cha dani

20
LAPORAN AKHIR COMMUNITY HEALTH ANALYSIS HUBUNGAN PERILAKU PERAWATAN GIGI DENGAN KEJADIAN CARIES GIGI PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I WANGON Disusun Oleh Galuh Ajeng P G4A014036 Danny Amanati A G4A014037 KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT JURUSAN KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN

description

cha

Transcript of cha dani

LAPORAN AKHIRCOMMUNITY HEALTH ANALYSIS

HUBUNGAN PERILAKU PERAWATAN GIGI DENGAN KEJADIAN CARIES GIGI PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I WANGON

Disusun OlehGaluh Ajeng P G4A014036Danny Amanati A G4A014037

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS ILMU KESEHATAN MASYARAKATJURUSAN KEDOKTERANFAKULTAS KEDOKTERAN

2015

LEMBAR PENGESAHANCOMMUNITY HEALTH ANALYSIS

HUBUNGAN PERILAKU PERAWATAN GIGI DENGAN KEJADIAN CARIES GIGI PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I WANGON

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dariKepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas /Ilmu Kesehatan Masyarakat Jurusan KedokteranFakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Disusun Oleh:Galuh Ajeng P G4A014036Danny Amanati A G4A014037

Telah dipresentasikan dan disetujuiTanggal .

Preseptor LapanganTanda tangan dan stempel institusi

dr. Tulus Budi Purwanto NIP. 19820327.200903.1.006

Preseptor FakultasTanda Tangan

dr. Nendyah Roestijawati, MKKNIP. 19701110.200801.2.026

\I. PENDAHULUAN

A. Latar BelakangPenyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang termasuk dalam sepuluh besar penyakit terbanyak yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Oleh karena itu, kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat Indonesia perlu diperhatikan (Mikail, B., Candra, A., 2011). Kebersihan gigi dan mulut merupakan hal yang sangat penting dalam mencegah dari terjadinya penyakit-penyakit rongga mulut. Jika ditinjau dari segi fungsinya, gigi dan mulut mempunyai peran yang besar dalam mempersiapkan makanan sebelum melalui proses pencernaan yang selanjutnya. Oleh karena gigi dan mulut merupakan salah satu kesatuan dari anggota tubuh yang lain, kerusakan pada gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara langsung atau tidak langsung. Selain itu, kebersihan gigi dan mulut juga berperan penting dalam menentukan gambaran dan penampilan diri seseorang tersebut, sekaligus berkaitan dengan kepercayaan atau keyakinan terhadap dirinya (Pratiwi, 2007).Menurut World Health Organization (WHO), penyakit rongga mulut yang sering dihadapi oleh anak umumnya merupakan penyakit gigi berlubang (dental cavity) atau karies gigi, 60-90% anak anak sekolah di seluruh dunia mengalami karies gigi walaupun angkanya berbeda setiap kawasan geografi yang berbeda (WHO, 2010). Hasil penelitian Siagian and Barus (2008) menemukan bahwa 95% anak sekolah dasar mempunyai kesehatan gigi dan mulut yang buruk sehingga menderita karies gigi.Karies gigi dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dan merupakan penyakit gigi yang paling banyak diderita oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Dilihat dari kelompok umur, golongan umur muda lebih banyak menderita karies gigi dibanding umur 45 tahun keatas. Umur 10-24 tahun karies giginya adalah 66,8-69,5% umur 45 tahun keatas 53,3% dan umur 65 tahun keatas sebesar 43,8% (Depkes, 2000).Prevalensi kejadian karies pada penduduk Indonesia pada tahun 1995 sebesar 63% meningkat pada tahun 2011 menjadi 90% (Dirjen Pelayanan Medik Direktorat Kesehatan Gigi, 2011). Prevalensi karies di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 mencapai 90,05%. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 memperlihatkan, terdapat 72,1% masyarakat Indonesia memiliki masalah gigi berlubang dan 46,5% di antaranya adalah karies aktif yang belum dirawat. Depkes RI (2006) menunjukkan prevalensi karies gigi di Indonesia sekitar 90% dari 238 juta penduduk Indonesia dan jumlah anak-anak usia 15 tahun ke bawah yang menderita karies gigi mencapai 76,5%. Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus karena pada usia ini anak sedang menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya akan berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa nanti. (Wahyuningrum, 2002).Notoatmodjo (2004), menjelaskan penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Perkara ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan anak-anak tentang perawatan gigi dan mulut yang sebenarnya.Kejadian karies gigi yang menjalani perawatan di Puskesmas I Wangon pada Tahun 2014 berjumlah 51 pasien. Namun jumlah tersebut bukan merupakan jumlah kejadian yang sesungguhnya, karena masih ada penderita karies gigi yang berobat ke pelayanan dokter gigi pribadi maupun yang tidak pernah memeriksakan gigi ke Puskesmas dan data tersebut tidak terpantau oleh Puskesmas.

