Cervical Thoracic Lumbar Radiculopathy
-
Upload
qariahmaulidiahamin -
Category
Documents
-
view
22 -
download
16
description
Transcript of Cervical Thoracic Lumbar Radiculopathy
Cervical Radiculopathy
a. Definisi
Sindrom klinis diakibatkan oleh kompresi radiks pada vertebra servikal, yang dicirikan dengan gejala
sensorik dan motoric pada ekstremitas atas
b. Etiologi
-Spondilosis servikal degeneratif, dapat berasal dari kompleks disko-osteofit dan berkurangnya tebal/
tinggi diskus, dan spur kondro-oseus pada faset dan sendi uncovertebra
-Herniasi diskus, biasanya di posterolateral diskus, antara tepi posterior prosesus uncinatus dan tepi
lateral ligament longitudinal posterior
c. Epidemiologi
Cervical radiculopathy lebih jarang terjadi dibandingkan Lumbar radiculopathy. Insidensi tahunannya
diperkirakan 85 kasus tiap 100.000 orang.
d. Patofisiologi
Kompresi saraf menyebabkan iritasi radiks akibat kompresi langsung. Iritasi saraf mengeluarkan
mediator kimia nyeri, antara lain : IL-1, IL-6, substansia P, bradikinin, TNF alfa dan prostaglandin.
Kelainan pada suatu diskus akan mempengaruhi radiks korpus di bawahnya. (contoh : gangguan di
diskus C6-C7, akan mempengaruhi radiks C7)
e. Aspek Anatomi
Anatomi radiks
Perbedaan utama antara vertebra servikal dan lumbar :
1. Relasi antara pedikel dan radiks : radiks vertebra servikal C6 berjalan di atas pedikel C6, radiks
vertebra lumbal L5 berjalan di bawah pedikel L5. Radiks C8 menyebabkan transisi ini
2. Anatomi radiks : Horisontal (servikal) vs. Vertikal (lumbal) : Karena anatomi vertical radiks
lumbal, herniasi parasentral dan foraminal akan mempengaruhi radiks yang berbeda, sementara
karena anatomi horizontal radiks servikal, herniasi sentral dan foraminal akan mempengaruhi
radiks yang sama.
f. Anamnesis
Nyeri kepala oksipital (sering)
Nyeri trapezial dan interscapular
Nyeri leher, dapat muncul secara perlahan dan memberat dengan gerakan vertebra, nyeri dapat
diskogenik, atau mekanik karena arthrosis faset, nyeri dapat menjalar ke bahu
Nyeri lengan unilateral, nyeri menjalar turun hingga ke lengan bawah, sering global dan non dermatomal
Kesemutan dan kebas unilateral dan dermatomal : kesemutan di ibu jari (C6), di jari tengah (C7)
Kelemahan motoric unilateral : kesulitan aktivitas mengangkat lengan (C7), kesulitan aktivitas
menggenggam (C7).
g. Pemeriksaan Fisis :
Radikulopati C5 : kelemahan deltoid dan bisep, pengurangan reflex bisep
Radikulopati C6 : kelemahan brachioradialis dan ekstensi pergelangan tangan
Radikulopati C7 : kelemahan trisep dan fleksi pergelangan tangan
Radikulopati C8 : kelemahan fleksi distal phalanx jari tengan dan telunjuk, paresthesia jari kelingking
Uji provokatif :
Spurling test : ekstensi, rotasi leher ke sisi yang dicurigai, lateral fleksi dan kompresi vertical secara
bersamaan menyebabkan gejala di lengan ipsilateral
Uji Abduksi Bahu : abduksi bahu meringankan gejala
h. Pemeriksaan penunjang – Pencitraan (imaging)
1. X-ray : Cervical AP/ Lateral/ Oblique, ditambah posisi fleksi dan ekstensi jika dicurigai adanya
instabilitas.
Temuan : secara umum tampak perubahan degenerative sendi faset dan uncovertebral disertai
osteofit, penyempitan celah sendi (diskus), dan sklerosis end-plate
Foto lateral penting untuk melihat alignment sagittal dan diameter kanalis spinalis.
