Cervical Myofascial Pain

27
BAB I PENDAHULUAN Nyeri myofascial merupakan nyeri myogenous regional yang ditandai dengan jaringan otot yang hipersensitif dan area lokal keras yang disebut trigger point. Kondisi ini terkadang dikenal sebagai myofascial trigger point paint. Hal ini merupakan kelainan yang belum sepenuhnya dimengerti, tetapi biasa terjadi pada pasien dengan keluahan myalgia. 1,2 Nyeri myofascial muncul dari otot yang hipersensitif yang disebut trigger points. Jaringan otot pada area ini, perlekatan tendon, atau keduanya seringkali dirasakan sebagai pita taut (taut band) yang ketika dipalpasi, akan menghasilkan nyeri. Asal dari trigger points tidak diketahui. Tetapi, diperkirakan karena adanya ujung saraf di otot tersensitisasi oleh substansi algogenik yang menghasilkan zona hipersensitif. Mungkin terjadi peningkatan suhu lokal di situs trigger point, menunjukkan adanya peningkatan permintaan metabolic, reduksi aliran darah, atau keduanya. 1,2,3 Penyebab nyeri myofasial sangat kompleks. Travell dan Simons menggambarkan faktor lokal dan sistemik yang diperkirakan berhubungan dengan nyeri seperti trauma, hipovitamiosis, kondisi umum yang buruk, kelelahan, infeksi viral. Faktor lain yang penting anatara lain 1

Transcript of Cervical Myofascial Pain

Page 1: Cervical Myofascial Pain

BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri myofascial merupakan nyeri myogenous regional yang ditandai

dengan jaringan otot yang hipersensitif dan area lokal keras yang disebut trigger

point. Kondisi ini terkadang dikenal sebagai myofascial trigger point paint. Hal

ini merupakan kelainan yang belum sepenuhnya dimengerti, tetapi biasa terjadi

pada pasien dengan keluahan myalgia.1,2

Nyeri myofascial muncul dari otot yang hipersensitif yang disebut trigger

points. Jaringan otot pada area ini, perlekatan tendon, atau keduanya seringkali

dirasakan sebagai pita taut (taut band) yang ketika dipalpasi, akan menghasilkan

nyeri. Asal dari trigger points tidak diketahui. Tetapi, diperkirakan karena adanya

ujung saraf di otot tersensitisasi oleh substansi algogenik yang menghasilkan zona

hipersensitif. Mungkin terjadi peningkatan suhu lokal di situs trigger point,

menunjukkan adanya peningkatan permintaan metabolic, reduksi aliran darah,

atau keduanya.1,2,3

Penyebab nyeri myofasial sangat kompleks. Travell dan Simons

menggambarkan faktor lokal dan sistemik yang diperkirakan berhubungan dengan

nyeri seperti trauma, hipovitamiosis, kondisi umum yang buruk, kelelahan, infeksi

viral. Faktor lain yang penting anatara lain stress emosional dan nyeri. Gejala

klinis yang paling umum dari nyeri myosfascial adalah keberadaan jaringan otot

yang keras dan hipersensitif. Meskipun palpasi dari trigger points menghasilkan

nyeri, sensitivitas otot lokal bukan keluhan umum pasien. Keluhan yang paling

umum biasanya berhubungan dengan efek eksitasi sentral yang dihasilkan oleh

trigger points.2,3

Pada banyak keadaan, pasien hanya menyadari referred pain dan bahkan

tidak menyadari trigger points. Contohnya adalah pasien yang mengalami nyeri

myofascial trigger point pada otot trapezius menghasilkan referred pain ke regio

temple. Keluhan utamanya adalah nyeri temporal, dengan kesadaran sedikit pada

trigger point di bahu. Presentasi klinis dapat mengalihkan perhatian dokter dari

sumber masalah. Pasien akan mengarahkan perhatian dokter ke daerah nyerinya

yaitu temporal dan bukan sumbernya. Dokter harus selalu ingat bahwa

1

Page 2: Cervical Myofascial Pain

pengobatan akan efektif jika langsung diarahkan pada sumbernya. Maka, dokter

harus selalu mencari sumber nyerinya.2,4

Karena trigger poitns dapat nenyebabkan efek eksitatori sentral, sangat

penting untuk menyadari semua kemungkinan manifestasi klinisnya. Efek

eksitatori sentral dapat muncul sebagai referred pain, hiperalgesia sekunder,

protektif ko-kontraksi, atau respon anatomik. Kondisi ini harus diperhatikan saat

