CHA Email Baru

59
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang bersifat asimtomatis sehingga banyak penderita yang tidak waspada terhadap perjalanan lanjut hipertensi. Penderita hipertensi banyak yang tidak menyadari gejala hipertensi, sehingga baru disadari setelah terjadi gangguan organ seperti penyakit jantung, saraf, ginjal, dan pembuluh darah dengan fatalitas tinggi seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan gagal ginjal kronik. Saat ini hipertensi disebut sebagai the silent killer. Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia dan 3 juta di antaranya meninggal. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat (Rahajeng, 2009). Data penelitian Kementerian Kesehatan RI menunjukkan prevalensi hipertensi cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Prevalensi Hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi. Hipertensi ini dapat menimbulkan banyak masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi merupakan salah satu faktor

Transcript of CHA Email Baru

Page 1: CHA Email Baru

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit yang bersifat asimtomatis sehingga

banyak penderita yang tidak waspada terhadap perjalanan lanjut hipertensi.

Penderita hipertensi banyak yang tidak menyadari gejala hipertensi, sehingga

baru disadari setelah terjadi gangguan organ seperti penyakit jantung, saraf,

ginjal, dan pembuluh darah dengan fatalitas tinggi seperti stroke, penyakit

jantung koroner, gagal jantung, dan gagal ginjal kronik. Saat ini hipertensi

disebut sebagai the silent killer. Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang

dewasa menderita hipertensi. Menurut WHO dan the International Society of

Hypertension (ISH), terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia

dan 3 juta di antaranya meninggal. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut

tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat (Rahajeng, 2009). Data

penelitian Kementerian Kesehatan RI menunjukkan prevalensi hipertensi

cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Prevalensi Hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup

tinggi. Hipertensi ini dapat menimbulkan banyak masalah kesehatan

masyarakat. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling

berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah.

(Depkes, 2012)

Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau

peningkatan resistensi perifer. Hipertensi dapat disebabkan oleh faktor

genetik, obesitas, usia, serta jenis kelamin. Gaya hidup seperti kebiasaan

merokok, konsumsi alkohol, konsumsi garam berlebih, dan kurangnya

aktivitas fisik juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya hipertensi.

Hipertensi merupakan penyebab utama stroke, penyakit jantung

koroner, gagal jantung, dan gagal ginjal kronik yang dapat dikendalikan

dengan manajemen gaya hidup yang tepat sehingga intervensi pada tingkat

promotif dan preventif harus dilakukan sedini mungkin. Tingginya prevalensi

hipertensi dan urgensi intervensi penyakit tersebut pada tingkat promotif dan

preventif membuat penyusun tertarik untuk melakukan analisis kesehatan

Page 2: CHA Email Baru

komunitas (Community Health Analysis) dengan cara mengidentifikasi faktor

yang mempengaruhi kejadian hipertensi di desa Tinggarjaya kecamatan

Jatilawang.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Melakukan analisis kesehatan komunitas (Community Health Analysis) di

wilayah kerja Puskesmas Jatilawang.

2. Tujuan khusus

a. Manganalisis permasalahan Hipertensi yang terjadi di desa

Tinggarjaya.

b. Melakukan skrining hipertensi terhadap penduduk di wilayah kerja

puskesmas Jatilawang.

c. Mengetahui faktor risiko yang dimiliki lansia terhadap Hipertensi yang

paling dominan.

d. Melakukan intervensi terhadap permasalahan Hipertensi untuk di Desa

Tinggarjaya Kecamatan Jatilawang.

C. Manfaat

1. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi pada warga masyarakat di wilayah Puskesmas

Jatilawang khususnya tentang Hipertensi beserta pencegahannya.

b. Membantu Puskesmas dalam menjalankan salah satu dari enam

program pokok yang ada ke masyarakat.

2. Manfaat Teoritis

Menjadi dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang

permasalahan kesehatan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas

Jatilawang.

Page 3: CHA Email Baru

II. ANALISIS SITUASI

A. Gambaran Umum

1. Keadaan Geografis

Kecamatan Jatilawang merupakan salah satu bagian dari wilayah

kabupaten Banyumas dengan luas wilayah kurang lebih 43,23 km2 dan

berada pada ketinggian 18–21 m dari permukaan laut dengan curah hujan

2.272 mm/tahun. Kecamatan ini memiliki batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Purwojati

b. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Wangon

c. Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Cilacap

d. Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Rawalo

Kecamatan Jatilawang terdiri dari 11 desa, 46 dukuh, 56 RW dan 323

RT. Desa dengan wilayah terluas adalah desa Tunjung yaitu 8,32 km2 dan

desa yang memiliki wilayah tersempit adalah Margasana dengan luas 1,82

km2. Bila dilihat dari jaraknya maka desa Gunungwetan adalah desa terjauh

dengan jarak 5 km dari pusat kota Jatilawang dan desa Tunjung merupakan

desa terdekat dengan jarak 0,15 km.

2. Keadaan Demografi

Total jumlah penduduk di kecamatan Jatilawang pada tahun 2011

adalah 57.286 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 28.461 jiwa (49,66%) dan

perempuan 28.938 jiwa (50,34%) dengan jumlah kepala keluarga 17.437

KK dan sex ratio sebesar 1080,99. Jumlah penduduk terbanyak berada di

desa Tinggarjaya yaitu sebesar 9.294 jiwa atau sebesar 16,17% dari

keseluruhan jumlah penduduk Kecamatan Jatilawang, sedangkan desa

Margasana merupakan desa dengan jumlah penduduk paling sedikit yaitu

2.100 (3,82%).

Jumlah penduduk menurut golongan umur di Kecamatan Jatilawang

dibagi menjadi 16 kelompok umur dengan variasi yang tidak begitu besar.

Penduduk terbanyak ada di kelompok umur 10-14 tahun yaitu sebesar 5.851

jiwa (10,18%) dan sebagian besar penduduk berada pada usia produktif, hal

ini merupakan aset sumber daya manusia yang besar.

Page 4: CHA Email Baru

Tabel 1.1. Jumlah penduduk menurut golongan umur

Kelompok Umur (tahun)

Laki-laki Perempuan Jumlah

0 – 4 2.897 2.771 5.6505 – 9 2.913 2.815 5.72810 – 14 3.002 2.849 5.85115 – 19 2.736 2.369 5.10520 – 24 1.943 1.921 3.86425 – 29 1.922 2.213 4.13530 – 34 1.993 2.320 4.31335 – 39 1.994 2.335 4.32940 – 44 1.999 2.095 4.09045 – 49 1.663 1.584 3.26750 – 54 1.337 1.302 2.53955 – 59 1.052 1.127 2.17960 – 64 1.086 1.135 2.22165 – 69 821 892 1.71370 – 74 636 654 1.290>75 550 556 1.106Jumlah 28.564 28.938 57.485

Sumber: Profil Kesehatan Kecamatan Jatilawang Tahun 2011

Sebagian besar penduduk Kecamatan Jatilawang memiliki mata

pencaharian sebagai petani, baik petani sendiri maupun hanya sebagai buruh

tani, yaitu sebanyak 33.367 orang (58,04%). Mata pencaharian lainnya

adalah pengusaha, buruh industri, buruh bangunan, pedagang,

pengangkutan, PNS dan ABRI.

