Cg Makalah Hasil Kajian Bapepam

23
ANALISIS HASIL KAJIAN BAPEPAM-LK TENTANG PENERAPAN PRINSIP OECD DAN PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI NEGARA ANGGOTA ACMF Penyusun : Ibrahim Husein Lubis Muhammad Faisal Fakhri Muhammad Gunawan Hendro Martoyo PROGRAM EKSTENSI

description

(Kelompok 1)

Transcript of Cg Makalah Hasil Kajian Bapepam

Page 1: Cg Makalah Hasil Kajian Bapepam

ANALISIS HASIL KAJIAN BAPEPAM-LK TENTANG PENERAPAN

PRINSIP OECD DAN PEDOMAN GOOD CORPORATE

GOVERNANCE DI NEGARA ANGGOTA ACMF

Penyusun :

Ibrahim Husein Lubis

Muhammad Faisal Fakhri

Muhammad Gunawan Hendro Martoyo

PROGRAM EKSTENSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS INDONESIA

Page 2: Cg Makalah Hasil Kajian Bapepam

STATEMENT OF AUTHORSHIP

“Saya/kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir

merupakan murni hasil dari pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain

yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini belum/tidak pernah dasajikan/digunakan sebagai bahan makalah/tugas pada mata

ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami menyatakan

dengan jelas menggunakanya.

Saya/kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau

dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”

Nama : Ibrahim Husein Lubis

NPM : 1406645506

Tanda Tangan :

Nama : Muhamad Faisal Fakhri

NPM : 1406645752

Tanda Tangan :

Nama : Muhammad Gunawan Hendro Martoyo

NPM : 1406645765

Tanda Tangan :

Mata Kuliah : Tata Kelola Perusahaan

Judul Makalah : Analisis Hasil Kajian Bapepam-LK Tentang Penerapan Prinsip

OECD dan Pedoman Goo Corporate Governance di Negara Anggota

ACMF

Tanggal : Kamis, 10 September 2015

Dosen : Aria Farah Mita

(Dibuat oleh seluruh anggota kelompok)

Page 3: Cg Makalah Hasil Kajian Bapepam

DAFTAR ISI

STATEMENT OF AUTHORSHIP ………………………………………........................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Corporate Governance...................................................................................... 2

2.2 Prinsip-Prinsp OECD Mengenai Corporate Governance ............................................... 2

2.3 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Menurut KNKG ...................................... 2

2.4 Struktur Governance dan Penerapanya di Indonesia ...................................................... 2

BAB 3 PEMBAHASAN

1.2 Analisis Hasil Kajian Prinsip-Prinsip OECD ................................................................. 2

1.3 Analisis Hasil Kajian Pedoman CGC di Negara-Negara Anggota ACMF ..................... 2

BAB 4 PENUTUP

1.2 Kesimpulan ..................................................................................................................... 2

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 25

BAB 1

Page 4: Cg Makalah Hasil Kajian Bapepam

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai skandal finansial besar yang terjadi pada perusahaan-perusahaan baik di

Inggris maupun Amerika Serikat pada tahun 1980an melatar belakangi munculnya Corporate

Governance (CG). Skandal yang terjadi tidak terlepas karena pertentangan kepentingan

antara kepentingan pribadi dan tanggung jawab kolektif atau kepentingan bersama dari suatu

organisasi.

Di Indonesia sendiri isu corporate governance menjadi populer sejak terjadinya krisis

finansial tahun 1997-1998. Penyebab krisis ini adalah adanya anggapan bahwa corporate

governance di Indonesia lemah. Tidak bisa dipungkiri bahwa Indonesia pada saat itu

memiliki kredibilitas yang buruk di mata Internasional karena adanya korupsi, kolusi,

kejahatan perbankan, terorisme sampai banyaknya kasus pelanggaran yang dilakukan oleh

perusahaan di pasar modal. Hal tersebut menunjukkan bahwa Good Corporate Governance