mengevaluasi pasien.4

Gejala klinis yang penting dari trigger point adalah keadaannya dapat aktif

atau laten. Pada keadaan aktif, trigger point menghasilkan efek eksitatori sentral,

sehingga seringkali dirasakan nyeri kepala. Karena referred pain tergantung pada

sumbernya, palpasi dari trigger point yang aktif seringkali meningkatkan rasa

nyeri. Meskipun tidak selalu ada, karakteristik ini sangat membantu dalam

diagnosis. Pada keadaan laten, trigger point tidak lagi sensitif terhadap palpasi,

maka tidak menghasilkan referred pain. Ketika trigger point berada dalam

keadaan laten, sumber ini tidak dapat ditemukan dengan palpasi dan pasoen tidak

mengeluhkan nyeri kepala. Pada beberapa keadaan, dokter perlu meminta pasien

untuk kembali jika nyeri kepalanya muncul sehingga konfirmasi mengenai nyeri

kepalanya dapat diverifikasi dan dapat ditegakkan diagnosis.3,4

2

Page 3: Cervical Myofascial Pain

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Nyeri Myofascial Servikal (Cervical Myofascial Pain)

2.1.1 Definisi

Nyeri myofascial adalah nyeri yang disebabkan oleh otot dan fasia

sekitarnya. Nyeri myofascial servikal adalah nyeri yang diduga terjadi akibat dari

penggunaan otot berlebihan atau trauma pada otot-otot yang menyokong bahu dan

leher. Pada tulang belakang servikal, otot-otot yang paling sering terlibat pada

nyeri myofascial adalah m. trapezius, m. levator skapula, rhomboids,

supraspinatus, dan infraspinatus.1

Nyeri myofascial di beberapa lokasi pada saat pemeriksaan ditandai oleh

adanya titik pemicu (trigger points) yang terletak di otot rangka. Trigger points

didefinisikan sebagai daerah hyperirritable yang lokasinya dapat teraba,

ketegangan dari serat otot.2

Deskripsi dari nyeri myofascial telah dijelaskan pada pertengahan abad 19,

ketika Froriep menjelaskan tentang muskelschwiele, atau kallus otot. Dia

menandai kallus ini sebagai daerah nyeri pada otot yang terasa seperti kabel atau

