jumlah penduduk menurut golongan umur

Berdasarkan data statistik kecamatan, dapat diketahui bahwa

proporsi penduduk menurut umur di Kecamatan Pekuncen adalah

kelompok umur terbesar pada umur 15-44 tahun yaitu sebanyak

27.659 jiwa, sedangkan kelompok umur terkecil yaitu pada

kelompok umur >65 tahun sebanyak 5.051 jiwa.

d. Keadaan Sosial Ekonomi

1) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Pekuncen

pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1. Tingkat Pendidikan Masyarakat Kecamatan Pekuncen

No. Jenis PendidikanJenis Kelamin

JumlahLaki-laki Perempuan

1.

2.

3

4.

5

6

Tidak/ Belum pernah sekolah

Tidak/ Belum tamat SD

SD

SLTP

SLTA

Perguruan Tinggi

1.463

6.846

15.526

3.683

2.741

482

1.349

6.318

14.917

3.538

2.636

321

2.812

13.164

30.422

7.221

5.377

803

Sumber: Data Sekunder Puskesmas Pekuncen, 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat

pendidikan penduduk sebagian besar adalah tamat SD sebesar 30.422

orang atau 50,89% dari jumlah penduduk berusia 10 tahun keatas.

Sedangkan jumlah tingkat pendidikan terkecil yaitu Perguruan tinggi

sebanyak 803 orang atau 1,34 % dari jumlah penduduk berusia 10

tahun keatas.

Angka melek huruf di Kecamatan Pekuncen juga sudah cukup

tinggi, hal ini dapat dilihat dari penduduk usia 10 tahun ke atas yang

melek huruf di kecamatan Pekuncen yaitu sebesar 84,2 %.

2) Jenis Pekerjaan

Berdasarkan data statistik Kecamatan Pekuncen, dapat

diketahui bahwa sebagian besar penduduk memiliki mata

Page 7: Bab I, II- CHA ISPA

7

pencaharian pada sektor informal yaitu sebesar 50,33 % dari jumlah

penduduk, sedangkan yang memiliki mata pencaharian pada sektor

formal sebesar 1,89 % dari total penduduk. Secara spesifik, mata

pencaharian sebagian besar penduduk Kecamatan Pekuncen adalah

sebagai buruh tani yaitu sebanyak 11.890 orang atau sebesar 18,50%

dari jumlah penduduk. Sedangkan jumlah terkecil adalah penduduk

yang bekerja pada BUMN/BUMD yaitu sebanyak 18 orang atau

sebesar 0,03 % dari total penduduk.

B. Capaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat

Gambaran situasi derajat kesehatan suatu daerah dapat diketahui dari

indikator kesehatan seperti angka kesakitan/morbiditasnya, angka

kematian/mortalitas penduduk, dan status gizi masyarakat.

1. Angka Kesakitan (Morbiditas)

a. Penyakit Diare

Kejadian atau kasus penyakit diare di wilayah Puskesmas

Pekuncen, berdasarkan data dari programer P2 Diare Puskesmas

Pekuncen adalah sebanyak 1.041 kasus atau sebesar 16,09 per 1000

penduduk. Berdasarkan analisis pelaporan kasus dapat diketahui

bahwa kejadian diare tahun 2012, terbanyak terjadi pada bulan

Januari dan Juli.

b. Penyakit Malaria

Kasus penyakit Malaria Klinis tahun 2012 sebanyak 0 kasus

atau sebesar 0,00 per 1.000 penduduk. Kasus Malaria di Puskesmas

Pekuncen biasanya merupakan kasus import dari luar jawa. Meski

demikian ini perlu diwaspadai oleh petugas kesehatan dan

masyarakat terutama untuk Desa Tumiyang, Cikembulan, Semedo,

Petahunan dan Cibangkong..

C. TB Paru

Jumlah kasus TB Paru Positif pada tahun 2012 sebanyak 37

kasus atau CDR (Case Detection Rate) BTA positif sebesar 21,77

per 100.000 penduduk. Pada tahun 2012 jumlah pasien TB Paru

Page 8: Bab I, II- CHA ISPA

8

yang diobati sebanyak 15 kasus dan yang sembuh sebanyak 5 atau

33,33 % sembuh, dengan pengobatan lengkap sebanyak 18 atau

sebesar 120%.

D. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Jumlah kasus DBD di Kecamatan Pekuncen tahun 2012

sebanyak 8 kasus atau sebesar 12,23 per 100.000 penduduk. Dari

semua kasus DBD yang ada tersebut, semuanya (100%) mendapat

penanganan dan tidak terdapat kematian akibat DBD.

e. HIV

Jumlah kasus HIV-AIDS di kecamatan Pekuncen pata tahun

2012 adalah 0 kasus.Kasus HIV-AIDS merupakan fenomena gunung

es sehingga kemungkinan adanya kasus HIV-AIDS yang tidak

terdeteksi atau tidak terdata.

f. Acute Flaccid Paralysis (AFP)

Jumlah penemuan kasus AFP di kecamatan Pekuncen pada

tahun 2012 sebanyak 0 kasus. Standar penemuan kasus polio adalah

2 per 100.000 penduduk usia kurang dari 15 tahun.

g. Pneumonia pada Balita

Jumlah kasus pneumonia pada balita ditemukan/ditangani di

kecamatan Pekuncen adalah sebanyak 27 kasus dari jumlah

perkiraan penemuan kasus pneumonia balita sebanyak 518 atau

hanya sebesar 5,2 %.

2. Angka Kematian (Mortalitas)

Derajat kesehatan suatu masyarakat dapat dilihat dari kejadian

kematian dalam masyarakat.Disamping itu angka kematian juga

dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan

pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.

Berikut ini akan diuraikan perkembangan tingkat kematian pada

periode tahun 2012 yaitu sebagai berikut:

Page 9: Bab I, II- CHA ISPA

9

a. Angka Kematian Bayi

Berdasarkan lampiran Profil Kesehatan Puskesmas

Pekuncen dapat diketahui bahwa, pada tahun 2012 terdapat 1.125

kelahiran hidup dimana jumlah lahir mati sebanyak 8 bayi,

jumlah bayi mati sebanyak 10 bayi. Angka kematian bayi (AKB)

di kecamatan Pekuncen pada tahun 2012 adalah sebesar 8,9 per

1000 kelahiran hidup.

b. Angka Kematian Ibu

Berdasarkan hasil laporan dari petugas KIA Puskesmas

Pekuncen diketahui bahwa jumlah kematian ibu hamil di

kecamatan Pekuncen sebanyak 0 orang, jumlah kematian ibu

bersalin sebanyak 0 orang, dan jumlah kematian ibu nifas

sebanyak 0 orang. Sehingga Angka Kematian Ibu (AKI) di

Kecamatan Pekuncen sebesar 0 per 100.000 kelahiran hidup.

E. Angka kematian balita

Berdasarkan lampiran Profil Kesehatan Puskesmas

Pekuncen maka dapat diketahui bahwa jumlah kematian Balita

sebanyak 11 balita.

F. Angka Kecelakaan

Kejadian kecelakaan lalu lintas di Kecamatan Pekuncen

pada tahun 2012 sebanyak 85 kejadian, dengan korban mati

sebanyak 1 orang, luka berat sebanyak 36 orang, dan luka ringan

sebanyak 48 orang. Dengan demikian rasio kejadian kecelakaan

per 100.000 penduduk adalah sebesar 129,97%.

3. Status Gizi Masyarakat

Tujuan umum upaya perbaikan gizi puskesmas adalah

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan setiap keluarga

di wilayah Puskesmas untuk mencapai Keluarga Sadar Gizi agar

terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Sedangkan

tujuan khususnya adalah:

Page 10: Bab I, II- CHA ISPA

10

a. Meningkatkan cakupan dan kualitas pemberdayaan Keluarga menuju

Keluarga Sadar Gizi.

b. Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan gizi (Pelayanan gizi

masyarakat dan pelayanan gizi perorangan)..