Foto oblique baik untuk mengidentifikasi stenosis foraminal yang disebabkan osteofit
Foto fleksi dan ekstensi penting untuk menilai instabilitas angular atau translasional
Perubahan degeneratif pada radiologi umumnya tidak berkorelasi dengan gejala yang muncul,
sekitar 70% pasien usia 70 tahun ke atas akan mengalami perubahan degenerative yang tampak
pada x-ray.
2. MRI :
Pencitraan T2 aksial adalah modalitas utama untuk menilai keadaan jaringan lunak sekitar
servikal.
Temuan : degenerasi diskus dan herniasi, stenosis foraminal dengan kompresi radiks (hilangnya
lemak perineurial), kompresi sentral dengan penipisan bayangan LCS.
Pencitraan ini memiliki positif palsu yang tinggi
3. CT Myelografi, pemeriksaan ini sebagian besar sudah diganti dengan MRI
Indikasi : digunaka jika MRI tidak dapat digunakan (ada pacemaker jantung), pasien post operasi
instrumentasi vertebra (menyebabkan artefak)
4. CT
Indikasi : memberikan informasi struktur tulang termasuk osteofit yang mungkin menjepit
struktur saraf, baik juga untuk membantu perencanaan pre-operatif instrumentasi
5. Pemeriksaan lainnya :
a. Discografi
b. Pemeriksaan konduksi saraf (Nerve conduction study)
c. Injeksi steroid radiks selektif
i. Diagnosis differensial : Carpal tunnel syndrome, cubital tunnel syndrome, Parsonage-Turner
syndrome
j. Penatalaksaan :
1. Non-operatif :
a. Bed rest, medikasi dan rehabilitasi
Indikasi : 75 persen pasien dengan radikulopati akan membaik dengan penatalaksanaan
non-operatif, perbaikan disebabkan resorbsi jaringan lunak diskus dan penurunan reaksi
inflamasi sekitar radiks yang terganggu.
Teknik :
Imobilisasi : imobilisasi 1 – 2 minggu dapat mengurangi inflamasi dan spasme otot servikal
Medikasi : NSAID / COX-2 inhibitor, steroid oral, inhibitor GABA, narkotik (Neurontin),
narkotik dan relaksan otot
Rehabilitasi : moist heat, latihan otot servikal isometric, traksi manipulasi
b. Injeksi steroid radiks selektif
Indikasi : terapeutik dan diagnostic
Komplikasi : meningitis, absess epidural dan cedera radiks
2. Operatif :
a. Fusi servikal anterior / disektomi servikal anterior
Indikasi : nyeri berat dan menetap yang gagal ditangani secara konservatif, gangguan
neurologis progresif dan deficit neurologis signifikans
Penatalaksanaan bedah terbaik pada radikulopati servikal
b. Foraminotomi posterior
Indikasi : Herniasi diskus foraminal yang menyebabkan radikulopati tunggal, dapat
digunakan pada penyempitan foramina akibat osteofit
Angka keberhasilan 91%, mengurangi risiko cedera iatrogenic dengan pendekatan anterior
c. Cervical total disc replacement
Indikasi : lesi tunggal dengan arthrosis faset minimal
Angka keberhasilan setingkat dengan fusi/ disektomi anterior
k. Komplikasi tindakan operatif
Pseudoarthrosis
Cedera saraf : n. laryngeus rekurens, n. hypoglossal,
Cedera vascular : a. vertebralis
Disfagia,
Sindrom Horner (ptosis, miosis, anhidrosis, enoftalmos), akibat cedera ganglion simpatetik pada batas
lateral otot longisimus colli pada level C6.
l. Prognosis
Prognosis pasien dengan cervical radiculopathy relative baik jika ditangani dengan tepat. Terapi non-
operatif efektif pada hingga 80 % pasien. Pembedahan diindikasikan jika terapi non-operaif gagal.
Kembali ke aktifitas normal bergantung pada toleransi pasien untuk melewati fase-fase rehabilitasi.
Thoracic radiculopathy
a. Definisi
Sindrom klinis diakibatkan oleh kompresi radiks pada vertebra thorakal.
b. Etiologi
Relatif jarang, umumnya disebabkan oleh hernia nucleus pulposus diskus di daerah thorakal. Hanya
meliputi 1 % dari semua hernia nucleus pulposus
c. Epidemiologi
Demografis : sering didapatkan pada decade ke-4 dan ke-6, saat diskus mengalami desikasi, jarang
terjadi herniasi.