Penduduk Kecamatan Jatilawang paling banyak menempuh

pendidikan hanya sampai dengan tamat Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak

21.986 orang. Penduduk Kecamatan Jatilawang yang melanjutkan

pendidikan hingga tingkat SLTP berjumlah 6752 orang, SLTA berjumlah

7432 orang, dan Universitas berjumlah 605 orang. Penduduk yang tidak

atau belum tamat SD sebesar 12.635 orang. Penduduk yang tidak pernah

menjalani pendidikan berjumlah 1411 orang. Data tersebut menunjukkan

bahwa keinginan atau kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan

masih kurang.

Jumlah tenaga puskesmas Jatilawang yang ada menurut data tahun

2011 berjumlah 53 orang dengan rincian sebagai berikut:

Page 5: CHA Email Baru

Tabel 1.2. Jenis Ketenagaan di Puskesmas Jatilawang Tahun 2011

No. Jenis Tenaga

PNS PTT Honor Daerah

Honor Puskes-mas

Jumlah Keterangan

1.

2.3.

4.

5.

6.7.

8.

9.10.11.

12.13.14.

15.

Dokter UmumDokter GigiPerawat UmumPerawat Gigi

Bidan

ApotekerPelaksana GiziPelaksana KeslingAnalisPekarya Kes.Juru ImunisasiTUJuru masak Cleaning serviceSopir

2

15

1

10

11

1

---

9--

-

-

--

-

14

--

-

---

---

-

-

--

-

-

--

-

---

---

-

-

-4

-

-

--

-

---

111

1

2

19

1

24

11

1

---

1011

1

2 S1

-2 SPK, 7 AKPER

DIII

7 DI, 15 DIII, 2DIVDIIIDIII

SPPH

---

3 SI, 6 SMA, 2 SDSD

SMPSMA

Jumlah 31 1 - 7 53

Sumber: Profil Kesehatan Kecamatan Jatilawang Tahun 2011

Tabel 1.2. menunjukkan bahwa ketenagaan yang terdapat di

puksesmas Jatilawang berjumlah 53 orang yang terdiri dari dokter umum 2

orang, dokter gigi 1 orang, perawat umum 9 orang, perawat gigi 1 orang,

bidan 24 orang, apoteker 1 orang, pelaksan gizi 1 orang, pelaksana kesling 1

orang, bagian tata usaha 10 orang, juru masak 1 orang, cleaning service 1

orang, dan sopir 1 orang. Puskesmas Jatilawang tidak memiliki analis,

pekarya kesehatan, dan juru imunisasi.

Seperti halnya puskesmas lainnya, puskesmas Jatilawang juga

memiliki program kerja sebagai berikut:

a. Program Umum (Basic Six) yaitu Promosi Kesehatan, KIA/KB,

Perbaikan Gizi, Kesehatan Lingkungan, P2M, dan Pengobatan)

Page 6: CHA Email Baru

b. Program Pengembangan (meliputi konsultasi gigi, laboraturium dan

klinik sanitasi)

c. Puskesmas dengan Tempat Perawatan (Puskesmas DTP)

B. Capaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat

Permasalahan kesehatan yang ada di kecamatan Jatilawang dapat dilihat

dari terpenuhi atau tidaknya target dari setiap program yang telah disepakati

dengan mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM). Terdapat 16

masalah di puskesmas Jatilawang yang pencapaian program kesehatan belum

mencapai standar pelayanan minimal (SPM), antara lain Deteksi dini tumbuh

kembang anak balita dan pra sekolah; Pemeriksaan kesehatan siswa SLTP,

SLTA dan setingkat; Pelayanan KB; Pelayanan kesehatan jiwa; Balita

ditimbang; Ibu hamil mendapat tablet Fe; Pemberian MP-ASI pada bayi BGM;

TB paru positif; Pneumonia balita; Rumah yang memiliki SPAL; Pelyanan

higiene sanitasi ditempat umum; Ketersediaan obat; Pengadaan obat esensial;

Pelayanan penggunaan obat generik; Peserta ASKES; Peserta JAMKESMAS.

Persentase angka cakupan kesehatan deteksi dini tumbuh kembang anak

balita dan pra sekolah didapatkan sebesar 61,5% dan sangat jauh dari nilai

SPM tahun 2010, yaitu sebesar 95%. Persentase pemeriksaan kesehatan siswa

SLTP, SLTA dan setingkat sudah mencapai angka 30,7%, tetapi belum

memenuhi nilai SPM tahun 2010 sebesar 40%. Kedua kriteria tersebut

termasuk dalam program pelayananan kesehatan anak pra sekolah dan usia

sekolah yang masih belum mencapai target SPM.

Program peserta KB aktif termasuk dalam pelayanan keluarga berencana.

Akan tetapi, program peserta KB aktif di kecamatan Jatilawang masih belum

memenuhi SPM tahun 2010 sebesar 80%, yaitu hanya berkisar sebesar 77,6%.

Persentase pelayanan kesehatan jiwa sebesar 0,4% dan masih belum

memenuhi SPM 2010 15%. Program ini masih belum memenuhi target SPM

dikarenakan kemampuan penegakkan diagnosis oleh petugas kesehatan masih

kurang, lemahnya sistem pencatatan dan pelaporan, serta sebagian besar pasien

gangguan jiwa lebih memilih berobat langsung ke Rumah Sakit.

Page 7: CHA Email Baru

Persentase balita yang ditimbang sebesar 69,8% dan masih belum

memenuhi SPM 2010 80%. Persentase ibu hamil yang mendapat tablet Fe

86,04% dan masih belum memenuhi SPM 2010 90%. Pemberian MP-ASI pada

bayi BGM 56,25%. Ketiga hal tersebut termasuk dalam program pemantauan

tumbuh balita.

Kasus TB paru positif sebesar 42,5% dan masih belum memenuhi SPM

tahun 2010 sebesar 70%. Hal ini termasuk dalam program pencegahan dan

pemberantasan penyakit TB paru.Kasus pneumonia balita sebesar 19,09% dan

masih belum memenuhi SPM 2010 tahun 100%. Kasus ini termasuk dalam

program pencegahan dan pemberantasan penyakit ISPA.

Persentase rumah yang memiliki SPAL sebesar 47% dan belum

memenuhi SPM 2010 sebesar 80%.Sedangkan untuk pelayanan hygiene

sanitasi ditempat umum 60% dan belum memenuhi SPM 2010 sebesar

80%.Hal tersebut termasuk dalam program pelayanan keehatan lingkungan.

Persentase ketersediaan obat sebesar 33,33% belum memenuhi target

SPM sebesar 90%, dan untuk pengadaan obat esensial sebesar 72,67% belum

memenuhi target SPM tahun 2010 sebesar 100%. Kedua hal ini termasuk

dalam program pelayanan penyediaan obat dan perbekalan kesehatan.

Sementara program pelayanan penggunaan obat generik sebesar 73,6% belum

memenuhi target SPM tahun 2010 sebesar 100%;

Persentase peserta ASKES sebesar 8,78% belum memenuhi target SPM

2010 yaitu sebesar 80%. Sementara untuk peserta JAMKESMAS 84,03%

belum memenuhi target SPM tahun 2010 sebesar 100%. Kedua hal ini

termasuk dalam program penyelenggaraan pembiayaan untuk pelayanan

kesehatan perorangan.

Dari penyelenggaraan program puskesmas serta kesesuaian dengan SPM

tahun 2010, akan dipilih beberapa permasalahan yang dapat dijadikan

alternatifprioritas di Puskesmas Jatilawang dengan alasan karena masih

terdapat kesenjangan antara data primer dengan target SPM Puskesmas tahun

2010.