(GCG) dibutuhkan untuk mengarahkan perusahaan supaya dapat mencapai tujuanya dan

terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Badan di Indonesia sendiri yang berusaha menanamkan nilai-nilai good corporate

governance adalah BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) yang pada beberapa tahun

lalu diganti menjadi OJK. Nilai-nilai yang ditanamkan Bapepam seperti mendorong

implementasi prinsip-prinsip good corporate governance di Indonesia dengan menerbitkan

peraturan dan kebijakan yang terkait dengan GCG. Pada tahun 2006 Bapepam-LK melakukan

studi mengenai penerapan prinsip-prinsip OECD 2004 dalam peraturan Bapepam dan pada

tahun 2010 melakukan studi mengenai pedoman GCG di negara-negara anggota ACMF

(Asean Capital Market Forum). Hasil dari kedua studi yang dilakukan Bapepam-LK itu lah

yang menjadi bahan analisis kami. Dengan adanya makalah ini kami berharap para pembaca

dapat memahami bagaimana penerapan prinsip OECD 2004 mengenai corporate governance

di Indonesia dan apa yang membedakanya dengan negara lain sesama anggota ACMF.

BAB 2

Page 5: Cg Makalah Hasil Kajian Bapepam

Landasan Teori

2.1 Definisi Corporate Governance

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2001:2) Corporate

Governance didefinisikan sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara

pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta

para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak

dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu system yang mengendalikan perusahaan.

Tujuan corporate governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang

berkepentingan (stakeholders)

2.2 Prinsip-Prinsip OECD 2004 Mengenai Corporate Governance

Prinsip-prinsip OECD 2004 mengenai corporate governance ini menjadi acuan

masyarakat internasional dalam pengembangan corporate governance namun OECD

menjelaskan tidak satu model pengembangan corporate governance yang cocok untuk semua

negara, masing-masing negara memiliki karakteristik yang berbeda

Secara umum terdapat enam prinsip corporate governance dalam Prinsip-prinsip

OECD 2004. Keenam prinsip tersebut adalah

1. Menjamin Kerangka Dasar Corporate Governance yang Efektif

Kerangka Corporate Governance harus mendukung transparansi dan efisiensi,

konsisten terhadap peraturan hukum yang berlaku dan jelas mengartikulasikan

pembagian tanggung jawab antara pihak yang mengawas, regulator, dan yang

menjalankan.

2. Hak-hak Pemegang Saham dan Fungsi-fungsi Penting

Kepemilikan SahamMelindungi dan memfasilitasi pelaksanaan hak pemegang saham.

3. Perlakuan yang sama terhadap Pemegang Saham

Page 6: Cg Makalah Hasil Kajian Bapepam

Kerangka Corporate Governance harus memastikan perlakuan yang adil terhadap

semua pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan asing. Semua

pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan ganti rugi efektif

jika hak mereka dilanggar.

4. Peranan Stakeholders dalam Corporate Governance

Kerangka Corporate Governance harus mengakui hak-hak stakeholder yang

ditetapkan oleh hukum atau perjanjian terkait dan mendorong aktif kerjasama antara

perusahaan dan stakeholder dalam menciptakan kekayaan, pekerjaan, dan ketahanan

keuangan.

5. Keterbukaan dan Transparansi

Kerangka Corporate Governance harus memastikan bahwa pengungkapan yang tepat

waktu dan akurat dibuat pada semua hal yang material mengenai perusahaan,

termasuk situasi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan tata kelola perusahaan.

6. Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Direksi

Kerangka Corporate Governance harus memastikan panduan strategis perusahaan,

pemantauan yang efektif dari manajemen oleh dewan, dan akuntabilitas dewan

terhadap perusahaan dan pemegang saham.

2.3 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Menurut KNKG

Berikut prinsip Good Corporate Governance menurut KNKG

1. Transparasi

Yaitu mengelola perusahaan secara transparan dengan semua stake holder (orang-

orang yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan aktivitas perusahaan).

Di sini para pengelola perusahaan harus  berbuat secara transparan kepada penanam

saham, jujur apa adanya dalam membuat laporan usaha, tidak manipulatif.