Lokasi : umumnya terjadi pada tingkat menengah dan bawah (T11 dan T12 paling sering). 75 % herniasi
diskus thorasik terjadi antara T8 dan T12.
Faktor risiko : Scheuermann’s disease merupakan predisposisi hernia nucleus pulposus thorasik
d. Patofisiologi
Kompresi saraf menyebabkan iritasi radiks akibat kompresi langsung. Iritasi saraf mengeluarkan
mediator kimia nyeri, antara lain : IL-1, IL-6, substansia P, bradikinin, TNF alfa dan prostaglandin.
e. Klasifikasi
Tipe herniasi :
1. Bulging nucleus : annulus tetap intak
2. Extruded disc : nucleus melewati annulus, namun masih dibatasi ligament longitudinal posterior
3. Sequestered : materi diskus bebas pada kanalis spinalis
Berdasarkan lokasi :
1. Sentral
2. Posterolateral
3. Lateral
f. Anamnesis :
Nyeri aksial punggung atau nyeri dada adalah gejala yang paling sering ditemukan.
Nyeri radicular thorasik, yaitu nyeri dada atau perut yang melingkat seperti membelit, disepanjang
dermatomal n. interkostalis
Nyeri lengan atas, dapat ditemukan pada hernia nucleus pulposus T2 hingga T5
Dapat disertai juga gejala neurologis lainnya :
Rasa kebas/ kesemutan, gangguan sensorik
Myelopathy
Paraparesis
Gangguan BAB dan BAK
Disfungsi seksual
g. Pemeriksaan Fisis:
Nyeri tekan yang terlokalisir sesuai tingkat lesi
Tanda radicular : gangguan perubahan sensorik : paresthesia dan disesthesia sesuai dermatomal lesi
Tanda kompresi medulla spinalis myelopathy :
- Kelemahan motorik, hiporeflexia (LMN)
- Spastik, hiperreflexia, clonus, Babinsky (+) (UMN)
- Perubahan gait (gangguan lokomotor)
- Sindrom horner (miosis, anhidrosis, ptosis, enoftalmos), tampak pada lesi T2 dan T5
h. Pemeriksaan penunjang – Pencitraan (imaging):
1. X-ray : Foto Lateral tampak penyempitan diskus dan kalsifikasi/ osteofit
2. MRI : paling baik memvisualisasi herniasi diskus thorasik
Dapat menentukan patologi/ jenis neoplasma, dapat melihat patologi intradural
Kelemahannya yaitu tinggi angka positif palsu (pada penelitian pada orang yang asimtomatik,
73% memiliki abnormalitas diskus, 37% terdapat herniasi jelas, 29% memiliki kompresi medulla
spinalis)
i. Penatalaksanaan :
1. Non-operatif
a. Modifikasi aktivitas, fisioterapi, terapi simtomatik
Indikasi : sebagian besar kasus
Modalitas meliputi : imobilisasi dan bed rest, analgesic, pemulihan aktivitas secara progresif
(sesuai tolransi), injeksi steroid foraminal
2. Operatif
a. Disektomi dengan kemungkinan hemikorpektomi atau fusi
Indikasi : Herniasi diskus akut dengan gejala myelopathy, terutama jika terjadi perburukan
neurologis secara cepat. Indikasi lain yaitu nyeri berat dan menetap.
Teknik : Pendekatan lateral dan anterior
Teknik Pembedahan :
-Disektomi transthorasik
Indikasi : Herniasi diskus sentral, Komplikasi : neuralgia intercostal, dapat dilakukan secara VATS (Video-
Assisted Thoracic Surgery)
-Kostotransversektomi
Indikasi : Herniasi diskus lateral, extruded or sequestered disc
Lumbar Radiculopathy
a. Definisi
Adalah suatu kondisi dimana radiks vertebra lumbal mengalami iritasi, sehingga menyebabkan gejala
klnis neurologis sebagian besar disebabkan oleh herniasi nucleus pulposus. Penyebab lainnya antara lain
: tumor, infeksi
b. Epidemiologi
95% terjadi pada tingkat L4/5 atau L5/S1 (L5/S1 paling sering). Insidensi puncak pada decade ke-4 dan
ke-5. Hanya 5% pasien yang simtomatik. Laki-laki lebih banyak 3 kali lipat dibandingkan perempuan.