Page 8: CHA Email Baru

III. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN PRIORITAS MASALAH

A. Daftar Permasalahan Kesehatan

Masalah merupakan sesuatu yang terjadi karena adanya kesenjangan

antara harapan dan kenyataan. Suatu permasalahan diidentifikasi dengan

memperhatikan target pencapaian dengan keadaan yang terjadi di lapangan saat

ini. Terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi untuk memutuskan adanya

masalah, yaitu:

1. Adanya kesenjangan

2. Adanya rasa tidak puas

3. Adanya rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) di Puskesmas

Jatilawang mengidentifikasi permasalahan dari segi angka morbiditas penyakit

di wilayah kerja Puskesmas Jatilawang.

Angka morbiditas dilihat dari besar penyakit pada Instalasi Rawat Jalan

(IRJ) Puskesmas Jatilawang.

Tabel 3.1. 10 Besar Penyakit pada IRJ Puskesmas Jatilawang Oktober

2012

No. Penyakit Jumlah Presentase1 ISPA 213 0,37%2 Myalgia 67 0,12%3 Dispepsia 44 0,08%4 Observasi Febris 36 0,06%5 Faringitis Akut 29 0,05%6 Dermatitis Kontak

Alergika (DKA)29 0,05%

7 Gastroenteritis Bakteri

28 0,048%

8 Cephalgia Tipe Cluster

25 0,043%

9 Asma Bronkhial 23 0,040%10 Hipertensi 19 0,030%

Page 9: CHA Email Baru

B. Penentuan Prioritas Masalah

Penentuan prioritas masalah di Puskesmas Jatilawang dilakukan

menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Kriteria yang digunakan dalam

penetapan prioritas masalah menggunakan metode Hanlon kuantitatif

diantaranya:

1. Kelompok kriteria A: besarnya masalah

2. Kelompok kriteria B: kegawatan masalah

3. Kelompok kriteria C: kemudahan dalam penanggulangan

4. Kelompok kriteria D: faktor PEARL (Property, Economic, Acceptability,

Resources availability, and Legality).

Perincian penentuan prioritas masalah menggunakan metode Hanlon

Kuantitatif dari masing – masing kriteria adalah sebagai berikut:

I. Kriteria A

Kriteria A digunakan untuk menentukan besarnya masalah dan diukur

dari jumlah penduduk yang terkena efek langsung.

Tabel 3.3. Nilai Kriteria A metode Hanlon Kuantitatif

Masalah Kesehatan

Besarnya Masalah Berdasar Presentase Nilai0-20%(1)

21-40%(2)

41-60%(3)

61-80%(4)

81-100%(5)

ISPA x 1Myalgia x 1Dispepsia x 1Observasi Febris

x 1

Faringitis Akut x 1Dermatitis Kontak Alergika (DKA)

x 1

Gastroenteritis Bakteri

x 1

Cephalgia Tipe Cluster

x 1

Asma Bronkhial x 1Hipertensi x 1

Page 10: CHA Email Baru

II. Kriteria B

Kriteria B digunakan untuk menentukan kegawatan masalah. Skor

yang digunakan adalah 1 untuk yang paling ringan sampai skor 5 untuk

masalah yang paling gawat. Dari diskusi kelompok, didapatkan nilai kriteria

B untuk masing-masing masalah kesehatan.

Tabel 3.4. Nilai Kriteria B metode Hanlon Kuantitatif

Masalah Kesehatan Keparahan TingkatUrgensi

Biaya yangDikeluarkan

Nilai

ISPA 3 3 2 8Myalgia 3 1 1 3Dispepsia 2 3 2 7Observasi Febris 4 4 3 11Faringitis Akut 2 2 2 6Dermatitis Kontak Alergika (DKA)

1 1 1 3

Gastroenteritis Bakteri 4 4 3 11Cephalgia Tipe Cluster 2 3 2 7Asma Bronkhial 3 4 4 11Hipertensi 4 4 4 12

Page 11: CHA Email Baru

III. Kriteria C

Kriteria C digunakan untuk menilai kemudahan dalam

penanggulangan masalah, maka dinilai apakan sumber daya dan teknologi

yang ada dapat menyelesaikan masalah. Skor yang digunakan dari skala 1

sampai 5. Semakin sulit penanggulangan, skor yang diberikan semakin

kecil. Kriteria C terdapat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Nilai Kriteria C metode Hanlon Kuantitatif

Masalah Kesehatan As Ai Ra Ri Jml NISPA 4 4 4 4 16 4Myalgia 4 4 4 3 15 3,75Dispepsia 3 3 3 4 13 3,25Observasi Febris 3 2 3 3 11 2,75Faringitis Akut 4 4 4 3 15 3,75Dermatitis Kontak Alergika (DKA)

4 4 4 4 16 4

Gastroenteritis Bakteri 3 3 3 3 12 3

Cephalgia Tipe Cluster 3 2 3 2 10 2,5Asma Bronkhial 3 3 2 2 10 2,5Hipertensi 3 3 3 3 12 3Keterangan : As: Asti ; Ai : Ai ; Ra : Rahmah ; Ri : Rian ; Jml: Jumlah, N:

Nilai rata rata

IV. Kriteria D (Faktor PEARL)

Kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat

tidaknya suatu program dilaksanakan. Faktor – faktor tersebut adalah:

A. Kesesuaian (Propriety)

B. Murah (Economic)

C. Dapat diterima (Acceptability)

D. Tersedianya sumber daya (Resources Availability)

E. Legalitas terjamin (Legality)

Dari diskusi kelompok, didapatkan nilai PEARL untuk masing-masing

permasalahan kesehatan adalah pada Tabel 3.6.

Page 12: CHA Email Baru

Tabel 3.6. Nilai Kriteria D metode Hanlon Kuantitatif

Masalah Kesehatan P E A R L Hasil Perkalian

ISPA 1 1 1 1 1 1

Myalgia 1 1 1 1 1 1

Dispepsia 1 1 1 1 1 1

Observasi Febris 1 1 1 1 1 1

Faringitis Akut 1 1 1 1 1 1

Dermatitis Kontak Alergika (DKA)

1 1 1 1 1 1

Gastroenteritis Bakteri 1 1 1 1 1 1

Cephalgia Tipe Cluster 1 1 1 1 1 1

Asma Bronkhial 1 1 1 1 1 1

Hipertensi 1 1 1 1 1 1

V. Penetapan nilai

Setelah kriteria kriteria A, B, C dan D didapatkan kemudian nilai

tersebut dimasukkan ke dalam formula sebagai berikut :

Nilai Prioritas Dasar (NPD) = (A + B) C

Nilai Prioritas Total (NPT) = (A + B) C x D

Tabel 3.7. Nilai Prioritas Dasar (NPD) dan Nilai Prioritas Total (NPT)

Masalah Kesehatan

A B C NPD D NPT Prioritas

ISPA 1 8 4 36 1 36 2-3

Myalgia 1 3 3,75 15 1 15 10

Dispepsia 1 7 3,25 26 1 26 7

Observasi Febris

1 11 2,75 33 1 33 4

Faringitis Akut 1 6 3,75 26,25 1 26,25 6

Dermatitis Kontak Alergika (DKA)

1 3 4 16 1 16 9

Gastroenteritis Bakteri

1 11 3 36 1 36 2-3

Cephalgia Tipe 1 7 2,5 20 1 20 8

Page 13: CHA Email Baru

Cluster Asma Bronkhial

1 11 2,5 30 1 30 5

Hipertensi 1 12 3 39 1 39 1

Berdasarkan hasil pemilihan prioritas masalah dengan menggunakan metode

Hanlon Kuantitatif didapatkan permasalahan hipertensi, ISPA, dan gastroenteritis

bakteri menempati prioritas masalah 1, 2, dan 3. Kelompok ini akan membahas

hipertensi di Jatilawang.