band yang berhubungan dengan keluhan rematik. Pada awal tahun 1900-an,

Gowers pertama kali menggunakan istilah ini untuk menggambarkan fibrositis

rematik otot yang berhubungan dengan nyeri lokal dan daerah yang teraba keras.2

Pada tahun 1938, Kellgren menggambarkan area nyeri yang disebut terkait

dengan titik nyeri pada otot. Pada tahun 1940, Janet Travell, mulai menulis

tentang trigger points myofascial. Tulisannya yang berhubungan dengan tulisan

David Simons yang terus dipandang sebagai literatur dasar tentang masalah nyeri

myofascial.3

Yang menjadi perhatian utama pada pasien dengan nyeri myofascial

servikal adalah pada kronisitasnya. Kekambuhan nyeri myofascial hal yang umum

terjadi. Pengobatan yang tepat akan dapat mencegah otot-otot lain dalam unit

fungsional untuk mengkompensasi dan, akibatnya akan menghasilkan masalah

yang lebih luas dan kronis. Sakit kepala migrain dan sakit kepala kontraksi otot

3

Page 4: Cervical Myofascial Pain

terlihat sering terjadi pada pasien dengan nyeri myofascial. Sindrom sendi

temporomandibular joint (TMJ) mungkin juga berasal dari myofascial.1,3

2.1.2 Epidemiologi

Di Amerika Serikat, nyeri myofascial diperkirakan sering terjadi pada

populasi umum. Sebanyak 21% dari pasien pada klinik ortopedi umum

mengalami nyeri myofascial. Pada pasien terlihat di pusat-pusat khusus

manajemen nyeri, 85-93% pasien memiliki komponen nyeri myofascial.2

Nyeri myofascial servikal terjadi pada laki-laki maupun perempuan, tetapi

didominasi pada kalangan perempuan. Nyeri myofascial tampaknya terjadi lebih

sering terjadi seiring bertambahnya usia hingga usia pertengahan. Insiden

menurun secara bertahap setelah usia pertengahan.2,3

2.1.3 Etiologi

Nyeri myofascial servikal diperkirakan terjadi akibat penggunaan otot

yang berlebihan atau trauma pada otot-otot yang menyokong bahu dan leher.

Penyebab umum yang terjadi di antara pasien ini adalah karena kecelakaan

kendaraan bermotor atau kegiatan berulang pada ekstremitas atas.1,2

Pada tulang belakang servikal, otot-otot yang paling sering terlibat pada

nyeri myofascial adalah m. trapezius, m. levator skapula, m. rhomboids, m.

supraspinatus, dan infraspinatus. Nyeri myofascial trapezius biasanya terjadi

ketika seseorang yang melakukan pekerjaan di depan meja kerja yang tidak

memiliki lengan kursi yang sesuai atau harus bekerja mengetik pada keyboard

yang terlalu tinggi.1,2

Masalah lain yang mungkin memainkan peran pada gambaran klinis nyeri

myofascial servikal termasuk disfungsi endokrin, infeksi kronis, kekurangan gizi,

postur tubuh yang buruk, dan stres psikologis.1,2,3

4

Page 5: Cervical Myofascial Pain

2.1.4 Patofisiologi

Nyeri myofascial muncul dari otot yang hipersensitif yang disebut trigger

points. Jaringan otot pada area ini, perlekatan tendon, atau keduanya seringkali

dirasakan sebagai pita taut (taut band) yang ketika dipalpasi, akan menghasilkan

nyeri. Asal dari trigger points tidak diketahui. Tetapi, diperkirakan karena adanya

ujung saraf di otot tersensitisasi oleh substansi algogenik yang menghasilkan zona

hipersensitif.2,3

Menurut ulasan dari Hong dan Simon tentang patofisiologi dan

mekanisme elektropsikologi trigger points, pengamatan berikut akan membantu

untuk mendefinisikannya lebih lanjut:5

Trigger points dikenal dapat menyebabkan nyeri lokal dan/atau nyeri alih

dengan distribusi yang spesifik

Palpasi dengan cara yang cepat (yaitu, palpasi gertakan) dapat

menimbulkan respon kedutan lokal, suatu kontraksi cepat dari serat otot

atau sekitar pita taut, respon kedutan lokal juga dapat ditimbulkan dengan

penyisipan jarum secara cepat ke trigger points (lihat gambar di bawah).

ROM yang terbatas dan meningkatnya kepekaan untuk meregangkan serat

otot dalam suatu pita taut sering terjadi

Otot dengan trigger points mungkin menjadi lemah karena nyeri, biasanya,

tidak ada perubahan atrofi yang diamati

Pasien dengan trigger points mungkin dapat terkait dengan fenomena

otonom lokal (misalnya, vasokonstriksi, respon pilomotor, ptosis,

hipersekresi)

Suatu trigger points myofascial aktif adalah suatu tempat yang ditandai

dengan generasi nyeri spontan atau nyeri dalam menanggapi gerakan,

sebaliknya, trigger points laten mungkin tidak menghasilkan nyeri hingga

dikompresi.

5

Page 6: Cervical Myofascial Pain

Gambar 2.1 Palpasi secara mendatar pada suatu pita taut (taut band) dan trigger point-nya.2

.