Keterbukaan informasi dalam proses pengambilan keputusan dan pengungkapan

informasi yang dianggap penting dan relevan.

2. Accountability

Page 7: Cg Makalah Hasil Kajian Bapepam

Yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban dalam perusahaan,

sehingga pengelolaan perusahaan dapat terlaksana secara efektif dan efisien.

Manajemen harus membuat job description yang jelas kepada semua karyawan dan

menegaskan fungsi-fungsi dasar setiap bagian. Dari sini perusahaan akan menjadi

jelas hak dan kewajibannya, fungsi dan tanggung jawabnya serta kewenangannya

dalam setiap kebijakan perusahaan.

.

3. Responsibility

Yaitu menyadari bahwa ada bagian-bagian perusahaan yang membawa dampak pada

lingkungan dan masyarakat pada umumnya. Di sini perusahaan harus memperhatikan

amdal, keamanan lingkungan, dan kesesuaian diri dengan norma-norma yang berlaku

di masyarakat setempat. Perusahaan harus apresiatif dan proaktif terhadap setiap

gejolak sosial masyarakat dan setiap yang berkembang di masyarakat.

4. Independensi

Yaitu berjalan tegak dengan bergandengan bersama masyarakat. Perusahaan harus

memiliki otonominya secara penuh sehingga pengambilan-pengambilan keputusan

dilakukan dengan pertimbangan otoritas yang ada secara penuh. Perusahaan harus

berjalan dengan menguntungkan supaya bisa memelihara keberlangsungan bisnisnya,

namun demikian bukan keuntungan yang tanpa melihat orang lain yang juga harus

untung. Semuanya harus untung dan tidak ada satu pun yang dirugikan.

5. Fairness

Yaitu semacam kesetaraan atau perlakuan yang adil di dalam memenuhi hak dan

kewajibannya terhadap stake holder yang timbul berdasarkan perjanjian dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perusahaan harus membuat sistem

yang solid untuk membuat pekerjaan semuanya seperti yang diharapkan. Dengan

pekerjaan yang fair tersebut diharapkan semua peraturan yang ada ditaati guna

melindungi semua orang yang punya kepentingan terhadap keberlangsungan bisnis

kita.

2.4 Struktur Governance dan Penerapanya di Indonesia

Page 8: Cg Makalah Hasil Kajian Bapepam

Struktur governance terdiri dari 2 jenis yaitu one-tier system dan two-tier system.

Two-tier system merupakan sistem yang berasal dari Eropa Continental, dimana pada sistem

ini dibedakan fungsi pengambil kebijakan dan fungsi pengawasan. Fungsi pengambil

kebijakan dijalankan oleh Dewan Direksi, sedangkan fungsi pengawasan dijalankan oleh

Dewan Komisaris. Sedangkan one-tier system adalah system dimana tidak ada pemisahan

untuk fungsi pengawasan.

Perbedaan mendasar antara one-tier dan two-tier adalah pada sistem one-tier tidak

jelas siapa yang menjalankan fungsi pengawasan, karena yang ada hanya fungsi pengambil

kebijakan yang dijalankan oleh Chairman dan fungsi pelaksana kebijakan yang dijalankan

oleh CEO.

Indonesia memakai two-tier system dan kelemahan yang terjadi adalah mengenai

fungsi pengawasan. Secara struktur, fungsi pengawasan sudah sangat jelas, begitu juga organ

yang menjalankannya, yaitu Dewan Komisaris beserta komite-komite dibawahnya. Namun

demikian pemahaman terhadap cara mengawasi yang masih harus ditingkatkan. Kelemahan

inilah yang diharapkan dapat diisi oleh komite audit. Sebagai pendorong tercapainya

efektifitas Dewan Komisaris, komite audit diharapkan mampu memberikan pemahaman dan

pengawasan yang komprehensif atas hal-hal yang terkait dengan financial reporting, internal

control, ataupun corporate governance.