B. Tujuan1) Tujuan UmumMelakukan analisis kesehatan komunitas (Community Health Analysis) di wilayah kerja Puskesmas I Wangon Kabupaten Banyumas2) Tujuan Khususa. Mengetahui angka kejadian karies gigi pada anak di wilayah kerja Puskesmas I Wangon b. Mengetahui faktor resiko karies gigi yang ada di wilayah kerja Puskesmas I Wangonc. Mencari alternatif pemecahan masalah karies gigi pada anak di wilayah kerja Puskesmas I Wangond. Melakukan intervensi terhadap penyebab karies gigi pada anak untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas I Wangon.C. Manfaat1. Manfaat TeoritisMenjadi dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang permasalahan kesehatan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas I Wangon 2. Manfaat Praktisa. Bagi mahasiswaMenjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas I Wangonb. Bagi masyarakatMemberikan informasi kesehatan (promotif, preventif, dan rehabilitatif) kepada masyarakat yang terpilih untuk penelitian khususnya berkaitan dengan karies gigi pada anak.c. Bagi instansi terkaitMembantu program enam dasar pelayanan kesehatan puskesmas berkaitan dengan promosi kesehatan terutama masalah karies gigi pada anak sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan menentukan kebijakan yang harus diambil untuk menyelesaikan masalah.d. Bagi Fakultas Kedokteran UNSOEDUntuk menambah bahan referensi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya.