IV. KERANGKA KONSEPTUAL MASALAH

Page 14: CHA Email Baru

A. Tinjauan Pustaka

1. Definisi dan Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai kondisi tekanan darah dimana

systole sama atau melebihi 140 mmHg dan/atau diastole sama atau

melebihi 90 mmHg pada seseorang yang tidak sedang menggunakan obat

anti hipertensi (Wilson dan Price, 2006). Hipertensi dapat menimbulkan

kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kerusakan organ-organ tubuh yang umum ditemui pada pasien hipertensi

antara lain penyakit jantung (infark miokard, gagal jantung), stroke,

penyakit ginjal kronis, penyakit arteri perifer, dan retinopati (Yogiantoro,

2006). Klasifikasi tekanan darah dapat dilihat pada tabel di bawah ini

(Wilson dan Price, 2006).

Tabel 4.1. Klasifikasi Tekanan Darah Untuk Orang Dewasa Usia 18 Tahun atau

Lebih (JNC VII)

Klasifikasi Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)

Normal < 120 dan < 80

Prehipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 atau 90-99

Hipertensi derajat 2 ≥ 160 atau ≥ 100

Sumber: Wilson dan Price, 2006

2. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi atas hipertensi esensial

dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial adalah hipertensi yang tidak

jelas eiologinya. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam kriteria

ini. Penyebab hipertensi esensial adalah multifaktor terdiri dari faktor

genetic dan lingkungan. Faktor keturunan bersifat poligenik dan terlihat

dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler dari keluarga. Faktor genetic

ini dapat berupa sensitivitas pada natrium, kepekaan terhadap stress,

peningkatan reaktivitas vaskuler, dan resistensi insulin. Terdapat 3 faktor

lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi yaitu intake natrium

Page 15: CHA Email Baru

berlebihan, stress, dan obesitas. Hipertensi sekunder adalah

hipertensi yang terjadi akibat adanya gangguan fungsional pada organ-

organ tubuh lainnya sehingga menimbulkan kenaikan tekanan darah.

Etiologi hipertensi sekunder antara lain (Sherwood, 2001):

a. Hipertensi endokrin (feokromositoma, sindrom conn)

b. Hipertensi neurogenik (defek pusat kontrol kardiovaskuler, tumor

otak)

c. Hipertensi kardiovaskuler (aterosklerosis, koarktasio aorta)

d. Hipertensi renal (penyakit parenkim ginjal)

e. Hipertensi pada kehamilan (pre-eklamsia)

f. Akibat obat / faktor eksogen

3. Patogenesis dan Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak di pusat vasomotor pada medulla oblongata otak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras simpatis yang berlanjut ke bawah menuju

korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis

di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke

ganglia simpatis.

Peningkatan tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain stres, hiperinsulinisme, konsumsi garam yang berlebihan, obesitas,

dan disfungsi endotel. Stres dan hiperinsulinisme akan meningkatkan saraf

simpatis yang akan merangsang pengeluaran hormon katekolamin yang

akan meningkatkan produksi renin dan kontraktilitas jantung. Pengeluaran

renin yang berlebihan akan merangsang pengeluaran angiotensinogen dan

dengan bantuan angiotensin converting enzyme akan mengubah

angiotensin I menjadi angiotensin II yang akan meningkatkan resistensi

perifer dan berdampak dalam peningkatan tekanan darah. Sedangkan

meningkatnya kontraktilitas jantung, konsumsi garam yang berlebih, dan

obesitas akan meningkatkan cardiac output yang akan meningkatkan

tekanan darah. Konsumsi garam dalam meningkatkan cardiac output

Page 16: CHA Email Baru

dikarenakan meningkatnya konsentrasi Na+ sehingga meningkatkan

venous return yang akan meningkatkan preload sehingga tekanan darah

akan meningkat. Disfungsi endotel juga mempengaruhi kenaikan tekanan

darah, hal ini karena disfungsi endotel akan menurunkan reaktivitas NO

dan vasodilator, hal ini akan meningkatkan resistensi perifer sehingga akan

terjadi peningkatan tekanan darah (Price dan Wilson, 2006).

Gambar 4.1. Patofisiologi Hipertensi (Price dan Wilson, 2006)

4. Faktor Risiko Hipertensi

a) Faktor Keturunan atau Gen

Page 17: CHA Email Baru

Kasus hipertensi esensial 70%-80% diturunkan dari orang tua.

Apabila riwayat hipertensi didapat pada orang tua, maka keturunannya

akan memiliki risiko untuk menderita hipertensi esensial lebih besar

(Gray, et. al., 2005).

b) Faktor Berat Badan (Obesitas atau Kegemukan)

Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks

massa tubuh >25 (berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m))

juga merupakan salah satu faktor risiko timbulnya hipertensi. Obesitas

erat kaitannya dengan kegemaran mengkosumsi makanan yang

mengandung tinggi lemak. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya

hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh makin

banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan

dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar

melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi

tekanan lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga

meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin darah. Hal

inilah yang menimbulkan hipertensi.

c) Faktor Stres

Stres adalah yang kita rasakan saat tuntutan emosi, fisik, atau

lingkungan tak mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan kita

untuk mengtasinya dengan efektif. Stres dapat meningkatkan tekanan

darah dalam waktu yang pendek, tetapi kemungkinan bukan penyebab

meningkatnya tekanan darah dalam waktu yang panjang. Stres dapat

merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan

memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga

tekanan darah akan meningkat.

d) Faktor Jenis Kelamin

Page 18: CHA Email Baru

Sampai usia 55 tahun pria beresiko lebih tinggi terkena hipertensi

dibandingkan wanita. Seorang pria dewasa akan mempunyai peluang

lebih besar yakni satu di antara 5 untuk mengidap hipertensi.

e) Faktor Usia

Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia,

kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar.

Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturannya dan tekanan darah

meningkat seiring bertambahnya usia sehingga kebanyakan orang

mengalami hipertensi pada usia lima puluhan dan enam puluhan.

f) Faktor Diet ( Asupan Garam)

Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme

timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi

melalui peningkatan volume plasma dan tekanan darah. Asupan garam

kurang dari tiga gram setiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi

yang rendah sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram per hari

menyebabkan prevalensi hipertensi meningkat 15-20%. WHO

menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram

sehari (sama dengan 2400 mg Natrium). Konsumsi garam memiliki

efek langsung terhadap tekanan darah. Terdapat bukti bahwa mereka

yang memiliki kecenderungan menderita hipertensi secara keturunan

memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk mengeluarkan garam

dari tubuhnya.