Berdasarkan pemantauan status gizi Balita pada tahun 2012dengan

jumlah balita yang ditimbang 4.222 ditemukan

a. Balita dengan Gizi Lebih sebanyak 61 anak (1,44%)

b. Balita dengan Gizi Baik sebanyak 4.151 anak (98,32%)

c. Balita dengan Gizi Kurang sebanyak 16 anak (0,38%)

d. Balita dengan Gizi Buruk sebanyak 0 anak (0 %)

Jumlah balita Gizi Kurang sebanyak 16 anak dan dari jumlah

tersebut semuanya mendapat perawatan.SPM untuk balita gizi buruk

mendapatkan perawatan adalah sebesar 100%.Sehingga cakupan gizi

kurang mendapat perawatan di Kecamatan Pekuncen dibanding dengan

SPM sudah memenuhi target.

Disamping itu berdasarkan laporan petugas gizi puskesmas,

Kecamatan Pekuncen termasuk kecamatan yang bebas rawan gizi.

4. Upaya Kesehatan

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan

kabupaten/ kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas sebagai pusat

pembangunan kesehatan memegang peranan yang penting karena fungsi

dari puskesmas adalah mengembangkan dan membina kesehatan

masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan

terdekat dengan masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok yang

menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.

Kegiatan pokok Puskesmas biasa dikenal dengan istilah basic six

atau enam program pokok puskesmas yang meliputi: Pencegahan dan

Pembrantasan Penyakit Menular, KIA-KB, Gizi Masyarakat, Kesehatan

Lingkungan, Promosi Kesehatan (Promkes), dan Pelayanan Kesehatan

Dasar. Tiap program tersebut dilaksanakan melalui suatu rangkaian yang

Page 11: Bab I, II- CHA ISPA

11

sistematis, meliputi perencanaan (P1), penggerakan dan pelaksanaan (P2),

pengawasan, pengendalian dan penilaian (P3).

a. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

1. Pencegahan dan Pemberantasan TB Paru

Berdasarkan data dari programer TB Paru Puskesmas

dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 kasus TB Paru sebanyak

10 kasus, diobati 10 kasus dan yang sembuh sebanyak 10 kasus

atau 100%. Sedangkan pada tahun 2012 terdapat 15 kasus baru

BTA positif, dari perkiraan kasus baru sebanyak 69 kasus.

Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk kesembuhan

penderita TBC BTA positif adalah > 85%.Sehingga jika

dibandingkan dengan SPM maka kesembuhan penderita TBC

BTA positif sudah memenuhi target.

2. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD

Pada tahun 2012 berdasarkan data petugas P2 DBD

Puskesmas Pekuncen diketahui bahwa kasus penyakit DBD

sebanyak 8 kasus, dan jumlah tersebut semuanya telah mendapat

pelayanan/ ditangani (100%).

Upaya pemberantasan demam berdarah terdiri dari 3 hal

yaitu: Peningkatan kegiatan surveilance penyakit dan vektor;

Diagnosis dini dan pengobatan dini; serta Peningkatan upaya

pemberantasan vektor penular DBD/PSN. Selain PSN dengan

3M, salah satu wujud kegiatan PSN yang juga dilakukan di

kecamatan Pekuncen adalah dengan kegiatan Pemeriksaan

Jentik Berkala (PJB) yang dilakukan oleh kader kesehatan..

3. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA dan Pneumonia

Pada tahun 2012 berdasarkan data petugas P2 ISPA

Puskesmas Pekuncen, dapat diketahui bahwa kasus pneumonia

balita sebanyak 27 kasus, yang ditangani sebanyak 27 kasus

(100%). Perkiraan kasus pneumonia balita adalah sebanyak 518

kasus, sehingga pneumonia balita yang ditemukan/ ditangani

belum memenuhi target. Sedangkan jika dibandingkan dengan

Page 12: Bab I, II- CHA ISPA

12

SPM untuk balita dengan pneumonia yang ditangani sebesar

100% maka Puskesmas Pekuncen sudah memenuhi standar

SPM.

4. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Kusta

Berdasarkan data petugas P2 Kusta Puskesmas Pekuncen,

pada tahun 2012 terdapat 2 penderita Kusta tipe MB (Kusta

Basah) dan tidak ada penderita Kusta tipe PB (Kusta Kering).