II. ANALISIS SITUASI

A. Gambaran UmumPuskesmas I Wangon merupakan salah satu bagian dari wilayah kabupaten Banyumas, dengan luas wilayah kerja kurang lebih 40 km2. Wilayah kerja Puskesmas I Wangon terdiri atas 7 desa, dengan desa yang memliki wilayah paling luas adalah Randegan dengan luas 10,4 km2, dan yang tersempit adalah Banteran dengan luas 2,5 km2.Batas Wilayah Puskesmas I Wangon :a. Utara: Wilayah Puskesmas II Wangonb. Selatan: Wilayah Kabupaten Cilacapc. Timur: Wilayah Puskesmas Jatilawangd. Barat: Wilayah Puskesmas LumbirLuas lapangan lahan di wilayah Puskesmas I Wangon dirinci sebagai berikut :a. Tanah Sawah: 8.625,00 Hab. Tanah Pekarangan: 57,16 Hac. Tanah Tegalan: 1.889,79 Ha d. Tanah Hutan Negara: 209,00 Hae. Tanah Perkebunan Rakyat: 85,00 Haf. Lain-lain: 241,00 HaB. Keadaan Demografi1. Pertumbuhan PendudukBerdasarkan data dari kecamatan dan desa, untuk wilayah Puskesmas I Wangon jumlah penduduk sampai dengan akhir tahun 2011 adalah 55.232 jiwa yang terdiri dari 26.769 jiwa laki-laki dan 28.463 jiwa perempuan dan 16.508 KK. Jumlah penduduk terbanyak adalah Desa Klapagading Kulon sebanyak 11.153 jiwa, sedangkan yang terendah adalah Desa Banteran dengan 4.275 jiwa.2. Kepadatan PendudukPenduduk di wilayah puskesmas I Wangon penyebarannya tidak merata terbukti dengan adanya jumlah penduduk yang tinggi dan rendah. Kepadatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas I Wangon adalah 1.398 jiwa /km2, dengan desa terpadat adalah Klapagading Kulondengan kepadatan 3.014 jiwa/km2 sedangkan desa dengan kepadatan penduduk terendah adalah Randegan dengan 682 jiwa/km2.C. Situasi Derajat Kesehatan1. MortalitasGambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian di masyarakat. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survey dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit yang terjadi pada periode tahun 2014 akan diuraikan di bawah ini.a. Angka Kematian BayiTahun 2014 terdapat 11 kasus kematian bayi dari 1034 kelahiran hidup. Jika dikonversi maka AKB di Puskesmas I Wangon adalah 10,5 per 1000 kelahiran hidup. Dibanding tahun sebelumnya jumlah kematian bayi tahun ini menurun., di mana tahun 2013 terdapat 20 kasus kematian bayi dari 1036 kelahiran hidup (AKB 19,3 per 1000 kelahiran hidup). Jika dibandingkan dengan Indikator Indonesia Sehat 2010, AKB di puskesmas I Wangon masih lebih rendah, begitu juga dibandingkan cakupan MDGs ke-4 tahun 2015 (IIS = 40 per 1000 kelahiran hidup, MDGs 2015 = 17 per 1000 kelahiran hidup). Penurunan kasus kematian bayi di wilayah kerja Puskesmas I Wangon akan terus diupayakan dengan meningkatkan upaya promotif preventif baik program KIA, gizi, imunisasi maupun promkes.b. Angka Kematian IbuSebagai Puskesmas PONED, Puskesmas I Wangon berusaha menekan angka kematian ibu serendah mungkin. Tahun 2014 terdapat 1 kasus kematian ibu. Menurut data pelacakan dari RS yang merawat, penyebab kematian karena penyakit jantung yang diderita (infark miokard akut).c. Angka Kematian BalitaJumlah balita di wilayah kerja Puskesmas I Wangon sebanyak 5521 balita, di mana terdapat 8 kasus kematian balita. Dibandingkan tahun sebelumnya terdapat kenaikan kejadian kematian balita.d. Angka KecelakaanSelama tahun 2014 di wilayah kerja Puskesmas I Wangon terjadi sebanyak 589 kejadian kecelakaan. Dari peristiwa itu korban yang meninggal dunia sebanyak 4 orang, sementara korban luka berat sebanyak 160 orang dan luka ringan sebanyak 618 orang.2. Morbiditasa. Penyakit MalariaSelama tahun 2014 di Puskesmas 1 Wangon tidak dijumpai kasus malaria, hal ini sama dengan tahun lalu juga tidak terdapat kasus malaria.b. TB ParuJumlah kasus TB paru klinis tahun 2014 di Puskesmas 1 Wangon sebanyak 81 kasus, sebanyak 26 kasus baru BTA (+), sementara pada tahun sebelumnya didapatkan 33 kasus TB paru positif atau ditemukan penurunan sebanyak 7 kasus TB paru (+). Jumlah ini tidak mencerminkan keadaan sesungguhnya, karena masih ada penderita TB yang berobat ke praktek pribadi dokter dan tidak terpantau oleh puskesmas.c. HIVSelama tahun 2014 tidak didapatkan kasus HIV/AIDS di wilayah Puskesmas 1 Wangon.d. AFP/ Acute Flaccid Paralysis Selama tahun 2014 tidak didapatkan kasus AFP di wilayah Puskesmas 1 Wangon.e. Demam Berdarah DengueSelama tahun 2014 didapatkan 11 kasus DBD di wilayah Puskesmas 1 Wangon. Dari jumlah kasus itu tidak ada penderita yang meninggal, semua dapat ditangani dengan baik di Puskesmas maupun dirujuk ke Rumah Sakit terdekat. Masyarakat kecamatan Wangon turut berperan aktif dalam program kegiatan PSN untuk mncegah terjadinya DBD.f. DiareSelama tahun 2014 terdapat 923 kasus Diare, dengan angka kejadian tertinggi pada warga Wangon sebanyak 200 kasus. Tidak dijumpai penderita yang meninggal akibat diare.g. Pneumonia BalitaSelama tahun 2014 di Puskesmas I Wangon ditemukan sebanyak 21 kasus pneumonia dari perkiraan sebanyak 552 kasus (3,8%).D. Status GiziTotal jumlah balita sebanyak 4.288 anak, dirinci sebagai berikut :1. Balita yang ditimbang: 3.445 anak2. Berat Badan Naik: 2.463 anak3. Bawah Garis Merah: 12 anak4. Gizi Buruk: 1 anak, yaitu di RawahengSeluruh daerah bebas rawan gizi di kecamatan Wangon.1. ASI ekslusifDari total jumlah bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas I Wangon sebanyak 402 anak, yang mendapat ASI eksklusif 6 bulan sebanyak 257 anak atau sekitar 63,9%. Meskipun meningkat, edukasi kepada warga masyarakat tentang ASI eksklusif tentang pentingnya ASI ekslusif akan terus kami galakkan.

III. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN PRIORITAS MASALAH

A. Daftar Permasalahan KesehatanMasalah adalah kesenjangan antara realitas (kenyataan) dengan keinginan (target, standar). Masalah dapat diidentifikasi dengan melihat kriteria sebagai berikut:1. Berdampak pada banyak orang 2. Ada konsekuensi serius 3. Adanya kesenjangan yang nyata 4. Menunjukan trend yang meningkat 5. Bisa diselesaikan (ada intervensi yang terbukti efektif).Kegiatan Kepanitraan Ilmu Kesehatan (IKM) di wilayah kerja Puskesmas I Wangon mengidentifikasi permasalahan dilihat dari angka kesakitan penyakit di wilayah kerja Puskesmas I Wangon. Angka kesakitan tersebut diambil dari besar penyakit di Puskesmas I Wangon.

Tabel 3.1. Permasalahan Kesehatan Gigi Puskesmas I Wangon 2014No.Nama PenyakitJumlah

1.Caries Dentis51

2.Kelainan pulpa & periapikal38

3.Kelainan gusi & periodintis1004

4.Persistensi814

5.Abses 349

Sumber: Data Sekunder Puskesmas I Wangon 2014

B. Penentuan Prioritas Masalah (Berdasarkan Metode Tertentu)Penentuan prioritas masalah yang dilakukan di Puskesmas I Wangon dengan menggunakan metode Hanlon, di mana prioritas masalah didasarkan pada empat kriteria yaitu:Komponen A : besarnya masalah1. Besarnya masalah didasarkan pada ukuran besarnya populasi yang mengalami masalah tersebut.2. Bisa diartikan sebagai angka kejadian penyakit.3. Angka kejadian terbesar diberikan skor lebih besar. Komponen B : keseriusan masalah1. Urgensi : apakah masalah tersebut menuntut penyelesaian segera dan menjadi perhatian publik.2. Keparahan (severity): memberikan mortalitas atau fatalitas yang tinggi.3. Ekonomi (cost) : besarnya dampak ekonomi kepada masyarakat. Masing- masing aspek diberikan nilai skor. Aspek paling penting diberikan aspek yang paling tinggi kemudian dirata- rata.Komponen C : ketersediaan solusi1. Ketersediaan solusi yang efektif menyelesaikan masalah.2. Semakin tersedia solusi efektif diberikan skor yang semakin tinggi. Komponen D : kriteria PEARLBerupa jawaban ya dan tidak, ya diberikan skor 1, tidak diberikan skor 01. P : Propiety : kesesuaian program dengan masalah 2. E : Economic : apakah secara ekonomi bermanfaat 3. A : Acceptability : apakah bisa diterima masyarakat 4. R : Resources : adakah sumber daya untuk menyelesaikan masalah 5. L: Legality : tidak bertentangan dengan aturan hukum yang ada