Natrium bersama klorida yang terdapat dalam garam dapur dalam

jumlah normal dapat membantu tubuh mempertahankan

keseimbangan cairan tubuh untuk mengatur tekanan darah. Natrium

dalam jumlah yang berlebih dapat menahan air (retensi), sehingga

meningkatkan volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja lebih

keras untuk memompanya dan tekanan darah menjadi tinggi.

g) Kebiasaan Merokok

Page 19: CHA Email Baru

Rokok mempunyai beberapa pengaruh langsung yang dapat

menimbulkan hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan

karbon monoksida yang diisap melalui rokok yang masuk ke dalam

aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan

mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi.

h) Konsumsi Alkohol

Konsumsi lebih dari 250 ml alkohol per hari dapat meningkatkan

tekanan darah, melemahkan otot jantung, serta menyebabkan

kegemukan dan aterosklerosis sehingga menyebabkan timbulnya

penyakit jantung yang lebih parah. Selain itu, alkohol juga

menurunkan efek obat antihipertensi.

i) Aktivitas Fisik (Olahraga)

Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi

karena olahraga teratur dapat menurunkan tekanan darah. Kurangnya

melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya

obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan

timbulnya hipertensi. Meskipun tekanan darah meningkat secara tajam

ketika sedang berolahraga, namun jika berolahraga secara teratur akan

lebih sehat dan memiliki tekanan darah lebih rendah dari pada mereka

yang tidak melakukan olahraga.

Page 20: CHA Email Baru

B. Kerangka Konsep

Gambar 4.2. Kerangka Konsep

C. Hipotesis

A. Terdapat hubungan antara hipertensi dan diet asupan garam

B. Terdapat hubungan antara hipertensi dan kebiasaan merokok

C. Terdapat hubungan antara hipertensi dan obesitas

D. Terdapat hubungan antara hipertensi dan aktivitas fisik

E. Terdapat hubungan antara hipertensi dan konsumsi alcohol

F. Terdapat hubungan antara hipertensi dan pekerjaan

G. Terdapat hubungan antara hipertensi dan hobi

HIPERTENSI

Tak dapat diubah: Genetik, Usia, Jenis kelamin, Stres

Dapat diubah: Diet asupan garam, Kebiasaan merokok, obesitas, aktivitas fisik, Konsumsi alkohol, Pekerjaan, Hobi

= Faktor yang tidak diteliti

= Faktor yang diteliti

Page 21: CHA Email Baru

V. METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitiaan

Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian observasional analitik dengan

metode Cross Sectional. Penelitian ini akan mencari hubungan antara variabel

bebas berupa faktor risiko dengan variabel tergantung yaitu efek yang berupa

kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Jatilawang.

B. Ruang Lingkup Kerja

Posyandu lansia wilayah Jatilawang, Desa Adisara Kecamatan Jatilawang

Kabupaten Banyumas.

C. Populasi Sampel

1. Populasi

a. Populasi Target

Seluruh lansia yang memiliki riwayat hipertensi di Desa Adisara

Kecamatan Jatilawang.

b. Populasi Terjangkau

Peserta posyandu lansia yang tercatat pada bulan Desember 2012 di

Desa Adisara Kecamatan Jatilawang.

2. Sampel/ Responden

Sampel/responden adalah sebagian dari peserta yang mengikuti posyandu

lansia dan akan dijadikan obyek penelitiaan dengan ketentuan sebagai

berikut :

a. Besar sampel

Besar sampel diambil dengan keseluruhan jumlah peserta posyandu

lansia yang tercatat pada bulan Desember 2012.

b. Metode pengambilan sampel

Metode yang dipakai dalam pengambilan sampel adalah dengan metode

total sampling.

Page 22: CHA Email Baru

Kriteria inklusi :

a. Berumur diatas 55 tahun.

b. Bersedia menjadi subjek penelitian dengan menandatangai lembar

persetujuan menjadi subjek penelitian setelah membaca lembar

informed consent.

c. Berdomisili di Kecamatan Jatilawang.

Kriteria eksklusi :

a. Tidak Mengisi data kuesioner secara lengkap.

b. Tidak Kooperatif dalam melakukan tahap wawancara dan pengisian

kuesioner.

c. Peserta posyandu lansia yang tidak datang saat pelaksanaan posyandu.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel terikat : Kejadian Hipertensi

2. Variabel bebas : Diet asupan garam, kebiasaan merokok, obesitas,

aktivitas fisik, konsumsi alcohol, pekerjaan, hobi

E. Definisi Operasional

Tabel 5.1. Definisi Operasional

Variabel Keterangan Skala

Kejadian Hipertensi

Keadaan seseorang memiliki tekanan darah sistolik >140 mmHg dan atau Diastolik >90 mmHg.Dikategorikan menjadiYa : hipertensiTidak : hipertensi

Nominal

Diet Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi garam Ya : mengkonsumsi makanan tinggi garam dan kolesterol.Tidak : tidak mengkonsumsi makanan tinggi garam dan kolesterol.

Nominal

Kebiasaan merokok

Kebiasaan mengkonsumsi rokok Ya : konsumsi rokok lebih dari satu batang perhariTidak : tidak mengkonsumsi rokok

Nominal

Page 23: CHA Email Baru

Obesitas Keadaan seseorang dengan Indeks Masa Tubuh > 25Ya : ObesitasTidak : Tidak Obesitas

Nominal

Aktivitas fisik

Melakukan olah raga teratur 3 kali seminggu selama 30 menit.Ya : melakukan olah ragaTidak : tidak melakukan olah raga

Nominal

Konsumsi alkohol

Pekerjaan

Hobi

Kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol lebih dari 250 mlYa : mengkonsumsi alkoholTidak : tidak mengkonsumsi alkohol

Mata pencaharian yang dimiliki responden dalam mengisi aktivitas sehari- hari nyaYa : bekerjaTidak : tidak bekerja

Aktivitas responden dalam mengisi waktu luang sehari-hariKualitas baik : ngasuh cucu, jalan-jalanKualitas buruk : hanya tiduran/nonton televisi

Nominal

Nominal

Nominal

F. Instrumen Pengambilan Data

Sumber data adalah data primer yang diperoleh dari wawancara

dengan menggunakan kuesioner. Wawancara dilakukan pada saat Posyandu

Lansia.

G. Rencana Analisis Data

Data dianalisis dengan metode analisis deskriptif dengan

menggunakan tabel distribusi frekuensi dan persentase tentang karakteristik

sampel. Analisis bivariat menggunakan metode Chi-square untuk mengetahui

hubungan antar variable jika syarat terpenuhi, jika tidak maka digunakan uji

Fisher.

H. Waktu dan Tempat

Kegiatan dilaksanakan pada:

Tanggal : 6 Januari 2013

Page 24: CHA Email Baru

Tempat : Posyandu lansia

Page 25: CHA Email Baru

VI. HASIL DAN ANALISIS PENYEBAB MASALAH

A. Hasil

Pelaksanaan penelitian dilakukan di Desa Adisara, Kecamatan

Jatilawang Kabupaten Banyumas pada tanggal 6 Januari 2012.Penelitian ini

dilakukan bersamaan dengan Posyandu Lansia di RW 02, Desa Adisara

dengan jumlah peserta 28 lansia. Penelitian dilakukan dengan metode

wawancara menggunakan kuesioner kepada lansia yang memenuhi kriteria

inklusi dan dari 31 lansia hanya 28 lansia yang memenuhi kriteria inklusi

dikarenakan responden tidak hadir sampai acara selesai.