BAB 3

Page 9: Cg Makalah Hasil Kajian Bapepam

PEMBAHASAN

3.1 Analisis Hasil Kajian Penerapan Prinsip-Prinsi OECD

Prinsip-prinsip mengenai corporate governance yang diterbitkan OECD telah menjadi

acuan praktik pengelolaan bisnis oleh sebagian besar masyarakat internasional, tidak

terkecuali masyarakat Indonesia. Pada tahun 2006 Bapepam-LK melakukan studi tentang

penerapan prinsip-prinsop OECD 2004 dalam peraturan Bapepam. Studi ini dilakukan untuk

melihat sejauhmana prinsip-prinsip OECD tentang Corporate Governance telah diterapkan

dalam bidang pasar modal di Indonesia.

. Berikut ini adalah analisis kami mengenai hasil kajian penerapan prinsip prinsip

OECD 2004 dalam peraturan Bapepam

Prinsip ISub Prinsip A Peraturan yang dibuat sudah sejalan

Sub Prinsip B

Secara umum pada pasar modal tidak ada peraturan khusus yang mengatur coporate governance, namun telah banyak terakomodasi dalam berbagai peraturan dan perundangan yang ada di industri pasar modal

Sub Prinsip C Peraturan yang dibuat sudah sejalanSub Prinsip D Peraturan yang dibuat sudah sejalan

Prinsip IISub Prinsip A Peraturan yang dibuat sudah sejalanSub Prinsip B Peraturan yang dibuat sudah sejalanSub Prinsip C Peraturan yang dibuat sudah sejalanSub Prinsip D Peraturan yang dibuat sudah sejalanSub Prinsip E Peraturan yang dibuat sudah sejalan

Prinsip IIISub Prinsip A Peraturan yang dibuat sudah sejalanSub Prinsip B Peraturan yang dibuat sudah sejalanSub Prinsip C Peraturan yang dibuat sudah sejalan

Prinsip IVSub Prinsip A Peraturan yang dibuat sudah sejalanSub Prinsip B Peraturan yang dibuat sudah sejalan

Sub Prinsip C Menjelaskan perlunya mekanisme peningkatan kinerja bagi partisipasi karyawan seharusnya didukung untuk berkembang,

Page 10: Cg Makalah Hasil Kajian Bapepam

Sampai dengan saat ini Bapepam belum memiliki peraturan tetang ESOP walaupun dalam praktiknya telah terdapat beberapa perusahaan yang melakukan ESOP(Employee Stock Option Program)

Sub Prinsip D

Dalam kaitan dengan sub prinsip yang membahas tentang harusnya memiliki akses atas informasi yang relevan, cukup dan dapat diandalkan secara tepat waktu dan teratur, belum terdapat peraturan Bapepam yang mengatur secara khusus tentang kewajiban Emiten memiliki website yang menyediakan informasi-informasi penting mengenai perusahaan.

Sub Prinsip EBelum ada peraturan yang mengatur, namun ada peraturan yang memberikan perlindungan terhadap karyawan termasuk hak-haknya pada UU No.13 tahun 2006

Sub Prinsip F Peraturan yang dibuat sudah sejalan

Prinsip V

Sub Prinsip ABagi perusahaan efek, masih terdapat peraturan yang belum dibuat tetapi dalam praktiknya mengacu kepada peraturan lain yang sejalan

Sub Prinsip B Peraturan yang dibuat telah sejalan, namun untuk perusahan SRO tidak ada peraturan secara khusus

Sub Prinsip C Peraturan yang dibuat sudah sejalanSub Prinsip D Peraturan yang dibuat sudah sejalanSub Prinsip E Praktiknya sudah sejalanSub Prinsip F Peraturan yang dibuat sudah sejalan

Prinsip VISub Prinsip A Peraturan yang dibuat sudah sejalanSub Prinsip B Peraturan yang dibuat sudah sejalanSub Prinsip C Peraturan yang dibuat sudah sejalanSub Prinsip D Peraturan yang dibuat sudah sejalanSub Prinsip E Peraturan yang dibuat sudah sejalanSub Prinsip F Peraturan yang dibuat sudah sejalan

Secara umum, peraturan yang dibuat telah sesuai dengan prinsip Corporate

Governance yang dikeluarkan oleh OECD. Perusahaan menjalankan corporate governance

tidak berpacu pada satu pedoman saja, tetapi berbagai peraturan dan undang-undang yang

dikeluarkan oleh regulator. Adapun beberapa sub-prinsip yang tidak ada peraturan yang

mengikat tetapi dalam praktiknya perusahaan mengacu kepada peraturan lain yang memiliki

maksud sejenisnya.