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit kusta dilakukan

dengan melakukan penemuan dini kasus kusta dan pengawasan

terhadap penderita, keluarga penderita dan orang-orang yang

melakukan kontak dengan penderita.

5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV-AIDS dan Infeksi

Menular Seksual (IMS)

Berdasarakan data Puskesmas, jumlah kasus penyakit

HIV-AIDS dan IMS pada tahun 2012 sebanyak 0 kasus.Angka

ini bisa merupakan keadaan sebenarnya dan bisa juga bukan.Hal

ini karena kasus penyakit HIV-AIDS dan IMS merupakan

fenomena gunung es, sehingga bisa saja di kecamatan Pekuncen

ada penderita HIV-AIDS dan IMS tapi tidak terdata karena

penderita sulit terdeteksi.

b. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar

1) Pendataan Rumah Sehat

Salah satu usaha guna pembinaan kesehatan lingkungan

adalah dengan dilakukannya pendataan rumah sehat.

Berdasarkan hasil pendataan yang telah dilakukan dapat

diketahui bahwa dari jumlah rumah sebanyak 17.551 rumah

dengan jumlah rumah yang diperiksa sebanyak 640 rumah atau

3,6%. Didapatkan bahwa sebanyak 430 rumah atau sebesar 67,2

% termasuk dalam rumah sehat.

Page 13: Bab I, II- CHA ISPA

13

2) Akses Rumah Tangga Terhadap Air Bersih

Akses rumah tangga terhadap air bersih dapat dilihat dalam

tabel 64 lampiran profil kesehatan puskesmas pekuncen. Dari

20.710 kepala keluarga (KK) yang ada dengan jumlah KK yang

diperiksa sebanyak 754 KK atau sebesar 3,6 %, didapatkan bahwa

sebanyak 58 KK atau 7,7 % mengunakan ledeng sebagai sumber

air bersihnya, sebanyak 0 KK atau 0 % menggunakan SPT sebagai

sumber air bersihnya, sebanyak 263 KK atau 34,9% menggunakan

SGL sebagai sumber air bersihnya, sebanyak 396 KK atau 52,5 %

menggunakan Mata air sebagai sumber air bersihnya dan sebanyak

37 KK atau 4,9 % menggunakan sumber air lainya sebagai sumber

air.

3) Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar

a) Persediaan Air Bersih

Dari jumlah kepala keluarga sebanyak 20.710 KK dengan

jumlah KK yang diperiksa sebanyak 754 KK didapatkan bahwa

sebanyak 847 KK atau 112,3 % memiliki persediaan air bersih

dan 754 KK atau 100 % persediaan air bersihnya sehat.

b) Kepemilikan Jamban

Dari jumlah kepala keluarga sebanyak 20.710 KK dengan

jumlah KK yang diperiksa sebanyak 754 KK didapatkan bahwa

sebanyak 535 KK atau 71,0 % memiliki jamban dan dari

jumlah tersebut, jumlah jamban yang sehat sebanyak 405 atau

75,7 %.

c) Kepemilikan Tempat Sampah

Dari jumlah kepala keluarga sebanyak 20.710 KK dengan

jumlah KK yang diperiksa sebanyak 754 KK didapatkan bahwa

sebanyak 609 KK atau 80,8% memiliki tempat sampah dan

Page 14: Bab I, II- CHA ISPA

14

jumlah tempat sampah yang sehat sebanyak 112 atau sebesar

18,4%.

4) Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat

Berdasarkan data petugas sanitarian Puskesmas Pekuncen, dapat

diketahui bahwa terdapat 4 restauran dan Jumlah yang diperiksa ada

3 dg hasil pemeriksaan terdapat 2 restauran atau 66,67 %

sehat.Sedangkan dari jumlah pasar yang ada yaitu sebanyak 1 pasar

dan setelah dilakukan pemeriksaan diketahui bahwa pasar tersebut

tidak memenuhi syarat sehat.