1. Analisis Univariat

Pada penelitian Cross-sectional yang dilakukan pada Lansia Desa

Adisara didapatkan responden sejumlah 29 lansia. Karakteristik responden

dapat dilihat dalam Tabel 6.1. Pada tabel dapat dilihat bahwa distribusi

responden menurut faktor internal dari jenis kelamin didapatkan 81,3 %

berjenis kelamin perempuan, sedangkan laki – laki berjumlah 18,8 % dan

responden yang memiliki predisposisi genetik berjumlah 19 lansia

(59,4%). Responden yang memiliki pekerjaan berjumlah … lansia (…%)

Faktor eksternal pada tabel dapat diketahui bahwa responden yang

obesitas berjumlah 5 lansia (15,6%), mengkonsumsi makanan asin dan

berkolesterol berjumlah 20 lansia (62,5%), dan yang tidak melakukan olah

raga secara teratur berjumlah 14 lansia (43,8%). Responden yang memiliki

kebiasaan merokok berjumlah ….lansia (..%), kebiasaan konsumsi alkohol

berjumlah …lansia (…%), dan lansia yang memiliki hobi/kebiasaan buruk

berjumlah ..lansia (…%).

Dari seluruh responden, responden yang memiliki teanan darah

tinggi atau hipertensi berjumlah 18 lansia (56,3%) sedangkan 14 lansia

lain tidak (43,8%).

Page 26: CHA Email Baru

Tabel 6.1. Karakteristik Responden

No VariabelFrekuensi(Orang)

Presentase(%)

1 Jenis Kelamin Perempuan 26 81,3Laki - Laki 6 18,8

2 Predisposisi genetik Ya 19 59,4Tidak 13 40,6

3 Obesitas Obesitas 5 15,6Non Obesitas 27 84,4

4 Diet Ya 20 62,5Tidak 12 37,5

5 Aktivitas fisik Ya 16 50Tidak 16 50

6 Hipertensi Ya 18 56,3Tidak 14 43,8

7 Konsumsi Alkohol Ya

8 Pekerjaan

9 Hobi

10 Kebiasaan Merokok

Total 32 100

Sumber: Data primer, 2011

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan antara diet dengan kejadian hipertensi

Tabel 6.2 Hasil uji chi square antara faktor risiko Diet dengan Hipertensi

Diet Hipertensi Total X2 pYa

N (%)TidakN (%)

Ya 15 11 26 0,117 1,000

Tidak 3 3 6

Jumlah 18 14 32

Tabel diatas menunjukan hasil uji chi square antara diet dengan

kejadian hipertensi. Berdasarkan uji chi square menunjukkan hasil yang

tidak signifikan ditunjukkan dengan nilai p 0, 093 atau p >0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa diet tidak berhubungan secara

signifikan dengan kejadian hipertensi.

Page 27: CHA Email Baru

b. Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian Hipertensi

Tabel 6.3 Hasil uji chi square antara faktor risiko kebiasaan merokok dengan Hipertensi

Kebiasaan Merokok

Hipertensi Jumlah X2 p

YaN (%)

TidakN (%)

Merokok 3 2 5 0,034 1,000

Tidak merokok 15 12 27

Jumlah 18 14 32

Tabel diatas menunjukan hasil uji chi square antara kebiasaan

merokok dengan kejadian hipertensi. Berdasarkan uji chi square

menunjukkan hasil yang tidak signifikan ditunjukkan dengan nilai p 0,

093 atau p >0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa kebiasaan

merokok tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian

hipertensi.

c. Hubungan antara Obesitas dengan kejadian Hipertensi

Tabel 6.4 Hasil uji chi square antara faktor risiko Obesitas dengan

Hipertensi

Obesitas Hipertensi Jumlah X2 pYa

N (%)TidakN (%)

Obesitas 13 6 19 2,815 0,093

Non Obesitas 5 18 13

Jumlah 18 14 32

Tabel diatas menunjukan hasil uji chi square antara obesitas

dengan kejadian hipertensi. Berdasarkan uji chi square menunjukkan

hasil yang tidak signifikan ditunjukkan dengan nilai p 0, 093 atau p

>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa obesitas tidak berhubungan

secara signifikan dengan kejadian hipertensi.

Page 28: CHA Email Baru

d. Hubungan antara Akitvitas fisik dengan kejadian hipertensi

Tabel 6.5 Hasil uji chi square antara faktor risiko Aktivitas Fisik

dengan Hipertensi

Aktivitas Fisik

Hipertensi Jumlah X2 Nilai p

YaN (%)

TidakN (%)

Ya 11 9 20 0,034 0,854

Tidak 7 5 12

Jumlah 18 14 32

Berdasarkan uji chi square variabel aktivitas fisik dan dengan

terjadinya hipertensi menunjukkan hasil yang tidak signifikan

ditunjukkan dengan nilai p 0,854 atau p >0,05. Maka dari itu dapat

disimpulkan bahwa secara statistik aktivitas fisik tidak berhubungan

yang signifikan dengan kejadian hipertensi.

e. Hubungan antara Konsumsi Alkohol dengan kejadian Hipertensi

Tabel 6.6 Hasil uji chi square antara faktor risiko Konsumsi

Alkohol dengan Hipertensi

Konsumsi Alkohol

Hipertensi Jumlah X2 Nilai p

YaN (%)

TidakN (%)

Ya 8 8 16 0,508 0,476

Tidak 10 6 16

Jumlah 18 14 32

Berdasarkan uji chi square variable faktor risiko konsumsi

alkohol dan dengan terjadinya hipertensi menunjukkan hasil yang tidak

signifikan ditunjukkan dengan nilai p 0,476 atau p >0,05. Maka dari itu

dapat disimpulkan bahwa secara statistik konsumsi alkohol tidak

memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian hipertensi.

f. Hubungan antara Pekerjaan dengan kejadian Hipertensi

Page 29: CHA Email Baru

Tabel 6.6 Hasil uji chi square antara faktor risiko Pekerjaan dengan

Hipertensi

Pekerjaan Hipertensi Jumlah X2 Nilai p

YaN (%)

TidakN (%)

Ya 8 8 16 0,508 0,476

Tidak 10 6 16

Jumlah 18 14 32

Berdasarkan uji chi square variable faktor risiko pekerjaan dan

dengan terjadinya hipertensi menunjukkan hasil yang tidak signifikan

ditunjukkan dengan nilai p 0,476 atau p >0,05. Maka dari itu dapat

disimpulkan bahwa secara statistik pekerjaan tidak memiliki hubungan

yang signifikan dengan kejadian hipertensi.

g. Hubungan antara Hobi dengan kejadian Hipertensi

Tabel 6.6 Hasil uji chi square antara faktor risiko Hobi dengan

Hipertensi

Hobi Hipertensi Jumlah X2 Nilai p

YaN (%)

TidakN (%)

Baik 8 8 16 0,508 0,476

Buruk 10 6 16

Jumlah 18 14 32

Berdasarkan uji chi square variable faktor risiko hobi dan dengan

terjadinya hipertensi menunjukkan hasil yang tidak signifikan

ditunjukkan dengan nilai p 0,476 atau p >0,05. Maka dari itu dapat

disimpulkan bahwa secara statistik hobi tidak memiliki hubungan yang

signifikan dengan kejadian hipertensi.

B. Pembahasan

Page 30: CHA Email Baru

Pada penelitian ini peneliti ingin melihat hubungan antara faktor resiko

dengan kejadian hipertensi pada lansia Desa Adisara, Kecamatan Jatilawang.