Penentuan prioritas masalah di Puskesmas I Wangon sebagai berikut :Kriteria A (besarnya masalah).Untuk menentukan besarnya masalah kesehatan diukur dari banyaknya penderita :1. 25 % atau lebih = 102. 10% - 24,9% = 83. 1% - 9,9 % = 64. 0,1% - 0,9% = 45. 0,01% 0,09% = 26. Kurang dari 0,01% = 0

Tabel 3.2 Nilai Kriteria A metode Hanlon Masalah kesehatanBesarnya masalah dari data sekunder Puskesmas I Wangon (%)

0,01%

0,01%-0,09%

0,1%- 0,9%1%- 9,9 % 10%- 24,9%25% atau lebihNILAI

Caries DentisX6

Kelainan pulpa & periapikalX6

Kelainan gusi & periodintisX10

PersistensiX10

Abses X8

Kriteria B (kegawatan masalah)Keparahan (paling cepat mengakibatkan kematian)a. Tidak parah : 1b. Kurang parah : 2c. Cukup parah: 3d. Parah: 4e. Sangat parah : 5Urgensi (harus segera ditangani, apabila tidak ditangani dapat menyebabkan kematian)a. Tidak urgen: 1b. Kurang urgen: 2c. Cukup urgen: 3d. Urgen: 4e. Sangat urgen: 5Biaya (biaya penanggulangan)a. Sangat murah: 1b. Murah: 2c. Cukup mahal: 3d. Mahal: 4e. Sangat mahal: 5

Tabel 3.3 Nilai Kriteria B metode HanlonMasalahKeparahanUrgensiBiayaNilai

Caries Dentis2226

Kelainan pulpa & periapikal2226

Kelainan gusi & periodintis2237

Persistensi1124

Abses 3339

Kriteria C (ketersediaan solusi)Ketersediaan solusi dilihat dari apakah sumber daya yang ada mampu digunakan untuk menyelesaikan masalah. Kriteria pemberian skor sebagai berikut :1. Sangat efektif: 102. Relatif efektif: 83. Efektif: 64. Moderate efektif: 45. Relative inefektif : 26. Inefektif : 0Penentuan nilai C dilakukan dengan pemberian skor dari empat orang kemudian diambil rata- ratanya.

Tabel 3.4 Nilai Kriteria C metode Hanlon Masalah KesehatanC

Caries Dentis6

Kelainan pulpa & periapikal4

Kelainan gusi & periodintis4

Persistensi4

Abses 2

Kriteria D (PEARL faktor)Propriety: Kesesuaian (1/0)Economic: Ekonomi murah (1/0)Acceptability: Dapat diterima (1/0)Resources availability: Tersedianya sumber daya (1/0)Legality: Legalitas terjamin (1/0)Tabel 3.5 Nilai Kriteria D metode HanlonMasalahPEARLHasil Perkalian

Caries Dentis111111

Kelainan pulpa & periapikal11111

Kelainan gusi & periodintis111110

Persistensi11111

Abses 111110

Penetapan prioritas masalah dilakukan setelah komponen A, B, C, D diketahui dengan perhitungan sebagai berikut :Nilai prioritas dasar (NPD) = (A+B) x CNilai prioritas total (NPT) = (A+B) x C x DMasalahABCDNPDNPTUrutan prioritas

PEARL

Caries Dentis6661111172721

Kelainan pulpa & periapikal6641111148484

Kelainan gusi & periodintis10741111168682

Persistensi10441111156563

Abses 8921111134345

Dari perhitungan diatas didapatkan prioritas masalah sebagai berikut :1. Caries dentis2. Kelainan gusi dan perdontitis3. Persistensi4. Kelainan pulpa dan periapikal5. Abses