Gambar 2.2 Gambar skematik longitudinal dari taut band, trigger point myofascial, dan respon kedutan lokal.2

6

Page 7: Cervical Myofascial Pain

Trigger point merupakan region yang terbatas di mana hanya ada sedikit

motor unit yang berkontraksi. Jika semua motor unit berkontraksi, akan terjadi

pemendekan otot. Kondisi ini disebut myospasme. Karena trigger point hanya

terdapat beberapa motor unit yang berkontraksi, tidak terjadi pemendekan otot.2,3

Karakteristik yang unik adalah trigger point merupakan sumber nyeri yang

konstan dan oleh sebab itu dapat menghasilkan efek eksitatori sentral. Jika trigger

point mengeksitasi grup interneuron aferen, referred pain akan terjadi, biasanya

terjadi pada pola yang dapat diprediksi sesuai dengan lokasi trigger point yang

terlibat. Pasien seringkali mengeluhkan nyeri kepala.4,5

2.1.5 Gejala Klinis dan Diagnosis

Diagnosis nyeri myofascial adalah berdasarkan temuan klinis, tanpa

dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pasien dengan nyeri myofascial servikal

dapat datang dengan riwayat trauma akut yang berhubungan dengan nyeri otot

persisten. Namun, nyeri myofascial juga dapat bermanifestasi tanpa adanya

kecelakaan atau cedera yang jelas. Hal ini mungkin berhubungan dengan adanya

pekerjaan yang berulang, postur tubuh yang buruk, stres, atau cuaca dingin.2,4

Temuan khas yang dikeluhkan oleh pasien nyeri myofascial servikal juga

meliputi:

- Rentang gerak (ROM)spina servical sering terbatas dan terasa nyeri

- Pasien mungkin menggambarkan seperti adanya suatu tonjolan atau

benjolan yang nyeri pada otot trapezius atau otot paraspinal servikal

- Pemijatan sering dapat membantu, seperti memberikan rasa panas pada

permukaan kulit

- Tidur pasien mungkin akan terganggu karena nyeri

- Memutar leher ketika mengemudi sulit dilakukan

- Pasien mungkin menggambarkan adanya nyeri yang menjalar ke

ekstremitas atas, disertai dengan adanya mati rasa dan kesemutan,

membuatnya sulit dibedakan dari radikulopai atau pergeseran saraf perifer

- Mungkin pasien bisa merasa pusing atau mual

- Pasien mengalami nyeri yang memancar dengan pola khas yang beralih

dari trigger points.

7

Page 8: Cervical Myofascial Pain

Trigger point pada bahu atau otot servikal dapat menghasilkan ko-

kontraksi pada otot mastikasi. Jika hal ini berlanjut, soreness pada otot mastikatori

dapat muncul. Penatalaksanaan pada otot mastikatori tidak akan menghilangkan

keluhan karena trigger point cervicospinal dan otot bahu.2,3

Pemeriksaan Fisik

Temuan umum yang didapatkan pada pemeriksaan fisik meliputi:

- Pasien yang mengalami nyeri myofascial servikal sering hadir dengan

postur tubuh yang buruk, mereka terlihat memiliki bahu bulat dan skapula

yang protraksi

- Trigger points sering terlihat pada m. trapezius, m. supraspinatus, m.

infraspinatus, m. rhomboids, dan m. levator skapula

- Tonjolan otot yang kencang teraba pada otot rangka atau sekitar fasia,

respon kedutan lokal seringkali terjadi ketika dilakukan palpasi pada

daerah tersebut

- ROM pada tulang belakang leher dapat terbatas, dengan adanya nyeri

ketika dalam posisi meregangkan otot yang terkena

- Walaupun pasien mungkin mengeluh kelemahan, pada pemeriksaan fisik

terhdap kekuatan ekstremitas atas biasanya normal

- Sensasi kulit biasanya normal ketika diuji secara formal, tidak ada tanda-

tanda saluran panjang yang diamati pada pemeriksaan fisik.