Faktor resiko yang dilihat ialah faktor resiko internal yaitu jenis kelamin dan

predisposisi genetik, dan faktor resiko ekternal yaitu kebiasaan diet, kebiasaan

merokok, obesitas, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, pekerjaan dan hobi.

Hipotesis yang peneliti ajukan adalah terdapat hubungan antara jenis

kelamin dengan kejadian hipertensi. Uji Fisher menunjukkan hasil yang tidak

signifikan dengan nilai p 1,000 . Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wang (2006) yang menyebutkan bahwa perbedaan jenis

kelamin tidak berhubungan secara signifikan (nilai p=0,500) dengan

terjadinya hipertensi. Penelitian yang dilakukan oleh Wang menyebutkan

bahwa pada laki- laki dan perempuan terdapat persamaan dalam tekanan darah

sistolik tetapi sedikit berbeda pada tekanan diastolik. Hipertensi diperkirakan

lebih banyak terjadi peningkatan pada tekanan sistolik (>140 mmHg)

dibandingkan dengan dengan tekanan diastolik (> 90mmHg), karena

perempuan dan laki-laki mempunyai tekana sitolik yang sama maka keduanya

mempunyai peluang yang sama terkena hipertensi.

Penelitian ini juga meneliti diet dengan terjadinya hipertensi, yaitu

menilai apakah diet tinggi garam berhubungan dengan terjadinya hipertensi.

Hasil uji chi square menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan nilai p

0,854 atau p > 0,005. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu

yang menyebutkan bahwa konsumsi garam tidak cukup sebagai penyebab

terjadinya hipertensi. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa konsumsi

garam tidak selalu berhubungan dengan terjadinya hipertensi, hal ini

tergantung dari seberapa banyak garam yang dikonsumsi (Hollenberg, 2006).

Menurut penelitian ini hubungan antara obesitas dan hipertensi juga tidak

signifikan. Hal ini terlihat dari nilai p 1,000 Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian Jerant (2012) yang menyebutkan bahwa obesitas tidak berhubungan

dengan terjadinya hipertensi.

Riwayat hipertensi pada keluarga menunjukkan hasil yang tidak

signifikan dengan terjadinya hipertensi. Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Barksdale (2010) yang menemukan bahwa

Page 31: CHA Email Baru

riwayat hipertensi dalam keluarga bukan merupakan faktor risiko terjadinya

hipertensi. Menurut Barksdale (2010) hal ini dimungkinkan karena dalam

pengambilan sampel terjadi bias, dikarenakan penderita tidak mengetahui atau

belum terdiagnosa kalau anggota kelurga yang lain menderita hipertensi.

Hasil uji chi square antara aktivitas fisik dengan risiko terjadinya

hipertensi juga menghasilkan nilai yang tidak signifikan dengan nilai p 0,476.

Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Stewart (2005) yang

menemukan bahwa olahraga yang dilakukan sendiri tanpa program yang benar

tidak dapat mengurangi terjadinya hipertensi, bahkan tidak berhubungan

dengan terjadinya hipertensi.

Namun hasil penelitian diatas tidak sesuai dengan hasil penelitian

Formand (2009) yang menyebutkan bahwa diet, riwayat keluarga, olahraga,

gaya hidup, IMT berhubungan dengan terjadinya hipertensi. Perbedaan hasil

penelitian ini dimungkinkan karena perbedaan jumlah sampel dimana dalam

penelitian ini hanya menggunakan 32 sampel penderita hipertensi dan pada

penelitian yang terdahulu menggunakan 12.319 kasus hipertensi. Selain

perbedaan jumlah sampel, design study yang digunakan juga berbeda, pada

penelitian ini menggunakan cross sectional sedangkan pada penelitian

Formand (2009) menggunakan cohort prospective.

Hasil uji chi-square antara kebiasaan merokok dengan kejadian

hiopertensi menunjukkan hasil ……. Penelitian ini sesuai dgn…

Hasil uji chi-square antara konsumsi alkohol dengan kejadian hiopertensi

menunjukkan hasil ……. Penelitian ini sesuai dgn…

Hasil uji chi-square antara pekerjaan dengan kejadian hiopertensi

menunjukkan hasil ……. Penelitian ini sesuai dgn…

Hasil uji chi-square antara hobi dengan kejadian hiopertensi

menunjukkan hasil ……. Penelitian ini sesuai dgn…

Dari hasil analisis univariat dan bivariate yang telah dilakukan

didapatkan satu faktor risiko yang memiliki hubungan yang signifikan dengan

kejadian hipertensi di Desa Adisara Kecamatan Jatilawang adalah faktor risiko

obesitas.

VII. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Page 32: CHA Email Baru

A. Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah

Alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan untuk mengatasi

permasalahan kejadian hipertensi pada subjek penelitian adalah:

1. Senam hipertensi secara rutin. Senam dilakukan setiap satu minggu sekali

secara rutin sebagai upaya untuk menurunkan risiko hipertensi.

2. Skrining kesehatan dengan mengukur tekanan darah.

3. Pemberian penyuluhan mengenai Hipertensi, menjelaskan mengenai gizi

seimbang yang baik untuk hipertensi. Selain itu menjelaskan faktor yang

menyebabkan sampai penanganan serta komplikasi yang dapat terjadi.

B. Penentuan Alternatif Terpilih

Pemilihan prioritas alternatif pemecahan masalah harus dilakukan

karena adanya keterbatasan baik dalam sarana, tenaga, dana, serta waktu.

Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pemilihan prioritas pemecahan

masalah adalah metode Rinke. Metode ini menggunakan dua kriteria yaitu

efektifitas dan efisiensi jalan keluar.

Efektifitas jalan keluar meliputi besarnya masalah yang dapat diatasi,

kelanggengan selesainya masalah, dan kecepatan penyelesaian masalah.

Efisiensi jalan keluar dikaitkan dengan biaya yang diperlukan dalam

menyelesaikan masalah. Skoring efisiensi jalan keluar adalah dari sangat

murah (1), hingga sangat mahal (5).

Tabel 7.1. Kriteria dan Skoring Efektivitas Jalan Keluar

Skor M (besarnya masalah yang dapat diatasi)

I (kelanggengan

selesainya masalah)

V (kecepatan penyelesaian

masalah)

1 sangat kecil sangat tidak langgeng sangat lambat2 Kecil tidak langgeng Lambat3 cukup besar cukup langgeng cukup cepat4 Besar langgeng Cepat5 sangat besar sangat langgeng sangat cepat

Page 33: CHA Email Baru

Prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan metode Reinke

adalah sebagai berikut:

Tabel 7.2. Prioritas Pemecahan Masalah Metode Reinke

NoDaftar Alternatif Jalan

Keluar

Efektivitas EfisiensiMxIxV

C

Urutan Prioritas MasalahM I V C

1 Senam hipertensi secara rutin 4 4 5 2 40 1

2 Skrining kesehatan dengan mengukur tekanan darah.

4 4 4 3 21,3 2

3 Pemberian penyuluhan mengenai Hipertensi, kepada kader kesehatan dan lansia

3 3 2 2 9 3

Berdasarkan hasil perhitungan prioritas pemecahan masalah

menggunakan metode Reinke, didapat prioritas pemecahan masalah, yaitu

rutin menjadwalkan senam hipertensi pada lansia, Skrining kesehatan yaitu

dengan mengukur tekanan darah, diberikan juga penyuluhan sederhana untuk

meningkatkan pengetahuan serta kesadaran untuk hidup sehat guna

pencegahan terhadap penyakit ini.