Pathoanatomi : tekanan torsional berulang menyebabkan robekan pada annulus yang menyebabkan
herniasi nucleus pulposus
Prognosis : 90% pasien akan mengalami perbaikan dalam 3 bulan dengan perawatan non-operatif.
Ukuran herniasi akan berkurang seiring dengan perkembangan waktu (ter-reabsorbsi). Diskus yang
mengalami sekuestrasi akan cepat ter-reabsorbsi melalui fagositosis oleh makrofag.
c. Anatomi
Komposisi diskus
Annulus fibrosus : terdiri dari kolagen tipe I, air dan proteoglikan. Memiliki sifat ekstensibilitas dan
kekuatan tensile. Banyak mengandung kolagen dan sedikit proteoglikan.
Nucleus Pulposus : mengandung kolagen tipe II, air dan proteoglikan. Memiliki sifat kompresibilitas.
Rendah kolagen, tinggi proteoglikan. Merupakan sebuah gel yang mengandung banyak air karena tinggi
kadar polisakarida dan tinggi kadar air (88%)
Anatomi radiks
Perbedaan utama antara vertebra servikal dan lumbar :
1. Relasi antara pedikel dan radiks : radiks vertebra servikal C6 berjalan di atas pedikel C6, radiks
vertebra lumbal L5 berjalan di bawah pedikel L5. Radiks C8 menyebabkan transisi ini
2. Anatomi radiks : Horisontal (servikal) vs. Vertikal (lumbal) : Karena anatomi vertical radiks
lumbal, herniasi parasentral dan foraminal akan mempengaruhi radiks yang berbeda, sementara
karena anatomi horizontal radiks servikal, herniasi sentral dan foraminal akan mempengaruhi
radiks yang sama.
d. Klasifikasi
Berdasarkan lokasi:
Prolapse sentral, sering dikaitkan dengan nyeri punggung dan dapat menyebabkan sindrom kauda
equina yang merupakan kegawatdaruratan bedah.
Parasentral (posterolateral), paling sering terjadi (90-95%). Pada lokasi ini ligament longitudinal
posterior paling lemah. Lesi ini mempengaruhi radiks desendens/lower, pada L4/ 5 mempengaruhi
radiks L5.
Foraminal (far lateral, ekstraforaminal), lebih jarang (5-10%). Lesi ini mempengaruhi radiks
exiting/upper, pada L4/5 mempengaruhi radiks L4.
Axillary, dapat mempengaruhi radiks desendens dan exiting.
Berdasarkan Tipe herniasi :
1. Bulging nucleus (Protrusion) : annulus tetap intak
2. Extruded disc (Extrusion): nucleus melewati annulus, namun masih dibatasi ligament
longitudinal posterior
3. Sequestered (Sequester): materi diskus bebas pada kanalis spinalis
e. Patofisiologi
Kompresi saraf menyebabkan iritasi radiks akibat kompresi langsung. Iritasi saraf
mengeluarkan mediator kimia nyeri, antara lain : IL-1, IL-6, substansia P, bradikinin, TNF alfa dan
prostaglandin
f. Anamnesis:
1. Nyeri punggung aksial (low back pain), dapat karena masalah mekanis atau diskogenik
2. Nyeri radicular (bokong dan tungkai bawah), sering memburuk saat duduk, membaik saat
berdiri, gejala diprovokasi dengan batuk, mengedan dan bersin.
3. Sindrom Kauda Equina (1-10%), berupa nyeri radicular bilateral, kelemahan motoric, saddle
anesthesia dan gangguan BAB dan BAK.
g. Pemeriksaan Fisis:
Pemeriksaan Motorik :
Dorsifleksi ankle (L4 atau L5), diuji dengan meminta pasien berjalan dengan tumit.
Kelemahan Extensor Hallucis Longus (L5)
Kelemahan abduksi panggul (L5)
Plantarfleksi ankle (S1), diuji dengan meminta pasien berdiri jinjit.