-

Pertimbangan Pemeriksaan Lainnya

Seperti yang dinyatakan sebelumnya, diagnosis nyeri myofascial adalah

secara klinis, tanpa ada tes laboratorium yang tersedia. Selain itu, pemeriksaan

radiologis sering mengungkapkan perubahan yang nonspesifik saja dan biasanya

tidak membantu dalam membuat diagnosis nyeri myofascial servikal.2,3

Namun, nyeri myofascial servikal dapat hadir bersamaan dengan kondisi

medis yang lebih serius lainnya. Jika gejala-gejala pasien resisten terhadap

pengobatan standar untuk nyeri myofascial servikal diindikasikan untuk

8

Page 9: Cervical Myofascial Pain

pemeriksaan lebih lanjut. Jika ada riwayat trauma, lakukan pemeriksaan

fleksi/ekstensi servikal untuk menyingkirkan kemungkinan instabilitas.2,3

Magnetic resonance imaging (MRI) dapat membantu dalam

mengesampingkan kelainan yang signifikan dalam struktur tulang leher atau kanal

spinalis. Diskus servikal juga dapat dievaluasi. Jika ada rasa nyeri di bahu atau

dinding dada, harus disadari bahwa nyeri viseral bisa merujuk pada daerah-daerah

ini dan bahkan menghasilkan beberapa temuan myofascial pada pemeriksaan.

Harus dipikirkan terhadap kemungkinan bahwa masalah lain juga dapat hadir.3

Mungkin juga wajar dilakukan pemeriksaan indikator peradangan, menilai

fungsi tiroid, dan melakukan panel metabolik dasar untuk menyingkirkan penyakit

medis bersamaan tergantung pada presentasi klinis.3

Travell dan Simons menjelaskan tentang suatu penelitian yang melihat

isoenzim laktat dehidrogenase (LDH) di mana tercatat adanya pergeseran dalam

distribusi isoenzim tersebut, dengan tingkat LDH1 dan LDH2 yang lebih tinggi,

sedangkan total LDH tetap dalam batas normal.3

Pemeriksaan elektropsikologi

Beberapa artikel penelitian telah berusaha untuk mengidentifikasi

perubahan electromyograms/pemeriksaan kecepatan konduksi saraf yang mungkin

khas untuk pasien dengan nyeri myofascial. Penelitian-penelitian tersebut agak

kontradiktif, dengan beberapa penelitian yang menemukan ada aktivitas

elektromiografi nyata dan penelitian lain menemukan aktivitas listrik yang

nonspesifik.2

Studi yang dilakukan oleh Simons dan oleh Hobbard dan Berkoff

menggambarkan potensial aksi amplitudo rendah yang tercatat di daerah trigger

point myofascial. Aktivitas listrik spontan ternyata dapat dideteksi dengan

menggunakan rekaman sensitivitas tinggi di lokasi trigger point. Aktivitas listrik

spontan mungkin suatu jenis potensi endplate.3

Suatu penelitian oleh Ballyns dkk menjelaskan kegunaan

sonoelastography, yang dapat mengklasifikasikan trigger point myofascial oleh

situs yang aktif, laten, dan normal. Dengan menilai area trigger point dan indeks

9

Page 10: Cervical Myofascial Pain

pulsatilitas dapat membantu dalam menentukan riwayat alam dari sindrom nyeri

myofascial ini.6

2.1.6 Penatalaksanaan

Pengobatan untuk nyeri myofascial servikal termasuk dengan melakukan

terapi fisik, injeksi trigger point, terapi stretch-and-spray, dan kompresi iskemik.

Injeksi toksin botulinum juga telah digunakan, meskipun prosedur ini telah

memiliki pendapat yang beragam dalam literatur.2,3

Berbagai obat penghilang rasa sakit juga dapat digunakan dalam

pengobatan, termasuk obat berikut:1,2,3

• Obat-obatan anti-inflamasi non steroid (NSAID)

• Antidepresan trisiklik

• Relaksan Otot

• Analgesik non-narkotik

• Antikonvulsan

Terapi Fisik

Tujuan utama dari terapi fisik adalah untuk mengembalikan keseimbangan

antara kerja otot sebagai suatu unit fungsional. Terapis fisik bisa dikembangkan

ke arah tujuan yang awalnya dengan mencoba untuk mengurangi rasa nyeri.

Tujuan ini dapat dicapai dengan menggunakan pendekatan berbasis modalitas

yang dilakukan bersamaan dengan teknik myofascial release dan pemijatan.