Page 34: CHA Email Baru

VIII. RENCANA KEGIATAN (Plan of Action)

1. Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit yang bersifat asimtomatis sehingga

banyak penderita yang tidak waspada terhadap perjalanan lanjut hipertensi.

Penderita hipertensi banyak yang tidak menyadari gejala hipertensi, sehingga

baru disadari setelah terjadi gangguan organ seperti penyakit jantung, saraf,

ginjal, dan pembuluh darah dengan fatalitas tinggi seperti stroke, penyakit

jantung koroner, gagal jantung, dan gagal ginjal kronik. Saat ini hipertensi

disebut sebagai the silent killer. Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang

dewasa menderita hipertensi. Menurut WHO dan the International Society of

Hypertension (ISH), terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia

dan 3 juta di antaranya meninggal. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut

tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat (Rahajeng, 2009). Data

penelitian Kementerian Kesehatan RI menunjukkan prevalensi hipertensi

cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Prevalensi Hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup

tinggi. Hipertensi ini dapat menimbulkan banyak masalah kesehatan

masyarakat. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling

berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah.

(Depkes, 2012).

Hipertensi merupakan penyebab utama stroke, penyakit jantung

koroner, gagal jantung, dan gagal ginjal kronik yang dapat dikendalikan

dengan manajemen gaya hidup yang tepat sehingga intervensi pada tingkat

promotif dan preventif harus dilakukan sedini mungkin.

2. Tujuan

1) Tujuan Umum

Mengetahui hubungan Faktor resiko dengan kejadian hipertensi pada

lansia Desa Adisara, Kecamatan Jatilawang.

2) Tujuan Khusus

Page 35: CHA Email Baru

a. Melakukan senam hipertensi bagi lansia hipertensi sebagai upaya

menurunkan kejadian hipertensi.

b. Melakukan skrining hipertensi terhadap penduduk di wilayah kerja

Puskesmas Jatilawang.

c. Meningkatkan pengetahuan penduduk di wilayah kerja Puskesmas

Jatilawang tentang hipertensi.

3. Manfaat

1) Manfaat Praktis

Memberikan informasi pada warga masyarakat di wilayah Puskesmas

Jatilawang mengenai hipertensi.

2) Membantu menjalankan program promosi kesehatan pada wilayah kerja

Puskesmas Jatilawang.

3) Manfaat Teoritis

Menjadi dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang

permasalahan kesehatan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas

Jatilawang.

4. Bentuk dan Materi Kegiatan

Kegiatan akan dilaksanakan dan disajikan dalam bentuk senam

hipertensi, kemudian dilakukan skrining kesehatan dan penyuluhan dengan

materi tentang Hipertensi serta gizi seimbang bagi penderita hipertensi.

Kegiatan ini disisipkan pada kegiatan Posyandu Lansia pada warga Desa

Adisara RW 02, Kecamatan Jatilawang yang diselenggarakan secara rutin.

5. Sasaran

Lansia dan Kader Kesehatan Desa Adisara, Kecamatan Jatilawang Kabupaten

Banyumas.

6. Pelaksanaan

1. Personil

Penanggung jawab : dr. Suripto (Preseptor Lapangan).

Pembimbing : Bidan Lilik (Bidan Desa)

Page 36: CHA Email Baru

Pelaksana : Ai Irma Siti Rahmah, Masrian

Pembicara : Ai Irma Siti Rahmah, Masrian

2. Waktu dan Tempat

Hari : Minggu

Tanggal : 6 Januari 2012

Waktu : 06.00 – selesai WIB

Tempat : RW 02 Desa Adisara, Kecamatan Jatilawang

7. Rencana Anggaran

1. Materi : Rp. 150.000,00

2. Fotocopy kuesioner : Rp. 5.000,00

3. Konsumsi : Rp. 150.000,00

Total : Rp. 305.000,00

Page 37: CHA Email Baru

IX. LAPORAN HASIL PELAKSANAAN

A. Evaluasi hasil kegiatan

Dilakukan senam hipertensi pada pukul 06.00 WIB yang dilanjutkan

dengan kegiatan penyuluhan. Penyuluhan mengenai Hipertensi yang

difokuskan pada apa itu hipertensi, faktor risiko, cara pencegahan dan

penangananya yaitu gizi seimbang bagi penderita hipertensi diselenggarakan

di RW 02 Desa Adisara pada hari Minggu, 6 Januari 2012 Pukul 08.00 WIB

berbarengan dengan acara Posyandu Lansia di Desa Adisara.

1. Evaluasi Input

Penyuluhan diikuti oleh 28 peserta.

2. Evaluasi Proses

a. Sasaran

Dari target mendapatkan sasaran penyuluhan sebanyak 31 orang,

ternyata didapatkan peserta kurang yaitu hanya 28 orang. Hal ini

diperkirakan terjadi karena terdapat beberapa lansia yang tidak bisa

mengikuti acara sampai selesai dikarenakan alasan pribadi.

b. Waktu

Dalam pelaksanaanya tidak didapatkan kendala yang berarti.

Penyuluhan dimulai pukul 08.05 WIB setelah dibuka oleh ketua

posyandu lansia. Sebelumnya panitia melakukan skrining kesehatan

yang dibantu kader posyandu untuk mengukur tekanan darah dan

indeks massa tubuh, lalu dilakukan penyuluhan. Penyuluhan

berlangsung tertib dan dilanjutkan proses tanya jawab dengan para

lansia.

c. Anggaran

Anggaran yang dihabiskan ketika acara adalah sejumlah Rp.

346.000. Hal ini lebih tinggi dari rencana karena ternyata jumlah biaya

yang diperkirakan panitia pada kenyataan lebih mahal.

3. Evaluasi Output

Page 38: CHA Email Baru

Dalam pelaksanaan skrining dan penyuluhan, beberapa indikator

keberhasilan acara ini tercapai yaitu, Jumlah peserta yang melebihi 80%

target, adanya antusias dari peserta dengan adanya proses tanya jawab

yang lancar dan acara berlangsung tepat waktu.

B. Kesimpulan dan Saran

a. Kesimpulan

Hasil analisis permasalahan kesehatan komunitas yang terjadi di

Puskesmas Jatilawang adalah hipertensi yang difokuskan sebagai

prioritas permasalahan.

Faktor yang didapatkan dari hasil prioritas masalah dan analisis

kesehatan komunitas yang paling berpengaruh di Desa Adisara adalah

Faktor Resiko Internal dan Eksternal terhadap kejadian Hipertensi.

Alternatif pemecahan masalah yang menjadi prioritas untuk masalah

tersebut adalah Skrining dan penyuluhan.

b. Saran

Penyuluhan dapat menjadi metode efektif untuk menurunkan angka

kejadian Hipertensi di Kecamatan Jatilawang pada umunya dan Desa

Adisara pada khususnya.

Perlu digalakkan promosi kesehatan di Desa Adisara khususnya dan

Kecamatan Jatilawang pada umumnya untuk mengurangi angka

Kejadian Hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Jatilawang.

Page 39: CHA Email Baru

Daftar Pustaka

Depkes. 2012. Masalah Hipertensi di Indonesia. Tersedia di http://www.depkes.go.id diakses pada tanggal 20 Desember 2012.

Rahajeng, Ekowati dan Sulistyowati tuminah . 2009 .Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Tersedia di indonesia.digitaljournals.org diakses pada tanggal 20 Desember 2012.