Hasil pendataan pada TUPM lainya didapatkan hasil bahwa jumlah

TUPM lainnya (selain hotel, pasar dan restauran) yaitu sebanyak

1.725, dari jumlah tersebut yang diperiksa sebanyak 11 TUPM dan

yang berkategori sehat sebanyak 11 TUPM atau 100%. Sedangkan

jumlah keseluruhan TUPM yang ada di wilyah Kecamatan

Pekuncen adalah sebanyak 1.730 TUPM dan yang diperiksa

sebanyak 15 TUPM dan yang termasuk dalam kategori sehat

sebanyak 13 TUPM atau sebesar 86,67%.

5) Pembinaan Kesehatan Lingkungan bagi Institusi

Jumlah sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Pekuncen

adalah sebanyak 23 buah, yang terdiri dari Puskesmas, Puskesmas

Pembantu (Pustu), PKD, Balai Pengobatan/Klinik Swasta.

Sedangkan jumlah sarana pendidikan yang ada adalah sebanyak 91

buah, tempat ibadah sebanyak 384 buah, perkantoran sebanyak 30

buah, instalasi pengelolaan air minum sebanyak 4 buah dan sarana

lain sebanyak 8 buah. Sehingga jumlah keseluruhan dari institusi

yang ada di wilayah Kecamatan Pekuncen adalah sebanyak 540

buah dengan jumlah intitusi dibina kesehatan lingkungannya

adalah sebanyak 96 buah atau 17,8% dibina.

Page 15: Bab I, II- CHA ISPA

15

c. Perbaikan Gizi Masyarakat

1) Cakupan Bayi dan Balita Mendapat Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan laporan dari petugas gizi puskesmas Pekuncen

tahun 2011, dapat diketahui bahwa jumlah bayi umur 6-11 bulan

sebanyak 600 orang dan seluruhnya telah mendapat vit A 1x atau

100%. Balita umur 12 – 59 bulan sebanyak 4.854 orang dan 3.767

balita atau (77,60%) telah mendapat vit A 2x.

2) Cakupan Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe

Berdasarkan laporan petugas gizi Puskesmas Pekuncen

diketahui bahwa jumlah ibu hamil di wilayah Puskesmas Pekuncen

pada tahun 2011 adalah sebanyak 1.057 orang. Dari jumlah tersebut

yang sudah mendapat tablet Fe1 sebanyak 932 orang atau sebesar

88,17%, dan yang sudah mendapat tablet Fe3 sebanyak 945 orang

atau sebesar 89,40%. Sedangkan jumlah ibu nifas adalah sebanyak

989 orang dengan 868 orang atau 87,76% diantaranya telah

mendapat vit A.

d. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) – KB

1) Cakupan Kunjungan Neonatus, Bayi Dan Bayi BBLR yang

Ditangani

Berdasarkan data koordinator KIA Puskesmas Pekuncen

diketahui bahwa cakupan kunjungan neonatus KN1 adalah

sebanyak 1.076 orang atau 100%, adapun cakupan kunjungan KN

Lengkap adalah sebanyak 1.076 atau sebesar 100%. Jumlah bayi

lahir hidup sebanyak 1.076 orang dengan jumlah bayi dengan Berat

Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 16 orang atau sebesar 1,50%.

Dari sejumlah 16 bayi dengan BBLR tersebut, semuanya atau 100%

telah mendapat penanganan..

2) Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1, K4), Persalinan Ditolong

Tenaga Kesehatan, Dan Pelayanan Ibu Nifas

Page 16: Bab I, II- CHA ISPA

16

Jumlah ibu hamil di wilayah Puskesmas Pekuncen pada tahun

2011 tercatat sebanyak 1.057 orang. Dari jumlah tersebut yang

melakukan pemeriksaan kesehatan ke petugas kesehatan untuk

kunjungan pertama (K1) sebanyak 100%, sedangkan yang

melakukan kunjungan ke empat (K4) sebanyak 987 orang atau

93,4%. Jumlah ibu bersalin sebanyak 997 orang, dan ibu bersalin

yang ditolong tenaga kesehatan sebanyak 967 atau sebesar

97%.Sedangkan jumlah ibu nifas sebanyak 1.024 orang dan yang

mendapat palayanan nifas sebanyak 1.024 orang atau 100%.

3) Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita, Pemeriksaan

Kesehatan Siswa SD/SMP/SMU

Pada tahun 2011, di Kecamatan Pekuncen terdapat balita (Pra

sekolah) sebanyak 4.861 orang, dan yang dideteksi sebanyak 3.506

orang atau sebesar 72,13%. Sedangkan jumlah anak usia SD

sebanyak 7.286 orang dengan jumlah diperiksa sebanyak 1.312

orang atau sebesar 16,68%.

4) Jumlah PUS, Peserta KB, Peserta KB Baru, Dan KB Aktif

Berdasarkan data koordinator KB Puskesmas Pekuncen,

diketahui bahwa jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah

Puskesmas Pekuncen sebanyak 14.012 orang. Dari jumlah PUS

yang ada tersebut jumlah peserta KB baru sebanyak 2.562 orang

atau 18,3%. Sedangkan jumlah peserta KB aktif sebanyak 10.470

orang atau 74,7%.

5) Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi

Jumlah seluruh peserta KB aktif di kecamatan Pekuncen pada

tahun 2011 sebanyak 10.470 orang. Dari jumlah tersebut yang

menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) jenis

IUD sebanyak 1.018 orang, MOP/MOW sebanyak 456 orang dan

implant sebanyak 1.395 orang. Sedangkan yang mengunakan Non

Page 17: Bab I, II- CHA ISPA

17

MKJP jenis suntik sebanyak 5,855 orang, jenis PIL sebanyak 1.554

orang, dan kondom sebanyak 192 orang. Dari data tersebut dapat

diketaui bahwa kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah

jenis suntik yaitu sebesar 55,9%, sedangkan yang paling sedikit

digunakan adalah kontrasepsi jenis kondom yaitu sebesar 1,82%.

6) Pelayanan KB Baru

Jumlah seluruh peserta KB baru baik untuk yang MKJP

ataupun yang Non MKJP adalah sebanyak 2.562 orang. Jumlah

untuk Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) IUD sebanyak

173 orang 6,8%, MOP/MOW sebanyak 29 sebesar 1,1%, KB

implant sebanyak 391 orang atau sebesar 15,37%.

Sedangkan untuk jumlah peserta KB baru Non MKJP suntik

sebanyak 389 orang atau sebesar 15,2%, PIL sebanyak 1.141 orang

sebesar 44,5%, dan kondom sebanyak 388 orang atau

sebesar115,1%.

7) Cakupan Desa/Kelurahan UCI

Pada tahun 2011, berdasarkan data petugas koordinator

imunisasi Puskesmas Pekuncen diketahui bahwa seluruh desa di

wilayah Puskesmas Pekuncen sudah UCI 100%.Hal ini bisa

dikatakan sangat baik dan sistem yang ada telah berjalan dengan

baik pula.

8) Cakupan imunisasi bayi

Berdasarkan data petugas koordinator imunisasi Puskesmas

Pekuncen diketahui bahwa jumlah bayi di Kecamatan Pekuncen

pada tahun 2011 sebanyak 600 bayi. Sedangkan cakupan

imunisasinya untuk tiap jenis imunisasi adalah sebagai berikut: bayi

mendapat imunisasi BCG sebanyak 1.057 atau sebesar 176%, bayi

mendapat imunisasi DPT1+HB1 sebanyak 1.041 atau sebesar

173,5%, bayi mendapat imunisasi DPT3+HB3 sebanyak 1.063 atau

Page 18: Bab I, II- CHA ISPA

18

177.2%, bayi mendapat imunisasi polio 3 sebanyak 1.045 atau

sebesar 174,167%, bayi mendapat imunisasi campak sebanyak

1.037 atau 172,8% . Sedangkan angka Drop Out (DO) sebesar

0,4%.