Peregangan dan stabilisasi leher juga merupakan bagian integral dari pendekatan

ini. Pelatihan postural sangat penting pada nyeri myofascial servikal. Evaluasi

ergonomis dapat diindikasikan jika kerja berlebihan pada lingkungan kerja

berkontribusi terhadap gejala-gejala pasien tersebut.2,6

Dalam sebuah studi oleh Sherman dkk, para penulis menyimpulkan bahwa

pemijatan dapat memberikan bantuan jangka pendek untuk nyeri leher kronis.

Dalam penelitian acak terkontrol ini, para peneliti mengevaluasi apakah terapi

pijat lebih menguntungkan dari buku pengobatan diri untuk pasien dengan nyeri

leher kronis. Pasien (n = 64) secara acak menerima hingga 10 pemijatan selama

10 minggu atau menerima buku perawatan diri. Pengukuran Indeks Disabilitas

10

Page 11: Cervical Myofascial Pain

Leher pada 10 minggu menunjukkan peserta yang secara acak ditugaskan untuk

pemijatan mengalami peningkatan klinis yang lebih signifikan (39%) daripada

peserta pada kelompok buku perawatan diri (14%). Namun, diperlukan penelitian

yang lebih besar untuk mengkonfirmasi hasil ini.7

Dalam sebuah studi oleh Ma et al, pasien yang menjalani pelatihan

biofeedback untuk otot trapezius atas bilateral menunjukkan penurunan lebih

besar pada rasa nyeri yang terkait dengan pekerjaan dan aktivasi leher otot yang

lebih baik daripada pasien yang menjalani terapi latihan atau modalitas

pengobatan pasif.8

Suatu studi oleh Bronfort dkk menyimpulkan bahwa terapi manipulasi

tulang belakang maupun program latihan di rumah keduanya lebih unggul dari

pemberian obat saja dalam pengobatan nyeri leher akut dan subakut. Tidak ada

perbedaan signifikan terlihat pada hasil ketika membandingkan 12 minggu setelah

manipulasi dengan program latihan di rumah yang diajarkan oleh seorang ahli

terapi dalam 2 sesi terpisah.9

Injeksi pada Trigger Point

Beberapa pilihan pengobatan untuk nyeri myofascial servikal telah dibahas

dalam literatur. Injeksi trigger point mungkin adalah salah satu cara yang paling

dapat diterima untuk mengobati nyeri myofascial selain terapi fisik dan olahraga.

Injeksi paling sering dilakukan dengan anestesi lokal, meskipun tusukan dengan

jarum kering telah terbukti sama efektifnya.2,10

Rabalah trigger point pada pita taut (taut band), dan tempatkan otot dalam

posisi yang sedikit membentang untuk mencegah gerakan. Tahan trigger point

antara 2 jari lalu suntikkan dengan tangan yang satunya, dan kemudian arahkan

jarum ke daerah tersebut untuk menjamin infiltrasi anestesi yang luas. (Lihat

gambar di bawah.)2

11

Page 12: Cervical Myofascial Pain

Gambar 2.3 Palpasi datar untuk melokalisasi dan menahan trigger point untuk dilakukan injeksi. (A) dan (B) menunjukkan menekan 2 jari secara bergantian untuk mengkonfirmasi lokasi dari modul trigger point yang dapat teraba. (C)

menunjukkan trigger point diposisikan di tengah antara ujung jari agar tidak geser ke sisi lain selama injeksi.2

Anjurkan pasien untuk agresif tentang kepatuhan dengan protokol

peregangan, karena hal itu akan meningkatkan efektivitas suntikan ini. Membuat

respon kedutan lokal dapat membantu untuk mengkonfirmasi diagnosis. Artikel

dari Hong dan Simon menjelaskan metode fast-in/fast-out lebih sukses dalam

memunculkan respon kedutan lokal. Oleh karena itu, pendekatan ini umumnya

adalah teknik yang paling bermanfaat untuk mengurangi nyeri myofascial.5

Stretch and spray

Stretch and spray adalah metode lain untuk mengobati nyeri myofascial

servikal (lihat gambar di bawah). Teknik ini dilakukan dengan menggunakan

semprotan vapocoolant yang disemprotkan pada otot yang terkena setelah

ditempatkan dalam keadaan peregangan pasif. Semprotkan vapocoolant ke daerah

12

Page 13: Cervical Myofascial Pain

sekitar trigger point dan area yang mengalami nyeri alih ditekan secara paralel ke

arah yang sama. Beberapa penulis menyarankan pertama kali disemprot, baru

kemudian dilakukan peregangan, dan kemudian mengulangi penyemprotan.2

 