Page 11: Cg Makalah Hasil Kajian Bapepam

Walaupun ada beberapa sub-prinsip yang belum memiliki aturan dan masih berjalan

dengan baik, masih diperlukan ketentuan yang mengatur hal tersebut kedepannya agar

prinsip-prinsip corporate governance yang dikeluarkan oleh OECD tercermin sepenuhnya

oleh perusahaan di Indonesia. Diterapkannya prinsip corporate governance diharapkan akan

membuat perekonomian semakin membaik dengan bertambahnya investor untuk

menanamkan modalnya kepada perusahaan yang dianggap sehat di pasar modal.

3.2 Analisis Hasil Kajian Pedoman CGC di Negara Anggota ACMF

Berdasarkan kajian atas Pedoman Good Corporate Governance (GCG) yang berlaku

di negara anggota ACMF yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Philipina yang

dilakukan oleh Bapepam-LK, kami dapat menganalisis beberapa hal yang penting dan perlu

diperhatikan, yaitu :

a. Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance (CGC Code)

Penerapan Pedoman Good Corporate Governance oleh perusahaan -perusahaan yang

tercatat di bursa efek di Malaysia, Singapura, Thailand dan Philipina bersifat comply and

explain. Kewajiban penerapan Pedoman GCG di negara - negara tersebut di atas kecuali

Indonesia di atur dalam peraturan pencatatan masing - masing sedangkan penegakan hukum

atas pelaksanaan Pedoman GCG dilakukan oleh otoritas pasar modal masing-masing.

Berbeda dengan di Indonesia, pelaksanaan Pedoman GCG tidak diatur baik oleh bursa efek

maupun otoritas pasar modal sehingga tidak ada kewajiban bagi perusahaan untuk

melaksanakan pedoman tersebut atau bersifat voluntary.

b. Sanksi atas ketidakpatuhan terhadap Pedoman Good Corporate Governance

Pedoman ini bersifat voluntary sehingga tidak terdapat sanksi dalam hal perusahaan

tidak menerapkan pedoman tersebut kecuali Philipina yang memberikan sanksi berupa

penalty sebesar P100,000, karena bersifat mandatory.

c. Ruang Lingkup Pedoman Good Corporate Governance

Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance dari ke lima negara tersebut

sangat bervariasi.

Page 12: Cg Makalah Hasil Kajian Bapepam

d. Komisaris Independen

Secara umum komposisi atau jumlah Komisaris Independen yang dimiliki oleh

perusahan tercatat yang berlaku berjumlah sepertiga dari seluruh jumlah komisaris atau

sekurang-kurangnya 3 orang. Dari kelima negara tersebut hanya Philipina yang menentukan

jumlah komisaris independen lebih sedikit yaitu sekurang-kurangnya 2 orang atau 20% dari

jumlah seluruh Dewan Komisaris. Indonesia sendiri berdasar Peraturan Pencatatan Efek yang

dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia, Emiten atau Perusahaan Publik wajib memiliki

Komisaris Independen sekurang - kurangnya 30% dari jumlah anggota Dewan Komisaris.

e. Direksi

Malaysia, Singapura, Thailand dan Philipina menggunakan sistem kepengurusan

perusahaan yang menganut one board system dimana dimana tidak memisahkan fungsi

direksi dan dewan komisaris sedangkan Indonesia menganut two board system dimana secara

jelas fungsi direksi dan dewan komisaris dipisahkan sehingga pengaturan komposisi atau

jumlah direksi hanya mencakup fungsi pengelolaan perusahaan.