9) WUS dengan imunisasai TT

Data jumlah wanita usia subur (WUS) di wilayah Puskesmas

Pekuncen pada tahun 2011 sebanyak 1.057 orang, dari jumlah

tersebut yang telah mendapatkan imunisasi TT1 sebanyak 0 orang

atau sebesar 0%, imunisasi TT2 sebanyak 0 orang atau sebesar 0%,

imunisasi TT3 sebanyak 97 orang atau sebesar 9,2%, Sedangkan

yang telah mendapat imunisasi TT4 sebanyak 366 orang atau

sebesar 34,6%, dan TT5 sebanyak 207 orang atau sebesar 19,6%.

10) Akses Ketersediaan Darah untuk Bumil dan Neonatus yang Dirujuk

Pada tahun 2011, jumlah ibu hamil yang memerlukan darah

sebanyak 0 orang.Sedangkan jumlah ibu hamil dan neonatus yang

memerlukan 0 orang.

11) Bumil dan Neonatal Risti

Data petugas KIA Puskesmas Pekuncen menunjukan bahwa jumlah

ibu hamil sebanyak 1.057 orang, dan dari jumlah tersebut ibu hamil

dengan resiko tinggi/komplikasi sebanyak 211 orang dengan jumlah

bumil risti ditangani sebanyak 287orang. Jumlah neonatal sebanyak

1.076, dengan jumlah perkiraan neonatal risti/komplikasi sebanyak

161 orang dan ditangani sebanyak 42 orang atau sebesar

26%.Rendahnya neonatal risti yang ditangani diakibatkan jumlah

neonatal risti yang bisa ditangani di PKD tidak terlaporkan.

e. Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan

Kesehatan Nasional. Hal ini dapat dilihat bahwa Promosi kesehatan

merupakan salah satu pilar dalam pembangunan kesehatan melalui

Page 19: Bab I, II- CHA ISPA

19

peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi-

tingginya melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia

yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku hidup

bersih dan sehat serta dalam lingkungan yang sehat, memiliki

kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu

secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Guna mewujudkan visi tersebut, program-program yang

dilakukan oleh Puskesmas Pekuncen khususnya dalam bidang Promosi

Kesehatan adalah melalui kegiatan-kegiatan berikut::

1) Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan bisa dilakukan secara langsung

maupun tidak langsung.Penyuluhan tidak langsung bisa berupa

pembagian leafleat, poster, pemutaran film maupun melalui media-

media lainnya. Berdasarkan tabel 54 lampiran Profil Kesehatan

Puskesmas Pekuncen tahun 2011, diketahui bahwa jumlah kegiatan

penyuluhan kesehatan kelompok (secara langsung) yang dilakukan

sebanyak 4.818 dan yang jumlah kegiatan penyuluhan massa adalah

18. Adapun materi atau topik penyuluhan adalah mengenai

masalah-masalah kesehatan seperti PHBS, KIA, Kesehatan

Lingkungan, Gizi, NAPZA dan Penyakit Menular.

2) Stratifikasi PHBS Tatanan Rumah Tangga

Berdasarkan hasil pendataan dengan menggunakan kuesioner

PHBS tatanan rumah tangga, dengan jumlah sampel sebanyak

17.068 KK, dan pada tahun ini semua desa yang di data, dengan

cakupan pendataan sebesar 5.670 atau 33,2% dari seluruh jumlah

yang dipantau. Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk rumah

tangga sehat (Starata Utama dan Paripurna) sebesar 65%. Sehingga

Page 20: Bab I, II- CHA ISPA

20

berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa pencapaian PHBS

tatanan rumah tangga di wilayah Puskesmas Pekuncen sudah

memenuhi SPM yaitu 4.855 atau 85,6%

3) Posyandu

Program promosi kesehatan juga melakukan upaya-upaya

guna mengembangkan pemberdayaan masyarakat dalam bidang

kesehatan.Salah satu bentuknya adalah pembinaan Posyandu.Guna

meningkatkan kualitas Posyandu, salah satunya adalah dengan

dilakukan stratifikasi Posyandu.Jumlah posyandu di wilayah

puskesmas Pekuncen sebanyak 134 Posyandu.