Gambar 2.4 Urutan langkah yang dilakukan saat peregangan dan penyemprotan otot pada trigger points myofascial.2

 Gambar 2.5 Gambar skematik yang memperlihatkan bagaimana aliran

vapocoolant yang disemprotkan.2

13

Page 14: Cervical Myofascial Pain

Kompresi iskemik

Kompresi iskemik dilakukan dengan menerapkan tekanan berkelanjutan

pada trigger point. Perintahkan pasien untuk menempatkan otot dalam posisi

meregang sepenuhnya. Tekan dengan kuat pada trigger point dengan ibu jari.

Secara bertahap tingkatkan tekanan untuk mengurangi rasa sakit.2

Botulinum toksin

Terapi injeksi toksin Botulinum telah ditinjau secara beragam dalam

literatur. Injeksi langsung ke trigger point memberikan hasil yang tidak konsisten.

Penggunaan toksin botulinum terbaik mungkin untuk memperbaiki biomekanik

abnormal yang mengganggu respon myofascial.10,11,12

Edukasi untuk Pasien

Pasien yang mengalami nyeri myofascial servikal perlu diedukasikan

mengenai faktor-faktor yang mendasarinya atau masalah yang dapat

menyebabkan nyeri dan kehilangan mobilitas mereka. Ahli terapi fisik dapat

memberikan edukasi pada pasien tentang kebiasaan latihan yang tepat dan

memerintahkan mereka untuk melakukan program latihan di rumah untuk

peregangan dan rekondisi. Pasien juga dapat mengambil manfaat dari latihan dan

strategi khusus untuk meningkatkan kesadaran postural dan mekanika tubuh

dengan aktivitas sehari-hari. Jika ergonomi tempat kerja yang buruk berkontribusi

pada kondisi pasien, berikan instruksi tentang cara yang tepat untuk memodifikasi

dan merubah keadaan tempat kerja. Nyeri myofascial servikal adalah suatu

kondisi yang dapat diobati jika pasien diberikan edukasi tentang kondisi dan

mengambil peran aktif dalam proses pemulihan.1,2,3

2.1.7 Prognosis

Jika pasien dengan nyeri myofascial servikal mendapatkan perawatan yang

tepat (misalnya, terapi fisik, terapi pijat, teknik peregangan, injeksi pada trigger

point), prognosisnya umumnya baik. Namun, kekambuhan bisa umum terjadi.

Hasil klinis tampaknya lebih baik bila pengobatan dimulai lebih awal untuk

mencegah pola kompensasi yang memperburuk rasa sakit. Peningkatan tingkat

kematian tidak terkait dengan nyeri myofascial servikal.1,2

14

Page 15: Cervical Myofascial Pain

Sebuah studi di Turki menemukan bukti bahwa disabilitas pasien pada

nyeri myofascial kronis yang paling kuat terkait dengan durasi nyeri. Penilaian

laporan ini didasarkan pada data yang dikumpulkan dari 103 pasien wanita dengan

gangguan kronis dan dari 30 peserta perempuan yang sehat, menggunakan Neck

Pain and Disability Scale, the Beck Depression Inventory dan suatu skala analog

visual, serta pengukuran ambang batas tekanan nyeri pada trigger points nyeri

myofascial servikal umum.1

15

Page 16: Cervical Myofascial Pain

BAB III

KESIMPULAN

Nyeri myofascial adalah nyeri yang disebabkan oleh otot dan fasia

sekitarnya. Nyeri myofascial servikal adalah nyeri yang diduga terjadi akibat dari

penggunaan otot berlebihan atau trauma pada otot-otot yang menyokong bahu dan

leher. Pada tulang belakang servikal, otot-otot yang paling sering terlibat pada

nyeri myofascial adalah m. trapezius, m. levator skapula, rhomboids,

supraspinatus, dan infraspinatus.