Dari kelima negara, hanya Pedoman Good Corporate Governance Philipina yang

secara eksplisit mengatur komposisi dan jumlah Dewan yaitu setidaknya terdiri dari 5 orang

tetapi tidak lebih dari 15 anggota mencakup executive director (direksi) dan non executive

director (komisaris).

f. Komite yang dibentuk Dewan Direksi

Jumlah anggota komite audit yang dipersyaratkan oleh ketentuan di Indonesia,

Malaysia, Singapura, Philipina minimal 3 (tiga) orang sedangkan Thailand tidak menentukan

jumlah minimal anggota komite audit.

Dari lima negara tersebut di atas, empat negara yaitu Indonesia, Singapura, Thailand

dan Philipina mensyaratkan komite audit diketuai oleh komisaris independen. Hanya

Malaysia yang tidak mensyaratkan secara khusus bahwa ketua Komite Audit merupakan

Komisaris Independen.

Pada umumnya latar belakang pendidikan yang disyaratkan bagi anggota komite audit

adalah akuntansi atau keuangan kecuali Thailand yang tidak mensyaratkan hal tersebut.

g. Fungsi Pengendalian Internal

Page 13: Cg Makalah Hasil Kajian Bapepam

Di Indonesia kewajiban pembentukan fungsi audit internal diatur dalam peraturan

Bapepam-LK sedangkan kewajiban pembentukan fungsi audit internal di ke empat negara

tercantum dalam Pedoman Good Corporate Governance.

Ketua atau kepala auditor internal wajib melaporkan kegiatannya ke komite audit,

seperti halnya di Malaysia, Singapura dan Philipina. Untuk Indonesia, kepala unit audit

internal menyampaikan laporannya ke direktur utama dan komisaris sedangkan di Thailand

pelaporan ditujukan ke dewan (board). Fungsi audit internal di Singapura dan Philipina dim

ungkinkan dilakukan oleh pihak luar perusahaan seperti auditor eksternal.

h. Pedoman Perilaku

Dari kelima negara, hanya Indonesia dan Thailand yang secara eksplisit mengatur

keberadaan pedoman perilaku atau etika bisnis dalam Pedoman Good Corporate

Governance.

i. Remunerasi Direksi dan Dewan Komisaris

Ketentuan mengenai penetapan remunerasi direksi dan dewan komisaris dalam

pedoman Good Corporate Governance oleh masing - masing negara berbeda - beda. Khusus

di Indonesia, Pedoman Good Corporate Governance tidak mensyaratkan pengungkapan

remunerasi tersebut.

Berdasar analisis hasil kajian diatas dapat dilihat bahwa ada beberapa kekurangan

atau kelemahan pedoman Good Corporate Governance di Indonesia dibandingkan negara-

negara anggota ACMF lainya. Kelemahan yang pertama yaitu dari penerapan pedoman Good

Corporate Governance, di Indonesia penerapan pedoman Good Corporate Governance

masih bersifat voluntary sedangkan untuk keempat negara anggota ACMF lain sudah bersifat

comply and explain dimana perusahaan wajib mengungkapkan dalam laporan tahunan

mengenai pelaksanaan pedoman Good Corporate Governance dan menjelaskan alasan

mengenai hal-hal yang belum dilaksanakan.

Kelemahan yang berikutnya di Indonesia adalah mengenai kewajiban penerapan CGC

belum diatur baik dari bursa efek ataupun otoritas pasar modal pada waktu itu. Akan tetapi

permasalahan tersebut sudah mulai terselesaikan karena dalam beberapa tahun belakangan ini

OJK sebagai pengganti Bapepam sudah menyiapkan roadmap 33 poin peraturan yang

dikelompokan menjadi 7 peraturan OJK (POJK). Beberapa peraturan sudah diterbitkan dan

Page 14: Cg Makalah Hasil Kajian Bapepam

yang wajib dipatuh oleh perusahaan publik dan emiten. Beberapa sanksi juga siap diberikan

oleh OJK kepada suatu perusahaan jika mengalami kegagalan menerapkan CGC yang sesuai

dengan aturan. Hal itu tentu bagus buat untuk memacu perusahaan lain untuk mencapai posisi

CGC yang lebih baik. Contoh kasus OJK memberikan sanksi adalah pada akhir tahun 2013

ketika tujuh perusahaan perbankan dikenakan sanksi divestasi saham karena tidak mencapai

posisi CGC yang ditentukan.