Hasil stratifikasi posyandu tahun 2011, didapatkan hasil sebagai

berikut:

a. Posyandu dengan strata Pratama sebanyak 7 posyandu atau

sebesar 5,22%.

b. Posyandu dengan strata Madya sebanyak 55 posyandu atau

sebesar 41,04%.

c. Posyandu dengan strata Purnama sebanyak 49 posyandu atau

sebesar 36,57%.

d. Posyandu dengan strata Mandiri sebanyak 23 posyandu atau

sebesar 17,16%.

Standar Pelayanan Minimal 2011 untuk prosentase posyandu dengan

strata purnama adalah sebesar 40% dan strata mandiri sebesar >2%.

Sehingga pencapaian strata Posyandu purnama belum mencapai

target dan posyandu mandiri di Kecamatan Pekuncen sudah

mencapai target. Sedangkan tingkat partsipasi masyarakat di

posyandu (D/S) adalah sebesar 74,04%, tingkat keberhasilan

program posyandu (N/D) sebesar 70,01%. D/S belum mencapai

target SPM yaitu 80% disebabkan kesadaran masyarakat yang

kurang dan menganggap di posyandu hanya ditimbang saja. Untuk

Page 21: Bab I, II- CHA ISPA

21

N/D juga belum mencapai target SPM yaitu 80% karena usia diatas

1-5 tahun kebanyakan mengalami kesulitan dalam hal makan.

f. Pelayanan Kesehatan Dasar

Salah satu upaya kesehatan wajib yang ditetapkan berdasarkan

komitmen nasional,regional dan global serta yg mempunyai daya ungkit

tinggi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyrakat.Upaya ini harus

diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di Indonesia.

Salah satu upaya kesehatan wajib adalah upaya kesehatan dasar,

upaya-upaya kesehatan dasar yang dilakukan oleh Puskesmas Pekuncen

diantaranya adalah:

1) Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir

2) Pelayanan Kesehatan Bayi dan Anak Pra Sekolah

3) Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja

4) Pelayanan Kesehatan Usia Subur

5) Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut

6) Pelayanan Imunisasi

7) Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat

8) Pelayanan Pengobatan / Perawatan

2. Kefarmasian

Gambaran stok obat, pemakaian rata-rata obat per bulan, dan

tingkat kecukupan obat di puskesmas pekuncen berdasarkan data dari

petugas obat dapat diketahui bahwa secara umum tingkat kecukupan

obat di puskesmas pekuncen sudah cukup terpenuhi.

5. Deskripsi Situasi dan Kondisi Desa Banjaranyar

1. Keadaan geografi

Desa banjaranyar adalah desa yang memiliki luas 306.511 hektar yang

terbagi atas 7 RW dan 25 RT. Sebelah utara desa Banjaranyar berbatasan

dengan Karangkemiri, sebelah selatan berbatasan dengan desa cikawung,

Page 22: Bab I, II- CHA ISPA

22

dan sebeah barat berbatasan dengan desa semedo sedangkan sebeah timur

berbatasan dengan desa pasiraman.

2. Keadaan demografi

a. Jumlah Penduduk

Hasil registrasi penduduk pada akhir tahun 2011 jumlah penduduk

Desa Bnjaranyar adalah 5005 jiwa terdiri dari 2510 jiwa laki-laki dan

2495 jiwa perempuan tergabung dalam 1512 rumah tangga/KK.

b. Keadaan Sosial Ekonomi

1) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Banjaranyar dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Banjaranyar

No. Jenis Pendidikan Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

SD

SLTP

SLTA

D1

D2

D3

S1

S2

Tidak lulus SD

1051

1374

764

26

7

6

31

5

1741

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat

pendidikan penduduk sebagian besar adalah tamat SD sebesar 1741

orang.

Page 23: Bab I, II- CHA ISPA

23

2) Jenis Pekerjaan

Berdasarkan data statistik Desa Banjaranyar, dapat diketahui

bahwa sebagian besar penduduk memiliki mata pencaharian yaitu

buruh petani sebesar 890 orang dari jumlah penduduk yang

memiliki pekerjaan, diikuti oleh buruh 479 orang, swasta 225,

orang, PNS 53 orang, pensiunan 44 orang, POLRI 5 orang dan TNI

1 orang.