Uji Provokatif :
Straight leg raise (SLR) : menguji iritasi pada radiks L5 dan S1. Dilakukan secara berbaring atau
duduk. Nyeri dan paresthesia pada posisi tungkai bawah pada 30-70 derajat fleksi panggul.
Pemeriksaan ini paling baik untuk menentukan kandidat pembedahan.
Contralateral SLR : lebih spesifik namun tidak sensitif,
Lasegue sign : SLR diaksentuasi dengan dorsifleksi ankle pasif
Bowstring sign : SLR diaksentuasi dengan kompresi fossa poplitea
Kernig test : Nyeri muncul dengan fleksi leher, fleksi panggul dan ekstensi kaki
Naffziger test : Nyeri muncul saat batuk, yang dimulai dengan pasien berbaring dan memberikan
tekanan pada vena-vena leher.
Millgram test : Nyeri muncul dengan elevasi kaki selama 30 detik pada posisi berbaring supine
Analisa gait : Trendelenburg gait, karena kelemahan otot gluteus medius yang dipersarafi oleh L5
h. Pemeriksaan penunjang – Pencitraan :
1. X-ray : Lumbosacral AP/ Lateral dapat memperlihatkan adanya pengurangan lordosis,
penyempitan diskus, spondilosis lumbalis (perubahan degenerative)
2. MRI tanpa gadolinium
Modalitas pilihan untuk diagnosis herniasi lumbar dan servikal, sangat sensitif dan spesifik.
Indikasi untuk periksa MRI : 1) nyeri yang berlangsung hingga lebih dari 1 bulan dan tidak
rensponsif terhadap terapi non-operatif atau 2) red flags, seperti : infeksi (IV drug user dengan
demam/ menggigil), tumor, trauma dan cauda equine syndrome
3. MRI dengan gadolinium
Berguna untuk pembedahan revisi, dapat membedakan antara fibrosa post pembedahan
(menyala dengan gadolinium) vs. herniasi diskus rekurens (tidak menyala dengan gadolinium)
i. Penatalaksanaan
1. Non-operatif.
a. Bed rest dan fisioterapi, dan medikasi anti-inflamasi
Indikasi : lini pertama pada semua pasien dengan herniasi diksus (90% perbaikan tanpa
pembedahan)
Teknik : Bedrest diikuti dengan peningkatan aktivitas sesuai toleransi, diikuti dengan
medikasi seperti NSAID, relaksan otot dan steoid oral
Fisioterapi berupa latihan ekstensi tulang belakang. Traksi dan manipulasi chiropraktik
b. Injeksi steroid radiks selektif
Indikasi : lini kedua jika medikasi gagal
Teknik dengan injeksi epidural dan blok saraf selektif
Memberikan penurangan gejala yang bertahan lama pada 50% pasien, hasil terbaik
didapatkan pada pasien dengan ekstrusi diskus
2. Operatif
a. Laminotomi dan disektomi (mikrodisektomi)
Indikasi : 1) Nyeri persisten yang berat melebihi 6 minggu yang gagal dengan terapi non-
operatif, 2) kelemahan otot progresif, 3) sindrom kauda equine
Teknik: dapat dilakukan dengan insisi kecil melalui akses kecil (tube)
Hasil :
Peningkatan nyeri dan fungsi kerja lebih baik dibandingkan dengan teknik non-operatif
Faktor prediksi untuk hasil yang baik : 1) nyeri tungkai bawah dominan, 2) SLR positif, 3)
kelemahan yang berkorelasi dengan penjepitan radiks yang tampak pada MRI, 4) status
sudah menikah
Faktor prediksi hasil negative : workers compensation
b. Mikrodisektomi far lateral
Indikasi : herniasi diskus far lateral
Teknik : Pendekatan paraspinal Wiltse
j. Komplikasi Pembedahan :
Robekan duramater
HNP berulang
Discitis
Gangguan vaskuler besar (vena cava/ porta)
k. Prognosis
Sebagian pasien membaik dengan terapi yang adekuat. Beberapa pasien dapat mengalami nyeri
punggung jangka panjang meski telah diterapi. Kembali ke aktivitas dalam hitungan bulan hingga tahun.
Modifikasi gaya hidup (hindari mengangkat benda berat) disarankan untuk mencegah rekurensi