Kelemahan selanjutnya adalah mengenai remunerasi direksi di Indonesia, Pedoman

Good Corporate Governance tidak mensyaratkan pengungkapan remunerasi tersebut.

Selain kelemahan diatas, penerapan CGC di Indonesia kurang lebih sama dengan

negara-negara anggota ACMF, baik dari penentuan jumlah Komisaris Independen ataupun

kewajiban akan adanya audit internal dikarenakan perannya yang sangat penting. Saran kami

sebagai penulis adalah bahwa OJK harus memperketat peraturan beserta sanksinya dan dan

memperbanyak melakukan sosialisasi mengenai CGC karena nyatanya walaupun peraturan

sudah diterbitkan masih banyak kasus perusahaan yang menerapkan CGC yang tidak sesuai

BAB III

Page 15: Cg Makalah Hasil Kajian Bapepam

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Corporate Governance (CG) didefinisikan sebagai seperangkat peraturan yang

mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur,

pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang

berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu system yang

mengendalikan perusahaan.

Prinsip-prinsip OECD 2004 mengenai corporate governance menjadi acuan

masyarakat internasional dalam pengembangan corporate governance, tidak terkecuali

Indonesia. Prinsip tersebut terdiri dari menjamin kerangka dasar corporate governance yang

efektif, hak-hak pemegang saham dan fungsi-fungsi penting, perlakuan yang sama terhadap

pemegang saham, peranan stakeholders dalam corporate governance, serta keterbukaan dan

transparasi.

Pada tahun 2006 Bapepam-LK melakukan studi tentang penerapan prinsip-prinsop

OECD 2004 dalam peraturan Bapepam. Studi ini dilakukan untuk melihat sejauhmana

prinsip-prinsip OECD tentang corporate governance telah diterapkan dalam bidang pasar

modal di Indonesia. Hasilnya pun terlihat bahwa peraturan yang dibuat telah sesuai dengan

prinsip corporate governance yang dikeluarkan oleh OECD namun masih ada beberapa sub

prinsip yang belum memiliki ketentuan yang mengatur. Hal ini merupakan tugas bagi OJK

sebagai pengganti Bapepam-LK untuk terus menerapkan peraturan CG di Indonesia agar

sesuai dengan prinsip OECD yang merupakan acuan masyarakat internasional.

Pada tahun 2010 kajian atas Pedoman good corporate governance yang berlaku di

negara-negara anggota ACMF dilakukan oleh Bapepam-LK dan hasilnya menurut kelompok

kami Indonesia masih belum begitu bagus dibanding negara lain sesama anggota ACMF.

Salah satu alasanya adalah karena di Indonesia pedoman GCG belum diatur dan masih

bersifat voluntary. Tapi digantinya Bapepam-LK dengan OJK pada tahun 2013 membuat

pedoman GCG di Indonesia semakin membaik. OJK sudah menyiapkan beberapa peraturan

disertai sanksi yang wajib dipatuhi perusahaan emiten dan publik.

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: Cg Makalah Hasil Kajian Bapepam

Brändle, Udo C. &Jürgen Noll. 2004.

The Power of Monitoring. German Law  Journal, Vol. 5, No. 11. KNKG. 2006.

Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. OECD. 2004. OECD Corporate

Governance Principles

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52f1096b2e645/ojk-siapkan-33-aturan-igood-

corporate-governance-i

http://ekonomi.rimanews.com/keuangan/read/20140609/155266/Level-GCG-Anjlok-OJK-

Bahas-Sanksi-7-Perbankan

http://knkg-indonesia.com/home/news/95-good-corporate-governance.html