Nyeri myofascial di beberapa lokasi pada saat pemeriksaan ditandai oleh

adanya titik pemicu (trigger points) yang terletak di otot rangka. Trigger points

didefinisikan sebagai daerah hyperirritable yang lokasinya dapat teraba,

ketegangan dari serat otot.

Nyeri myofascial servikal diperkirakan terjadi akibat penggunaan otot

yang berlebihan atau trauma pada otot-otot yang menyokong bahu dan leher.

Penyebab umum yang terjadi di antara pasien ini adalah karena kecelakaan

kendaraan bermotor atau kegiatan berulang pada ekstremitas atas.

Pengobatan untuk nyeri myofascial servikal termasuk dengan melakukan

terapi fisik, injeksi trigger point, terapi stretch-and-spray, dan kompresi iskemik.

Injeksi toksin botulinum juga telah digunakan, meskipun prosedur ini telah

memiliki pendapat yang beragam dalam literatur.

16

Page 17: Cervical Myofascial Pain

DAFTAR PUSTAKA

1. Duyur Cakit B, Genc H, Altuntas V, et al. Disability and related factors in

patients with chronic cervical myofascial pain. Clin Rheumatol. Feb 18 2009.

2. Phillips D. 2012. Cervical Myofascial Pain. Medscape Reference. Diakses

dari http://emedicine.medscape.com/article/305937. Tanggal akses 3 Mei

2013.

3. Travell JG, Simons DG. Myofascial Pain and Dysfunction. vol 2. Baltimore,

Md: Lippincott Williams & Wilkins; 1992.

4. Harden RN, Cottrill J, Gagnon CM, et al. Botulinum toxin A in the treatment

of chronic tension-type headache With cervical myofascial trigger points: a

randomized, double-blind, placebo-controlled pilot study. Headache. Oct 10

2008.

5. Hong CZ, Simons DG. Pathophysiologic and electrophysiologic mechanisms

of myofascial trigger points. Arch Phys Med Rehabil. Jul 1998;79(7):863-72.

6. Ballyns JJ, Shah JP, Hammond J, Gebreab T, Gerber LH, Sikdar S. Objective

sonographic measures for characterizing myofascial trigger points associated

with cervical pain. J Ultrasound Med. Oct 2011;30(10):1331-40.

7. [Best Evidence] Sherman KJ, Cherkin DC, Hawkes RJ, Miglioretti DL, Deyo

RA. Randomized trial of therapeutic massage for chronic neck pain. Clin J

Pain. Mar-Apr 2009;25(3):233-8.

8. Ma C, Szeto GP, Yan T, Wu S, Lin C, Li L. Comparing biofeedback with

active exercise and passive treatment for the management of work-related

neck and shoulder pain: a randomized controlled trial. Arch Phys Med

Rehabil. Jun 2011;92(6):849-58.

9. Bronfort G, Evans R, Anderson AV, Svendsen KH, Bracha Y, Grimm RH.

Spinal manipulation, medication, or home exercise with advice for acute and

subacute neck pain: a randomized trial. Ann Intern Med. Jan 3 2012;156(1 Pt

1):1-10.

10. Lee SH, Chen CC, Lee CS, et al. Effects of needle electrical intramuscular

stimulation on shoulder and cervical myofascial pain syndrome and

microcirculation. J Chin Med Assoc. Apr 2008;71(4):200-6.

17

Page 18: Cervical Myofascial Pain

11. Jabbari B. Botulinum neurotoxins in the treatment of refractory pain. Nat Clin

Pract Neurol. Dec 2008;4(12):676-85.

12. Jeynes LC, Gauci CA. Evidence for the use of botulinum toxin in the chronic

pain setting--a review of the literature. Pain Pract. Jul-Aug 2008;8(4):269-76.

18